Anda di halaman 1dari 144

LAPORAN

KINERJA
2017
Tim Penyusun Laporan Kinerja
Kementerian Komunikasi dan
Informatika Tahun 2017

Pengarah:
Farida Dwi Cahyarini
Sekretaris Jenderal

Penanggung Jawab:
Arifin Saleh Lubis
Kepala Biro Perencanaan

Editor:
Ismail
Sinthia Fridaningrum
Hary Aryfiyanto

Penulis:
Astri Nur Afidah
Marshel Doom
Ratu Nabila Saras Putri

Desain Grafis:
Djoko Sutrisno
Kata
Pengantar
Perkembangan teknologi digital telah mendorong
pertumbuhan perekonomian Indonesia
dari konvensional ke digital
Ekonomi Indonesia juga mengalami pergeseran dari ekonomi yang titik beratnya berbasis komoditas
ke aktivitas ekonomi berbasis layanan. Dinamika dari era digital ini juga telah menyebabkan terjadinya
cara baru yang memanfaatkan perubahan teknologi, khususnya digital di beberapa sektor yang timbul
sebagai salah satu solusi untuk mengatasi ketidakefisienan dengan antara lain mengadopsi model
bisnis “sharing economy”. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peluang besar
untuk mengembangkan sharing economy tersebut. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital,
pemerintah dituntut untuk melakukan transformasi dalam memberikan layanan publik yang lebih baik
kepada masyarakat dengan memanfaatkan teknologi digital.

Dalam rangka memperkuat ekonomi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) fokus
pada reformasi kebijakan di sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), terutama yang terkait dengan
DNA (Device/perangkat, Network/jaringan, Application/aplikasi). Berbagai affirmative policy dilakukan
dengan pendekatan light touched regulation untuk mempermudah proses perizinan, penyediaan internet
dengan kecepatan tinggi, serta dukungan terhadap startup, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM),
petani serta nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan memanfaatkan TIK sebagai enabler. Hasil
capaian pelaksanaan program-program tersebut, disampaikan dalam Laporan Kinerja (LKj) Kemkominfo.

Selain membuat kebijakan sektor TIK, Kemkominfo juga melaksanakan fungsi edukasi khusus dalam
melaksanakan program kebijakan keberpihakan bagi masyarakat di daerah 3T dengan menggelar program
aksi literasi digital berbasis komunitas di 17 Kabupaten, 8 Provinsi dan 45 Komunitas kawasan perdesaan
dalam rangka penguatan budaya digital untuk pengelolaan media informasi di daerah 3T. Selain itu,
Kemkominfo juga berperan sebagai Government Public Relations dalam mendiseminasikan program-
program pemerintah dengan menyajikan informasi resmi dan akurat dari lintas sektor pemerintah dalam
bentuk grafis sehingga masyarakat dapat lebih mudah memahami program-program pemerintah tersebut
beserta hasil-hasilnya.

Dengan disusunnya Laporan Kinerja (LKj) Kemkominfo Tahun 2017 ini, diharapkan dapat menjadi
perwujudan dari upaya Kemkominfo dalam menjaga akuntabilitas kinerja dan menjadi media komunikasi
bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi terkait kinerja Kemkominfo. Melalui laporan kinerja ini
pula, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi peningkatan kinerja di lingkungan internal Kemkominfo.

Jakarta, Maret 2018


Menteri Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia

RUDIANTARA

|1|
Laporan Kinerja
Ringkasan Eksekutif
69,95%
dari tahun sebelumnya
atau
Pagu DIPA 2017 Realisasi 2017
89,06%
Rp4.951 triliun
Rp4.410 triliun
dari PAGU DIPA 2017

PROGRAM
4 Broadband 4G dan
Efisiensi Industri
Digitalisasi

PRIORITAS

Cyber Security dan Government Public


Governance, E-Government Relations (GPR)
dan E-Commerce

|2|
Laporan Kinerja
Ringkasan
Eksekutif
Untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara, Kementerian
Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatika

Pembangunan bidang komunikasi dan informatika lima tahun ke


depan diprioritaskan pada upaya mendukung pencapaian kedaulatan
pangan, kecukupan energi, pengelolaan sumber daya maritim dan
kelautan, pembangunan infrastruktur, percepatan pembangunan
daerah perbatasan, dan peningkatan sektor pariwisata dan industri,
berlandaskan keunggulan sumber daya manusia dan kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai leading sektor di bidang komunikasi dan informatika


Kementerian Komunikasi dan Informatika menetapkan 3 (tiga)
sasaran strategis yang ditetapkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja
(PK) Kemkominfo Tahun 2017 yang merupakan implementasi dari 4
(empat) program prioritas yaitu:
• Broadband 4G dan Efisiensi Industri
• Digitalisasi
• Cyber Security dan Governance, E-Goverment, dan E-Commerce
• Goverment Public Relations (GPR)

|3|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja Kominfo Tahun 2017 disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian
komitmen kinerja yang diperjanjikan Kementerian Komunikasi dan Informatika kepada para
pimpinan dan stakeholders selama Tahun 2017. Laporan Kinerja ini disusun dengan mengacu
kepada ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah serta berpedoman pada Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 – 2019 serta dokumen perencanaan
turunannya.

Capaian Kinerja

Perjanjian Kinerja ini ditetapkan kedalam 3 (tiga) sasaran strategis dan 16 (enam belas) indikator
kinerja. Ikhtisar hasil evaluasi capaian kinerja terhadap 16 (enam belas) indikator kinerja tersebut
diuraikan pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Ikhtisar Capaian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017


INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN TAHUN 2017
SASARAN STRATEGIS
TAHUN 2017 TARGET REALISASI CAPAIAN
1. Persentase (%) Kab/Kota 86%
86,38%
terhubung jaringan backbone serat (442 kab/kota
(444 kab/kota dari 100,44%
optik Nasional (Jumlah Kab/kota: dari 514 kab/
514 Kab/Kota)
514) Kota)
60%
2. Persentase (%) Kab/Kota terlayani 64,40%
(308 kab/kota
akses broadband 4G LTE (Jumlah (331 kab/kota dari 107,33%
dari 514 kab/
Kab/kota: 514) 514 kab/kota)
kota)

3. Persentase (%) desa di wilayah


tertinggal termasuk lokpri terlayani
4,5% 7,11%
jasa akses telekomunikasi melalui 158%
(250 desa) (393 desa)
penyediaan Base Transceiver
Station (BTS)

4. Persentase (%) kawasan


perbatasan terlayani jasa akses 25,67%
60%
telekomunikasi (BTS Perbatasan) (48 kecamatan dari 42,67%
(112 lokasi)
(Jumlah kawasan perbatasan: 187 187 kecamatan)
Kecamatan)
Tersedianya Infrastruktur 1,44% (untuk
TIK serta Pengembangan 7,3%
5. Persentase (%) harga layanan pita mobile broadband)
Ekosistem TIK yang merata (fixed 97,26%
lebar terhadap PDB per kapita 7,1% (untuk fixed
dan efisien di seluruh wilayah broadband)
broadband)
Indonesia
6. Persentase (%) implementasi
digitalisasi penyiaran/Analog 70% 98% 140%
Switch Off (ASO)

7. Persentase (%) nelayan dan petani 333.515 petani dan


300.000 petani
go digital (Jumlah petani + nelayan nelayan yang ter- 111,17%
dan nelayan
per Tahun 2013: 28,7 Juta) register di aplikasi

0,05%
0,02%
8. Persentase (%) UMKM go digital (29.000
(12.507 UMKM
(Jumlah UMKM per Tahun 2012: 56 UMKM dari 40%
dari 56.000.000
juta) 56.000.000
UMKM)
UMKM)

9. Persentase (%) desa di wilayah


perbatasan, daerah tertinggal
4,02%
termasuk lokpri tersedia layanan 2,7%
(222 lokasi) + 3 150%
digital ((Jumlah desa di wilayah (150 DBT)
desa piloting
tertinggal termasuk lokpri: 5.520
Desa)

|4| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Ringkasan Eksekutif

INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN TAHUN 2017


SASARAN STRATEGIS
TAHUN 2017 TARGET REALISASI CAPAIAN
10. Jumlah anak-anak, wanita,
disabilitas dan pelajar yang 5.300 Orang 7.291 Orang 137,56%
memperoleh literasi TIK
11. Jumlah masyarakat umum yang
500.000 Orang 1.494.097 Orang 298,82%
memperoleh literasi TIK
12. Jumlah angkatan kerja yang
tersertifikasi keahlian dan 10.650 Orang 9.407 Orang 88,33%
kompetensi sektor TIK
Tersedianya akses dan 50%
kualitas informasi public 73%
13. Persentase (%) Kepuasan (1-49% =
terkait kebijakan dan program (1-49% =
masyarakat terhadap akses dan distrusters; 50-
Prioritas Pemerintah yang distrusters; 50-59% 160,42%
kualitas informasi publik (Survei 59% = neutral;
baik, cepat, tepat dan obyektif = neutral; 60-100%
Responden Publik) 60-100% =
kepada seluruh lapisan = trusters)
masyarakat Indonesia trusters)
WTP*
14. Opini Laporan Keuangan WTP *) Penilaian Tahun 100%
2016
Terwujudnya Tata Kelola 73,13 (BB)
Kementerian Komunikasi 15. Indeks Reformasi Birokrasi 80 (A) *) Penilaian Tahun 91,41%
dan Informatika yang bersih, 2016
efisien, dan efektif
66,44 (B)
*) Berdasarkan
16. Nilai Akuntabilitas Kinerja 80 (A) 83%
penilaian SAKIP
oleh Itjen
*) Penilaian Kem. PAN & RB Tahun 2017

Kinerja Anggaran Tahun 2017

Realisasi Belanja Kementerian Komunikasi dan Informatika pada TA 2017 adalah sebesar
Rp.4.409.473.919.346,- atau 89,06% dari Pagu DIPA sebesar Rp.4.951.278.581.000,-. Adapun di
Tahun 2017, persentase realisasi ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu
sebesar 69,95%.

Grafik 1. Realisasi Penyerapan Anggaran Kemkominfo Tahun 2017

APBN dan Realisasi (dalam Rp miliar)


PAGU Realisasi % Realisasi

6.000
5.121
4.939 4.951
5.000
4.410

4.000 3.663
3.583
89.06%
3.000 2.672
69.95%
2.127
2.000 54.10%
58.07%
1.000

0 2014 2015 2016 2017

Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo

|5|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Ringkasan Eksekutif

Kinerja capaian target PNBP Tahun 2012-2017 menunjukkan grafik


yang terus naik. Persentase capaian target PNBP pada Tahun 2017
yaitu sebesar 127,4%, secara terperinci dapat dilihat pada Grafik 1.2
berikut ini:

Grafik 2. Kinerja Capaian Target PNBP Tahun 2012 – 2017

(dalam Rp miliar)

18.000 16.560
16.000
13.560 13.685
14.000 12.719
12.000 10.861
10.000 9.057

8.000
6.000
4.000 2.760 3.209 3.318
1.743 1.945 2.309
2.000 787 962 984 967
662 740
-
123 125 122 138 224 273

2012 2013 2014 2015 2016 2017

BHP Frekuensi PNBP USO BHP Telekomunikasi PNBP Lainnya1)

(dalam Rp miliar)

2012 2013 2014 2015 2016 20172)


Sumber &
No.
Jenis Pnbp
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %

1. BHP Frekuensi 8,934 9,057 101.4 9,495 10,861 114.4 9,881 12,719 128.7 11,390 13,560 119.1 12,970 13,685 105.5 12,952 16,560 127.9

2. PNBP USO 1,497 1,497 116.4 2,020 1,945 96.3 2,291 2,309 100.8 2,230 2,760 123.8 2,567 3,209 125.0 2,567 3,318 129.3

BHP
3. 599 662 110.5 650 740 113.8 734 787 107.2 893 962 107.7 923 984 106.6 932 967 103.8
Telekomunikasi

4. PNBP Lainnya1) 68 123 180.9 86 125 145.3 94 122 129.8 100 138 138.0 107 224 209.3 120 273 228.2

Total PNBP 11,098 11,585 104.4 12,251 13,671 111.6 13,000 15,937 122.6 14,613 17,420 119.2 16,567 18,102 109.3 16,571 21,119 127.4

1) PNBP Lainnya terdiri dari antara lain; Biaya Sertifikasi Perangkat, Sewa Rumah Dinas; IAR dan KRAP; REOR dan SKOR; Izin Penyelenggaraan Pos; Izin Penyelenggaraan Penyiaran,
STMM Yogyakarta, Pusdiklat Pegawai, Penerimaan Pemanfaatan BMN; dan Penerimaan Lainnya.
2) Realisasi PNBP Per Des 2017

Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo

|6| Laporan Kinerja


Daftar ISI
Kata Pengantar 1
Ringkasan Eksekutif 3
Daftar Isi 7
Daftar Tabel 10
Daftar Gambar 12
Daftar Grafik 13

BAB 1
PENDAHULUAN 16
Latar Belakang 16
Maksud & Tujuan 17
Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Kementerian Komunikasi dan 18
Informatika
Permasalahan Strategis Bidang Komunikasi dan Informatika 21
Broadband/4G dan Efisiensi Industri 21
Digitalisasi 22
Cyber Security dan Governance, E-Goverment, dan E-Commerce 23
Government Public Relations (GPR) 26
Sistematika Pelaporan 29

BAB 2
PERENCANAAN KINERJA 32
Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015-2019 32
Perjanjian Kinerja 37
Broadband/4G dan Efisiensi Industri 38
Digitalisasi 38
Cyber Security dan Governance, E-Government, dan E-Commerce 39
Government Public Relation (GPR) 39
Kinerja Lainnya 39

|7|
Laporan Kinerja
BAB 3
AKUNTABILITAS KINERJA 42
Capaian Kinerja Organisasi 42
Sasaran Strategis 1: 42
Tersedianya Infrastruktur TIK serta Pengembangan Ekosistem TIK yang Merata dan
Efisien di Seluruh Wilayah Indonesia
1 . 1 Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik Nasional 44
(Palapa Ring)
1 . 2 Persentase (%) Kab/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE 48
1 . 3 Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani Jasa 52
Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
1 . 4 Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi 54
Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
1 . 5 Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto 55
(PDB) per Kapita
1 . 6 Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran/Analog Switched Off (ASO) 59
1 . 7 Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital 79
1 . 8 Persentase (%) UMKM Go Online 86
1 . 9 Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal termasuk Lokpri 91
Tersedia Layanan Digital
1.10 Jumlah Anak-anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh 96
Literasi TIK
1 . 1 1 Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK 98
1.12 Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertifikasi Keahlian dan Kompetensi Sektor TIK 107
Sasaran Strategis 2: 109
Tersedianya Akses dan Kualitas Informasi Publik terkait Kebijakan dan Program
Prioritas Pemerintah yang Baik, Cepat, Tepat dan Obyektif kepada Seluruh Lapisan
Masyarakat Indonesia
2 . 1 Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas Informasi 109
Publik
Sasaran Strategis 3: 113
Terwujudnya Tata Kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang Bersih,
Efisien dan Efektif
3 . 1 Opini Laporan Keuangan 113
3.2 Indeks Reformasi Birokrasi 115
3.3 Nilai Akuntabilitas Kinerja 120
Capaian Kinerja Lainnya 121
Sistem Verifikasi Identitas Online (SiVION) 121
Penyelesaian Sengketa Informasi 123
Pengaduan Masyarakat terhadap Konten Siaran 125
Pengaduan di Bidang Pers 125
Pendaftaran Penyelenggaraan Sistem Elektronik (PPSE) 127
Otomisasi Perizinan 128
Kinerja Anggaran 131

|8|
Laporan Kinerja
BAB 4
PENUTUP 135

Lampiran 138
Hasil Reviu Inspektorat Jenderal Kementerian Kominfo atas Laporan Kinerja Kementerian 138
Kominfo Tahun 2017
Perjanjian Kinerja Kementerian Kominfo Tahun 2017 139

|9|
Laporan Kinerja
Daftar TABEL
1.1 Ikhtisar Capaian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017 4
2.1 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 34
(Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)
2.2 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 36
(Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016)
2.3 Perjanjian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017 37
3.1 Indikator Pencapaian Sasaran Strategis 1 43
3.2 Capaian Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik 46
Nasional
3.3 Capaian Persentase (%) Kabupaten/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE 49
3.4 Rencana Strategis Penambahan Spektrum Frekuensi Radio Sebesar 350 MHz 50
untuk Mobile Broadband Tahun 2015 – 2019
3.5 Capaian Persentase (%) Tersedianya Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 51
MHz untuk Mobile Broadband
3.6 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani 54
Jasa Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
3.7 Capaian Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi 55
(BTS Perbatasan)
3.8 Target Infrastruktur dan Harga Layanan 56
3.9 Capaian Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto 56
(PDB) per Kapita
3.10 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016 57
(Berdasarkan Koordinasi dengan Badan Litbang SDM Kominfo, BPS dan Tenaga Ahli)
3.11 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016 57
(Berdasarkan LKO) 
3.12 Data Capaian Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2017 58
(Berdasarkan Data Kompilasi Tarif yang Dipublikasi)
3.13 Capaian Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran / Analog Switched Off 59
(ASO)
3.14 Capaian Penyusunan Revisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 66
3.15 Target dan Capaian Uji Coba Siaran TV Digital 73
3.16 Keikutsertaan LPS Penyedia Konten dalam Uji Coba TV digital 75
3.17 Capaian Sosialisasi TV Digital 79
3.18 Capaian Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital 80
3.19 Timeline Implementasi Program Nelayan Go Online 85
3.20 Capaian Edukasi Petani dan Nelayan Go Online Tahun 2017 85
3.21 Capaian Persentase (%) UMKM Go Digital 90
3.22 Rekapitulasi Fasilitasi UMKM Go Online 2017 90

|10| Laporan Kinerja


3.23 Lokasi Pelaksanaan Pendampingan dan Pengembangan SDM Program Desa 93
Broadband Terpadu
3.24 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal Termasuk 95
Lokpri Tersedia Layanan Digital
3.25 Capaian Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh 97
Literasi TIK
3.26 Data Realisasi Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh 98
Literasi TIK Tahun 2015 – 2017
3.27 Kegiatan Literasi TIK Kemkominfo 99
3.28 Capaian Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK 99
3.29 Kegiatan Roadshow Born to Protect Tahun 2017 103
3.30 Kegiatan Bimtek Indeks Keamanan 104
3.31 Capaian Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertifikasi Keahlian dan Kompetensi 108
Sektor TIK
3.32 Hasil Pelaksanaan Sertifikasi SKKNI Bagi Angkatan Kerja Muda Indonesia 108
3.33 Capaian Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas 110
Informasi Publik
3.34 Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemerintah, Media, Bisnis, dan Organisasi 111
Non Pemerintah
3.35 Capaian Opini Laporan Keuangan 114
3.36 Capaian Indeks Reformasi Birokrasi 118
3.37 Hasil Penilaian Indeks Reformasi Birokrasi Kemkominfo Tahun 2015 – 2016 118
3.38 Upaya Perbaikan yang Dilakukan oleh Masing-Masing Pokja 119
3.39 Capaian Nilai Akuntabilitas Kinerja 120
3.40 Hasil Penilaian Tingkat Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 – 2016 120
3.41 Target Pelaksanaan SiVION Tahun 2017 – 2019 122
3.42 Capaian Program SiVION Tahun 2016 – 2017 123
3.43 Rekapitulasi Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa dan Rekapitulasi 124
Penyelesaian Sengketa Informasi Tahun 2017
3.44 Klasifikasi Penyelesaian Sengketa 124
3.45 Jumlah Pengaduan Isi Siaran Berdasarkan Sumber Pengaduan Tahun 2017 125
3.46 Perbandingan Target dan Realisasi Atas Penyelesaian Pengaduan Kasus 126
Tahun 2015 – 2017
3.47 Manfaat Pengembangan Sistem E-Licensing di Bidang Pos dan Telekomunikasi 128
3.48 Rekapitulasi Penyelesaian Perizinan Melalui E-Licensing 130
3.49 Integrasi dan Pertukaran Data Perizinan pada Sistem E-Licensing 130
3.50 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Program TA 2017 131

|11|
Laporan Kinerja
DAFTAR GAMBAR
1.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika 18
1.2 Jumlah Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika per 31 Desember 2017 20
1.3 Penetrasi Media di 11 Kota di Indonesia 26
1.4 Alur Proses Government Public Relations (GPR) 28
2.1 Program Utama Kementerian Komunikasi dan Informatika 33
3.1 Rencana Implementasi Jaringan Tulang Punggung (Backbone) Serat Optik 45
Nasional (Palapa Ring)
3.2 Peta Pembangunan Jaringan Serat Optik Nasional “Palapa Ring” 47
3.3 Presensi Layanan 4G LTE Berdasarkan Jumlah Wilayah Administrasi 48
yang Ter-cover
3.4 Pihak-Pihak yang Terkena Dampak Program Digitalisasi Penyiaran Televisi 60
3.5 Aspek Utama Pendukung Digitalisasi Penyiaran TV 61
3.6 Peta 42 Lokasi Pemancar Digital LPP TVRI 68
3.7 Perbedaan Teknologi Penyiaran Analog vs Digital 70
3.8 Efisiensi Kanal Frekuensi Radio Akibat Implementasi Televisi Digital (Digital 70
Dividend)
3.9 Peta Jangkauan Siaran dan Lokasi Uji Coba Siaran TV Digital 74
3.10 Peta Rumah Tangga Usaha Pertanian 81
3.11 Jumlah Kelompok Tani dan Penyuluh Menurut Provinsi 81
3.12 Kepadatan Rumah Tangga Usaha Perikanan vs Produksi Perikanan Tangkap 82
di Laut (Ton)
3.13 Jumlah Perahu yang Terdapat di Provinsi vs Produksi Perikanan Tangkap 83
di Laut (Ton)
3.14 Lanskap UMKM Indonesia 87
3.15 Lokasi Desa Piloting Program Desa Broadband Terpadu (DBT) 92
3.16 Program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) 94
3.17 Peta Sebaran Pelaksanaan Kegiatan INCAKAP dan Sistem Whitelist Nusantara 100
Tahun 2017
3.18 Komoditas Unggulan dan Jejaring Antar 45 Komunitas Kerjasama Desa dalam 106
Aplikasi Kodikadi.com
3.19 Hasil Survei Edelman Trust Barometer tentang Tingkat Kepercayaan 110
terhadap Pemerintah
3.20 Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 116
2015–2019
3.21 Rencana Strategis Implementasi SiVION 122
3.22 Jumlah Penyelenggara Sistem Elektronik yang Sudah Terdaftar di PSE Kominfo 127

|12| Laporan Kinerja


DAFTAR GRAFIK
1 Realisasi Penyerapan Anggaran Kemkominfo Tahun 2017 5
2 Kinerja Capaian Target Pnbp Tahun 2012 – 2017 6
1.1 Komposisi Pegawai Kemkominfo Per 31 Desember 2017 20
1.2 Nilai Transaksi E-Commerce Global Tahun 2014 – 2021 (Dalam US$) 23
1.3 Pangsa Pasar E-Commerce Terhadap Penjualan Ritel Tahun 2015 24
1.4 Nilai Transaksi E-Commerce Indonesia Tahun 2011 – 2015 24
1.5 Populasi Dan Potensi Ekonomi Digital Indonesia Per September 2017 25
1.6 Akses petani dan Nelayan terhadap Televisi dan Selular 26
3.1 Jumlah LPS Peserta Uji Coba Siaran TV Digital Tahap I s/d III 75
3.2 Kontribusi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2015 82
3.3 Populasi Perahu Di Fokus Area 83
3.4 Posisi UMKM pada Visi Ekonomi Digital Indonesia 2020 88
3.5 Komunitas Kerjasama Antar Desa Berdasarkan Kuadran Kemampuan Literasi 107
Digital (Digital Literacy Capability Index) dan Kemampuan Bisnis/Usaha dari
Komunitas Kerjasama Antar Desa (Business Capability Index)
3.6 Jumlah Responden dan Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Layanan 111
Informasi Mengenai Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah
3.7 Akses Publik Terhadap Saluran Komunikasi Kebijakan Pemerintah 112
3.8 Penyelesaian Permohonan Sengketa Informasi Dari Tahun 2010 – 2017 124
3.9 Jumlah Pengaduan Kasus Pers Yang Masuk ke Dewan Pers Tahun 2014 – 2017 126
3.10 Rekapitulasi Perizinan E-Licensing bulan Juli – Desember 2017 129
3.11 Perbandingan Realisasi Belanja Kemkominfo Tahun 2014 – 2017 132
3.12 Capaian Kinerja Target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2012 - 2017 132

|13|
Laporan Kinerja
|14|
Laporan Kinerja
1
Pendahuluan

1. Latar Belakang
2. Maksud & Tujuan
3. Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Kementerian
Komunikasi dan Informatika
4. Permasalahan Strategis Bidang Komunikasi dan Informatika
5. Sistematika Pelaporan

|15|
Laporan Kinerja
PENDAHULUAN
Program dan kegiatan pembangunan
di bidang komunikasi dan informatika berjalan sesuai
dengan yang direncanakan dan dituangkan dalam
bentuk Perjanjian Kinerja antara Menteri dengan
Eselon I dan Eselon II secara berjenjang

Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional, memandatkan Presiden
untuk menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas Perencanaan
Pembangunan Nasional serta menetapkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk periode 5 tahunan
sesuai masa jabatannya. RPJMN merupakan penjabaran visi, misi dan
program presiden yang berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga;
b. Bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan
memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam
mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJMN;
c. Pedoman bagi pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja
Pemerintah;
d. Acuan dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJM
Nasional.

Presiden dalam menjalankan pemerintahan umum dan pembangunan


dibantu oleh menteri-menteri negara yang membidangi urusan
tertentu di bidang pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2015 tentang


Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemkominfo) mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas di bidang komunikasi dan informatika

|16|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan


fungsi sebagai berikut:
1) Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengelolaan
sumber daya dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan
pos dan informatika, penatakelolaan aplikasi informatika,
pengelolaan informasi dan komunikasi publik;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya
dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan pos dan
informatika, penatakelolaan aplikasi informatika, pengelolaan
informasi dan komunikasi publik;
3) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan
pengelolaan sumber daya dan perangkat pos dan informatika,
penyelenggaraan pos dan informatika, penatakelolaan aplikasi
informatika, pengelolaan informasi dan komunikasi publik;
4) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sumber daya manusia
di bidang komunikasi dan informatika;
5) Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan
Informatika;
6) Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan
Kementerian Komunikasi dan Informatika;
7) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Komunikasi dan Informatika; dan
8) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Komunikasi dan Informatika.

Agar keseluruhan program dan kegiatan pembangunan di bidang


komunikasi dan informatika tersebut berjalan sesuai dengan yang
direncanakan, maka dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja antara
Menteri dan Eselon I dan diturunkan secara berjenjang sampai dengan
tingkat Eselon II.

Maksud & Tujuan

Maksud dari penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2017 ini adalah


sebagai bentuk pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja dari Menteri
Komunikasi dan Informatika kepada Presiden dalam melaksanakan
tugas dan fungsi serta pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai
sasaran/target yang telah ditetapkan selama Tahun 2017.

Sedangkan tujuan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2017 ini adalah


untuk melakukan penilaian dan evaluasi atas pencapaian kinerja dan
sasaran pembangunan di bidang komunikasi dan informatika selama
Tahun 2017, sekaligus sebagai alat kendali dan pemicu peningkatan
kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan
Informatika.

|17|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Kementerian


Komunikasi dan Informatika
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika berdasarkan
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika

STAF AHLI MENTERI


1. SAM BID. HUKUM
2. SAM BID. SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA
3. SAM BID. KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSA
4. SAM BID. TEKNOLOGI

INSPEKTORAT
JENDERAL

SEKRETARIAT
ITJEN

INSPEKTORAT INSPEKTORAT INSPEKTORAT INSPEKTORAT


I II III IV

DIREKTORAT JENDERAL
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA
PENYELENGGARAAN
DAN PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA
POS DAN INFORMATIKA

SEKRETARIAT SEKRETARIAT
DITJEN DITJEN

DIREKTORAT PENATAAN SUMBER


DIREKTORAT POS
DAYA

DIREKTORAT OPERASI DIREKTORAT TELEKOMUNIKASI


SUMBER DAYA

DIREKTORAT PENGENDALIAN
SUMBER DAYA DAN PERANGKAT DIREKTORAT PENYIARAN
POS DAN INFORMATIKA

DIREKTORAT STANDARDISASI
DIREKTORAT PENGEMBANGAN
PERANGKAT POS
PITA LEBAR
DAN INFORMATIKA

DIREKTORAT PENGENDALIAN
POS DAN INFORMATIKA

Sumber: Permenkominfo No. 1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika

|18| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika, dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, susunan organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika terdiri atas:
1) Sekretariat Jenderal (Setjen);
2) Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI);
3) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI);
4) Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Ditjen APTIKA);
5) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Ditjen IKP);
6) Inspektorat Jenderal (Itjen);
7) Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Balitbang SDM);
8) Staf Ahli Bidang Hukum;
9) Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya;
10) Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media Massa; dan
11) Staf Ahli Bidang Teknologi
12) Unit Pelaksana Teknis (UPT)

SEKRETARIAT
JENDERAL

PUSAT DATA PUSAT PUSAT


DAN SARANA KELEMBAGAAN PENDIDIKAN DAN
INFORMATIKA INTERNASIONAL PELATIHAN

BIRO BIRO
BIRO BIRO BIRO BIRO
KEPEGAWAIAN HUBUNGAN
PERENCANAAN KEUANGAN HUKUM UMUM
DAN ORGANISASI MASYARAKAT

DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI DIREKTORAT JENDERAL BADAN PENELITIAN DAN


INFORMATIKA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENGEMBANGAN SUMBER
PUBLIK DAYA MANUSIA

SEKRETARIAT SEKRETARIAT SEKRETARIAT


DITJEN DITJEN BADAN

DIREKTORAT PUSAT PENELITIAN DAN


DIREKTORAT PENGEMBANGAN SUMBER
e-GOVERNMENT
KOMUNIKASI PUBLIK DAYA, PERANGKAT DAN
PENYELENGGARAAN POS DAN
DIREKTORAT INFORMATIKA
e-BUSINESS DIREKTORAT PENGOLAHAN
DAN PENYEDIAAN INFORMASI PUSAT PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN APLIKASI
DIREKTORAT INFORMATIKA DAN INFORMASI
PEMBERDAYAAN DAN KOMUNIKASI PUBLIK
INFORMATIKA DIREKTORAT PENGELOLAAN
MEDIA PUBLIK
DIREKTORAT PUSAT PENGEMBANGAN
PEMBERDAYAAN LITERASI SUMBER
INDUSTRI INFORMATIKA DIREKTORAT KEMITRAAN DAYA MANUSIA KOMUNIKASI
KOMUNIKASI
DIREKTORAT
KEAMANAN INFORMASI PUSAT PENGEMBANGAN
DIREKTORAT LITERASI PROFESI SUMBER
LAYANAN INFORMASI DAYA MANUSIA INFORMATIKA
INTERNASIONAL

|19|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

Gambar 1.2
Jumlah Pegawai Kementerian Dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
Komunikasi dan Informatika per 31 Kementerian Komunikasi dan Informatika
Desember 2017 didukung oleh 3.201 orang pegawai dari
berbagai satuan kerja (data per 31 Desember
2017) yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.070

3.201
Total
Karyawan orang dan perempuan sebanyak 1.131 orang
(Gambar 1.2).

Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika


tersebut tersebar pada 7 (tujuh) unit Eselon I

2.070 (Grafik 1.1) dengan komposisi sebagai berikut: (1)


Setjen (431 orang), (2) Ditjen SDPPI (1.299 orang),
(3) Ditjen PPI (324 orang), (4) Ditjen Aptika (211

1.131
orang), (5) Ditjen IKP (296 orang), (6) Itjen (77
orang), dan (7) Balitbang SDM (556 orang) serta
4 orang staf ahli dan 3 orang staf khusus.

Sumber: Biro Kepegawaian dan Organisasi,


Kemkominfo, Tahun 2017

Grafik 1.1 Komposisi Pegawai Kemkominfo per 31 Desember 2017

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Unit Kerja

1.427 1.299

727
568 556
438
324 296
264 211
141 77
32 26
16

SD SMP SMA Diploma S1 S2 S3 Lainnya SDPPI PPI APTIKA IKP BLSDM SETJEN ITJEN

Berdasarkan Usia Berdasarkan Golongan


2.393
1,033
876

697
595

346 430

20 12

Gol. I Gol. II Gol. III Gol. IV Non


< 24-35 36-45 46-55 > 55 Golongan

Sumber: Biro Kepegawaian dan Organisasi, Kemkominfo, Tahun 2017

|20| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

Grafik 1.1 tersebut menunjukkan, berdasarkan tingkat pendidikan,


komposisi pegawai di lingkungan Kementerian Komunikasi dan
Informatika adalah sebagai berikut: (1) SD sebanyak 32 orang, (2)
SMP sebanyak 141 orang, (3) SMA sebanyak 727 orang, (4) Diploma
sebanyak 264 orang, (5) S1 sebanyak 1.427 orang, (6) S2 sebanyak
568 orang, (7) S3 sebanyak 16 orang, dan (8) lainnya sebanyak 26
orang.

Jika dilihat berdasarkan golongan, maka komposisi pegawai


Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah sebagai berikut: (1)
Golongan I sebanyak 20 orang, (2) Golongan II sebanyak 346 orang,
(3) Golongan III sebanyak 2.393 orang, (4) Golongan IV sebanyak
430 orang, dan (5) Non Golongan sebanyak 12 orang.

Permasalahan Strategis Bidang


Komunikasi dan Informatika

Tantangan dan permasalahan strategis di bidang komunikasi


dan informatika terbagi menjadi 4 (empat) permasalahan utama
yang menjadi prioritas Kementerian Komunikasi dan Informatika
sebagai leading sector di bidang komunikasi dan informatika dalam
mendukung fokus pembangunan pemerintah. Keempat permasalahan
utama tersebut antara lain adalah:

1. Broadband/4G dan Efisiensi Industri


Luas wilayah dan kondisi geografis Indonesia yang berbentuk
kepulauan, penyebaran penduduk yang tidak merata, serta
penyediaan infrastruktur komunikasi dan informatika yang hampir
seluruhnya mengandalkan peran dunia usaha yang masih berpusat
di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan sehingga menyisakan
blank spot di wilayah non-komersial. Hal ini menyebabkan timbulnya
permasalahan kesenjangan digital dan konektivitas antar wilayah.
Akibatnya, akses masyarakat yang berada di wilayah non-komersial
tersebut terhadap informasi masih sangat kurang, tingginya
biaya komunikasi yang harus dibayarkan, dan gangguan sinyal
telekomunikasi dari negara tetangga yang lebih kuat dari sinyal
telekomunkasi operator lokal sering terjadi. Jika tidak segera diatasi,
maka kondisi tersebut dapat menyebabkan rentannya nasionalisme
dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat akibat tidak
berkembangnya ekonomi, khususnya bagi masyarakat di wilayah
perbatasan.

