Kinerja
2017
RINGKASAN
EKSEKUTIF
4
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Ringkasan Eksekutif
Mengelola sumber daya frekuensi radio dan orbit satelit serta pengaturan
sertifikasi perangkat informatika guna mendukung ketersediaan layanan
telekomunikasi berkualitas yang dapat dinikmati oleh rakyat banyak serta
dapat memberikan manfaat ekonomis untuk masyarakat
Peran utama Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika adalah mengelola sumber daya
frekuensi radio dan orbit satelit serta pengaturan sertifikasi perangkat informatika guna mendukung ketersediaan
layanan telekomunikasi berkualitas yang dapat dinikmati oleh rakyat banyak serta dapat memberikan manfaat ekonomis
untuk masyarakat. Penilaian capaian Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika dapat dilihat
dari capaian sejumlah indikator kinerja yang telah ditetapkan pada awal tahun 2017. Capaian indikator kinerja dimaksud
terdapat dalam table dibawah ini:
5
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Indikator Kinerja
No Sasaran Program Target Capaian Persentase*
Program
1. Sasaran semula: 1. Persentase (%)
Tersedianya akses ketersediaan
broadband 4G LTE di tambahan spektrum
50% 70,29% 140,58%
seluruh kab/kota di frekuensi sebesar 350
Indonesia. MHz untuk mobile
broadband
Sasaran Menjadi:
2. Persentase (%)
Tersedianya
penanganan
Infrastruktur TIK serta
gangguan
pengembangan 93% 96.94% 104,30%
penggunaan
ekosistem TIK yang
spektrum frekuensi
merata dan efisien
radio
di seluruh wilayah
3. Persentase (%)
Indonesia.
Penegakan hukum
penggunaan
93% 93.19% 100,20%
perangkat
telekomunikasi dan
informatika
2. Terwujudnya 1. Indeks kepuasan
pelayanan publik masyarakat terhadap
di bidang sumber perizinan spektrum
daya dan perangkat frekuensi radio,
pos dan informatika sertifikasi operator
yang professional, radio, sertifikasi 82 81 98,78%
berintegritas dan sesuai alat perangkat
dengan kebutuhan telekomunikasi,
para pemangku dan pengujian
kepentingan alat perangkat
telekomunikasi
2. Indeks integritas
pelayanan publik
perizinan spektrum
frekuensi radio,
sertifikasi operator
radio, sertifikasi 8,7 8,29 95,28%
alat perangkat
telekomunikasi,
dan pengujian
alat perangkat
telekomunikasi
6
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Sasaran semula: Sasaran Program yang telah Persentase (%) penanganan gangguan penggunaan
disepakati pada awal tahun 2017, diambil dari spektrum frekuensi radio untuk mengurangi
Indikator kinerja Kementerian (Sasaran ini tertulis interferensi.
dalam dokumen PK Tahun 2017 yang telah
Di bidang pengendalian sumber daya frekuensi, dari
ditandatangani)
bulan Januari sampai dengan Desember 2017 terdapat
Sasaran menjadi: Sasaran Program yang telah 229 aduan gangguan spektrum frekuensi yang masuk
mengalami perbaikan dan perubahan berdasar arahan ke Ditjen SDPPI. Dari total aduan tersebut, sebanyak 222
MenPAN dan RB dan dituangkan dalam Rencana aduan sudah tertangani. Capaian ini melebihi target
Strategis (perubahan) SDPPI tahun 2017-2019 capaian, karena telah menyelesaikan 96,94% dari target
93% penyelesaian penanganan gangguan penggunaan
Pada Sasaran Program I “Tersedianya akses broadband
spektrum frekuensi radio.
4G LTE di seluruh kab/kota di Indonesia (Sasaran revisi:
Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan Persentase (%) Penegakan hukum penggunaan
ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah perangkat telekomunikasi dan informatika untuk
Indonesia)” terdapat 3 Indikator Kinerja, berikut ringkasan meminimalisir peredaran perangkat illegal.
pencapaian masing-masing indikator.
Pada tahun 2017 pula, Ditjen SDPPI menargetkan 93%
Persentase (%) ketersediaan tambahan spektrum upaya penegakan hukum penggunaan perangkat
frekuensi sebesar 350 MHz untuk mobile broadband. telekomunikasi dan informatika harus terlaksana. Target ini
diperoleh dari 2 (dua) kegiatan yang mendukung Indikator
Pada tahun 2017, Direktorat Penataan merencanakan
Kinerja yaitu kegiatan Monitoring standar perangkat pos
adanya penambahan spektrum frekuensi untuk mobile
dan informatika dan kegiatan Pelaksanaan Penertiban
broadband. Penambahan tersebut diperoleh dari seleksi
Perangkat Telekomunikasi Ilegal. Capaian target ini
pita frekuensi radio 2.1 GHz dan 2.3 GHz. Seleksi kedua
93,19%. Dengan demikian dapat dikatakan capaian
pita frekuensi radio ini berjalan sukses. Seleksi untuk pita
indikator Presentase (%) Penegakan Hukum Penggunaan
frekuensi radio 2.3 GHz telah selesai dilaksanakan dengan
Perangkat Telekomunikasi Dan Informatika telah tercapai
Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
diatas target yang telah ditetapkan (93,19%).
1896 Tahun 2017 tentang Penetapan PT Telekomunikasi
Selular Sebagai Pemenang Seleksi Pengguna Pita Pada Sasaran Program II “Terwujudkannya pelayanan
Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan publik di bidang sumber daya dan perangkat pos dan
Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler, yang informatika yang professional, berintegritas dan sesuai
ditetapkan pada tanggal 20 Oktober 2017, sedangkan dengan kebutuhan para pemangku kepentingan” terdapat
Seleksi untuk pita frekuensi radio 2.1 GHz telah selesai 2 (dua) indikator kinerja, berikut ringkasan capaian
dilaksanakan dengan ditetapkannya Keputusan Menteri masing-masing indikator.
Komunikasi dan Informatika Nomor 1943 Tahun 2017
Pada tahun 2017, dilakukan 2 (dua) kegiatan survei (yang
tentang Penetapan PT Hutchison 3 Indonesia Sebagai
merupakan kelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya) pada
Pemenang Seleksi urutan kesatu dan Penetapan PT
pelayanan publik di bidang Sumber Daya dan Perangkat
Indosat Tbk Sebagai Pemenang Seleksi urutan kedua.
Pos dan Informatika. Dua kegiatan survei tersebut adalah
Dengan demikian berdasar capaian-capaian diatas,
mengenai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan Indeks
Pemerintah mendapatkan tambahan Bandwidht sebesar
Integritas Pelayanan Publik (IIPP) pada 4 pelayanan
total 55 MHz (20 MHz di pita 2100 Mhz dan 30 MHz di
publik yaitu kegiatan perizinan Spektrum Frekuensi Radio,
pita 2300 MHz). Oleh karena itu, hingga akhir 2017 total
Sertifikasi Operator Radio, Sertifikasi Alat dan Perangkat
Kumulatif tambahan Bandwidht yang telah didapat
Telekomunikasi dan pengujian alat dan perangkat
sebanyak 246 MHz atau sebesar 70.29 persen dari Target
telekomunikasi. Hasil dari kegiatan ini digunakan sebagai
7
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
dasar bagi Ditjen SDPPI untuk peningkatan pelayanan Pada tahun 2017, Ditjen SDPPI berhasil memperoleh
publik dalam rangka memenuhi salah satu sasaran penerimaan PNBP BHP Frekuensi Radio dan
terwujudnya Good Corporate Governance. penerimaan PNBP Sertifikasi (Pendapatan Jasa) sebesar
Rp.16,755,258,790,450,- sedangkan pencapaian
Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap perizinan
PNBP lain-lain sampai bulan Desember 2017 adalah
spektrum frekuensi radio, sertifikasi operator radio,
Rp.5,717,868,763,- sehingga total penerimaan
sertifikasi alat perangkat telekomunikasi, dan
PNBP dari keduanya adalah Rp. 16.760.976.659.213
pengujian alat perangkat telekomunikasi
(Persentase realisasi mencapai 129%) Dari target sebesar
Hasil survey Indeks kepuasan masyarakat (IKM) Rp13.027.784.508.000,-
terhadap 4 pelayanan yaitu pada perizinan spektrum
Realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak per 31
frekuensi radio, sertifikasi operator radio, sertifikasi alat
Desember 2017 mengalami kenaikan sebesar 17,38%
perangkat telekomunikasi, dan pengujian alat perangkat
dibandingkan per 31 Desember 2016. Hal ini disebabkan
telekomunikasi menyebutkan bahwa secara keseluruhan
adanya optimalisasi pendapatan dari penggunaan
IKM Ditjen SDPPI pada tahun 2017 ini berada pada nilai
spektrum dan frekuensi radio (keberhasilan lelang pita
81. Nilai kinerja Ditjen SDPPI Kemkominfo dinilai BAIK
frekuensi radio 2,1 GHz dan 2,3 GHz).
oleh pengguna layanan karena berada antara skor 76,61
– 88,30.
Uraian Realisasi 31 des 2015 Realisasi 31 des 2016 Realisasi 31 des 2017 Naik/Turun %
8
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Kata Pengantar
Ismail
Direktur Jenderal Sumber Daya Dan
Perangkat Pos Dan Informatika
9
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Tertanda
ISMAIL
10
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
11
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTIF.................................................................................................................................................................................... 5
KATA PENGANTAR................................................................................................................................................................................................ 9
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................................................................................... 15
D. SISTEMATIKA PELAPORAN.................................................................................................................................................................... 21
SASARAN 1. TERSEDIANYA INFRASTRUKTUR TIK SERTA PENGEMBANGAN EKOSISTEM TIK YANG MERATA DAN
EFISIEN DI SELURUH WILAYAH INDONESIA.
1. IK-1 Persentase (%) Ketersediaan Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 MHz
Untuk Mobile Broadband.............................................................................................................................................................. 32
2. IK-2 Persentase (%) Penanganan Gangguan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio ...................................... 40
3. IK-3 Persentase (%) Penegakan Hukum Penggunaan Perangkat Telekomunikasi dan Informatika untuk
meminimalisir peredaran perangkat ilegal ............................................................................................................................ 45
SASARAN 2. TERWUJUDNYA PELAYANAN PUBLIK DI BIDANG SUMBER DAYA DAN PERANGKAT POS DAN
INFORMATIKA YANG PROFESIONAL, BERINTEGRITAS DAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PARA PEMANGKU
KEPENTINGAN
4. IK-4 Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Perizinan Spektrum Frekuensi Radio, Sertifikasi Operator Radio,
Sertifikasi Alat Perangkat Telekomunikasi, dan Pengujian Perangkat Telekomunikasi........................................ 52
5. IK-5 Indeks Integritas Pelayanan Publik Perizinan Spektrum Frekuensi Radio, Sertifikasi Operator Radio,
Sertifikasi Alat Perangkat Telekomunikasi dan Pengujian Alat Perangkat Telekomunikasi................................ 59
12
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
B. KINERJA LAINNYA...................................................................................................................................................................................... 65
D. REALISASI ANGGARAN............................................................................................................................................................................ 76
BAB IV PENUTUP................................................................................................................................................................................................. 79
13
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
01
PENDAHULUAN
14
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Latar Belakang
Amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) disebut frequency band, dimana pada setiap frequency
bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahap band tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, yang
III ini adalah untuk memantapkan pembangunan secara harus disesuaikan dalam peruntukan dan pemanfaatan
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan teknologinya. Dengan keterbatasan yang ada tersebut,
daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan maka spektrum frekuensi radio harus dapat dialokasikan
keunggulan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya ke dalam berbagai kebutuhan yang ada, seperti untuk
Manusia (SDM) berkualitas serta kemampuan IPTEK yang pertahanan keamanan, maritim, penerbangan, internet pita
meningkat. Dalam konteks ini pengelolaan spektrum lebar, radio amatir dan berbagai bidang strategis lainnya.
frekuensi radio sebagai sumber daya alam (SDA) yang
Perubahan-perubahan yang cepat dan dinamis di bidang
terbatas ditempatkan dalam mewujudkan visi Indonesia
teknologi komunikasi dan informatika (ICT) mendorong
Hebat.
diperlukannya paradigma dan tata laksana yang lebih baik
Hal yang patut dipertimbangkan adalah kebutuhan akan dalam memanfaatkan keterbatasan sumber daya spektrum
pemanfaatan spektrum frekuensi radio yang berada di frekuensi radio yang ada. Perubahan-perubahan teknologi
berbagai sektor pembangunan nasional, yakni tidak hanya tersebut didorong oleh besarnya kebutuhan masyarakat
dimanfaatkan pada sektor ICT namun juga pada sektor akan informasi yang kian beragam (text, gambar, suara
perhubungan, kesehatan, kebencanaan, pertahanan, dan multimedia) yang mendorong peningkatan ukuran
keamanan, keantariksaan, meteorologi dan geofisika, informasi. Selanjutnya, hal tersebut juga mendorong
intelijen dan berbagai sektor lainnya, baik secara komersial berkembangnya aplikasi-aplikasi pendukung yang juga
maupun non komersial. Hal ini tercermin dari berbagai membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit.
perundangan yang menyebutkan hal tersebut, baik
Tujuan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
secara tersurat maupun tersirat dalam pasal dan ayat dari
Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan
perundangan tersebut.
Informatika adalah untuk mengukur kinerja Direktorat
Direktorat Jenderal SDPPI merupakan lembaga yang Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
mendapatkan mandat dari Undang – Undang Nomor 36 dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
Tahun 1999 tentang Telekomunikasi untuk mengelola dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan
spektrum frekuensi secara terencana sebagai sumber daya sebelumnya dikaitkan dengan visi dan misi yang diemban,
alam yang terbatas, agar mampu memenuhi kebutuhan serta untuk mengetahui dampak positif maupun negatif
pencapaian-pencapaian pembangunan nasional yang atas kebijakan yang diambil.
telah dicanangkan.
Melalui laporan akuntabilitas dapat diambil langkah-
Rentang spektrum frekuensi radio yang dapat langkah korektif terhadap berbagai kebijakan yang
dimanfaatkan untuk komunikasi nirkabel terbentang telah dikeluarkan dan juga untuk memadukan kegiatan-
dalam rentang 3 kHz hingga 300 GHz. Dalam rentang kegiatan utama dalam mencapai sasaran dan tujuan, serta
spektrum frekuensi radio yang terbatas tersebut dibagi dapat digunakan sebagai bahan untuk menyusun rencana
lagi ke dalam bagian-bagian rentang frekuensi radio yang program dan kegiatan di masa yang akan datang.
15
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Tugas, fungsi, dan struktur organisasi Direktorat Jenderal f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Sumber
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Daya dan Perangkat Pos dan Informatika; dan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
dan Informatika Nomor 1 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Struktur organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya dan
sebagaimana diatur dalam Bab IV. Perangkat Pos dan Informatika terdiri dari :
Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Sumber Daya dan
dan Informatika mempunyai tugas menyelenggarakan Perangkat Pos dan Informatika (Setditjen SDPPI)
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit Setditjen SDPPI mempunyai tugas memberikan
serta standardisasi perangkat pos dan informatika. dukungan manajemen dan teknis kepada seluruh
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika.
menyelenggarakan fungsi :
Setditjen SDPPI terdiri dari:
a. perumusan kebijakan di bidang penataan, perizinan,
a. Bagian Perencanaan Program dan Pelaporan;
monitoring dan evaluasi serta penegakan hukum
penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit b. Bagian Hukum dan Kerjasama;
satelit serta standardisasi perangkat pos dan
informatika; c. Bagian Keuangan; dan
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang b. Subdirektorat Penataan Alokasi Spektrum Non
penataan, perizinan, monitoring dan evaluasi serta Dinas Tetap dan Bergerak Darat;
penegakan hukum penggunaan spektrum frekuensi
radio dan orbit satelit serta standardisasi perangkat c. Subdirektorat Pengelolaan Orbit Satelit;
pos dan informatika;
16
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
e. Subdirektorat Konsultansi dan Data Operasi b. Subdirektorat Standar Pos dan Telekomunikasi
Sumber Daya; dan Non Radio;
Direktorat Pengendalian SDPPI mempunyai tugas e. Subdirektorat Sertifikasi dan Data Perangkat Pos,
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan Telekomunikasi dan Informatika; dan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
f. Subbagian Tata Usaha.
dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan 6. Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi
di bidang monitoring dan evaluasi serta penegakan
hukum penggunaan spektrum frekuensi radio dan Balai Pengujian Perangkat Telkomunikasi, yang
orbit satelit, serta perangkat pos dan informatika. bertugas memberikan pelayanan pengujian alat/
perangkat telekomunikasi kepada masyarakat
17
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
18
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Pengukuran Radio
Micro WaveLink
di Mamuju
19
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Untuk menyediakan konektivitas nasional melalui e. Belum effisiennya proses perizinan spektrum
infrastruktur telekomunikasi bagi Negara Kesatuan frekuensi radio
Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan harus
f. Permasalahan terkait kedaulatan Negara Kesatuan
memanfaatkan berbagai teknologi broadband yang ada,
Republik Indonesia, permasalahan infrastruktur di
baik berbasis kabel maupun nirkabel (wireless broadband).
perbatasan,
Potensi wireless broadband dalam menyediakan
konektivitas nasional amat penting mengingat banyaknya g. Belum optimalnya keterwakilannya Indonesia di
jumlah pulau yang tidak mungkin terjangkau semuanya forum Internasional dan regional
oleh teknologi broadband berbasis kabel, seperti kabel
serat optik. Dengan demikian, kebijakan yang tepat terkait h. Permasalahan terkait keselamatan maritim dan
pengelolaan yang efisien dan efektif bagi spektrum penerbangan
frekuensi radio sebagai Sumber Daya Alam yang terbatas
i. Optimalisasi filing satelit di Indonesia
sangat penting untuk dilakukan.
j. Masih rendahnya dukungan industri perangkat TIK di
Berbagai permasalahan dan tantangan dalam mengelola
Indonesia
dan memaksimalkan potensi yang terdapat pada
spektrum frekuensi radio dan standardisasi perangkat k. Peredaran perangkat CPE illegal
telekomunikasi untuk mewujudkan konektivitas nasional
berbasis wireless broadband antara lain : l. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
prosedur pengajuan perangkat yang akan diuji
a. Krisis spektrum untuk wireless broadband yang
menyebabkan Lambannya internet, pemerataan dan m. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pengujian
kualitas pelayanan telekomunikasi perangkat telekomunikasi
b. Regulasi penggunaan spektrum yang belum n. Gangguan layanan operator seluler akibat pemakaian
komprehensif yang belum menampung repeater seluler dan jammer selluler
perkembangan teknologi maupun bisnis
o. Banyaknya penggunaan spectrum frekuensi radio
telekomunikasi di Indonesia
yang tidak sesuai dengan ketentuan teknis atau
c. Implementasi regulasi spektrum yang belum optimal belum memiliki Izin Stasiun Radio (ISR)
20
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Sistematika Pelaporan
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan
Informatika berpedoman kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014, Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Ruang lingkup Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos
dan Informatika meliputi :
1. Pendahuluan yang berisi penjelasan umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta
permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi;
3. Akuntabilitas kinerja yang berisikan capaian kinerja organisasi dan realisasi anggaran;
4. Penutup berisikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan
dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
21
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
02
PERJANJIAN
KINERJA
2.1. Rencana Strategis Tahun 2015-2019 (Revisi)
2.2. Sasaran Program
2.3. Perjanjian Kinerja Tahun 2017
22
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
23
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
2. Melakukan optimalisasi dan konsolidasi sumber daya Untuk memanfaatkan spektrum frekuensi radio
satelit nasional, termasuk spektrum frekuensi radio sesuai dengan visi yang dicanangkan, maka
dan slot orbit, mendorong kerjasama dengan industri dibutuhkan adanya teknologi yang inovatif dalam
satelit global dengan memperhatikan kepentingan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan
nasional. spektrum. Adanya standar perangkat informatika
akan melindungi para pemangku kepentingan dan
Satelit berperan sangat penting dalam pembangunan
masyarakat pada umumnya dari dampak negatif yang
infrastruktur wireless broadband nasional.
dapat timbul dari penggunaan perangkat tersebut,
Untuk meningkatkan perannya dalam pembangunan misalnya interferensi dan radiasi.
wireless broadband nasional harus dilakukan
6. Mewujudkan kepastian hukum di bidang
optimalisasi dan konsolidasi sumber daya satelit
pengelolaan sumber daya dan perangkat informatika.
nasional dan mendorong kerjasama dengan industri
satelit global dengan memperhatikan kepentingan Adanya kepastian hukum dalam pemanfaatan
nasional. spektrum frekuensi radio bagi para pemangku
kepentingan, baik bagi pihak penyedia jaringan dan
3. Mewujudkan pelayanan spektrum frekuensi radio
penyedia jasa telekomunikasi maupun masyarakat
dan sertifikasi perangkat yang cepat, tepat dan benar
sebagai konsumen, sangat dibutuhkan bagi
secara profesional dan berintegritas.
penciptaan iklim bisnis dan investasi yang kondusif
Untuk mewujudkan tatanan spektrum frekuensi di industri telekomunikasi. Mengingat pergeseran
radio yang efektif, efisien, dinamis dan optimal peran pembangunan sektor telekomunikasi yang
maka di butuhkan adanya layanan perizinan di kini dilakukan sektor bisnis, maka kompetisi yang
bidang layanan spektrum frekuensi radio dan didasarkan pada kepastian hukum akan membawa
sertifikasi perangkat yang cepat, tepat dan benar dampak positif bagi pencapain visi pembangunan
secara profesional dan berintegritas. Hal ini akan sumber daya dan perangkat pos dan informatika.
meningkatkan partisipasi kontribusi sektor bisnis
7. Mewujudkan tertib penggunaan spektrum frekuensi
sebagai aktor utama telekomunikasi nasional dalam
radio dan perangkat telekomunikasi secara terpadu.
merealisasikan visi pembangunan sumber daya
perangkat pos dan informatika. Adanya ketertiban dalam pemanfaatan spektrum
dan perangkat telekomunikasi oleh para pemangku
4. Terkelolanya Penerimaan Negara Bukan Pajak
kepentingan merupakan syarat utama terwujudnya
dari izin yang diberikan kepada para pemangku
penatakelolaan spektrum frekuensi radio yang sesuai
kepentingan di bidang SDPPI.
dengan visi Direktorat Jenderal SDPPI. Dampak
Untuk mewujudkan visi pembangunan sumber positif dari ketertiban pemanfaatan spektrum
daya perangkat pos dan informatika 2015 -2019 frekuensi radio dan perangkat telekomunikasi adalah
dibutuhkan optimalisasi penerimaan negara bukan terhindarnya masyarakat dari berbagai hal negatif
pajak. Pendapatan ini diperoleh dari adanya layanan yang merugikan seperti interferensi, sehingga
perizinan spektrum frekuensi radio dan layanan penatakelolaan spektrum membawa manfaat bagi
sertifikasi perangkat yang sesuai dengan prinsip- pembangunan nasional.
prinsip reformasi birokrasi yang sedang dilaksanakan
8. Mengembangkan sistem stasiun monitoring
oleh pemerintah.
spektrum frekuensi radio dan sistem monitoring
5. Mewujudkan standar perangkat informatika yang perangkat yang terintegrasi secara nasional.
mendukung kemandirian teknologi dibidang wireless
Untuk mewujudkan penatakelolaan spektrum
broadband.
