Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai negara berkembang banyak melakukan pembangunan di


segala bidang. Sampai saat ini pembangunan sektor industri di Indonesia
mengalami peningkatan, salah satunya adalah pembangunan sub sektor industri
kimia. Namun ketergantungan impor luar negeri masih lebih besar dibandingkan
ekspornya. Salah satu solusi permasalahan dalam negri yaitu dengan membangun
pabrik industri Pentaeritritol.

Pentaerythritol merupakan zat kimia dengan rumus molekul C5H12O4 yang


diperoleh dari kondensasi antara acetaldehyde dan formaldehyde. Kegunaan
pentaeritritol lainnya adalah untuk tinta, zat perekat/sealant, plasticizer, pernis,
dan pelumas. Pada surface coating, penambahan pentaeritritol dapat meningkatkan
viskositas, kekerasan, daya tahan, kecepatan pengeringan, dan memberikan sifat
anti air. Hal tersebut menyebabkan pentaeritritol banyak digunakan di industri cat
dan pernis. Cat yang mengandung pentaeritritol mempunyai kerekatan yang bagus
dan tahan cuaca.

Pertumbuhan industri pentaeritritol terutama disebabkan karena industri


otomotif dan konstruksi yang semakin berkembang. Industri otomotif dan
konstruksi membutuhkan cat dan pentaeritritol merupakan bahan baku cat. Pada
tahun 2013, pentaeritritol yang digunakan sebagai bahan baku cat mencapai 37,7%
dari 540.500 ton kapasitas dunia.

Pabrik Pentaeritritol ini direncanakan untuk tahun 2025 dapat memenuhi


kebutuhan dalam negeri serta dapat mengekspor produk ke luar negeri. Pendirian
pabrik ini juga akan berdampak positif dengan mendorong munculnya pabrik yang
memproduksi Asetaldehid dan Formaldehid. Dengan pendirian pabrik Pentaeritritol
ini juga diharapkan dapat menambah devisa negara serta mengatasi masalah
pengangguran.
1.2 TINJAUAN PUSTAKA
Pentaeritritol merupakan senyawa kristal putih dan tidak berbau yang
mempunyai rumus kimia C5H12O4 dengan struktur kimia seperti pada Gambar
1.1. Senyawa ini mempunyai titik leleh cukup tinggi, yaitu berkisar pada suhu
262oC dan bersifat higroskopis. Senyawa pentaeythritol larut dalam air.
Sedangkan kelarutannya pada cairan organik sangat terbatas dan tidak larut
dalam pelarut ether.

Gambar 1.1 Struktur kimia pentaeritritol

Pentaerythritol ditemukan oleh Tollens pada tahun 1882, sebagai hasil dari
reaksi antara formaldehyde tak murni dengan Barium Hidroksida. Penelitian
berikutnya dilakukan oleh Tollens dan Wiqard yang kemudian diambil suatu
kesimpulan bahwa impuritas tersebut adalah acetaldehyde yang telah mengalami
reaksi kondensasi dengan formaldehyde pada kondisi alkalis, untuk membentuk
pentaerythritol dari formaldehyde, acetaldehyde dan NaOH.

Pentaerythritol mulai komersial pada tahun 1920. Pada saat itu


Pentaerythritol mulai dikembangkan secara besar-besaran oleh beberapa
perusahaan Amerika Serikat dimana Pentaerythritol dimurnikan untuk bahan baku
pada pabrik bahan peledak PETN (Pentaerythritol Trinitrat). Sesudah perang dunia
ke-II, Pentaerythritol banyak digunakan pada pabrik alkyd resin sebagai campuran
pelapis. Pada tahun 1957 di Amerika Serikat pemakai pentaerythritol sebagai bahan
peledak hanya sekitar 5% dari skala produksi (Kirk & Othmer, 1983).
1.2.1 Pemilihan Proses

Terdapat dua metode dalam pembuatan pentaeritritol. Metode pertama


adalah dengan menggunakan soda abu dan metode kedua adalah dengan
menggunakan asam sebagai penetralnya.

Pada metode yang pertama (Maity, 2009), pentaeritritol dibuat dengan


menggunakan formaldehida dan asetaldehida yang direaksikan dengan kalsium
hidroksida (Ca(OH)2). Kemudian soda abu (Na2CO3) digunakan untuk mengubah
ion kalsium menjadi kalsium karbonat. Selanjutnya kalsium karbonat difiltrasi dari
sodium format. Setelah difiltrasi, slurry dimasukkan ke dalam evaporator dan
dikristalisasi serta difiltrasi kembali sebanyak 2 kali. Proses ini membutuhkan lebih
banyak alat yang digunakan. Hal ini menyebabkan meningkatnya biaya kebutuhan
alat sehingga proses ini tidak ekonomis.

