Anda di halaman 1dari 24

Transfer Pasien

A. Definisi
Transfer atau pemindahan pasien merupakan salah satu bidang penting di ilmu
kesehatan (kedokteran dan keperawatan). Banyak masalah potensial yang dapat
dicegah dengan mengoptimalkan kondisi pasien sebelum transfer (pemindahan
pasien dilakukan). Kegiatan Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu
ruangan ke ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut (Emergency Nurses Association, 2013)

Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan external (RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, 2015)

a. Transfer pasien internal


Proses pemindahan pasien dari satu bagian /unit/ruangan ke
bagian/unit/ruanganyang lain dalam rumah sakit.
b. Transfer pasien external adalah transfer antar rumah sakit.
Proses pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain atau suatu
lokasi ke lokasi lain di luar rumah sakit

Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki


kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan pengetahuan
tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer, peralatan
transfer, dan komunikasi saat transfer pasien. Komunikasi yang efektif diperlukan
untuk proses pelayanan kesehatan. Salah satu proses pelayanan kesehatan adalah
transfer pasien. Komunikasi SBAR merupakan salah satu komunikasi efektif yang
dapat meningkatkan keselamatan pasien (Arianti, 2017)

B. Ruang Lingkup
Hermawati (2017) mengungkapkan bahwa transfer pasien dapat terjadi
didasarkan pada 2 ruang lingkup, yakni :
1. Transfer pasien yang terjadi di dalam rumah sakit (intra rumah sakit)
Transfer pasien yang terjadi di ruang lingkup rumah sakit, seperti pada
transfer pasien dari IGD ke IRI (Instalasi Rawat Inap), transfer pasien dari
IRJ (Instalasi Rawat Jalan) ke IRI (Instalasi Rawat Inap), Kamar Operasi,
transfer pasien dari IRI (Instalasi Rawat Inap) ke kamar Operasi, transfer
pasien dari kamar operasi ke IRI (Instalasi Rawat Inap), transfer pasien dari
IGD, transfer dari IRI (Instalasi Rawat Inap) ke Ruang Radiologi.
2. Transfer pasien yang terjadi antar rumah sakit
Transfer pasien yang terjadi di ruang lingkup antar rumah sakit pada
umumnya dilakukan untuk pindah perawatan ataupun tindakan medis/
penunjang.
C. Prinsip
Prinsip dari transfer pasien disini berfokus pada pedoman atau tata laksana
yang dilakukan ketika transfer pasien. Tata laksana yang dilakukan ketika transfer
melibatkan dua pihak, yakni pihak yang menerima pasien dan pihak yang
mengirim pasien. Secara garis besar, Hermawati (2017) menerapkan prinsip –
prinsip yang perlu diperhatikan dalam tata laksana transfer pasien, yakni :
1. Stabilisasi pasien sebelum transfer
2. Lakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi pasien
3. Tentukan SDM yang akan mendampingi pasien
4. Siapkan peralatan yang akan disertakan
5. Monitoring selama transfer
6. Dokumentasi

Transfer pasien melibatkan petugas yang memiliki kriteria tertentu terkait


kompetensi yang dapat memenuhi dalam melakukan transfer pasien, yakni
sebagai berikut (Mahargiri , 2017).
.
No. Kategori Pasien Pengertian Petugas Keterampilan, Keahlian,
Kategori Pasien Transfer Pelatihan Tugas
1. Kategori I Pasien dengan GCS 1. Petugas Petugas yang tidak
= 15 (sadar penuh) TPP mempunyai keahlian
tidak ada 2. SATPAM dibidang medis tetapi
kegawatan medis 3. Petugas telah mengikuti
dan tanpa gangguan Admin pelatihan BLS untuk
sirkulasi. Contoh ; 4. Petugas peran dan pelatiharn
Febris tanpa Radiologi transfer pasien.
kejang, CKD yang 5. Petugas
stabil, dll Informasi
2. Kategori II Pasien dengan GCS Perawat 1. Mengikuti pelatihan
= 12 – 14 tanpa transfer pasien.
gangguan 2. Mengikuti pelatihan
hemodinamik atau BLS
pasien GCS total 15 3. Mempunyai
dengan gangguan pengalaman kerja
hemodinamik minimal 1 tahun
ringan/pre syok.
Dikarenakan skala
nyeri ‘4’. Contoh:
fraktur ekstremitas
tertutup, GEA
dehidrasi ringan
sedang, asma yang
teratasi sebagian,
COR, dll.
3. Kategori III Pasien dengan Paramedis dan 1. Mengikuti pelatihan
penurunan dokter transfer pasien
kesadaran dengan 2. Mengikuti pelatihan
nilai total GCS PPGD.
dibawah 10-12 atau 3. Mempunyai
dengan gangguan pengalaman bekerja
hemodinamik minimal 2 tahun.
sedang. Contoh:
kasus IMA, Open
fraktur dengan
perdarahan, trauma
thorax, fraktur
cervical, trauma
abdomen, CVA,
COS/COB.
4. Kategori IV Pasien dengan Paramedis dan 1. Mengikuti pelatihan
penurunan dokter transfer pasien
kesadaran dengan 2. Mengikuti pelatihan
kegawatan nilai PPGD.
total GCS dibawah 3. Mempunyai
10 atau dengan pengalaman bekerja
gangguan minimal 2 tahun.
hemodinamik berat.
Contoh: post
cardiac arrest,
respiratory arrest,
shock cardiogenik,
ALO, paien
terintubasi/ETT
Tabel 1. Kriteria petugas transfer pasien berdasarkan kondisi pasien