Saat ini industri telekomunikasi di Indonesia sudah jenuh dengan


tingkat persaingan yang tinggi, terlebih terjadi persaingan harga antar
operator dalam menentukan tarif layanan telekomunikasi. Namun,
persaingan harga tersebut tidak dikuti dengan kualitas layanan yang

|21|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

baik, dimana harga layanan pitalebar masih di atas 5% dari UMR.


Tingginya biaya pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan belum
efisiennya infrastruktur telekomunikasi nasional juga menyebabkan
penetrasi pitalebar berjalan lambat karena fokus pembangunan
penyelenggara telekomunikasi yang hanya membangun di wilayah
yang layak secara komersial saja, sehingga pendapatan sektor
Harga layanan telekomunikasi tidak terdistribusi merata ke daerah-daerah lainnya di
pitalebar masih wilayah Indonesia.
di atas UMR

5%
2. Digitalisasi
Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang terbatas.
Dan diperkirakan pada Tahun 2019, Indonesia akan membutuhkan
350 MHz spektrum frekuensi radio untuk penerapan pitalebar. Oleh
karena itu, perlu dilakukan digitalisasi terhadap penyiaran Televisi
(TV) agar dapat meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum
frekuensi, efisiensi infrastruktur industri penyiaran, dan membuka
peluang usaha baru bagi industri konten.

Dari sisi kualitas siaran, pemancar TV Digital juga memiliki kualitas


gambar dan warna yang jauh lebih bagus daripada televisi analog.
Di Tahun 2019 Selain itu, televisi digital dapat dioperasikan dengan daya yang rendah
Indonesia (less power), dibandingkan dengan televisi analog. Ketahanan sinyal
membutuhkan digital terhadap gangguan suara (noise) lebih baik dan lebih mudah
350 MHz
MHz spektrum frekuensi
untuk diperbaiki dengan kode koreksi error (error correction code).
Dengan teknologi analog, pembawa satu frekuensi (one-frequency
carrier) hanya dapat membawa satu program siaran, sedangkan
dengan teknologi digital one-frequency-carrier dapat membawa
beberapa program siaran pada waktu yang bersamaan melalui
pembagian kanal. (Ditjen PPI, Kemkominfo, 2017).

Namun, dalam mendorong penerapan digitalisasi penyiaran TV,


Kementerian Komunikasi dan Informatika masih menemui kendala
antara lain:
a. Implementasi digitalisasi sistem penyiaran harus didasari regulasi
yang kuat di level undang-undang sedangkan Indonesia belum
memilikinya;
b. Implementasi migrasi siaran TV Analog ke Digital (digitalisasi)
memerlukan biaya tinggi bagi lembaga penyiaran lokal, komunitas,
dan juga masyarakat kelas menengah ke bawah, khususnya
bagi lembaga penyiaran yang sudah berinvestasi tinggi dalam
penyelenggaraan siaran analog. Karena dengan diberlakukannya
digitalisasi menyebabkan infrastruktur analog tidak dapat digunakan
lagi dan semua materi siaran akan disiarkan oleh Lembaga Penyiaran
Penyelenggara Penyiaran Multiplexing (LPPPM);
c. Belum diaturnya pengawasan sistem digital dan sanksi terhadap
pelanggaran konten (program siaran).

|22| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

3. Cyber Security & Governance, E-Goverment,


dan E-Commerce
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2017, jumlah
penduduk Indonesia Tahun 2017 diproyeksikan ada sekitar 261,891
juta jiwa. Dengan jumlah populasi yang besar tersebut, Indonesia
menyimpan potensi ekonomi digital di masa yang akan datang seiring
berkembangnya teknologi dan media sosial.

Dari jumlah populasi masyarakat tersebut, 54,68% atau sebanyak 143,26


juta jiwa telah menggunakan internet (Infografis Penetrasi dan Perilaku
Pengguna Internet, APJII, 2017). Penggunaan internet oleh individu ini
mengalami peningkatan sebesar 10,56 juta jiwa dari jumlah pengguna
internet individu di Tahun 2016 yang semula 132,7 juta jiwa menjadi
143,26 juta jiwa (Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet,
APJII, 2017). Dari 54,68% pengguna internet di Tahun 2017 tersebut,
16,83%
menggunakan internet
sebanyak 16,83% masyarakat menggunakan internet untuk jual online, untuk jual online

32,18%
sedangkan 32,18% masyarakat memanfaatkan internet untuk belanja
online. (Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet, APJII, 2017).
memanfaatkan internet untuk
Penjualan eceran e-commerce global menunjukkan perkembangan belanja online

yang cukup pesat. Hal ini tercermin dari nilai transaksi e-commerce yang
diperkirakan akan naik lebih dari 230% pada 2021 menjadi US$ 4,48
Triliun atau setara Rp. 60,467 Triliun dari posisi 2014 yang baru mencapai
US$ 1,8 Triliun. Sedangkan di Tahun 2017, nilai transaksi e-commerce
global adalah sebesar 2,3 Triliun US$.

Grafik 1.2 Nilai Transaksi E-Commerce Global Tahun 2014 – 2021 (dalam US$)
Transaksi e-Commerce Global (dalam US$)
5 triliun

4.5 triliun

4 triliun

3.5 triliun
US$

3 triliun

2.5 triliun

2 triliun

1.5 triliun

1 triliun 2014 2017 2020

Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/12/12/2021-transaksi-e-commerce-global-mencapai-rp-60467-triliun

Laporan Kinerja|23|
LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

Pangsa pasar e-commerce Indonesia pada 2015 mencapai US$ 1,68


Milyar atau baru sekitar 1,2% dari penjualan ritel senilai US$ 145,83
Milyar. Pasar e-commerce lokal tersebut jauh tertinggal dari Tiongkok
yang telah mencapai 13,8% dari total penjualan ritelnya senilai US$
2,12 Triliun maupun Jepang yang mencapai 7,2% dari penjualan
ritelnya sebesar US$ 960 Milyar. Namun, unggul dibandingkan dengan
Malaysia maupun Vietnam.

Grafik 1.3 Pangsa Pasar E-Commerce Terhadap Penjualan Ritel Tahun 2015

Pangsa Pasar e-Commerce di beberapa Negara terhadap Penjual Ritel (%)


16 16

14 13.8 14

12 12

10 10
9.2

8 8
7.2

6 6

4.1
4 4

2 1.6 2
1.2 1.0 0.8 0.5
0 0
Tiongkok Amerika Jepang Singapura Thailand Indonesia Malaysia Vietnam Philiphina
Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/10/13/berapa-pangsa-pasar-e-commerce-indonesia

Grafik 1.4 Nilai Transaksi E-Commerce Indonesia Tahun 2011 – 2015

4 miliar
3.5 miliar
3.5 miliar

3 miliar
2.6 miliar

2.5 miliar
US $

1.8 miliar
2 miliar

1.5 miliar
1 miliar

1 miliar

500 juta 2011 2013 2014 2015

Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/11/11/2011-2015-nilai-transaksi-e-commerce-indonesia-melonjak-250-persen

|24| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

Grafik 1.5 Populasi dan Potensi Ekonomi Digital Indonesia per September 2017

Populasi 264 juta

Pengguna Internet 133 juta

Pengguna Medsos Aktif 115 juta

Pengguna Ponsel 371 juta

Pengguna Medsos via Ponsel 106 juta

0 50 juta 100 juta 150 juta 200 juta 250 juta 300 juta 350 juta 400 juta

(Jiwa)

Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/10/09/inilah-potensi-ekonomi-digital-indonesia

Data-data tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas


e-commerce di Indonesia merupakan sektor strategis yang perlu
didorong oleh pemerintah melalui kolaborasi lintas sektor dan
lintas Kementerian/Lembaga. Dan untuk mendukung keamanan
serta memberikan perlindungan terhadap konsumen dalam
melakukan aktivitas e-commerce, maka perlu disusun pedoman
yang dapat menjadi acuan terkait keamanan informasi dan
keamanan siber (cyber security) sektor e-commerce dan sektor-
sektor strategis lainnya.

Pemanfaatan TIK tidak terbatas pada sektor e-commerce saja,


namun dapat juga digunakan untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat melalui implementasi e-government yang
bertujuan untuk menyediakan pelayanan yang lebih nyaman
dan efisien kepada masyarakat atas layanan pemerintah.
Namun, penerapan layanan e-government secara nasional
masih terkendala karena belum terintegrasinya database dan
layanan e-government antar instansi pemerintah pusat dan
daerah.

|25|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

4. Government Public Relations (GPR)


Saat ini, masyarakat Indonesia mendapatkan informasi melalui
berbagai cara, yaitu: media televisi (96%), media luar ruang
(52%), internet (43%), radio (37%), koran (8%), dan media
lainnya (13%).

Gambar 1.3 Penetrasi Media di 11 Kota di Indonesia

SEE
WATCH TV
96% OUTDOOR
ADS
52% USE
INTERNET 43%

NEWS
WATCH
PAY TV
GO TO
CINEMA 5%
LISTEN
RADIO 37% READS PRINT 8% 8%
Sumber: Nielsen Consumer & Media View, Q3 2017

Grafik 1.6 Akses petani Namun demikian, penyebaran informasi saat ini masih dianggap
dan Nelayan terhadap kurang efektif, karena belum menyentuh masyarakat secara
Televisi dan Selular menyeluruh. Sebagai contoh, dalam komunitas petani dan nelayan,
Televisi Nelayan
sebagian besar dari mereka memiliki televisi dan telepon selular.
800
Akses petani terhadap televisi mencapai 56,5%, sedangkan nelayan
700 63,8%
69,4%
66,4% 63,8%. Sedangkan sebanyak 66,4% nelayan dan 69,4% petani
600 56,5%
memiliki telepon selular. Namun demikian, kepemilikan televisi dan
500

400 telepon selular bagi petani dan nelayan belum digunakan secara
300
optimal untuk mengakses informasi mengenai program prioritas
200

100
terkait pertanian dan perikanan yang pada dasarnya mereka
0
Televisi Selular
butuhkan.

Sumber: Indikator TIK, Hal-hal tersebut dapat menyebabkan ketimpangan informasi dan
Puslitbang Aptika dan IKP,
BLSDM, Kemkominfo, 2016 persepsi yang berbeda-beda dari masyarakat. Untuk mengatasi
hal tersebut, maka diterbitkanlah Instruksi Presiden (Inpres) No. 9
Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik dalam rangka
menunjang keberhasilan Kabinet Kerja, menyerap aspirasi publik,
dan mempercepat penyampaian informasi tentang kebijakan dan
program Pemerintah.

|26| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

Pemerintah menunjuk Kemkominfo untuk:

Instruksi Presiden (Inpres)


No. 9 Tahun 2015

1. Mengkoordinasikan perencanaan, penyiapan, dan


pelaksanaan komunikasi publik terkait kebijakan
dan program pemerintah;

2. Melakukan kajian terhadap data dan informasi


yang disampaikan kementerian dan lembaga
pemerintah non kementerian;

3. Melakukan media monitoring dan analisis konten


media terkait kebijakan dan program pemerintah;

4. Menyusun narasi tunggal terkait dengan kebijakan


dan program pemerintah kepada publik sesuai
arahan Presiden;

5.
Melaksanakan diseminasi dan edukasi terkait
kebijakan dan program pemerintah melalui seluruh
saluran komunikasi yang tersedia;

6. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan


komunikasi publik;

7. Dapat mengundang dan mengikutsertakan Menteri,


Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian
dan/atau pihak lain dalam merumuskan materi
informasi yang akan dikomunikasikan kepada
publik.

|27|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

Gambar 1.4 Alur Proses Government Public Relations (GPR)

Alur Kerja Pengelolaan


Komunikasi Publik

Verifikasi Data Persetujuan


dan Informasi Pimpinan Instansi

DATA DAN AGENDA KONTEN DISE-


MONEV
INFORMASI SETTING MINASI

Pengumpulan Manajemen Isu Produksi Pesan Distribusi Pesan Pemantauan,


Data dan Analisis Framing Briefing Notes [media massa, Evaluasi, dan Audit
Informasi Signing Siaran Pers media sosial, Komunikasi
[K/L/D, Organisasi Priming Infografis humas K/L/D,
riset, kantor berita, Artikel kelompok
media massa, Advertorial strategis, dan
media sosial, dan
relawan]
$
relawan]

Kominfo, KSP
(Kantor Staf
Presiden),
Kominfo, Kominfo,
dan TKP (Tim
K/L/D dan K/L/D dan K/L/D
(Kementerian/ Komunikasi (Kementerian/ (Kementerian/
Lembaga/Daerah) Presiden) Lembaga/Daerah) Lembaga/Daerah) Kominfo

Sumber: Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, Tahun 2016

Dengan adanya Inpres Nomor 9 Tahun 2015 ini, Kemkominfo


diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi
kehumasan pemerintah (Government Public Relations “GPR”).
Sehingga, penyampaian informasi kepada masyarakat diharapkan
dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan berkualitas baik. Selain itu,
penyusunan narasi tunggal sebagai agenda setting akan memberikan
informasi pemerintah yang konsisten, sehingga terdapat informasi
yang berimbang terhadap kinerja pemerintah sebagai perimbangan
opini yang dibentuk oleh arus pemberitaan media yang cenderung
kritis (negatif) terhadap pemerintah.

|28| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Pendahuluan

Sistematika Pelaporan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan
Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017
disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut:

Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4


Pendahuluan Perencanaan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Kinerja
Bagian ini Bagian ini dibagi menjadi 3 Bagian ini
menyajikan Bagian ini (sub bab), yaitu: menguraikan
penjelasan umum menguraikan 1. Sub Bab Capaian tentang kesimpulan
organisasi dengan tentang Rencana Kinerja Organisasi, yang umum atas capaian
penekanan kepada Strategis Tahun menguraikan capaian kinerja Kementerian
aspek strategis 2015—2019 kinerja Kementerian Komunikasi dan
organisasi serta beserta perubahan Komunikasi dan Informatika selama
permasalahan terhadap rencana Informatika untuk Tahun 2017 dan
utama (strategic strategis tersebut setiap pernyataan rekomendasi untuk
issues) yang sedang berdasarkan hasil kinerja sasaran strategis perbaikan kinerja
dihadapi organisasi. reviu dan ringkasan/ Kementerian Komunikasi di tahun-tahun
ikhtisar dan Informatika Tahun selanjutnya.
Perjanjian Kinerja 2017 sesuai dengan hasil
Kementerian pengukuran kinerja dan
Komunikasi dan analisis serta evaluasi
Informatika Tahun terhadap capaian kinerja
2017. tersebut, dan
1. Sub Bab Realisasi
Anggaran, yang
menguraikan tentang
realisasi anggaran
yang digunakan untuk
mewujudkan kinerja
Kementerian Komunikasi
dan Informatika sesuai
dengan dokumen
Perjanjian Kinerja Tahun
2017, dan
1. Sub Bab Capaian Kinerja
Lainnya.

Sistematika Penyajian

|29|
Laporan Kinerja
2
PERENCANAAN
Kinerja

1. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN


INFORMATIKA TAHUN 2015-2019
2. PERJANJIAN KINERJA
3. Broadband 4G dan Efisiensi Industri
4. DIGITALISASI
5. Cyber Security & Governance, E-Government dan
E-Commerce
6. Government Public Relations (GPR)
7. KINERJA LAINNYA

|30| Laporan Kinerja


2
PROGRAM UTAMA KEMENTERIAN
KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

C1

C2

|31|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Perencanaan Kinerja

Perencanaan
Kinerja
Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara, di bidang komunikasi dan
informatika di bantu oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika.

Berpayung kepada UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun


2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005—2025 dan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015—2019.

Acuan peraturan diatas kemudian diterjemahkan kedalam Rencana


Strategis (Renstra) Kementerian Komunikasi dan Informatika
Tahun 2015—2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016.
Dalam Renstra tersebut memuat penjabaran visi, misi dan Nawacita
Presiden dan Wakil Presiden.

Rencana Strategis Kementerian


Komunikasi dan Informatika
Tahun 2015-2019

Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 21


Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Komunikasi dan Informatika Tahun 2015—2019, dokumen Renstra
merupakan pedoman untuk arah pembangunan di bidang komunikasi
dan informatika selama 5 (lima) tahun ke depan, dengan fokus untuk
mengoptimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
melaksanakan Fokus Pembangunan Pemerintah Indonesia.

|32|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Perencanaan Kinerja

Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika disusun berdasarkan Nawacita dan agenda
pembangunan nasional yang memberikan manfaat signifikan bagi rakyat dan negara. Selain itu,
Renstra juga harus bisa menjawab tantangan dan permasalahan strategis terkait perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi, seperti masih tingginya kesenjangan digital di wilayah
Indonesia, kendala geografis dan demografis yang menyebabkan pembangunan infrastruktur
dan akses masyarakat terhadap informasi terhambat, hingga pada kendala peningkatan citra
pemerintah di mata masyarakat.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di masyarakat Indonesia sangat dinamis


sehingga pada Tahun 2016 telah dilakukan reviu terhadap Renstra Kemkominfo Tahun 2015 –
2019 agar kebijakan yang diambil dapat diaplikasikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat. Reviu Renstra ini juga dilandasi oleh beberapa alasan, seperti hasil evaluasi dari
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang menyebutkan
bahwa terdapat beberapa indikator dalam Renstra Kemkominfo Tahun 2015—2019 yang
masih mencerminkan proses dan belum memperlihatkan dampak dari proses yang akan
dikerjakan. Selain itu, dinamika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi
dalam setahun terakhir membutuhkan intervensi pemerintah sebagai regulator untuk dapat
memberikan solusi terbaik bagi masyarakat Indonesia di bidang komunikasi dan informatika.

Gambar 2.1 Program Utama Kementerian Komunikasi dan Informatika

C1

C2
Sumber: Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019

|33|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Perencanaan Kinerja

Tahun 2017 menjadi tahun ketiga bagi Kementerian Komunikasi


dan Informatika dalam mengimplementasikan Renstra Kemkominfo
Tahun 2015 – 2019 yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015 –
2019, yang kemudian direviu dan disusun perubahannya dengan turut
mengadopsi tantangan dan masalah strategis terkini. Perubahan atas
Renstra Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 akhirnya ditetapkan tanggal 2
Desember 2016, dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 21 Tahun 2016. Perubahan terhadap sasaran dan indikator
dalam Renstra Kemkominfo Tahun 2015 – 2019 antara sebelum dan
sesudah perubahan dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan 2.2 berikut:

Tabel 2.1 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019


(Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)

SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS)


(Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015) (Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)

Jumlah pembangunan sarana/tugu berkode pos di wilayah perbatasan


IKSS 1.1
dan pulau terdepan di Indonesia
Terwujudnya ketersediaan dan
meningkatnya kualitas layanan IKSS 1.2 Persentase (%) penyelesaian Redesain USO
komunikasi dan informatika untuk
SS.1 mendukung fokus pembangunan Jumlah BTS yang dibangun di daerah blankspot layanan
IKSS 1.3
pemerintah sebagai wujud kehadiran telekomunikasi (tertinggal, terluar, terpencil)
negara dalam menyatakan kedaulatan
dan pemerataan pembangunan IKSS 1.4 Jumlah penyediaan akses pitalebar internet

IKSS 1.5 Persentase (%) tersedianya satelit pitalebar nasional

Persentase (%) ketersediaan spektrum frekuensi radio untuk


IKSS 2.1
mendukung layanan akses bergerak pitalebar

Persentase (%) Kab/Kota yang terhubung jaringan tulang punggung


IKSS 2.2
serat optik nasional Palapa Ring

Persentase (%) selesainya migrasi sistem penyiaran televisi dari analog


IKSS 2.3
ke digital

Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan nomor panggilan tunggal


IKSS 2.4
darurat nasional (single public emergency number)
Tersedianya akses pitalebar
nasional, internet dan penyiaran Persentase (%) Kab/Kota yang memiliki infrastruktur pasif
IKSS 2.5
digital yang merata dan terjangkau telekomunikasi melalui supervisi Kemenkominfo
SS.2
untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, Persentase (%) penetapan dan implementasi Permen Kominfo tentang
pertahanan, dan keamanan IKSS 2.6
TKDN 4G LTE

Persentase (%) Instansi Pemerintah yang terintegrasi layanan


IKSS 2.7
e-government nasional

Jumlah penyelenggara jaringan telekomunikasi yang


IKSS 2.8
mengimplementasikan DNS Nasional

Persentase (%) peningkatan pelindungan keamanan kepada


penyelenggara serta kualitas dan keamanan informasi kepada
IKSS 2.9
pengguna layanan komunikasi dan informatika (ID-SIRTII dan
KAMINFO)

|34| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Perencanaan Kinerja

SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS)


(Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015) (Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015)

IKSS 3.1 Jumlah dokumen regulasi dan kebijakan bidang telekomunikasi

Jumlah Peraturan Menteri terkait penyelenggaraan National Chief


IKSS 3.2
Information Officer (NCIO)

Terselenggaranya Tata Kelola Jumlah Peraturan Menteri terkait penyelenggaraan sertifikasi elektronik
IKSS 3.3
SS.3 Komunikasi dan Informatika yang dan penyelenggaraan sertifikasi keandalan
efisien, berdaya saing, dan aman
IKSS 3.4 Jumlah regulasi untuk penyebaran dan pemerataan informasi publik

IKSS 3.5 Jumlah regulasi terkait implementasi Government Public Relations (GPR)

IKSS 3.6 Jumlah kebijakan terkait diseminasi Kampanye Nasional Revolusi Mental

Persentase (%) rekomendasi kebijakan berbasis penelitian/kajian


IKSS 4.1 (termasuk studi dampak sosial ekonomi implementasi pitalebar,
internet, dan digitalisasi penyiaran)

Jumlah peserta sertfikasi, pelatihan, bimtek, dan ToT SKKNI bagi


IKSS 4.2
angkatan kerja muda

IKSS 4.3 Jumlah rancangan regulasi SKKNI bidang Kominfo

Terciptanya budaya pelayanan, Jumlah peserta bimlek literasi bagi kalangan wanita, anak-anak, dan
revolusi mental, reformasi birokrasi IKSS 4.4
disabilitas
dan tata kelola Kementerian
SS.4
Komunikasi dan Informatika yang
berintegritas, bersih, efektif, dan Opini BPK-RI atas laporan Keuangan Kementerian Komunikasi dan
IKSS 4.5
efisien Informatika

Persentase (%) penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


IKSS 4.6
(SPIP) dan lingkungan Kemenkominfo

Persentase (%) terselesaikannya pelaksanaan kebijakan Change


IKSS 4.7
Management

Persentase (%) tersedianya sistem dan mekanisme Partisipasi Publik


IKSS 4.8
(planning, design, execution dan monitoring) anggaran dan kebijakan

Sumber: Permenkominfo No. 22/2015 tentang Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019

Laporan Kinerja |35|


LAPORAN KINERJA 2017
Perencanaan Kinerja

Tabel 2.2 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015 – 2019


(Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016)
SASARAN STRATEGIS (SS) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS)
(Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016) (Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016)

Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik


IKSS 1.1
Nasional (Jumlah Kab/Kota : 514)

Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah


IKSS 1.2
Kab/Kota : 514)

Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri terlayani


IKSS 1.3 jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk
Lokpri : 5.520 desa)

Persentase (%) Kawasan perbatasan terlayani jasa akses


IKSS 1.4
telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan : 187 Kecamatan)

IKSS 1.5 Persentase (%) Harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita

Tersedianya infrastruktur TIK serta Persentase (%) Implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switched
IKSS 1.6
pengembangan ekosistem TIK yang Off (ASO)
SS.1
merata dan efisien di seluruh wilayah
Indonesia Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah Nelayan dan
IKSS 1.7
Petani per tahun 2013 : 28,7 juta)

IKSS 1.8 Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah per tahun 2012 : 56 juta)

Persentase (%) Desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk


IKSS 1.9 Lokpri tersedia layanan digital (Jumlah desa di wilayah tertinggal
termasuk Lokpri : 5.520 Desa)

Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh


IKSS 1.10
literasi TIK

IKSS 1.11 Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK

Jumlah angkatan kerja yang terserifikasi keahlian dan kompetensi


IKSS 1.12
sektor TIK

Tersedianya akses dan kualitas


informasi publik terkait kebijakan dan
Persentase (%) Kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas
SS.2 program prioritas pemerintah yang IKSS 2.1
informasi publik (Survei Responden/Publik)
baik, cepat, tepat dan obyektif kepada
seluruh lapisan masyarakat Indonesia

IKSS 3.1 Opini laporan keuangan

Terwujudnya tata kelola Kementerian


SS.3 Komunikasi dan Informatika yang IKSS 3.2 Indeks Reformasi Birokrasi
bersih, efesien dan efektif

IKSS 3.3 Nilai Akuntabiltas Kinerja

Sumber: Permenkominfo No. 21/2016 tentang Perubahan atas PM Kominfo No. 22/2015
tentang Rencana Strategis Kemkominfo Tahun 2015-2019

|36| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Perencanaan Kinerja

Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja merupakan instrumen pelaksanaan Peraturan


Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja.

Dalam Perjanjian Kinerja berisi penyataan kesepakatan kinerja yang


akan dicapai antara pimpinan unit kerja yang menerima amanah/
tanggung jawab dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung
jawab. Perjanjian Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika
Tahun 2017, secara rinci adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017


SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN TARGET PK 2017

Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone


IKSS 1.1 serat optik Nasional 86%
(Jumlah Kab/Kota : 514

Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband


IKSS 1.2 60%
4G LTE (Jumlah Kab/Kota : 514

Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk


IKSS 1.3 Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa 4,5% (250 desa)
di wilayah tertinggal termasuk lokpri : 5.520 desa)

Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani/jasa


IKSS 1.4 akses telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan : 187 60% (112 lokasi)
Kecamatan

Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB


IKSS 1.5 7,3%
per kapita

Tersedianya Infrastruktur TIK serta Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/


IKSS 1.6 70%
pengembangan ekosistem TIK Analog Switched Off (ASO)
SS.1
yang merata dan efisien di seluruh 1% (300.000
wilayah Indonesia Persentase (%) nelayan dan petani go-digital (Jumlah
IKSS 1.7 petani+nelayan Go
petani + nelayan per Tahun 2013 : 28,7 juta
Digital)

0,05%
Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per
IKSS 1.8 (29.000 UMKM Go
Tahun 2012 : 56 juta
Digital)

Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah 2,7%


tertinggal termasuk Lokpri tersedia layanan digital (150 Desa
IKSS 1.9
(Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri : Broadband
5.520 Desa) Terpadu)

Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang


IKSS 1.10 5.300
memperoleh literasi TIK

IKSS 1.11 Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK 500.000

Jumlah angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian


IKSS 1.12 10.650
kompetensi sektor TIK

Tersedianya akses dan kualitas


informasi publik terkait kebijakan
Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses
dan program prioritas pemerintah
SS.2 IKSS 2.1 dan kualitas informasi publik (Survei Responden/ 50%
yang baik, cepat, tepat dan obyektif
Publik)
kepada seluruh lapisan masyarakat
Indonesia

Terwujudnya tata kelola IKSS 3.1 Opini laporan keuangan WTP


Kementerian Komunikasi dan
SS.3 IKSS 3.2 Indeks Reformasi Birokrasi A
Informatika yang bersih, efisien dan
efektif IKSS 3.3 Nilai Akuntabilitas Kinerja A

Laporan Kinerja |37|


LAPORAN KINERJA 2017
Perencanaan Kinerja

Perjanjian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun


2017 diimplementasikan melalui 4 (empat) program utama yang
merupakan program prioritas bagi Kementerian Komunikasi dan
Informatika sebagai berikut:

Broadband/4G dan Efisiensi Industri


Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas layanan
komunikasi dan informatika untuk mendukung fokus pembangunan
Pemerintah Indonesia. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,
kegiatan yang dilaksanakan adalah:
• Penataan frekuensi (refarming);
• Pembangunan jaringan tulang punggung (serat optik) nasional
Palapa Ring;
• Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di daerah blankspot,
khususnya di daerah perbatasan dan pedalaman (lokasi prioritas,
tertinggal, terluar dan terdepan/3T) yang belum terlayani akses
telekomunikasi seluler;
• Penyediaan akses broadband internet bagi masyarakat,
Kementerian/Lembaga dan Pemda tingkat Kabupaten/Kota yang
mengusulkan di wilayah.

Digitalisasi
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan efisiensi
spektrum frekuensi, efisiensi infrastruktur industri penyiaran,
mempertahanan diversity of ownership, menumbuhkan industri
konten (diversity of contents), memperoleh digital dividend
yang dapat digunakan untuk broadband kebencanaan (Public
Protection and Disaster Relief), pendidikan,dll., menghemat biaya
listrik sebesar 94%, biaya modal (Capital Expenditure) sebesar
79% dan biaya operasional (Operational Expenditure) sebesar 57%
dibandingkan dengan tetap menggunakan pemancar TV Analog,
serta meningkatkan kualitas penerimaan siaran TV.

|38|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Perencanaan Kinerja

Cyber Security dan Governance, E-Government,


dan E-Commerce
Tujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan ekosistem yang
memanfaatkan jaringan pitalebar yang merata dan terjangkau untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah:
• Revisi UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE);
• Peta Jalan e-Commerce Nasional;
• Peta Jalan e-Government Nasional;
• Peta Jalan Cyber Security;
• Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital;
• Pelatihan dan sertifikasi berbasis SKKNI.

Government Public Relations (GPR)


Tujuan dari program ini adalah untuk membentuk agenda setting
pemerintah yang dapat meningkatkan partisipasi publik dan citra
positif pemerintah. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,
kegiatan yang dilaksanakan meliputi produksi dan penyebaran konten,
baik melalui koordinasi dengan Kementerian/Lembaga/Pemda, GPR
Widget, Media Center, dan kanal komunikasi lainnya.

Kinerja Lainnya
Pada bagian ini dijelaskan mengenai capaian kinerja yang telah
dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, namun
tidak dimasukkan ke dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017, antara lain:
• SiVION (Sistem Verifikasi Identitas Online)
• Penyelesaian Sengketa Informasi;
• Pengaduan Masyarakat Terhadap Konten Siaran;
• Pengaduan Bidang Pers.
• PPSE (Pendaftaran Penyelenggaraan Sistem Elektronik)
• Otomatisasi Layanan Perizinan

|39|
Laporan Kinerja
|40|
Laporan Kinerja
3
Akuntabilitas
Kinerja

1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI


2. CAPAIAN KINERJA LAINNYA

|41|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

AKUNTABILITAS
Kinerja
Capaian kinerja organisasi diukur
dengan cara membandingkan antara kinerja yang
dicapai dengan kinerja yang diharapkan berdasarkan
target yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian
Kinerja selama satu tahun

Capaian Kinerja Organisasi

Capaian kinerja akan memberikan jawaban terhadap keberhasilan


Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam melakukan
pembangunan di bidang komunikasi dan informatika dalam
mendukung fokus pembangunan nasional. Untuk mendukung agenda
pembangunan di bidang komunikasi dan informatika tersebut,
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menetapkan 3 (tiga)
Sasaran Strategis.