sesuai dengan visi Ditjen SDPPI maka dibutuhkan
24
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
sistem monitoring spektrum frekuensi radio dan Tabel 2.1. Sasaran Strategis Kementerian Kominfo
monitoring perangkat yang terintegrasi. Adanya dan Tugas dan Fungsi Ditjen SDPPI 2016 – 2019
infrastruktur sistem monitoring ini akan memudahkan
upaya penertiban dan penegakan hukum untuk SASARAN STRATEGIS
TUGAS DAN
memberikan kondisi yang kondusif bagi para KEMENTERIAN
KODE FUNGSI DITJEN
pemangku kepentingan dan masyarakat dalam KOMUNIKASI DAN
SDPPI
menfaatkan spektrum frekuensi radio. INFORMATIKA
Tersedianya infrastruktur
9. Mewujudkan peningkatan kualitas layanan pengujian
TIK serta pengembangan
dan kalibrasi perangkat informatika yang profesional,
SS.1 ekosistem TIK yang Terkait
berintegritas dan diakui dunia internasional.
merata dan efisien di
25
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Sasaran Program
Untuk mencapai tujuan dari program Direktorat Jenderal b. Persentase (%) ketersediaan tambahan spektrum
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, sasaran frekuensi sebesar 350 MHz untuk mobile
Program yang akan dicapai adalah sebagai berikut: broadband, Cara mengukur capaian kinerja
tersebut adalah:
1. Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan
ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh (Akumulasi capaian tambahan spektrum
wilayah Indonesia. frekuensi radio s.d tahun existing)/(target
tambahan spektrum frekuensi radio tahun 2019)
Untuk mendukung sasaran Kementerian tersebut
x 100%
diatas Indikator Kinerja Utama Ditjen SDPPI, yaitu:
Persentase (%) ketersediaan tambahan spektrum c. Persentase (%) Penyelesaian Penanganan
frekuensi sebesar 350 MHz untuk mobile broadband. Pengaduan gangguan penggunaan spektrum
frekuensi radio, cara mengukur capaian kinerja
2. Terwujudnya pelayanan publik di bidang sumber
tersebut adalah:
daya dan perangkat pos dan informatika yang
profesional, berintegritas dan sesuai dengan (Jumlah penanganan aduan gangguan
kebutuhan para pemangku kepentingan. spectrum frekuensi radio yang sudah
terselesaikan)/(Jumlah aduan gangguan
Untuk mendukung sasaran Kementerian tersebut
spectrum frekuensi radio yang termonitor) x
diatas Indikator Kinerja Utama Ditjen SDPPI, yaitu:
100%
a. Indeks kepuasan masyarakat terhadap layanan
d. Persentase (%) Penanganan pelanggaran
di Ditjen SDPPI.
Perangkat Telekomunikasi yang ditindaklanjuti,
b. Indeks integritas pelayanan publik perijinan di cara mengukur capaian kinerja tersebut adalah:
Ditjen SDPPI.
(jumlah hasil tindak lanjut pelanggaran )/
Adapun sasaran dan Indikator Kinerja Program (IKP) (perangkat telekomunikasi yang termonitor-
adalah sebagai berikut: jumlah perangkat yang bersertifikat) x 100%
1. Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan 2. Terwujudnya pelayanan publik di bidang sumber
ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh daya dan perangkat pos dan informatika yang
wilayah Indonesia. profesional, berintegritas dan sesuai dengan
kebutuhan para pemangku kepentingan.
Untuk mengukur kinerja dalam rangka mendukung
sasaran tersebut, maka berikut ini adalah Indikator Untuk mengukur kinerja dalam rangka mendukung
Kinerja Program yang akan digunakan pada kurun sasaran tersebut, maka berikut ini adalah Indikator
2017 – 2019, yaitu: Kinerja Program yang akan digunakan pada kurun
2017 – 2019, yaitu:
a. Persentase (%) kab/kota terlayani akses
broadband 4G LTE (Jumlah kab/kota: 514), a. Indeks kepuasan masyarakat terhadap layanan
Ukuran Capaian Kinerja mengikuti hasil di Ditjen SDPPI, cara mengukur capaian kinerja
pengukuran indikator kinerja di Kemkominfo. tersebut melalui survey yang dilakukan oleh
konsultan.
26
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
b. Indeks integritas pelayanan publik perijinan di Mengingatnya terbatasnya spektrum frekuensi radio yang
Ditjen SDPPI, cara mengukur capaian kinerja ada, maka untuk mencapai tujuan pembangunan nasional
tersebut melalui survey yang dilakukan oleh di bidang wireless broadband dibutuhkan pemanfaatan
konsultan. spektrum yang optimal. Optimalisasi itu dapat dilakukan
diantaranya dengan melakukan migrasi teknologi yang
3. Terwujudnya tata kelola Ditjen SDPPI yang bersih,
lebih efisien dalam pemanfaatan spektrum frekuensi radio.
efisien dan efektif.
Upaya migrasi TV Digital misalnya, akan memberikan
Untuk mengukur kinerja dalam rangka mendukung digital dividen berupa alokasi frekuensi yang sangat
sasaran tersebut, maka berikut ini adalah Indikator dibutuhkan dalam pembangunan wireless broadband.
Kinerja Program yang akan digunakan pada kurun
Selain itu, untuk mengantisipasi dinamika industri
2017 – 2019, yaitu: Nilai Indeks Reformasi Birokrasi
telekomunikasi, yang antara lain ditandai dengan
(RB). Ukuran Capaian Kinerja mengikuti hasil
pergeseran dari pola komunikasi berbasis suara menjadi
pengukuran indikator kinerja di Kemkominfo.
berbasis data dan bahkan kini bergerak menuju layanan
Ketiga sasaran program tersebut terkait dengan digital, maka dibutuhkan pengelolaan spektrum frekuensi
peningkatan konektivitas intra dan antar koridor-koridor radio secara dinamis dan adaptif dengan perkembangan
ekonomi pada negara kepulauan dibutuhkan adanya dan dinamika tersebut. Hal ini antara lain dapat dilakukan
penggelaran layanan pita lebar nirkabel (wireless dengan menyesuaikan kerangka regulasi dengan tuntutan
broadband) sebagai tulang punggung utama disamping dan kebutuhan situasi saat ini, sehingga dapat menjadi
serat optik. Hal ini mengacu pada kebijakan percepatan dasar bagi penataan spektrum yang dinamis.
dan perluasan pembangunan ekonomi yang tertuang
pada dokumen MP3EI yang kemudian dilengkapi dengan
Rencana Broadband Indonesia (Indonesia Broadband
Plan) yang diresmikan oleh pemerintah pada awal tahun
2014.
27
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Sebagai bagian dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat
Pos dan Informatika memiliki peran dalam mencapai beberapa target indikator kinerja. Sasaran strategis, indikator kinerja
dan target kinerja Ditjen SDPPI tahun 2017 dapat disajikan pada tabel berikut:
Jumlah anggaran yang tersedia untuk mendukung kinerja Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan
Informatika pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 768.727.418.000 yang sebagian besar bersumber dari Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
28
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
29
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
03
AKUNTABILITAS
KINERJA
3.1. Capaian Kinerja Organisasi
3.2. Kinerja lainnya
3.3. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015, 2016 Dan 2017
30
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Sebagai perwujudan akuntabilitas kinerja, LKIP 2017 memiliki fokus utama membahas
tentang pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dari sasaran program yang ingin dicapai
oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika.
Secara lengkap capaian kinerja dari rencana kinerja yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika tahun 2017 adalah sebagai berikut :
31
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
1. IK-1 Persentase (%) Ketersediaan Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 Mhz Untuk Mobile Broadband
Indikator Kinerja Persentase (%) Ketersediaan Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 Mhz Untuk Mobile Broadband
memiliki target sebesar 50 persen atau tambahan sebesar 175 MHz secara akumulatif sejak tahun 2015 sampai dengan
tahun 2017. Berdasarkan data capaian realisasi yang dilaporkan, dapat diketahui bahwa tambahan frekuensi yang
dihasilkan secara akumulatif hingga tahun 2017 adalah sebesar 246 MHz, yang terdiri atas tambahan sebesar 165 MHz
yang dihasilkan pada 2015, tambahan 26 MHz dihasilkan pada tahun 2016, dan tambahan 55 MHz yang dihasilkan pada
tahun 2017. Sehingga secara akumulasi hingga tahun 2017, capaian realisasi mencapai 70,29 persen. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa target pada Indikator Kinerja tersebut telah tercapai.
Capaian indikator kinerja dimaksud dapat dilihat pada tabel dibawah ini kemudian diikuti dengan penjelasan
capaiannya.
Memperhatikan peningkatan kebutuhan bandwidth yang sangat cepat sebagai konsekuensi dari perkembangan
teknologi dan tuntutan pasar yang konvergen menuju layanan pita lebar (broadband), maka Kementerian Komunikasi
dan Informatika telah menyusun rencana strategis tahun 2015-2019 sebagai upaya untuk mengatasi krisis spektrum
tersebut. Adapun rencana upaya penambahan spektrum frekuensi radio tersebut untuk dua tahun ke depan serta
capaian hingga tahun 2017 dapat dirangkum pada tabel sebagai berikut:
32
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Tambahan spektrum frekuensi radio untuk mobile broadband diupayakan melalui 2 (dua) langkah kegiatan, yaitu
seleksi pita frekuensi radio serta penataan ulang pita frekuensi radio. Seleksi maupun penataan ulang pita frekuensi
radio dilaksanakan dengan tujuan untuk mendorong efisiensi dan optimalisasi penggunaan spektrum frekuensi radio
yang merupakan sumber daya nasional terbatas dalam rangka mencapai target Rencana Pitalebar Indonesia 2014-
2019 sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi percepatan pertumbuhan perekonomian dan
pembangunan nasional. Untuk tahun 2017, upaya penambahan spektrum frekuensi radio untuk mobile bradband
dilakukan melalui seleksi pita frekuensi radio 2,1 GHz dan 2,3 GHz.
33
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Melanjutkan pembahasan yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 dan 2016 ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika
memutuskan untuk mengalokasikan 2 (dua) blok pita frekuensi radio 2,1 GHz yaitu pada rentang 1970–1980 MHz
berpasangan dengan 2160–2170 MHz yang belum ditetapkan penggunanya berdasarkan Keputusan Menteri Komunikasi
dan Informatika Nomor 592 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
1192 Tahun 2013 tentang Penetapan Alokasi Blok Pita Frekuensi Radio Hasil Penataan Menyeluruh Pita Frekuensi Radio 2,1
GHz, untuk penyelenggaraan jaringan bergerak seluler yang telah ada.
Selain itu, pada pita frekuensi radio 2.3 GHz, terdapat lebar pita frekuensi radio secara nasional yang belum digunakan yaitu
pada rentang 2300-2330 MHz dengan mode TDD dimana pita frekuensi radio ini akan dilakukan seleksi secara bersamaan
(simultan) dengan pita frekuensi radio 2.1 GHz.
Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz dan 2.3 GHz ini sukses di gelar pada tahun 2017. Dan dimenangkan oleh
PT. Telekomunikasi Seluler (PT. Telkomsel) untuk lelang pita frekuensi radio 2.3 GHz dan PT. Hutcinson 3 dan PT. Indosat
memenangkan lelang pita frekuensi radio 2,1 GHz.
