Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dimetil Eter (DME)


DME, yang memiliki rumus kimia CH3OCH3, awalnya digunakan
sebagai aerosol propellant pada produk-produk konsumer, seperti hairspray, paint
spray, parfum, deodoran, dan insektisida. Gas ini tidak berbau, tidak berwarna, serta
cukup mudah dalam memprosesnya ke dalam bentuk cairan. DME juga
menggantikan gas-gas CFC (untuk AC dan refrigerator) yang kini telah dilarang
digunakan di banyak negara. Yang menarik pada DME adalah potensinya sebagai
bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermesin diesel, karena memiliki bilangan
cetane 55-60, dibandingkan dengan minyak diesel/solar yang hanya 40-55.
Dengan lebih tingginya bilangan cetane, DME mampu menggantikan minyak
diesel/solar serta sekaligus menurunkan tingkat kebisingan suara mesin diesel
menjadi sehalus suara mesin kendaraan bermotor yang menggunakan gasoline. Bila
digunakan sebagai bahan bakar transportasi, DME menyebabkan emisi karbon
monoksida (CO) 50% lebih rendah dari pada minyak diesel/solar; demikian juga
dengan emisi nitrogen oksida yang 90% lebih rendah.
Seperti pada liquefied petroleum gas (LPG, atau elpiji), DME berwujud gas
pada temperatur dan tekanan normal, tetapi akan berubah menjadi cair apabila
ditekan atau didinginkan. Mudahnya proses pencairan DME membuatnya mudah
juga dalam transportasinya hingga ke pelosok-pelosok daerah dan mudah dalam
penyimpanannya. Sifat tadi dan sifat lainnya, yaitu banyak mengandung oksigen,
rendah kadar belerang atau kandungan NOx lainnya, serta pembakarannya yang
bersih, membuat DME merupakan solusi yang menjanjikan sebagai bahan bakar
terbarukan yang bersih dan rendah karbon.
DME dapat diperoleh dari banyak sumber, termasuk material yang terbarukan
seperti biomassa, sampah organik, dan produk pertanian. Juga dapat diolah dari
bahan bakar fossil, seperti batubara muda dan gas alam. DME diproduksi sekurang-

10
11

kurangnya dalam dua tahap. Pertama, hidrokarbon dikonversikan ke gas sintesis,


sebuah kombinasi dari karbon monoksida dan hidrogen. Kedua, gas sintesis tersebut
kemudian dikonversikan ke DME, baik lewat metanol (proses konvensional) atau
langsung dalam satu tahap saja.

2.2 Spesifikasi Bahan Baku


Metanol (methyl alcohol) dengan rumus molekul CH3OH adalah zat kimia
yang tidak berwarna, berbentuk cair pada suhu kamar, mudah menguap dan sedikit
berbau ringan. Metanol merupakan zat kimia yang toksin (beracun) dan menyebabkan
efek berbahaya bila dihirup atau tertelan. Secara sintesis metanol dibuat dari hidrogen
dan karbon dioksida. Sifat fisis metanol:
1. Bentuk : Cair
2. Titik didih (1 atm) : 64,76℃
3. Temperatur : 30℃
4. Kemurnian : 99,85 %
5. Impuritas : Air

2.3 Produk (dimetil eter)


Dimetil eter adalah suatu senyawa eter paling sederhana dengan rumus
molekul CH3OCH3. CH3OCH3 dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Pada
awalnya senyawa ini dihasilkan sebagai salah satu hasil samping dari suatu proses
pembuatan metanol yang bertekanan tinggi. Dimetil eter dibuat secara sintesis dengan
proses dehidrasi metanol dengan katalisator asam sulfat atau silika alumina. Jika
DME dioksidasi yang terjadi adalah dekomposisi menjadi bentuk metanol dan
formaldehid. DME termasuk bahan kimia tidak beracun, senyawa yang tidak
mengandung unsur Sulfur (S) dan Nitrogen (N), sehingga memungkinkan emisi
SOx, NOx, particulate matter yang jauh lebih rendah dari solar. DME tidak
12

bersifat korosif terhadap logam (Mayers, 1982). Sifat-sifat dimetil eter disajikan pada
tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1 Sifat-sifat fisik Dimetil Eter


Sifat Fisik Nilai
Rumus molekul CH3OCH3
Berat molekul 46 kg/kmol
Titik beku -138,5°C
Titik didih (pada 760 mmHg) -24,7°C
Densitas (pada 20°C) 677 kg/mol
Indeks bias, pada (-42,5°C) 1,3441
Specific gravity cairan 0,661 (pada 20°C)
Flash point (pada wadah tertutup) -42°F
Panas pembakaran 347,6 kkal/mol
Panas spesifik (pada -27,68°C) 0,5351 kkal/mol
Panas pembentukan (gas) -44,3 kal/g
Panas laten (gas), (pada -24,68°C) 111,64 kal/g
Kelarutan dalam air (pada 1atm) 34 %berat
Kelarutan air dalam DME (1 atm) 7 %berat
Fase, 25°C, 1 atm Gas
Temperatur kritis 400 K
Tekanan kritis 53,7 bar abs
Sumber: (Dupont, 2008)

Sifat kimia dimetil eter:


1. Dimetil eter bereaksi dengan karbon monoksida dan air menjadi asam dengan
katalisator:
CH3OCH3 + H2O + CO → 2CH3COOH ........................................................... (2.1)
2. Bereaksi dengan sulfur trioksida membentuk dimetil sulfat:
13

CH3OCH3 + SO3 → (CH3)2SO4 ........................................................................ (2.2)


3. Dengan hidrogen sulfit dengan bantuan katalisator tungsten sulfit membentuk
dimetil sulfit:
CH3OCH3 + H2S → CH3–S–CH3 + H2O .......................................................... (2.3)
4. Dengan reaksi oksidasi dimetil eter akan menghasilkan formaldehid:
CH3OCH3 + O2 → 2CH2O + H2O .................................................................... (2.4)
(Ketta, 1990)

2.4 Kegunaan Produk


Kegunaan utama dimetil eter, yaitu sebagai gas pendorong (propellant),
solven, extraction agen, refrigerant. Penggunaan dimetil eter sebagai gas pendorong
(propellant) lebih banyak dibandingkan sebagai refrigerant (Grant, 1987).

Anda mungkin juga menyukai