Pada metode yang kedua, pentaeritritol dibuat dengan menggunakan asam


sebagai pengganti soda abu. Pentaeritritol dibuat dengan menggunakan
formaldehida dan asetaldehida yang direaksikan dengan menggunakan sodium
hidroksida. Kemudian asam format digunakan untuk menetralisir sisa sodium
hidroksida menjadi sodium format. Berikut reaksi kimia yang terjadi pada
pembuatan pentaeritritol.
4CH2O + CH3CHO + NaOH → C(CH2OH)4 + HCOONa
Sodium hidroksida ditambahkan ke dalam larutan formaldehida. Kemudian,
asetaldehida ditambahkan secara perlahan dengan disertai pengadukan. Hasil
keluaran dari reaktor kemudian ditambah dengan asam untuk menetralkan sisa
alkali yang berupa sodium hidroksida. Larutan tersebut kemudian di evaporasi dan
dipisahkan antara produk utama dengan produk sampingnya yang berupa sodium
format. Sedangkan produk utama akan dikristalisasi dan dikeringkan menjadi
padatan pentaeritritol. (Faith dan Keyes, 1967)
Keuntungan yang didapat dari metode kedua adalah (Maity, 2009) :

1. Dapat mencapai yield sebesar 85-90%

2. Lebih mudah dalam mengubah ion sodium menjadi sodium format.

3. Produk samping berupa sodium formate dapat memiliki banyak manfaat,


diantaranya sebagai bahan pemutih, pelumas, pengatur viskositas, serta dapat
juga digunakan sebagai bahan pembuat asam format.

1.2.2 Spesifikasi Bahan Baku

1. Formaldehyde
Sifat Fisis :
 Rumus Molekul : CH2O
 Berat Molekul : 30 g/gmol
 Fase Penyimpanan : cair
 Warna : bening
 Titik didih : 96 oC
 Titik cair : -15 oC
 Kelarutan dalam air : mudah larut dalam air

Sifat Kimia :
 Dapat terdekomposisi menjadi CO dan H2
 Larut dalam air, alkohol, dan pelarut polar lain
 Dapat membentuk CH3OH melalui proses hidrogenasi
 Pada temperature 80-100 oC relatif stabil tetapi perlahan
lahan akan terjadi polimerisasi pada temperature rendah.
 Dapat teroksidasi membentuk CO2, H2O, dan asam formiat

(Perry, 1997)
2. Acetaldehyde

Acetaldehyde merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau


yang tajam dan memiliki sifat yang mudah terbakar.
Sifat fisis :
 Rumus Molekul : CH3CHO
 Berat Molekul : 44 g/gmol
 Densitas : 0,778 g/cm3
 Titik didih : 20,6 oC
 Titik lebur : -123,5 oC
 Panas pembakaran : 563,5 kJ/mol
 Viskositas : 0,02456 cP
 Kelarutan : Tak terbatas baik dalam air, alkohol atau eter.

Sifat Kimia :

Acetaldehyde adalah senyawa yang sangat reaktif yang secara umum


dipakai dalam suatu industri. Reaksi oksidasi, hidrogenasi, kondensasi
dan polimerisasi merupakan contoh-contoh rekasi kereaktifan.

 Reaksi Oksidasi :
Reaksi oksidasi acetaldehyde fase cair dengan oksigen merupakan reaksi
yang sangat penting dalam suatu industri. Kebanyakan asam asetat d
iproduksi dengan cara ini.
 Reaksi reduksi :
Reaksi reduksi menjadi alkohol sangat mudah terjadi. Banyak sekali jenis
katalis yang dapat digunakan diantaranya platina, asam kloroplatinat,
nikel, dan palladina.
 Reaksi Polimerisasi :
Sedikit asam mineral akan mengiristalkan trimerisasi menjadi
paraldehid pada suhu kamar. Jika acetaldehyde ditritasi dengan HCl
kering pada suhu rendah maka meta acetaldehyde berubah kembali
menjadi acetaldehyde dan paraldehid dengan membiarkannya pada
suhu 60 – 65oC selama beberapa hari. Peristiwa ini dinamakan
dipolimerisasi.
(Perry, 1997)

3. Natrium Hidroksida

Natrium Hidroksida lebih dikenaldengan nama, kaustik soda yang

memilki rumus molekul NaOH dengan sifat fisis sebagai berikut:

 Berat molekul : 40 g/gmol

 Titik didih : 1391 oC

 Titik leleh : 318 oC

 Kapasitas panas : 0,3558 kkal/kgoC

 Panas pembentukan : -122,4 kkal/mol

(Perry, 1997)

Sifat kimia :

NaOH bereaksi dengan asam mineral membentuk garam dan

bereaksi juga dengan asam lemak bentuk gas seperti H2S, SO2 dan

CO2 dengan reaksi:

4. H2S + 2NaOH → Na2S+H2O

5. CO2+2NaOH → Na2CO3+H2O

Reaksi soda kaustik dengan logam amfoter dan raekasi oksidasinya

membentuk garam laut, contoh : hidrat alumina membentuk natrium

aluminat

Al(OH)2 + NaOH → NaAlO2+H2O


Reaksi ini adalah dasar ekstraksi alumina dari bauksit dengan proses
bayer.
Reaksi NaOH dengan propilen membentuk propilen membentuk

chlorohidrin dengan reaksi :

C3H6OH + NaOH → C3H6OH + H2O

(Ullman’s, 1988)