Elaborasi capaian kinerja berdasarkan sasaran strategis secara lebih


detil menurut indikator kinerjanya dijelaskan sebagai berikut:

Sasaran Strategis 1:
Tersedianya Infrastruktur TIK serta
Pengembangan Ekosistem TIK yang Merata dan
Efisien di Seluruh Wilayah Indonesia

|42| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Komunikasi dan


Informatika menetapkan indikator sebagai berikut:

Tabel 3.1 Indikator Pencapaian Sasaran Strategis 1


2016 2017
Capaian
No. Indikator Kinerja Satuan
2017
Target Realisasi Target Realisasi

SASARAN STRATEGIS 1
Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia

Persentase (%) Kab/ 86% 86,38%


Kota terhubung jaringan (442 kab/ (444 kab/
1.1 backbone serat optik % 82% 82,5% kota dari kota dari 100,44%
Nasional (Jumlah Kab/ 514 kab/ 514 kab/
kota: 514) kota) kota)

60%
Persentase (%) Kab/Kota 64,40% (331
(308 kab/
terlayani akses broadband kab/kota
1.2. % 40% 11,28% kota dari 107,33%
4G LTE (Jumlah Kab/kota: dari 514
514 kab/
514) kab/kota)
kota)

Persentase (%) desa


di wilayah tertinggal
termasuk lokpri terlayani
jasa akses telekomunikasi
melalui penyediaan Base
Transceiver Station (BTS)
(Jumlah desa di wilayah 4,5% (250 7,11%
1.3. % - - 158%
tertinggal termasuk lokpri: desa) (393 desa)
5.520 Desa)
- Desa 3T tanpa sinyal:
5.087 desa
- Desa Lokpri termasuk
3T tanpa sinyal: 433
desa

Persentase (%) kawasan


perbatasan terlayani jasa
akses telekomunikasi
19,25% 25,67%
(BTS Perbatasan) (Jumlah
(36 (48
kawasan perbatasan: 187 60% (112
1.4 % 50% kecamatan kecamatan 42,78%
Kecamatan) lokasi)
dari 187 dari 187
Total kecamatan Lokpri
kecamatan) kecamatan)
berdasarkan Perka BNPP
No.1/2015= 187 lokasi
prioritas

2,65% 1,44%
(untuk (untuk
mobile mobile
Persentase (%) harga
broadband) broadband)
1.5 layanan pita lebar % 8,6% 7,3% 97,26%
terhadap PDB per kapita
13% 7,1% (untuk
(untuk fixed fixed
broadband) broadband)

|43|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

2016 2017
Capaian
No. Indikator Kinerja Satuan
2017
Target Realisasi Target Realisasi

SASARAN STRATEGIS 1
Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia
Persentase (%)
implementasi digitalisasi
1.6 % 50% - 70% 98% 140%
penyiaran/Analog
Switched Off (ASO)
333.515
Persentase (%) nelayan petani dan
300.000
dan petani go digital nelayan
1.7 % - - petani dan 111,17%
(Jumlah petani + nelayan yang
nelayan
per Tahun 2013: 28,7 Juta) teregister di
aplikasi
0,05% 0,02%
Persentase (%) UMKM go (29.000 (12.507
1.8 digital (Jumlah UMKM per % - - UMKM dari UMKM dari 40%
Tahun 2012: 56 juta) 56 juta 56 juta
UMKM) UMKM)
Persentase (%) desa
di wilayah perbatasan,
daerah tertinggal
termasuk lokpri tersedia
layanan digital ((Jumlah 4,02%
desa di wilayah tertinggal 2,7% (150 (222 lokasi
1.9 % - 3 lokasi 150%
termasuk lokpri: 5.520 DBT) + 3 desa
Desa) piloting)
- Desa 3T tanpa sinyal:
5.087 desa.
- Desa 3T + Lokpri tanpa
sinyal: 433 desa
Jumlah anak-anak, wanita,
disabilitas dan pelajar
1.10 orang 4.450 12.575 5.300 7.291 137,56%
yang memperoleh literasi
TIK
Jumlah masyarakat umum
1.11 yang memperoleh literasi orang - - 500.000 1.494.117 298,82%
TIK
Jumlah angkatan kerja
yang tersertifikasi keahlian
1.12 orang 1.600 1.377 10.650 9.407 88,33%
dan kompetensi sektor
TIK

Penjelasan atas pencapaian Sasaran Strategis 1, yaitu tersedianya Infrastruktur TIK serta
pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia diuraikan
secara rinci sebagai berikut:

1.1 Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat


Optik Nasional (Palapa Ring)
Palapa Ring merupakan salah satu target dari RPJMN 2015-2019 terkait pembangunan
infrastruktur telekomunikasi. Dalam Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 diamanatkan
bahwa 100% kabupaten/kota di Indonesia harus memiliki jaringan telekomunikasi dengan
kualitas layanan telekomunikasi kecepatan tinggi atau pita lebar (broadband) ke para
pengguna akhir (end user) dengan kecepatan transfer bit (data) sekurang-kurangnya 10 Mbps
di perdesaan dan 20 Mbps di perkotaan. Manfaat dari tergelarnya Palapa Ring adalah untuk

|44| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

mewujudkan pemerataan dan percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi, akselerasi


pertumbuhan, dan pemerataan pembangunan sosial ekonomi melalui ketersediaan infrastruktur
jaringan telekomunikasi berkapasitas besar yang terpadu bisa memberikan jaminan kualitas
internet dan komunikasi yang berkualitas tinggi dan memberikan layanan broadband bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Penggelaran Palapa Ring ini sendiri memiliki karakteristik yaitu,
melayani daerah non-financially feasible (tidak layak secara bisnis/keuangan) yang distruktur
sebagai PPP/Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU), dan merupakan proyek pertama di
sektor telekomunikasi dimana pemerintah berperan menyediakan penjaminan.

Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional “Palapa Ring” adalah proyek yang
menghubungkan seluruh ibukota kabupaten/kota di Indonesia dengan jaringan broadband
(internet berkecepatan tinggi). Saat ini, dari total 514 Ibukota Kabupaten/Kota (IKK) di Indonesia
terdapat 457 IKK yang telah dan akan terjangkau dengan jaringan broadband. Sedangkan
sebanyak 57 IKK merupakan daerah terpencil dengan kontur geografis yang sulit dan potensi
pengguna yang relatif kecil sehingga tidak layak secara komersial/bisnis yang menyebabkan
penyelenggara telekomunikasi tidak membangun jaringan serat optik pada kabupaten/kota
tersebut. Untuk itu pemerintah hadir, dalam hal ini Kemkominfo, menjadikan 57 IKK tersebut
sebagai target Proyek Palapa Ring.

Rencana implementasi jaringan tulang punggung (backbone) serat optik nasional “Palapa Ring”
dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Rencana Implementasi Jaringan Tulang Punggung (Backbone)


Serat Optik Nasional (Palapa Ring)

Rencana Implementasi Jaringan Tulang


Punggung Serat Optik
57

424 444 457


379 400
329 345 350

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi Operator Rencana Operator Rencana KOMINFO

Operator Telekomunikasi KEMKOMINFO


Sampai dengan akhir 2018 Operator � Terdapat 57 KK belum terjangkau yang mana
Seluler akan membangun jaringan merupakan daerah terpencil dengan kontur
Backbone Serat Optik di 457 KK geografis yang sulit dan tidak layak secara finansial
� Rencana penyelesaian kontruksi di tahun 2018

Sumber: BP3TI, Kemkominfo, 2017

|45|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Pembangunan Proyek Palapa Ring ini terdiri dari komitmen


PT. Telkom Indonesia dengan Pemerintah dan yang dibangun
oleh Pemerintah melalui dana Kewajiban Pelayanan
Universal (KPU)/Universal Service Obligation (USO) yang
dikelola oleh Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan
Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI). Berdasarkan komitmen
PT. Telkom Indonesia terhadap pengoperasian jaringan kabel
serat optik di 457 Ibukota Kabupaten/Kota (IKK) hingga Tahun
2017 sudah dibangun sebanyak 444 IKK dengan rincian sebagai
berikut :
a. Sampai dengan Tahun 2010 sebanyak 311 IKK
b. Sampai dengan Tahun 2011 sebanyak 329 IKK
c. Sampai dengan Tahun 2012 sebanyak 345 IKK
d. Sampai dengan Tahun 2013 sebanyak 350 IKK
e. Sampai dengan Tahun 2014 sebanyak 379 IKK
f. Sampai dengan Tahun 2015 sebanyak 400 IKK
g. Sampai dengan Tahun 2016 sebanyak 424 IKK
h. Sampai dengan Tahun 2017 sebanyak 444 IKK

Persentase capaian hasil pembangunan proyek Palapa Ring dari


Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.2
dibawah ini.

Tabel 3.2 Capaian Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik Nasional
2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

1.1 Persentase
(%) kab/kota
terhubung 78% 77,8% 82% 82,5% 86% 86,38%
jaringan 100,44%
backbone (401 IKK) (400 IKK) (421 IKK) (424 IKK) (442 IKK) (444 IKK)
serat optik
nasional

Sebanyak 13 IKK sedang dalam proses pembangunan dan direncanakan


akan selesai Tahun 2018. Sedangkan sisa sejumlah 57 IKK masih dalam
proses pembangunan oleh BP3TI yang dibagi ke dalam 3 (tiga)
paket, yaitu Paket Barat, Paket Tengah, dan Paket Timur. Progres
pembangunan dari ketiga paket tersebut adalah sebagai berikut:

• Paket Barat terdiri dari 5 IKK, yaitu: IKK Bengkalis, Meranti,


Progres Paket Barat
Natuna, Lingga dan Anambas. Tahapan pembangunan yang telah

92,60% diselesaikan adalah Site Acquisition (SITAC), Civil, Mechanical,


Electrical (CME), Outside Plant Darat (OSP Darat), Outside Plant
Laut (OSP Laut), Inside Plant (ISP), dan Network Management
System (NMS), sehingga progres pembangunannya adalah
92,60%.

|46| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

• Paket Tengah terdiri dari 17 IKK, yaitu: IKK Sangihe, Siau Progres Paket Tengah
Tanggulandan Biaro, Talaud, Morowali, Morowali Utara, Banggai
Laut, Banggai Kepulauan, Muna, Muna Barat, Konawe Utara,
Konawe Kepulauan, Buton Utara, Buton Tengah, Kep. Morotai,
71,53%
Pulau Taliabu, dan Tidore Kepulauan. Tahapan pembangunan
yang telah diselesaikan adalah Site Acquisition (SITAC); Civil,
Mechanical, Electrical (CME), Outside Plant Darat (OSP Darat),
Inside Plan Darat (ISP), dan serta beberapa Outside Plan Laut
(OSP Laut), dan Network Management System (NMS) sehingga
progres pembangunannya adalah 71,53%.

• Paket Timur terdiri dari 35 IKK, yaitu: Rote Ndao, Sabu Raijua, Progres Paket Timur
Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Tiakur, Jayawijaya, Nabire,
Kepulauan Yapen, Puncak Jaya, Paniai, Keerom, Pegunungan
Bintang, Sumohai, Tolikara, Waropen, Tanah Merah, Mappi,
31,33%
Asmat, Supiori, Mamberano Raya, Mamberano Tengah, Yalimo,
Lanny Jaya, Nduga, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya, Deiyai, Sorong
Selatan, Bintuni, Teluk Wondama, Tambrauw, Maybrat, Manokwari
Selatan, dan Pegunungan Arfak. Tahapan pembangunan yang
telah diselesaikan adalah Site Acquisition (SITAC) dan Inside
Plant (ISP), sehingga progres pembangunannya adalah 31,33%.

Gambar 3.2 Peta Pembangunan Jaringan Serat Optik Nasional “Palapa Ring”
BARAT TENGAH TIMUR
Panjang Jaringan : 2.275 km Panjang Jaringan : 2.995 km Panjang Jaringan : 6.878 km
Konsorsium Pelaksana : PT Palapa Ring Barat Konsorsium Pelaksana : PT LEN Telekomunikasi Indonesia Konsorsium Pelaksana : PT Palapa Timur Telematika
Tanggal Kontrak : 29 Februari 2016 Tanggal Kontrak : 4 Maret 2016 Tanggal Kontrak : 29 September 2016
Financial Closing : 11 Agustus 2016 Financial Closing : 29 September 2016 Financial Closing : 29 Maret 2017
Penyelesaian Kontruksi : 11 Februari 2018 Penyelesaian Kontruksi : 29 Maret 2018 Penyelesaian Kontruksi : 29 September 2018
Junmlah Kab/Kota : 5 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota : 17 Kab/Kota Junmlah Kab/Kota : 35 Kab/Kota
Jumlah Kab/Kota Interkoneksi : 7 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota Interkoneksi : 10 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota Interkoneksi : 16 Kab/Kota

Sumber: BP3TI, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2017

Laporan Kinerja |47|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

1.2 Persentase (%) Kab/Kota Terlayani Akses


Broadband 4G LTE
4G adalah singkatan dari istilah dalam Bahasa Inggris fourth-generation
technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada standar
generasi keempat dari teknologi telepon seluler. 4G merupakan
pengembangan dari teknologi 3G dan 2G. Sistem 4G menyediakan
jaringan pitalebar ultra untuk berbagai perlengkapan elektronik,
contohnya telepon pintar dan laptop yang menggunakan modem
nirkabel1. Sejalan dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi
Sumber: https://id.wikipedia. telekomunikasi seluler atau biasa disebut mobile communication
org/wiki/4G (komunikasi bergerak) banyak diminiati oleh masyarakat. Hal
ini menuntut adanya mobile evolution di bidang telekomunikasi
khususnya telekomunikasi seluler yang dapat memberikan layanan
untuk berkomunikasi dan bertukar data dengan cepat dan mudah.

Sistem 4G menyediakan solusi Internet Protocol (IP) yang komprehensif


dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada
pengguna kapan saja dan dimana saja, pada rata-rata data lebih
tinggi dari generasi sebelumnya. Dengan Sistem 4G, maka segala jenis
layanan data dapat dinikmati dengan harga yang lebih terjangkau.

Untuk itu, pemerintah, dalam hal ini Kemkominfo, terus mendorong


para penyelenggara telekomunikasi untuk membangun akses layanan
telekomunikasi berbasis teknologi 4G LTE hingga ke seluruh pelosok
Indonesia. Presensi layanan 4G yang telah disediakan oleh para
penyelenggara telekomunikasi per Kuartal III Tahun 2017 (Q3 2017)
telah menjangkau 331 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini.

Gambar 3.3 Presensi Layanan 4G LTE Berdasarkan Jumlah Wilayah


Administrasi yang Ter-cover

CAKUPAN SINYAL 4G di Indonesia


Jumlah Wilayah Administrasi yang Tercover*

Desa/Kelurahan tercover Kecamatan tercover Kab/Kota tercover Provinsi tercover


45.811 4.099 331 25

55,05% 56,98% 64,40% 73,53%

Sumber: Profil Industri Seluler Tahun 2017, Direktorat Pengendalian, Ditjen Penyelenggaraan Pos
dan Informatika, Kemkominfo

|48| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Persentase capaian hasil pembangunan akses broadband 4G LTE dari


Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.3
dibawah ini.

Tabel 3.3 Capaian Persentase (%) Kabupaten/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE
2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

1.2 Persentase 60%


64,40%
(%) kab/kota (308
terlayani (331 kab/
% 20% - 40% 11,28% kab/kota 107,33%
akses kota dari
dari total
broadband total 514
514 kab/
4G LTE kab/kota)
kota)

Berdasarkan data presensi layanan 4G LTE yang telah disampaikan


oleh 7 (tujuh) operator seluler hingga Kuartal III Tahun 2017 (Q3 2017),
jumlah desa/kelurahan di Indonesia yang sudah terjangkau sinyal
4G adalah sebanyak 45.811 desa/kelurahan dari total 83.218 desa
(55,05%). Jumlah kecamatan di Indonesia yang sudah tercakup sinyal
4G adalah sebanyak 4.099 kecamatan dari total 7.175 kecamatan
Jumlah
(56,98%). Sedangkan, jumlah kabupaten/kota di Indonesia yang sudah
terjangkau sinyal 4G adalah sebanyak 331 kabupaten/kota dari total
514 kabupaten/kota di Indonesia (64,40%), sehingga capaian untuk
indikator persentase (%) kabupaten/kota terlayani akses broadband
4G LTE pada Tahun 2017 adalah sebesar 107,33%.

Selanjutnya, selain melakukan upaya pemerataan akses broadband di


seluruh wilayah Indonesia, secara simultan Kementerian Komunikasi
331
kabupaten/kota
dan Informatika juga berupaya dalam mendukung peningkatan

4.099
kualitas layanan broadband melalui penambahan spektrum frekuensi
radio. Penyelenggaraan layanan broadband menuntut tersedianya
spektrum frekuensi radio yang memadai agar dapat menampung kecamatan
trafik data pengguna layanan. Penambahan spektrum frekuensi radio
memiliki peranan strategis dalam mendukung peningkatan kapasitas,
kualitas dan kecepatan akses broadband sesuai kebutuhan layanan
oleh penyelenggara jaringan telekomunikasi ke masyarakat.
45.811
desa/kelurahan
yang sudah terjangkau
Dengan demikian, memperhatikan peningkatan kebutuhan bandwidth
sinyal 4G
yang sangat cepat sebagai konsekuensi dari perkembangan
teknologi dan tuntutan pasar yang konvergen menuju layanan pita
lebar (broadband), maka Kementerian Komunikasi dan Informatika
telah menyusun Rencana Strategis Penambahan Spektrum Frekuensi
Radio Sebesar 350 MHz untuk Mobile Broadband rencana strategis
Tahun 2015-2019 sebagai upaya untuk mengatasi krisis Pita Frekuensi
Radio sebagai berikut:

Laporan Kinerja|49|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.4 Rencana Strategis Penambahan Spektrum Frekuensi Radio Sebesar 350 MHz untuk
Mobile Broadband Tahun 2015 – 2019
Pita Frekuensi TAHUN
2019
Radio (MHz) Sebelum 2015 2015 2016 2017 2018
450 10 5
700 90
800 22
900 55 15
1800 150
2100 100 20
2300 30 30 30
2600 190
1400 91
1900 14 -14 30
3300 100
5000 100

Capaian Per 207 165 26 55 130 191


Tahun (MHz)
Capaian 165 191 246 376 567
Kumulatif (MHz)
CAPAIAN
Persen Capaian 47,14% 54,57% 70,29% 107,43% 162,00%
Kumulatif
Terhadap Target
(%)

Target Capaian 20 105 175 245 350


Kumulatif (MHz)
TARGET
RENSTRA Persentase 5,70% 30% 50% 70% 100%
Target Capaian
Kumulatif (%)

Telah dicapai Berpotensi untuk dicapai Relatif sulit untuk dicapai tepat waktu
Sumber: Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kemkominfo

350MHz
Upaya penambahan spektrum frekuensi radio tersebut diterjemahkan
dalam Indikator Kinerja Persentase (%) Ketersediaan Tambahan
Spektrum Frekuensi Sebesar 350 Mhz Untuk Mobile Broadband.
Kebutuhan Tambahan Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 Mhz ditargetkan secara
Spektrum Frekuensi
bertahap dari Tahun 2015 dan diharapkan dapat dicapai pada
untuk Mobile
Broadband Tahun 2019. Berdasarkan data capaian realisasi yang dilaporkan,
dapat diketahui bahwa tambahan frekuensi yang dihasilkan secara
akumulatif hingga Tahun 2017 adalah sebesar 246 MHz, yang terdiri
atas tambahan sebesar 165 MHz yang dihasilkan pada 2015, tambahan
26 MHz dihasilkan pada Tahun 2016, dan tambahan 55 MHz yang
dihasilkan pada Tahun 2017. Sehingga secara akumulasi hingga Tahun
2017, capaian realisasi mencapai 70,29 persen. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa target pada Indikator Kinerja tersebut telah
tercapai. Capaian indikator kinerja dimaksud dapat dilihat pada Tabel
3.5 berikut ini beserta penjelasan capaiannya.

|50| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.5 Capaian Persentase (%) Tersedianya Tambahan Spektrum Frekuensi


Sebesar 350 MHz untuk Mobile Broadband
2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

1.2. Persentase
(%) tersedi-
anya tamba- 5,7%
han spektrum 47,1% 14,3% 54,6% 50% 70,29%
frekuensi % 140,6%
(20
sebesar 350 (165 MHz) (50 MHz) (191 MHz) (175 MHz) (246 MHz)
MHz)
MHz un-
tuk mobile
broadband

Adapun tahapan kegiatan kerja di Tahun 2017 yang dilaksanakan


dalam rangka mencapai target tambahan spektrum frekuensi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya penetapan PM Kominfo Nomor 12 Tahun 2017
sebagai dasar penerapan netral teknologi pada pita 450 MHz
dinyatakan bahwa pita frekuensi radio 450 MHz pada rentang
450 – 457,5 MHz berpasangan dengan 460 – 467,5 MHz
(7,5 MHz FDD atau sama dengan 15 MHz) ditetapkan untuk
keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler yang dalam
penggunaannya diberikan kebebasan untuk memilih teknologi
dalam mengoperasikan jaringannya. Dengan ditetapkannya klausul
tersebut di atas, maka hak kebebasan memilih teknologi bagi STI
yang semula telah tercantum di dalam Keputusan Menkominfo
Nomor 1660 Tahun 2016, dinyatakan dengan lebih rinci di dalam
PM 12/2017 berupa penyebutan rentang frekuensi radionya selebar
2 x 7,5 MHz (sama dengan 15 MHz). Dengan adanya pencantuman
2 x 7,5 MHz pada pita 450 MHz yang penggunanya memiliki
kebebasan untuk memilih teknologi (PM 12/2017), maka capaian
di Tahun 2017 adalah selisih antara lebar keseluruhan pita frekuensi
radio mobile broadband di 450 MHz (2 x 7,5 MHz) dengan lebar
pita frekuensi radio mobile broadband yang telah dinyatakan
sebelumnya sebagai capaian di Tahun 2016 (2 x 5 MHz). Berdasar
pada pertimbangan tersebut, maka capaian di Tahun 2017 pada
pita 450 MHz adalah selebar 5 MHz (2 x 2,5 MHz);

2. Pelaksanaan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz


dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan
Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler;
a. Seleksi untuk pita frekuensi radio 2.3 GHz telah selesai
dilaksanakan dengan ditetapkannya Keputusan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 1896 Tahun 2017 tentang
Penetapan PT. Telekomunikasi Selular sebagai Pemenang
Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun
2017 untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak

Laporan Kinerja|51|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Seluler, yang ditetapkan pada tanggal 20 Oktober 2017.


PT. Telekomunikasi Selular mendapatkan rentang frekuensi
radio 2300 MHz – 2330 MHz (30 MHz);

b. Seleksi untuk pita frekuensi radio 2.1 GHz telah selesai


dilaksanakan dengan ditetapkannya:
• Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 1943 Tahun 2017 tentang Penetapan
PT. Hutchison 3 Indonesia sebagai Pemenang Seleksi
Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Tahun 2017
untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak
Seluler, yang ditetapkan pada tanggal 1 November 2017.
PT. Hutchison 3 Indonesia mendapatkan rentang frekuensi
radio 1970 MHz – 1975 MHz berpasangan dengan rentang
frekuensi radio 2160 MHz - 2165 MHz (10 MHz);

• Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor


1943 Tahun 2017 tentang Penetapan PT. Indosat Tbk
sebagai Pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio
2.1 GHz Tahun 2017 untuk Keperluan Penyelenggaraan
Jaringan Bergerak Seluler, yang ditetapkan pada tanggal
1 November 2017. PT. Indosat Tbk mendapatkan rentang
frekuensi radio 1975 MHz – 1980 MHz berpasangan dengan
rentang frekuensi radio 2165 MHz - 2170 MHz (10 MHz)

Capaian tambahan Dengan demikian, dengan adanya perubahan regulasi pada pita 450
spektrum frekuensi MHz dan penetapan pemenang seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio
radio untuk mobile 2.1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz, maka telah didapatkan
broadband 2017 tambahan spektrum frekuensi radio sebesar 55 MHz untuk Mobile
Broadband di Tahun 2017. Sehingga secara akumulasi sampai dengan

246 MHz
2017, capaian tambahan spektrum frekuensi radio untuk mobile
broadband sebesar 246 MHz (70,29%).

1.3 Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal


Termasuk Lokpri Terlayani Jasa Akses
Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base
Transceiver Station (BTS)
Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T (Terdepan,
Terluar, Tertinggal) dan Kawasan Perbatasan merupakan salah satu
program Universal Service Obligation (USO) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Balai Penyedia
dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI).
Program ini merupakan salah satu strategi Kementerian Komunikasi
dan Informatika/BP3TI dalam mengurangi kesenjangan telekomunikasi.
Pelaksanaan strategi tersebut adalah penyediaan layanan seluler telefoni
dasar di daerah yang belum mendapatkan sinyal selular.

|52|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Program ini merupakan bagian dari Rencana Strategis Kementerian


Komunikasi dan Informatika Tahun 2015-2019, di mana Kementerian
Kominfo memiliki tugas menjamin konektivitas broadband nasional
melalui Universal Service Obligation. Sampai dengan Oktober 2016,
terdapat 21 lokasi BTS yang telah on-air di wilayah sepanjang perbatasan
Indonesia.

Tujuan Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T dan


Kawasan Perbatasan adalah langkah pemenuhan kewajiban Negara
terhadap masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap akses telekomunikasi dan informatika, memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa, serta memperkuat ketahanan nasional. Hal
ini sejalan dengan Program Nawacita yang telah dicanangkan oleh
Presiden RI, terutama pada butir ke-3, yaitu membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Model bottom-up usulan lokasi Penyediaan Base Transceiver Station sebanyak


(BTS) di Wilayah 3T dan Kawasan Perbatasan dari Pemerintah Daerah
merupakan langkah yang dianggap strategis agar penyediaan yang
dilakukan oleh BP3TI dapat terlaksana dengan tepat sasaran dan tepat pada
393
Tahun 2017
desa

guna. Selain memberikan usulan lokasi, pemerintah daerah juga wajib di wilayah tertinggal
mempersiapkan lahan dan meminjam-pakaikan kepada Kementerian termasuk lokpri
Komunikasi dan Informatika. Target pembangunan Penyediaan Base terlayani jasa akses
Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T dan Kawasan Perbatasan telekomunikasi melalui
berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kominfo Tahun 2015 – 2019 penyediaan BTS
untuk 5.520 desa yang menjadi target prioritas dalam pembangunan
BTS sampai dengan Tahun 2019, yaitu sebanyak 575 lokasi BTS.

Berdasarkan Laporan Kinerja Operasi dan konfirmasi dengan para


penyelenggara telekomunikasi bergerak seluler pada bulan Oktober
2017, dari 83.218 desa, sebanyak 22.521 desa berada di wilayah 3T dan
60.697 desa di Non 3T. Dari 22.521 desa di daerah 3T tersebut, terdapat
7.314 desa yang tidak terlayani akses telekomunikasi, terdapat 518
desa dengan kekuatan sinyal < 50%, dan sisanya sebanyak 6.796 desa 2
Sumber: Direktorat
Pengendalian, Ditjen
tidak ada sinyal sama sekali. Dari 60.697 desa Non 3T, yang tidak Penyelenggaraan Pos dan
terlayani akses telekomunikasi sebanyak 1.261 desa2. Informatika, 2017

Penetapan lokasi yang menjadi target pembangunan BTS, mengacu


kepada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam beberapa peraturan
berikut ini:
a. Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019;
b. Peraturan Kepala BNPP Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana
Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun (2015-2019); dan
c. Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan
Pulau-Pulau Kecil Terluar.

Laporan Kinerja|53|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Berdasarkan Perpres Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan


Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019, total desa yang berada di wilayah
tertinggal/3T dan perbatasan/lokpri adalah 19.386 desa, dimana
sebanyak 5.520 desa tergolong dalam kategori desa tertinggal/3T
dan perbatasan/lokpri tanpa sinyal. Oleh karena itu, 5.520 desa
tersebut menjadi target prioritas Kemkominfo dalam pembangunan
BTS.

Persentase capaian hasil penyediaan jasa akses telekomunikasi


melalui penyediaan BTS dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017
dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani Jasa
Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

1.3 Persentase (%)


Desa di wilayah
tertinggal
termasuk
2,3% 2,3% 4,5%
lokpri terlayani 0,1% 1,9% (106
(125 (125 (250 7,11%
jasa akses % (5 lokasi lokasi 158%
lokasi lokasi lokasi (393 desa)
telekomunikasi BTS) BTS)
BTS) BTS) BTS)
melalui
penyediaan
Base Transceiver
Station (BTS)

1.4 Persentase (%) Kawasan Perbatasan


Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi Melalui
Penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
Kawasan perbatasan memiliki nilai strategis bagi suatu Negara dalam
mendukung keberhasilan pembangunan dan merupakan manifestasi
utama kedaulatan wilayah Negara. Oleh karena itu, Pemerintah dalam
hal ini Kemkominfo, hadir untuk mengatasi kesenjangan digital dengan
melakukan perluasan infrastruktur pembangunan BTS, khususnya di
daerah yang termasuk kawasan perbatasan berdasarkan Peraturan
Kepala Badan Pengelola Perbatasan Nasional (BNPP) Nomor 1 Tahun
2015 tentang Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun
2015 – 2019 yang telah menetapkan 187 kecamatan yang menjadi
objek penanganan dan pengelolaan kawasan perbatasan Indonesia.

Persentase capaian hasil penyediaan jasa akses telekomunikasi


melalui penyediaan BTS Perbatasan dari Tahun 2015 sampai dengan
Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.

|54| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.7 Capaian Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi
(BTS Perbatasan)
2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

1.4 Persentase
19,25%
(%) kawasan 1,60% (3
(36
perbatasan Kecamatan 25,67%
Kecamatan 60%
terlayani dari 187 (48 kecamatan
% 30% 50% dari 187 (112 42,78%
jasa akses Kecamatan dari 187
Kecamatan Lokasi)
telekomuni- Lokpri kecamatan)
Lokpri
kasi (BTS Perbatasan)
Perbatasan)
Perbatasan)

Tidak tercapainya target diakibatkan oleh beberapa kendala sebagai


berikut:
a) Adanya keterlambatan proses PO delivery untuk vendor BTS-
nya Indosat dan XL, sehingga pengiriman BTS mengalami
keterlambatan;
b) Terlambatnya penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara
BP3TI dengan Operator Seluler, penandatanganan baru
dilaksanakan di November 2017. Keterlambatan ini dikarenakan
ada isu internal di manajemen Telkomsel. Sedangkan untuk
Indosat dan XL dikarenakan Tahun 2017 merupakan tahun
perdana bergabungnya dalam program BTS USO, sehingga perlu
persiapan dahulu untuk proses penawaran dengan vendor BTS.
c) Faktor cuaca menghambat proses pengiriman material dan
peralatan ke beberapa site.

1.5 Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar


Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
per Kapita
Pitalebar dalam dokumen Rencana Pitalebar Indonesia didefinisikan
sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu
tersambung, terjamin ketahanan dan keamanan informasinya, serta
memiliki kemampuan triple-play dengan kecepatan minimal 2 Mbps
untuk akses tetap dan 1 Mbps untuk akses bergerak. Pitalebar
memungkinkan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian
informasi dilakukan secara lebih cepat, efisien, efektif, transparan,
dan akuntabel sehingga informasi tersebut tidak kehilangan nilai dan
bahkan dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.

Lahirnya Peraturan Presiden RI Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana


Pitalebar Indonesia (RPI) merupakan suatu bukti bahwa pemerintah
sudah semakin merasakan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi khususnya pitalebar (broadband) sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari strategi untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan daya saing nasional, serta meningkatkan kualitas hidup
masyarakat Indonesia.

Laporan Kinerja|55|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Sebagai turunan dari strategi tersebut ditetapkanlah target-target


RPI yang harus dicapai dalam periode 2014 – 2019, sebagai berikut:

Tabel 3.8 Target Infrastruktur dan Harga Layanan

PROGRESS 2017
TARGET INFRASTRUKTUR 2019
Data: BPS, Laporan Kinerja Operasi dari Operator, BP3TI

Rumah 20 7,87% secara nasional [5.227.346


71%
Tangga Mbps dari 66.040.895 Rumah Tangga]
1 *Rumah dianggap gedung
Gedung 100% (KemenPUPR, 2017)
Gbps
Perkotaan 8,08% secara nasional Download rata-rata
[menggunakan perhitungan (nasional): 13,15 Mbps
1 Rumah Tangga dihuni 4 Upload rata-rata
Akses Populasi 30% -
penduduk, 5.227.346 x 4 = (nasional): 7,75 Mbps
Tetap
20.909.384 dari 258.700.886 Sumber: aggregate
penduduk] data pengguna
speedtest.net
Rumah 10 7,7% secara nasional [5.227.346
49%
Tangga Mbps dari 66.040.895 Rumah Tangga]
Perdesaan 8,08% secara nasional [5.227.346
Populasi 6% - pelanggan (dikali 4) dari total
populasi 258.700.886 jiwa)
149% secara nasional [385.573.398
dari total populasi 258.700.886
1
Perkotaan Populasi 100% jiwa]
Mbps
3G di 438 (85,21%) Kab/Kota Download rata-rata
4G di 331 (64,40%) Kab/Kota (nasional): 9,69 Mbps
Upload rata-rata
Akses 149% secara nasional [385.573.398
(nasional): 7,62 Mbps
Bergerak dari total populasi 258.700.886
Sumber: aggregate
jiwa]
1 data pengguna
Pedesaan Populasi 52% 3G di 60.917 (72,3%) Desa/
Mbps speedtest.net
Kelurahan
4G di 45.811 (55,05%) Desa/
Kelurahan

Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017

Persentase capaian harga layanan pitalebar terhadap PDB per kapita


dari Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel
3.9 berikut ini.

Tabel 3.9 Capaian Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) per Kapita
2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

2,65% 1,44%
1.5 Persentase (%) (Untuk mobile (Untuk mobile
Harga Layanan broadband) broadband)
Pitalebar % 9,9% - 8,6% 7,3% 97,26%
Terhadap PDB 13% (untuk 7,1% (Untuk
per kapita fixed fixed
broadband) broadband)

|56| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Untuk mengetahui capaian dari target pada Tabel 3.9 di atas, maka
dilaksanakan Pemetaan Capaian Ekosistem TIK terhadap Pencapaian
Rencana Pitalebar Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

1) Pengumpulan data
- Koordinasi dengan Mastel (Masyarakat Telekomunikasi),
BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia), dan
Dit. Telekomunikasi
- Koordinasi dengan Dit. Pengendalian terkait data Laporan
Kinerja Operasi (LKO)
- Koordinasi dengan Bappenas

2) Pengolahan data

Setelah melakukan koordinasi dengan Badan Litbang SDM Kominfo,


BPS (Badan Pusat Statistik) dan tenaga ahli untuk pengolahan data,
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.10 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016
(Berdasarkan Koordinasi dengan Badan Litbang SDM Kominfo, BPS dan Tenaga Ahli)
Capaian 2016 (berdasarkan Laporan Kinerja Operasi (LKO) Tahun 2015)

Harga Layanan Harga Persentase dibanding dengan PDB per Kapita

Fixed Broadband (Indihome) Rp480.000,- 13%

Mobile Broadband (Telkomsel) Rp100.000,- 2,65%

Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017

Sedangkan apabila berdasarkan LKO Tahun 2016, diperoleh hasil


seperti yang tercantum pada Tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016
(Berdasarkan LKO)

Uraian Target Harga Layanan Maksimal Capaian per Oktober 2017

Rp285.000,- untuk langganan Indihome (atau 7,1% dari


Akses Tetap Rata-rata pendapatan per kapita/bulan
Rp 3.966.666,- (BPS 2016)).
Harga Nasional
Layanan 5% PDB per Kapita Rp50.000,- untuk langganan paket internet 3 GB
Akses Bergerak selama 1 bulan (atau 1,44% dari Rata-rata pendapatan
per kapita/bulan Rp 3.966.666,- (BPS 2016)).

Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017

Laporan Kinerja|57|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Untuk Capaian 2017 terkait harga layanan pitalebar terhadap PDB per
kapita, dapat dilihat pada perhitungan di Tabel 3.12 dibawah ini:

Tabel 3.12 Data Capaian Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2017
(Berdasarkan Data Kompilasi Tarif yang Dipublikasi)

TARGET HARGA LAYANAN CAPAIAN 2017


(Data: Kompilasi Tarif yang Dipublikasi)

7,1% (Nasional, 10 Mbps)


*Telkom (nasional ) Rp.285.000,-
Akses Tetap
5,48% (Jakarta, 15 Mbps)
5% dari PDB perkapita per bulan* *Oxygen Rp.219.000,- tarif per bulan terendah

*) Rp3.996.667 x 5% = Rp 199.833 2,25% (2 GB internet + 3 GB 4G)


(BPS, 2017) Telkomsel Rp.98.000,-
Akses Bergerak 1,48% (2GB + 3 GB 4G) Indosat Rp.59.000,-
2,13% (4.5 GB) Tri Rp.85.000,-
2,5% (6 GB) XL Rp.100.000,-

Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017

Berdasarkan Tabel 3.12, dapat disimpulkan bahwa harga layanan


maksimal untuk akses bergerak pitalebar (mobile broadband) sudah
terpenuhi, sedangkan untuk harga layanan pitalebar tetap (fixed
broadband) masih belum terpenuhi.

