Disusun oleh :
Sucila
Semester 4
STITNU AL-HIKMAH
Mojokerto
A. DEFINISI TAFSIR ILMI
Secara etimologis, kata “tafsir” berasal dari bahasa Arab Fassaro-yufassiru tafsiron,
yang bermakna memberi penerangan (Idzoh) dan memberi penjelasan (tibyan), dalam lisan al-
Arab dijelaskan bahwa bentuk mashdar al-Fasr bernakna “menyingkap sesuatu yang tertutup”
dan dalam bentuk mashdar at-tafsir bermakna menyingkap sesuatu makna yang musykil dan
pelik dalam al-Qur’an.
Sedangkan secara termonologis, Tafsir Ilmi didefinisikan sebagai sebuah crak
penafsiran al-Qur’an yang menggunakan pendekatan teori-teori ilmiyah dan bertujuan untuk
menggali teori-teori ilmiyah dan pemikiran filosofis yang terkandung dalam ayat-ayat al-
Qur’an.
Munculnya tafsir ini berawal dari gagasan bahwa antara al-Qur’an dan akal tidaklah
bertentangan. Ajaran yang terkandung di dalamnya sejalan dan pasti dapat dibuktikan dengan
rasio yang sampai saat ini kebenaran al-Qur’an ternyata sejalan dengan pembuktian lmiyah
yang ada, menjadikan karakter ilmi ini sebagai karakter tersendiri dalam membuktikan
kmu’jizatan Ilmiyah. Dan sekaligus ini menjadikan penjelasan tersendiri tentang hubungan
pendekatan ilmiyah dengan mu’jizat ilmiyah. Bahwa mu’jizat ilmiyah bisa diketahui melalui
interpretasi al-Qur’an dengan pendekatan ilmiyah.
Pada dasarnya tafsir ilmi yang tidak bertentangan dengan Ilmu pengetahuan terbukti
setelah satu persatu ayat-ayat al-Qur’an dinyatakan kebenaranya melalui riset ilmiyah. Dan
semakin mempererat dan mempertegas nilain I’jaz al-Ilmi yang menjelaskan bahwa al-Qur’an
sudah melampaui akal manusia dalam hal ilmu pengetahuan pada masa lampau yang tidak
mungkin orang pada saat itu bisa membuat ayat seperti ayat al-Qur’an, karena belum ada ilmu
saat itu, diketahuinya kemu’jizatan ilmiyah al-Qur’an ialah tidak lain merupakan hasil dari
penafsiran ayat al-Qur’an dengan pendekatan Ilmiyah yang menunjukan bahwa al-Qur’an
datangnya ialah tidak mungkin berasal dari manusia, meainkan itu sebuah buti bahwa al-Qur’an
datang dari Rabb alamin.
D. TAFSIR ILMI DALAM PRO DAN KONTRA ATAU ASPEK-ASPEK NEGATIF DAN
POSITIF
Melihat anjuran dan sinyal yang diberikan Quraisyihab tentang bahwa jangan sampai al-
Qur’an dijadikan alat untuk mendukung argument ilmiyah dengan memaksa mencocok-
cocokan antara temuan ilmiyah dengan ayat al-Qur’an. Secara otomatis jika penemuan ilmiyah
yang memiliki argument al-Qur’an dinyatakan salah oleh temuan ilmyah yang baru maka yang
salah bukanlah al-Qur’anya melainkan penemuan itu.
Argument Quraisyihab tersebut membuka diskusi mengenai al-Qur’an dalam pro dan
kontra. Bagi mereka yang kontra menyatakan bahwa tidak perlu adanya temuan ilmiyah yang
menyandarkan dengan ayat al-Qur’an tafsir ilmi tersebut merupakan sikap apologetic
(takhalluf bi ad-difa’). Paling tidak ada beberapa alasan penolakan mereka terhadap tafsir ilmi.
Pertama, terkadang ayat itu bisa melenceng dari pengertian sebagaimana ia diwahyukan.
Kedua, ada kecenderungan memaksakan kehendak. Ketiga, tidak semua teori iptek diambil
dari al-Qur’an, karena tidak semua ayat al-Qur’an yang bisa dijelaskan dengan ilmu
pengetahuan, hal ini karena al-Qur’an tetaplah al-Qur’an sebagai kitab yang membawa ajaran
sacral. Salah satu ulama yang gencar menolak tafsir ilmiyah ialah Amin al-Khulli dan
Muhammad Syaltut yang mengecam ulama kontemporer yang mengadopsi teori ilmiyah guna
merasionalkan al-Qur’an.
Namun beberapa cendekia seperti dzakir Naik dengan penemuan ilmiyah dalam
tafsirnya atas beberapa ayat al-Qr’an adalah upaya membantah para orientalis yang pertamakali
menganggap bahwa al-Qur’an irasional. Dan akhirnya Dzakirnaik menemukan hal yang
spektakuler dalam al-Qur’an yang memang real dan benar validitasnya bahkan sampai
dibenarkan oleh pakar ilmuan barat sendiri sebagaimana penemuanya atas embriologi dalam
al-Qur’an yang dibenarkan oleh embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith
Moore, beliau mengatakan : "Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang
diturunkan pada abad ke-7 M itu". Selain iti beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al
Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui
perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika
ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum
diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide
tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum
ditemukan sampai akhir abad ke-19. Dan ini menunjukan kembali pada kemu’jizatan al-
Qur’an.
E. CONTOH PENAFSIRAN
Tafsir ilmi dar kajian kebahasaan:
1. Muhammad Abduh (1864-1905 M) yang menafsiri burung ababil dengan mikroba dalam Q.S.
al-fil (105): 3:
الط ْو ِد ْال َع ِظ ِيم ٍ اك ْال َب ْح َر فَا ْنفَلَقَ فَ َكانَ ُك ُّل ِف ْر
َّ ق َك َ صَ سى أ َ ِن اض ِْربْ ِب َع
َ فَأ َ ْو َح ْينَا ِإلَى ُمو
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.”
Tafsir ilmi dari teori ilmiyah
1. Dzakirnaik yang membuktikan ilmu embriologi pada Q.S. al-Mu’minun (23):12-14
ٍ ساللَ ٍة ِم ْن ِط
ين َ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن
ُ سانَ ِم ْن
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.” (12)
ْ ُث ُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن
ٍ طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك
ين
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).” (13)
adz-dzahabi, Muhammad Husain, at-Tafsir wa al-Mufassirun, Juz II, Beirut: Dar al-Fikr 1976
Almirzanah, Syafa’atun. dan Syamsuddin, sahiron. (ed.), Upaya Integrasi Hermeneutika dalam
kajian al-Qur’an dan Hadis Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2012
al-Qattan, Mana’, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Halim Jaya, 2007
Choir, Tholhatul. dan Fanani, Ahwan. (ed.), Islam dalam berbagai Pembacaan Kontemporer
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Mustaqim, Abdul. “Kontroversi tentang Corak Tafsir Ilmi“ dalam Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-
Qur’an dan Hadis vol. 7, Yogyakarta, Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga, 2006
Mustaqim, Abdul. Pergeseran Epistemologi Tafsir Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008,
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Jakarta: Bulan Bintang. 1975