D. Komponen
Komponen dalam transfer pasien meliputi, alat – alat yang terkait dalam
melakukan transfer pasien, yakni sebagai berikut ;
1. Kursi roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami
kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera,
maupun cacat. Alat ini bisa digerakkan dengan didorong oleh pihak lain.
Digerakkan dengan menggunakan tangan, atau digerakkan dengan
menggunakan mesin otomatis.

2. Bed pasien tiga engkol


Bed pasien atau tempat tidur pasien tiga engkol adalah tempat tidur yang
digunakan untuk tidur pasien dan bisa dioperasikan untuk menaik turunkan
kepala, kaki dan keseluruhan ranjang. Selain itu dilengkapi pula dengan bed
rails untuk menjaga keselamatan pasien dari risiko jatuh.
3. Scoop stretcher
Scoop stretcher adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pasien (
biasanya disimpan di dalam ambulan ) dimana kedua sisinya bisa dipisah
untuk memudahkan proses pengangkatan pasien.

4. Pat Slide
Pat Slide adalah sebilah papan yang digunakan untuk memindahkan pasien
ketempat tidur lain.

5. Brancard pasien
Brancard pasien adalah tempat tidur sementara untuk pasien dan mudah untuk
dipindahkan.

6. Transportasi Pasien Untuk Proses Transfer Keluar Rumah Sakit


Alat transportasi untuk proses transfer di Rumah Sakit adalah dengan
menggunakan ambulan. Ambulan adalah kendaraan yang dirancang khusus
untuk mengangkut orang sakit atau terlukan untuk mendapatkan fasilitas
medis.

E. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama


Transfer
Kompetensi dan peralatan yang harus dipenuhi selama transfer pasien
dapat dijelaskan dibawah ini, yakni sebagai berikut.

Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama


pendamping dibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
(orang Keamanan
tua/delirium)
Derajat 1 Perawat/Petugas  Bantuan hidup dasar  Oksigen
yang  Pelatihan tabung gas  Suction
berpengalaman  Pemberian obat-obatan  Tiang infus
(sesuai dengan  Kenal akan tanda deteriorasi portabel
kebutuhan pasien)  Keterampilan trakeostomi dan  Pompa infus
suction dengan baterai
 Oksimetri denyut
Derajat 2 Perawat dan  Semua ketrampilan di atas,  Semua peralatan di
Petugas ditambah; atas, ditambah;
keamanan/ TPK  Dua tahun pengalaman dalam  Monitor EKG dan
perawatan intensif (oksigenasi, tekanan darah
sungkup pernapasan,  Defibrillator
defibrillator, monitor)
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter harus  Monitor ICU
dan TPK/ di atas standar minimal portabel yang
Petugas Dokter: lengkap
keamanan  Minimal 6 bulan pengalaman  Ventilator dan
mengenai perawatan pasien peralatan transfer
intensif dan bekerja di ICU yang memenuhi
 Keterampilan bantuan hidup standar minimal.
dasar dan lanjut
 Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas dan
pernapasan, minimal level ST
3 atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun bekerja di
ICU
 Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)

Tabel 2. Kompetensi SDM untuk transfer intra RSU ANIKMAH

TRANSFER INTRA-RUMAH SAKIT


1. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman;
diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah sakit
2. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
3. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
4. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan.
5. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus paham
akan bahaya potensial yang ada.
6. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien

Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama dan


pendamping dibutuhkan Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 petugas Bantuan hidup dasar (BHD) Kendaraan High
ambulan Dependency Service
(HDS)/ Ambulan
Derajat 0,5 petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
(orang ambulan dan Ambulan
tua/delirium) paramedis
Derajat 1 Petugas  Bantuan hidup dasar  Kendaraan HDS/
ambulan dan  Pemberian oksigen Ambulan
perawat  Pemberian obat-obatan  Oksigen
 Kenal akan tanda deteriorasi  Suction
 Keterampilan perawatan  Tiang infus portabel
trakeostomi dan suction  Infus pump dengan
baterai
 Oksimetri
Derajat 2 Dokter,  Semua ketrampilan di atas,  Ambulans EMS
perawat,dan ditambah; Mercedes 515
petugas  Penggunaan alat pernapasan  Semua peralatan di
ambulans  Bantuan hidup lanjut atas, ditambah;
 Penggunaan kantong  Monitor EKG dan
pernapasan (bag-valve mask) tekanan darah
 Penggunaan defibrillator  Defibrillatorbila
 Penggunaan monitor intensif diperlukan
Derajat 3 Dokter, Dokter:  Ambulans lengkap/
perawat, dan  Minimal 6 bulan pengalaman AGD 118
petugas mengenai perawatan pasien  Monitor ICU portabel
ambulan intensif dan bekerja di ICU yang lengkap
 Keterampilan bantuan hidup  Ventilator dan
dasar dan lanjut peralatan transfer
 Keterampilan menangani yang memenuhi
permasalahan jalan napas dan standar minimal.
pernapasan, minimal level ST
3 atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun bekerja di
ICU
 Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)

Tabel 3. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit

I. PEMANTAUAN, OBAT-OBATAN, DAN PERALATAN SELAMA


TRANSFER PASIEN KRITIS
1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama
proses transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus
sebaik pelayanan di RSU AN NI’MAH/ RS tujuan.
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. EKG kontinu
c. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
e. Terpasangnya jalur intravena
f. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral
g. Peralatan untuk memantau cardiac output
h. Pemantauan end-tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator
i. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
j. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah
terjadinya hipotermia atau hipertermia)1
4. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan dan
tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup
menghabiskan baterai monitor.
5. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri)
disarankan.
6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darah
secara invasif selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera otak akut; pasien
dengan tekanan darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada
pasien dengan inotropik).
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status
(status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral
diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor.
8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien
tertentu.
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai
oksigen, tekanan pernapasan (airway pressure), dan pengaturan ventilator.2
10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam
jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia3
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
1. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan
baik.1
2. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
3. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
baik.
4. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans.2
5. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
6. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
7. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
8. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati
listrik)
9. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
10. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan
cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan
ekternal / vibrasi (getaran).
11. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
12. Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai (minimal):
a. alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya alat
dari tubuh pasien
b. mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif (positive end
expiratory pressure) dan berbagai macam konsentrasi oksigen inspirasi
c. pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernapasan per-menit,
dan volume tidal.
d. Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali (pressure-controlled
ventilation) dan pemberian tekanan positif berkelanjutan (continuous
positive airway pressure)
13. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi /
obat-obatan.1
14. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini
harus dilengkapi selama transfer.
15. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.
16. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas
dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien.
II. Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis
1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen penting
seperti di bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan / availabilitas
g. Area untuk mendarat di tempat tujuan
h. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:
a. Jasa Ambulan Gawat Darurat
i. Siap sedia dalam 24 jam
ii. Perjalanan darat
iii. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkan
dan lamanya waktu yang diperlukan.

III. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit


1. Gunakan mobil ambulan RSRP/ AGD 118. Mobil dilengkapi soket listrik 12 V,
suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk mentransfer
pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).
3. Standar Peralatan di Ambulan
a. Suplai oksigen
b. Ventilator
c. Jarum suntik
d. Suction
e. Baterai cadangan
f. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi
pasien
g. Alat penghangat ruangan portabel (untuk mempertahankan temperatur
pasien)
h. Alat kejut jantung (defibrillator)
4. Tim transfer/ SDM pendampingdapat memberi saran mengenai kecepatan
ambulan yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan
akselerasi dan deselerasi yang minimal.
6. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat padat
penduduknya
7. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.
8. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
9. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah
pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
IV. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer, dan
harus mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan transfer
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-transfer
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung

2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan


untuk transfer intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:
a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi
yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama
proses transfer, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah
sakit yang dituju sebelum mentransfer pasien.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim
transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat)
yang akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara
verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil
pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis
selama transfer berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus
dideskripsikan dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban
merawat pasien.
10. Perlu penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa, dan sejumlah
uang untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tim transfer.
V. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai
alasan transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon
rumah sakit tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke RS tersebut.
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien
sebelum dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung jawab di
kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat
senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai
dilakukan.
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan
penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk
diskusi selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan
pasien kepada rumah sakit tujuan.
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan
mengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update
perkembangannya.
VI. Audit dan Jaminan Mutu
1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit
3. RSU AN NI’MAH bertanggungjawab untuk menjaga berlangsungnya proses
pelaporan insidens yang terjadi dalam transfer dengan menggunakan protokol
standar RSU AN NI’MAH
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RSU AN NI’MAH