Manfaat yang didapat dengan harga pita lebar di bawah lima persen
dari rata-rata pendapatan per kapita per bulan adalah masyarakat
dapat menikmati layanan yang cepat, efektif dan efisien dengan harga
terjangkau sehingga produktivitasnya pun diharapkan meningkat.

Masih mahalnya harga access fixed broadband disebabkan berbagai


faktor diantaranya adalah faktor investasi pada penggelaran fixed
broadband dimaksud. Untuk itu Kemkominfo berupaya melakukan
upaya-upaya dalam memfasilitasi penyelenggara telekomunikasi
untuk membantu mengurangi beban investasi dimaksud, diantaranya
melaksanakan rencana aksi tindak lanjut sebagai solusi untuk
mempercepat capaian RPI, antara lain:
a. Mempermudah Right of Way, mengatur regulasi terkait dengan
infrastruktur, yang juga mencakup pengamanan infrastruktur
telekomunikasi sebagai objek vital, perlu dikomunikasikan dengan
K/L/Pemda terkait.
b. Standardisasi dalam penggelaran fixed broadband (mulai dari
perangkat hingga sumber daya manusia).
c. Open Access, bagaimana agar bisa berbagi jaringan dan bagi
yang belum memiliki jaringan dapat dilakukan alternatif ducting
bersama/tiang bersama.
d. Melakukan pembahasan regulasi terkait dengan Instalasi Kabel
Rumah Gedung dan juga Pedoman Pembangunan dan Penggunaan
Bersama Infrastruktur Pasif Telekomunikasi, sebagai salah satu
kebijakan untuk mempercepat penetrasi fixed broadband.

|58| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

e. Melakukan juga pemetaan potensi pada Komunitas/Sentra/


Sektor/Kawasan untuk ditindaklanjuti melalui fasilitasi antara
kawasan potensial tersebut dengan operator telekomunikasi
untuk dapat menyediakan akses internet secara Business to
Business (B2B) pada kawasan potensial tersebut.

1.6 Persentase (%) Implementasi Digitalisasi


Penyiaran/Analog Switched Off (ASO)
Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi terus meningkat
dalam berbagai aspek di berbagai negara. Ketika negara-negara lain
berlomba-lomba untuk mengikuti arus perkembangan teknologi ini,
Indonesia masih tertinggal dengan tingkat inovasi teknologi yang
tergolong rendah. Hal tersebut ditandai oleh data Laporan Daya
Saing Global (Global Competitiveness Report) untuk Tahun 2016 –
2017 yang di publikasikan oleh World Economic Forum, dalam hal
kesiapan teknologi, Indonesia berada pada peringkat 91 dari 138
negara yang dikarenakan oleh kurangnya tingkat pengguna internet
dan rendahnya internet bandwith dibandingkan negara-negara
lainnya. Untuk dapat mengejar ketertinggalan ini, salah satu aspek
yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas internet dan
mobile broadband. Menimbang ketersediaan frekuensi di Indonesia,
penerapan peningkatan mobile broadband membutuhkan inisiatif
khusus yaitu TV terestrial digital dan Analogue Switched Off (“ASO”)
yang berperan untuk menyediakan kebutuhan ruang frekuensi
melalui pembebasan spektrum frekuensi akibat proses digitalisasi TV
terrestrial (“Digital Dividend”).

Dengan adanya program Digitalisasi Penyiaran Televisi, maka


diharapkan terdapat alokasi frekuensi yang lebih efisien, sehingga
terdapat ruang yang memadai untuk mengembangkan teknologi untuk
mobile broadband, serta menjangkau wilayah tertinggal, terdepan,
dan terluar (“3T”). Dengan demikian, Indonesia mendapatkan manfaat
ekonomi yang substansial. Tidak hanya itu, Digitalisasi Penyiaran juga
akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional serta membangun konektivitas nasional untuk mencapai
keseimbangan pembangunan.

Tabel 3.13 Capaian Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran / Analog Switched Off
(ASO)
2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)
1.6 Persentase (%)
implementasi
digitalisasi % - - 50% - 70% 98% 140%
penyiaran/ Analog
Switched Off

|59|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Manfaat yang ingin dicapai dari Digitalisasi Penyiaran Televisi ini


adalah untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional serta membangun konektivitas nasional untuk
mencapai pemerataan pembangunan. 
Secara garis besar, penerima
manfaat bagi pelaksanaan program Digitalisasi Penyiaran Televisi
yaitu:
• Pemerintah
• Lembaga Penyiaran
• Produsen serta distributor Televisi dan Penyiaran
• Produsen dan layanan multimedia
• Masyarakat

Dengan terlaksananya migrasi dari TV analog ke TV digital, maka


diharapkan pemerintah mendapatkan manfaat berupa tambahan
spektrum frekuensi (Digital Dividend) yang kemudian digunakan untuk
menambah alokasi bandwidth mobile broadband (teknologi 4G).
Implementasi dari infrastruktur 4G akan mendukung produktivitas
baik penduduk maupun usaha-usaha di dalam negeri sehingga
semakin kompetitif.

Gambar 3.4 Pihak-Pihak yang Terkena Dampak Program Digitalisasi Penyiaran Televisi

Ot
he
r In
V
y-T s
ter
Pa rator e ste
e d pa
Op rtie
s

rs
lie Eq
pp er rs Ve uip
Su eiv ure nd me
y c t
Ke Re fac or nt
u s
an
M
rs

Co vide
Pro
ise

Ke G

nte rs
t

y ov
ver

St e

nt
(s lato

ak rm
Ad

eh en
u
)
g

ol t
Re

de
rs

Digital
Migration
Owne
Site

era rk
s
tor

Co
r

Op etwo
) te

s
rs

nsu Pub
ser
(s cas

ner um
Int Reg tions
and anisa
Org

m lic
ad

s/U

er /
ern ion

Ow pectr
ro

Gr
B

o
ati

up
S

s
on al
al

Retailers/
Installers

Ne s
tw Mo ard
ork bil nd s
Op e Sta odie
era B
tor
s

Sumber: Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017

|60| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Ada 5 (lima) aspek utama yang merupakan komponen utama


implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switched Off (ASO), yaitu:
1. Landasan Hukum,
2. Infrastruktur dan Pengelolaan Frekuensi,
3. Penyelenggaraan Industri Penyiaran,
4. Sosialisasi, dan
5. Realisasi Digital Dividend,

Pelaksanaan dari kelima komponen utama tersebut dilakukan secara


paralel, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.5 berikut ini.

Gambar 3.5 Aspek Utama Pendukung Digitalisasi Penyiaran TV

Landasan Hukum
• Revisi UU Penyiaran
• Pokja Alternatif Landasan Hukum

5
Infrastruktur dan
Penyelenggaraan Industri
Pengelolaan Frekuensi
Penyiaran
• Penataan frekuensi digital
• Model bisnis penyiaran
• Pengadaan perangkat
• Migrasi konten ke TV
siaran TV digital
Komponen Digital (uji coba TV digital)
• Percepatan konversi digital
ASO
Realisasi Digital Dividend
Sosialisasi
Realisasi untuk mobile
Sosialisasi strategis
broadband dan tanggap
skala nasional
darurat

Sumber: Term of Reference (TOR) Program Digitalisasi Penyiaran Televisi, Direktorat Penyiaran,
Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017

Landasan Hukum

Untuk mewujudkan Analog Switched Off (ASO) Bidang Penyiaran,


diperlukan payung hukum, yaitu Undang-Undang Penyiaran Nomor
32 Tahun 2002. Menurut sejarahnya UU No. 32 Tahun 2002 dibuat
untuk menggantikan UU No. 24 Tahun 1997 dengan latar belakang
kemunculan televisi-televisi lokal dan radio-radio komunitas di
Indonesia. UU No. 32 Tahun 2002 mengusung misi perubahan
penyelenggaraan industri penyiaran dari sentralisasi menjadi
desentralisasi. Sentralisasi melanggar prinsip demokratisasi siaran
yang coba diintrodusir oleh UU Penyiaran.

Laporan Kinerja|61|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

RUU perubahan atas UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran adalah


program legislasi nasional (prolegnas) yang merupakan inisiatif DPR.
UU Penyiaran perlu direvisi karena sudah sewindu UU Penyiaran
diberlakukan di Indonesia, namun pada pelaksanaannya sering muncul
kontroversi, meskipun undang-undang ini pertama kali dibuat untuk
mendemokratisasi penyiaran nasional baik secara modal maupun
secara pemberitaan. Selain itu, RUU perubahan atas UU No. 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran dapat menegaskan posisi dan wewenang KPI
(Komisi Penyiaran Indonesia) sebagai lembaga negara agar dapat
mengeluarkan peraturan yang berkekuatan hukum sama atau bahkan
lebih daripada Kemkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika).

Undang-Undang Penyiaran merupakan salah satu pedoman bagi


industri penyiaran untuk menjalankan kegiatannya dalam menyalurkan
informasi dan memberikan pelayanan umum kepada publik. Namun,
beberapa muatan materi atau substansi yang terkandung di dalam
Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 telah menimbulkan
adanya ketidakjelasan dan multitafsir yang berbeda hingga
mengakibatkan berbagai persoalan hukum hingga saat ini. Ada 4
(empat) poin utama yang menjadi alasan dilakukannya revisi UU
Penyiaran, yaitu:
1. Perkembangan zaman
2. Perkembangan teknologi
3. Penegasan kembali agar tidak menjadi multitafsir
4. Pemberian kewenangan baru

Selain keempat poin tersebut, ada 7 (tujuh) isu krusial RUU Penyiaran
yang menjadi pokok perhatian dalam penyusunan RUU ini, yaitu:

1. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)


• Kewenangan KPI mengatur, mengawasi dan memberikan
sanksi yang terkait dengan isi siaran
• KPI dapat membentuk perwakilan/KPID yang bersifat
hierarkis
• KPI dan perwakilannya di daerah /KPID dibiayai oleh APBN
• Organisasi KPI ditingkatkan dengan sekretariat KPI setingkat
Sekjen
• KPI menyampaikan laporan kepada DPR dan Presiden
(melalui Menkominfo)
• Masa jabatan komisioner KPI selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang untuk satu kali masa jabatan

|62| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

2. Perizinan
• KPI memberikan masukan kepada pemerintah terhadap format
siaran sesuai dengan minat, kepentingan dan kenyamanan
publik untuk pembukaan peluang penyelenggaraan penyiaran
tidak dalam rangka proses perizinan
• KPI memberikan hasil evaluasi isi siaran dalam proses
Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Penyiaran
• Dasar pertimbangan:
Putusan MK No. 002/PUU-I/2003 juncto Putusan MK No.
36/PUU-X/2012 dalam pengujian UU No. 22 Tahun 2001
tentang Migas, yang menyebutkan bahwa fungsi pengurusan
(bestuursdaad) oleh negara dilakukan oleh Pemerintah yang
memiliki kewenangan untuk mengeluarkan dan mencabut
fasilitas perijinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi
(consessie).

3. Spektrum Frekuensi Radio


• Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam
terbatas dan kekayaan alam nasional yang dikuasai
Negara dan dikelola oleh Pemerintah (Menkominfo) untuk
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat
sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
• Pemerintah menetapkan alokasi dan penggunaan spektrum
frekuensi radio sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan kaidah hukum internasional
• Dasar pertimbangan:
1) Putusan MK No. 002/PUU-I/2003 juncto Putusan MK No.
36/PUU-X/2012 dalam pengujian UU No. 22 Tahun 2001
tentang Migas yang menyebutkan bahwa:
a. Makna dikuasai oleh Negara dalam pengertian
Negara merumuskan kebijakan dan tindakan
pengurusan, pengaturan, pengelolaan, pengawasan.
b. Fungsi pengurusan oleh Negara dilakukan oleh
Pemerintah dengan kewenangan untuk mengeluarkan
dan mencabut fasilitas perizinan, lisensi dan konsesi.

2) ITU (International Telecommunication Union) menetapkan


hanya 1 administrasi telekomunikasi di setiap Negara. Dalam
hal ini Menteri Kominfo sesuai dengan Pasal 6 Undang-
undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

|63|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

4. Penyiaran Digital
• Penghentian Siaran Analog (Analog Switched Off/ASO) TV
free-to-air dilakukan paling lambat 3 tahun setelah Undang-
Undang disahkan
• Pemerintah menetapkan Cetak Biru Implementasi Siaran TV
Digital
• Digital Dividend ditetapkan oleh pemerintah, digunakan
untuk keperluan kebencanaan (Public Protection and Disaster
Relief/PPDR) dan broadband (pendidikan, kesehatan,
transportasi, penyiaran, telekomunikasi dan layanan publik
lainnya) dan menjadi potensi PNBP
• Multipleksing (Mux) TV Digital diselenggarakan oleh
penyelenggara tunggal (single mux operator)
• Digitalisasi radio dapat dilaksanakan secara simulcast dengan
radio analog
• Penyediaan dan Distribusi Perangkat penerima Siaran TV
Digital (set-top-box) dapat dibantu oleh pemerintah untuk
masyarakat kurang mampu
• Pemerintah (Kementerian Kominfo bersama K/L terkait)
membentuk gugus tugas dalam proses digitalisasi penyiaran
dengan melibatkan stakeholders penyiaran
• Penerapan BHP Frekuensi Radio secara proporsional

5. Lembaga Penyiaran Publik (LPP)


• Penguatan LPP melalui penggabungan LPP RRI dan TVRI
menjadi LPP RTRI
• Pengaturan RTRI sebaiknya cukup diatur secara terintegrasi
dalam RUU Penyiaran agar berada dalam satu sistem dengan
Lembaga Penyiaran lainnya secara nasional
• Refleksi dari keadaan saat ini dimana LPP TVRI dan RRI
mengalami kendala dalam pengelolaan keuangan dan
manajemen organisasinya, sebaiknya berupa Badan Layanan
Umum (BLU).

|64| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

6. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penyiaran


• Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) dan Lembaga
Penyiaran Berlangganan (LPB) wajib membayar biaya
hak penyelenggaraan penyiaran dan Kontribusi Kewajiban
Pelayanan Universal Penyiaran yang diambil dari persentase
pendapatan kotor
• Persentase akan diatur dalam PP
• Lembaga Penyiaran analog yang menggunakan spektrum
frekuensi, selain membayar PNBP Penyiaran wajib membayar
Biaya Hak Penggunaan Frekuensi
• Penyelenggara Mux wajib membayar BHP frekuensi radio
baik untuk yang digunakan maupun yang tidak dipergunakan
yang dialokasikan kepada yang bersangkutan
• Dasar pertimbangan:
a. Pelaksanaan tugas & fungsi Pemerintah dalam pelayanan,
pengaturan, perlindungan masyarakat, pengelolaan
kekayaan negara serta pemanfaatan sumber daya alam
dapat dibentuk suatu PNBP (UU No. 20 Tahun 1997
tentang PNBP)
b. Mengubah PNBP penyiaran yang sebelumnya berbasis
biaya izin menjadi Biaya Hak Penyelenggaraan Penyiaran
yang berbasis prosentase pendapatan dengan
pertimbangan adanya keadilan yang proporsional
berdasarkan pendapatan dari Lembaga Penyiaran
c. Meningkatkan potensi penerimaan negara.
d. Untuk pemerataan layanan penyiaran sampai pelosok
tanah air

7. Penyaluran Konten Siaran Melalui Internet


• Definisi Penyiaran tetap menggunakan konsep ”serentak dan
bersamaan” serta “One to Many”. Tidak meliputi penyaluran
konten yang bersifat interaktif
• Penyelenggara Penyiaran televisi dan/atau radio, dapat
menyalurkan konten siarannya melalui internet
• Penggunaan internet untuk penyaluran konten penyiaran
terkait dengan konvergensi TIK yang bersifat sangat dinamis
dan berhubungan dengan bidang-bidang lain. Oleh karena
itu sebaiknya cukup diatur dalam bentuk kaidah penunjuk
atau umbrella norm yang mengatur secara khusus dan
implementasinya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri

Laporan Kinerja|65|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Meskipun dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas)


disebutkan bahwa RUU Penyiaran masuk dalam prioritas
Prolegnas Tahun 2016 sebagai RUU Perubahan, namun
memperhatikan substansi dan ketentuan teknis perancangan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, sudah seharusnya UU Penyiaran diganti,
mengingat sistematika, materi dan esensinya banyak berubah.
Hal ini perlu dilakukan untuk lebih memberikan kepastian dan
ketertiban hukum dalam penyiaran dalam rangka mengantisipasi
perkembangan teknologi di bidang penyiaran.

Oleh sebab itu, Kemkominfo melakukan berbagai rapat dan


persiapan untuk memberikan masukan rancangan revisi UU No.
32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Capaian dalam penyusunan
revisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 terangkum
pada Tabel 3.14 sebagai berikut:

Tabel 3.14 Capaian Penyusunan Revisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002

Indikator 2015 2016 2017


Kinerja
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %

Telah
Pembahasan dilakukan
Telah
Daftar pembahasan
Penyusunan dilakukan
Inventarisasi sebanyak 3 kali
Revisi pembahasan
Masalah dengan Tim
Undang Pembahasan semua 1 Naskah
(DIM) Revisi Ahli DPR yang
undang 30% materi RUU pasal pada 100% 1 Naskah Draft RUU 100%
Undang menghasilkan
Penyiaran Penyiaran draft RUU Penyiaran
Undang antara lain:
No.32 Tahun Penyiaran
Penyiaran Pembahas-an
2002 versi
No.32 Tahun Kerangka Pikir;
pemerin-tah
2002 & Clustering
RUU Penyiaran

|66| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Sampai saat ini Rancangan UU Penyiaran (RUU Penyiaran) belum


disahkan DPR untuk diserahkan kepada pemerintah, sehingga
Kominfo belum dapat memberikan masukan final terhadap draft
RUU Penyiaran (DIM), namun tim RUU Penyiaran sudah membuat
draft RUU Penyiaran versi pemerintah.

Terakhir, Kemkominfo telah menyerahkan isu-isu penting pada


Badan Legislasi dan Komisi I terkait penyiaran khususnya bagian
tentang Lembaga Penyiaran Publik dan Digitalisasi, dengan
substansi antara lain:

• Lembaga Penyiaran Publik terdiri atas LPP RTRI dan LPP


Khusus

• Pengelolaan keuangan RTRI adalah BLU

• LP Khusus dapat didirikan oleh: Lembaga Negara berdasarkan


konstitusi dan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non
Kementerian/Pemda

• BHP dan USO diambil berdasarkan presentase pendapatan


kotor

• ASO ditetapkan paling lambat 2 tahun sejak mulai berlakunya


Undang-undang

• Penyelenggara Multipleks dilaksanakan oleh LPP TV dan LPS


TV

• Digital Dividend dikelola oleh pemerintah untuk keperluan


kebencanaan, Pendidikan dan pemanfaatan pita lebar

• Digitalisasi penyiaran radio dilakukan secara simulcast


dengan penyiaran analog

Laporan Kinerja|67|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Infrastruktur dan Pengelolaan Frekuensi

Untuk mendukung perluasan jangkauan siaran TV Digital dan untuk mendukung LPP TVRI terus
memperkuat kualitas siaran serta tampilan layar melalui siaran digital, Kemkominfo memberikan
bantuan pemancar digital di 42 lokasi pemancar LPP TVRI. Dengan hal ini diharapkan pada Tahun
2019 jangkauan siaran digital LPP TVRI akan mencapai 78 persen dan jangkauan penduduk
mencapai 88 persen.

Gambar 3.6 Peta 42 Lokasi Pemancar Digital LPP TVRI

PETA JARINGAN INFRASTRUKTUR


Banda Aceh
Banda Aceh TK 2 kw/Ch. 29
TK 2 kw/Ch. 29

Banda Baru Medan


Banda Baru Medan TK 5 kw/Ch. 28 **(USO) Nunukan
TK 5 kw/Ch. 28 TK 3 kw/Ch. 30

Pakanbaru
Pakanbaru TK 5 kw/Ch. 40
TK 5 kw/Ch. 40
**(USO) Sungai Paking **(USO) Sangau Ledo
**(USO) Sungai Pakning **(USO) Sangau Ledo TK 2 kw/Ch. 28
(Kab.TK
Bengkalis-Riau)
2 kw/Ch. 28
(Kab. Bengkalis-Riau) TK 5 kw/Ch. 28
TK 5 kw/Ch. 28
Batam
Batam TKBalai
2 kw/Ch. 28 **(USO) Balai Tarangan
TK 2 kw/Ch. 28 **(USO) Karangan TK 2 kw/Ch. 32
TK 2 kw/Ch. 32

Sibolga Pontianak
Sibolga TK 1,2 kw/Ch. 23 Pontianak
TK 1,2 kw/Ch. 30 TK 10 kw/Ch. 32
TK 10 kw/Ch. 32

Gn. Manumbing
Gn. Manumbing (Bangka)
*Gn. Gompong (Bangka) TK 1 kw/Ch. 39
*Gn. Gompong (Kab. Pesisir Delatan-Sumbar)  TK 1 kw/Ch. 39
(Kab. Pesisir Selatan-Sumbar)  TK 6 kw/Ch. 29
TK 6 kw/Ch. 29

**(USO) Bukit
**(USO) Bukit Sarai (Padang)
Sarai (Padang) TK 2 kw/Ch. 30
TK 2 kw/Ch. 30

Palembang
Palembang TK 5 kw/Ch. 29
*Telanapura (Jambi)  TK 5 kw/Ch. 29
*Telanaipura (Jambi)  TK 12 kw/Ch. 44
TK 12 kw/Ch. 44

Palangkaraya
Palangkaraya TK 6 kw/Ch. 30
Bengkulu  TK 6 kw/Ch. 30
Bengkulu  TK 5 kw/Ch. 34 Banjarmasin
TK 5 kw/Ch. 34 TK 3,4 kw/Ch. 31

**(USO) Suwela
*Gn. Betung (Lampung)  TK 3 kw/Ch. 44
*Gn. Betung (Lampung)  TK 3 kw/Ch. 33
TK 3 kw/Ch. 33

Pananjakan
Panyandakan TK 5 kw/Ch. 35
TK 5 kw/Ch. 35

Surabaya
Surabaya TK 5 kw/Ch. 35
Pasir Sumbul
TK 5 kw/Ch. 35
Pasir Sumbul TK 1 kw/Ch. 23
Keterangan: Keterangan: TK 1 kw/Ch. 23
* Pemancar Digital ITTS II  * Pemancar Digital ITTS II 
** Pemancar Digital 3T (USO) ** Pemancar Digital 3T (USO)
Joglo
Total: 42 Pemancar Digital Total: 42 Pemancar Digital
Joglo TK 10 kw/Ch. 42 Paltuk
TK 10 kw/Ch. 42 Paltuk TK 5 kw/Ch. 29
TK 5 kw/Ch. 29
Gombel
Gombel TK 5 kw/Ch. 28
TK 5 kw/Ch. 28

Denpasar
TK 5 kw/Ch. 30

Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017

|68| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

MULTIPLEKSING DIGITAL LPP TVRI (2017)

Gorontalo
Gorontalo TK 2 kw/Ch. 34
**(USO) Tarakan TK 2 kw/Ch. 34
TK 3 kw/Ch. 30

*Manado
*Manado TK 1,2 kw/Ch. 29
TK 1,2 kw/Ch. 29

**(USO) Ternate
Gn. Lampu Kaltim **(USO) Ternate TK 2 kw/Ch. 28
TK 5 kw/Ch. 28 TK 2 kw/Ch. 28

Palu
TK 2 kw/Ch. 36
*Bukit Greser
*Bukit Greser (Ambon)
(Ambon) TK 3 kw/Ch. 28
TK 3 kw/Ch. 28
Polemak
Polemak (Jayapura-Papua)
(Jayapura-Papua) TK 3,2 kw/Ch. 43
TK 3,2 kw/Ch. 43

Mamuju
TK 3 kw/Ch. 28

Kendari
Kendari TK 5 kw/Ch. 30
TK 5 kw/Ch. 30
**(USO) Wanci
**(USO) Panel TK 1 kw/Ch. 46
TK 1 kw/Ch. 46 Makassar
Makassar TK 5 kw/Ch. 29
TK 5 kw/Ch. 29

Mataram
TK 1 kw/Ch. 29 **(USO) Antambua
**(USO) Antambua TK 2 kw/Ch. 30
TK 2 kw/Ch. 30

*Oben
*Oben TK 6 kw/Ch. 29
TK 6 kw/Ch. 29

Laporan Kinerja |69|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Resolusi Jenewa 2006 tentang teknologi penyiaran digital terrestrial


merupakan titik awal migrasi teknologi penyiaran dari analog ke
teknologi digital. Teknologi penyiaran digital menyajikan keunggulan
antara lain; meningkatnya kualitas gambar, meningkatkan efisiensi
energi bagi operator televisi, efisiensi penggunaan kanal frekuensi
radio dan optimalisasi pemanfaatan spektrum. Efisiensi kanal
frekuensi radio didapatkan pada proses multiplikasi konten pada
masing-masing kanal frekuensi radio. Teknologi penyiaran televisi
digital merubah paradigma penyelenggaraan televisi siaran, dimana
dalam 1 kanal (saluran) siaran dapat menyelenggarakan beberapa
siaran secara bersamaan.

Gambar 3.7 Perbedaan Teknologi Penyiaran Analog vs Digital

ANALOG DIGITAL
1 channel = 1 konten 1 channel = multi konten
Sumber: Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kemkominfo

Kondisi tersebut mengharuskan pemerintah untuk segera menetapkan


regulasi yang dapat mendukung implementasi teknologi televisi siaran
digital Indonesia. Efisiensi kanal frekuensi radio akibat implementasi
televisi digital (digital dividend) yang dihasilkan sebanyak 14 kanal
(112 MHz).

Gambar 3.8 Efisiensi Kanal Frekuensi Radio Akibat Implementasi Televisi Digital
(Digital Dividend)
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

(41 X 8 MHz / 328 MHz) Analog Television Broadcast

Digital Television Broadcast Channel (27 X 8 MHz / 216 MHz) Digital Dividend (112 MHz)

Sumber: Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kemkominfo

Digital Dividend yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan


Public Protection and Disaster Relief (PPDR), Pendidikan, Hankam dan
penyelenggaraan telekomunikasi pita lebar. Regulasi yang mendukung
implementasi televisi digital sudah dimulai sejak Tahun 2007 dengan
ditetapkannya standar DVB-T sebagai platform teknologi TV Digital
Indonesia.

|70| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Pada Tahun 2011 Kementerian Komunikasi dan Informatika telah


menetapkan Peraturan Menteri tentang Rencana Induk (Masterplan)
Frekuensi radio untuk keperluan Televisi Siaran Digital Terestrial 478 –
694 MHz. Konsep revisi Rencana Induk (Masterplan) Frekuensi Radio
untuk Keperluan Televisi Siaran Digital Terestrial menyajikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Rekomendasi wilayah layanan penyelenggaraan multiplexer TV
Digital yang dapat mengakomodir seluruh wilayah administrasi
sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode
dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan.
2. Rekomendasi opsi pembagian alokasi kanal pada masing-masing
wilayah layanan dengan mempertimbangkan ketersediaan alokasi
kanal frekuensi untuk keperluan televisi siaran serta konsep model
bisnis penyelenggaraan televisi siaran era penyiaran televisi digital.
3. Tersedianya rekomendasi parameter teknis penyelenggaraan
jaringan untuk keperluan TV Digital.
4. Tersedianya usulan timeline implementasi TV digital yang realistis
dengan mempertimbangkan kesiapan operator televisi, penyedia
perangkat dan kerjasama regional.

Namun penerapan regulasi tersebut masih terhambat oleh


permasalahan hukum dan dari evaluasi tahap lanjut, perlu ada konsep
opsi perubahan masterplan TV digital yang dapat adaptif dengan hasil
revisi Undang – Undang Penyiaran yang masih dibahas oleh DPR-RI.
Revisi masterplan televisi digital yang rencananya dilakukan pada
Tahun 2017 mengalami penundaan karena saat ini tengah dilakukan
revisi Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang
didalamnya mengatur penyelenggaraan televisi digital, termasuk
didalamnya model bisnis, mekanisme multiplexer, Analog Switch Off
(ASO) dan hal-hal terkait lainnya. Status perubahan RUU Penyiaran
yang merupakan inisiatif DPR ini masih dalam tahap pembahasan
ditingkat Badan Legislasi DPR. Terkait hal tersebut, Kementerian
Kominfo dalam hal ini Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI terus memantau
progres perkembangannya.

Dengan pertimbangan tersebut maka diputuskan bahwa finalisasi


Perubahan Masterplan televisi digital baru dapat dilakukan sampai
ditetapkannya RUU Penyiaran yang baru. Hal ini dimaksudkan agar
perubahan masterplan televisi digital in line dengan kebijakan yang
ditetapkan di Undang-Undang. Sehubungan dengan hal tersebut,
yang pada awalnya ditargetkan melakukan perubahan masterplan
televisi digital, difokuskan untuk melakukan perubahan masterplan
televisi analog (PM No. 31/2014) guna menyelesaikan permasalahan-
permasalahan televisi analog sehingga dapat meminimalisir timbulnya
masalah dikemudian hari saat ditetapkannya siaran televisi digital di
Indonesia.

Laporan Kinerja|71|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Perubahan RPM Masterplan televisi analog dititik beratkan untuk


mencabut pasal perluasan televisi analog dimana hal ini sejalan
dengan moratorium televisi analog yang diatur melalui Surat Edaran
Menkominfo Nomor 1 Tahun 2017. Pada akhir Tahun 2017, Direktorat
Penataan Sumber Daya telah membuat Draft Revisi PM31/2017 dan
telah dilakukan beberapakali pembahasan dengan Bagian Hukum
Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI).
Dengan dicabutnya pasal perluasan televisi analog melalui Revisi PM
No. 31/2014, maka tidak ada lagi penetapan baru untuk televisi analog.
Hal ini sangat penting guna mendukung implementasi televisi digital.

Penyelenggaraan Industri Penyiaran


TV merupakan suatu media informasi yang sangat strategis dan
efektif bagi masyarakat untuk penyampaian atau penyebaran
Dalam satu kanal informasi yang dapat berperan dalam pembangunan karakter bangsa,
frekuensi TV memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa.
digital dapat Menyadari manfaat seperti tersebut diatas, minat masyarakat industri
menyalurkan penyiaran begitu besar, seperti terlihat pada pemohon izin LPS

9-12
(Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang jumlahnya begitu banyak,
sehingga tidak mungkin tertampung dalam alokasi kanal frekuensi
program siaran yang tersedia. Melalui implementasi siaran TV digital yang dapat
menyalurkan 9 sampai dengan 12 program siaran dalam satu kanal
frekuensi, diharapkan masalah ini dapat teratasi.

Menyadari kebutuhan kanal frekuensi yang makin meningkat,


masyarakat yang menuntut kualitas, ragam dan jumlah program
siaran untuk meningkatkan kualitas hidup, Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Komunikasi dan Informatika mulai melakukan migrasi
sistem penyiaran TV secara analog menuju sistem penyiaran TV
secara digital di Indonesia. Sejak Juni 2016, Kementerian Komunikasi
dan Informatika bersama-sama dengan LPP TVRI dan LPS
Penyedia Konten telah melakukan Uji Coba Siaran TV Digital secara
komprehensif dalam rangka menetapkan arah penyiaran kedepan
khususnya penyelenggaraan penyiaran dengan sistem digital yang
akan diatur dalam perubahan undang-undang tentang penyiaran.

a) Tujuan
Uji Coba Siaran TV Digital diselenggarakan dengan tujuan untuk
melakukan penelitian aspek teknis dan aspek non teknis terkait
penyelenggaraan penyiaran secara digital.

Aspek teknis sebagaimana dimaksud meliputi:


1. Kinerja perangkat dan sistem penyiaran multipleksing;
2. Perencanaan dan konfigurasi jaringan SFN, MFN, dan/atau
gabungan SFN dan MFN;
3. Sinkronisasi antar pemancar pada metode SFN;

|72|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

4. Fitur layanan lainnya antara lain layanan data, penerimaan


bergerak (mobile), informasi cuaca, informasi keuangan,
kondisi lalu lintas terkini, dan informasi peringatan dini
bencana; dan
5. Kualitas penerimaan konten siaran dan kapasitas penyiaran
multipleksing.

Aspek non-teknis sebagaimana dimaksud meliputi:


1. Kinerja perangkat dan sistem penyiaran multipleksing;
2. Model regulasi dan kelembagaan;
3. Sosialisasi dan kesiapan para pemangku kepentingan; dan
4. Mekanisme penyediaan serta distribusi set top box.

Tabel 3.15 Target dan Capaian Uji Coba Siaran TV Digital

Indikator 2015 2016 2017


Kinerja
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
Penyusunan Tersusunnya
Penyusunan Permen
Regulasi Draft RPM
Permen Kominfo No.
Jumlah terkait tentang
Kominfo 5 Tahun 2016
keberhasilan Uji Coba Uji Coba 42
tentang Uji tentang Uji 20
Uji Coba Lapangan TV Lapangan TV 90% 100% wilayah 100%
coba Teknologi coba Teknologi lokasi
siaran TV Digital secara Digital secara layanan
Telekmunikasi, Telekomunikasi,
digital serentak dan serentak dan
Internet, dan Internet, dan
pelak-sanaan pelaksa-naan
Penyiaran Penyiaran
uji publik uji publik

Selain itu, Uji Coba Siaran TV Digital juga bertujuan untuk


memotivasi dan mendorong minat pemirsa TV Analog untuk
menonton siaran TV Digital, sehingga proses Migrasi TV Digital
dapat diimplementasikan sesegera mungkin (bertahap mulai
Tahun 2017 – 2020) sesuai komitmen ASEAN.

b) Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan Uji Coba Siaran TV Digital, antara lain:
1. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun
2016 tentang Uji Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika,
dan Penyiaran;
2. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1221
Tahun 2017 tanggal 8 Juni 2017 tentang Uji Coba Siaran
Televisi Digital Terestrial; dan
3. Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara LPP TVRI dengan masing-
masing LPS Penyedia Konten yang ikut serta dalam kegiatan
Uji Coba Televisi Digital.

c) Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 1227 Tahun 2017 tanggal 8 Juni 2017 tentang Uji Coba
Siaran Televisi Digital Terestrial, Uji Coba TV Digital berlaku
selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.

