Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................ 2
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
BAB II Kajian Teori ..................................................................................... 4
BAB III Analisis Masalah
A. Masalah .............................................................................................. 7
B. Analisis Masalah ................................................................................ 7
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 10
Daftar Pustaka ............................................................................................. 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teknologi masa kini terus menuju perubahan yang sangat signifikan seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan. Dalam dunia kedokteran, pada umumnya diyakini bahwa setiap
penyakit ada obatnya. Ada penyakit yang dapat diobati dengan hanya pemberian obat yang sederhana,
tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan yang relatif rumit, seperti transplantasi organ, hal ini
merupakan suatu prosedur tindakan kesehatan yang sangat membutuhkan ketelitian dan kecermatan
mendalam.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada pasien gagal
ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan sangat pesat. Secara faktual,
hal ini sangat membantu pihak-pihak yang menderita sakit untuk bisa sembuh kembali dengan
penggantian organ yang sakit dengan organ yang sehat.
Namun, dalam pelaksanaanya banyak kendala-kendala yang dihadapi. Transplantasi organ akan
memiliki nilai sosial dan kemanusiaan tinggi bila dilakukan atas dasar kemanusiaan bukan kepentingan
komersial semata. Namun, dengan adanya ketimpangan yang cukup besar antara ketersediaan dengan
kebutuhan organ, masalah komersialisasi organ menjadi salah satu perdebatan yang sensitif dalam dunia
medis maupun agama. Ada beberapa pihak yang memanfaatkan keadaan tersebut untuk mengambil
keuntungan pribadi. Mereka memperjualbelikan organ tubuh manusia yang secara hukum tidak
diperbolehkan. Mereka juga melakukan berbagai cara untuk mendapatkan pendonor yang terkadang
merugikan pihak pendonor.
Dibalik kesuksesan dalam perkembangan transplantasi organ itu sendiri muncul berbagai masalah
baru. Semakin meningkatnya pasien yang membutuhkan tranplantasi, penolakan organ, komplikasi pasca
transplantasi, dan resiko yang mungkin timbul akibat transplantasi telah memunculkan berbagai
pertanyaan tentang etika, legalitas dan kebijakan yang menyangkut penggunaan teknologi itu.
Transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah memindahkan suatu organ atau
jaringan antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa
transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari
satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ
yang rusak atau tak berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan transplantasi organ?
2. Apa dasar hokum tentang transplantasi organ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi sesorang melakukan transplantasi organ?
4. Bagaimana transplantasi organ jika ditinjau dari segi etika keperawatan dan agama?

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN
Transplantasi organ adalah transplantasi atau cangkok atau pemindahan seluruh atau
sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu bagian ke bagian yang lain pada
tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak
befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat
merupakan orang yang masih hidup maupun telah meninggal.
Organ-organ yang dapat ditransplantasikan adalah jantung, transplantasi ginjal, hati, paru-
paru, pankreas, organ pencernaan, dankelenjar timus, juga jaringan, termasuk cangkok tulang,
tendon (2 hal ini biasa disebut cangkok mukuloskeletal), cangkok kornea, cangkok kulit,
penanaman Katup jantung buatan, saraf dan pembuluh darah. Di dunia, cangkok ginjal adalah
yang terbanyak di antara cangkok organ, diikuti oleh hati dan jantung. Jaringan yang paling banyak
ditransplantasikan adalah cangkok kornea dan mukuloskeletal, jumlahnya 10x lebih banyak dari
transplantasi organ.
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ adalah rangkaian
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau
jaringan tubuh. Pengertian lain mengenai transplantasi organ adalah berdasarkan UU No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka
pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

B. DASAR HUKUM
1. Menurut Agama
Islam
Al Quran surah Al Baqarah ayat 195 :
ََ َ ‫لََت ُ ْلقُ ْواَ ِبأ َ ْي ِد ْي ُك َْمَإ‬
َ‫لىَالت َّ ْهلُ َك ِة‬ َ ‫َو‬
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”.

Dari ayat diatas telah menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia tidak boleh gegabah dalam
mengambil keputusan seperti halnya tindakan transplantasi organ karena hal tersebut harus
dipertimbangkan ulang bagaimana dampak baik dan buruk bagi si pendonor. Transplantasi oragan
dengan niat mengobati orang yang sakit itu diperbolehkan dalam islam, tetapi tidak memberikan
dampak yang buruk bagi pendonor dan resipien.

4
Hindu
Menurut ajaran Hindu hukum transplantasi organ tubuh berdasar prinsip (yajna) yang berarti
pengorbanan yang tulus sehingga dalam melakukan sebuah transplantasi organ harus dilakukan
secara ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Buddha
Dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru. Artinya, orang
yang telah mendermakan anggota tubuh tertentu tetap akan terlahir kembali dengan organ tubuh
yang lengkap dan normal.

Kristen Protestan
Di alkitab tidak dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh, selama niatnya tulus dan
tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama untuk membantu kelangsungan hidup suatu
nyawa (nyawa orang yang membutuhkan donor organ), bukan karena mendonorkan untuk
mendapatkan imbalan materi/uang untuk si pendonor organ.

Katholik
Gereja menganjurkan untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun jantung, asal saja pedonor
sudah benar-benar mati artinya bukan mati secara medis yaitu otak yang mati, seperti koma,
vegetative state atau kematian medis lainnya.

2. Menurut Hukum

UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan di cantumkan beberapa pasal tentang transplantasi : Pasal 64,
65, 66, 67, 68, 69 dan 70
I. Pasal 64
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi serta penggunaan sel
punca.
(2)Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilakukan hanya untuk
tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
II. Pasal 65
(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
menpunyai keahlian untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

5
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan
pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ dan/arau jaringan tubuh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
III. Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat dilakukan apabila telah
terbukti keamnan dan kemanfaatannya.
IV. Pasal 67
(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
tertentu.
(2)Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
V. Pasal 68
(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu.
(2)Ketentuan mengenai syarat dan tatacara penyelenggaraan pemasangan implan dan/atau alat kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan pemerintah.
VI. Pasal 69
(1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu.
(2)Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat
dan tidak ditujukan untuk mengubah identitas.
(3)Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Penerintah.
VII. Pasal 70
(1) Penggunaan sel punca hanya dapat dilakukan untuk ytujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, serta dilarang digunakan untuk tujuan reproduksi.
(2)Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal dari sel punca embrionik.
(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sel punca sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (ayat (2)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

6
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. MASALAH
Penjualan ginjal yang akhir-akhir ini sering terjadi di tanah air terjadi karena banyaknya kebutuhan
akan donor ginjal. Di Indonesia sendiri penderita ganguan ginjal kronik tergolong sangat tinggi. Jumlah
penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di Indonesia maupun penderita Gangguan Ginjal Tahap Akhir
(GGTA) datanya belum pasti namun diperkirakan Indonesian Renal Registry (IRR) mencapai 25 ribu
pasien penyakit ginjal baru setiap tahunnya. Hanya sekitar 12 ribu orang yang mendapatkan pendonor dari
total 120 ribu orang yang melakukan transplantasi.

Belum lama ini, di Indonesia sendiri terjadi penggerebekan sindikat penjualan organ tubuh
manusia. Sindikat ini ditangkap di Bandung. Dari hasil penelusuran oleh pihak berwajib didapati dari
sindikat ini ternyata sudah menjadikan satu desa di Bandung, Jawa Barat sebagai tempat untuk mencari
pendonor ginjal yang siap untuk diperjual belikan.

Wilayah Bandung selatan atau tepatnya di wilayah Bandung Selatan ini sebagian besar warganya
hanya memiliki satu bagian dari ginjal saja. Hal tersebut terungkat setelah salah satu tahanan di Polres Garut
mendapati narapidananya memiliki bekas jahitan dibagian ginjal, setelah ditelusuri ternyata ia adalah
korban dari salah satu pelaku sindikat jual beli organ illegal.

Dalam hal ini, pendonor hanya mendapatkan uang yang sangat sedikit dibandingkan dari perantara.
Pendonor hanya akan mendapatkan bayaran sekitar 70-90 juta sedangkan perantara dapat mendapatkan sisa
dari total penjualan yang berkisar 225-230 juta rupiah. Dari segi ini dapat diketahui bahwa bayaran dari
pendonor tidak sesuai dengan harga dari perantara.

B. ANALIS MASALAH
Saat ini dunia makin materialistis, sehingga apapun bisa diperdagangkan, tidak terkecuali organ
tubuh manusia. Di Indonesia, sudah banyak penderita gagal ginjal kronis yang membutuhkan cangkok
ginjal. Namun jumlah pasien itu tidak sebanding dengan jumlah pendonor yang ada. Sehingga ada
beberapa pihak tertentu yang memanfaatkan keadaan tersebut. Karena jumlah permintaan donor organ
tubuh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pasien, menyebabkan maraknya praktek illegal jual-beli
organ tubuh manusia.

Di Indonesia sudah ada undang-undang yang mengatur mengenai transplantasi organ tubuh
manusia yaitu pada pasal 64 Ayat (3) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam
pasal tersebut menyatakan bahwa organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih

7
apapun. Bagi seseorang yang terbukti melakukan tindak pidana dan melanggar pasal tersebut dapat
dikenakan pidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 192 Undang-Undang
No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

Akan tetapi tidak semua tindakan medis berupa transplantasi atau pencangkokan organ adalah
menyalahi aturan hukum, dimana dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 64 ayat (1)
menyatakan bahwa "Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui
transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan
rekonstruksi, serta penggunaan sel punca”. Dan Pasal 64 ayat (2) menyatakan bahwa ”Transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya untuk tujuan kemanusiaan dan
dilarang untuk dikomersialkan”.

Sedangkan jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi suatu hal
yang salah jika dilakukan secara illegal. Seperti yang terdapat pada kode etik keperawatan, Pokok etik 4
pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi “
Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara
tidak kompeten, tidak etis dan illegal ”. Seorang perawat dalam menjalankan profesinya juga diwajibkan
untuk tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain otonomi, berbuat baik, keadilan, tidak
merugikan, kejujuran, dan menepati janji.

Sehingga dalam memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan
yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor maupun resipien, tidak
merugikan pihak manapun serta berorientasi pada kemanusiaan. Selain itu dalam praktek transplantasi
organ juga tidak boleh melanggar nilai-nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai
tersebut adalah, keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat
menjunjung tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, maka seorang perawat tidak akan begitu mudah
membantu melaksanakan praktek transplantasi organ hanya dengan motivasi komersiil.

Sedangkan jika ditinjau dari segi agama Islam, seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya
mendonorkan sebuah organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang
disumbangkan itu, seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan
kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya, hukumnya tidak diperbolehkan.
Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur’an,

Q.S. Al – Baqarah (195), Q.S. An – Nisa (29), dan Q.S. Al – Maidah (2).

Seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu organ tubuh
seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkannya.
Karena Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara seperti
kehormatan orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap kehormatan mayat
seperti pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa menganiaya mayat
sama saja dosanya dengan menganiaya orang hidup. Seperti yang telah diriwayatkan dari A’isyah Ummul
Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Memecahkan tulang mayat itu sama dengan
memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).

8
Para ulama di Indonesia sepakat bahwa praktik penjualan organ tubuh manusia hukumnya haram.
Hal tersebut didadasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut:

1. Seseorang tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya.


2. Sebuah hadis menyatakan, “Diantara orang-orang yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat
adalah mereka yang menjual manusia merdeka dan memakan hasilnya”. Dengan demikian, jika
seseorang menjual manusia merdeka, maka selamanya si pembeli tidak memiliki hak apapun atas diri
manusia itu, karena sejak awal hukum transaksi itu sendiri adalah haram.
3. Penjualan organ manusia bisa mendatangkan penyimpangan, dalam arti bahwa hal tersebut dapat
mengakibatkan diperdagangkannya organ-organ tubuh orang miskin dipasaran layaknya komoditi
lain.

9
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah
suatu tindakan medis untuk memindahkan organ manusia dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal
dari tubuh orang lain ataupun tubuh orang itu sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan
atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami suatu kerusakan permanen. Banyak
sekali faktor yang menyebabkan sesorang melakukan transplantasi organ. Antara lain untuk kesembuhan
dari suatu penyakit (misalnya kebutaan, rusaknya jantung, hati, dan ginjal), Pemulihan kembali fungsi
suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak atau mengalami kelainan, tapi sama sekali tidak terjadi
kesakitan biologis (contoh: bibir sumbing).
Dalam agama Islam, Kristen, katolik, hindu, dan budha transplantasi boleh dilakukan dengan alasan
medis dan asalkan dengan niat tulus dan tujuannya untuk kebaikan menolong nyawa seseorang tanpa
membahayakan nyawa si pendonor organ tersebut. Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika dalam
keadaan darurat dan ada alasan medis, tidak dilakukan secara ilegal, dilakukan oleh profesinal dan
dilakukan secara sadar.
Dari segi etika keperawatan asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip etik seperti otonomi
(Autonomy), Tidak merugikan (Nonmaleficience), Berbuat baik (Beneficience), Keadilan (Justice),
Kejujuran (Veracity) dan Menepati janji (Fidelity) transplantasi organ diperbolehkan. Dari segi masyarakat,
selama transplantasi dilakukan atas dasar medis dan mendapat persetujuan dari anggota keluarga maka
diperbolehkan. Namun disisi lain transplantasi organ di kalangan masyarakat belum begitu dipahami secara
menyeluruh sehingga masih menimbulkan beberapa pertanyaan tentang transplantasi.

B. SARAN
Saran yang disampaikan bagi pembaca adalah jika ingin melakukan transplantasi organ, pahami
betul dari mana organ tersebut berasal. Dari donor hidup ataukah dari seseorang yang sudah meninggal.
Usahakan untuk mencari upaya penyembuhan lain sebelum memilih transplantasi organ sebagai alternatif
pengobatan. Dan untuk mencegah terjadinya konflik antar keluarga di kemudian hari, sebaiknya sebelum
melakukan tindakan ini dibuat persetujuan yang sah antar keluarga.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://willimhaveyou.files.wordpress.com/2014/01/transplantasi-organ-dan-bedah-mayat.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ
http://tranplantasiorgankesehatan.blogspot.co.id/
UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

11

Anda mungkin juga menyukai