Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEMINAR

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan


Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia
Nama/NIM : Anna Nurdiana / H54150039
Pembimbing : 1. Dr.rer.nat. Jaenal Effendi, S,Ag, MA
2. Ade Holis, SE, MSi
Pembahas : Nadhifa Khansa Riani / H54150002
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Juli 2019
Waktu/Tempat : 14.00 – 15.00 WIB/Ruang Seminar Eksyar

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
1

ABSTRAK

ANNA NURDIANA. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan


Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia. Dibimbing oleh JAENAL EFFENDI dan
ADE HOLIS.

Potensi pengembangan industri asuransi jiwa syariah di Indonesia belum


dimanfaatkan secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya permintaan
masyarakat terhadap produk asuransi jiwa syariah. Jumlah peserta asuransi jiwa
syariah Indonesia hanya mencapai 3.61 persen dari jumlah penduduk muslim
Indonesia atau 13.10 persen dari total peserta asuransi jiwa di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan asuransi jiwa syariah di Indonesia periode tahun 2014 – 2018.
Variabel-variabel yang digunakan meliputi pertumbuhan Industial production
Index (IPI), pangsa pasar (market share) perbankan syariah, inflasi yang
diharapkan, imbal hasil SBIS (SBIS rate) dan rasio pengeluaran pemerintah
bidang sosial. Penelitian ini menggunakan metode Error Correction Model
(ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pertumbuhan
Industrial Production Index (IPI) berpengaruh signifikan positif terhadap
permintaan asuransi jiwa syariah sedangkan variabel imbal hasil SBIS dalam
jangka pendek berpengaruh signifikan negatif terhadap permintaan asuransi jiwa
syariah di Indonesia.

Kata kunci: analisis permintaan, Error Correction Model (ECM), industri asuransi
jiwa syariah

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai jenis resiko dalam menjalani


kehidupan. Resiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian dari suatu kejadian
terutama yang bersifat merugikan. Konsep resiko dalam ajaran Islam telah
dijelaskan dalam Surat Luqman ayat 34: “Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” Asuransi
merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mengantisipasi suatu
resiko. Hal ini berkaitan dengan peran asuransi sebagai lembaga keuangan yang
menerima dan mengalihkan resiko dari nasabah. Menurut Undang-Undang No 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian, industri perasuransian turut berperan dalam
pembangunan nasional. Hal ini dapat terjadi melalui dukungan industri asuransi
terhadap resiko yang dihadapi sehari-hari oleh masyarakat dan sebagai sumber
pembiayaan pembangunan dalam jangka panjang. Berbagai peran tersebut
menunjukkan bahwa keberadaan industri asuransi dalam suatu negara sangatlah
diperlukan.
Menurut laporan Islamic Finansial Services Board (IFSB) tahun 2018, Asia
Tenggara (salah satunya Indonesia) menempati peringkat ketiga kawasan berperan
2

besar dalam pengembangan industri asuransi syariah global. Hal ini semakin
diperkuat dengan kapasitas Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk
muslim terbesar di dunia. Sehingga, sudah selayaknya Indonesia menjadi pasar
yang sangat potensial bagi produk-produk asuransi syariah. Berbagai potensi yang
dimiliki Indonesia membuat industri asuransi syariah semakin tumbuh dan
berkembang. Perkembangan industri asuransi syariah di Indonesia dimulai pada
tahun 1994 yang ditandai dengan pendirian PT. Syarikat Takaful Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, industri asuransi syariah semakin menunjukkan
perkembangan yang positif. Salah satunya dapat dilihat dari peningkatan jumlah
perusahaan asuransi syariah dan reasuransi syariah. Berdasarkan Data Statistik
Perasuransian OJK, hingga Desember 2017 terdapat 63 perusahaan asuransi dan
reasuransi yang dijalankan dengan berlandaskan prinsip syariah.
Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan
industri asuransi syariah adalah dengan melihat kinerja industri asuransi syariah,
salah satunya kontribusi bruto (premi). Kontribusi bruto industri asuransi syariah
pada tahun 2017 mencapai 13.74 triliun rupiah (Statistik Perasuransian OJK 2017).
Kontribusi bruto terbesar industri asuransi syariah berasal dari sektor asuransi
jiwa syariah yang mencapai total konstribusi bruto sebesar 11.09 triliun rupiah.
Hal ini menunjukkan bahwa asuransi jiwa syariah memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap perkembangan industri asuransi syariah di Indonesia.
Kontribusi bruto atau premi menjadi sumber pendapatan utama perusahaan
asuransi. Peningkatan atau penurunan kontribusi bruto menunjukkan bahwa
terdapat perubahan pengeluaran masyarakat terhadap jasa asuransi sehingga dapat
mengindikasikan terjadinya peningkatan atau penurunan terhadap permintaan jasa
asuransi. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi bruto memiliki peranan penting
dalam perhitungan fungsi permintaan asuransi jiwa.