Laporan Kinerja|73|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

d) Lokasi Uji Coba


Uji coba siaran TV Digital saat ini sudah berlangsung (on air) dan
diikuti oleh LPS Penyedia Konten di 12 kota (wilayah layanan),
yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Medan, Batam,
Surabaya, Semarang, Denpasar, Palembang, dan Makassar. LPP
TVRI juga siap melakukan uji coba siaran TV Digital di 42 wilayah
layanan (tabel wilayah layanan terlampir). Peta jangkauan siaran
dan lokasi uji coba siaran TV Digital dapat dilihat pada Gambar
3.9 berikut ini.

Gambar 3.9 Peta Jangkauan Siaran dan Lokasi Uji Coba Siaran TV Digital

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika


Keputusan Menteri Komunikasi dan
Nomor 5 Tahun 2016
Informatika Nomor 1227 Tahun 2017
Uji Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika,
Uji Coba Siaran Televisi Digital Teresterial
dan Penyiaran

Uji Coba TV Digital Tahap III (9 Juni 2017 - 9 Juni 2018)

Stasiun tranmisi Digital TVRI

Penyedia Konten yang sudah On Air


Uji Coba Siaran TV Digital
melalui Mux TVRI:
• Jumlah Wilayah Layanan : 12
• Jumlah Penyedia Konten : 39

Sumber: Direktorat Penyiaran, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017

e) Peserta Uji Coba


Kesepakatan uji coba antara LPP TVRI dengan LPS Penyedia
Konten dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman/
Memorandum of Understanding (MoU) dan juga Perjanjian
Kerja Sama (PKS) antara LPP TVRI dengan masing-masing LPS
Penyedia Konten.

Uji Coba Siaran TV Digital Tahap III sampai dengan saat ini diikuti
oleh 39 LPS Penyedia Konten yang sudah ON AIR bersiaran di
masing-masing wilayah layanan. Uji Coba dilaksanakan dengan
LPP TVRI sebagai penyedia multiplekser.

|74| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Grafik 3.1 Jumlah LPS Peserta Uji Coba Siaran TV Digital Tahap I s.d III

Tahap I Tahap II Tahap III


45
41
40 39
35
31
30
25
20
15 12 12 12
10
5
0
Wilayah Jumlah LPS Wilayah Jumlah LPS Wilayah Jumlah LPS
Layanan Penyedia Konten Layanan Penyedia Konten Layanan Penyedia Konten

9 Juni 2016 9 Desember 2016 9 Juni 2017 9 Juni 2018

Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017

Dalam perjalanannya, LPS Penyedia Konten dapat mengikuti uji coba diluar wilayah layanan
dimana IPP-nya berlaku. Keikutsertaan LPS Penyedia Konten dalam uji coba TV digital tidak
berkaitan dengan proses perijinan, yang disanggupi oleh LPS penyedia konten dan dituangkan
dalam Letter of Undertaking.

Tabel 3.16 Keikutsertaan LPS Penyedia Konten dalam Uji Coba TV digital
PENYEDIA KONTEN
NO WILAYAH LAYANAN
NAMA PT CALL SIGN

1 PT. Nusantara Media Mandiri NTV


2 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
3 PT. Cipta Megaswara Televisi KOMPAS TV
4 PT. Gramedia Media Nusantara GRAMEDIA
5 PT. Detik TV Indonesia CNN
JABODETABEK 6 PT. TVMU Surya Utama TVMU
7 PT. Net Mediatama Televisi NET
8 PT. Media Inti Televisi Nusantara TEMPO TV
9 PT. Duta Anugerah Indah DAAI
10 PT. Badar Televisi Media Persada BADAR TV
11 PT. Merah Putih Satu Visi OPUS TV
TOTAL JAKARTA (11 PENYEDIA KONTEN) 
12 PT. Nusantara Media Mandiri Parahyangan NTV
13 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
14 PT. Detik TV Indonesia CNN
BANDUNG
15 PT. Bandung Persada Tivi Digital BP TV
16 PT. Pasundan Utama Televisi KOMPAS
17 PT. Televisi Anak Bandung NET TV

TOTAL BANDUNG (6 PENYEDIA KONTEN)

18 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV


19 PT. Mitra Televisi Yogyakarta NET TV
YOGYAKARTA 20 PT. Inspira Media Televisi INSPIRA
21 PT. Tegar TV Yogyakarta TEGAR TV
22 PT. Terang Abadi Digital Satu Televisi TATV
TOTAL YOGYAKARTA (5 PENYEDIA KONTEN)

Laporan Kinerja |75|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

PENYEDIA KONTEN
NO WILAYAH LAYANAN
NAMA PT CALL SIGN

23 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV


24 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
SURABAYA 
25 PT. Detik TV Indonesia CNN
26 PT. Televisi Anak Surabaya NET TV
TOTAL SURABAYA (4 PENYEDIA KONTEN)
27 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV
SEMARANG 28 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
29 PT. Industri Televisi Semarang NET TV
 TOTAL SEMARANG (3 PENYEDIA KONTEN)
DENPASAR 30 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV
 TOTAL DENPASAR (1 PENYEDIA KONTEN)
31 PT. Nusantara Media Mandiri Tapanuli NTV
MEDAN
32 PT. Inspira Medan Mulia INSPIRA
TOTAL MEDAN (2 PENYEDIA KONTEN)
33 PT. Nusantara Media Mandiri NTV
MAKASSAR
34 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA
TOTAL MAKASSAR (2 PENYEDIA KONTEN)
PALEMBANG 35 PT. Nusantara Media Mandiri Tapanuli NTV
TOTAL PALEMBANG (1 PENYEDIA KONTEN)
PEKANBARU 36 PT. Nusantara Media Mandiri Tapanuli NTV
TOTAL PEKANBARU (1 PENYEDIA KONTEN)
BATAM 37 PT. Nusantara Media Mandiri Batam NTV
TOTAL BATAM (1 PENYEDIA KONTEN)
38 PT. Nusantara Media Mandiri NTV
BANJARMASIN 
39 PT. Inspira Multi Talenta INSPIRA
TOTAL BANJARMASIN (2 PENYEDIA KONTEN)

f) Hasil Uji Coba


1. Kendala Teknis:
a. Sinyal Lemah di beberapa lokasi dan beberapa daerah
(Untuk wilayah layanan Jabodetabek, seperti Jalan
Sudirman, Mega Kuningan, dll).
b. Sering terjadi freeze.
c. Permintaan dan usulan dari LPS Penyedia Konten
untuk  siaran High Definition (HD) di beberapa wilayah
namun belum terealisasi.
d. TV Monitor di Mux TVRI terbatas jumlahnya sehingga
tidak dapat memantau siaran secara bersamaan.
e. Kualitas Siaran Digital yang terbatas hanya Standard
Definition (SD) tidak memberikan gambaran yang lebih
baik dari kualitas analog.

|76| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

2. Rekomendasi:
a. Perlunya penguatan sinyal (gap filler) di daerah-daerah
blank spot di wilayah layanan Jabodetabek.
b. Untuk meningkatkan kualitas siaran dari SD ke HD di
wilayah layanan Jabodetabek dan wilayah layanan lainnya
terdapat beberapa alternatif:
i. Mengubah modulasi dari 64 Quadrature Amplitude
Modulation (QAM) menjadi 256 QAM dengan
konsekuensi penurunan coverage area
ii. Memanfaatkan pemancar analog TVRI DKI & Banten
(Channel 31) menjadi MUX Digital baru.
• Diperlukan koordinasi dengan SDPPI.
• Diperlukan penggantian exciter dan band pass
filter.
• Diperlukan penambahan Headend.
c. Bila keadaan eksisting akan dipertahankan, sementara
tambahan peralatan diproses, dapat didiskusikan bersama
TVRI dan Penyedia Konten, khususnya untuk lokasi
Jakarta, jumlah Penyedia Konten yang dapat bersiaran
HD, dalam kapasitas yang disepakati. Selanjutnya secara
bergantian, per minggu atau per bulan atau lainnya untuk
bersiaran HD, sementara yg belum dapat giliran tetap
bersiaran SD. Untuk lokasi lainnya, secara teknis siaran
HD dapat segera disiarkan. Setelah itu, dilakukan survei
hasil monitoring siaran HD di lokasi-lokasi tersebut.

3. Kendala Non Teknis:


a. Penyedia Konten mengeluhkan mengenai koordinasi
antara Direktorat Pengembangan Usaha LPP TVRI
dengan Direktorat Teknik LPP TVRI yang kurang baik
terutama mengenai birokrasi yang terlalu rumit, sulit dan
lama sehingga mempersulit penyedia konten yang akan
bersiaran dan menambah wilayah layanan siaran uji coba
TV Digital.
b. LPS Penyedia Konten mengusulkan penyediaan
bandwidth yang memadai untuk siaran kualitas HD dan
implementasi fitur layanan siaran digital untuk hasil siaran
yang lebih baik, sehingga dapat menjadi suatu kelebihan
dibandingkan siaran analog.
c. Tidak meratanya distribusi set top box di wilayah layanan
yang sudah melakukan Uji Coba Siaran TV Digital,
sehingga masyarakat sulit mendapatkan set top box.
d. Kurangnya sosialisasi dan promosi tentang TV Digital,
sehingga masih ada masyarakat yang belum tahu dan
mengerti tentang TV Digital.
e. LPS Penyedia Konten mengharapkan perpanjangan Uji
Coba dengan harga PKS yg sama.

Laporan Kinerja|77|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

f. LPS Penyedia Konten mengusulkan agar Menkominfo


memberikan sertifikasi kepesertaan Uji Coba Siaran TV
Digital bagi peserta yang telah mengikuti uji coba siaran
TV digital.

4. Rekomendasi:
a. Perlunya Kemkominfo memfasilitasi agar kerjasama
antara LPP TVRI dengan LPS Penyedia Konten dapat
berjalan dengan baik dan saling memberikan kemudahan
bagi kedua belah pihak, termasuk koordinasi internal
antara Direktorat Pengembangan Usaha dan Direktorat
Teknik LPP TVRI.
b. Perlunya kerjasama dengan industri penyedia set top
box.
c. Pemberian subsidi set top box.
Pemberian subsidi diberikan kepada masyarakat dengan
parameter pendapatan tertentu yang disepakati.
Subsidi akan ditanggung bersama oleh Pemerintah,
Penyelenggara Mux, Penyedia Konten, dan Industri
Penyedia Set Top Box. Pihak industri penyedia set top box
harus menjamin ketersediaan produk di seluruh wilayah
Indonesia.
d. Melakukan Public Service Announcement (PSA) di siaran
televisi dan berbagai bentuk kampanye lainnya.
- Memasang logo TV Digital di setiap program siaran
yang sudah disiarkan secara digital;
- Menayangkan running text diprogram siaran analog
yang ada saat ini;
- Menayangkan talkshow yang membahas tentang TV
Digital;
- Mengadakan seminar publik yang memberikan
informasi mengenai TV Digital dan juga
mengakomodasi saran dan masukan dari publik;
- Iklan layanan masyarakat yang mensosialisasikan
tentang TV Digital;
- Promo dan sosialisasi melalui media sosial.
e. Usulan agar informasi tentang Uji Coba TV Digital
menggunakan “logo” uji coba yang seragam, sehingga
pemirsa setiap saat dapat memahami bahwa siaran yang
ditonton adalah siaran percobaan.
f. Usulan agar dilakukan survei pemirsa/masyarakat untuk
meminta pendapat mengenai siaran uji coba TV digital.

|78|Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Realisasi Digital Dividend


Jaringan telekomunikasi broadband yang tangguh untuk pengiriman
informasi secara cepat menjadi syarat mutlak untuk pertumbuhan
ekonomi. Bagi kehidupan sehari-hari dan bisnis, jaringan broadband
telah sama pentingnya seperti jaringan transportasi (kendaraan), atau
jaringan distribusi energi (gas, listrik) dan air. Ketersediaan infrastruktur
broadband adalah dasar untuk layanan broadband yang inovatif
dengan potensi ekonomi yang tinggi, seperti, eWork, eGovernment,
eHealth dan eLearning. Tuntutan adanya akses yang menawarkan
kapasitas data yang tinggi dan mobilitas mendorong dibukanya
spektrum-spektrum frekuensi yang baru. Migrasi televisi analog ke
digital menawarkan suatu opsi yang sangat menarik, yaitu sistem yang
lebih efisien dalam menggunakan frekuensi. Efisiensi dari penggunaan
sistem TV digital (Digital Video Broadcasting, DVB) ditandai dengan
menjadi kosongnya sebagian tempat di frekuensi UHF. Digital Dividend
ini dapat dimanfaatkan oleh otoritas telekomunikasi untuk memenuhi
kebutuhan spektrum untuk layanan broadband.

Sosialisasi TV Digital
Dalam rangka mendukung upaya Analog Switched Off dapat
terselenggara dengan baik, diperlukan sosialisasi kepada masyarakat.
Pada Tahun 2016, telah diselenggarakan sosialisasi di Bandung
dan Yogyakarta. Tahun 2017 telah dilaksanakan di 5 lokasi yaitu: (1)
Semarang, Jawa Tengah, (2) Makassar, Sulawesi Selatan, (3) Padang,
Sumatera Barat, (4) Banda Aceh, Aceh, dan (5) Manado, Sulawesi
Utara.

Tabel 3.17 Capaian Sosialisasi TV Digital

Indikator 2016 2017


Kinerja
Target Realisasi % Target Realisasi %

22%
Sosialisasi (justifikasi: adanya pengurangan
9 lokasi 2 lokasi 4 lokasi 5 lokasi 125%
TV Digital anggaran akibat kebijakan
kementerian)

1.7 Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital


Dalam mensukseskan fokus pembangunan pemerintah Indonesia
Tahun 2015 – 2019 diantaranya adalah mendukung pencapaian
Nawacita 3 dan Nawacita 7, sejak Tahun 2017 Kementerian
Kominfo merancang program Ekonomi Kerakyatan Berbasis
Digital, diantaranya program “Petani dan Nelayan Go Online” yang
diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan di sektor
pertanian dan perikanan dengan penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK).

Laporan Kinerja|79|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan solusi atas


permasalahan di sektor pertanian dan perikanan dengan memfasilitasi
pemanfaatan aplikasi yang tepat untuk menunjang usaha petani dan
nelayan serta kinerja sektor pertanian dan perikanan. Pendampingan
edukasi kepada petani dan nelayan juga dilakukan untuk menambah
wawasan mengenai pemanfaatan TIK. Manfaat yang ingin dicapai
adalah sebagai berikut:
• Meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan petani dan
nelayan;
• Meningkatnya pendapatan di sektor pertanian dan perikanan;
• Petani dan nelayan dapat merencanakan kegiatan usaha mereka
lebih baik dan produktif;
• Petani dan nelayan mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk meningkatkan produktivitas usaha mereka;
• Petani dan nelayan dapat menjual hasil usaha atau komoditas
mereka kepada pembeli langsung tanpa perantara;
• Petani dan nelayan mendapatkan pendampingan edukasi
mengenai penggunaan TIK sebagai sarana mendapatkan
informasi yang menunjang lapangan pekerjaan dan usaha mereka.

Tabel 3.18 Capaian Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital


2015 2016 2017 Capaian 2017
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

333.515
1.7 Persentase 300.000
petani dan
(%) nelayan petani
% - - - - nelayan yang 110%
dan petani dan
ter-register di
go digital nelayan
aplikasi

Tabel 3.18 menunjukkan capaian dari program nelayan dan petani go


online yaitu sebesar 110% dengan realisasi sebanyak 333.515 petani
dan nelayan yang ter-register di aplikasi-aplikasi yang khusus terkait
dengan sektor pertanian dan perikanan. Adapun detil penjelasan
mengenai petani dan nelayan yang menjadi target dari program ini
serta kriteria pemilihannya adalah sebagai berikut:

1. Petani
Petani yang dimaksud adalah petani tanaman pangan dan
hortikultura yang berada di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan
Sulawesi Selatan. Fokus utama program Petani Go Digital adalah
proyek roll-out ke Jawa Barat, sementara di Sumatera Selatan dan
Sulawesi Selatan akan dilakukan proyek pilot. Ketiga provinsi ini
dipilih menjadi daerah target program berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:
• Banyaknya rumah tangga usaha pertanian (wilayah dengan
jumlah rumah tangga usaha pertanian berkisar antara
300.000 s.d 1.327.000 unit rumah tangga)

|80| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

• Banyaknya jumlah kelompok tani (Poktan) dan penyuluh


(wilayah dengan jumlah kelompok tani berkisar antara
> 25.000 s.d < 50.000 poktan dan jumlah penyuluh berkisar
antara > 2.000 s.d 6.000 orang)
• Tingginya produksi tanaman pangan dan hortikultura

Gambar 3.10 Peta Rumah Tangga Usaha Pertanian


Banyaknya Rumah Tangga Usaha Pertanian
130.000 130.001 - 316.000 316.001 - 779.000 779.001 - 1.327.000 1.327.000

fokus program

Sumatera Sulawesi
Selatan Selatan

Jawa Barat

Sumber: Sensus Pertanian 2013, Badan Pusat Statistik

Gambar 3.11 Jumlah Kelompok Tani dan Penyuluh Menurut Provinsi

60,000

50,000 Jateng

Sulsel Jabar Jatim


40,000
Jumlah Poktan

Sumut

30,000
Sumsel

20,000

10,000

Jumlah Penyuluh 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000

Sumber: Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian, Kementerian Pertanian

|81|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Grafik 3.2 Kontribusi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2015

Bawang Merah Kedelai Cabai Rawit


0% 9% 2% 3%
35%
65% 37% 54% 95%

Jawa Barat Sumatera Selatan Sulawesi Selatan

Sumber: www.pertanian.go.id, 2015

2. Nelayan
Nelayan yang dimaksud adalah nelayan dengan kapal di bawah 10 GT di Sumatera Utara, Jawa
Timur, dan Sulawesi Selatan. Fokus utama program nelayan adalah proyek roll-out ke Jawa
Timur, sementara di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan akan dilakukan proyek pilot. Ketiga
provinsi ini dipilih menjadi daerah target program berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
• Besarnya kepadatan rumah tangga usaha perikanan (wilayah dengan jumlah rumah tangga
perikanan tangkap di laut berkisar antara > 30.000 s.d 60.000 unit rumah tangga)
• Besarnya produksi perikanan tangkap (wilayah dengan jumlah produksi perikanan tangkap
di laut berkisar antara 300.000 s.d 500.000 ton)
• Banyaknya jumlah perahu yang terdapat di provinsi pilihan

Gambar 3.12 Kepadatan Rumah Tangga Usaha


Perikanan vs Produksi Perikanan Tangkap di Laut (Ton)

600,000
Jumlah Perikanan Tangkap di Laut (ton)

Maluku
500,000

Sumatera Utara
400,000
Jawa Timur

300,000
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
200,000

100,000

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000

Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Laut (unit)

Sumber: Statistik Indonesia, 2016

|82| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3.13 Jumlah Perahu yang Terdapat di Provinsi vs


Produksi Perikanan Tangkap di Laut (Ton)

70000
Produksi Perikanan Tangkap Laut (ton)

60000
Jawa Timur
Maluku
50000

40000
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan

30000
Sumatera Utara
20000

10000

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000

Jumlah Perahu / Kapal

Sumber: Statistik Indonesia, 2016

Grafik 3.3 Populasi Perahu di Fokus Area

Sumatera Utara Jawa Timur Sulawesi Selatan


3% 11% 1%

97% 89% 99%

Di bawah 10 GT 11 - 100 GT Di atas 100 GT

Sumber: data.go.id, 2016

|83|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Program Fasilitasi dan Pendampingan Edukasi Petani dan Nelayan Go


Online terdiri dari 6 program pendukung, yaitu:

1. Fasilitasi Aplikasi Informasi Pengendalian Stok Nasional


Program ini bertujuan untuk menyediakan informasi stok panen
nasional, termasuk memberikan informasi jadwal tanam dan jadwal
panen, dan kebutuhan informasi yang bersifat pengumpulan data
nasional yang bermanfaat untuk menjadi pendukung keputusan
petani dalam proses pertanian.

2. Fasilitasi Aplikasi Penyuluhan Pertanian Berbasis Online


Program untuk mendorong pengembangan penyuluhan
pertanian berbasis online dari pelaku industri aplikasi digital yang
dapat diakses dan bernilai manfaat bagi petani.

3. Fasilitasi Aplikasi Marketplace Pertanian Online


Program untuk mendorong pengembangan marketplace online
bagi petani yang dapat memotong jalur tengkulak sehingga
dapat langsung mendapatkan kepastian pembeli tanpa adanya
perantara yang dapat merugikan petani.

4. Fasilitasi Aplikasi Informasi Dasar Bagi Nelayan


Program ini bertujuan mengembangkan aplikasi yang bisa
memberikan informasi mengenai pasar ikan, harga alat tangkap
ikan, cuaca, daerah penangkapan, lokasi BBM terdekat (SPDN),
harga ikan, dan logistik.

5. Fasilitasi Aplikasi Marketplace Perikanan Online


Program untuk mendorong pengembangan marketplace online
bagi nelayan yang dapat memotong jalur tengkulak sehingga
dapat langsung mendapatkan kepastian pembeli tanpa adanya
perantara yang dapat merugikan nelayan.

6. Pendampingan Edukasi Petani dan Nelayan Go Online


Program pendampingan edukasi terkait penggunaan dan
pemanfaatan aplikasi-aplikasi yang disebut di poin 1-5. Hal ini
sangat penting dalam memastikan manfaat dari aplikasi-aplikasi
tersebut tersalurkan ke petani dan nelayan target.

|84| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Dalam memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian


dilakukan dengan memfasilitasi pemanfaatan aplikasi yang tepat
untuk menunjang usaha petani serta kinerja sektor pertanian, meliputi:
Fasilitasi Pemanfaatan Aplikasi Marketplace, Informasi Stok Nasional
dan Penyuluhan Pertanian Online. Dalam rangka menghadirkan solusi
digital untuk menyelesaikan isu-isu terkait petani, maka Direktorat
Pemberdayaan Industri Informatika melakukan identifikasi pelaku
industri yang bergerak di sektor pertanian, diantaranya:
1. Eragano (pembelian kebutuhan produksi pertanian,
pendampingan budidaya, akses permodalan, asuransi pertanian,
marketplace pertanian)
2. TaniHub (pembelian kebutuhan produksi pertanian, akses
permodalan, marketplace)
3. LimaKilo (marketplace pertanian)
4. 8villages (penyuluhan pertanian)

Sedangkan Implementasi kegiatan yang dilakukan dalam rangka


Fasilitasi Implementasi Program “Nelayan Go Online” telah dilakukan
kegiatan dengan timeline sebagai berikut:

Tabel 3.19 Timeline Implementasi Program Nelayan Go Online


Aktivitas/
Juli Agustus September Oktober November Desember
Milestone
Implementasi Program Nelayan Go Online
Kabupaten
Kota Serdang
Membantu Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Makassar, Bedagai,
pelaku industri Jember, Pesawaran,Kota Pangandaran,
Kota Medan, Kabupaten Kota Batam
informatika on Kabupaten Balikpapan,Kota Kabupaten
Kabupaten Banyuwangi,
boarding nelayan Maros Banda Aceh Pemalang
Gresik Kabupaten
Subang

Sumber: Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017

101.544 nelayan yang ter-registrasi di aplikasi nelayanpintar, dan


aruna. Dan 231.971 petani yang sudah ter-registrasi melalui aplikasi
Limakilo, dan Eragano. Target tersebut dicapai melalui kegiatan
fasilitasi kepada pengembang aplikasi serta edukasi kepada 4.760
petani dan nelayan.

Tabel 3.20 Capaian Edukasi Petani dan Nelayan Go Online Tahun 2017
Target Capaian
2017
Kegiatan Peserta Kegiatan Peserta
Petani 24 2.400 31 3.760
Nelayan 12 1.200 9 1.000
Jumlah 36 3.600 40 4.760

Sumber: Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017

Laporan Kinerja |85|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Berdasarkan Tabel 3.20, penerima manfaat dari program Fasilitasi


dan Pendampingan Edukasi Petani dan Nelayan Go Online terdiri
atas penerima manfaat langsung yaitu sebanyak 3.600 target peserta
petani dan nelayan, dan penerima manfaat tidak langsung yang
dilakukan dengan sistem getok tular dimana 3.600 orang petani/
nelayan yang telah mengikuti pelatihan dapat menjadi trainer dan
dapat mengajarkan pada petani/nelayan lainnya.

Program petani dan nelayan go online tidak lepas dari kendala yang
ada. Adapun kendala yang dihadapi antara lain:
1. Masih banyak petani dan nelayan yang tidak memiliki akses ke
smartphone;
2. Partisipasi yang rendah/kurangnya minat petani dan nelayan
untuk bergabung dalam 
program petani dan nelayan karena
banyak yang belum terbiasa dalam 
menggunakan aplikasi
mobile;
3. Kurangnya keterlibatan dari pemda/dinas pertanian dan
perikanan setempat dalam 
mengumpulkan petani dan nelayan
di daerah target program.

Solusi/langkah yang diambil untuk mengatasi permasalahan diatas


antara lain:
1. Memprioritaskan pelaksanaan program untuk petani dan nelayan
yang sudah memiliki smartphone;
2. Memfasilitasi penyediaan smartphone untuk petani dan nelayan
melalui kerjasama dengan operator seluler dan perbankan;
3. Bekerjasama dengan pelaku industri informatika dalam persiapan
materi edukasi agar disesuaikan dengan kompetensi petani dan
nelayan;
4. Menjelaskan kepada pemda/dinas pertanian dan perikanan
terkait maksud dan tujuan program;
5. Melakukan fasilitasi dan pendampingan edukasi pada daerah
yang lebih terbuka dalam program ini terlebih dahulu.

1.8 Persentase (%) UMKM Go Digital


UMKM Indonesia Visi pemerintah ialah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan

>56 juta unit


pertumbuhan ekonomi digital terbesar pada Tahun 2020. Presiden
Joko Widodo sendiri telah menyatakan bahwa ekonomi digital dapat
membawa manfaat besar bagi rakyat, khususnya bagi pengusaha
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut Presiden, bentuk
dukungan pemerintah kepada UMKM diantaranya adalah melalui
deregulasi kebijakan, pelatihan pengembangan kapasitas UMKM, dan
penyediaan infrastruktur telekomunikasi yang memadai.

|86| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Dalam pertemuan antar Kepala Negara ASEAN dengan Presiden


Amerika Serikat (KTT ASEAN-AS) pada Februari 2016, Presiden Joko
Widodo meyakini bahwa UMKM akan menjadi salah satu sektor yang
penting di era perdagangan bebas. Setidaknya sekitar 88,8% hingga
99,9% pilar usaha di ASEAN adalah UMKM, yang menyerap 51,7%
hingga 97,2% tenaga kerja di ASEAN. Adapun di Indonesia, saat ini
jumlah UMKM tak kurang dari 57-60 juta unit.

Gambar 3.14 Lanskap UMKM Indonesia

Indonesia’s SMEs (UMKM) Landscape


SMEs Contribution to GDP Indonesia’s SMEs Segmentation

SMEs to
CONTRIBUTION TO GDP: 9% Digital
IDR 438,2 BILLION Advanced potential TOTAL NO. OF SMES: 56,534,591 UNIT
online
target

CONTRIBUTION TO GDP: 18%


IDR 876,5 BILLION Intermediate MEDIUM: 48K UNIT
online

CONTRIBUTION TO GDP: 37% SMALL: 629K UNIT


IDR 1.801,6 BILLION Basic online

CONTRIBUTION TO GDP: 36% MICRO: 55,8 M UNIT


IDR 1.753 BILLION Offline

Source: Source:
Source:
Ministry of Stancombe Research &
Ministry of Cooperatives & SMEs, 2012
Cooperatives & SMEs, Planning, Deloitte
2012; BPS, 2012; BI Access Economics,
2015

SMEs contribution to GDP 2012:


Basic online
 59,08% equal to IDR 4.869,3 Billion (National
SMEs contribution
GDP 2012: IDR 8.241,9to GDP 2012:
Billion)
36%
offline
businesses
37%
businesses 18%
Intermediate
9%
Advanced
online businesses
online businesses
37%
 � Internet had contributed 1.6% (IDR 131,8
9%
59,08% equal to IDR 4.869,3 Billion
Billion) to the
(National GDPNational
2012: GDP;
IDR 8.241,9 Billion);
18%
36%
Basic online businesses have
 � SMEs online
Internet (5,08
had M unit) had
contributed contributed
1.6% (IDR 131,8 broadband access and a digital Intermediate online businesses Advanced online businesses have
0,14% (IDRto11,87
Billion) Billion) to
the National the National GDP
GDP; device such as a computer or have digital connectivity and connectivity, social web integration
Based on analysis of the data, smartphone and have a website. were also immersed in social and e-commerce capabilities. We
� SMEs online (5,08 M unit) had offline businesses are defined as However, the businesses are media by integrating website note that beyond this level of digital
contributed 0,14% (IDR 11,87 Billion) to those who do not have access not involved in social media with social media, live chat engagement, there are many other
the National GDP; to broadband, do not have a (only email) and do not have or customer threads. These ways in which businesses can
computer or smartphone and e-commerce capabilities for businesses do not have full embrace digital technology but these
do not have a website. ordering or payment. e-commerce capabilities. are not a focus of this research.

Sumber: Stancombe Research & Planning, Deloitte Access Economics, 2015; Kementerian KUKM, 2012, BPS, 2012

Berdasarkan catatan firma Deloitte yang telah melakukan jajak UMKM yang aktif
menggunakan internet
pendapat terhadap 437 UMKM di Indonesia pada Tahun 2015,
ditemukan fakta bahwa UMKM yang aktif menggunakan internet akan
bisa memperoleh pendapatan 80 persen lebih tinggi dibandingkan
mereka yang masih secara konvensional. Diyakini pula bahwa
80%
akan memperoleh
pendapatan lebih tinggi
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berada pada posisi dibandingkan mereka yang
4,6%, akan dapat meningkat dua persen lagi. masih secara konvensional

Laporan Kinerja |87|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Grafik 3.4 Posisi UMKM pada Visi Ekonomi Digital Indonesia 2020

Benefit of digital Positioning UMKM in Indonesia 2020


technologies for
Indonesian SME
Digital Economy Vision
1. Up to 80% higher
growth in revenue
2. One and half times Information
more likely to increase
employment
3. 17 times more likely to
be innovative Mc Kinsey Global Institude Boosting SME’s digital
4. SME’s with higher Report: engagement could
digital engagement SME’s heavily using web increase Indonesia’s annual
are more competitive technologies grow 2X as economic growth by 2%
internationally much as other
Sumber: Stancombe Research & Planning, Sumber: Mc Kinsey Research Sumber:World Bank Research
Deloitte Access Economics, 2015

Assumptions Using Mc Kinsey Research: SME’s heavily using web technologies grow 2X as much as other
Perhitungan tahun 2015 berdasarkan PDB tahun 2012

� 9% of SMEs (Advanced online/already by digital)


� 18% of SMEs (Intermediate online/ready to digital) digital started on 2017 2015-2017 GDP growth of
6,23%/year (source: BPS, GDP growth data in 2012)

(dalam triliun Rp) PDB: 18% UMKM ready to Digital PDB: 9% UMKM already Digital

16.000,0
14.023,6
14.000,0

12.000,0

10.000,0
7.912,7
8.000,0
7.011,8
6.000,0
3.505,9
4.000,0
1.753,0 3.956,3
2.000,0 876,5 876,5 931,1
1.978,2
438,2 989,1
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber: Stancombe Research & Planning, 2015; Deloitte Access Economics, 2015; BPS, 2012; Mc Kinsey Research, World Bank Research

Program Fasilitasi 8 Juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Go Online
bertujuan menciptakan 8 Juta UMKM Indonesia untuk masuk kedalam platform
pasar online yang dimulai pada pertengahan Tahun 2017. Pengertian dari
Program Fasilitasi 8 Juta UMKM Go Online dengan melihat peran yang dimiliki
Kemkominfo sebagai representasi Pemerintah adalah menginisiasi gerakan
yang dilakukan bersama seluruh pihak terkait untuk meningkatkan kesadaran

|88| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

masyarakat termasuk UMKM terhadap penggunaan platform pasar


online dan mendukung program platform pasar online dalam
menjadikan UMKM sebagai merchant pada pasar online mereka.
Tujuan dari program tersebut ialah membuka peluang pasar baru dan
konsumen baru bagi UMKM Indonesia baik di ranah regional maupun
global. Manfaat yang diharapkan dari adanya program Fasilitasi 8
juta UMKM Go Online adalah “Meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar internasional” sejalan dengan amanat Nawacita 6.

Tahapan yang dilakukan mencakup:


a) Melakukan sosialisasi serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait
secara internal dan eksternal dalam mempersiapkan pelaksanaan
melalui Rapat Koordinasi/Focus Group Discussion dan penyerahan
Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan stakeholder untuk menjalin
kerja sama;
b) Menyusun strategi komunikasi dalam meningkatkan awareness
terhadap program Fasilitasi 8 juta UMKM Go Online yang akan program Fasilitasi
dilakukan hingga 2019;
c) Melakukan edukasi dan pendampingan bagi UMKM untuk 8 juta

UMKM
melakukan pemasaran produk secara online;
d) Melakukan rekapitulasi dengan pihak e-commerce players dalam
memantau pencapaian konversi dari UMKM menjadi e-UMKM; Go Online
e) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dengan tim pelaksana
untuk dapat menyesuaikan TOR yang paling efektif.

