ABSTRAK
Kata kunci: analisis permintaan, Error Correction Model (ECM), industri asuransi
jiwa syariah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
besar dalam pengembangan industri asuransi syariah global. Hal ini semakin
diperkuat dengan kapasitas Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk
muslim terbesar di dunia. Sehingga, sudah selayaknya Indonesia menjadi pasar
yang sangat potensial bagi produk-produk asuransi syariah. Berbagai potensi yang
dimiliki Indonesia membuat industri asuransi syariah semakin tumbuh dan
berkembang. Perkembangan industri asuransi syariah di Indonesia dimulai pada
tahun 1994 yang ditandai dengan pendirian PT. Syarikat Takaful Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, industri asuransi syariah semakin menunjukkan
perkembangan yang positif. Salah satunya dapat dilihat dari peningkatan jumlah
perusahaan asuransi syariah dan reasuransi syariah. Berdasarkan Data Statistik
Perasuransian OJK, hingga Desember 2017 terdapat 63 perusahaan asuransi dan
reasuransi yang dijalankan dengan berlandaskan prinsip syariah.
Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan
industri asuransi syariah adalah dengan melihat kinerja industri asuransi syariah,
salah satunya kontribusi bruto (premi). Kontribusi bruto industri asuransi syariah
pada tahun 2017 mencapai 13.74 triliun rupiah (Statistik Perasuransian OJK 2017).
Kontribusi bruto terbesar industri asuransi syariah berasal dari sektor asuransi
jiwa syariah yang mencapai total konstribusi bruto sebesar 11.09 triliun rupiah.
Hal ini menunjukkan bahwa asuransi jiwa syariah memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap perkembangan industri asuransi syariah di Indonesia.
Kontribusi bruto atau premi menjadi sumber pendapatan utama perusahaan
asuransi. Peningkatan atau penurunan kontribusi bruto menunjukkan bahwa
terdapat perubahan pengeluaran masyarakat terhadap jasa asuransi sehingga dapat
mengindikasikan terjadinya peningkatan atau penurunan terhadap permintaan jasa
asuransi. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi bruto memiliki peranan penting
dalam perhitungan fungsi permintaan asuransi jiwa.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE PENELITIAN
Error Correction Model (ECM) atau biasa disebut model koreksi kesalahan
merupakan metode ekonometrika yang digunakan untuk mengoreksi
keseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang (Juanda
2012). Penggunaan model ECM dilakukan apabila terdapat kointegrasi pada
sekelompok variabel yang tidak stasioner sebelum dideferensi namun stasioner
pada first difference. Walaupun demikian, keberadaan kointegrasi belum tentu
menjamin terjadinya keseimbangan dalam jangka pendek. Langkah awal yang
dilakukan sebelum meregresikan model ECM adalah sebagai berikut:
2. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui keberadaan hubungan
kointegrasi di antara variabel-variabel yang tidak stastioner pada model. Uji
kontegrasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Engle-Granger
5
Cointegration Test yang terdiri atas dua tahap yaitu: menghitung nilai residual
model dari persamaan regresi Ordinary Least Square (OLS) dan tahap selanjutnya
adalah menggunakan metode uji Augmented Dickey Fuller untuk menguji
stasioneritas pada residual model. Apabila residual model stasioner pada level,
maka dapat disimpulkan regresi tersebut merupakan regresi yang terkointegrasi.
Berikut model jangka pendek dan jangka panjang yang digunakan dalam
penelitian ini:
Keterangan :
= Logaritma natural total premi asuransi jiwa syariah (miliar rupiah)
α0 = Intersep
α1,..., α11 = Koefisien
∆ = Diferensiasi (First difference)
= Imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (persen)
= Tingkat inflasi yang diharapkan (persen)
= Market Share BUS dan UUS
= Tingkat pertumbuhan Indeks Produksi Industri (persen)
= Rasio pengeluaran pemerintah bidang sosial (persen)
- = Logaritma natural total premi asuransi jiwa syariah pada lag 1 (miliar
rupiah)
-
= Imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada lag 1 (persen)
- = Tingkat inflasi yang diharapkan pada lag 1 (persen)
- = Market Share BUS dan UUS pada lag 1 (persen)
- = Tingkat pertumbuhan Indeks Produksi Industri pada lag 1 (persen)
- = Rasio pengeluaran pemerintah bidang sosial pada lag 1 (persen)
jumlah peserta asuransi jiwa syariah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2013, terdapat sebanyak 4 306 098 masyarakat yang telah menjadi
peserta asuransi jiwa syariah. Hingga akhir tahun 2017, jumlah peserta asuransi
jiwa syariah menjadi 7 489 541 peserta. Walaupun terus mengalami peningkatan,
jumlah peserta asuransi jiwa syariah Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya
mencapai 3.61 persen dari total jumlah penduduk muslim atau hanya sebesar
13.10 persen dari total peserta asuransi jiwa di Indonesia.
Kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan menyebabkan peserta asuransi
jiwa syariah di Indonesia tersebar di berbagai provinsi. Data OJK (2018)
menunjukkan bahwa sebaran jumlah peserta asuransi jiwa syariah di Indonesia
belum terdistribusi secara merata. Jumlah peserta asuransi jiwa syariah tertinggi
berada di provinsi DKI Jakarta dengan jumlah peserta sebesar 3 568 564 jiwa.
Jumlah tersebut sangat berbeda jauh dengan jumlah peserta asuransi jiwa syariah
di provinsi-provinsi lainnya. Provinsi lainnya yang memiliki jumlah peserta
asuransi jiwa syariah terbanyak adalah provinsi Jawa Barat dengan jumlah peserta
sebesar 407 045 jiwa dan provinsi Jawa Timur dengan jumlah peserta sebesar 219
327 jiwa. Adapun, provinsi dengan jumlah peserta asuransi jiwa syariah terendah
adalah provinsi Maluku dengan jumlah peserta sebesar 641 jiwa.
Table 1 Hasil estimasi model jangka pendek (ECM) dan jangka panjang
Model ECM yang digunakan dalam penelitian bersifat valid. Hal tersebut
dilihat dari koefisien variabel LN_PREMIt-1 atau Error Correction Term (ECT)
memiliki nilai negatif dan signifikan secara statistik pada taraf nyata (α=1%)
dengan nilai koefisien ECT sebesar 0.574150. Adapun syarat pengujian asumsi
klasik pada model juga telah terpenuhi, dengan hasil sebagai berikut:
1. Model estimasi telah terdistibusi normal yang ditunjukkan dengan nilai
probabilitas Jarque-Bera pada model sebesar 0.067476.
2. Model estimasi telah terhindar dari masalah autokorelasi yang ditunjukkan
dengan nilai probabilitas chi-square sebesar 0.9268.
3. Model estimasi telah terhindar dari masalah heteroskedastisitas yang
ditunjukkan dengan nilai probabilitas chi-square sebesar 0.0715.
4. Model estimasi telah terhindar dari gejala multikolinearitas yang ditunjukkan
dengan nilai nilai centered VIF seluruh variabel yang lebih kecil dari 10
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA