Anda di halaman 1dari 25

BAB X

LABA ANTARA INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN


ATAS PENJUALAN BARANG DAGANGAN

PENDAHULUAN
Induk dan anak perusahaan pada dasarnya mempunyai badan hukum yang terpisah
sehingga mereka juga mempunyai bussinis entity yang terpisah pula. Ada kalanya induk
perusahaan melakukan transaksi penjualan dengan anak perusahaannya. Demikian juga
sebaliknya, anak perusahaan dapat melakukan transaksi penjualan pada induk
perusahaannya. Mereka juga dimungkinkan untuk melakukan transaksi jual beli dengan
pihak ke 3 (diluar perusahaan afiliasi). Permasalahan akan timbul pada pengakuan laba dari
hasil transaksi jual beli diantara induvidu dan anak perusahaan (inter-company transaction).
Pada prinsipnya dalam upaya menyusun laporan keuangan konsilidasi, induk dan anak-
anak perusahaan akan diberlakukan sebagai satu kesatuan usaha yang sama. Oleh karena
itu, seluruh transaksi antara induk dan anak harus dieliminasi termasuk laba hasil dari
transaksi jual-beli barang dagangan antar induk perusahaan dengan anak-anaknya
tersebut.
Menurut Haried (1994), perlakuan akuntansi bagi laba hasil transaksi jual beli antara
induk dan anak perusahaan adalah sebagai berikut.
 Transaksi yang boleh dimunculkan dan diakui dalam laporan keuangan konsilidasi
hanyalah transaksi yang terjadi antara induk dan anak-anak perusahaan dengan
pihak ketiga (pihak diluar perusahaan afiliasi), sehingga seluruh transaksi yang
berhubungan dengan jual beli diantara induk dan anak perusahaan harus dieliminasi.
 Harga pokok penjualan barang dagangan (cost of merchandise hold) dari induk dan
anak-anak perusahaan yang memperhitungkan barang dagangan yang dijual kepada
pihak ketiga saja (pihak diluar perusahaan afiliasi).
 Persediaan akhir yang ada/dimiliki induk dan anak perusahaan harus dinilai sebesar
harga perolehan (cost) bagi perusahaan afiliasi.
 Jika pada anak perusahaan terdapat minority interest, maka laba antara induk dan
anak perusahaan dapat diakui sebesar proporsi dari kepentingan minority interest
pada anak perusahaan.

TRANSAKSI JUAL-BELI ANTARA INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN


Induk dan anak perusahaan dapat melakukan transaksi jual-beli diantara mereka
(intercompany sales & purchases) maupun dengan perusahaan lain diluar perusahaan
afiliasi. Menurut Beams (2003), adanya setiap transaksi jual beli yang dilakukan pada
pembukuan mereka secara terpisah secara otomatis akan diakui. Dalam kepentingan

200
penyusunan laporan keuangan konsoidasi, minority interest dari induk dan anak perusahaan
dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga seluruh transaksi yang
ada diantara mereka harus dihapuskan. Untuk lebih jelasnya, marilah kita cermati contoh
kasus berikut ini.

Contoh kasus 1

Transaksi Jalu-Beli Antara Induk dan Anak Perusahaan

PT Pininfaria membeli 100% saham yang beredar dari PT Lotus pada 1 Januari
2005. Setelah akuisisi ini, PT Pininfaria akan menyuplai semua barang dagangan kepada
PT Lotus untuk dijual kembali kepada konsumen. Sepanjang tahun 2005 tersebut, PT
Pininfaria menetapkan harga transfer (tansfer pricing) dari pihaknya kepada PT Lotus
sebesar cost ditambah dengan mark-up 20%. Total penjualan PT Pininfaria pada PT Lotus
dengan cost Rp 20.000.000 dengan harga jual Rp 24.000.000. sampai pada 31 Desember
2005, PT lotus telah menjual semua barang dagangan yang diperoleh dari PT Pininfaria
(tidak terdapat persediaan akhir pada gudang PT Lotus) sebesar Rp 30.000.000,-

Ayat jurnal yang dibuat oleh PT Pininfaria dan PT Lotus pada pembukuan mereka
masing-masing adalah sebagai berikut.

PT Pininfaria
Jurnal Umun Tahun 2005
Debit Kredit

Persediaan Rp 20.000.000
Utang Dagang Rp 20.000.000
(untuk membukukan pembelian dari perusahaan diluar afiliasi)

Piutang Dagang – PT Lotus Rp 24.000.000


Penjualan Rp 24.000.000
(untuk membukukan penjualan kepada anak – PT Lotus)

Harga Pokok Penjualan Rp 20.000.000


Persediaan Rp 20.000.000
(untuk membukukan harga pokok penjualan barang dagangan
kepada anak perusahaan – PT Lotus)

201
PT Lotus
Jurnal Umun Tahun 2005
Debit Kredit

Persediaan Rp 24.000.000
Utang Dagang – PT Pininfaria Rp 24.000.000
(untuk membukukan pembelian dari perusahaan induk-PT
Pininfaria)

Piutang Dagang Rp 30.000.000


Penjualan Rp 30.000.000
(untuk membukukan penjualan barang dagangan kepada pihak
ketiga/diluar perusahaan afiliasi)

Harga Pokok Penjualan Rp 24.000.000


Persediaan Rp 24.000.000
(untuk membukukan harga pokok penjualan barang dagangan
kepada pihak ketiga)

Penyusunan kertas kerja konsolidasi harus berisikan penghapusan (eliminasi) dari


transaksi jual beli antar induk dan anak perusahaan tersebut sehingga sebagian dari kertas
kerja konsolidasi akan ditampakkan sebagai berikut.

PT Pininfaria dan anak perusahaan (PT Lotus)


Kertas kerja konsilidasi (parsial) tahun 2005 (dalam ribuan rupiah)
PT PT Lotus Penyesuaian dan
konsolidasi
Pininfaria 100% Eliminasi
Penjualan 24.000 30.000 1) 24.000 30.000
Harga Pokok Penjualan 20.000 24.000 1) 24.000 20.000
Gross Profit 4.000 6.000 10.000

PT Pininfaria
Jurnal Penyesuaian & Eliminasi
Debit Kredit

Penjualan Rp 24.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 24.000.000
(untuk mengeliminasi transaksi jual-beli antara induk dan anak
perusahaan)

Jurnal elimiasi dari transaksi jual – beli antara perusahaan afiliasi yang ditampakkan
pada contoh diatas membuat transaksi jual – beli antara PT Pininfaria dan PT Lotus menjadi
tidak diperhitungkan pada laporan konsilidasi. Oleh karena itu, satu-satunya transaksi jual –
beli yang dilakukan oleh perusahaan afiliasi tersebut adalah membeli barang dagangan dari
luar atau (pihak ketiga) Rp 20.000.000 untuk kemudian menjualnya langsung kepada pihak
konsumen seharga Rp 30.000.000 sehingga gross profit yang diakui secara konsolidasi

202
sebesar Rp 10.000.000 dengan komposisi Rp 4.000.000 diakui sebagai gross profit induk
dan sisanya Rp 6.000.000 diakui sebagai gross profit anak perusahaan. Untuk lebih jelasnya
perlakuan akuntasi untuk proses jual beli antara induk dan anak dapat dilihat pada bagan
berikut ini.

Rp 20.000.000 PT Pininfaria Tahun 2005

Rp 24.000.000
Intercompany transaction

PT Lotus Rp 20.000.000

Intercompany sales & purchase

Jika terdapat persediaan yang belum terjual pada akhir periode akuntansi, maka
diperlukan penyesuaian untuk menentukan adanya laba kotor yang belum dapat direalisasi
(unralized profit). Laba yang belum terealisasi ini harus diperhitungkan sebagai
pengurangan laba kotor dari pihak penjual dan mengurangi nilai persediaan dari pembeli.
Untuk lebih jelasnya marilah kita cermati contoh tentang PT Pininfaria dengan anak
perusahaannya. Pada tahun 2006, induk perusahaan (PT Pininfaria) menjual barang
daganganya ke PT Lotus dengan cost Rp 30.000.000 seharga Rp 36.000.000 pada anak
perusahaanya (PT Lotus). Sampai akhir periode akuntansi tahun 2006, PT Lotus dapat
menjual barang yang dibeli dari induknya sebesar Rp 37.500.000 dan sampai dengan 31
Desember 2006 masih terdapat persediaan senilai Rp 6.000.000 di gudangnya. Adapun
ayat jurnal umum yang dibuat oleh PT Pininfaria dari PT Lotus sepanjang periode tahun
2006 adalah sebagai berikut.

203
PT Pininfaria
Jurnal Umun Tahun 2006
Debit Kredit

Persediaan
Utang dagang Rp 30.000.000
(untuk membukukan pembelian dari perusahaan diluar afiliasi) Rp 30.000.000

Piutang dagang – PT Lotus Rp 36.000.000


Penjualan Rp 36.000.000
(untuk membukukan penjualan kepada anak – PT Lotus)

Harga pokok penjualan barang dagangan Rp 30.000.000


Persediaan Rp 30.000.000
(untuk membukukan harga pokok penjualan barang dagangan
kepada anak perusahaan – PT Lotus)

PT Lotus
Jurnal Umun Tahun 2006
Debit Kredit

Persediaan Rp 36.000.000
Utang Dagang – PT Pininfaria Rp 36.000.000
(untuk membukukan pembelian dari perusahaan induk-PT
Pininfaria)

Piutang Dagang Rp 37.500.000


Penjualan Rp 37.500.000
(untuk membukukan penjualan barang dagangan kepada pihak
ketiga/diluar perusahaan afiliasi)

Harga Pokok Penjualan Rp 30.000.000


Persediaan Rp 30.000.000
(untuk membukukan harga pokok penjualan barang dagangan
kepada pihak ketiga)

Sebelum kita menyusun kertas kerja konsilidasi. Marilah kita cermati permasalahan
timbulnya unrealized profit pada sediaan akhir PT Lotus, sebagaimana yang digambarkan
pada bagan berikut ini. Pada bagan tersebut tampak bahwa total persediaan dengan cost
Rp 30.000.000 tidak dapat terjual semua pada akhir periode 2006 sehingga total barang
dagangnya yang terjual hanya Rp 25.000.000 (Rp 30.000.000 – persediaan akhir sebesar
Rp 6.000.000) oleh karenanya nilai persediaan pada PT Lotus juga harus diturunkan karena
dalam hubungan konsolidasi, harga perolehan (cost) hanya sebesar Rp 5.000.000 (Rp
6.000.000 : 120%), hal itu disebabkan oleh induk perusahaan yang menjual dengan mark-up
20% dari cost.

204
PT Pininfari
Rp 30.000.000 cost Rp30.000.000
price Rp 36.000.000
gross profit Rp 6.000.000

Transfer Price
Unrealized Profit
Rp 36.000.000
Rp 1.000.000

PT Lotus
Cost Rp 25.000.000 Rp 37.500.000
Price Rp 37.500.000
Gross Profit Rp 12.500.000

Unrealized Profit Pada Sediaan Akhir Barang Dagangan

Partial working papers untuk kepentingan konsilidasi pada tahun 2006 akan tampak
sebagai berikut.

PT Pininfaria dan anak perusahaan (PT Lotus)


Kertas kerja konsilidasi (parsial) tahun 2006 (dalam ribuan ruapiah)
PT PT Lotus Penyesuaian dan
konsolidasi
Pininfari 100% eliminasi
Laporan laba – rugi
Penjualan 36.000 37.500 1) 36.000 37.500
Harga Pokok Penjualan 30.000 30.000 2) 1.000 1) 36.000 25.000
Gross Profit 6.000 7.500 12.500
Neraca
Persediaan 6.000 2) 1.000 5.000

Jurnal penyesuaian dan eliminasi yang diperlukan untuk menyusun kertas kerja
konsilidasi adalah sebagai berikut.

PT Pininfaria dan anak perusahaan (PT Lotus)


Jurnal Penyesuaian Dan Eliminasi Tahun 2006
Debit Kredit
1) Penjualan
Harga Pokok Penjualan Rp 36.000.000
(untuk mengeliminasi transaksi jual-beli antara induk dan anak Rp 36.000.000
perusahaan)

2) Harga Pokok Penjualan Rp 1.000.000


Persediaan Rp 1.000.000
(untuk mengeliminasi intercompany profit dari transaksi
penjualan dan sediaan)

205
Nilai dari persediaan yang mengandung unrealized pada akhir periode akuntansi,
dapat direalisasikan dengan syarat barang tersebut dapat dijual kepihak ketiga (di luar
perusahaan afiliasi). Untuk mengilustrasikan permasalahan tersebut, marilah kita cermati
contoh transaksi usaha antara PT Pininfaria dan anak perusahaannya PT Lotus sebagai
berikut. Misalnya pada tahun 2007 PT Pininfaria menjual barang dagangannya dengan cost
Rp 40.000.000 dengan harga Rp 48.000.000. PT Lotus sepanjang tahun 2007 dapat
menjual 75% dari total barang dagangan yang diproleh dari PT Pininfaria senilai Rp
45.000.000. persediaan awal senilai Rp 6.000.000 juga telah terjual dengan nilai penjualan
Rp 7.500.000. jurnal yang dibukukan oleh PT Pininfaria dan PT Lotus secara terpisah
adalah sebagai berikut.

PT Pininfaria
Jurnal Umun Tahun 2007
Debit Kredit
Persediaan Rp 40.000.000
Utang Dagang Rp 40.000.000
(untuk membukukan pembelian dari perusahaan diluar afiliasi)

Piutang Dagang – PT Lotus Rp 48.000.000


Penjualan Rp 48.000.000
(untuk membukukan penjualan kepada anak – PT Lotus)

Harga Pokok Penjualan Rp 40.000.000


Persediaan Rp 40.000.000
(untuk membukukan harga pokok penjualan barang dagangan
kepada anak perusahaan – PT Lotus)

PT Lotus
Jurnal Umun Tahun 2007
Debit Kredit

Persediaan
Rp 48.000.000
Utang Dagang – PT Pininfaria
Rp 48.000.000
(untuk membukukan pembelian dari perusahaan induk-PT
Pininfaria)
Rp 52.500.000
Piutang Dagang
Rp 52.500.000
Penjualan
(untuk membukukan penjualan barang dagangan kepada pihak
ketiga/diluar perusahaan afiliasi)
Rp 42.000.000
Harga Pokok Penjualan
Rp 42.000.000
Persediaan
(untuk membukukan harga pokok penjualan barang dagangan
kepada pihak ketiga)

206
Persediaan akhir PT Lotus adalah Rp 12.000.000 (25% x Rp 48.000.000),
persediaan akhir dari PT Lotus mengandung unrealized profit sebesar Rp 2.000.000
(12.000.000 adalah 120% dari cost, maka cost-nya adalah Rp 10.000.000 sedangkan
unrealized profit Rp 2.000.000). Total penjualan yang dilakukan oleh PT Lotus adalah Rp
52.500.000 (penjualan 75% dari barang dagangan yang dibeli dari PT Pininfaria sepanjang
Tahun 2007 adalah Rp 45.000.000 + Rp 7.500.000 hasil penjualan barang persediaan awal
sebagai hasil transaksi tahun 2006 yang lalu sehingga unrealized profit yang telah
terealisasi (Gross Profit) sepanjang tahun 2007 sebesar Rp 17.500.000. kertas kerja
konsilidasi adalah sebagai berikut.

PT Pininfaria dan anak perusahaan (PT Lotus)


Kertas kerja konsilidasi (parsial) tahun 2007 (dalam ribuan ruapiah)
PT PT Lotus Penyesuaian dan
Konsilidasi
Pininfaria 100% Eliminasi
Laporan laba – rugi
Penjualan 48.000 52.500 1) 48.000 52.500
Harga pokok penjualan barang 40.000 42.000 3) 2.000 1) 48.000 35.000
2) 1.000
Gross Profit 8.000 10.500 17.500
Neraca
Perediaan 12.000 3) 2.000 10.000
Investasi pada PT Lotus xxxx 2) 1.000

Jurnal penyesuaian dan eliminasi untuk kepentingan penyusun laporan keuangan


koansilidasi tahun 2007 adalah sebagai berikut.

PT Pininfaria dan anak perusahaan (PT Lotus)


Jurnal Penyesuaian dan Eliminasi Tahun 2007
Debit Kredit
1) Penjualan Rp 48.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 48.000.000
(untuk mengeliminasi transaksi jual-beli antara induk dan anak
perusahaan)

2) Investasi pada PT Lotus Rp 1.000.000


Harga Pokok Penjualan Rp 1.000.000
(untuk mengakui realisasi dan unrealized profit pada sediaan
awal barang dagangan PT Lotus)

3) Harga Pokok Penjualan Rp 2.000.000


Persediaan Rp 2.000.000
(untuk mengeliminasi intercompany profit dari sediaan akhir PT
Lotus)

207
TRANSAKSI PENJUALAN INDUK TERHADAP ANAK PERUSAHAAN (DOWNSTREM)
DAN PENJUALAN ANAK TERHADAP INDUK PERUSAHAAN (UPSTREAM)

Sering kali suatu perusahaan afiliasi melakukan transaksi jual beli diantara mereka,
jadi induk perusahaan dapat bertindak sebagai penjual sekaligus pembeli bagi barang
dagangan anak perusahaan, demikian juga sebaliknya. Permasalahan akan timbul terhadap
gross profit yang terkandung dalam transaksi jual beli tersebut. Perlakuan akuntansi
membedakan transaksi jual beli tersebut berdasar pada pihak yang melakukan transaksi
penjualan tersebut. Jika yang melakukan transaksi penjualan adalah induk perusahaan,
maka transaksi tersebut akan disebut dengan downstrem sales, sedangkan jika yang
melakukan penjualan adalah anak perusahaan, maka transaksi tersebut akan diakui
sebagai upstream sales. Secara singkat hubungan diantara kedua jenis transaksi penjualan
antara induk dan anak tersebut ditampakkan pada bagan berikut ini.

Downstrem sales Upstream sales

Perusahaan induk Perusahaan induk


Penjual  gross profit Pembeli  sediaan

Anak perusahaan Anak perusahaan


Pembeli  sediaan Penjual  gross profit

Perbandingan Downstrem sales dan Upstream sales

Pada kasus terjadinya downstrem sales, induk perusahaan bertindak sebagai


penjual sehingga jika terjadi persediaan pada anak perusahaan yang bertindak sebagai
pembeli, maka unrealized profit harus diakui sebagai induk perusahaan. Sedangkan anak
perusahaan harus menurunkan nilai persediaanya sampai seharga cost bagi induk
perusahaan. Pengakuan unrealized profit pada kasus downstrem sale tidak akan
memengaruhi kepentingan minoritas.
Upstream sales terjadi dengan posisi anak perusahaan sebagai penjual dan induk
perusahaan sebagai pembeli sehingga jika terjadi adanya persediaan yang ada di gudang
induk perusahaan, maka unrealized profit harus diakui oleh anak perusahaan. Sedangkan
pengurangan nilai persediaan harus dilakukan oleh induk perusahaan yang bertindak
sebagai pembeli. Dalam kasus Upstream ini, pengakuan unrealized profit akan berdampak

208
terhadap kepentingan minoritas, karna kepentingan minoritas terdapat pada anak
perusahaan, dimana anak perusahaan adalah pihak yang harus mengurangi labanya. Akibat
pengurangan laba ini, hak kepentingan minoritas juga akan terpengaruh. Untuk memperjelas
masalah ini, marilah kita cermati kasus berikut ini.

Contoh kasus 2
Pengaruh downstream sales dan upstream sales terhadap perhitugan laba bagi induk
dan anak perusahaan.

Asumsikan PT Bumi mengakuisisi 80% saham yang beredar dari PT Bulan pada
tanggal 1 Januari 2005. Berikut ini laporan laba rugi dari kedua perusahaan afiliasi tersebut
per tanggal 31 Desember 2005.

Laporan Laba/Rugi PT Bumi Dan Anak Perusahaannya PT Bulan


Periode Tahun 2005
PT Bumi PT Bulan
Penjualan Rp 600.000.000 Rp 300.000.000
(-) Harga Pokok Penjualan Rp (300.000.000) Rp (180.000.000)
Laba kotor Rp 300.000.000 Rp 120.000.000
(-) Biaya Operasional Rp (100.000.000) Rp (70.000.000)
Laba bersih PT Bumi Rp 200.000.000
Laba bersih PT Bulan Rp 50.000.000

Intercompany sales selama periode 2005 tersebut adalah Rp 100.000.000 dan pada
tanggal 31 Desember 2005 terdapat unrealized profit pada persediaan akhir sebesar Rp
20.00.000,00.
Perhitungan laba yang menjadi hak kepentingan minoritas (minority interst income)
adalah sebagai berikut.

 Jika transaksi penjualan tersebut berupa downstream sales maka Rp 20.000.000


akan mencerminkan unrealized profit yang harus dikompensasikan kepada induk
perusahaan sehingga tidak memengaruhi kepentingan minoritas. Oleh karena itu,
minority interest income adalah:

laba bersih PT Bulan x minority interst == Rp 50.000.000 x 20% = Rp10.000.000

 Jika transaksi penjualan tersebut adalah upstream sales,maka unrealized profit


sebesar Rp 20.000.000 harus dikompensasikan pada laba dari anak perusahaan
sebagi pihak penjual. Mengingat minority interest terdapat pada anak perusahaan,

209
maka unrealized profit ini akan memengaruhi laba yang menjadi hak kepentingan
minoritas sehingga perhitungan minority interest income adalah sebagai berikut.

(Laba bersih PT Bulan - unrealized profit) x 20%


Rp. 50.000.000,00 – Rp. 20.000.000,00) x 20% = Rp. 6.000.000,00

Perhitungan laba bagi kepentingan mayoritas (Consolidated net income computation)


adalah sbb :

PT Bumi dan anak perusahaan (PT Bulan)


Kertas kerja konsilidasi (parsial) tahun 2005 (dalam ribuan rupiah)
PT PT Bulan Penyesuaian dan
konsolidasi
Bumi 80% Eliminasi
Laporan laba – rugi
Penjualan 600.000 300.000 1) 100.000 800.000
Harga Pokok Penjualan 300.000 180.000 2) 20.000 1) 100.000 400.000
Gross Profit 300.000 120.000 400.000
Biaya Operasional 100.000 70.000 170.000
Total Laba yang terealisasi 200.000 50.000 230.000
Neraca
Persediaan xxx 2) 20.000 xxx

PT Bumi dan anak perusahaan (PT Bulan)


Jurnal Penyesuaian Dan Eliminasi Tahun 2005

Debit Kredit
1) Penjualan
Harga Pokok Penjualan Rp 100.000.000
(untuk mengeliminasi transaksi jual-beli antara induk dan Rp 100.000.000
anak perusahaan)

2) Harga Pokok Penjualan Rp 20.000.000


Persediaan Rp 20.000.000
(untuk mengeliminasi intercompany profit dari transaksi
penjualan dan sediaan)

210
PT Bumi Dan Anak Perusahaannya PT Bulan
Laporan Laba Rugi Konsolidasi Per 31 Desember 2005
Downstream Upstream sales
Penjualan (Rp 900.000.000 – Rp 100.000.000) sales
Harga pokok penjualan ( Rp 480.000.000 + Rp 20.000.000 Rp 800.000.000 Rp 800.000.000
( – ) Rp 100.000.000

Laba kotor Rp (400.000.000) Rp (400.000.000)


Biaya ( Rp 100.000.000 + Rp 70.000.000) Rp 400.000.000 Rp 400.000.000
Total laba yang terealisasi Rp (170.000.000) Rp (170.000.000)
( - ) laba yang menjadi hak kepentingan minoritas Rp 230.000.000 Rp 230.000.000
Laba bersih konsolidasi Rp (10.000.000) Rp ( 6.000.000)
Rp 220.000.000 Rp 224.000.000

Kasus di atas memberikan gambaran secara gamblang bahwa kasus downstream


sales & upstream sales akan memberikan dampak yang berbeda dalam rangka pengukuran
laba bagi kepentingan minoritas maupun bagi penyusun laba/rugi konsolidasi. Perlu kiranya
untuk diingat bahwa kepentingan minoritas akan terpengaruh oleh munculnya unrealized
profit, jika anak perusahaan bertindak sebagai penjual (upstream sales) saja dan hal ini
tidak berlaku jika induk perusahaan bertindak sebagai penjual (downstream sales).

UNREALIZED PROFIT BAGI DOWNSTREAM SALES


Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa downstream sales
adalah kondisi dimana induk perusahaan melakukan transaksi penjualan pada anak
perusahaan sehingga induk perusahaan bertindak sebagai penjual sedangkan anak
perusahaan bertindak sebagai pembeli. Pada bagian ini kita akan membahas perlakuan
akuntansi untuk unrealized profit pada persediaan akhir maupun saat persediaan tersebut
terjual pada periode berikutnya. Untuk memperjelas permasalahan ini marilah kita cermati
contoh kasus berikut ini.

Contoh kasus 3
Downstream Sales - Unrealized Profit Pada Sediaan Akhir Dan Realisasinya Pada
Periode Selanjutnya

PT Poseidon memiliki 90% saham perusahaan PT Neutolius pada tanggal 1 Juli


2004, ketika aktiva bersih dari PT Neutolius terdiri atas modal saham Rp 100.000.000 dan
laba ditahan Rp 5.000.000. Harga perolehan akuisisi tersebut sama nilainya dengan nilai
buku aktiva bersih PT Neutolius sehingga tidak perlu dilakukan revaluasi. PT Poseidon
sebagai induk perusahaan secara rutin menjual barang dagangannya kepada PT Neutolius.

211
Berikut ini adalah data relevan dengan transaksi jual beli diantara mereka (intercompany
sales).
Penjualan kepada PT Neutolius tahun 2005 adalah
 Cost Rp 15.000.000
 Harga jual Rp 20.000.000
Unrealized Profit pada sediaan PT Neutolius
 Per tanggal 31 Desember 2004 Rp 2.000.000
 Per tanggal 31 Desember 2005 Rp 2.500.000
Saldo utang-piutang diantara PT Poseidon & PT Neutolius per 31 Rp 10.000.000
Desember 2005 adalah sebagai berikut
Laba bersih PT Neutolius per 31 Desember 2005 Rp 30.000.000

Kertas Kerja Konsolidasi PT Poseidon

Pada tanggal 31 Desember 2004, akun investasi PT Neutolius mempunyai saldo


Rp 128.500.000,00. Saldo ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut.

Modal saham per 31 Desember 2004 Rp 100.000.000


Laba ditahan per 31 Desember 2004 Rp 45.000.000
Total aktiva bersih PT Neutolius Rp 145.000.000
Kepemilikan 90% Rp 130.500.000
(-) unrealzed profit pada sediaan PT Neutolius Rp (2.000.000)
Saldo akun investasi pada PT Neutolius Rp 128.500.000

Saldo dari akun ekuitas pada laba anak perusahaan - PT Neutolius per 31 Desember
2005 adalah sebagai berikut.

Ekuitas pada laba anak perusahaan - PT Neutolius 90% x Rp 30.000.000 Rp 27.000.000


(+) unrealzed profit yang terealisasi tahun 2005 Rp 2.000.000
(-) unrealzed profit pada sediaan per 31/12/2005 Rp (2.500.000)
Saldo akun laba dari anak perusahaan (income from unrealzed profit) per Rp 26.500.000
31/12/2005

Pada tanggal 31 Desember 2005, PT Neutolius telah membagikann dividen kas


sebesar Rp. 10.000.000 dan belum dicatat oleh PT Poseidon.

Ayat jurnal yang telah dibuat oleh PT Poseidon pada pembukuannya sendiri adalah
sebagai berikut.

212
PT Pesoidon
Jurnal Umum Tahun 2005
Debit Kredit
Kas Rp 9.000.000
Investasi pada PT Neutolius Rp 9.000.000
(untuk membukukan cash deviden dari PT Neutolius sebesar 90%
dari Rp 10.000.000)

Investasi pada PT Neutolius Rp 26.500.000


Laba dari PT Neutolius Rp 26.500.000
(untuk membukukan laba dari anak perusahaan PT Neutolius)

Investasi 31 Des 2004 Rp. 128.500.000


Laba Bersih Rp. 26.500.000
----------------------
Rp. 155.000.000
Dividen (Rp. 9.000.000)
-----------------------
Investasi 31 Des 2005 Rp. 146.000.000
=============

Kertas kerja konsolidasi pada tahun 2005 adalah sebagai berikut.

213
PT Pesoidon dan anak perusahaan (PT Neutolius) -90%
Kertas kerja konsolidasi tahun 2005
(dalam ribuan rupiah)
PT PT Penyesuaian dan
Pesoidon Neutolius eliminasi Konsolidasi
D K
Laporan Laba/Rugi
Penjualan bersih 1.000.000 300.000 1) 20.000 1.280.000
Laba dari PT Neutolius 26.500 4) 26.500
Harga pokok penjualan (550.000) (200.000) 3) 2.500 1) 20.000 (730.500)
2) 2.000 (420.000)
Biaya lain-lain (350.000) (70.000)
Beban/Laba kepentingan minoritas
(Rp 30.000.000 x 10%) 5) 3.000 (3.000)
Laba bersih 126.500 30.000 126.500

Laba ditahan
Laba ditahan – PT Poseidon 194.000 194.00
Laba ditahan - PT Neutolius 45.000 3) 45.000
Laba bersih (pindahan) 126.500 30.000 126.500
Deviden (50.000) (10.000) 4) 9.000 (50.000)
5) 1.000
Laba ditahan per 31/12/2005 270.500 65.000 270.500

Neraca
Kas 30.000 5.000 35.000
Piutang dagang 70.000 20.000 7) 10.000 80.000
Persediaan 90.000 45.000 3) 2.500 132.500
Aktiva lain-lain 64.000 10.000 74.000
Gedung dan perlengkapan 800.000 120.000 920.000
Investasi pada PT Neutolius 146.000 2)2.000 4) 17.500
6) 130.500
1.200.000 200.000 1.241.500

Utang dagang 80.000 15.000 7) 10.000 85.000


Utang lain-lain 49.500 20.000 69.500
Modal sahan 800.000 100.000 6) 100.000 800.000
Laba ditahan 270.500 65.000 270.500
1.200.000 200.000
Kepentingan monoritas per
1/12/2005 6) 14.500
Kepentingan monoritas per
31/12/2005 5) 2.000 16.500
1.241.500

Jurnal penyesuian dan eliminasi untuk kertas kerja konsilidasi periode tahun 2005
untuk metode ekuitas adalah sebagai berikut.

214
PT Pesoidon dan anak perusahaan (PT Neutolius)
Jurnal penyesuaian dan eliminasi tahun 2005
Debit Kredit

1) Penjualan Rp 20.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 20.000.000
(untuk eliminasi intercompanyi sales & purchase dan
harga pokok penjualan yang berhubungan)

2) Investasi pada PT Neutolius Rp 2.000.000


Harga Pokok Penjualan Rp 2.000.000
(untuk menyesuaikan harga pokok penjualan dan
saldo awal investasi untuk unrealized profit pada
saldo awal sediaan)

3) Harga Pokok Penjualan Rp 2.500.000


Persediaan Rp 2.500.000
(untuk mengeliminasi unrealized profit pada sediaan
akhir untuk meningkatkan harga pokok penjualan
pada perusahaan afiliasi)

4) Laba dari PT Neutolius Rp 26.500.000


Deviden Rp 9.000.000
Investasi pada PT Neutolius Rp 17.500.000
(untuk mengeliminasi investment income dan 90%
deviden anak perusahaan dan untuk mengurangi
akun investasi pada anak perusahaan pada saldo
awal ditambah Rp 2.000.000 dari jurnal no.2

5) Beban Hak Minoritas Rp. 3.000.000


Dividen Rp. 1.000.000
Hak Minoritas Rp. 2.000.000
(untuk memcatat laba minortias dan dividennya)

6) Modal saham – PT Neutolius Rp 100.000.000


Laba ditahan – PT Neutolius Rp 45.000.000
Investasi pada PT Neutolius Rp 130.500.000
Hak Minoritas Rp 14.500.000
(untuk mengeliminasi reciprocal investment dan saldo
ekuitas dan membukukan saldo awal kepentingan
minoritas)

6) Utang Dagang Rp 10.000.000


Piutang Dagang Rp 10.000.000
(untuk menghapuskan reciprocal account dari
transksi utang – piutang antara induk dan anak)

215
Contoh kasus 4

Upstream Sales – Unrealized Profit Pada Sediaan Akhir Dan Realisasinya Pada
Periode Selanjutnya

PT Akhasa menguasai 80% saham yang beredar dari PT Lestat pada tanggal 2 Januari
2006 dengan cost Rp 480.000.000,00. Ketika saldo modal saham dari PT Lestat Rp
500.000.000,00 dan laba ditahan Rp 250.000.000,00. Harga perolehan dari investasi
tersebut dipandang oleh manajemen PT Akhasa telah sesuai dengan nilai wajar dari aktiva
bersih PT Lestat sehingga tidak perlu ada goodwill atau revaluasi aktiva. PT Lestat menjual
barang dagangan kepada PT Akhasa secara teratur. Intercompany transaction sepanjang
tahun 2007 adalah sebagai berikut.

Penjualan kepada PT Akhasa tahun 2007 Rp 300.000.000,00


Unrealized profit pada persediaan PT Akhasa per tanggal Rp 40.000.000,00
31/12/2006
Unrealized profit pada persediaan PT Akhasa per tanggal Rp 30.000.000,00
31/12/2007
Transaksi utang – piutang antara induk - anak perusahaan Rp 50.000.000,00
Laba bersih PT Lestat, 31 Desember 2007 Rp. 100.000.000,00

Kertas Kerja Konsolidasi PT Akhasa

Pada tanggal 31 Desember 2006 saldo akun investasi terhadap PT Lestat


mempunyai saldo Rp 568.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut.

Modal saham per 2 Januari 2006 Rp 500.000.000


Laba ditahan per 2 Januari 2006 Rp 250.000.000
Total aktiva bersih PT Lestat Rp 750.000.000
Kepemilikan 80% Rp 600.000.000
(-)Unrealized profit pada persediaan per 31/12/2006 x
80%
= Rp. 80% x Rp. 40.000.000 Rp (32.000.000)

Saldo akun investasi pada PT Lestat tanggal Rp 568.000.000


31/12/2006

Pada tanggal 31 Desember 2007, PT Lestat telah membagikan dividen kas sebesar
Rp. 50.000.000 dan belum dicatat oleh PT Akhasa.

Sepanjang tahun 2007, jurnal yang dibuat oleh PT Akhasa pada pembukuannya
sendiri adalah sebagai berikut.

216
PT Akhasa
Jurnal umum tahun 2007
Debit Kredit

Kas Rp 40.000.000
Investasi pada PT Lestat Rp 40.000.000
(untuk membukukan cash deviden dari PT Lestat sebesar
80% dari Rp 50.000.000)

Investasi pada PT Lestat Rp 88.000.000


Laba dari PT Lestat Rp 88.000.000
(untuk membukukan laba dari anak perusahaan PT Lestat)

Adapun cara perhitungan laba dari perusahaan (income from) – PT Lestat adalah
sebagai berikut.

Laba dari PT Lestat (Rp 100.000.000 x 80%) Rp. 80.000.000


(+) 80% dari Rp 40.000.000 unrealized profit pada tanggal 31/12/2006
yang telah terealisasi Rp. 32.000.000
(-) 80% dari Rp 30.000.000 unrealized profit pada 31/12/2007 yang belum
terealisasi (Rp. 24.000.000)
Laba (income from) PT Lestat Rp. 88.000.000
============

Perhitungan laba bagi kepentingan minoritas (minority income) – PT Lestat adalah


sebagai berikut.

Laba bersih dari PT Lestat Rp 100.000.000


(+) realisasi unrealized profit pada persediaan 2006 Rp 40.000.000
(-) unrealized profit pada persediaan 2007 Rp (30.000.000)
Rp 110.000.000
Persentase dari kepentingan minoritas 20%
Laba bagi kepentingan minoritas Rp 22.000.000

Investasi 31 Des 2006 Rp. 568.000.000


Laba Bersih Rp. 88.000.000
----------------------
Rp. 656.000.000
Dividen (Rp. 40.000.000)
-----------------------
Investasi 31 Des 2007 Rp. 616.000.000
=============

217
Kertas kerja konsolidasi PT Akhasa pada periode 2007 sbb:

PT Akhasa dan anak perusahaan (PT Lestat) -80%


Kertas kerja konsilidasi tahun 2007 (dalam ribuan rupiah)
PT Akhasa PT Lestat Penyesuaian dan
eliminasi Konsolidasi
D K
Laporan Laba/Rugi
Penjualan bersih 3.000.000 1.500.000 1) 300.000 4.200.000
Laba dari PT Lestat 88.000 4) 88.000
Harga pokok penjualan (2.000.000) (1.000.000) 3) 30.000 1) 300.000
2) 40.000 (2.690.000)
Biaya lain-lain (588.000) (400.000) (988.000)
Beban/Laba kepentigan minoritas
(Rp 110.000.000 x 20%) 5) 22.000 (22.000)
Laba bersih 500.000 100.000 500.000

Laba ditahan
Laba ditahan – PT Akhasan 1.000.000 1.000.000
Laba ditahan – PT Lestat 250.000 6) 250.000
Laba bersih (pindahan) 500.000 100.000 500.000
Deviden (400.000) (50.000) 4) 40.000 (400.000)
5) 10.000
Laba ditahan per 31/12/2007 1.100.000 300.000 1.100.000

Neraca
Kas 200.000 50.000 250.000
Piutang dagang 700.000 100.000 7) 50.000 750.000
Persediaan 1.100.000 200.000 3) 30.000 1.270.000
Aktiva lain-lain 384.000 150.000 534.000
Gedung dan perlengkapan 2.000.000 500.000 250.000
Investasi pada PT Lestat 616.000 2) 32.000 4) 48.000
6) 600.000
5.000.000 1.000.000 5.304.000

Utang dagang 500.000 150.000 7) 50.000 600.000


Utang lain-lain 400.000 50.000 450.000
Modal sahan 3.000.000 500.000 6) 500.000 3.000.000
Laba ditahan (pindahan) 1.100.000 300.000 1.100.000
5.000.000 200.000
Kepentingan minoritas per
1/12/2007 2) 8.000 6) 150.000
Kepentingan minoritas per
31/12/2007 5) 12.000 154.000

5.304.000

Ayat jurnal penyesuaian dan eliminasi yang dibuat untuk kertas kerja konsilidasi dengan
menggunakan metode ekuitas adalah sebagai berikut.

218
PT Akhasa dan anak perusahaan (PT Lestat )
Jurnal penyesuaian dan eliminasi tahun 2007
Debit Kredit

1) Penjualan Rp 300.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 300.000.000
(untuk eliminasi intercompanyi sales & purchase dan harga pokok
penjualan yang berhubungan)

2) Investasi pada PT Lestat Rp 32.000.000


Hak Minoritas Rp 8.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 40.000.000
(untuk menyesuaikan harga pokok penjualan dan saldo awal
investasi untuk unrealized profit pada saldo awal sediaan)

3) Harga Pokok Penjualan Rp 30.000.000


Persediaan Rp 30.000.000
(untuk mengeliminasi unrealized profit pada persediaan akhir
untuk meningkatkan harga pokok penjualan pada perusahaan
afiliasi)

4) Laba dari PT Lestat Rp 88.000.000


Deviden Rp 40.000.000
Investasi pada PT Lestat Rp 48.000.000
(untuk mengeliminasi akun pendapatan dari anak perusahaan
80% deviden dari PT lestat dan mengurangi akun investasi pada
PT Lestat sampai pada saldo awal)

5) Beban Hak Minoritas Rp 22.000.000


Deviden Rp 10.000.000
Hak Minoritas Rp 12.000.000
(untuk mencatat laba bagi pemegang saham minoritas)

6) Modal Saham – PT Lestat Rp 500.000.000


Laba Ditahan – PT Lestat Rp250.000.000
Investasi pada PT Lestat Rp 600.000.000
Hak Minoritas Rp 150.000.000
(untuk mengeliminasi reciprocal investment dan saldo ekuitas dan
membukukan saldo awal kepentingan minoritas)

7) Utang Dagang Rp 50.000.000


Piutang Dagang Rp 50.000.000
(untuk menghapuskan reciprocal account dari transksi utang –
piutang antara induk dan anak)

219
RINGKASAN

Transaksi jual beli diantara induk dan perusahaan (perusahaan afiliasi) sering terjadi
dan biasanya berlangsung secara rutin. Proses penjualan dari induk perusahaan kepada
anak perusahaan akan disebut dengan downstream sales, sedangkan penjualan dari anak
perusahaan kepada induk perusahaannya disebut upstream sales. Pada prinsipnya
laba/rugi yang timbul sebagai konsenkuensi dari transaksi penjualan pada perusahaan
afiliasi (intercompany sales) hanya dapat diakui setelah barang tersebut terjual keluar
perusahaan terdapat persediaan barang yang belum terjual (di gudang penjual) keluar
perusahaan afiliasi, maka akan menimbulkan unrealized profit, yaitu laba kotor yang
terkandung dalam nilai persediaan pada gudang perusahaan afiliasi. Unrealized profit ini
akan muncul karna untuk kepentingan penyusun laporan keuangan konsilidasi, induk dan
anak perusahaan dipandang sebagai satu bussinis entity saja sehingga unrealized profit ini
akan diproses dengan mengurangi laba bagi perusahaan afiliasi yang bertindak sebagai
penjual, sekaligus mengurangi nilai persediaan akhir barang dagangan bagi perusahaan
afiliasi yang bertindak sebagai pembeli.
Perlakuan akuntansi atas unrealized profit ini akan berbeda dengan transaksi
downstream dan upstream. Mengingat kasus upstream yang akan disesuaikan labanya
adalah anak perusahaan sebagai penjual, maka bagi anak perusahaan yang sahamnya
dikuasai tidak seluruhnya (>100%) akan memengaruhi hak dari kepentingan minoritas, yaitu
pihak – pihak yang menguasai sebagian saham yang beredar dari anak perusahaan.

220
LATIHAN SOAL

1. PT Jaya memiliki 70% saham yang beredar milik PT East. PT Jaya menjual barang
dagangan pada PT East dengan keuntungan 20% diatas nilai perolehan. Selama tahun
2002 PT Jaya menjual barang dagangan pada PT East senilai Rp 12.000.000.
Setengah dari persediaan tersebut belum dapat dijual oleh PT East pada pihak ketiga.
Pada tahun 2003 PT Jaya menjual barang dagangan pada PT East senilai Rp 8,4 juta.
Selama tahun 2003 semua persediaan yang didapat dari PT Jaya dapat dijual oleh PT
East kepada pihak ketiga. Berikut ini adalah laporan laba rugi yang diberikan PT Jaya
pada PT East pada tahun 2003.

PT Jaya PT East
Penjualan Rp 30.000.000 Rp 20.000.000
Harga pokok penjualan Rp (20.000.000) Rp (12.000.000)
Laba kotor Rp 10.000.000 Rp 8.000.000
Biaya lain-lain Rp 3.000.000 Rp (4.000.000)
Laba Rp 7.000.000 Rp 4.000.000

Diminta:
a. buatlah jurnal eliminasi untuk kepentingan laporan konsolidasi pada tahun 2003!
b. hitunglah berapa laba untuk kepentingan minoritas pada tahun 2003!
c. buatlah laporan laba rugi konsolidasi untuk tahun 2003!

2. Berikut ini adalah laporan laba rugi untuk tahun 2004 dari PT Asia dan anak perusahaan
PT Baru. PT Asia memiliki sebanyak 60% kepemilikan saham dari PT Baru.

PT Asia PT Baru
Penjualan Rp 40.000.000 Rp 25.000.000
Harga pokok penjualan Rp (25.000.000) Rp (15.000.000)
Laba kotor Rp 15.000.000 Rp 10.000.000
Biaya lain-lain Rp 5.000.000 Rp (4.000.000)
Laba Rp 10.000.000 Rp 6.000.000

Selama tahun 2004, PT Baru menjual barang dagangan pada PT Asia dengan nilai
perolehan Rp 10 juta, harga jual dengan mark – up 10% dari harga perolehan. Pada
sediaan akhir PT Asia tahun 2003 dan tahun 2004 terlihat laba yang belum terealisasi
senilai Rp 0,5 juta dan Rp 1 juta.

221
Diminta:
a. hitunglah berapa laba untuk kepentingan minoritas pada tahun 2004
b. buatlah konsolidasi laba rugi untuk tahun 2004.

3. PT maju membeli kepemilikan saham PT Alea sebanyak 80% dengan nilai investasi
Rp 600 juta pada tanggal 1 Januari 2004. Saat itu PT Alea memiliki kekayaan yaitu
Rp 500 juta modal saham dan Rp 200 juta laba ditahan. Kelebihan investasi atas
kekayaan PT Alea dialokasikan untuk goodwill dengan masa amortisasi 10 tahun.
Berikut ini adalah laba rugi dari kedua perusahaan pada tahun 2005.

PT Maju PT Alea
Penjualan Rp 5.000.000 Rp 1.000.000
Laba dari PT Alea Rp 156.000
HPP (Rp 3.000.000) Rp (700.000)
Biaya lain-lain (Rp 1.500.000) Rp (100.000)
Laba Rp 656.000 Rp 200.000

Selama tahun 2004 PT Alea menjual barang dagangan pada PT Maju senilai Rp 800
juta. Nilai perolehan dari barang dagangan tesebut adalah Rp 500 juta. Setengah dari
persediaan tersebut masih menjadi persediaan akhir bagi PT Maju pada tahun 2004.
Pada tahun 2005 PT Alea menjual barang dagangan pada PT Maju senilai Rp 900 juta
dengan harga perolehan Rp 600 juta dan setengah dari persediaan tersebut masih
menjadi persediaan akhir bagi PT Maju pada tahun 2005.

Diminta:
a. PT Maju memakai metode ekuitas, maka betulkan nilai laba dari PT Alea?
b. buatlah jurnal eliminasi untuk tahun 2005!
c. buatlah laporan laba rugi konsolidasi untuk tahun 2005!

4. (disadur dari Haried 1994) PT Lativa memiliki 90% saham yang beredar milik PT Segal.
Nilai investasi adalah Rp 810 juta pada tanggal 1 Januari 2001, dimana saat itu PT
segal memiliki laba ditahan sebesar Rp 150 juta. Berikut ini adalah laporan keuangan
dari PT Lativa dan PT Segal untuk tahun 2005:

PT Lativa PT Segal
Penjualan Rp 1.650.000 Rp 795.000
Laba dari PT Segal Rp 64.125
Harga pokok penjualan Rp (1.290.000) Rp (517.500)
Biaya lain-lain Rp (310.500) Rp (206.250)
Laba bersih Rp 113.625 Rp 71.250

222
Laba ditahan awal Rp 838.500 Rp 180.000
Laba bersih Rp 113.625 Rp 71.250
Deviden dideklarasikan Rp (150.000) Rp (60.000)
Laba ditahan akhir Rp 802.125 Rp 191.250

Kas Rp 93.000 Rp 75.000


Piutang Rp 319.500 Rp 168.750
Persediaan Rp 210.000 Rp 172.500
Investasi pada PT Segal Rp 889.875
Aktiva lain-lain Rp 750.000 Rp 630.000
Total aktiva Rp 2.262.375 Rp 1.046.250

Utang usaha Rp 105.000 Rp 45.000


Kewajiban lain Rp 155.250 Rp 60.000
Modal saham Rp 1.200.000 Rp 750.000
Laba ditahan Rp 802.125 Rp 191.250
Total kewajiban dan modal Rp 2.262.375 Rp 1.046.250

Pada tanggal 1 Januari 2005, sediaan dari PT Lativa meliputi keuntungan senilai Rp
12,5 juta yang berasal dari penjualan PT Segal tahun 2004. Selama tahun 2005, PT
Segal melakukan penjualan barang dagangan pada PT Lativa senilai Rp 300 juta
dengan mark-up 20% dari nilai jual. Persedian akhir dari PT Lativa meliputi barang
dagangan yang dibeli dari PT Segal tahun 2005 senilai Rp 75 juta. PT Lativa memakai
metode ekuitas untuk mencatat investasi pada PT Segal.
Diminta:
Buatlah laporan keuangan konsolidasi untuk periode yang berakhir tahun 2005!

5. (disadur dari Beam 2000) PT Mulia memiliki 90% saham yang beredar milik PT Atlas
pada tahun 2001 dengan selisih investasi dibandingkan kekayaan PT Atlas senilai Rp 5
juta. Kelebihan tersebut akan diamortisasi selama 5 tahun sejak awal tahun 2001.
Berikut ini adalah laporan keuangan dari kedua perusahaan untuk tahun yang berakhir
31 Desember 2008:
(dalam ribuan)
PT Mulia PT Atlas
Penjualan Rp 500.000 Rp 100.000
Laba dari PT Segal Rp 27.900
Harga pokok penjualan Rp (240.000) Rp (40.000)
Biaya lain-lain Rp (174.500) Rp (30.000)
Laba bersih Rp 113.900 Rp 30.000

Laba ditahan awal Rp 110.000 Rp 40.000


Laba bersih Rp 113.900 Rp 30.000
Deviden Rp (70.000) Rp (20.000)
Laba ditahan akhir Rp 153.900 Rp 50.000

Kas Rp 63.000 Rp 30.000


Piutang Rp 40.000 Rp 20.000
Persediaan Rp 60.000 Rp 15.000
Aktiva tetap bersih Rp 220.000 Rp 105.000
Investasi pada PT Atlas Rp 131.400

223
Total aktiva Rp 514.400 Rp 170.000

Utang usaha Rp 60.500 Rp 40.000


Modal saham Rp 300.000 Rp 80.000
Laba ditahan Rp 153.900 Rp 50.000
Total kewajiban dan modal Rp 514.400 Rp 170.000

Selama tahun 2008 PT Mulia menjual barang dagangan pada PT Atlas senilai Rp 10
juta. Nilai perolehan dari barang dagangan adalah Rp 6 juta, barang dagangan ini
belum dibayar maupun belum dijual oleh PT Atlas sampai tahun 2008. Persediaan akhir
milik PT Mulia tahun 2007 meliputi barang dagangan yang diperoleh dari PT Atlas,
dimana PT Atlas mengakui keuntungan senilai Rp 5 juta.

Diminta:
a. buatlah jurnal koreksi untuk akun investasi pada PT Atlas dibuku PT Mulia!
b. buatlah kertas kerja konsolidasi untuk tahun 2008!

224

Anda mungkin juga menyukai