Untuk melaksanakan program ini dilakukan tahapan kegiatan sebagai


berikut:
a) Penyusunan Materi Edukasi
Penyusunan Materi Edukasi dilakukan dalam rangka menyusun
secara bersama serta meminta masukan dengan stakeholder
terkait untuk materi edukasi UMKM Go Online yang dihasilkan
melalui: Public Service Announcement (PSA)/Iklan Layanan
Masyarakat, Instagram, Facebook, Video Animasi, dan Website
(http://umkmgoonline.id). 
Koordinasi Pembuatan Materi
dilakukan dengan: Marketplace, Relawan TIK dan Direktorat
Penyediaan dan Pengelolaan Informasi, Ditjen Informasi dan
Komunikasi Publik, Kemkominfo.

b) Edukasi UMKM Go Online


Edukasi UMKM Go Online Tahun 2017 sudah dilakukan bekerjasama
dengan Pemerintah Daerah dan Marketplace di 61 lokasi yang
dilaksanakan dengan jumlah peserta sebanyak 12.507 orang.
Koordinasi Edukasi UMKM Go Online juga telah dilakukan dengan
Kementerian KUKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
dan PT. Komunikasi Indonesia.

Laporan Kinerja |89|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

c) Perjanjian Kerja Sama


Dilakukan dengan berbagai stakeholder terkait untuk meng-
online-kan pelaku UMKM.
Proses Perjanjian Kerja Sama dilakukan
dengan: IdEA, Marketplace, dan Nurbaya Initiatives.

Terdapat perubahan target pada Tahun 2017 yang semula ditargetkan


sebanyak 1.000.000 UMKM Go Online menjadi 29.000 UMKM
Go Online. Hal ini disebabkan karena kurangnya sumber daya anggaran
akibat kebijakan nasional penghematan APBN, serta perubahan Term
of Reference (TOR) Program Fasilitasi 8 Juta UMKM Go Online dimana
perubahan tersebut mencakup beberapa aspek penting antara lain:
pendanaan, metodologi, dan rencana kerja serta implementasinya.
Seluruh target Tahun 2017 akan di carry over di Tahun 2018.

Capaian dari pelaksanaan program Fasilitasi 8 Juta UMKM Go Online


dapat dilihat pada Tabel 3.21 berikut ini.

Tabel 3.21 Capaian Persentase (%) UMKM Go Digital


2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

0,05% 0,02%
1.8 Persentase (29.000 (12.507
(%) UMKM % - - - - UMKM dari UMKM dari 40 %
Go Digital 56.000.000 56.000.000
UMKM) UMKM)

Tabel 3.22 Rekapitulasi Fasilitasi UMKM Go Online 2017


Market Place Jumlah Lokasi Jumlah Peserta
28%
2% 2%
LAZADA 6 1.375 7%
SHOPEE 22 3.487
8%
BLIBLI 12 2.870
22%
BLANJA 8 2.450
BUKALAPAK 6 900 11%
TOKOPEDIA 1 200
20%
NURBAYA 5 950
Shopee Lazada Tokopedia
MATAHARI 1 275
MALL Blibli.com Nurbaya Matahari Mall
Blanja.com Bukalapak
Jumlah 61 Lokasi 12.507 Peserta

|90| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Kendala capaian yang rendah tersebut antara lain:


a) Infrastruktur (akses internet, kepemilikan gawai) tidak merata;
b) Masih rendahnya tingkat literasi digital;
c) Pemahaman TIK dari UMKM yang rendah, lebih suka jualan online
di Facebook dan 
Instagram.

Upaya perbaikan ke depan yang akan dilakukan untuk mencapai


target yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi dengan K/L dan stakeholder serta memetakan
kontribusi yang mungkin dapat diberikan oleh setiap stakeholder;
2. Materi kampanye dalam bentuk logo, iklan PSA, video- video, press
release dan sosial media mulai dibuat. Pembuatan materi kampanye
dilaksanakan untuk meningkatkan awareness masyarakat kepada
program dan memanggil masyarakat untuk berpartisipasi dalam
program;
3. Pelaksanaan kegiatan direct yang berupa roadshow serentak di
beberapa lokasi perlu dilakukan untuk mengevaluasi visibilitas
pelaksanaan program.

1.9 Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan,


Daerah Tertinggal Termasuk Lokpri Tersedia
Layanan Digital
Broadband merupakan akses internet dengan jaminan konektivitas
always-on dan memiliki kemampuan untuk memberikan layanan
triple-play yang baik berdasarkan nilai Quality of Experience dari
pengguna. Didukung dengan Costumer Premise Equipment (CPE)
yang bisa menjalankan konten aplikasi yang produktif. Dalam hal
ini infrastruktur Broadband memiliki kontribusi signifikan untuk
pertumbuhan ekonomi kota, kabupaten dan provinsi.

Definisi dari Program Desa Broadband Terpadu adalah penyediaan


infrastruktur dan akses layanan informasi (broadband) di wilayah
non komersial yang didukung dengan CPE serta konten aplikasi yang
produktif dalam pemberdayaan masyarakat. Setelah pada Tahun 2015
dilaksanakan program Desa Broadband Terpadu di 50 Desa secara
komunal, diperlukan metode pembanding yakni secara personal
dimana perangkat secara langsung diberikan kepada warga desa
secara personal. Oleh karena itu, di Tahun 2016, target pembangunan
100 Desa Broadband Terpadu (DBT) ditunda dahulu untuk pemetaan
dan uji coba metoda pembanding yakni secara personal. Untuk
mengimplementasikan metode personal dengan baik diperlukan
pemetaan lebih lanjut mengenai kebutuhan aplikasi, konten, dan
teknis pemberdayaan SDM agar masyarakat di daerah tersebut
mampu menyesuaikan diri dengan kehadiran pitalebar. Melalui
pemetaan tersebut, diharapkan aplikasi dan konten yang diterima
oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan.

|91|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Untuk itu, di Tahun 2016 dilaksanakan uji coba di 3 lokasi, yaitu:


1) Desa Meskon, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi
Riau (Desa Nelayan)
2) Desa Fatukbot, Kecamatan Atambua Selatan, Kabupaten Belu,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Desa Pertanian)
3) Desa Panca Karsa 1, Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato,
Provinsi Gorontalo (Desa Pedalaman).

Uji coba ini telah berjalan dengan baik. Aplikasi yang sudah
terintegrasi telah disosialisasikan kepada masyarakat bersamaan
dengan pelatihan promosi dan pendampingan.

Gambar 3.15 Lokasi Desa Piloting Program Desa Broadband Terpadu (DBT)

Desa Meskon
Piloting Desa Nelayan
Desa Panca Karsa 1
Piloting Desa Perdalaman

Desa Fatukbot
Piloting Desa Petani

Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017

200

Pendampingan dan Di Tahun 2017 telah dilaksanakan kembali program Desa Broadband
pengembangan SDM Terpadu (DBT) dengan sasaran desa-desa di wilayah 3T supaya
berhasil dilaksanakan terbebas dari buta internet. Pelaksanaan pendampingan dan

di 222 desa
pengembangan SDM ini ditargetkan untuk dilaksanakan di 150 desa.
Namun, pada pelaksanaannya, berhasil dilaksanakan di 222 desa
sebagai berikut:

|92| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.23 Lokasi Pelaksanaan Pendampingan dan Pengembangan SDM Program Desa
Broadband Terpadu
Provinsi Jumlah Provinsi Jumlah

Aceh 5 Sulawesi Tenggara 2


Bangka Belitung 1 Gorontalo 15
Banten 5 NTT 21
Jawa Barat 13 NTB 8
Jawa Tengah 14 Maluku 10
Yogyakarta 3 Maluku Utara 3
Jawa Timur 9 Riau 7
Kalimantan Barat 10 Bengkulu 2
Sulawesi Utara 5 Jambi 5
Sulawesi Selatan 4 Kep Riau 3
Papua 8 Papua Barat 4
Sumatera Utara 4 Sumatera Barat 3
Sumatera Selatan 6 Lampung 23
Bali 5 Kalimantan Utara 13
Kalimantan Timur 2 Kalimantan Tengah 1
Kalimantan Selatan 1 Sulawesi Barat 4
Sulawesi Tengah 3
Total 222 Desa

Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017

Berdasarkan arahan pimpinan, pada Tahun 2017 Program Desa Broadband Terpadu mengalami
perubahan konsep menjadi Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) melalui penyediaan
Network, Device, Application, dan Capacity building (NDACb) yang tepat untuk masyarakat
di desa 3T dan Lokasi Prioritas (LokPri) yang dibagi menjadi desa petani, desa nelayan dan
desa pedalaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan akses ke pasar/
marketplace agar mendapatkan harga jual yang terbaik demi meningkatkan kesejahteraannya.

222
5

4 Total
2 Desa
2 3
3 1 15

6 1 4 8
5
3 13 3
7 4
1 10
2
23 4
5
5 13
14
3 9
5 8 21

Laporan Kinerja |93|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3.16 Program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT)

Device
Penyediaan device/
perangkat personal
Network untuk penggunaan
Penyediaan aplikasi
jaringan/network
di desa 3T dan
LokPri

Solusi
Terpadu
“Beneficiary Driven”

Aplikasi
Penyediaan aplikasi
yang relevan
Capacity dengan
Building kebutuhan
Pembinaan dan masyarakat
pendampingan

Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017

Manfaat yang ingin dicapai adalah meningkatkan tingkat pendapatan


di sektor pertanian dan nelayan, melalui:
• Meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan petani dan nelayan;
• Petani dan nelayan dapat merencanakan kegiatan usaha mereka
lebih baik dan produktif;
• Petani dan nelayan dapat memperoleh pengetahuan yang diperlukan
untuk meningkatkan produktivitas usaha mereka;
• Petani, nelayan dan penduduk pedalaman dapat menjual hasil usaha
atau komoditas mereka kepada pembeli langsung tanpa perantara;
• Meningkatkan akses kesehatan, keamanan dan keselamatan dasar
bagi petani, nelayan dan penduduk pedalaman.

|94| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Sedangkan penerima manfaat dari adanya program ini adalah:


Masyarakat di 500 desa 3T dan Lokpri

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia

Kementerian/Lembaga/Badan, Pemerintah Desa dan Masyarakat

Desa
Operator telekomunikasi

Salah satu proses dari program ini adalah penyediaan sebuah


SDBT
aplikasi mobile terintegrasi yang sesuai untuk masing-masing desa
Realisasi Tahun 2017

222
petani, desa nelayan dan desa pedalaman. Sehubungan dengan
kebutuhan aplikasi mobile SDBT tersebut, pihak KemKominfo telah
lokasi

3
mengadakan sayembara untuk aplikasi yang akan digunakan SDBT
dengan melibatkan kaum muda. Setelah itu, dilakukan piloting di 3
desa berikut untuk dijadikan sasaran uji coba aplikasi hasil sayembara + desa Piloting
tersebut:

1. Desa Meskom, Kec. Bengkalis – Riau


Terletak pada daerah perbatasan dimana sudah tersedia jaringan
3G dan jaringan listrik yang baik. Berdasarkan mayoritas mata
pencaharian penduduk diklasifikasikan menjadi desa nelayan.

2. Desa Panca Karsa I, Kec. Taluduti – Gorontalo


Terletak pada daerah tertinggal dimana sudah tersedia jaringan
2G dan jaringan listrik. Desa ini diklasifikasikan menjadi desa
pedalaman.

3. Desa Fatukbot, Kec. Atambua – NTT


Terletak pada daerah perbatasan dimana sudah tersedia jaringan
3G dan jaringan listrik yang baik. Berdasarkan mayoritas mata
pencaharian penduduk diklasifikasikan menjadi desa petani.

Berdasarkan data pada Tabel 3.24, capaian dari indikator ini adalah
sebesar 150%, dihitung dari jumlah realisasi Desa Broadband Terpadu
ditambah desa piloting dibandingkan dengan target.

Tabel 3.24 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal Termasuk
Lokpri Tersedia Layanan Digital
2015 2016 2017
Capaian 2017
Indikator Kinerja Satuan
(%)
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1.9 Persentase (%)


desa di wilayah 4,02%
perbatasan, (222
2,7% (150
daerah tertinggal % - 50 lokasi - 3 lokasi lokasi) + 150%
DBT)
termasuk lokpri 3 desa
tersedia layanan piloting
digital

|95|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Beberapa kendala yang ditemukan saat melakukan uji coba ke 3 desa


piloting adalah sebagai berikut:

Desa Nelayan Desa Petani

1. Penggunaan radio atau ponsel 1. Belum terbiasa menggunakan


pintar yang masih sangat ponsel pintar
minim
2. Mayoritas petani berusia tua
2. Ponsel hanya digunakan untuk dan sulit menerima adanya
SMS dan telepon kemajuan teknologi
3. Belum ada forum formal (digital divide)
nelayan
4. Tidak ada fasilitas
penyimpanan hasil tangkapan Desa Pedalaman
5. Kualitas dan jangkauan sinyal
yang buruk
1. Jaringan telepon yang buruk
6. Aktifitas jual beli yang sulit
untuk diubah 2. Biaya telekomunikasi yang
mahal
7. Belum ada penyuluhan
mengenai proses pengolahan 3. Sulitnya akses masuk maupun
hasil tangkapan keluar dari desa
4. Sulitnya persebaran informasi
dan relasi dengan desa lain

1.10 Jumlah Anak-anak, Wanita, Disabilitas dan


Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kehidupan milenial
merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Transisi digitalisasi
pada berbagai bidang kehidupan telah mengubah banyak pola bisnis.
Percepatan inovasi teknologi informasi dan komunikasi diharapkan
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
sosial. Untuk memenuhi tantangan membangun masa depan digital
yang tangguh, pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemkominfo) yang bertugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara
perlu memiliki kebijakan publik yang adaptif dengan perkembangan
yang ada melalui literasi TIK.

|96| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Literasi TIK ialah kemampuan menggunakan teknologi digital,


alat komunikasi dan atau jaringan untuk Mendefinisikan (Define),
Mengakses (Access), Mengelola (Manage), Mengintegrasikan
(integrate), Mengevaluasi (evaluate), Menciptakan (create) dan
Mengkomunikasikan (communicate) informasi secara baik dan legal
dalam rangka membangun masyarakat berpengetahuan. Literasi
TIK merupakan sarana penting untuk dapat bersaing di dunia kerja.
Kementerian Komunikasi dan Informatika hadir untuk memberikan
solusi bagi pengentasan SDM agar mampu dan siap untuk menjadi
SDM yang handal di bidang TIK.

Tujuan dari program Literasi TIK adalah memberikan pengetahuan


dan keahlian TIK secara inklusif dan merata bagi seluruh lapisan
masyarakat khususnya anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar.
Dalam melaksanakan Literasi TIK, Kementerian Komunikasi dan
Informatika melaksanakan berbagai kegiatan yang menunjang
kegiatan Literasi TIK yaitu meliputi berbagai pelatihan dalam bentuk
sebagai berikut:
1. Microsoft Office Excel
2. Microsoft Office Word
3. Microsoft Office Powerpoint
4. Internet
5. Desain Grafis
6. Public Speaking

Capaian dari program Literasi TIK untuk anak-anak, wanita, disabilitas


dan pelajar yang dilakukan pada Tahun 2017 disampaikan pada Tabel
3.25 berikut ini.

Tabel 3.25 Capaian Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh
Literasi TIK
2015 2016 2017
Capaian 2017
Indikator Kinerja Satuan
(%)
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1.10 Jumlah anak-


anak, wanita,
disabilitas dan
orang 2.500 6.664 4.450 12.575 5.300 7.291 137,56%
pelajar yang
memperoleh
literasi TIK

|97|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Pada Tahun 2017, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah


memberikan pengenalan literasi TIK kepada 7.291 orang yang terdiri
dari anak-anak usia sekolah, wanita, dan disabilitas. Realisasi fisik
kegiatan ini mencapai 137,56% dari total target 5.300 orang dengan
rincian sebagai berikut.

Tabel 3.26 Data Realisasi Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang
Memperoleh Literasi TIK Tahun 2015 – 2017
Kategori Realisasi 2015 Realisasi 2016 Realisasi 2017

Ibu Rumah Tangga 100 1.121 2.099


Anak-Anak 6.001 9.415 4.862
Disabilitas 455 1.771 330
UKM 108 - -
Guru/Instruktur - 59 -
Lain - lain - 209 -
TOTAL 6.664 12.575 7.291

Sumber: Badan Litbang SDM, Kemkominfo, 2017

Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan dukungan


pembiayaan dari Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan
Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) sebagai implementasi
Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi dan Informatika
(Universal Service Obligation/USO) juga telah melatih sebanyak 499
penyandang disabilitas berusia remaja (15 – 24 tahun) dan dewasa
(25 – 35 tahun) pada kegiatan Jambore TIK Bagi Remaja dan Dewasa
dengan Disabilitas pada Tahun 2017 yang dilaksanakan di 5 (lima) kota
besar di Indonesia yakni Jayapura, Balikpapan, Manado, Palembang
dan Yogyakarta.

Kendala utama yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan


Literasi TIK ini adalah adanya perubahan pagu alokasi anggaran
yang mengakibatkan terdapat perbedaan target dari yang sudah
ditetapkan di awal.

1.11 Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh


Literasi TIK
Jumlah Masyarakat Dalam menghadapi perkembangan Teknologi Informasi dan
Umum yang Komunikasi (TIK) di era global dan dalam rangka menciptakan
memperoleh literasi masyarakat yang mampu menggunakan Teknologi Digital, Alat
TIK
Komunikasi dan Internet dan cara penggunaannya untuk mengakses,
1.494.117 orang
mengelola, mengevaluasi, menciptakan dan mengkomunikasikan
informasi dengan tepat dan benar, Kementerian Komunikasi dan
Informatika, menyelenggarakan Literasi TIK kepada masyarakat
untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat

|98| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

agar masyarakat dapat mengetahui, paham dan menggunakan


Teknologi Digital, Alat Komunikasi dan Internet untuk mendukung dan
menunjang kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan berbagai
etika dan aturan yang berlaku sesuai dengan perkembangan zaman
yang ada.

Dalam melaksanakan Literasi TIK, Kementerian Komunikasi dan


Informatika melaksanakan berbagai kegiatan sebagai berikut:

Tabel 3.27 Kegiatan Literasi TIK Kemkominfo


No Kegiatan Jumlah Orang

1 Siberkreasi 34.030
Video CEK DULU 38.811
2 INCAKAP dan Whitelist 4.120
Literasi website 23.364
3 Mudamudi Digital 956
Kanal Youtube Mudamudi Digital 1.377.336
4 Sosialisasi dan Bimtek Indonesia Game Rating System (IGRS) 6.060
5 Born to Protect 8.181
6 Bimtek Indeks KAMI 339
7. Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas di Daerah 3T 920
 Jumlah 1.494.117

Sumber: Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017

Pada Tahun 2017, Kementerian Komunikasi dan Informatika berhasil


memberikan pengenalan literasi TIK bagi 1.494.117 masyarakat
umum. Sehingga, capaian dari indikator ini adalah sebesar 298,82%
jika dibandingkan dengan target sebanyak 500.000 orang. Capaian
Kementerian Kominfo terkait indikator tersebut, dijabarkan pada
Tabel 3.28 sebagai berikut:

Tabel 3.28 Capaian Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK
2015 2016 2017 Capaian 2017
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

1.11 Jumlah
Masyarakat
Umum yang orang - - - - 500.000 1.494.117 298,82%
memperoleh
literasi TIK

Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK diperoleh


dari hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan Kementerian
Komunikasi dan Informatika dengan rincian sebagai berikut:

Laporan Kinerja |99|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

1. Siberkreasi
Kegiatan Siberkreasi adalah sebuah gerakan bersama antara pemerintah, berbagai kalangan,
komunitas peduli, swasta, akademisi, masyarakat sipil dan media untuk menanggulangi
ancaman penyebaran konten negatif melalui internet seperti hoax, cyberbullying, dan
radikalisasi online dan mendorong masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan
konten positif melalui internet dan lebih produktif di dunia digital. Pada Tahun 2017 telah
dilakukan Literasi TIK kepada 34.030 orang di 27 lokasi.

Untuk menggerakkan budaya “Cek Dulu” dalam kerangka Literasi Digital, Kementerian
Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Youtuber CameoProject membuat video
Literasi TIK yang menghimbau masyarakat untuk selalu mengecek Terlebih Dahulu informasi
yang ada di internet. Video tersebut sudah ditonton sebanyak 38.811 kali.

Gambar 3.17 Peta Sebaran Pelaksanaan Kegiatan


INCAKAP dan Sistem Whitelist Nusantara Tahun 2017

Kegiatan Edukasi Penggunaan Internet Cerdas, Kreatif, Produktif, dan Whitelist Tahun 2017
Direktorat Pemberdayaan Informatika
Sabang
1 April Banda Aceh
31 Maret
20 September

Padang
11 Desember

Samarinda
Pontianak 13 Juli
19 & 20 Maret
18 Mei
Jambi
8 Agustus

Bandung
Jakarta Pendampingan Bekasi 25 Juli
8 Mei 9 Agustus 11 Juni
10 Juli 9 September
19 & 20 Agustus Pemalang
31 Agustus 22 November Semarang
19 September 6 Juni Makasar
20 September 16 & 17 September
5 Oktober Jakarta
24 Oktober 5 Februari
25 Oktober 8 Agustus Depok
Bogor Cirebon
4 September 24 Juli
17 Oktober 18 Oktober
12 Oktober Yogyakarta
Solo
15 Oktober Jember
7 April 2 Mei
6 Oktober

|100| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

2. Internet Cerdas, Kreatif dan Produktif (INCAKAP) dan Whitelist


Kegiatan INCAKAP dan Whitelist memberikan pemahaman dan
wawasan kepada masyarakat terkait penggunaan internet secara
cerdas, kreatif dan produktif, Sistem Whitelist Nusantara, Undang
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), E-safety
Parenting, Pencegahan Kecanduan Penggunaan dan Konten
Negatif pada Media Sosial, Dampak Negatif Media Sosial bagi
Masyarakat, Cyber Crime, dan pelatihan penggunaan aplikasi
coding untuk pelajar. Pada Tahun 2017 telah dilakukan Literasi TIK
di 35 lokasi secara tatap muka dengan peserta sebanyak 4.120
orang di berbagai daerah di Indonesia dengan detail kegiatan
sebagai berikut:

Jumlah Peserta Edukasi Penggunaan Internet Cerdas, Kreatif, Produktif


dan Sistem Whitelist Nusantara sebanyak 4120 peserta (empat ribu
seratus dua puluh peserta) dari 55 lokasi di Indonesia

19
16
1700 peserta

Lokasi Kegiatan Lokasi


pendampingan Kegiatan Inti 2320 peserta

Total pengunjung
website

23.364 orang

Sumber: Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017

Laporan Kinerja|101|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Selain melaksanakan literasi TIK secara tatap muka, dilakukan


juga literasi melalui website www.incakap.id yang dibangun pada
Tahun 2017. Website tersebut berfungsi sebagai portal literasi
internet cerdas kreatif dan produktif yang berisi materi-materi dan
video tutorial terkait pemanfaatan TIK. Dengan total pengunjung
website sejumlah 23.364 orang.

3. Mudamudi Digital
Pemerintah juga terus berupaya untuk mengurangi
penyebaran hoax atau berita palsu dengan cara menyusun undang-
undang yang didalamnya mengatur sanksi bagi pengguna internet
yang turut menyebarkan konten negatif. Selain itu, Kementerian
Komunikasi dan Informatika turut mengedukasi masyarakat untuk
meningkatkan literasi digital, salah satunya melalui Mudamudigital.
Mudamudigital merupakan wadah bagi para generasi muda untuk
berbagi ilmu dengan para pakar literasi digital Indonesia. Para
peserta juga dapat “curhat” kepada para pakar tentang apa saja
yang mereka hadapi di dunia digital pada era zaman now.

Tujuan utama Mudamudigital adalah membentuk generasi muda


Indonesia agar mempunyai kecerdasan literasi digital yang tinggi.
Dengan cara itulah anak-anak muda tidak gampang dipengaruhi
oleh berita-berita hoax yang dapat melunturkan persatuan dan
kesatuan bangsa.

Kegiatan dilaksanakan di 8 lokasi yaitu: Yogyakarta, Lampung,


Banjarmasin, Makassar, Aceh, Mataram, Bandung, dan Jakarta
dengan total peserta setiap kota adalah 956 orang. Selain kegiatan
tatap muka, dalam melakukan Literasi Digital, Mudamudi Digital
menggunakan kanal Youtube dengan total viewer sebanyak
1.377.336 viewer.

4. Sosialisasi dan Bimtek Indonesia Game Rating System (IGRS)


Kegiatan IGRS menyediakan panduan dan pemahaman kepada
penyelenggara Permainan Interaktif Elektronik, Masyarakat
Pengguna dan Pemerintah untuk menghasilkan produk Permainan
Interaktif Elektronik yang dipasarkan sesuai dengan klasifikasi
konten dan usia pengguna, panduan dalam menggunakan produk
Permainan Interaktif Elektronik serta mendorong penguatan
produk Permainan Interaktif Elektronik lokal di Indonesia. Pada
Tahun 2017 telah dilaksanakan Literasi TIK kepada 6.060 orang di
berbagai daerah di Indonesia.

5. Born To Protect
Born to Protect (BTP) adalah program pencarian bakat cyber
security di Indonesia, dengan tujuan menjaring bakat SDM dalam
bidang Cyber Security dan menciptakan keseimbangan SDM yang

|102| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

ada, agar dapat mengatasi permasalahan kemajuan teknologi


informatika saat ini. Kegiatan Born to Protect merupakan
rangkaian kegiatan yang terdiri dari Hacking Contest, Seminar,
Training of Trainers, dan diakhiri dengan Digital Camp untuk
peserta yang terpilih. Launching dan Pers Conference kegiatan
diadakan pada 30 Januari 2017 bertempat di Aula Serbaguna
Kementerian Kominfo oleh Menteri Komunikasi dan Informatika,
Bapak Rudiantara. Turut hadir dalam launching ini yaitu CEO
dan Tim dari PT Xynexis International, Perwakilan APTIKOM dan
Perwakilan Universitas Gunadarma.

Tahun 2017 kegiatan BTP dilaksanakan di 6 kota besar di Indonesia,


yaitu Jakarta, Bandung, Palembang, Malang, Makassar dan
Samarinda. Pada Tahun 2018 diharapkan akan didapatkan 100
peserta terbaik yang akan diberikan pelatihan khusus dari mentor-
mentor handal di bidangnya, sekaligus mendapat akses ke industri
di bidang keamanan siber serta industri yang bekerjasama dalam
program Born to Protect. Kegiatan Born to Protect diharapkan
dapat menjadi wadah bagi generasi muda yang ingin mendapatkan
ilmu mengenai Cyber Security sekaligus menghimpun SDM Cyber
Security yang potensial di Indonesia yang nantinya dapat membantu
NKRI dan dunia industri dalam cyber security. Kegiatan ini terlaksana
atas kerjasama Direktorat Keamanan Informasi Kementerian
Kominfo, PT Xynexis International, Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu
Komputer Indonesia (APTIKOM) dan Universitas Gunadarma.

Tabel 3.29 Kegiatan Roadshow Born to Protect Tahun 2017

No Lokasi Waktu Pelaksanaan Jumlah Peserta Top 3 Hacking Contest

ToT = 65 Gladiator 024


1 Jakarta 18 – 19 Agustus Seminar = 1000 Reintakura
Hacking Contest = 663 Gladiator 062
ToT = 50 UM - ITB
2 Bandung 30 September Seminar = 1300 Darksiders001 – ITB
Hacking Contest = 502 Iamnubs – Telkom University
Gladiator 153 – STMIK PPKIA
ToT = 21
Pradnya Paramita
3 Malang 20 – 21 Oktober Seminar = 321
Nepska Nayeon – Callestasia
Hacking Contest = 400
Laztname – Surabaya Hackerlink
Johan Wahyudi – Univ. Sriwijaya
ToT = 40
Ibnu Batutah Zarizal – Univ. Bina
4 Palembang 10 – 11 November Seminar = 508
Darma
Hacking Contest = 369
Ilham Rizkanda – Univ. Bina Darma
ToT = 91
Pupper – UMI
Workshop = 87
5 Makassar 24 – 25 November Tri Reski Anugraha – UMI
Seminar = 1500
./LastNinjas – UMI
Hacking Contest = 378
ToT = 31 Valdhie Setiawan – STMIK SPB
6 Samarinda 16 Desember Seminar = 605 BL – STMIK SPB Airlangga
Hacking Contest = 250 Azishexacrew
Total 8.181 Orang

|103|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

6. Bimtek Indeks Keamanan Informasi (KAMI)


Maksud dari kegiatan Bimtek Indeks KAMI adalah untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan informasi
dalam penyelenggaraan tata kelola TIK. Kementerian Komunikasi
dan Informatika melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis
yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan kajian keamanan
informasi kepada instansi penyelenggara pelayanan publik
menggunakan alat bantu evaluasi Indeks KAMI. Instansi yang
dapat mengikuti kegiatan kajian keamanan informasi ini hanya
instansi yang sebelumnya telah mengikuti Bimtek Indeks KAMI.
Pemeringkatan Indeks KAMI ini terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu:
1. Desktop Assessment: proses verifikasi yang dilakukan
terbatas pada dokumen-dokumen yang ada dan dibawa
ketika verifikasi berlangsung;
2. Onsite Assessment: verifikasi dilakukan dengan melakukan
tinjauan langsung ke lokasi.

Pada Tahun 2017 telah dilakukan Bimtek Indeks Keamanan


Informasi sebagai berikut:

Tabel 3.30 Kegiatan Bimtek Indeks Keamanan


Aktifitas Keamanan Informasi Keterangan
Bimtek diadakan 2 (dua) kali
1. Bimtek Indeks 339 peserta dari K/L, Pemda dan
di Bandung, pada Mei dan
Keamanan Informasi Instansi pada sektor strategis
September 2017
46 Instansi dengan rincian:
2. Pemeringkatan Indeks Tahun 2017 hanya dilaksanakan
• 9 K/L Pusat
Keamanan Informasi (Indeks Desktop Assessment, tidak
• 29 Pemerintah Daerah
KAMI) dilaksanakan Onsite Assessment
• 9 Instansi pada Sektor Strategis

Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan dan


pencapaian target kinerja yaitu keterbatasan waktu dan
kurangnya kerjasama serta koordinasi dengan stakeholder yang
berakibat tidak terinformasi dan terintegrasi kegiatan literasi TIK
bagi masyarakat.

7. Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas Kerjasama Antar Desa


di Daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal)
Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas adalah suatu program
aksi pemerintah bersama masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya dalam kerangka “membangun dari pinggiran”
NAWACITA pemerintahan Jokowi-JK. Bertujuan mempercepat
dan meningkatkan kualitas pelayanan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa dan perdesaan melalui: (1)
Penyiapan sistem informasi membangun desa sebagai media
literasi yang dapat mengaktifkan wadah sosial berbasis

|104| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

komunitas melalui pendekatan kerjasama antardesa di daerah


3T (terluar, terdepan, dan tertinggal) agar tetap memelihara dan
menguatkan budaya lokal dalam menerima kemajuan prasarana
teknologi informasi dan komunikasi; dan (2) Peningkatan
kapasitas masyarakat dalam memilah dan memilih informasi agar
menjadi produktif dan memiliki nilai tambah, sehingga mampu
menentukan sikap terhadap informasi yang mereka terima.

Aksi Literasi Digital berbasis Komunitas Kerjasama Antar Desa di


daerah 3T yang dilaksanakan pada periode 7 Juli hingga 7 Desember
2017 di 17 Kabupaten, 8 Provinsi, dan 45 Komunitas merupakan
upaya pengembangan desa dengan menguatkan Komunitas
Kerjasama Antar Desa dalam satuan kawasan perdesaan di sebuah
kabupaten untuk mewujudkan perdesaan berkelanjutan melalui
peningkatan skala ekonomi dari usaha masyarakat dalam satuan
kawasan agar mendukung industrialisasi perdesaan, menguatkan
kohesi dan solidaritas sosial, dan membentuk upaya kerjasama
antar desa dalam melakukan konservasi dan rehabilitasi atau
restorasi ekosistem yang rusak.

Keluaran (output) dari aksi literasi digital ini adalah: 1) Terciptanya


metode aksi literasi digital berbasis komunitas melalui pendekatan
kerjasama antar-desa; 2) Masyarakat memiliki kapasitas memilah
dan memilih informasi produktif dan memiliki nilai lebih, serta
bersikap terhadap informasi yang diterima yang diantaranya
dengan memanfaatkan hoax analyzer; 3) Sumberdaya manusia
perdesaan di daerah 3T memiliki kompetensi memelihara dan
mengembangkan sistem informasi membangun desa bersama
pemimpin pendapat media (internet opinion leader); 4) Terbentuk
dan Melembaganya komunitas kerjasama antardesa dalam
kerangka koordinasi dan sinergi pemerintah kabupaten dengan
para pemangku kepentingan lainnya; dan 5) Berkembangnya
e-commerce dan e-business dalam aktivitas usaha-usaha ekonomi
produktif (kegiatan bisnis) komunitas kerjasama antardesa yang
difokuskan kepada pengembangan komoditas pertanian dan
sektor unggulan untuk menciptakan nilai tambah.

Kegiatan Aksi Literasi Digital terdiri dari 3 (tiga) tahap kegiatan,


yaitu:

a. Mengembangkan Kesamaan Pemahaman


Untuk membangun kesamaan pemahaman gagasan
dan komitmen melakukan aksi literasi digital berbasis
komunitas kerjasama antar desa, dilaksanakan dialog
dengan mengundang Dinas-dinas Kominfo di 17 kabupaten
dan 8 provinsi serta berbagai Kementerian/Lembaga (K/L)

Laporan Kinerja|105|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

untuk membangun konsensus dan komitmen bekerjasama


melakukan aksi nyata. Konsensus dan komitmen bekerjasama
tersebut dituangkan dalam pernyataan tertulis yang
ditandatangani seluruh Kepala Dinas Kominfo 17 kabupaten
dan K/L yang ikut bekerjasama melakukan aksi.

b. Mengembangkan Prototype Aplikasi dalam Bentuk Laman


dan Platform Android
Prototype Aplikasi yang dihasilkan dalam bentuk laman
adalah kodikadi.com dan platform android yang dapat
diunduh melalui google playstore, berisikan 5 kanal, yaitu:
Informasi Komunitas, Berita Komunitas, Bisnis Komunitas,
Hoax Analyzer, dan Diskusi Konvergen.

Gambar 3.18 Komoditas Unggulan dan Jejaring Antar 45 Komunitas


Kerjasama Desa dalam Aplikasi Kodikadi.com

KOMODITAS JEJARING ANTAR


PRIORITAS 45 KOMUNITAS

Bedung Bahari, Saling Sakiki,


PARIWISATA Fatubesi, Kolam Susuk, Mekar
(Alam, Sejarah, Budaya) Jatim, Kambunong, Dugong
Bintan

Mina Eksotika, Citra Simbok


PERIKANAN TANGKAP
AKUN Palmatak, Kamangta Haivi,
(Tongkol, Roa, Gabus)
Biring Bone

AKSI
LITERASI Bumi Kebenaran Paloh, Limau
Manis, Babai Cingak, Makeng
DIGITAL TANAMAN PANGAN
Tanah Bailo, Gunung Sojol,
Korolaa, Morokaa, Tinombala,
(Padi, Jagung)
Login Lemba Mesale, Tanjung
Menangis, Barmani, Ta’anto’u,
Tarundungi, Lemba Moroko
Sign UP

RUMPUT LAUT DAN


Balong Agara Cattoni,
PERIKANAN BUDIDAYA
Mabelo Singgani, Gunung Deli
(Udang, Rumput Laut, Ikan
Sebara, Datu Lauq
Bandeng, Ikan Gabus)

Lar Bariri, Alo Galing, Welaka,


Bumi Daranante, Puncak
Borneo, Tiwutelu, Lise,
PERKEBUNAN RAKYAT
Jopalala, Tinamtabalto, Dulun
(Bambu, Lada, Kelapa, Kopi,
Sungai Sebuku, Tapal Batas,
Kacang Mede)
Pekurehua Abadi, Toapaya
Maju Bersama, Terjang,
Titehena, Hugupupu

Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017

|106| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

c. Inisiasi Aksi Literasi Digital di Aras Komunitas Kerjasama Antar


Desa
Kegiatan ini terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk insiasi baru dan
bentuk pengembangan. Inisiasi ini khusus bermuatan penguatan
literasi usaha digital. Pesertanya terdiri dari aparat pemerintah desa
dan golongan muda yang dipilih/disetujui oleh kepala desa. Peserta
dari golongan muda ini disiapkan menjadi Pemimpin Pendapat
Media Sosial (PP-Medsos) secara konsep dikenal sebagai Internet
Opinion Leaders. Kegiatan inisiasi menghasilkan rencana tindak
lanjut berisi perencanaan bisnis dengan penggunaan teknologi
digital. Hasil tersebut dilanjutkan menjadi bahan lokakarya di aras
kabupaten.

Grafik 3.5 Komunitas Kerjasama Antar Desa Berdasarkan Kuadran Kemampuan Literasi Digital
(digital literacy capability index) dan Kemampuan Bisnis/Usaha dari Komunitas Kerjasama
antar Desa (business capability index)

25

20
Banyaknya Kumunitas

15

10

0
I II III IV
KUADRAN

KATEGORI : Tertinggal Terluar Terdepan

Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017

Capaian dari pelaksanaan kegiatan Aksi Literasi Digital Berbasis


Komunitas Kerjasama Antar Desa di Daerah 3T adalah sebanyak 920
orang. Rincian peserta di masing-masing lokasi terlampir.

1.12 Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertifikasi


Keahlian dan Kompetensi Sektor TIK
Salah satu agenda prioritas pembangunan ketenagakerjaan adalah
percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja. Pengelolaan pelatihan
dan pemberian dukungan bagi program pelatihan yang strategis juga
menjadi kebijakan pasar tenaga kerja Tahun 2025. Untuk mempersiapkan
hal tersebut, peningkatan jumlah tenaga terampil untuk menghadapi
keterbukaan pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan.

Laporan Kinerja|107|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Pengembangan SDM Nasional Bidang Komunikasi dan Informatika


dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa telah
diupayakan Kemkominfo diantaranya melalui implementasi Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan
Kerja Nasional pada Pasal 14 yang menyatakan tentang Pelaksanaan
Sertifikasi Kompetensi Kerja dan Lembaga Sertifikasi Profesi
dalam Sistem Pelatihan Kerja Nasional. Berdasarkan PP tersebut,
Kemkominfo bertugas sebagai instansi pembina teknis standardisasi
profesi tenaga kerja nasional sektor kominfo dimana kompetensi SDM
dilakukan melalui uji sertifikasi yang diselenggarakan oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) Bidang Kominfo pada Tempat Uji Kompetensi
(TUK) yang menjadi mitra dan dibuktikan melalui Sertifikat
Kompetensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Tabel 3.31 Capaian Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertifikasi Keahlian dan Kompetensi Sektor TIK

2015 2016 2017 Capaian 2017


Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

1.12 Jumlah angkatan


kerja yang
tersertifikasi 7.575 7.488 1.600 1.377 10.650 9.407
orang 88,33%
keahlian dan orang orang orang orang orang orang
kompetensi
sektor TIK

Berdasarkan Tabel 3.31 diatas, capaian untuk indikator ini di Tahun


2017 adalah sebesar 88,33%. Capaian ini diperoleh dari jumlah peserta
yang mengikuti ujian sertifikasi keahlian dan kompetensi sektor
TIK dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebelumnya. Dari
target 10.650 peserta, sebanyak 11.531 peserta yang mengikuti ujian
sertifikasi dan sebanyak 9.407 orang dinyatakan lulus atau kompeten.

Tabel 3.32 Hasil Pelaksanaan Sertifikasi SKKNI Bagi Angkatan Kerja Muda Indonesia
Angkatan Kerja Muda Tingkat
Target
Tahun Kelulusan
(Orang) Jumlah Peserta (Orang) Jumlah Kompeten (Orang) (%)

2014 725 816 728 89,22%


2015 7.575 11.785 7.488 63,54%
1.817 (Komunikasi: 456; 1.377 (Komunikasi: 369;
2016 1.600 75,78%
Informatika: 1.361) Informatika: 1.008)
11.531 (Komunikasi: 2.202; 9.407 (Komunikasi: 1.723;
2017 10.650 81.58%
Informatika: 9.329) Informatika: 7.684)

Sumber: Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2017

|108| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Tidak tercapainya target sesuai yang direncanakan tidak lepas dari


adanya beberapa kendala, seperti berikut:
1. Untuk pelaksanaan di luar Pulau Jawa (khususnya yang
dilaksanakan di kabupaten/kota), tingkat kelulusan cenderung
lebih rendah dikarenakan target kelulusan minimal adalah 70%;
2. Pada prinsipnya semua pendaftaran peserta sifatnya online,
namun di beberapa daerah masih terdapat kesulitan dalam
mengakses internet sehingga calon peserta pun mengalami
kesulitan ketika mendaftar;
3. Kesulitan dalam mengidentifikasi peserta yang sudah pernah
mengikuti ujian sertifikasi dikarenakan sistem pendaftaran belum
tersentralisasi.

Upaya perbaikan ke depan yang akan dilakukan untuk mencapai


target yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Benchmarking dengan K/L lain terkait keefektifan pelaksanaan
sertifikasi SKKNI;
2. Pembuatan pedoman teknis pelaksanaan sertifikasi berbasis
SKKNI sehingga kegiatan yang dilakukan seluruh Satker pelaksana
memiliki standar yang sama;
3. Sistem aplikasi satu pintu untuk pendaftaran sekaligus database
peserta yang sudah mengikuti sertifikasi. Sistem ini juga akan
digunakan untuk tracer study khususnya manfaat program
sertifikasi ini bagi angkatan kerja muda yang menjadi sasaran.

Sasaran Strategis 2:
Tersedianya Akses dan Kualitas Informasi
Publik Terkait Kebijakan dan Program Prioritas
Pemerintah yang Baik, Cepat, Tepat dan Obyektif
Kepada Seluruh Lapisan Masyarakat Indonesia.

2.1 Persentase (%) Kepuasan Masyarakat


Terhadap Akses dan Kualitas Informasi
Publik
Tingkat literasi atau pengetahuan masyarakat terhadap program-
program pemerintah berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan
publik kepada pemerintah. Hal tersebut tercermin dalam release
terbaru dari Edelman Trust Barometer Tahun 2018 dimana tingkat
kepercayaan publik terhadap pemerintah Indonesia mendapatkan skor
yang tinggi (73). Terdapat kenaikan 2 poin dari skor tahun lalu yang
menempatkan pemerintah Indonesia masuk kedalam 5 (lima) negara
yang ada di level terpercaya seperti yang terlihat pada Gambar 3.19.

Laporan Kinerja|109|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3.19 Hasil Survei Edelman Trust Barometer


tentang Tingkat Kepercayaan terhadap Pemerintah

Tingkat Kepercayaan pada Pemerintah


Data per 2018

Distrusted in 21 markets 84
77
70 73
65
51 54
43 41 43 44 45 46 46 46 46
37
33 33 34 35 35 36
28
18 24 25 27
14
+2 -1 -6 -8 +5
-6 -4 +4 +8 -14 +9 -2 +3 0 0 +8 +5 0 +17 +3 +6 +9 +1 0 +3 -4 -5 +2 +2 +8
Global 28

South Africa

Brazil

Columbia

Polandia

Italy

Mexico

France

U.S

Spain

Australia

Irlandia

U.K

Japan

Argentina

Germany

Rusia

South Korea

Canada

Hong Kong

Malaysia

Sweden

Turkey

Nederland

Singapore

India

Indonesia

UAE

China
Distrust Netral Trust - 0 + Y-to-Y Change

Sumber: Hasil Survei Edelman Trust Barometer, Tahun 2018 (http://www.edelman.com/global-results/)

Hasil tersebut membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat


mengetahui program-program dan hasil-hasil pembangunan
pemerintah. Dengan semakin besarnya pengetahuan publik, maka
akan makin besar pula tingkat kepercayaan masyarakat. Oleh karena
itu, peran Government Public Relations dalam mendiseminasikan
informasi tentang program-program dan hasil-hasil pembangunan
pemerintah menjadi krusial. Capaian dari indikator persentase
kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik
dari Tahun 2015 – 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.33.

Tabel 3.33 Capaian Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas
Informasi Publik
2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)
2.1 Persentase
60% 50% 73%
(%) Kepuasan 71%
(1-49% = (1-49% = (1-49% =
masyarakat (1-49% =
distrusters; distrusters; distrusters;
terhadap distrusters; 50-
% - - 50-59% 50-59% 50-59% 146%
akses dan 59% = neutral;
= neutral; = neutral; = neutral;
kualitas 60-100% =
60-100% = 60-100% = 60-100% =
informasi trusters)
trusters) trusters) trusters)
publik

Berdasarkan hasil survei Edelman Trust Barometer Tahun 2018,


kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga semakin
meningkat sejalan dengan kepercayaan masyarakat terhadap media
massa mainstream dibandingkan dengan media sosial. Keakuratan
media massa mainstream dalam menyampaikan informasi menjadi
kunci dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat dibandingkan
dengan kecepatan media sosial dalam menyampaikan konten.

|110| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.34 Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemerintah,


Media, Bisnis, dan Organisasi Non Pemerintah
INDONESIA 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Goverment 36% 49% 49% 65% 58% 71% 73%


Media 68% 73% 69% 68% 63% 67% 68%
Business 63% 69% 68% 70% 71% 76% 78%
NGOs 49% 53% 62% 64% 57% 64% 67%
Trust Index 54 61 62 67 62 69 71

Sumber: Hasil Survei Edelman Trust Barometer, Tahun 2018 (http://www.edelman.com/global-


results/)

Sebagai tambahan dan perbandingan, Ditjen Informasi dan Komunikasi


Publik juga melakukan survei untuk mengidentifikasi informasi dan
kebijakan pemerintah yang diketahui publik dan saluran komunikasi
yang digunakan untuk mengakses informasi tersebut di kalangan
pengguna media sosial @kemkominfo dan @DJIKP selama Tahun
2017. Cara pengukurannya dilakukan dengan survei melalui kanal di
kalangan pengguna media sosial (Facebook, Twitter, Instagram dan
Line) @kemkominfo dan @DJIKP. Hasil dari pelaksanaan survei ini
diharapkan dapat menjadi potret kondisi terkini, bahan evaluasi dan
pengembangan program komunikasi publik pemerintah ke depannya.

Jumlah total populasi pengikut/penyuka laman media sosial @


kemkominfo dan @DJIKP adalah 921.877 orang, dengan tingkat
kepercayaan 95% dan margin error 2. Dalam survei ini didapatkan
total sampel sebanyak 2.855 responden yang dapat diolah. Dari 2.855
responden, sebanyak 80,21% menyatakan puas terhadap layanan
informasi mengenai kebijakan dan program prioritas pemerintah,
sedangkan sisanya 19,79% menyatakan tidak puas atas informasi
tentang kebijakan dan program prioritas pemerintah.

Grafik 3.6 Jumlah Responden dan Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Layanan
Informasi Mengenai Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah

19,79%

Response Summary
Full Responses 2855
Incomplete Responses 1157
80,21%
n=2.855 Total Responses 4012
Puas Tidak Puas

Sumber: Sekretariat Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, 2017

|111|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Selain itu, berdasarkan hasil survey (Grafik 3.8), masyarakat memperoleh


informasi tentang program kebijakan pemerintah dominan bersumber
dari media online sebanyak 98,1%, media sosial 96,8% dan televisi
93,7%. Dari kelompok media tercetak dan elektronik, media televisi
dan surat kabar atau koran masih dominan digunakan oleh responden
untuk mengakses informasi tentang kebijakan dan program prioritas
pemerintah. Media online dalam bentuk website atau portal dominan
digunakan untuk mengakses informasi publik. Adapun media interaktif
dan below the line yang banyak digunakan responden mengetahui
informasi kebijakan dan program prioritas pemerintah adalah media
tatap muka/dialog interaktif.

Grafik 3.7 Akses Publik Terhadap Saluran Komunikasi Kebijakan Pemerintah

Media Saluran Komunikasi Kebijakan Pemerintah


KATEGORI : Tidak Pernah Pernah
120,00%

100,00% 98,1%
93,7% 96,8%
84,8%
80,00% 78,0%
74,9%
69,7%
60,00% 55,5%
52,8% 54,1%

40,00%

20,00%

6,3% 30,3% 15,2% 47,2% 45,9% 1,9% 3,2% 25,1% 22,0% 44,5%
0
TELEVISI RADIO KORAN MAJALAH BUKU ONLINE MEDIA TATAP LUAR PERTUNRA
SOSIAL MUKA RUANG

Kelompok Media Cetak & Elektronik


Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

BUKU 13,77% 40,35% 36,50% 9,39%

MAJALAH 10,93% 41,86% 38,18% 9,04%

KORAN 33,06% 51,73% 11,91% 3,29%

RADIO 22,03% 47,64% 23,15% 7,18%

4,83%
TELEVISI 58,21% 35,45% 1,51%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

|112| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Kelompok Media Online, Interaktif & Below the Line


Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

PERTUNRA 15,38% 29,14% 35,97% 19,51%

LUAR RUANG 31,03% 47,01% 17,41% 4,55%

TATAP MUKA 31,24% 43,68% 19,89% 5,18%

2,07%
MEDIA SOSIAL 74,54% 22,28% 1,03%

1,26%
ONLINE 78,56% 19,54% 0,63%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Sumber: Sekretariat Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, 2017

Sasaran Strategis 3:
Terwujudnya Tata Kelola Kementerian
Komunikasi dan Informatika yang Bersih, Efisien
dan Efektif

3.1 Opini Laporan Keuangan


Kemkominfo bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar Opini Laporan
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan Keuangan
dan atas pengendalian intern yang memadai, untuk menyusun laporan
keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Opini hasil audit Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan (LK) Kementerian
Komunikasi dan Informatika merupakan salah satu ukuran keberhasilan
suatu instansi dalam mencapai tingkat kinerja dan akuntabilitas yang
diharapkan serta menjadi bagian penting dari upaya mewujudkan
WTP
Good Governance. Opini diberikan berdasarkan kriteria penilaian serta
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang berlaku. Opini
hasil audit tersebut terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu: (1) Tidak Wajar
(adverse opinion), (2) Tidak Menyatakan Pendapat/TMP (No Opinion/
Disclaimer), (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan (4) Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP), bergantung dari hasil pemeriksaan BPK.

Dari hasil audit atas Laporan Keuangan Kementerian Komunikasi dan


Informatika TA 2016, BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) dari target WTP yang telah ditetapkan. Kondisi ini meningkat
bila dibandingkan dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya.

|113|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenkominfo TA 2017 belum


diketahui karena hingga saat disusunnya Laporan Kinerja ini, proses
pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Kementerian TA 2017 masih
berlangsung. Capaian dari indikator Opini Laporan Keuangan sampai
dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.35 berikut ini.

Tabel 3.35 Capaian Opini Laporan Keuangan


2014 2015 2016 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2016
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

WTP/
3.1 Opini Laporan WDP/
WTP TMP WTP WDP WTP WTP 100%
Keuangan WTP/
TMP

Tabel 3.35 menunjukkan peningkatan kualitas Laporan Keuangan


mulai Tahun 2014, Laporan Keuangan (LK) Kementerian
Komunikasi dan Informatika memperoleh opini TMP atas LK TA
2014. Kemudian di Tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi WDP,
dan pada Tahun 2016 LK Kementerian Komunikasi dan Informatika
mendapatkan opini WTP. Hal tersebut juga menunjukkan
sumbangsih Inspektorat Jenderal Kominfo untuk peningkatan
kualitas LK Kominfo menjadi WTP.

Berdasarkan opini BPK, Laporan Keuangan Kemkominfo TA 2016


disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika tanggal 31
Desember 2016 dan realisasi anggaran, operasional, serta perubahan
ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan Opini BPK Wajar
Tanpa Pengecualian tersebut, tingkat kepercayaan pemangku
kepentingan atas pelaporan yang disajikan oleh Kementerian
Kominfo akan mengalami peningkatan. Pemangku kepentingan
akan memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi terhadap
tata kelola, prosedur, pertanggungjawaban serta akuntabilitas
laporan keuangan pemerintah.

|114| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Terhadap opini BPK Tahun 2015 Wajar Dengan Pengecualian atas


Laporan Keuangan Tahun 2015, pada Tahun 2016 Kementerian
Komunikasi dan Informatika telah melakukan upaya perbaikan
terkait masalah kewajiban tahun jamak program KPU USO melalui
koordinasi dengan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP) terkait perlakuan potensi utang kontrak tahun jamak (KPU/
USO). Pada Tahun 2016, Kemkominfo telah melakukan perbaikan
sistem pengendalian intern atas pengelolaan pengadaan barang
dan jasa untuk mencegah terjadinya persaingan tidak sehat dan
nilai pengadaan tidak wajar. Selain itu, Inspektorat Jenderal telah
melakukan pemeriksaan secara mendalam atas validitas bukti
dukung jasa pemeliharaan dan operasional Sistem Informasi
Manajemen Spektrum (SIMS) serat atas indikasi kemahalan pada
proses pengadaan tanah tersebut.

3.2 Indeks Reformasi Birokrasi


Proses pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian
Komunikasi dan Informatika telah dimulai sejak Tahun 2010,
yaitu sejak diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010 – 2025.
Implementasi Grand Design Reformasi Birokrasi diterjemahkan
dalam Roadmap Reformasi Birokrasi 5 (lima) tahunan, dimana
tahun ini masuk kedalam roadmap 5 (lima) tahun yang ke-2 yaitu
Tahun 2015 – 2019.

Beberapa permasalahan utama berkaitan dengan reformasi


birokrasi antara lain mengenai pola pikir dan inovasi, kualitas
pelayanan publik, organisasi, bisnis proses dan prosedur kerja,
peraturan perundang-undangan, pengelolaan sumber daya
manusia aparatur, dan kewenangan. Untuk menyelesaikan
berbagai masalah tersebut, Kementerian Komunikasi dan
Informatika menyusun 9 (sembilan) Kelompok Kerja (Pokja)
yang masing-masing telah menyusun rencana aksi dan kegiatan
tahunan berdasarkan Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian
Komunikasi dan Informatika

Laporan Kinerja|115|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Gambar 3.20 Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika


Tahun 2015 – 2019

1. Penetapan Quick Wins Kementerian Kominfo


2. Pembangunan Manajemen Resiko di seluruh Kominfo.
3. Penyusunan Renstra Kemkominfo tahun 2015-2019.

2015
4. Pengusulan RPM Kominfo tentang Organisasi Tata Kerja.
5. Pengintegrasian Layanan Publik Kemkominfo
6. Review Anjab untuk bahan penyusunan review organisasi.
7. Penyederhanaan peraturan perundang-undangan yang
menghambat pelayanan dan kepastian usaha.
8. Pengembangan SOP pengaduan pelayanan.

1. Penetapan Quick Wins Kementerian dan pembangunan


2016
komitmen bersama dijajaran pimpinan untuk melaksanakan RB
dan perubahan mental.
2. Pencanangan pembangunan Zona Integritas (ZI), pelaksanaan
pembangunan Zona Integritas (ZI), dan penetapan pilot project
Zona Integritas (ZI).
3. Review renstra tahun 2015-2019 dan pembangunan aplikasi PMO
(Project Management Office).
4. Sosialisasi dan Implementasi Permen Kominfo No. 1 tahun 2016
tentang OTK.
5. Pemetaan Proses Bisnis dan SOP Makro Kemkominfo.
6. Penyusunan nilai dan kelas jabatan sesuai struktur baru.
7. Deregulasi/Simplifikasi Permenkominfo.
8. Kajian Pengembangan konsep lembaga pusat

2017
pelayanan satu atap bidang Kominfo.

1. Penetapan Quick Wins Kementerian dan optimalisasi


peran agen perubahan Kemenkominfo.
2. Mengusulkan unit kerja berpredikat WBK.
3. Penyampaian pelaporan kinerja secara periodik
dan online serta terintegrasi.
4. Penataan organisasi berdasarkan hasil peta proses bisnis
dan kajian naskah akademik.
5. Pengembangan layanan berbasis TI untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat dan penyusunan SOP Mikro berdasarkan peta proses bisnis.
6. Penataan dan penempatan pegawai, khusus Eselon II dan Eselon III.
7. Deregulasi/Simplifikasi Permen Kominfo.
8. Revisi regulasi terkait kebijakan standar pelayanan.

|116| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

2019
1. Penetapan Quick Wins Kementerian
Kominfo optimalisasi peran agen perubahan
Kemenkominfo.
2. Monev Road Map Penguatan Pengawasan.
3. Evaluasi Renstra tahun 2015-2019.
4. Monitoring dan Evaluasi Organisasi
Kemenkominfo.
5. Pelaporan capaian kinerja internal
Kemkominfo.
6. Database pegawai lengkap dan akurat
(Data Talent Pool).
7. Deregulasi/Simplifikasi Permen Kominfo.
8. Pembentukan Pusat Layanan satu atap bidang
Kominfo.

1. Penetapan Quick Wins Optimalisasi peran agen perubahan


Kemenkominfo.
2. Mengusulkan unit kerja berpredikat WBBM.
3. Pengembangan Aplikasi PMO.

2018
4. Implementasi organisasi berdasarkan hasil Peta Proses
Bisnis dan Kajian Naskah Akademik.
5. Investasi dan pengembangan e-Government
Kemenkominfo.
6. Penyusunan Pola Karir Pegawai Kemkominfo.
7. Deregulasi/Simplifikasi Permen Kominfo.
8. Komitmen pimpinan satuan kerja dan Kementerian dalam
pengembangan kualitas layanan

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika, Tahun 2015

Laporan Kinerja|117|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Hingga akhir Tahun 2017, Kementerian PAN dan RB belum


mengumumkan hasil evaluasi Reformasi Birokrasi untuk Kemkominfo,
sehingga nilai yang dicantumkan adalah Indeks RB berdasarkan
penilaian pada Tahun 2016.

Tabel 3.36 Capaian Indeks Reformasi Birokrasi


2015 2016 2017 Capaian 2017
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)

3.2 Indeks 72,93 (B)*


Reformasi A/B/C 80 (B) 66,14 (B) 80 (B) 72,93 (B) 80 (B) *) Penilaian 91,16%
Birokrasi Tahun 2016

Penerima manfaat dari Layanan Reformasi Birokrasi Kementerian


Kominfo adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Adapun capaian Indeks
RB Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.37 Hasil Penilaian Indeks Reformasi Birokrasi Kemkominfo Tahun 2015 – 2016
No Komponen Penilaian Nilai Maksimal Nilai 2015 Nilai 2016

A Komponen Pengungkit
1 Manajemen Perubahan 5,00 3,37 3,55
2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 3,34 3,34
3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 3,84 4,01
4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,93 3,96
5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 11,35 12,20
6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 4,35 3,92
7 Penguatan Pengawasan 12,00 5,06 7,04
8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 4,05 4,17
Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 30,72 42,19
B Komponen Hasil
1 Nilai Akuntabilitas Kinerja 14,00 9,30 9,01
2 Survei Internal Integritas Organisasi 6,00 4,17 4,97
3 Survei Eksternal Persepsi Korupsi 7,00 4,30 6,16
4 Opini BPK 3,00 1,50 2,00
5 Survei Eksternal Pelayanan Publik 10,00 7,58 8,60
Sub Total Komponen Hasil 40,00 26,85 30,74
Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 66,14 72,93

Sumber: Kementerian PAN & RB, Tahun 2016

|118| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Upaya-upaya perbaikan terus dilakukan dengan lebih memperkuat


kinerja masing-masing Pokja. Upaya perbaikan dari masing-masing
Pokja tersebut dirangkum dalam Tabel 3.38 berikut ini:

Tabel 3.38 Upaya Perbaikan yang Dilakukan oleh Masing-Masing Pokja


Aspek yang Perlu
No. Upaya Perbaikan yang Telah Dilakukan
Diperbaiki
• Pembentukan Tim 45 sebagai agen perubahan.
• Pembentukan SK Tim 45 sebagai penggerak perubahan.
• Pengadaan Konsultan Program Management Office (PMO) sebagai trigger dan
1 Manajemen Perubahan
transformasi perubahan pola pikir pegawai Kemkominfo.
• Pembentukan organisasi PMO melalui Permen Nomor 255 Tahun 2017 sebagai
agen perubahan.
Penataan Peraturan Telah melakukan simplifikasi regulasi 10 Peraturan Menteri (PM) Kominfo menjadi
2
Perundang-undangan 4 PM Kominfo.
• Telah dilakukan evaluasi kesesuaian struktur organisasi dengan struktur kinerja
yang akan dihasilkan.
Penataan dan Penguatan • Telah dilakukan monitoring dan evaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP)
3
Organisasi Kementerian sesuai dengan Permen Kominfo Nomor 1 Tahun 2016 tentang
SOTK Kementerian Kominfo.atas seluruh SOP yang telah ada serta menyusun
SOP bagi unit kerja baru.
• Telah disusun dan disahkan Pedoman Sekjen Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Proses Bisnis di lingkungan Kementerian Kominfo.
4 Penataan Tatalaksana
• Menyelesaikan aplikasi e-monev terkait pencapaian kinerja yang akan
digunakan untuk monitoring dan evaluasi secara berkala.
• Telah dilakukan peningkatan kualitas manajemen SDM melalui assessment
terhadap seluruh pegawai, serta memanfaatkan hasil assessment tersebut
Penataan Sistem
5 sebagai dasar dalam pengembangan kompetensi.
Manajemen SDM
• Pengukuran kinerja individu sudah dilakukan melalui e-SKP, namun belum
menjadi dasar pemberian reward dan punishment.
• Melakukan review Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika.
6 Penguatan Akuntabilitas • Terdapat Perjanjian Kinerja dari level Menteri hingga eselon IV.
• Telah dilakukan pengukuran kinerja setiap bulan.
• Nilai Maturitas SPIP Tahun 2017 mengalami peningkatan dibandingkan dengan
Tahun 2016, yaitu dari 2,1591 menjadi 2,81.
• Telah dilaksanakan penilaian internal terhadap 5 Satker Pilot Project Zona
Integritas.
7 Penguatan Pengawasan
• Telah mengajukan ke Kementerian PAN & RB 1 (satu) Satker untuk mendapat
predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).
• Telah dilaksanakan validasi terhadap self assessment penilaian tingkat
kapabilitas APIP oleh BPKP.
• Terdapat kebijakan standar pelayanan terkait kejelasan biaya, waktu, dan
persyaratan perijinan.
• Kejelasan biaya, waktu, persyaratan ijin Pos dan Telekomunikasi melalui website
Kementerian Kominfo, pelayananprimaditjenppi.go.id, dan brosur pada PTSP
dan Call Center (159).
Peningkatan Kualitas • Menurunnya waktu proses perijinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran:
8
Pelayanan Publik • Penyelenggaraan Jaringan telekomunikasi dari 60 hari menjadi 14 hari kerja.
• Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi dari 60 hari menjadi 14 hari kerja.
• Izin radio berbayar (untuk yang baru dari 44 hari kerja menjadi 21 hari kerja;
untuk yang perpanjang dari 7 hari kerja menjadi 3 hari kerja).
• Izin stasiun radio yang tidak berbayar dari 14 hari kerja menjadi 7 hari kerja.
• Izin amatir radio yang tidak berbayar dari 14 hari kerja menjadi 10 hari kerja.

|119|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

3.3 Nilai Akuntabilitas Kinerja


Hingga akhir Tahun 2017, nilai hasil Evaluasi atas AKIP Kemkominfo
belum dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB), sehingga yang dicantumkan
dalam laporan kinerja atas indikator ini menggunakan penilaian
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang
dilakukan oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Komunikasi
dan Informatika. Capaian dari Nilai Akuntabilitas Kinerja Kemkominfo
yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 3.39.

Tabel 3.39 Capaian Nilai Akuntabilitas Kinerja


2015 2016 2017 Capaian
Indikator Kinerja Satuan 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%)
76,10 (B)*
3.3 Nilai
*) Berdasarkan
Akuntabilitas A/B/C 70 (B) 64,35 (B) 70 (B) 65,19 (B) 80 (A) 95,12%
penilaian SAKIP
Kinerja
oleh Itjen

Ruang lingkup evaluasi adalah kegiatan evaluasi pada 7 (tujuh) Unit


Kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika
serta Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan
Informatika (BP3TI). Evaluasi dilakukan terhadap komponen dan sub-
komponen dengan bobot penilaian seperti pada Tabel 3.40 sebagai
berikut:

Tabel 3.40 Hasil Penilaian Tingkat Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 – 2016
Nilai 2017*
Komponen yang Dinilai Bobot Nilai 2014 Bobot Nilai 2015 Nilai 2016 *) Berdasarkan penilaian
SAKIP oleh Itjen
a. Perencanaan Kinerja 35 25,47 30 21,74 21,31 23,67
b. Pengukuran Kinerja 20 12,73 25 17,02 16,37 17,51
c. Pelaporan Kinerja 15 10,31 15 10,57 8,96 12,13
d. Evaluasi Internal 10 6,15 10 6,47 5,96 7,03
e. Capaian Kinerja 20 11,80 20 9,39 11,76 15,77
Nilai Hasil Evaluasi 100 66,46 100 64,36 65,19 76,10
Tingkat Akuntabilitas
- B - B B BB
Kinerja

Sumber: Kementerian PAN & RB, Tahun 2016

Berdasarkan rekomendasi Kementerian PAN dan RB terhadap


Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada
Tahun 2016, terdapat beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti untuk
meningkatkan nilai AKIP Kemkominfo. Tindaklanjut yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:

|120| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

a. Penerbitan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 21 Tahun 2016


tanggal 2 Desember 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan
Informatika Tahun 2015 – 2019;
b. Telah menyusun spesifikasi teknis pengembangan aplikasi
e-monev yang mengintegrasikan data kinerja dan keuangan
serta memudahkan Satker untuk menyampaikan pelaporan
kinerja dan anggaran secara bulanan;
c. Telah membuat penjabaran/cascading dari tingkat kementerian
hingga level eselon IV dan telah dilakukan penyusunan target
dan monitoring evaluasi setiap bulan;
d. Telah mengimplentasikan aplikasi e-SKP untuk mempersiapkan
pengukuran kinerja organisasi dari tingkat struktural hingga ke
level individu.

CAPAIAN KINERJA LAINNYA

1. Sistem Verifikasi Identitas Online


(SiVION)
Visi Indonesia untuk menerapkan e-government secara menyeluruh Tahun 2017

109.317
dan menjadi raksasa ekonomi digital di ASEAN akan terhambat dengan
fakta bahwa tingkat fraud pada ekosistem digital di Indonesia sangat
tinggi dan rendahnya integritas dalam ekosistem digital Indonesia.
sertifikat digital
Pemerintah perlu hadir untuk meningkatkan keamanan dan integritas
dalam ekosistem digital Indonesia. Program ini adalah menyediakan
infrastruktur mekanisme public key infrastructure yang menjadi root
dari industri sertifikat digital di Indonesia. Dengan demikian, program
ini memiliki semangat untuk membangun infrastruktur identitas
digital, menciptakan industri sertifikat digital di Indonesia dan
menciptakan permintaan dari sertifikat digital di Indonesia. Tujuan
dari program ini adalah menyelenggarakan infrastruktur sertifikat
digital nasional dan sistem verifikasi identitas digital nasional yang
memiliki interoperabilitas, efisien, dan aman, serta dijamin oleh
Pemerintah Indonesia.

Program SiVION memiliki sasaran untuk mendukung nawacita yaitu:


• Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa mau dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

• Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-


sektor strategis ekonomi domestik.

Laporan Kinerja|121|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Adapun, sasaran dari program SiVION yaitu menyediakan infrastruktur


dasar identitas digital dalam ekosistem digital Indonesia yang diakui
oleh Pemerintah agar dipercaya dan berintegritas secara global guna
mewujudkan kemandirian ekonomi.

Tabel 3.41 Target Pelaksanaan SiVION Tahun 2017 – 2019


2017 2018 2019

100,000 560,000 1,000,000


PNS struktural dan fungsional tertentu pada (Seluruh PNS Kementerian Pusat (K/L) & PNS
Pemerintah Pusat (K/L) struktural Pemerintah Daerah)

Sumber: Term of Reference (TOR) SiVION, Direktorat Keamanan Informasi, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017

Sebagai strategi utama, rencana strategis tersebut disusun dengan


mempertimbangkan:
• Pencapaian building blocks implementasi tanda tangan digital
• Tantangan yang dihadapi dari implementasi
• Risiko yang telah diidentifikasi

Selanjutnya, masing-masing rencana strategis tersebut menjadi


metodologi pelaksanaan dari masing-masing proyek. Gambar berikut
menunjukkan proyek beserta masing-masing rencana strategis dari
implementasi SiVION.