Perumusan Masalah

Pada kenyataannya, berbagai potensi yang dimiliki Indonesia dalam upaya


pengembangan asuransi syariah belum dimanfaatkan secara optimal. Laporan
Islamic Finansial Services Board (2018) menyebutkan pada tahun 2016, Saudi
Arabia menjadi pasar terbesar industri asuransi syariah di dunia dengan nilai
kontribusi bruto mencapai 9.93 miliar dolar Amerika. Malaysia memimpin
industri asuransi syariah di Asia Tenggara dengan total kontribusi mencapai 1.79
miliar dolar Amerika dan Indonesia berada pada peringkat kedua dengan total
kontribusi 0.91 miliar dolar Amerika. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi
permintaan masyarakat terhadap produk asuransi syariah, Indonesia masih kalah
bersaing dengan negara-negara lain yang memiliki potensi pengembangan industri
asuransi syariah yang lebih rendah.
Menurut Data Statistic Bulanan IKNB Syariah (2018) kontribusi bruto
industri asuransi jiwa syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang
fluktuatif. Kontribusi bruto asuransi jiwa syariah mengalami penurunan yang
tajam yaitu pada Juni dan Juli 2018 dengan tingkat penurunan sebesar 81%
dibanding bulan sebelumnya. Penurunan tersebut menyebabkan pertumbuhan
kontribusi bruto asuransi jiwa syariah tidak mencapai target pertumbuhan yang
telah ditetapkan oleh Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (2016) yaitu minimal
sebesar 20%. Hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan permintaan
3

masyarakat terhadap jasa asuransi jiwa syariah. Gambar 1 menunjukkan


perkembangan nilai kontribusi bruto industri asuransi jiwa syariah periode Januari
2014 – Desember 2018.

Sumber: Statistik Bulanan IKNB Syariah OJK (diolah)


Gambar 1 Nilai kontribusi bruto industri asuransi syariah periode Januari 2014 –
Desember 2018

Indikasi penurunan permintaan masyarakat terhadap jasa asuransi jiwa


syariah semakin diperkuat dengan fakta bahwa jumlah pengguna asuransi jiwa
syariah di Indonesia hanya sebesar 7 489 541 peserta/polis. Dengan kata lain,
jumlah pengguna asuransi jiwa syariah di Indonesia hanya mencapai 3.61 persen
dari total jumlah penduduk muslim atau hanya sebesar 13.10 persen dari total
peserta asuransi jiwa konvensional (Statistik Perasuransian OJK 2017).
Menanggapi hal tersebut, diperlukan suatu upaya yang mampu
meningkatkan permintaan masyrakat terhadap produk-produk asuransi jiwa
syariah. Belum tersedianya perhitungan pasti mengenai fungsi permintaan
asuransi jiwa memungkinkan terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi
permintaan produk asuransi jiwa. Beberapa penelitian terdahulu telah
menunjukkan bahwa permintaan asuransi jiwa dapat dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi makro, institusional, dan kondisi sosial demografi suatu
masyarakat
Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan dalam rumusan masalah
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan permintaan asuransi jiwa syariah di Indonesia
periode tahun 2014 – 2018?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi permintaan asuransi jiwa
syariah di Indonesia periode tahun 2014 – 2018?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka penelitian ini


bertujuan untuk :
4

1. Memberikan gambaran umum mengenai perkembangan permintaan


asuransi jiwa syariah di Indonesia periode tahun 2014 – 2018.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan
asuransi jiwa syariah di Indonesia periode tahun 2014 – 2018.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang diperoleh dari


berbagai sumber dalam bentuk deret waktu (time series). Periode yang digunakan
adalah periode Januari 2014 hingga Desember 2018. Sumber data berasal dari
Statistik IKNB Syariah Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah
Otoritas Jasa Keuangan (SPS OJK), Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia,
APBN KITA Kementrian Keuangan dan pelengkap lain.

Metode Analisis Data

Analisis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.


