Anda di halaman 1dari 6

ESAI

ASI EKSKLUSIF BAGI BAYI

Disusun Oleh :

Kristina Weningtyastuti NIM. P07120216009


DIV Keperawatan Reguler A
Tingkat I Semester I

Politeknik Kesehatan Yogyakarta


DIV Keperawatan
2016
• Penjelasan ASI secara umum
Pengantar • Program ASI eksklusif di
Indonesia

Ideal •ASI eksklusif diberikan pada bayi


sampai usia 6 bulan
(secara •Ibu dapat mengeluarkan ASI
umum) segera setelah bayi dilahirkan

KERANGKA ESAI •Masih banyak bayi yang belum


mendapatkan ASI eksklusif selama 6
ASI EKSKLUSIF bulan di Indonesia
BAGI BAYI •Ibu belum memiliki pengetahuan
yang cukup tentang ASI dan masih
Masalah terpengaruh tradisi dalam keluarga
•Ibu yang tidak dapat mengeluarkan
ASI dan tidak lancar dalam
mengeluarkan ASI
•Ibu yang sibuk bekerja tidak punya
waktu untuk menyusui bayinya

•Mensosialisasikan kualitas ASI dan


membatasi promosi susu formula
bayi
•Ibu mengkonsumsi makanan bergizi
dan menghindari makanan yang
Solusi menghambat hormon prolaktin dan
oksitosin
•Dukungan dan motivasi dari
keluarga
•alternatif ASI perah bagi ibu yang
harus bekerja
ASI Eksklusif Bagi Bayi

Air Susu Ibu atau sering disebut ASI adalah anugrah Tuhan yang luar biasa. ASI
memiliki berbagai manfaat yang belum tentu bisa didapatkan dari bahan makanan lain.
kandungan nustrisinya sangat baik untuk tumbuh dan kembang bayi. Oleh karena itu,
pemerintah mencanangkan ASI eksklusif 6 bulan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air
susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makanan lain, walaupaun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. (Purwanti, 2003:3).
Maka, diharapkan Indonesia memiliki generasi yang berkualitas demi masa depan bangsa.

Lancet Breastfeeding Series 2016 menyebutkan ASI Eksklusif di Indonesia


meningkat dari sebelumnya 38 persen (Riskesdas, 2013) naik menjadi 65 persen. Namun,
angka tersebut belum mencapai target, yaitu 80 %. Masih banyak bayi yang belum
mendapatkan nutrisi secara optimal yang bisa didapatkan dari ASI eksklusif.

Banyak factor yang menyebabkan masih banyak bayi yang belum bisa mendapat
ASI eksklusif. Factor yang pertama, yaitu ibu belum memiliki pengetahuan yang cukup
tentang manfaat dan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi. Mereka merasa ASI belum cukup
untuk nutrisi bayi sehingga di usia bayi kurang dari enam bulan mereka sudah diberi
makanan lain seperti madu dan pisang.

Ada pula ibu yang sudah tahu bahwa bayi harus diberi ASI eksklusif enam bulan,
tetapi tidak menjalankannya. Dari salah satu ibu yang saya temui, ia mengaku
melakukannya karena terpengaruh kebiasaan keluarga atau tradisi di lingkungannya. Ibu
muda yang masih baru dalam hal mengurus anak akan cenderung mengikuti saran dari
orang tuanya untuk memberi makanan tambahan selain ASI. Orang tua akan dianggap lebih
berpengalaman sehingga akan diikuti meskipun salah. Terkadang para Ibu juga tergiur
dengan iklan susu formula yang menawarkan berbagai kelebihan. Padahal, kelebihan
tersebut masih belum bisa mengalahkan keunggulan ASI

Maka, peran tenaga medis dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk


mensosialisasikan kualitas ASI. Pemerintah sebaiknya juga dengan tegas membatasi
promosi susu formula bagi bayi usia dibawah 6 bulan.
Factor yang kedua adalah Ibu yang tidak lancar dalam mengeluarkan ASI maupun
yang tidak bisa mengeluarkan ASI. Ada beberapa ibu yang belum bisa mengeluarkan ASI
ketika pertama kali melahirkan. Hal ini dapat dipicu oleh psikologis dan gizi yang buruk.

Hormone prolactin adalah hormone yang mempengaruhi produksi air susu ibu.
Hormon inilah yang merangsang sel-sel alveoli yang memproduksi air susu. Sedangkan
jika gizi ibu buruk, hormone ini akan terhambat sehingga produksi air susu pun terhambat.
Sebaiknya ibu hamil tidak meminum alkohol ataupun merokok karena akan berdampak
pada produksi air susu ibu. Maka selama hamil sebaiknya ibu memiliki gaya hidup yang
sehat. Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sehat sehingga baik untuk si
bayi.

Selain itu ternyata paparan pestisida juga mempengaruhi produksi air susu ibu.
Penelitian tahun 2006 menemukan anak perempuan dari ibu hamil yang tinggal di daerah
pertanian yang terpapar pestisida memiliki kelenjar susu lebih sedikit daripada anak
perempuan yang tinggal di tempat sehat. Oleh karena itu, sebaiknya ibu hamil juga harus
lebih memperhatikan asal makanan yang dikonsumsi. Ibu hamil harus lebih berhati-hati dan
menghindari buah atau sayur yang disemprot pestisida. Ibu hamil juga bisa
mengantisipasinya dengan cara mencuci sampai bersih buah atau sayur dan mengupas
buah-buahan yang akan dikonsumsi.