Gambar 3.21 Rencana Strategis Implementasi SiVION

Sumber: Ditjen Aplikasi dan Informatika, Kemkominfo, 2017

|122| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.42 Capaian Program SiVION Tahun 2016 – 2017


2016 2017

Target Realisasi Capaian (%) Target Realisasi Capaian (%)

10.000 12.445 sertifikat 100.000 109.317


121% 110%
sertifikat digital digital sertifikat digital sertifikat digital

Pada Tahun 2017 telah diselenggarakan berbagai sosialisasi


pemanfaatan tandatangan digital dan telah mencapai target
yang ditetapkan yaitu sebesar 109.317 Sertifikat Digital. Salah satu
implementasi dari penggunaan sertifikat digital dikembangkan melalui
PNS mail yang ditambahkan fitur sertifikat digital berubah menjadi
mail.go.id. Launching mail.go.id sudah dilaksanakan pada 11 Desember
2017 oleh Menteri Kominfo. mail.go.id merupakan migrasi dari
pnsmail.go.id sekaligus pengembangan email go.id. Pengembangan
email go.id dilakukan dengan penambahan fungsi sertifikat digital,
sehingga email go.id memiliki fitur tanda tangan digital dan enkripsi.
Pengembangan ini dimaksudkan untuk memastikan kerahasiaan,
otentikasi, integritas dan nirsangkal terhadap sistem email go.id.
Kegiatan pengembangan ini mencakup:
� Pengembangan aplikasi
� Akuisisi user dari pnsmail.go.id
� Penerbitan sertifikat digital

Dengan demikian, melalui pemanfaatan tanda tangan digital dan


enkripsi, pengirim email dan penerima email dapat diidentifikasi,
sehingga dapat menghindari adanya email palsu. Selain itu pula akan
menambah keamanan terhadap adanya sniffing pada email.

2. Penyelesaian Sengketa Informasi


Salah satu tugas, fungsi dan wewenang Komisi Informasi sesuai
amanah UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik adalah menerima, memeriksa dan memutus permohonan
penyelesaian sengketa Informasi publik. Penyelesaian sengketa sampai Tahun 2017

902
tersebut dapat ditempuh melalui mediasi dan/atau ajudikasi non
litigasi ataupun melalui penarikan permohonan, penghentian atau
sengketa
permohonan yang ditolak. Selama Tahun 2017, jumlah permohonan
informasi
penyelesaian sengketa informasi yang masuk sebanyak 120 kasus
Terselesaikan dari
dengan target capaian kinerja sebesar 65%. Sedangkan total jumlah
2.804 kasus
permohonan penyelesaian sengketa informasi yang masuk selama
Tahun 2010 – 2017 sebanyak 2.804 kasus. Untuk kasus yang telah
diselesaikan selama Tahun 2017 adalah sebanyak 32 kasus. Sedangkan
total jumlah kasus yang diselesaikan dari Tahun 2010 – 2017 adalah
sebanyak 902 kasus.

Laporan Kinerja |123|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Grafik 3.8 Penyelesaian Permohonan Sengketa Informasi dari Tahun 2010 – 2017

1.354
1600 123

1400

1200

1000

800
419
186 377
600 323
125
237
400 94 120
76 64
71 32
51 54
200

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Permohonan Jumlah yang diselesaikan

Sumber: Komisi Informasi Pusat, 2017

Rekapitulasi jumlah permohonan penyelesaian sengketa selama periode Januari – Desember


2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.43 Rekapitulasi Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa dan Rekapitulasi


Penyelesaian Sengketa Informasi Tahun 2017
Jumlah Permohonan Jumlah Register Penyelesaian
No Bulan
Penyelesaian Sengketa Sengketa
1 Januari 8 1
2 Februari 4 2
3 Maret 10 7
4 April 9 16
5 Mei 9 4
6 Juni 44 1
7 Juli 16 1
8 Agustus 4 -
9 September 6 -
10 Oktober 3 -
11 November 4 -
12 Desember 3 -
Total 120 32

Sumber: Sekretariat Komisi Informasi Pusat, 2017

Dari 32 register sengketa tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan hasil penyelesaian sebagai
berikut:

Tabel 3.44 Klasifikasi Penyelesaian Sengketa


No. Penyelesaian Jumlah
1 Putusan Ajudikasi 15
2 Putusan Sela 9
3 Mediasi Sepakat 4
4 Pencabutan 3
5 Pembatalan Registrasi 1
Total 32

|124| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

3. Pengaduan Masyarakat Terhadap


Konten Siaran
Data pola aduan adalah data mengenai jumlah aduan yang terwujud
menurut variasinya. Dimulai dari pola data menurut saluran yang
dipakai untuk mengadu. Dari 5.759 jumlah aduan yang masuk,
disampaikan melalui saluran yang beragam. Paling tidak ada 7 (Tujuh)
jenis saluran yang dipakai dan selama periode Januari – Desember
2017, saluran Email adalah yang paling banyak dipakai, yaitu sebanyak jumlah aduan
2,678 (46,5%) aduan yang disalurkan melalui Email. Berikutnya, jumlah
yang disalurkan melalui Twitter 1,467 (25,5%), Facebook sebanyak 572
(9,9%), SMS sebanyak 434 (7,5%), Surat Masuk/Tatap Muka sebanyak 5.759periode
303 (5,2%), Instagram sebanyak 170 (2,9%), dan Telepon 15 (0,2%). Januari – Desember
Sedangkan untuk data berbentuk apresiasi baik terkait apresiasi ke
Lembaga Penyiaran ataupun ke Komisi Penyiaran Indonesia sebanyak
120 (2,3%) apresiasi/masukan.

Tabel 3.45 Jumlah Pengaduan Isi Siaran Berdasarkan Sumber


Pengaduan Tahun 2017
Email Twitter Facebook SMS Surat Masuk Instagram Telepon

2.678 1.467 572 434 303 170 15


Sumber: Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia, Tahun 2017

4. Pengaduan di Bidang Pers


Selama Tahun 2017, Dewan Pers menangani sejumlah 523 pengaduan
kasus jurnalistik yang berasal dari masyarakat, lembaga pemerintah/
swasta, dan organisasi lainnya. Dari jumlah tersebut, 482 merupakan
kasus yang diterima pada Tahun 2017 dan sejumlah 41 kasus merupakan
pengaduan yang masuk di akhir Tahun 2016. Sampai dengan akhir pengaduan Pers
Tahun 2017, jumlah pengaduan Bidang Pers yang terselesaikan adalah terselesaikan

426
sebanyak 426 kasus (81%). Sisanya sebanyak 97 kasus (19%) akan
diselesaikan pada Tahun 2018.
kasus dari
523 kasus
Kasus pengaduan umumnya disebabkan karena adanya pelanggaran
Kode Etik Jurnalistik oleh media, baik media cetak, elektronik dan
siber. Pemberitaan dimaksud tidak melalui uji informasi, konfirmasi
dan klarifikasi sehingga pemberitaan tersebut cenderung beropini
dan menghakimi. Hal lain yang juga banyak diadukan ke Dewan
Pers adalah pemberitaan mengenai kekerasan terhadap anak dan
wanita (pelanggaran Pasal 5) dan pemberitaan yang menyangkut
SARA (pelanggaran Pasal 8). Adapun bentuk penyelesaian dari kasus
pengaduan tersebut:
1. Diselesaikan melalui mediasi dengan menghasilkan Risalah
Kesepakatan sebanyak 51 kasus;
2. Diupayakan melalui mediasi namun tidak diperoleh kesepakatan
para pihak, maka Dewan Pers mengeluarkan Pernyataan Penilaian
dan Rekomendasi (PPR) sebanyak 40 kasus;

Laporan Kinerja|125|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

3. Diselesaikan melalui surat menyurat Dewan Pers dengan pengadu


dan teradu sebanyak 334 kasus;
4. Diselesaikan melalui Berita Acara Pertemuan sebanyak 1 kasus.

Penyelesaian sengketa kasus pers dilaksanakan di Jakarta dan di


beberapa daerah di Indonesia.

Grafik 3.9 Jumlah Pengaduan Kasus Pers yang Masuk ke Dewan Pers Tahun 2014 – 2017

160
555
523 530 523
140
489
120 426
397
100 356
80

60

40
97
20 41
32 41
0

2014 2015 2016 2017


Pengaduan Masuk Pengaduaan Terselesaikan Pengaduan yang belum Terselesaikan

Sumber: Dewan Pers, 2017

Perbandingan target dan realisasi atas penyelesaian pengaduan


kasus per Tahun 2015, 2016 dan 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.46
sebagai berikut:

Tabel 3.46 Perbandingan Target dan Realisasi Atas Penyelesaian


Pengaduan Kasus Tahun 2015 – 2017
2015 2016 2017

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

90% 89.7% 90% 92.3% 90% 81.5%


Sumber: Dewan Pers, 2017

Permintaan Keterangan Ahli Pers Tahun 2017, selain permintaan untuk


keterangan Ahli Pers dalam pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) Penyidik Polri juga permintaan ahli pers dalam persidangan
yang menyangkut kasus pers. Tahun 2017, Dewan Pers mempunyai
target untuk permintaan keterangan ahli pers sebanyak 14 kasus.
Sampai dengan tangal 31 Desember 2017, permintaan keterangan ahli
pers sebanyak 43 kasus dan dapat terselesaikan sebanyak 33 kasus,
sementara 10 kasus masih dalam proses penyelesaian.

|126| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

5. Pendaftaran Penyelenggaraan
Sistem Elektronik (PPSE)
Definisi PPSE adalah setiap orang, penyelenggara negara, Badan
Usaha, dan masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau
mengoperasikan Sistem Elektronik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama kepada Pengguna Sistem Elektronik untuk keperluan
dirinya dan/atau keperluan pihak lain. PPSE didasarkan pada
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pendaftaran
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE).

Gambar 3.22 Jumlah Penyelenggara Sistem Elektronik yang Sudah Terdaftar di PSE Kominfo

PENDAFTARAN PENYELENGGARA SISTEM


ELEKTRONIK (PSE)
2017

2016

2015

15 162 359
Total: 536 Sistem Elektronik Terverifikasi
Sumber: Direktorat E-Bisnis, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017

Tujuan PSE adalah sebagai berikut:


1. Mewujudkan penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik
yang andal, aman, terpercaya dan bertanggung jawab (TRUSTED);
2. Memberikan pelayanan yang cepat, tanggap, akurat, transparan
dan akuntabel kepada masyarakat;
3. Mendorong peningkatan kualitas penyelenggaraan sistem dan
transaksi elektronik;
4. Meningkatkan peran serta dan tingkat kepercayaan masyarakat
dalam pemanfaatan TIK.

|127|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama


Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menandatangani Nota
Kesepahaman untuk kerja sama layanan Pendaftaran Sistem Elektronik
(PSE). Pendaftaran PSE ini dilakukan di Kementerian Kominfo dan idEA.

6. Otomatisasi Perizinan

a. Sistem Perizinan Online


Kementerian Komunikasi dan Informatika telah membangun Sistem
Perizinan Online (E-License) untuk menghadapi tuntutan masyarakat
terhadap pengelolaan perizinan yang handal dan prima sehingga
mampu menangani keperluan perizinan saat ini dan kebutuhan
mendatang. Dalam rangka penyempurnaan fitur dan mengakomodir
kebutuhan pengaman keaslian dokumen izin yang diterbitkan maka
dibutuhkan kegiatan pengembangan lebih lanjut terhadap sistem
tersebut. Dengan adanya pengembangan maka diharapkan sistem
akan semakin maksimal dan dapat memenuhi apa yang menjadi
harapan semula.

Maka, setelah dilaksanakan pengembangan dan penyempurnaan


selama Tahun 2016, pada tanggal 21 Juni 2017 diluncurkanlah Sistem
Perizinan Online (E-Licensing) di bidang Pos dan Telekomunikasi
yang dapat diakses oleh publik. Berikut disampaikan manfaat
proses baru perizinan melalui Sistem E-Licensing di bidang Pos dan
Telekomunikasi pada Tabel 3.47.

Tabel 3.47 Manfaat Pengembangan Sistem E-Licensing di Bidang Pos dan Telekomunikasi
No. PROSES LAMA PROSES BARU MANFAAT

Untuk mengirimkan berkas


Pemohon izin tidak perlu datang Mengurangi biaya pemohon
permohonan, pemohon harus
1 dan bila berkas tidak lengkap tidak didaerah yang harus datang ke
datang dan kemungkinan berkas
dapat dikirim/ditolak Jakarta terutama UMKM
permohonan belum lengkap

Pemohon diberikan fasilitas cek


Untuk memantau berkas Mengurangi biaya pemohon
status permohonan, setiap selesai
permohonan, pemohon harus didaerah yang harus datang ke
2 proses di setiap titik proses
menghubungi/datang ke petugas/ Jakarta terutama UMKM dan
otomatis status permohonan
loket yang tersedia potensi pungli
berubah
Pemohon secara langsung
Pemohon penomoran Mengurangi biaya pemohon
dapat memeriksa ketersediaan
telekomunikasi, harus datang didaerah yang harus datang ke
3 penomoran telekomunikasi
dan konsultasi atas ketersediaan Jakarta terutama UMKM dan
dengan memasukkan nomor yang
nomor yang diinginkan potensi pungli
diinginkan

Mengurangi biaya pemohon


Pemohon harus mengambil SK Izin SK Izin Penyelenggaraan dikirim ke didaerah yang harus datang ke
4
Penyelenggaraan email pemohon secara otomatis Jakarta terutama UMKM dan
potensi pungli

|128| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.47 Manfaat Pengembangan Sistem E-Licensing di Bidang Pos dan Telekomunikasi
No. PROSES LAMA PROSES BARU MANFAAT

Proses permohonan berkas


dilakukan secara elektronik
Proses permohonan berkas
dimanapun pejabat/staf berada
dilakukan secara manual (melalui
(tidak bergantung keberadaan
5 surat/Nota Dinas) dan tergantung Waktu proses menjadi lebih cepat
pejabat/staf pemroses.
pada keberadaan pejabat/staf
Notifikasi pemberitahuan via email
pemroses
& aplikasi pada setiap proses
selanjutnya

Tanda tangan elektronik SiVION


Tanda tangan basah dan
menggunakan file P12 dan tidak
7 bergantung pada keberadaan Waktu proses menjadi lebih cepat
bergantung pada keberadaan
pejabat penandatangan
pejabat penandatangan

Draf SK Perizinan dalam bentuk


Draft SK Perizinan sering terjadi
template, data inputan pemohon
8 kesalahan pengetikan dan Waktu proses menjadi lebih cepat
secara otomatis langsung masuk
berubah-ubah sesuai selera
ke template Draf SK

Dalam SK Perizinan
Dalam SK Perizinan
penyelenggaraan secara elektronik
penyelenggaraan belum
terdapat security Quick Response
9 ada security printing untuk Tidak terjadi pemalsuan SK
Code (QR Code) dan tandatangan
menentukan asli/tidaknya SK
digital untuk menentukan asli/
dimaksud
tidaknya SK dimaksud

Jumlah pemohon sejak launching sampai dengan tanggal 31 Desember


2017 tercatat sebanyak 594 permohonan izin (baik perizinan pos
maupun telekomunikasi), di mana sebanyak 176 permohonan diterima
(terbit SK izin) dan 418 ditolak.

Grafik 3.10 Rekapitulasi Perizinan E-Licensing Bulan Juli – Desember 2017

Rekap Perizinan E-Licensing


152
160
140
102 107
120 95
85
100
67
80
60 40 40
27 31
40 20
12
20
0
Diterima

Diterima

Diterima

Diterima

Diterima

Diterima
Masuk

Masuk

Masuk

Masuk

Masuk

Masuk

Juli Agustus September Oktober November Desember

Sumber: Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, 2017

Laporan Kinerja |129|


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Berdasarkan Grafik 3.10, didapati adanya tren kenaikan jumlah


pemohon E-Licensing setiap bulannya. Pada bulan pertama
peluncurannya, tercatat sebanyak 59 pemohon untuk semua jenis
izin. Angka pemohon yang masuk mencapai puncaknya di bulan
November yang lalu sebanyak 147 pemohon untuk semua jenis izin.

b. Percepatan Proses Perizinan


Sehubungan dengan ketentuan Presiden RI yang tertuang dalam
Perpres Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan
Berusaha dalam rangka percepatan proses perizinan, dapat kami
laporkan bahwa sejak diluncurkannya Sistem E-Licensing terjadi
pemangkasan waktu yang cukup signifikan dalam penyelesaian
proses perizinan. Hingga tanggal 31 Desember 2017, rata-rata waktu
penyelesaian perizinan (untuk semua jenis izin) 70% lebih cepat
dibanding dengan Service Level Agreement (SLA) yang ditetapkan
regulasi terkait.

Tabel 3.48 Rekapitulasi Penyelesaian Perizinan Melalui E-Licensing


Rata-rata SLA Peningkatan Kecepatan
SLA di regulasi
Jenis Permohonan Terbit SK Terbit SK SLA Terbit SK
(hari kerja)
(hari kerja) (%)
(1) (2) (3) (4)
Jasa Telekomunikasi 47 2.3 14 84%
Jaringan Telekomunikasi 12 2.5 14 82%
Penomoran 25 1.5 11 86%
ULO Jasa & Jaringan Telekomunikasi 9 6 14 57%
POS 44 6 10 40%
TOTAL 137

*) (4) = 100% - [(2)/(3)*100]


Sumber: Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, 2017

Terlampir dilaporkan status integrasi dan pertukaran data perizinan


dengan instansi lain:

Tabel 3.49 Integrasi dan Pertukaran Data Perizinan pada Sistem E-Licensing
No. Instansi Bentuk Integrasi Status

Validasi NPWP
1 Ditjen Pajak (Kemenkeu) Sudah berjalan
Laporan SPT Pajak selama 2 tahun
Validasi keabsahan KTP/NIK/ data Tanda Tangan MOU
2 Ditjen Dukcapil (Kemendagri)
kependudukan Dalam tahap uji coba
Finalisasi PKS
3 Ditjen AHU (Kemenkumham) Validasi data perseroan Pengembangan Application
Programming Interface (API)
Finalisasi PKS
Validasi penanaman modal perusahaan
4 BKPM Pengembangan Application
Validasi izin usaha
Programming Interface (API)

|130| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Kinerja Anggaran
Realisasi Belanja Kementerian Komunikasi dan Informatika pada
TA 2017 adalah sebesar Rp.4.409.473.919.346,- atau 89,06% dari
Pagu DIPA sebesar Rp.4.951.278.581.000,-. Adapun di Tahun 2017,
Kementerian Keuangan mengeluarkan Inpres Nomor 4 Tahun
2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga
Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun 2017 dimana Kemkominfo terkena penghematan sebesar
Rp.100.000.000.000,-. Namun, di Tahun 2017 ini pula, Kemkominfo
mendapat tambahan anggaran untuk Program Government Public
Relations sebesar Rp.250.000.000.000,-.

Adapun realisasi belanja masing-masing program secara rinci


diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.50 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Program TA 2017
Uraian Program Anggaran Realisasi Belanja % Real

Program dukungan manajemen dan


pelaksanaan tugas teknis lainnya 296.027.744.000,00 287.938.009.469,00 97,27
Kemkominfo

Program peningkatan sarana dan


prasarana aparatur Kementerian 500.000.000,00 462.154.100,00 92,43
Komunikasi dan Informatika

Program pengawasan dan peningkatan


24.409.497.000,00 22.087.030.023,00 90,49
akuntabilitas aparatur Kemkominfo

Program penelitian dan


pengembangan komunikasi dan 246.005.068.000,00 234.963.182.466,00 95,51
informatika

Program pengelolaan sumber daya


768.727.418.000,00 699.297.737.853,00 90,97
dan perangkat pos dan informatika

Program penyelenggaraan pos dan


2.846.293.020.000,00 2.465.335.948.413,00 86,62
informasi

Program pengembangan aplikasi dan


364.593.660.000,00 324.995.725.488,00 89,14
informatika

Program pengembangan informasi


404.722.174.000,00 374.394.131.534,00 92,51
dan komunikasi publik

JUMLAH 4.951.278.581.000,00 4.409.473.919.346,00 89,06

Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo, 2017

Laporan Kinerja|131|
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

Jumlah realisasi tersebut meningkat dibanding 3 (tiga) tahun sebelumnya sebagaimana dapat
dilihat pada Grafik 3.11 di bawah ini:

Grafik 3.11 Perbandingan Realisasi Belanja Kemkominfo Tahun 2014 – 2017

APBN dan Realisasi (dalam Rp miliar)


PAGU Realisasi % Realisasi

6.000
5.121
4.939 4.951
5.000
4.410

4.000 3.663
3.583
89.06%
3.000 2.672
69.95%
2.127
2.000 54.10%
58.07%
1.000

0 ‘14 ‘15 ‘16 ‘17

Grafik 3.12 Capaian Kinerja Target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2012 - 2017
(dalam Rp miliar)

18.000 16.560
16.000
13.560 13.685
14.000 12.719
12.000 10.861
10.000 9.057

8.000
6.000
4.000 2.760 3.209 3.318
1.743 1.945 2.309
2.000 787 962 984 967
662 740
-
123 125 122 138 224 273

2012 2013 2014 2015 2016 2017

BHP Frekuensi PNBP USO BHP Telekomunikasi PNBP Lainnya1)

2012 2013 2014 2015 2016 20172)


Sumber & Jenis
No.
Pnbp
TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL %

1. BHP Frekuensi 8,934 9,057 101.4 9,495 10,861 114.4 9,881 12,719 128.7 11,390 13,560 119.1 12,970 13,685 105.5 12,952 16,560 127.9

2. PNBP USO 1,497 1,743 116.4 2,020 1,945 96.3 2,291 2,309 100.8 2,230 2,760 123.8 2,567 3,209 125.0 2,567 3,318 129.3

3. BHP Telekomunikasi 599 662 110.5 650 740 113.8 734 787 107.2 893 962 107.7 923 984 106.6 932 967 103.8

4. PNBP Lainnya1) 68 123 180.9 86 125 145.3 94 122 129.8 100 138 138.0 107 224 209.3 120 273 228.2

Total PNBP 11,098 11,585 104.4 12,251 13,671 111.6 13,000 15,937 122.6 14,613 17,420 119.2 16,567 18,102 109.3 16,571 21,119 127.4

1) PNBP Lainnya terdiri dari antara lain; Biaya Sertifikasi Perangkat, Sewa Rumah Dinas; IAR dan KRAP; REOR dan SKOR; Izin Penyelenggaraan Pos; Izin Penyelenggaraan Penyiaran,
STMM Yogyakarta, Pusdiklat Pegawai, Penerimaan Pemanfaatan BMN; dan Penerimaan Lainnya.
2) Realisasi PNBP Per Des 2017

Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo

|132| Laporan Kinerja


4
Penutup

1. LAMPIRAN
2. HASIL REVIU INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KOMINFO
ATAS LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN KOMINFO TAHUN 2017
3. PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN KOMINFO TAHUN 2017
4. DATA DUKUNG CAPAIAN PER INDIKATOR KINERJA

|133|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Akuntabilitas Kinerja

indikator 514 Kab/Kota terhubung


backbone serat optik

yang capaiannya
Nasional

diatas 100%
TARGET REALISASI
86%
86,38%
(442 kab/kota
(444 kab/kota dari
dari 514 kab/
514 Kab/Kota)
Kota)

100,44%
514 Kab/Kota 300.000 petani dan nelayan
terlayani akses Implementasi Go Digital
broadband 4G digitalisasi
LTE penyiaran/
TARGET REALISASI
Analog
60%
64,40%
Switched Off (ASO) TARGET REALISASI
(308 kab/kota
(331 kab/kota dari 333.515 petani dan
dari 514 kab/ TARGET REALISASI 300.000 petani
514 kab/kota) nelayan yang ter-
kota) dan nelayan
70% 98% register di aplikasi

107,33% 140% 111,17%


393 Desa di wilayah 222 lokasi + 3 desa Jumlah anak-anak, wanita,
tertinggal termasuk piloting di wilayah perbatasan, disabilitas dan pelajar yang
Lokpri terlayani jasa daerah tertinggal memperoleh literasi TIK
akses telekomunikasi termasuk Lokpri
melalui penyediaan tersedia layanan
Base Transceiver digital
Station (BTS)
TARGET REALISASI
TARGET REALISASI
4,02% TARGET REALISASI
4,5% 7,11% 2,7%
(222 lokasi) + 3
(250 desa) (393 desa) (150 DBT) 5.300 Orang 7.291 Orang
desa piloting

158% (393) 150% 137,56%


Jumlah masyarakat umum Kepuasan Opini Laporan Keuangan
yang memperoleh literasi masyarakat
TIK terhadap akses
dan kualitas
informasi publik
TARGET REALISASI
50%
73% TARGET REALISASI
(1-49% = WTP*
TARGET REALISASI (1-49% = distrusters;
distrusters; 50- WTP *) Penilaian Tahun
50-59% = neutral;
500.000 Orang 1.494.117 Orang 59% = neutral; 60- 2016
60-100% = trusters)
100% = trusters)

298,82% 160,42% 100%

|134| Laporan Kinerja


Penutup
Capaian kinerja Kementerian
Komunikasi dan Informatika pada Tahun 2017 secara
umum telah menunjukan kinerja yang baik, dilihat
dari jumlah indikator kinerja yang telah melampaui
target dan capaian yang menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan capaian Tahun 2016. Demikian
pula dengan capaian kinerja keuangan, yang telah
mencapai 89,06%.

Dari hasil evaluasi terhadap akuntabilitas kinerja Kementerian


Komunikasi dan Informatika Tahun 2017, dapat disimpulkan beberapa
poin sebagai berikut:
1. Terdapat 10 (sepuluh) indikator yang capaiannya diatas 100%,
yaitu: (1) Persentase (%) kab/kota terhubung backbone serat
optik Nasional, (2) Persentase (%) kab/kota terlayani akses
broadband 4G LTE, (3) Persentase desa di wilayah tertinggal
termasuk Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui
penyediaan Base Transceiver Station (BTS), (4) Persentase
(%) implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switched
Off (ASO), (5) Persentase nelayan dan petani Go-digital,
(6) Persentase (%) desa wilayah perbatasan, daerah tertinggal
termasuk Lokpri tersedia layanan digital, (7) Jumlah anak-anak,
wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK, (8)
Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK, dan
(9) Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan
kualitas informasi publik, serta (10) Opini Laporan Keuangan.

|135|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Penutup

2. Terdapat indikator yang tidak mencapai target di Tahun 2017,


yaitu (a) Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa
akses telekomunikasi (BTS Perbatasan) (Jumlah kawasan
perbatasan: 187 Kecamatan) (b) Persentase (%) harga layanan
pitalebar terhadap PDB per kapita (c) Persentase (%) UMKM
go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012: 56 juta) (d) Jumlah
angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian dan kompetensi
sektor TIK (e) Indeks RB dan AKIP, (f) Kendala dan permasalahan
yang dihadapi yang menyebabkan tidak tercapainya indikator
kinerja tersebut akan menjadi fokus perbaikan kinerja di tahun
mendatang.
3. Capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun
2017 juga didukung oleh adanya kebijakan yang dikeluarkan,
terutama terkait dengan upaya penapisan situs negatif dan
konten negatif untuk melindungi pengguna internet dari konten-
konten yang bersifat negatif dan dapat merugikan seperti Hoax,
Penipuan, SARA dan lain-lain, kebijakan tentang Over The Top
(OTT) untuk melindungi pengguna aplikasi telekomunikasi dari
layanan yang memiliki muatan pornografi, penyalahgunaan
narkotika, penghinaan, kebencian dan lain-lain serta kebijakan
registrasi ulang kartu pra bayar untuk melindungi pelanggan
seluler dari fraud telekomunikasi.

Berbagai kebijakan dan upaya telah ditempuh merupakan langkah


untuk mewujudkan sasaran pembangunan nasional. Keberhasilan
tersebut tidak terlepas dari kerja keras yang dilakukan oleh satuan
kerja penanggungjawabnya.

Dari hasil capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika


sepanjang Tahun 2017 untuk meningkatkan kinerja pada tahun yang
akan datang dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan antara
lain:
1. Peningkatan kualitas perencanaan termasuk dalam menetapkan
indikator dan target kinerja sesuai dengan konsep SMART dengan
cara melakukan reviu Renstra Kementerian Komunikasi dan
Informatika Tahun 2015 – 2019 serta memperdalam pengkajian baik
dari sisi biaya maupun manfaat pada tiap rencana program, dan
melakukan penetapan target kinerja yang realistis berdasarkan
kajian program tersebut;
2. Pemantauan dan pengawalan pelaksanaan rencana aksi
pencapaian target setiap indikator kinerja yang diukur setiap
bulan;

|136| Laporan Kinerja


LAPORAN KINERJA 2017
Penutup

3. Pengembangan Sistem Monitoring dan Evaluasi berbasis


teknologi informasi dan komunikasi yang mengintegrasikan antara
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kinerja dan anggaran
sehingga mempermudah dalam melakukan monitoring capaian
kinerja dan anggaran sehingga langkah-langkah antisipatif dapat
dilakukan jika ada kendala dalam pencapaian target per bulannya;
4. Peningkatan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) termasuk manajemen resiko pelaksanaan
program secara komprehensif, sehingga risiko tiap program
dapat diidentifikasi, dimitigasi, sehingga memperbesar
persentase keberhasilan pencapaian target kinerja;
5. Meningkatkan sinergi antar satuan kerja untuk mendorong
tumbuhnya budaya kerja organisasi yang profesional, akuntabel,
mempunyai integritas dan inovatif;
6. Melakukan perbaikan sistem dan pengelolaan manajemen
kinerja, baik di tingkat organisasi maupun di tingkat individu,
sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi di lingkungan
Kemkominfo yang dilakukan secara terus menerus;
7. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara melalui peningkatan kualitas penyusunan
Laporan Keuangan. Selain itu, melakukan monitoring, reviu, dan
tindak lanjut atas temuan audit BPK RI untuk mencapai kondisi
pengelolaan keuangan yang baik dan sehat.

|137|
Laporan Kinerja
Lampiran
Hasil Reviu Inspektorat Jenderal Kementerian Kominfo
atas Laporan Kinerja Kementerian Kominfo Tahun 2017

|138|
Laporan Kinerja
LAPORAN KINERJA 2017
Lampiran

Perjanjian Kinerja Kementerian Kominfo Tahun 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,
yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rudiantara
Jabatan : Menteri Komunikasi dan Informatika

berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja
jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.

Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.

Jakarta, Februari 2017


Menteri Komunikasi dan Informatika

Rudiantara

9
8 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA MENTERI TARGET
(1) (2) (3) (4)
A. Persentase (%) kab/kota terhubung jaringan
backbone serat optik nasional (Palapa Ring 86%
(Jumlah kab/kota: 514)
B. Persentase (%) kab/kota terlayani akses broadband
60%
4G LTE (Jumlah kab/kota: 514)
C. Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk
lokpri terlayani akses telekomunikasi melalui
penyediaan Base Transceiver Station (BTS)
(Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri 4,5%
tanpa sinyal: 5.520 Desa) (250 desa)
- Desa 3T tanpa sinyal: 5.087 desa
Tersedianya Infrastruktur TIK serta - Desa Lokpri termasuk 3T tanpa sinyal: 433
pengembangan ekosistem TIK yang desa
1.
merata dan efisien di seluruh wilayah
Indonesia D. Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani j
akses telekomunikasi (BTS Perbatasan)
60%
(Jumlah kawasan perbatasan: 187 Kecamatan)
(112 lokasi)
- Total kecamatan Lokpri berdasarkan Perka
BNPP No.1/2015= 187 lokasi prioritas
E. Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap
PDB
7,3%
per kapita
- Sumber data: Ditdal PPI
F. Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/
Analog Switch Off (ASO) 70%
- Cara pengukuran / tahapan / coverage

Laporan Kinerja |139|


LAPORAN KINERJA 2017
Lampiran

NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA MENTERI TARGET


(1) (2) (3) (4)
G. Persentase (%) nelayan dan petani go digital 1%
(Jumlah petani + nelayan per tahun 2013: 28,7 Juta) (300.000 Petani +
- Sumber Data: Sensus BPS Tahun 2013 Nelayan Go Digital)
H. Persentase (%) UMKM go digital 1,8%
(Jumlah UMKM per tahun 2012: 56 juta) (1.000.000 UMKM
- Sumber Data: Kem.UKM Tahun 2012 Go Digital)
I. Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah
tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital
(Desa Broadband Terpadu)
2,7%
(Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri
(150 DBT)
tanpa sinyal: 5.520 Desa)
- Desa 3T tanpa sinyal: 5.087 desa
- Desa 3T + Lokpri tanpa sinyal: 433 desa
J. Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar
350.000
yang memperoleh literasi TIK
K. Jumlah masyarakat umum yang memperoleh
500.000
literasi TIK
L. Jumlah angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian
100.000
dan kompetensi sektor TIK
Tersedianya akses dan kualitas
informasi publik terkait kebijakan
Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses
dan program prioritas pemerintah
2. dan kualitas informasi publik (Survei Responden/ 50%
yang baik, cepat, tepat dan obyektif
Publik)
kepada seluruh lapisan masyarakat
Indonesia

10 11
NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA MENTERI TARGET
(1) (2) (3) (4)
A. Opini laporan keuangan WTP
Terwujudnya tata kelola Kementerian
3.
Komunikasi dan Informatika yang B. Indeks Reformasi Birokrasi A
bersih, efisien dan efektif
C. Nilai akuntabilitas kinerja A

Program Anggaran
1. Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Rp. 756.973.568.000,-
2. Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika Rp. 2.830.820.849.000
3. Program Pengembangan Aplikasi Informatika Rp. 386.654.307.000,-
4. Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik Rp. 180.845.563.000,-
5. Program Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Rp. 261.466.700.000,-
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Komunikasi
6. Rp. 26.109.004.000,-
dan Informatika
7. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Rp. 310.715.512.000,-

Jakarta, Februari 2017


Menteri Komunikasi dan Informatika

Rudiantara

|140| Laporan Kinerja


|141|
Laporan Kinerja
LAPORAN
KINERJA
2017

Kementerian Komunikasi dan Informatika


Jl. Medan Merdeka Barat No. 9
Jakarta Pusat, 10110
www.kominfo.go.id

|142|
Laporan Kinerja

Anda mungkin juga menyukai