Metode kuantitatif yang digunakan adalah analisis ECM (Error Correction
Model) dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2010 untuk
mengelompokkan data kemudian diolah menggunakan E-views 10. Adapun,
metode kualitatif yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Error Correction Model (ECM)

Error Correction Model (ECM) atau biasa disebut model koreksi kesalahan
merupakan metode ekonometrika yang digunakan untuk mengoreksi
keseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang (Juanda
2012). Penggunaan model ECM dilakukan apabila terdapat kointegrasi pada
sekelompok variabel yang tidak stasioner sebelum dideferensi namun stasioner
pada first difference. Walaupun demikian, keberadaan kointegrasi belum tentu
menjamin terjadinya keseimbangan dalam jangka pendek. Langkah awal yang
dilakukan sebelum meregresikan model ECM adalah sebagai berikut:

1. Uji Stasioneritas Data


Uji stasioneritas data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Augmented
Dickey-Fuller (ADF) test. Uji stasioneritas data dalam ADF dapat dilihat dengan
membandingkan nilai t-statistik dan nilai t-McKinnon Critic pada level 5%.
Apabila hasil pengujian menunjukkan nilai ADF test statistic lebih kecil daripada
McKinnon test critical values, maka data telah stasioner pada taraf nyata yang
telah ditentukan.

2. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui keberadaan hubungan
kointegrasi di antara variabel-variabel yang tidak stastioner pada model. Uji
kontegrasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Engle-Granger
5

Cointegration Test yang terdiri atas dua tahap yaitu: menghitung nilai residual
model dari persamaan regresi Ordinary Least Square (OLS) dan tahap selanjutnya
adalah menggunakan metode uji Augmented Dickey Fuller untuk menguji
stasioneritas pada residual model. Apabila residual model stasioner pada level,
maka dapat disimpulkan regresi tersebut merupakan regresi yang terkointegrasi.
Berikut model jangka pendek dan jangka panjang yang digunakan dalam
penelitian ini:

∆Ln_PREMI = α0 + α1∆SBIS_RATEt + α2∆LAG_INFLt + α3∆MSt +


α4∆IPIGROWTHt + α5∆RSSEt + α6Ln_PREMIt-1 +
α7SBIS_RATEt-1 + α8LAG_INFLt-1 + α9MSt-1 +
α10IPIGROWTHt-1 + α11RSSEt-1

Keterangan :
= Logaritma natural total premi asuransi jiwa syariah (miliar rupiah)
α0 = Intersep
α1,..., α11 = Koefisien
∆ = Diferensiasi (First difference)
= Imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (persen)
= Tingkat inflasi yang diharapkan (persen)
= Market Share BUS dan UUS
= Tingkat pertumbuhan Indeks Produksi Industri (persen)
= Rasio pengeluaran pemerintah bidang sosial (persen)
- = Logaritma natural total premi asuransi jiwa syariah pada lag 1 (miliar
rupiah)
-
= Imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada lag 1 (persen)
- = Tingkat inflasi yang diharapkan pada lag 1 (persen)
- = Market Share BUS dan UUS pada lag 1 (persen)
- = Tingkat pertumbuhan Indeks Produksi Industri pada lag 1 (persen)
- = Rasio pengeluaran pemerintah bidang sosial pada lag 1 (persen)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perkembangan Permintaan Asuransi Jiwa Syariah

Permintaan asuransi jiwa syariah yang diproksikan oleh tingkat kontribusi


bruto mulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 menunjukkan
perkembangan yang fluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan. Pada
Juni dan Juli 2018 mengalami penurunan sebesar 80 persen dibanding Mei 2018.
Menuju akhir tahun 2018, kontribusi bruto asuransi jiwa syariah kembali
mengalami peningkatan sehingga mencapai nilai kontribusi sebesar 1 102.02
miliar rupiah. Kontribusi bruto asuransi jiwa syariah mencapai nilai tertinggi pada
Oktober 2017 sebesar 1 521.18 miliar rupiah dengan tingkat peningkatan sebesar
72 persen dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan, nilai terendah kontribusi
bruto asuransi jiwa syariah terjadi pada Juni dan Juli 2018 sebesar 162.80 miliar
rupiah.
Permintaan asuransi jiwa syariah di Indonesia juga sangat berkaitan erat
dengan jumlah peserta asuransi jiwa syariah. Menurut data yang diliris OJK 2017,
6