LAMPIRAN 1
KOMPETENSI UNTUK TRANSFER PASIEN DENGAN SAKIT BERAT /
KRITIS DERAJAT 3 INTRA- DAN ANTAR-RUMAH SAKIT2
Semua pasien sakit berat / kritis derajat 3 didampingi oleh 2 orang selama transfer. Satu
orang adalah dokter, biasanya spesialis anestesi yang sudah terlatih dalam penanganan
jalan napas. Satu orang lagi adalah perawat atau dokter umum. Terdapat standar
keterampilan minimal untuk melakukan transfer pasien. Berikut adalah kompetensi yang
diperlukan.
Dokter
Harus memiliki:
1. Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja di
ICU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut
3. Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan pernapasan, minimal
level ST 3 atau sederajat.
4. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis
Perawat
Harus memiliki:
1. Minimal 2 tahun bekerja di ICU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut
3. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis
Peralatan
1. Ventilator
Dokter harus:
a. Memiliki pengetahuan yang cukup terhadap fungsi dan jenis ventilator
yang digunakan
b. Mampu mengganti baterai
c. Mampu mengganti tabung oksigen dan menghitung kebutuhan oksigen
pasien
Perawat harus:
a. mampu mengganti tabung oksigen
b. mampu mengganti baterai

2. Pompa
Dokter dan perawat harus:
a. Mampu mengganti baterai
b. Mampu mengoperasikan jarum suntik / syringe pumps
c. Mampu mengatur kecepatan infus dan memberikan bolus cairan / obat
3. Monitor
Dokter dan perawat harus dapat:
a. Mendeteksi adanya gelombang yang invasive
b. Melakukan pemantauan invasive
c. Mengoperasikan EKG
d. Mengoperasikan kapnografi
e. Mengoperasikan oksimetri denyut
4. Kantong peralatan medis untuk transfer (transfer bag)
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai isi
kantong peralatan medis.
5. Troli transfer
Dokter dan perawat harus mengetahui cara mengoperasikan troli dan
mengamankan pasien serta peralatan di dalamnya.
6. Sistem bidai untuk transfer via udara
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai cara
mengoperasikan sistem ini.
Pengangkutan Pasien
Dokter dan perawat harus dapat mendemonstrasikancara mengangkut pasien dengan
aman.
Komunikasi dan Panduan
Dokter dan perawat harus dapat:
1. Mendemonstrasikan cara berkomunikasi dengan rumah sakit tujuan dan pusat
layanan ambulans.
2. Membaca dan memahami kebijakan transfer setempat dan nasional
3. Memiliki pengetahuan mengenai struktur kendali dan pemberian perintah untuk
transfer

Transfer
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup akan risiko yang dapat
terjadi selama melakukan transfer pada pasien dengan sakit berat / kritis via menggunakan
kendaraan yang bergerak (baik pada transportasi darat maupun udara), dan waspada akan
bahaya yang mungkin terjadi kepada petugas dan atau pasien.
Penyerahan Pasien
Dokter dan perawat harus mengetahui prosedur serah-terima pasien di rumah sakit tujuan.
Orientasi
Dokter dan perawat telah mengetahui kondisi di dalam kendaraan transportasi yang akan
digunakan (ambulans atau pesawat) sebelum melakukan transfer.
Panduan Pemantauan Minimal
Dokter harus memiliki pengetahuan mengenai panduan pemantauan minimal.
LAMPIRAN 2
PERALATAN TRANSFER MINIMALUNTUK ANTAR RUMAH SAKIT
1. Manajemen jalan napas / oksigenasi (dewasa dan anak)
a. Sistem bag-valve dewasa dan anak dengan reservoir oksigen
b. Sungkup dewasa dan anak
c. Penghubung sistem bag-valve dengan endotracheal (ETT)/ tracheostomy
tube
d. Monitor end-tidal carbon dioxide (dewasa dan anak)
e. Laringoskop Miller
f. Stilet / mandrin ETT (dewasa dan anak)
g. Forceps Magil (dewasa dan anak)
h. Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0)
i. Pegangan laringoskop (dewasa dan anak)
j. Baterai cadangan dan bola lampu laringoskop
k. Nasopharyngeal airways (NPA) / Oropharyngeal airways (OPA)
l. Pisau bedah (scalpel)
m. Alat krikotiroidotomi
n. Pelumas / gel
o. Nasal kanul (dewasa dan anak)
2. Lem perekat
3. Nebulizer
4. Kapas alkohol
5. Brankar (dewasa dan anak)
6. Jarum untuk bone marrow (sum-sum tulang belakang) untuk infus pada anak
7. Pengukur tekanan darah
8. Winged needle
9. Telepon genggam
10. Gel / bantalan elektroda defibrillator
11. Stik gula darah sewaktu (GDS)
12. Monitor EKG / defibrillator
13. Elektroda EKG
14. Senter dengan baterai cadangan
15. Pompa infus (infusion pumps)
16. Selang infus
17. Three-way
18. Kateter intravena
19. Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)
20. Spuit
21. Klem Kelley
22. Oksimetri denyut
23. Nasogastric tube (NGT)
24. Tali penahan untuk ekstremitas
25. Stetoskop
26. Suction
27. Kassa
28. Tourniquet
29. Gunting
30. Tambahan:
a. Alat imobilisasi spinal
b. Ventilator portabel
LAMPIRAN 3
OBAT-OBATAN TRANSFER MINIMALANTAR RUMAH SAKIT
(Bila diperlukan)
1. Adenosine, 6mg/2ml 39. Verapamil, 5mg/2ml
2. Albuterol, 2,5mg/2ml
3. Amiodaron, 150mg/3ml
4. Atropine, 1mg/10ml
5. Kalsium klorida, 1g/10ml
6. Catacaine/hurricaine spray
7. Dekstrosa 25%, 10ml
8. Dekstrosa 50%, 50ml
9. Digoksin, 0,5mg/2ml
10. Diltiazem, 25mg/5ml
11. Difenhidramin, 50mg/1ml
12. Dopamine, 200mg/5ml
13. Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)
14. Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000)
15. Fosfenitoin, 750mg/10ml
16. Furosemide, 100mg/10ml
17. Glucagon, 1mg (vial)
18. Heparin, 1.000 U/1ml
19. Isoproterenol, 1mg/5ml
20. Labetalol, 40mg/8ml
21. Lidokain, 100mg/10ml
22. Lidokain, 2g/10ml
23. Manitol, 50g/50ml
24. MgSO4, 1g/2ml
25. Metilprednisolon, 125mg/2ml
26. Metoprolol, 5mg/5ml
27. Nalokson, 2mg/2ml
28. Nitrogliserin IV, 50mg/10ml
29. Nitrogliserin tablet, 0,4mg
30. Nitroprusid, 50mg/2ml
31. Normal Saline – NS, 30 ml untuk
injeksi
32. Fenobarbital, 65mg/ml atau
130mg/ml
33. KCl, 20 mEq/10ml
34. Prokainamid, 1.000mg/10ml
35. Natrium bikarbonat, 5mEq/10ml
36. Natrium bikarbonat, 50mEq/50ml
37. Akua bidestilata, 30ml untuk injeksi
38. Terbutalin, 1mg/1ml
Obat-obatan berikut ini ditambahkan ke tas emergency segera sebelum transfer sesuai dengan
indikasi pasien:
1. Analgesik narkose (morfin, fentanil)
2. Sedasi / hypnosis (lorazepam, midazolam, propofol, etomidat, ketamin)
3. Agen neuromuscular blocker (suksinilkolin, pankuronium, atrakurium, rokuronium)
4. Prostaglandin E1
5. Surfaktan paru

F. Format
Format transfer pasien terlampir
G. Contoh
Contoh transfer pasien terlampir
DAFTAR PUSTAKA

Arianti, N. D. (2017). Gambaran Komunikasi SBAR saat Transfer Pasien pada Perawat di
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Jurnal Ilmiah Keperawatan.
Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2009). AAGBI safety guideline:
interhospital transfer. London
Emergency Nurses Association. (2013). Patient Handoff/Transfer.
Hermawati , Z. (2017 , Maret 2). Transfer Pasien . Retrieved from Docuri :
file:///C:/Users/user/Downloads/docuri.com_transfer-pasien.pdf

Mahargiri , R. (2017, April 6). Pedoman Transfer Pasien. Retrieved from KUPDF :
file:///C:/Users/user/Downloads/kupdf.net_pedoman-transfer-pasien.pdf

North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital transfers:
user guide. London: NHS
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. (2015). Panduan Transfer Pasien. Yogyakarta: RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the transfer of
critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the inter- and
intrahospital transport of critically ill patients. American College of Critical Care
Medicine.Crit Care Med. 2004;1:256-62.

Anda mungkin juga menyukai