34
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Pelaksanaan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 6. Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi
GHz dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk dan informatika mengenai Tata Cara Seleksi
Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz dan
Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk
A. Persiapan Pelaksanaan Seleksi Pengguna Pita
Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak
Frekuensi Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi
Seluler telah diundangkan dalam Peraturan
Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20
Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler
Tahun 2017 tentang Tata Cara Seleksi Pengguna
1. Konsultasi publik Rancangan Peraturan Menteri Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi
Komunikasi Dan Informatika Mengenai Tata Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan
Cara Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler pada
2.1 GHz dan Pita frekuensi radio 2.3 GHz untuk tanggal 28 September 2017;
Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler
7. Penetapan Rancangan Keputusan Menteri
dibuka pada tanggal 22 Februari 2017 sampai
Komunikasi dan Informatika Nomor 1831
dengan 15 maret 2017 melalui Siaran Pers No.29/
Tahun 2017 tentang Tim Seleksi Pengguna Pita
HM/KOMINFO/2/2017 di website www.kominfo.
Frekuensi Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi
go.id.;
Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan
2. Melakukan konsultasi dengan Instansi/ lembaga Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler pada
terkait, antara lain : KPK, BPK, BPKP, Jamdatun, tanggal 28 September 2017;
Jaksa Agung, KPPU, LKPP mengenai hasil
8. Penetapan Keputusan Ketua Tim Seleksi
konsultasi publik;
Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz dan
3. Penyampaian Hasil Konsultasi Publik dan Hasil Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk
Koordinasi dengan Instansi/ lembaga terkait Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak
kepada Menteri Komunikasi dan Informatika, Seluler Nomor: 1/KEP/TIMSEL/09/2017 tentang
sebagai bahan penyempurnaan RPM Tata Cara Penetapan Dokumen Seleksi Pengguna Pita
Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 Ghz Frekuensi Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi
dan 2.3 Ghz untuk Penyelanggaraan Jarbersel; Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan
Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler
4. Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan (untuk selanjutnya disebut sebagai “Dokumen
informatika mengenai Netral Teknologi untuk Seleksi”) pada tanggal 29 September 2017.
Pita Frekuensi Radio 450 MHz, 2.1 GHz dan 2.3
GHz telah diundangkan dalam Peraturan Menteri 9. Tim Seleksi melakukan Pengumuman Seleksi
Komunikasi dan Informatika Nomor 12 Tahun pada hari Jumat, 29 September 2017 melalui
2017 pada tanggal 9 Juni 2017; Pengumuman Nomor: 1/TIMSEL/09/2017
tentang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio
5. Penetapan Rancangan Peraturan Menteri 2.1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz
Komunikasi dan informatika mengenai Tata Cara Tahun 2017 Untuk Keperluan Penyelenggaraan
Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Jaringan Bergerak Seluler, dan diumumkan
dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 kepada publik melalui Siaran Pers No.182/HM/
Untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan KOMINFO/09/2017 di website www.kominfo.
Bergerak Seluler pada tanggal 28 September go.id.
2017 dengan Nomor Berita Negara No.1336
Tahun 2017;
35
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
B. Pelaksanaan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017
Untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler
36
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
C. Hasil Pelaksanaan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi 2.1 GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan
Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler,
Tahun 2017 Untuk Keperluan Penyelenggaraan yang ditetapkan pada tanggal 1 November
Jaringan Bergerak Seluler 2017 dan diantaranya mengatur:
1. Seleksi untuk pita frekuensi radio 2.3 GHz telah 2.1.1. Menetapkan PT Hutchison 3
selesai dilaksanakan dengan ditetapkannya Indonesia sebagai Pemenang Seleksi
Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika dengan urutan kesatu peringkat hasil
Nomor 1896 Tahun 2017 tentang Penetapan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi
PT Telekomunikasi Selular Sebagai Pemenang Radio 2.1 GHz Tahun 2017 untuk
Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Keperluan Penyelenggaraan Jaringan
Tahun 2017 Untuk Keperluan Penyelenggaraan Bergerak Seluler pada rentang
Jaringan Bergerak Seluler, yang ditetapkan frekuensi radio 1970 MHz – 1975
pada tanggal 20 Oktober 2017 dan diantaranya MHz berpasangan dengan rentang
mengatur: frekuensi radio 2160 MHz - 2165 MHz;
37
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler, berpasangan dengan 2160 - 2165 MHz (Blok 11)
yang ditetapkan pada tanggal 1 November kepada H3I dan pita frekuensi radio pada rentang 1975
2017 dan diantaranya mengatur: - 1980 MHz berpasangan dengan 2165 - 2170 MHz
(Blok 12) kepada Indosat.
2.2.1. Menetapkan PT Indosat Tbk sebagai
Pemenang Seleksi dengan urutan Hasil dari seleksi tersebut terdapat pengalokasian blok
kedua peringkat hasil Seleksi frekuensi radio dari pemenang seleksi yang letaknya
Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 tidak bersebelahan (not contiguous), sehingga untuk
GHz Tahun 2017 untuk Keperluan mendorong efisiensi dan optimalisasi penggunaan
Penyelenggaraan Jaringan Bergerak spektrum frekuensi radio khususnya pada pita
Seluler pada rentang frekuensi radio frekuensi radio 2.1 GHz, perlu dilakukan penataan
1975 MHz – 1980 MHz berpasangan ulang di antara para penyelenggara jaringan bergerak
dengan rentang frekuensi radio 2165 seluler yang menduduki pita frekuensi radio 2.1 GHz.
MHz - 2170 MHz;
Penataan ulang ini bertujuan agar diperoleh
2.2.2. PT Indosat Tbk wajib membayar lunas penetapan pita frekuensi radio yang berdampingan
Biaya Hak Penggunaan Spektrum (contiguous) untuk seluruh penyelenggara jaringan
Frekuensi Radio untuk Izin Pita bergerak seluler pengguna pita frekuensi radio 2.1
Frekuensi Radio sebagai berikut: GHz. Dengan demikian, setiap penyelenggara lebih
memiliki keleluasaan dalam memilih teknologi seluler
2.2.2.1 Biaya Izin Awal sebesar
(2G/3G/4G) dan jenis pengkanalan yang paling sesuai
Rp846.168.000.000,00
dengan kondisi traffic layanan selulernya pada suatu
(delapan ratus empat puluh
area tertentu. Sehingga pada akhirnya masyarakat
enam milyar seratus enam
pengguna layanan seluler dapat menikmati kualitas
puluh delapan juta rupiah)
yang lebih baik khususnya pada wilayah-wilayah yang
paling lambat tanggal 15
mengalami kepadatan jaringan (congestion).
November 2017; dan
Sebagai payung hukum pelaksanaan proses penataan
2.2.2.2 Biaya Izin Pita Frekuensi Radio
ulang pita frekuensi radio 2.1 GHz ini adalah Keputusan
Tahunan untuk Tahun Kesatu
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1998
sebesar Rp423.084.000.000,00
Tahun 2017 tentang Penataan Ulang Pita Frekuensi
(empat ratus dua puluh tiga
Radio 2.1 GHz Untuk Keperluan Penyelenggaran
milyar delapan puluh empat
Jaringan Bergerak Seluler dan Keputusan Direktur
juta rupiah) paling lama 10
Jenderal SDPPI Nomor 376/DIRJEN/2017 tentang
(sepuluh) hari kerja setelah
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penataan Ulang
ditetapkannya Keputusan
Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Untuk Keperluan
Menteri Komunikasi dan
Penyelenggaran Jaringan Bergerak Seluler. Kedua
Informatika terkait dengan
payung hukum tersebut ditetapkan pada tanggal 20
hasil penataan ulang pita
November 2017.
frekuensi radio 2.1 GHz.
Merujuk pada kedua payung hukum tersebut di
Pada tanggal 1 November 2017, Menteri Komunikasi
atas, penataan ulang pita frekuensi radio 2.1 GHz
dan Informatika telah menetapkan PT. Hutchison 3
dilaksanakan dengan cara melakukan pengaturan
Indonesia (H3I) dan PT. Indosat, Tbk. (Indosat) sebagai
ulang (re-tuning) penggunaan pita frekuensi radio
Pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1
di suatu wilayah layanan tertentu (cluster) melalui
GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan Penyelenggaraan
2 tahapan sebagaimana dijelaskan pada gambar di
Jaringan Bergerak Seluler, dimana telah ditetapkan
bawah ini :
pita frekuensi radio pada rentang 1970 - 1975 MHz
38
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Tahap 1 dilaksanakan dengan cara Indosat melakukan yang telah ditentukan. Kegiatan re-tuning pada suatu
re-tuning untuk seluruh Network Element yang semula cluster dinyatakan selesai apabila Tahap 1 dan Tahap
menggunakan Blok 6 dan Blok 7 diubah ke Blok 11 2 berhasil dilaksanakan dan kegiatan re-tuning secara
dan Blok 12. Kemudian dilanjutkan oleh Tahap 2 nasional dinyatakan berhasil apabila seluruh cluster
setelah dipastikan Tahap 1 berjalan dengan lancar. dinyatakan telah selesai melakukan re-tuning.
Tahap 2 dilaksanakan yakni dengan cara Telkomsel
Setelah 42 cluster di seluruh Indonesia selesai
melakukan re-tuning untuk seluruh Network Element
dilakukan re-tuning oleh Indosat, Telkomsel dan
yang semula menggunakan Blok 3 diubah ke Blok 6
XL, selanjutkan akan diterbitkan Keputusan Menteri
dan XL melakukan re-tuning untuk seluruh Network
Komunikasi dan Informatika yang menetapkan hasil
Element dari yang semula menggunakan Blok 10
penataan ulang ini untuk kemudian diikuti dengan
diubah ke Blok 7.
pembayaran biaya Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR)
Penataan ulang pita frekuensi radio 2.1 GHz resmi Tahunan untuk Tahun Kesatu oleh H3I dan Indosat
dimulai pada hari Selasa tanggal 21 November 2017 yang jatuh tempo pembayarannya jatuh pada Tahun
dan dilaksanakan paling lama sampai dengan hari 2018 agar dapat menggunakan Blok 3 dan Blok 10
Rabu tanggal 25 April 2018. Proses re-tuning dimulai yang telah dikosongkan pada Tahap 2 di semua
oleh Indosat di dua cluster yaitu cluster Kalimantan cluster.
Tengah dan Kepulauan Bangka Belitung secara
Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan
bersamaan pada tanggal 21 November 2017, tepatnya
bahwa capaian untuk Indikator Kinerja “Persentase
mulai pukul 23.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB
(%) Tersedianya tambahan spektrum frekuensi
keesokan harinya. Sampai dengan pukul 18.00 WIB
sebesar 350 MHz untuk mobile broadband” yang
pada tanggal 22 November 2017 di kedua cluster
ditargetkan mencapai 50 persen (175 MHz) secara
tersebut Indosat akan melakukan pemantauan kinerja
akumulasi sampai tahun 2017 telah tercapai. Realisasi
jaringan. Apabila kondisi kinerja jaringan di kedua
capaian existing mencapai 246 MHz (70,29) persen
cluster tersebut tidak mengalami penuruan kinerja
tambahan spektrum frekuensi radio untuk mobile
yang signifikan melebihi batasan yang telah ditentukan
broadband secara akumulasi sampai dengan tahun
maka proses re-tuning Tahap 1 yang dilakukan oleh
2017, melampaui dari target yang telah ditetapkan.
Indosat dinyatakan selesai. Selanjutnya Telkomsel
Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa
dan XL melakukan re-tuning Tahap 2 sesuai jadwal
39
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
capaian untuk indikator “Persentase (%) Tersedianya setiap 1 (satu) bulan sekali selama 1 (satu) tahun
tambahan spektrum frekuensi sebesar 350 MHz untuk berjalan perlu dilakukan analisa dan evaluasi untuk
mobile broadband” adalah lebih dari 50% (capaian dapat dilihat rekapitulasi hasil pelaksanaan kegiatan
akumulatif s.d. 2017 sebesar 70,29%) sedangkan target masing-masing UPT dalam satu Tahun Anggaran 2017
indikator yaitu 50% sehingga dapat disimpulkan bahwa guna dijadikan tolak ukur pencapaian kinerjanya.
target telah tercapai.