jumlah peserta asuransi jiwa syariah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2013, terdapat sebanyak 4 306 098 masyarakat yang telah menjadi
peserta asuransi jiwa syariah. Hingga akhir tahun 2017, jumlah peserta asuransi
jiwa syariah menjadi 7 489 541 peserta. Walaupun terus mengalami peningkatan,
jumlah peserta asuransi jiwa syariah Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya
mencapai 3.61 persen dari total jumlah penduduk muslim atau hanya sebesar
13.10 persen dari total peserta asuransi jiwa di Indonesia.
Kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan menyebabkan peserta asuransi
jiwa syariah di Indonesia tersebar di berbagai provinsi. Data OJK (2018)
menunjukkan bahwa sebaran jumlah peserta asuransi jiwa syariah di Indonesia
belum terdistribusi secara merata. Jumlah peserta asuransi jiwa syariah tertinggi
berada di provinsi DKI Jakarta dengan jumlah peserta sebesar 3 568 564 jiwa.
Jumlah tersebut sangat berbeda jauh dengan jumlah peserta asuransi jiwa syariah
di provinsi-provinsi lainnya. Provinsi lainnya yang memiliki jumlah peserta
asuransi jiwa syariah terbanyak adalah provinsi Jawa Barat dengan jumlah peserta
sebesar 407 045 jiwa dan provinsi Jawa Timur dengan jumlah peserta sebesar 219
327 jiwa. Adapun, provinsi dengan jumlah peserta asuransi jiwa syariah terendah
adalah provinsi Maluku dengan jumlah peserta sebesar 641 jiwa.

Gambaran Umum Variabel yang digunakan

Gambar 2 Pertumbuhan IPI Gambar 3 Inflasi yang diharapkan

Gambar 4 Imbal hasil SBIS Gambar 5 Market share perbankan syariah


7

Gambar 6 Rasio pengeluaran pemerintah di bidang sosial

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Asuransi Jiwa


Syariah di Indonesia

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum melakukan


analisis diantaranya yaitu pengujian stasioneritas variabel, pengujian stasioneritas
residual variabel, pengujian model jangka pendek dan jangka panjang, serta
melakukan pengujian asumsi klasik pada model tersebut. Hasil uji stasioneritas
menunjukkan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian telah
stasioner pada taraf nyata 5 persen. Adapun, uji kointegrasi menunjukkan bahwa
residual (ut) telah stasioner pada level.

Model Jangka Pendek (ECM) dan Jangka Panjang

Table 1 Hasil estimasi model jangka pendek (ECM) dan jangka panjang

Variabel Koefisien Probabilitas


D(SBIS_RATE) -0.793532 0.0034*
D(LAG_INFL) 0.061487 0.3579
D(MS) 0.031442 0.9465
D(IPIGROWTH) -0.000690 0.9618
D(RSSE) 0.242040 0.3579
C 2.356889 0.1501
LN_PREMI(-1) -0.574150 0.0000*
SBIS_RATE(-1) 0.002003 0.9840
LAG_INFL(-1) 0.013612 0.6784
MS(-1) 0.248696 0.1001
IPIGROWTH(-1) 0.039143 0.0382**
RSSE(-1) -0.144445 0.6150
R-squared 0.493844
Adjusted R-squared 0.375382
Prob(F-statistic) 0.000264
Keterangan: *sig ifika pada taraf yata (α=1%)
**sig ifika pada taraf yata (α=5%)
8

Model ECM yang digunakan dalam penelitian bersifat valid. Hal tersebut
dilihat dari koefisien variabel LN_PREMIt-1 atau Error Correction Term (ECT)
memiliki nilai negatif dan signifikan secara statistik pada taraf nyata (α=1%)
dengan nilai koefisien ECT sebesar 0.574150. Adapun syarat pengujian asumsi
klasik pada model juga telah terpenuhi, dengan hasil sebagai berikut:
1. Model estimasi telah terdistibusi normal yang ditunjukkan dengan nilai
probabilitas Jarque-Bera pada model sebesar 0.067476.
2. Model estimasi telah terhindar dari masalah autokorelasi yang ditunjukkan
dengan nilai probabilitas chi-square sebesar 0.9268.
3. Model estimasi telah terhindar dari masalah heteroskedastisitas yang
ditunjukkan dengan nilai probabilitas chi-square sebesar 0.0715.
4. Model estimasi telah terhindar dari gejala multikolinearitas yang ditunjukkan
dengan nilai nilai centered VIF seluruh variabel yang lebih kecil dari 10

