Anda di halaman 1dari 9

PIUTANG

Pada akhir 2011, Perusahaan Dagang Melati memiliki piutang sebesar Rp 700.000.000,00
dan memiliki cadangan piutang tak tertagih sebesar Rp 54.000.000,00. Pada tanggal 24
Januari 2012, Perusahaan Kenanga mempunyai piutang tak tertagih dan manajemen
mempunyai kewenangan untuk penghapusan piutang sebesar Rp 5.400.000,00. Dari kasus
tersebut bagaimana dalam mempersiapkan jurnal untuk mencatat penghapusan piutang.
Berapa nilai realisasi kas dari piutang sebelum penghapusan piutang dan sesudah
penghapusan piutang?.

Pembahasan :
 Mencatat cadangan piutang
Beban piutang tak tertagih Rp 54.000.000,00
Cadangan kerugian piutang Rp 54.000.000,00
 Penghapusan piutang
Cadangan kerugian piutang Rp 5.400.000,00
Piutang dagang Rp 5.400.000,00
 Nilai realisasi kas sebelum dan sesudah penghapusan
Sebelum penghapusan Sesudah penghapusan piutang dagang
piutang dagang
Piutang dagang Rp 700.000.000,00 Rp 694.600.000,00 (Rp 700.000.000,00
– Rp 5.400.000,00)
Cadangan Rp 54.000.000,00 Rp 48.600.000,00 (Rp 54.000.000,00 –
Rp 5.400.000,00)
Kas Rp 646.000.000,00 Rp 646.000.000

UTANG WESEL
Pada tanggal 1 Oktober 2008 Bank Hidayah memberikan pinjaman kepada PT. Maju Jaya
sebesar Rp 65.000.000,00. Pada saat itu juga PT. Lancar Abadi mendapat pinjaman dari Bank
Hidayah sebesar Rp 38.000.000,00. PT. Lancar Abadi belum menandatangani surat perjanjian
atau promes. Sedangkan PT. Maju Jaya sudah menandatangani surat perjanjian atau promes
dengan bunga 10% yang berjangka waktu 5 bulan. Bagaimana pencatatan jurnal saat
penerimaankas oleh PT. Maju Jaya?. Saat tutup tahun, 31 Desember 2008, PT. Maju Jaya
membuat jurnal penyesuaian untuk biaya bunga selama tiga bulan. Dan bagaimana
pencatatan jurnal saat pembayaran utang wesel pada 1 Maret 2009 oleh PT. Maju Jaya.

Pembahasan :
 Jurnal penerimaan kas oleh PT. Maju Jaya
Kas Rp 65.000.000,00
Utang wesel Rp 65.000.000,00
 Jurnal penyesuaian untuk biaya bunga tiga bulan (Oktober-Desember)
Biaya bunga Rp 1.625.000,00
Utang Rp 1.625.0000,00
*Rp 65.000.000,00 x 10% x 3/12 = Rp 1.625.000,00
 Jurnal saat pembayaran utang wesel, 1 Maret 2009
Utang wesel Rp 65.000.000,00
Utang bunga Rp 1.625.000,00
Biaya bunga Rp 1.083.333
Kas Rp 67.708.333
*utang biaya telah dibebankan pada tahun 2008 Rp 1.625.000,00
*biaya bunga untuk bulan Januari dan Februari
Rp 65.000.000,00 x 10% x 2/12 = Rp 1.083.333

LAPORAN KEUANGAN
UD. Sinar Kasih, pedagang kain di Pasar Tanah Abang, pada tanggal 01 Maret 2014 memiliki
persediaan kain dengan nilai Rp 1.000.000,00. Selama bulan Maret UD. Sinar Kasih, untuk
bisa melayani semua pesanan dan penjualan, UD Sinar Kasih membeli kain dari Bandung
senilai Rp 48.000.000,00 ditambah ongkos kirim sebanyak Rp 1.000.000,00. Selama bulan
Maret UD Sinar kasih berhasil melakukan penjualan sebesar Rp 65.000.000,00. Pada tanggal
31 Maret 2014 UD. Sinar Kasih membayar Listrik Rp 350.000,00, PAM Rp 50.000,00, Sewa
toko Rp 10.000.000,00, Gaji pegawai toko Rp 800.000,00 dan membayar beban telepon Rp
120.000,00. Setelah dihitung fisik kainnya, diketahui saldo akhir persediaan kain adalah Rp
300.000,00. Berapa Harga Pokok Penjualan UD Sinar Kasih untuk periode Maret? Berapa
Laba Kotor UD. Sinar Kasih untuk bulan Maret? Jika Anda berada diposisi UD. Sinar Kasih,
maka untuk membuat laporan laba rugi, perubahan modal dan neraca menggunakan format
multiple step atau single step?, jelaskan pula alasannya!

Pembahasan :
Harga Pokok Penjualan = persediaan awal + (pembelian + beban angkut pembelian –
retur pembelian – potongan pembelian) - persediaan akhir.
= Rp 1.000.000,00 + (Rp 48.000.000,00 + Rp 1.000.000,00 – 0
– 0) – Rp 300.000,00
= Rp 49.700.000,00

Laba Kotor = penjualan bersih – HPP


= Rp 65.000.000,00 – Rp 49.700.000,00
= Rp 15.300.000,00
*biaya listrik, PAM, Sewa toko, Gaji pegawai,dan biya telepon itu tidak masuk ke
perhitungan laba kotor karena biaya tersebut adalah biaya operasional perusahaan dagang jadi
untuk menghitung laba bersih.

Jika saya sebagai UD. Sinar Kasih memilih laporan laba rugi dengan format multiple step.
Hal ini disebabkan oleh pengguna format ini mengakui pemisahan transaksi operasi dan
bukan operasi serta mencocokkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berkaitan
dengannya. Sehingga dapat pula diketahui laba kotor, laba bersih operasi, laba bersih sebelum
pajak dan laba bersih setelah pajak. Format bertahap (Multiple Step) menjadikan informasi
laporan keuangan laba rugi menjadi lebih berguna hal ini dikarenakan laporan keuangan rugi
laba yang disusun menunjukan klasifikasi yang lebih lanjut. Penggunaan format bertahap
(Multiple Step) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Pemisahan hasil operasi perusahaan yang diperoleh dari aktivitas sampingan atau
bukan operasi.
- Klasifikasi bebabn menurut fungsi, perdagangan, atau pabrikasi (harga pokok
penjualan), penjualan, dan administrasi.

Contoh laporan keuangan multiple step:


Perusahaan Kartika Jaya
Laporan Laba Rugi
untuk tahun/bulan yang berakhir pada 31 Desember 2013
Pendapatan dan Beban Operasi
Pendapatan operasi Xxx
Beban operasi:
Beban iklan xxx
Beban gaji xxx
Beban administrasi kantor xxx
Beban asuransi xxx
Beban penyusutan xxx
Jumlah beban operasi Xxx
Laba operasi xxx
Pendapatan dan Beban diluar Operasi
Pendapatan bunga Xxx
Beban bunga Xxx
Laba diluar operasi Xxx
Laba Bersih sebelum pajak xxx
Pajak Penghasilan xxx
Laba Bersih setelah pajak xxx

Jika dalam penggunaan format langsung (single step) perusahaan mengelompokan transaksi
menajadi dua yaitu pendapatan dan beban. Beban dikurangkan terhadap pendapatan untuk
meperoleh laba atau rugi bersih. Ungkapan bentuk langsung berasal dari pengurangan tunggal
dari pendapatan dikurangi beban pada laporan keuangan perusahaan. Namun untuk pajak
penghasilan seringkali dipisahkan dalam laporan keuangan perusahaan. Adapun contoh dari
laporan keuangan model langsung (single step) adalah sebagai berikut:
Perusahaan Kartika Jaya
Laporan Laba Rugi
untuk tahun/bulan yang berakhir pada 31 Desember 2013
Pendapatan:
Pendapatan bersih xxx
Pendapatan sewa xxx
Jumlah Pendapatan Xxx
Beban:
Beban administrasi xxx
Beban gaji xxx
Beban bunga xxx
Beban pajak penghasilan xxx
Jumlah Beban Xxx
Laba Bersih Xxx

INVESTASI
Asumsi bahwa pada tanggal 3 Januari 2015 PT. Santosa membeli 5000 lembar saham biasa
PT. Abadi dengan harga Rp 2000 per lembar, termasuk didalamnya komisi broker dan biaya-
biaya lainnya. Total lembar saham biasa PT. Abadi yang beredar adalah 50.000 lembar.
Dalam hal ini, 5.000 lembar saham biasa yang dibeli oleh PT. Santosa mewakili 10% bagian
kepemilikan atas PT Abadi. Pada tanggal 31 Oktober, PT. Santosa menerima deviden tunai
sebesar Rp 80 per lembar saham dari PT. Abadi. Pada tanggal 31 Desember, PT. Abadi
melaporkan laba bersih sebesar Rp 60.000.000,00. Analisislah seluruh ayat jurnal yang
diperlukan dalam pembukuan PT Santosa untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut.

Pembahasan :
Analisislah seluruh ayat jurnal yang diperlukan dalam pembukuan PT Pratam untuk mencatat
transaksi-transaksi diatas.
2 Jan Investasi dalam saham PT Cantika 10.000.000,00
Kas 10.000.000,00
(5.000 lembar x Rp 2.000)
31 Okt Kas 400.000,00
Pendapatan deviden 400.000,00
(5.000 lembar x Rp 80)
31 Des Tidak ada jurnal

ASSET
Pak Hadi merupakan seorang pemilik toko bangunan dan memiliki sebuah truk
dengan harga perolehan sebesar Rp350.000.000,00 dan akumulasi depresiasi sebesar
Rp170.000.000,00. Karena usahanya sedang mengalami kemunduran, Pak Hadi berkeinginan
untuk menjual truk tersebut. Secara kebetulan Pak Badu membutuhkan sebuah truk dan
menawar truk Pak Hadi dengan harga Rp220.000.000,00 . Menurut Anda, apakah seharusnya
Pak Hadi menerima tawaran harga dari Pak Badu atau tidak? Jika iya/tidak kenapa
alasannya? Bagaimana jurnal yang seharusnya dibuat oleh Pak Hadi jika penjualan truk
tersebut terjadi sesuai harga yang diminta Pak Badu?

Pembahasan:
Menerima harga yang ditawarkan oleh Pak Badu karena dengan harga yang
ditawarkan tersebut, Pak Hadi akan menerima laba penjualan asset tetap berupa truk sebesar
Rp40.000.000,00*
*(220.000.000-(350.000.000-170.000.000)=220.000.000-180.000.000=40.000.000)
Jurnal yang dibutuhkan Pak Hadi jika penjualan truk terjadi dengan harga Rp220.000.000,00
Kas Rp220.000.000
Akumulasi Depresiasi Truk Rp170.000.000
Truk Rp350.000.000
Laba Penjualan Aset Tetap Rp 40.000.000

UTANG DAGANG
Pak Arman merupakan pemilik Toko Komputer Fast yang beralamat di Jl. Kaliurang,
Yogyakarta. Pada tanggal 2 Mei 2014, Toko Komputer Fast membeli secara kredit 10
komputer dengan harga Rp5.000.000,00 per unit dari Toko Amelia dan dikenai PPN 10%.
Toko Komputer Fast mendapatkan diskon sebesar 5%. Syarat penyerahan barang adalah FOB
Shipping Point dan syarat pembayarannya adalah EOM (End of Month). Pada tanggal 4 Mei
2014 Toko Komputer Fast mengirim nota debet kepada Toko Amelia atas barang yang rusak
sebanyak 2 buah. Pak Arman menunjuk Anda sebagai karyawan bagian Akuntansinya.
Terdapat beberapa hal yang perlu Anda lakukan.
a. Apakah diskon sebesar 5% mempengaruhi jumlah utang dagang? Mengapa?
Jawab : Diskon sebesar 5% berpengaruh terhadap jumlah utang dagang
karena diskon ini akan langsung mengurangi pembelian. Karena pembelian
dalam kasus ini dilakuka secara kredit maka diskon juga mengurangi utang
dagang. Diskon disini merupakan potongan harga, bukan potongan pembelian.
b. Bagaimana pencatatan yang dibuat Toko Komputer Fast pada tanggal 2 Mei 2014
(metode periodik)?
Jawab : Pencatatan yang dibuat Toko Komputer Fast pada tanggal 2 Mei 2014
(metode periodik) yaitu:
Pembelian Rp47.500.000,00 -
PPN Masukan Rp4.750.000,00 -
Utang Dagang - Rp52.250.000,00
(Diskon langsung mengurangi pembelian dan FOB Shipping Point tidak
memberikan pengaruh apapun karena denan syarat tersebut ongkos angkut
dibayar oleh pihak penjual)

INVESTASI
Pada tanggal 1 Juni 2013 PT. MAKMUR JAYA membeli 100 lembar obligasi dari PT
SEJAHTERA yang mempunyai nilai nominal Rp 200.000 setiap lembar, dengan harga kurs
102%. Bunga obligasi sebesar 12% pertahun dan dibayarkan tiap tanggal 1 April dan 1
Oktober. Bagaimana jurnal saat pembelian obligasi, saat menerima deviden pada tanggal 1
Oktober dan jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2013 untuk deviden yang belum
diterima?

Pembahasan :
Harga kurs = 100 lembar x (102% x Rp 200.000) = Rp 20.400.000
Bunga berjalan 2 bulan (dari 1 April- 1 Juni)
= 2/12 x 12% x (100x Rp 200.000) = Rp 400.000
Dibayar tunai = Rp 20.800.000
a. Jurnal pembelian obligasi 1 Juni 2013
Investasi Obligasi Rp 20.400.000
Pendapatan Bunga Rp 400.000
Kas Rp 20.800.000

b. Jurnal saat Penerimaan deviden 1 Oktober 2103


Kas Rp 800.000*
Pendapatan Bunga Rp 800.000*
*4/12 x 12% x (100 x Rp 200.000)

c. Jurnal penyesuaian 31 Desember 2013


Piutang Bunga Rp 400.000*
Pendapatan Bunga Rp 400.000*
*2/12 x 12% x (100 x Rp 200.000)

Anda mungkin juga menyukai