Hasil prosentase penanganan aduan/klaim gangguan
2. IK-2 Persentase (%) penanganan gangguan penggunaan spektrum frekuensi radio di 37 UPT
penggunaan spektrum frekuensi radio untuk dihitung berdasarkan atas Jumlah Hasil Penanganan
mengurangi interferensi Gangguan Penggunaan Spektrum Frekuensi yang
telah Selesai ditangani berbanding dengan Jumlah
Persentase (%) penanganan gangguan penggunaan
Aduan Gangguan Spektrum Frekuensi. Sehingga
spektrum frekuensi radio diukur dengan
Rumus Hasil prosentase penanganan aduan/klaim
membandingkan antara jumlah laporan aduan
gangguan penggunaan spektrum frekuensi radio
gangguan yang masuk dengan jumlah gangguan
menjadi :
yang dapat tertangani sampai dengan selesai/clear.
Sepanjang tahun 2017 telah diselesaikan 96.94% Prosentase (%) penanganan aduan gangguan :
dari target 93% penyelesaian penanganan gangguan penggunaan spektrum frekuensi radio =
penggunaan spektrum frekuensi radio sehingga
prosentase realisasi adalah 104,30%.
40
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Sebagai konsekuensi dari penerbitan izin, pemerintah berkewajiban untuk memastikan bahwa izin yang setuju diberikan
dapat dioperasionalkan sesuai peruntukannya. Setiap ganguan yang timbul wajib ditangani agar :
- Komunikasi menjadi lancar, jernih dan jelas karena frekuensi illegal yang mengganggu sudah di tangani
- Menjaga keamanan dan ketertiban di daerah perbatasan dalam hal frekuensi radio
- Semakin banyak gangguan frekuensi yang di selesaikan maka semakin kenyaman berkomunikasi terjamin
Uraian Target
Hasil Prosentase (%) penanganan aduan gangguan penggunaan spektrum frekuensi radio (93%)
41
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
42
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
PENANGANAN
43
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
1 DENPASAR 36 33 6 sub_service
2 BANDUNG 30 29 5 sub_service
3 SURABAYA 23 22 5 sub_service
4 JAKARTA 22 22 5 sub_service
5 MEDAN 14 14 4 sub_service
6 PONTIANAK 13 13 3 sub_service
7 MAKASSAR 13 13 4 sub_service
8 SEMARANG 10 10 5 sub_service
9 BANTEN 10 10 5 sub_service
10 BANJARMASIN 8 8 4 sub_service
Hasil prosentase penanganan aduan/klaim gangguan penggunaan spektrum frekuensi radio dari bulan Januari s.d
Desember 2017 dari 229 aduan gangguan, yg sudah tertangani 222 aduan sehingga prosentase penanganan sebesar
96,94% dan sedang dilakukan monitoring tindak lanjutnya pada 2018.
Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa sepanjang 2017, indikator “Persentase (%) penanganan aduan
gangguan penggunaan spektrum frekuensi radio” telah menyelesaikan 96,94% dari target 93%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa target telah tercapai.
44
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
1. Monitoring Standar Perangkat Pos Dan Informatika Perangkat Pos dan Informatika, meliputi :
(93%)
1. Kegiatan Monitoring Online sudah dilaksanakan
Latar Belakang sampai dengan Bulan Desember 2017 dengan
keterangan Jumlah perangkat (CPE) termonitor
Sesuai Undang-Undang No.36 Tahun 1999 tentang
sebanyak 2495, dengan rincian 1256 perangkat legal
Telekomunikasi, pada Pasal 32 ayat (1) diamanatkan bahwa
dan 1239 Perangkat illegal.
setiap perangkat telekomunikasi yang diperdagangkan,
dibuat, dirakit, dimasukan dan/atau digunakan di wilayah 2. Kegiatan Monitoring Lapangan/Survey Peredaran
Negara Republik Indonesia wajib memperhatikan Perangkat di 17 Kota (Bandung, Pekanbaru, Banten,
persyaratan teknis dan berdasarkan izin (sertifikat). Selain Kendari, Jayapura, Pontianak, Manado, Jogjakarta,
itu juga termaktub pada Peraturan Menteri Kominfo Nomor Batam, Gorontalo, Bandar Lampung, Padang,
18 tahun 2014 tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat Surabaya, Pangkal Pinang, Jakarta, Palangkaraya dan
Telekomunikasi mengenai kewajiban pemegang sertifikat Solo)
untuk memberikan label yang memuat nomor sertifikat dan
3. Kegiatan penegakan hukum di Semarang, Surabaya,
Identitas Pelanggan (PLG ID) pada setiap alat dan perangkat
Denpasar, Banten dan DKI Jakarta
telekomunikasi yang telah bersertifikat, serta pada kemasan/
pembungkusnya dengan format sesuai ketentuan. Capaian target ditentukan berdasarkan atas hasil kegiatan
45
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
monitoring secara langsung bersama dengan UPT setempat kepada para Distributor dan Pengguna dengan mengecek
kelengkapan sertifikasi perangkat yang ada di Distributor dan Pengguna kemudian mengklasifikasi sertifikasi perangkat
46
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
47
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
tersebut kedalam illegal dan legal. Seperti yang terlihat di Capaian Target
tabel di bawah ini:
Kegiatan penertiban alat dan perangkat telekomunikasi ini
2. Prosentase (%) Pelaksanaan Penertiban Perangkat dilaksanakan bekerjasama dengan Direktorat Standardisasi,
Telekomunikasi Ilegal UPT Ditjen SDPPI, dan Polda (korwas PPNS) setempat.
Dilakukan dengan sifat pencegahan (preventif) dan
Latar Belakang
penindakan (represif) agar para Distributor, Importir, Vendor,
Sesuai penegakan hukum yang diamanatkan Undang- Penjual serta Pengguna yang sudah terbukti tidak memiliki
Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi dalam sertifikasi atas alat/perangkatnya segera melakukan
Pasal 32 ayat (1) dan Peraturan Menteri Kominfo Nomor pengurusan sertifikasi sesuai ketentuan yang berlaku.
18 tahun 2014 Tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat Berdasarkan hasil pelanggaran dalam operasi penertiban
Telekomunikasi menyebutkan bahwa setiap alat dan dapat disimpulkan dalam bentuk tabel rekapitulasi sebagai
perangkat telekomunikasi yang dibuat, dirakit, dimasukkan berikut.
untuk diperdagangkan dan atau digunakan di wilayah
Dampak Kegiatan ini terhadap Masyarakat
Negara Republik Indonesia wajib memenuhi persyaratan
teknis yang dilaksanakan melalui sertifikasi. - Perangkat telekomunikasi Illegal berkurang di
masyarakat
Berdasarkan hasil pelaksanaan penertiban alat dan
perangkat telekomunikasi Skala Nasional telah dilakukan - Adanya jaminan perangkat yang diperjualbelikan
sebanyak 8 (delapan) kali kegiatan yang dilaksanakan di berfungsi dan dapat digunakan dengan menggunakan
wilayah Jakarta (2 kali), Surabaya, Palembang, Makassar, jaringan di Indonesia
Banjarmasin, Jogjakarta dan Kupang dengan prosentase
- Distributor dan vendor nakal yang menjual perangkat
kegiatan sebesar 100%. Pelaksanaan kegiatan penertiban
baik Online maupun di masyarakat yang tidak sesuai
dilaksanakan atas dasar hasil kegiatan monitoring dan
dengan spesifikasi berkurang jumlahnya
pengaduan dari masyarakat. Pelaksanaan penertiban
alat dan perangkat telekomunikasi dilakukan terhadap - Meningkatnya kepatuhan masyarakat untuk menjual
kelompok jaringan, kelompok akses dan kelompok alat dan memakai perangkat telekomunikasi yang
pelanggan (Customer Premises Equipment/CPE). Perlu bersertifikat dan resmi
diketahui bahwa target operasi kegiatan penertiban ini
dilakukan terhadap distributor, Importir, Vendor, Pengguna - Meningkatnya PNBP dari sektor sertifikasi perangkat
dan Penjual serta Pengguna yang sudah terbukti tidak
memiliki sertifikasi atas alat/perangkatnya.
48
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Rekapitulasi Kegiatan Monitoring dan Penertiban Alat dan Perangkat Telekomunikasi Tahun 2017
Berikut hasil rekapitulasi kegiatan Monitoring dan Penertiban Alat dan Perangkat Telekomunikasi yang telah dilaksanakan
selama tahun 2017. Kegiatan monitoring telah dilaksanakan di 17 kota, sedangkan untuk kegiatan Penertiban dilaksanakan
di 5 kota.
Tindak Lanjut
RINCIAN JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGU SEP OKT NOV DES JUMLAH
49
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa capaian untuk indikator “Presentase (%) Penegakan Hukum
Penggunaan Perangkat Telekomunikasi Dan Informatika untuk meminimalisir peredaran perangkat illegal” adalah
93,19% diatas target yang telah ditetapkan 93%, sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator ini tercapai.
50
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa capaian untuk indikator “Presentase (%) Penegakan Hukum
Penggunaan Perangkat Telekomunikasi Dan Informatika untuk meminimalisir peredaran perangkat illegal” adalah
93,19% diatas target yang telah ditetapkan 93%, sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator ini tercapai.
51
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Sebagai upaya peningkatan pada pelayanan publik b. Mengukur Indeks Integritas Pelayanan Publik
bidang sumber daya dan perangkat pos dan informatika terhadap 4 (empat) jenis layanan publik yang
maka Ditjen SDPPI melakukan beberapa survei. Kegiatan diselenggarakan oleh Ditjen SDPPI.
pelayanan publik yang disurvei, antara lain:
Outcome kegiatan survei ini adalah hasil dari kegiatan ini
(1) Perizinan Spektrum Frekuensi Radio, yaitu dapat digunakan sebagai dasar bagi Ditjen SDPPI untuk
layanan publik yang diberikan kepada badan peningkatan pelayanan publik dalam rangka memenuhi
hukum (perusahan) dan instansi pemerintah atas salah satu sasaran terwujudnya Good Corporate
penggunaan spektrum frekuensi radio, antara lain Governance.
untuk keperluan penyelenggaraan telekomunikasi,
penyelenggaraan penyiaran, sarana komunikasi
radio internal, navigasi dan komunikasi keselematan 4. IK-4 Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap
pelayaran dan penerbangan. perizinan spektrum frekuensi radio, sertifikasi
operator radio, sertifikasi alat perangkat
(2) Sertifikasi Operator Radio, yaitu layanan publik
telekomunikasi, dan pengujian alat perangkat
sertifikasi untuk operator radio, pelayanan amatir
telekomunikasi
radio dan komunikasi radio antar penduduk.
52
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Survei Kepuasan Masyarakat Ditjen. SDPPI Kemkominfo c. Data pengajuan sertifikat, pelayanan yang dapat
2017 bertujuan untuk mengevaluasi kinerja 4 Unit diselesaikan tepat waktu pada Sertifikasi Operator
Layanan, yaitu Spektrum Frekuensi Radio (SFR), Sertifikasi Radio
Operator Radio (SOR), Sertifikasi Alat dan Perangkat
Telekomunikasi, dan Pengujian Alat dan Perangkat REOR
Telekomunikasi. NO KOTA PESERTA LULUS % PERMOHO-
NAN MASUK
Berikut ditampilkan beberapa data kinerja pelayanan
DAN CETAK
publik sepanjang tahun 2017 terkait dengan kegiatan-
SERTFIKAT
kegiatan yang disurvei, antara lain:
1 JAKARTA 2.009 1.987 98.91%
a. Data Permohonan ISR baru tahun 2017 yang dapat 2 SEMARANG 594 580 97.64%
diproses tepat waktu (maksimal 21 hari kerja – PM 4 3 SURABAYA 358 351 98.05%
Tahun 2015) untuk Dinas Tetap Bergerak Darat 4 BATAM 71 63 88.73%
5 ACEH* 148 148 100%
DINAS DINAS TOTAL ISR 6 PADANG* 21 20 95.24%
TETAP BERGERAK
Selesai diproses 47.646 14.116 61.762 SKOR
s.d ISR NO KOTA PESERTA LULUS % PERMOHO-
• Tepat waktu 47.636 13.638 61.274 NAN MASUK
• Tidak tepat 10 478 488 DAN CETAK
waktu SERTFIKAT
Penerbangan 2.342
x 100 % = 100 %
2.342
Maritim 1.502
x 100 % = 100 %
1.502
Satelit 7.308
x 100 % = 100 %
7.308
53
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
JENIS IZIN/SERTIFIKAT
No. WILAYAH
IAR SKAR IKRAP
1 DKI JAKARTA 742 309 214
2 NANGROE ACEH DARUSSALAM 147 25 182
3 SUMATERA UTARA 174 328 186
4 SUMATERA BARAT 168 146 120
5 JAMBI 154 126 27
6 RIAU 22 0 391
7 RIAU KEPULAUAN 79 81 27
8 SUMATERA SELATAN 392 236 443
9 BENGKULU 91 96 131
10 LAMPUNG 165 189 637
11 KALIMANTAN BARAT 180 173 126
12 KALIMANTAN SELATAN 1377 554 2
13 KALIMANTAN TENGAH 205 171 124
14 JAWA BARAT 1491 1748 1021
15 JAWA TENGAH 1108 893 1216
16 JAWA TIMUR 1282 797 1003
17 DI YOGYAKARTA 512 366 658
18 BALI 723 479 11
19 NUSA TENGGARA BARAT 176 303 26
20 NUSA TENGGARA TIMUR 18 146 62
21 KALIMANTAN TIMUR 336 261 268
22 SULAWESI UTARA 219 353 86
23 SULAWESI TENGAH 337 141 444
24 SULAWESI SELATAN 906 559 213
25 SULAWESI BARAT 47 37 0
26 SULAWESI TENGGARA 68 70 38
27 PAPUA 338 570 525
28 PAPUA BARAT 38 163 85
29 MALUKU 80 55 101
30 MALUKU UTARA 102 0 3
31 BANGKA BELITUNG 105 32 101
32 GORONTALO 104 85 86
33 BANTEN 227 163 526
34 KALIMANTAN UTARA - - 16
TOTAL 12.113 9.655 9.099
54
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
d. Jumlah Permohonan Pengujian Perangkat Sebagian besar berkas permohonan dengan prosentase
Telekomunikasi, selama tahun 2017 (s.d. Desember sebesar 98,2 % telah selesai diuji, berkas batal uji
2017) prosentase 0,3%, belum selesai sebanyak 1,5 %. Berkas
Batal Uji disebabkan beberapa faktor antara lain tidak
adanya konfirmasi ulang pihak pemohon setelah
NO PERMOHONAN Jumlah Persentase mengajukan berkas permohonan ke Laboratorium BBPPT
atau pemohon membatalkan pengujian. Berkas Belum
1 Berkas Selesai diuji ≤ 2270 84.04
selesai diuji disebabkan sample uji tersebut bermasalah
17 Hari Kerja
ketika dilakukan pengujian, disamping itu disebabkan
2 Berkas Selesai diuji > 403 14,92
oleh Jadwal Pengujian lapangan yang belum terjadwalkan
17 Hari Kerja
di tahun 2017.
3 Batal Uji 11 0,41
4 Belum Selesai 17 0,63 METODOLOGI PENELITIAN
5 Total 2701 100,0
• Metodologi penelitian untuk survei ini adalah metode
kuantitatif dengan wawancara tatap muka (face to
Sesuai dengan Permen kominfo 1 Tahun 2015 tentang face interview dan phone survey).
Per Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi ,
waktu proses pengujian adalah maksimal 17 hari kerja, • Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak
berkas permohonan yang diselesaikan lebih dari 17 Hari 1.012 responden (dari target sebanyak 1.000
disebabkan oleh banyak faktor antara lain: responden). Ukuran sampel ini berada dalam margin
of error sampling sebesar +/- 2,34% pada interval
- Out Of Spec Perangkat yang diuji kepercayaan 95,0% (cukup baik karena di bawah
+5,00%). Komposisi sampel sebagai berikut:
- Ditemukan feature lain pada saat diuji dan tidak
terdapat dlm SP2 • Skala ukuran dan metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
- Setting Perangkat, perangkat yang membutuhkan
setting khusus dari pabrikan
55
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
1. Pengukuran tingkat kepuasan responden dengan menggunakan skala Likert (1 – 4) dan kemudian dikonversi
menggunakan skala 100 untuk analisa. Skala dan interval konversi dan keterangan nilai adalah sebagai berikut :
Skala (1–4) Interval Skala (100) Mutu Layanan Nilai Mutu Layanan
2. Gap Analysis (kesenjangan) berguna untuk melihat kesenjangan kualitas pelayanan di Ditjen SDPPI Kemkominfo
dengan harapan (ekspektasi) publik. Analisa gap menggunakan grafik jaring laba-laba dan analisa skor gap [Gap =
Kepuasan Pelanggan – Harapan Pelanggan].
3. Prioritas peningkatan kinerja layanan di unit dapat diperoleh melalui Analisa IPA (Importance & Performance
Analysis) yang disajikan dalam bentuk diagram kartesius dua dimensi yang menghasilkan 4 tipe attribute clustering.
4. Pengukuran Indeks Integritas Pelayanan Publik (IIPP) dengan variabel, indikator serta bobot survei ini berpedoman
kepada parameter telah disusun oleh KPK.
56
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
57
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
REKOMENDASI
Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa capaian untuk indikator “Indeks kepuasan masyarakat terhadap
perizinan spektrum frekuensi radio, sertifikasi operator radio, sertifikasi alat perangkat telekomunikasi, dan
pengujian alat perangkat telekomunikasi” telah terlaksana dengan capaian (81), sehingga dapat disimpulkan bahwa
indikator ini tidak tercapai.
58
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
5. IK-5 Indeks integritas pelayanan publik perizinan spektrum frekuensi radio, sertifikasi operator radio,
sertifikasi alat perangkat telekomunikasi, dan pengujian alat perangkat telekomunikasi
Indikator Kinerja “Indeks integritas pelayanan publik perizinan spektrum frekuensi radio, sertifikasi operator radio,
sertifikasi alat perangkat telekomunikasi, dan pengujian alat perangkat telekomunikasi” memiliki target sebesar
8,7. Berdasarkan penjelasan diketahui bahwa nilai dari hasil survey dimaksud sebesar 8,29 sehingga prosentase
capaian Indikator Kinerja ini adalah 95,28%.
Indeks Integritas Pelayanan Publik (IPP) suatu unit layanan publik menggambarkan besaran tingkat konsistensi
petugas unit layanan publik dalam melaksanakan/ menerapkan peraturan perundang-undangan, prosedur,
dan kode etik unit layanan yang bersangkutan di dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat/pengguna
layanan. Standar indeks minimal yang ditetapkan KPK adalah 6 (skala 1-10).
Untuk keseluruhan unit layanan, Indeks Integritas Pelayanan Publik dari Ditjen SDPPI Kemkominfo adalah 8,29.
Artinya, Integritas Pelayanan sudah dinilai BAIK oleh pengguna layanan karena berada jauh di atas standar minimal
indeks yang ditetapkan KPK. Berdasarkan variabel dan indikator indeks, terlihat indeks integritas Akuntabilitas
Pegawai lebih tinggi dibandingkan Transparansi dan Akuntabilitas Pelayanan. Indikator Transparans Layanan
Publik mempunyai skor terendah, yaitu 7,77. Apabila digali lebih dalam lagi dari indikator tersebut, ditemukan
bahwa sub- indikator terendah adalah Bebas dari Diskriminasi dengan indeks sebesar 6,86. Indeks ini hanya sedikit
di atas (0,86) standard minimal yang ditetapkan oleh KPK. Indeks yang tertinggi ada pada sub-indikator Bebas dari
Penerimaan Suap dengan skor hampir sempurna, yakni 9,83.
59
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Indeks IPP untuk unit layanan Spektrum Frekwensi Radio adalah 8,31. Indeks ini jauh lebih tinggi dari dari
standard minimal KPK. Indikator Akuntabilitas Pegawai mempunyai indeks tertinggi yaitu 8,52. Indikator
Transparansi Layanan Publik mempunyai indeks terendah karena dipengaruhi oleh sub-indikator Bebas dari
Diskriminasi dengan indeks yang paling rendah yaitu 6,25. Nilai indeks ini hanya sedikit di atas standar minimal KPK
dengan perbedaan skor sebesar 0,25.
60
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Tabel 5. 19 Indeks Integritas Pelayanan Publik (IIPP) Layanan Perizinan Spektrum Frekuensi Radio
Basis : Responden Layanan Perizinan Spektrum Frekuensi Radio (n=292)
Indeks IPP untuk unit layanan Sertifikasi Operator Radio adalah 8,34. Indeks IPP unit ini paling tinggi di antara unit
layanan lainnya di Ditjen SDPPI KOMINFO. Indikator Akuntabilitas Pegawai mempunyai indeks tertinggi yaitu 8,46.
Indikator Transparansi Layanan Publik mempunyai indeks terendah (7,94), namum masih mendekati indeks 8.
Sub-indikator Bebas dari Diskriminasi mempunyai indeks yang paling rendah yaitu 7,52. Sub-indikator Bebas Dari
Penerimaan Suap mempunyai indeks tertinggi yaitu 9,52.
61
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Tabel 5. 20 Indeks Integritas Pelayanan Publik (IIPP) Layanan Sertifikasi Operasi Radio
Basis : Responden Layanan Sertifikasi Operasi Radio(n=324)
5.6.3 Indeks Integritas Pelayanan Publik (IIPP) SERTIFIKASI ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI
Indeks IPP untuk unit layanan Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi adalah 8,20. Unit layanan ini
mempunyai indeks IPP yang paling kecil dibandingkan unit lainnya. Indikator Akuntabilitas Pegawai mempunyai
indeks tertinggi yaitu 8,38. Indikator Transparansi Layanan Publik mempunyai indeks terendah (7,75). Sub-
indikator Bebas dari Diskriminasi mempunyai indeks yang paling rendah yaitu 6,72. Nilai indeks ini hanya sedikit
di atas standar minimal KPK dengan perbedaan skor 0,72. Sub-indikator Bebas Dari Penerimaan Suap mempunyai
indeks tertinggi yaitu 9,94.
62
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Tabel 5. 21 Indeks Integritas Pelayanan Publik (IIPP) Layanan Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi
Basis : Responden Layanan Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi(n=226)
5.6.4 Indeks Integritas Pelayanan Publik (IIPP) PENGUJIAN ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI
Indeks IPP untuk unit layanan Pengujian Alat dan Perangkat Telekomunikasi adalah 8,31. Seperti halnya unit
layanan lainnya, Indikator Akuntabilitas Pegawai mempunyai indeks tertinggi yaitu 8,51. Indikator Transparansi
Layanan Publik mempunyai indeks terendah (7,67). Sub- indikator Bebas dari Diskriminasi mempunyai indeks yang
paling rendah yaitu 6,96. Nilai indeks ini hanya sedikit di atas standar minimal KPK dengan perbedaan skor 0,96.
Sub-indikator Bebas Dari Penerimaan Suap mempunyai indeks tertinggi yaitu 9,94.
63
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Tabel 5. 22 Indeks Integritas Pelayanan Publik (IIPP) Layanan Pengujian Alat dan Perangkat Telekomunikasi
Basis : Responden Layanan Pengujian Alat dan Perangkat Telekomunikasi (n=170)
Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa capaian untuk indikator “Indeks integritas pelayanan publik perizinan
spektrum frekuensi radio, sertifikasi operator radio, sertifikasi alat perangkat telekomunikasi, dan pengujian alat
perangkat telekomunikasi” telah terlaksana, namun tidak sesuai target yang telah ditetapkan (8,7), sehingga dapat
disimpulkan bahwa indikator ini tidak tercapai.
64
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Kinerja Lainnya
Implementasi teknologi di era digital saat ini telah Saat ini perangkat video conference sudah terinstall
menjadi kunci utama dalam memberikan keunggulan di ruang rapat kantor pusat Ditjen SDPPI dan 7
bersaing (competitive advantage) di dalam sebuah UPT Balai monitoring frekuensi. Terdapat 3 jenis
organisasi. Namun penggunaan teknologi juga harus perangkat utama yang ada saat ini yaitu kamera,
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari organisasi receiver, dan microphone. Komunikasi berupa data,
itu sendiri. Dalam rangka mendukung tujuan suara, dan gambar pada perangkat video conference
organisasi dan pelaksanakan reformasi birokrasi, ini dilakukan melalui jaringan internet dengan
Ditjen SDPPI melalui arahan Bapak Dirjen berinisiatif kebutuhan minimal bandwidth adalah 500 Kbps.
untuk mengimplementasikan video conference
sebagai salah satu sarana dalam melakukan
kolaborasi dan mempercepat aliran informasi kepada
seluruh stakeholder. Gambar 1.2.1 Topologi perangkat video conference di
Ditjen SDPPI
Untuk merespon hal tersebut, tim TI Setditjen
SDPPI melakukan assessment terhadap kondisi
dan kesiapan infrastruktur TI dan menentukan
prioritas satuan kerja di UPT yang akan
mengimplementasikan video conference sebagai
pilot project. Berdasarkan hasil assessment terdapat
7 UPT yang mendapatkan perangkat diantaranya
: UPT Palembang, UPT Semarang, UPT Surabaya,
UPT Denpasar, UPT Pontianak, UPT Makassar, UPT
Manado.
65
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.2.1, Selain penghematan terhadap biaya perjalanan,
seluruh perangkat video conference yang ada di lebih dari 95% organisasi merasakan dampak yang
Ditjen SDPPI sudah terpasang dan dapat berjalan signifikan yaitu terjadinya peningkatan kerjasama
dengan baik, namun demikian setelah dilakukan dalam anggota tim. Dengan adanya investasi
simulasi secara stimultan antara kantor pusat dan 7 terhadap video conference di Ditjen SDPPI ini
UPT secara bersamaan masih ditemukenali terdapat diharapkan dapat berjalan dengan baik dan
masalah jaringan internet yang ada di masing-masing memberikan manfaat untuk organisasi.
UPT.
Hasil survey juga menginformasikan bahwa terdapat
1.3. Tantangan dan Peluang beberapa tantangan yang dihadapi oleh organisasi
yang mengimplementasikan video conferece
Sebagai instansi pemerintah yang memiliki unit kerja
diantaranya :
tersebar di seluruh wilayah Indoensia, komunikai dan
kolaborasi antar pegawai yang ada di kantor pusat o Keterbatasan implementasi yang disebabkan oleh
dan di daerah menjadi titik kritikal dalam menjalankan kebutuhan investasi yang besar dan kesesuaian
dan mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya dengan infrastruktur eksisting yang ada di Ditjen
konektivitas jaringan internet yang bersifat terbuka SDPPI;
dan terdistribusi, maka permasalahan ketersediaan
o Kurangnya dukungan dari top management ;
akses dan hambatan jarak dapat dihilangkan.
o Tidak dapat digunakan oleh banyak end point
Berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh
sehingga hanya terbatas pada ruangan-ruangan
Quocirca yaitu lembaga riset yang fokus melakukan
tertentu yang sudah dilakukan instalasi;
penelitian terhadap dampak teknologi terhadap
bisnis, didapatkan bahwa manfaat yang paling o Tidak dapat berjalan pada sistem TI yang sudah
banyak dirasakan oleh organisasi yang berhasil berjalan di organisasi;
mengimplementasikan video conference adalah
adanya penghematan terhadap biaya perjalanan o Pemanfaatan kurang optimal, sebagaian besar hanya
(cost saving on travel) seperti yang ditunjukkan pada untuk kebutuhan komunikasi dengan organisasi
Gambar 1.3.1 internal;
66
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
2. Penyelamatan Filling Satelit Indonesia di ITU 146E dengan frekuensi C band dan Ku band. Filing
ini didaftarkan Indonesia ke ITU sejak tahun 1998 .
Pada tahun 2017, 2 filing satelit Indonesia terancam Slot ini dioperasional oleh PT. PSN untuk memberikan
dihapus oleh Biro Radiokomunikasi ITU karena tidak layanan komunikasi satelit bagi masyarakat
dapat memenuhi ketentuan Peraturan Radio ITU. Indonesia.
Oleh karena itu Administrasi Indonesia mengajukan
permasalahan ini ke sidang Radio Regulation Board
67
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
• Upaya lain yang dilakukan oleh Ditjen SDPPI adalah • Pada slot orbit 150,5BT Indonesia telah mendaftarkan
melakukan pertemuan antara Dirjen SDPPI dengan filing satelit PALAPA-C4 dan PALAPA-C4-A dengan
Direktur Radiokomunikasi ITU, Mr. Francois Rancy, frekuensi C band dan Ku band sejak tahun 1993.
untuk menjelaskan pentingnya satelit dan slot orbit Pada mulanya slot ini dioperasikan oleh PT.
146BT bagi pembangunan Indonesia. Indosat,Tbk dan sejak tahun 2015 dioperasional
oleh PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (BRI). BRI
menggunakan slot ini untuk memberikan layanan
komunikasi satelit untuk layanan perbankan BRI
kepada masyarakat Indonesia.
68
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
• Pada tahun 2009, untuk menambah kapasitas • Perjuangan menambah spektrum di slot orbit 150,5
frekuensi Ku band di slot orbit 150,5 BT maka BT dilakukan dengan cara mengajukan banding
Indonesia mendaftarkan filing satelit PALAPA- kepada Radio Regulation Board ITU sesuai dengan
C4-K. Namun dalam perjuangan untuk menambah prosedur yang berlaku di ITU.
kapasitas spektrum tersebut terkendala pada adanya
• Selanjutnya Indonesia menyiapkan dan
perpindahan pengelolaan filing satelit di slot orbit
mengirimkan proposal pembelaan untuk tetap dapat
150,5 BT dari Indosat ke BRI di tahun 2014 – 2015,
menggunakan spektum frekuensi Ku tersebut di slot
dan pengadaan satelit BRISAT yang baru akan
orbit 150,5 BT ke Sidang RRB ke 76 pada tanggal 6 -
meluncur di tahun 2016. Sehingga dalam memenuhi
10 November 2017. Proposal pembelaan Indonesia
periode regulatori filing 7 tahun yaitu tahun 2016,
ke Sidang RRB disiapkan oleh Tim Kemkominfo,
pada tahun 2015 BRI menyewa satelit interim
Kemlu dan PT. BRI.
untuk dapat mengoperasionalkan filing tersebut,
namun tidak semua frekuensi Ku band dapat • Upaya lain yang dilakukan oleh Ditjen SDPPI adalah
dioperasionalkan, ada sebagian frekuensi Ku band melakukan pertemuan Biro Radiokomunikasi
yang tidak terdapat pada satelit interim. ITU, untuk menjelaskan pentingnya spektrum
frekuensi Ku satelit untuk negara Indonesia yang
• Pada tahun 2016, sebagian frekuensi Ku tersebut
kondisi geografisnya unik serta kebutuhan BRI
terancam tidak dapat digunakan Indonesia pada
untuk meningkatkan layanan perbankan kepada
slot 150,5 BT, karena Indonesia tidak bisa memenuhi
masyarakat Indonesia dan mendukung program
ketentuan ITU.
pemerintah yaitu ekonomi digital.
• Tidak dapat digunakannya sebagian frekuensi Ku
Hasil Upaya Penyelamatan
band ini akan merugikan Indonesia karena gagal
untuk menambah kapasitas spektrum Ku band di • Pada sidang RRB ke-76, RRB memutuskan bahwa
Indonesia, sehingga BRI tidak dapat menambah permintaan perpanjangan masa laku frekuensi Ku
layanan perbankan mereka untuk melayani band Indonesia diputuskan oleh sidang WRC-19. Biro
masyarakat Indonesia di daerah-daerah terpencil Radiokomunikasi ITU diminta untuk tidak menghapus
yang tidak dapat terjangkau oleh fiber optic dan frekuensi Ku band Indonesia sampai adanya
layanan perbankan bergerak seperti di mobil dan keputusan sidang WRC-19.
di kapal, serta kerugian bagi operator satelit karena
sebagian kapasitas satelitnya tidak dapat digunakan. Kondisi Saat ini
Kehilangan ini setara dengan 3 transponder Ku @ 72
Saat ini frekuensi tersebut masih dapat dikatakan
MHz.
aman dan dapat dioperasionalkan sampai dengan
Upaya Penyelamatan oleh Ditjen SDPPI keputusan berikutnya tahun 2019 pada sidang WRC-
19.
• Untuk perjuangan menambah kapasitas spektrum
frekuensi Ku di slot orbit 150,5BT, Ditjen SDPPI 3. Penanganan Masalah Satelit Telkom-1
membentuk tim penyelamatan dengan melibatkan
Pada tanggal 28 Agustus 2017, Direktur Utama
Direktorat Penataan Sumber Daya, Bagian Hukum
Telkom melaporkan bahwa sejak tanggal 25
SDPPI, Pusat Kerjasama Internasional, Kementerian
Agustus 2017 satelit Telkom-1 yang berada di slot
Luar Negeri, Perwakilan Tetap Indonesia di Jenewa
orbit 108 BT telah mengalami gangguan teknis
serta operator satelit PT. BRI, Tbk..
yang menyebabkan satelit Telkom-1 tidak dapat
69
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
berfungsi. Gangguan ini menyebabkan terputusnya antenna parabola ground segment sebesar 81%
layanan satelit Telkom-1 kepada masyarakat serta memanfaatkan dua teknologi alternatif
sehingga layanan satelit Telkom-1 harus dialihkan sebagai solusi temporer, yaitu menggunakan sistem
ke satelit lain seperti satelit Telkom-3S, Telkom-2 dan machine to machine (M2M) sebesar 14% kemudian
satelit asing lain. Kegagalan fungsi satelit Telkom-1 menggunakan fiber optik sebesar 5%.
telah menyebabkan putusnya layanan ribuan ATM
Selanjutnya pada tanggal 22 Desember 2017,
berbagai bank di seluruh Indonesia. Ada 15.019 sites
Telkom melaporkan bahwa proses shutdown satelit
perbankan yang terdampak akibat gangguan ini yang
Telkom-1 telah dilakukan pada tanggal 8 Desember
terdiri dari 11.574 sites layanan ATM dan 3.445 sites
2017, dan telah berusaha untuk melakukan upaya
Non-ATM.
orbit raising sebanyak 41 kali sejak tanggal 1
Atas kegagalan fungsi satelit Telkom-1, maka September – 29 November 2017 dan berhasil
perlu segera dilakukan upaya untuk menyediakan menurunkan probabilitas satelit Telkom-1 masuk
transponder pengganti dari satelit lain serta upaya wilayah geostasioner secara signifikan. Telkom juga
regulasi untuk menjaga keberlangsungan filing satelit telah mengadakan asuransi third party liability dan
Indonesia di slot orbit 108BT. PT. Telkom menyatakan menjalin kerjasama dengan Commercial Space
bahwa proses migrasi layanan satelit Telkom-1 ke Operations Center (ComSpOC) yang merupakan
satelit pengganti ditargetkan akan diselesaikan institusi independen Amerika Serikat yang
paling lambat 10 September 2017. menyediakan data posisi satelit baik yang yang aktif
maupun yang telah di shutdown.
Pada tanggal 30 Agustus 2017 Telkom melaporkan
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Lockheed Saat ini satelit pengganti Telkom-1, yaitu satelit
Martin (pabrikan pembuat satelit), satelit Telkom-1 Telkom-4 sedang dalam pembangunan di pabrikan
mengalami kebocoran bahan bakar sehingga satelit Space System Loral (SSL) Amerika Serikat.
sisa bahan bakar berada di bawah level minimum. Rencananya satelit Telkom 4 akan meluncur pada
Akibatnya satelit Telkom tidak dapat dipulihkan lagi pertengahan tahun 2018.
dan harus segera di shut down. Proses deorbit satelit
4. Implementasi Tanda Tangan Digital
Telkom hanya bisa dilakukan secara bertahap.
a. Dasar Hukum
Dalam rangka menjaga keberlangsungan filing
Indoesia di slot orbit 108BT, pada tanggal 5 1. UU No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE
September 2017, Kemkominfo mengirimkan surat
ke ITU untuk meminta suspensi filing satelit Telkom Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum
di slot orbit 108 BT sejak tanggal 27 Agustus 2017. dan akibat hukum yang sah selama memenuhi
Permohonan ini telah diterima oleh ITU, sehingga persyaratan sebagai berikut:
filing Indonesia di slot orbit 108 BT saat ini telah
1) data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait
memiliki status suspensi sampai tahun 2020.
hanya kepada Penanda Tangan;
Pada tanggal 12 September 2017, Telkom
2) data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat
menyampaikan bahwa seluruh pelanggan satelit
proses penanda-tanganan elektronik hanya berada
Telkom-1 yang berjumlah 63 pelanggan telah
dalam kuasa Penanda Tangan;
berhasil dimigrasikan ke satelit lain. Telkom
menyatakan bahwa 15.019 sites yang menggunakan 3) segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik
satelit Telkom-1 sudah pulih, baik 11.574 sites yang terjadi setelah waktu penandatanganan dapat
layanan ATM maupun 3.445 sites Non-ATM. Di dalam diketahui;
pemulihan layanannya, Telkom melakukan repointing
70
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
4) segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang b) dibuktikan dengan Sertifikat Elektronik.
terkait dengan Tanda Tangan Elektronik tersebut
3) Tanda Tangan Elektronik tidak tersertifikasi
setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibuat
5) terdapat cara tertentu yang dipakai untuk tanpa menggunakan jasa penyelenggara sertifikasi
mengidentifikasi siapa Penandatangannya; dan elektronik.
b) keutuhan dan keautentikan Informasi Elektronik. d) berada dalam kuasa Penanda Tangan.
2) Tanda Tangan Elektronik dalam Transaksi Elektronik 2) Sebelum dilakukan penandatanganan, Informasi
merupakan persetujuan Penanda Tangan atas Elektronik yang akan ditandatangani wajib diketahui
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan dipahami oleh Penanda Tangan.
yang ditandatangani dengan Tanda Tangan
3) Persetujuan Penanda Tangan terhadap Informasi
Elektronik tersebut.
Elektronik yang akan ditandatangani dengan
3) Dalam hal terjadi penyalahgunaan Tanda Tangan Tanda Tangan Elektronik wajib menggunakan
Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mekanisme afirmasi dan/atau mekanisme lain yang
oleh pihak lain yang tidak berhak, tanggung jawab memperlihatkan maksud dan tujuan Penanda Tangan
pembuktian penyalahgunaan Tanda Tangan untuk terikat dalam suatu Transaksi Elektronik
Elektronik dibebankan kepada Penyelenggara Sistem
4) Metode dan teknik yang digunakan untuk membuat
Elektronik.
Tanda Tangan Elektronik paling sedikit harus
Pasal 54 memuat:
a) Tanda Tangan Elektronik tersertifikasi; dan b) waktu pembuatan Tanda Tangan Elektronik; dan
b) Tanda Tangan Elektronik tidak tersertifikasi. c) Informasi Elektronik yang akan ditandatangani.
2) Tanda Tangan Elektronik tersertifikasi sebagaimana 5) Perubahan Tanda Tangan Elektronik dan/atau
dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi Informasi Elektronik yang ditandatangani setelah
persyaratan: waktu penandatanganan wajib diketahui, dideteksi,
atau ditemukenali dengan metode tertentu atau
a) dibuat dengan menggunakan jasa penyelenggara
dengan cara tertentu.
sertifikasi elektronik; dan
71
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
1) Sebelum Tanda Tangan Elektronik digunakan, Penerapan Tanda tangan digital adalah salah satu
Penyelenggara Tanda Tangan Elektronik wajib program unggulan dari kementerian komunikasi
memastikan identifikasi awal Penanda Tangan dan informatika, dan program tersebut harus
dengan cara: diimplementasi pada tahun 2017. Penerapan tanda
tangan elektronik ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a) Penanda Tangan menyampaikan identitas kepada
Penyelenggara Tanda Tangan Elektronik; - Tahap 1, pada tahap yang dilakukan pada tahun
2017, tidak mengubah bisnis proses pada aplikasi
b) Penanda Tangan melakukan registrasi kepada
perizinan (spectraplus) dengan cara membubuhkan
Penyelenggara atau Pendukung Layanan Tanda
tanda tangan elektronik pada dokumen ISR dan
Tangan Elektronik; dan
SPP yang terbit, pembubuhan tersebut dilakukan
c) Dalam hal diperlukan, Penyelenggara Tanda Tangan pada jam 6 pagi dan 6 sore sehingga dokumen yang
Elektronik dapat melimpahkan secara rahasia data terkirim dan yang disimpan pada database berbeda.
identitas Penanda Tangan kepada Penyelenggara Yang terkirim belum ada tanda tangan digital
Tanda Tangan Elektronik lainnya atau Pendukung sedangkan yang tersimpan sudah ada tanda tangan
Layanan Tanda Tangan Elektronik dengan digitalnya.
persetujuan Penanda Tangan.
- Tahap 2, akan dilaksanakan pada tahun,
2) Mekanisme yang digunakan oleh Penyelenggara pembubuhan tanda tangan elektronik akan dilakukan
Tanda Tangan Elektronik untuk pembuktian identitas oleh sistem perizinan. Dan tidak ada lagi perbedaan
Penanda Tangan secara elektronik wajib menerapkan antara dokumen yang dikirim dengan dokumen yang
kombinasi paling sedikit 2 (dua) faktor autentikasi. disimpan.
3) Proses verifikasi Informasi Elektronik yang Penerapa tanda tangan digital ini sangat
ditandatangani dapat dilakukan dengan memeriksa memperhatikan aspek keamanan pemilik tanda
Data Pembuatan Tanda Tangan Elektronik tangan digital yang disimpan pada server yang hak
untuk menelusuri setiap perubahan data yang aksesnya hanya diketahui oleh pemilik p12 (Direktur
ditandatangani. Operasi Sumber Daya)
72
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
73
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
74
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
75
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Realisasi Anggaran
Realisasi Belanja periode 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp699,297,737,853 atau 90,97% dari anggaran belanja
sebesar Rp768,727,418,000. Rincian anggaran dan realisasi belanja periode 31 Desember 2017 adalah sebagai :
2017
URAIAN %
ANGGARAN REALISASI
Belanja Pegawai 191,440,630,000 173,924,365,587 90.85
Belanja Barang 537,095,956,000 490,556,195,628 91.33
Belanja Modal 40,190,832,000 34,817,176,638 86.63
Total Belanja 768,727,418,000 699,297,737,853 90.97
76
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
77
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
04
PENUTUP
78
Laporan Kinerja 2017 Ditjen SDPPI
Tahun 2017 ini, sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh Bahkan Indikator Kinerja unggulan Ditjen SDPPI mampu
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Sumber Daya dan mencapai target lebih dari 100% yaitu Indikator Kinerja
Perangkat Pos dan Informatika menjadi pedoman kerja (IK) “Persentase (%) ketersediaan tambahan spektrum
dan menjadi prinsip dasar pelayanan prima yang harus frekuensi sebesar 350 MHz untuk mobile broadband”,
diberikan oleh unit/satuan kerja di lingkungan Direktorat Penambahan spektrum frekuensi mencapai 246 MHz
Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika. (akumulatif s.d. Tahun 2017) untuk mobile broadband,
padahal target semula hanya 50% sedang realisasi 70,29%.
Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan
Dan yang tidak kalah penting, PNBP yang diamanatkan
Informatika sebagai bagian dari Kementerian Komunikasi
kepada Ditjen SDPPI juga dapat diperoleh melebihi target
dan Informatika mengemban tugas untuk mengelola
yang ditetapkan hingga mencapai 129%.
salah satu sumber daya terbatas milik negara yaitu
spektrum frekuensi radio dan orbit satelit serta mengatur Namun demikian ada Indikator Kinerja (IK) yang diakui
sertifikasi perangkat informatika yang diperdagangkan tidak maksimal capaiannya yaitu “Indeks kepuasan
di wilayah Indonesia. Misi SDPPI adalah mewujudkan masyarakat terhadap perizinan spektrum frekuensi
tatanan spektrum frekuesi radio yang efisien untuk radio, sertifikasi operator radio, sertifikasi alat perangkat
mendorong pembangunan ekonomi berbasis wireless telekomunikasi, dan pengujian alat perangkat
broadband. Kinerja Ditjen SDPPI sangat mempengaruhi telekomunikasi” capaian 98,78% (target 82, realisasi 81)
ketersediaan dan kualitas penyediaan telekomunikasi serta Indikator Kinerja (IK) “Indeks integritas pelayanan
terutama telekomunikasi yang menggunakan spektrum publik perizinan spektrum frekuensi radio, sertifikasi
frekuensi (nirkabel) yang dewasa ini sangat pesat operator radio, sertifikasi alat perangkat telekomunikasi,
perkembangannya. Oleh karenanya Ditjen SDPPI dan pengujian alat perangkat telekomunikasi” capaian
menyadari banyaknya tantangan dalam pengelolaan 95,28% (target 8,7, realisasi 8,29).
sumber daya dan mengatur sertifikasi seperti cepatnya
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) ini semoga
perkembangan teknologi dan membanjirnya perangkat
dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi penting
informatika yang beredar menuntut peningkatan
untuk mengetahui peran dan menilai kinerja Ditjen
kemampuan aparat sehingga mampu meningkatkan
SDPPI. Pada LKIP ini sudah digunakan indikator kinerja
kinerja pelayanan Ditjen SDPPI.
kuantitatif dan analisis hasil capaian diuraikan secara
Berdasarkan Penetapan Kinerja Ditjen SDPPI tahun deskriptif diharapkan dapat memudahkan pembaca
2017, telah ditetapkan 5 (lima) Indikator Kinerja yang untuk memberikan penilaian dan masukan terhadap
mendukung 2 (dua) Sasaran Program Ditjen SDPPI. Dari kesempurnaan LKIP ini. Dengan demikian, laporan ini
hasil analisa dan pengukuran capaian kinerja di tahun dapat menjadi alat untuk menginventarisasi keberhasilan
2017, Ditjen SDPPI cukup berhasil mencapai beberapa dan permasalahan-permasalahan yang ada, dan dengan
indikator kinerja berdasarkan tugas pokok, fungsi dan misi demikian dapat dimanfaat kan untuk proses perencanaan
yang diembannya. selanjutnya.
79
Bagian Penyusunan Program dan Pelaporan - Setditjen SDPPI
Gedung Sapta Pesona Lt. V
Jl. Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta 10110, Indonesia
Telp : +62 21 3835857, 3835855
Faks : +62 21 3860790
Email : evalap@postel.go.id