Hasil estimasi model menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang


berpengaruh signifikan terhadap permintaan asuransi jiwa syariah, yaitu imbal
hasil SBIS dan pertumbuhan IPI. Pada jangka pendek, variabel imbal hasil SBIS
berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata 1 persen terhadap permintaan
asuransi jiwa syariah di Indonesia dengan nilai koefisien sebesar -0.793532.
Hubungan ini menunjukkan bahwa ketika terjadi peningkatan imbal hasil SBIS
sebesar 1 persen maka akan menurunkan permintaan terhadap asuransi jiwa
syariah sebesar 0.793532 persen, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Sedangkan, dalam jangka panjang variabel imbal hasil SBIS berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap permintaan asuransi jiwa syariah di Indonesia
dengan nilai koefisien sebesar 0.00348.
Hasil penelitian pada jangka pendek sejalan dengan hasil penelitian Sherif
dan Ahmed (2017) dan Li et.,al (2007). SBIS sebagai instrument tabungan yang
bersaing dengan produk asuransi dapat lebih menarik minat masyarakat untuk
menginvestasikan dananya dikarenakan terdapat harapan akan memperoleh imbal
hasil yang lebih besar. Menurut Outreville (2011) tingginya imbal hasil SBIS
cenderung akan menyebabkan fungsi produk asuransi jiwa sebagai instrumen
tabungan menjadi kurang menarik dalam pandangan konsumen sehingga
permintaan terhadap produk asuransi jiwa syariah menjadi menurun.
Dalam jangka pendek, variabel IPI berpengaruh negatif namun tidak
signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap permintaan asuransi jiwa syariah di
Indonesia dengan nilai koefisien sebesar -0.000690. Adapun dalam jangka
panjang, variabel IPI berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen
terhadap permintaan asuransi jiwa syariah di Indonesia dengan nilai koefisien
jangka panjang sebesar 0.068175. Nilai koefisien jangka panjang diperoleh
melalui pembagian nilai koefisien variabel IPIGROWTHt-1 terhadap nilai
koefisien ECT. Hubungan ini menunjukkan bahwa ketika terjadi peningkatan
pertumbuhan IPI sebesar 1 persen maka meningkatkan permintaan terhadap
asuransi jiwa syariah sebesar 0.068175 dengan asumsi variabel lain dianggap
konstan.
Hasil penelitian pada jangka panjang sesuai dengan hasil dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu Sherif dan Shaairi (2013), Subir
Sen (2008), dan Prihantoro et.,al (2013). Sebagian besar penelitian dengan
menggunakan variabel perkembangan perekonomian suatu negara atau tingkat
9

pendapatan, akan menemukan hubungan yang positif antara variabel tersebut


dengan tingkat permintaan asuransi jiwa syariah. Dalam jangka panjang, semakin
baik kondisi perekonomian masyarakat maka tingkat konsumsi dan kemampuan
daya beli terhadap suatu produk atau jasa pun semakin meningkat. Peningkatan
kondisi perekonomian masyarakat yang diproksikan oleh peningkatan pendapatan
akan membuat produk asuransi menjadi lebih terjangkau.
Variabel lain seperti inflasi, perkembangan sektor perbankan dan rasio
pengeluaran pemerintah di bidang sosial tidak menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan terhadap permintaan asuransi jiwa syariah di Indonesia. Tidak
signifikannya pengaruh inflasi dikarenakan perubahan naik atau turunnya harga
tidak terlalu berpengaruh terhadap pola konsumsi suatu masyarakat, terutama
masyarakat menengah ke bawah. Tidak signifikannya pengaruh perkembangan
perbankan syariah terhadap permintaan asuransi jiwa syariah di Indonesia
dikarenakan penetrasi asuransi jiwa syariah terhadap nasabah perbankan syariah
masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat untuk
membeli produk asuransi melalui perbankan masih rendah.
Tidak signifikannya pengaruh rasio pengeluaran pemerintah terhadap
permintaan asuransi jiwa syariah dikarenakan terjadi perbedaan target
pengguna/penerima pada masing-masing variabel. Pengguna produk asuransi
merupakan masyarakat menengah ke atas sedangkan penerima bantuan sosial dari
pemerintah merupakan masyarakat menengah ke bawah (fakir miskin dan tidak
mampu), Keberadaan bantuan sosial tidak dirasakan dan tidak berpengaruh
terhadap rasa aman masyarakat menengah ke atas sehingga masyarakat tersebut
tetap merasa perlu untuk membeli produk asuransi. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, salah satunya yaitu
penelitian Sherif dan Ahmed (2017).

Simpulan

1. Permintaan asuransi jiwa syariah yang diproksikan oleh tingkat kontribusi


bruto mulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 menunjukkan
perkembangan yang fluktuatif dan cenderung mengalami peningkatan.
2. Jumlah peserta asuransi jiwa syariah Indonesia terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya namun masih dikategorikan rendah, yaitu hanya mencapai
3.61 persen dari jumlah penduduk muslim Indonesia atau 13.10 persen dari
total peserta asuransi jiwa di Indonesia secara keseluruhan.
3. Permintaan asuransi jiwa syariah di Indonesia dalam jangka panjang
dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan Industrial Production Index (IPI)
sedangkan dalam jangka pendek dipengaruhi secara negative oleh imbal hasil
SBIS. Adapun variabel lainnya yaitu inflasi yang diharapkan, perkembangan
market share perbankan syariah, dan rasio pengeluaran pemerintah di bidang
sosial tidak berpengaruh secara signifikan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap permintaan asuransi jiwa syariah di Indonesia.
10

Saran

1. Dalam pembuatan kebijakan dan strategi pemasaran, industri asuransi jiwa


syariah sebaiknya lebih memperhatikan kondisi perekonomian masyarakat
Indonesia. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mempertimbangkan
tingkat perekonomian masing-masing provinsi di Indonesia sehingga strategi
pemasaran yang akan dilaksanakan dapat tepat sasaran.
2. Industri asuransi jiwa syariah harus senantiasa meningkatkan kuantitas produk,
kualitas pelayanan dan inovasi-inovasi tertentu sehingga produk asuransi jiwa
syariah lebih menarik perhatian masyarakat dan dapat bersaing dengan
instrument keuangan lainnya.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan variabel yang tidak terdapat
pada penelitian ini seperti variabel jumlah uang yang beredar, variabel-
variabel sosiodemografi serta mempertimbangkan kondisi ekonomi regional
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Sherif M, Shaairi A. 2013. Determinants of Demand on Family Takaful in


Malaysia. Journal of Islamic Accounting and Business Research [Internet].
[diunduh 2019 Feb 19]; 4(1):26-50. doi: 10.1108/17590811311314276.
Subir Sen. 2008. An Analysis of Life Insurance Demand Determinants for
Selected Asian Economies and India [Internet]. [diunduh 2018 Sep 24]; 36:1-
44. (https://ideas.repec.org/p/mad/wpaper/2008-036.html).
Sherif M, Ahmed S. 2017. Family Takaful in Develpoing Countries : The Case of
Middle East and North Africa (MENA). International Journal of Islamic and
Middle Eastern Finance and Management [Internet]. [diunduh 2019 Feb 19].
doi: 10.1108/IMEFM-01-2016-0016.
Li Donghui, Moshirian Fariborz, Nguyen Pascal, Wee Timothy. 2007. The
Demand for Life Insurance Demand in OECD Countries. The Journal of Risk
and Insurance [Internet]. [diunduh 2019 Jun 25]; 74(3): 637-652. Tersedia
pada: https://www.jstor.org/stable/25145237
Outreville JF. 2011. The Relationship between Insurance Growth and Economic
Develpoment: 80 Empirical Papers for a Review of The Literature [Internet].
[diunduh 2019 Juni 19]. Tersedia pada: https://ideas.repec.org/p/icr/wpicer/12-
2011.html.
Prihantoro, lmam Basuki, Kasir lskandar. 2013. Analisis Faktor-Faktor Makro
Ekonomi dan Demografi terhadap Fungsi Permintaan Asuransi di Indonesia.
Jurnal Asuransi dan Manajemen Risiko, Vol 1 No.1 [Internet]. [diunduh 2018
Sept 30]. Tersedia pada: http://jamr.aamai.or.id/index.php/asuransi-
manajemen-resiko/article/download/4/2.
[IFSB] Islamic Finansial Services Board. 2018. Islamic Financial Services
Industry Stability Report 2018 [Internet]. [diunduh 2019 Jul 8]. Tersedia pada:
https://www.ifsb.org/
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Buku Statistik Perasuransian 2017 [Internet].
[diunduh 2018 Nov 17]. Tersedia pada: https://www.ojk.go.id.

Anda mungkin juga menyukai