Psikologis tentu juga sangat berpengaruh terutama pada hormone oksitosin.


Hormone ini berperan untuk proses pengeluaran ASI. Pengaruh psikologi yang dimaksud
berasal dari isapan bayi atau disebut refleks let down. Isapan bayi akan merangsang
produksi hormone oksitosin. Hormone ini akan mempengaruhi sel-sel yang berperan untuk
mengeluarkan air susu.

Bila ada stress dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blockade dari refleks
let down. Ini disebabkan oleh adanya pelepasan adrenalin (epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk
mencapai target. (Soetjiningsih, 1997:8)
Maka, dukungan dan peran keluarga sangat penting untuk memulihkan keadaan si
Ibu. Keluarga harus memotivasi dan terus memberikan perhatian. Selain itu ibu juga bisa
melakukan kebiasaan yang dapat meningkatkan refleks let down seperti lebih sering
melihat bayi, mendengar suara bayi mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi.
Hal tersebut akan meningkatkan refleks let down karena kebiasaan tersebut juga akan
memperkuat ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

Oleh karena itu, para ibu hamil yang ASI-nya belum lancar maupun belum
keluar tidak boleh menyerah. Meskipun air susu yang keluar sedikit, tetapi jika ibu tetap
memberikan ASI-nya maka isapan bayi tersebut lama kelamaan akan meningkatkan
produksi ASI. Jika memang masih belum keluar lebih baik mengkonsultasikannya dengan
dokter terpercaya.

Factor yang ketiga adalah ibu yang tidak punya waktu untuk menyusui karena harus
kembali bekerja setelah cuti melahirkan. Saat ini banyak ibu yang ikut bekerja untuk
menghidupi keluarganya. Berdasarkan Pasal 82 ayat (1) dan Pasal 84 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”),
bahwa pekerja/buruh perempuan (maksudnya, “karyawan wanita”
atau karyawati), berhak memperoleh istirahat atau cuti hamil selama 1,5 bulan (dalam
arti, satu bulan dan lima belas hari) sebelum saatnya melahirkan anak, dan cuti
melahirkan selama 1,5 bulan (satu bulan dan 15 hari) sesudah melahirkan, menurut
perhitungan dokter kandungan atau bidan. Kumulatif “cuti hamil dan melahirkan” tersebut,
adalah selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dengan berhak -mendapat- upah penuh.
berdasarkan undang-undang tersebut dapat diketahui bahwa ibu yang bekerja hanya
memiliki waktu sekitar 1,5 bulan bebas menyusui sehingga setelah kembali bekerja ASI
eksklusif menjadi terabaikan.

Hal tersebut sangat disayangkan mengingat kandungan nutrisi yang ada dalam ASI
sangat lengkap dan berkualitas. ASI mengandung hidrat arang yang menjadi nutrisi untuk
pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi kalori untuk kerja sel-sel saraf, memudahkan
penyerapan kalsium, dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.
(Purwanti, 2003:10). Maka, jika bayi diberi ASI, ia bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas
dan sehat.

Selain itu, ASI juga mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Protein ASI merupakan kelompok protein whey, yaitu protein yang bentuknya lebih halus
dan lembut sehingga mudah dicerna oleh usus bayi. Sedangkan air susu sapi (ASS) adalah
kelompok kasein yang kasar, menggumpak, dan sangat sukar dicerna oleh usus bayi.
(Purwanti, 2003) Oleh karena itu, ASI merupakan makanan yang paling berkualitas untuk
diberikan pada bayi.

Saat ini banyak wanita karir yang menyusui tetap dapat memberi ASI ekslusif
dengan cara ASI perah. Ibu dapat memerah susunya ketika sedang tidak bekerja dan
menyimpannya di kulkas. Sehingga ketika ibu pergi bekerja bayi tetap mendapatkan ASI
meskipun ibu tidak bisa menyusui secara langsung.

ASI memberikan manfaat yang tidak bisa didapatkan dari susu formula manapun.
Manfaat tersebut adalah terjalinnya ikatan kasih sayang antara ibu dengan bayinya. Hal
tersebut terjadi ketika ibu menyusui bayinya ia akan menghabiskan lebih banyak waktu
dengan bayi. Sehingga sangat penting bagi ibu untuk menyusui bayinya.

Bukan hanya bagi si bayi, tetapi menyusui bayi juga memberikan manfaat bagi si
Ibu. Ibu akan mengurangi risiko obesitas setelah kehamilan. Selain itu, menyusui juga
mengurangi risiko kanker payudara dan kanker ovarium.

Meskipun banyak masalah dan hambatan yang ditemui, tetapi selalu ada solusi
untuk mengatasinya. Hal tersebut tentu tidak mudah. Kesungguhan dan niat dari si Ibu
untuk memberikan yang terbaik bagi bayinya adalah kunci untuk mewujudkannya.
Bagaimanapun, ASI eksklusif menjadi pilihan terbaik bagi ibu karena berbagai manfaat dan
keunggulannya membuktikan kualitasnya.

Anda mungkin juga menyukai