4. Asam Formiat

Asam formiat lebih dikenal dengan nama sodium formiat yang

memilik sifat-sifat sebagai berikut

Sifat fisis:

 Rumus Molekul : HCOOH

 Berat Molekul : 46 g/gmol

 Density pada 20oC : 1,22 g/cm3

 Titik didih : 100,7 oC

 Titik lebur : 8,4 oC

 Viskositas pada 20oC : 1,784 cP

Sifat Kimia :

Pada suhu 1600 oC terdekomposisi

HCOOH → CO2 + H2O

Cepat bereaksi dengan alkali kuat

HCOOH +NaOH → HCOONa +H2O

(Kirk Othmer, 1983)


1.2.3 Spesifikasi Produk
1. Pentaerythritol

Pentaerythritol merupakan senyawa polyhridic alcohol, berbentuk

kristal putih, tidak berbau, non higroskopis, non volatile dan stabil di

udara.

Sifat Fisis :

 Rumus molekul : C5H12O4

 Berat molekul : 136,15 g/gmol

 Densitas : 1,369 g/cm3

 Titik didih : 276 oC

 Titik lebur : 261-262 oC

Sifat Kimia :

 Reaksi Oksidasi

Pentaerythritol dioksidasi menjadi tris (Hidroxymethyl) acetic acid

dengan adanya katalis platinum atau palladium

1. Pentaerythrirol dicampur dengan udara sangat eksplosif pada suhu

diatas 400oC.

2. Rekasi Nitrasi

Pentaerythritol berekasi dengan HNO3 (1:5,5) membentuk

Pentaerythritol tetranitrat (PETN). Suhu reaksi dijaga pada kondisi

30oC.

(Kirk Othmer, 1983)


1.3 KEGUNAAN PRODUK

Pentaeryhtritol merupakan bahan kimia setengah jadi yang menjadi


bahan baku bagi industri hilir.

Tabel 1.1 Kegunaan Produk di Industri

Jenis Industri Proses Pemakaian Pentaerythritol


Resin Alkyl - Esterifikasi pembentukan resin dengan
asam bervalensi dua
- Alkoholis dengan asam tidak jenuh

Versin Esterifikasi membentuk resin ester


Exsplosive Reaksi nitrasi membentuk senyawa trinitrat yang

memiliki sifat Exsplosive


Farmasi Reaksi nitrasi membentuk senyawa trinitrat yang

dipersiapkan untuk obat-obatan

Saat ini kegunaan Pentaerythritol yang utama adalah untuk

pembuatan surface coating ( pelapis permukaan). Drying oil atau semi

drying oil atau asam lemak yang secara luas digunakan sebagai campuran

surface coating yang memiliki keunguulan seperti cepat kering, mengkilap

dan mempunyai kekerasan yang baik, awet, dan tahan terhadap air dan alkali.

Selain itu pentaerythritol juga digunakan dalam berbagai produksi seperti:

cat, pernis, tinta cetak, pelapis lantai dan bahan perekat lainnya.

(Kirk Othmer,1998)
1.4 PENENTUAN KAPASITAS RANCANGAN PABRIK
Di dalam penentuan kapasitas produksi, faktor – faktor yang harus
dipertimbangkan adalah antara lain jumlah konsumsi produk, pasokan bahan
baku yang akan digunakan, dan kapasitas produksi pada titik Break Even Point
( BEP ), maka dilakukan analisa untuk mendapatkan kapasitas produksi
perancangan
Kebutuhan Pentaeritritol di Indonesia cenderung mengalami
peningkatan. Konsumsi Pentaeritritol dalam negeri dapat diketahui data impor
Pentaeritritol yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) sebagai berikut:

Tabel 1.2 Impor pentaeritritol tahun 2012-2017

No Tahun Impor (ton)


1. 2012 4703,739
2. 2013 5550,894
3. 2014 5083,862
4. 2015 5083,862
5. 2016 5133,349
6. 2017 5628,687
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018)

R² = 0,254

Gambar 1.2 Impor pentaeritritol tahun 2012-2017

(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018)


Untuk menghitung kebutuhan impor pentaeritritol di Indonesia pada

beberapa tahun yang akan datang, maka dapat digunakan persamaan garis lurus

pada persamaan (1).

y = ax + b ... (1)

Keterangan : y = kebutuhan impor pentaeritritol di Indonesia,


x = tahun ke-,
a = gradien,
b = intercept.

Dengan menggunakan persamaan tersebut, maka dapat diketahui kebutuhan

impor pentaeritritol di Indonesia pada tahun 2023 atau tahun ke-12 adalah :

y = (91,049x12) + 4909,6

y = 6002,188 ton/tahun

Selain melihat kebutuhan impor pentaeritritol di Indonesia pada tahun

mendatang, perlu diperhatikan pula kebutuhan pentaeritritol di luar Indonesia.

Data peningkatan kebutuhan pentaeritritol di beberapa negara di Asia

dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 1.3.


y = 2587,3x + 26411
R² = 0,8829
Kapasitas (Ton)

Gambar 1.3 Kebutuhan pentaeritritol di beberapa negara di Asia tahun


2012- 2016
(Sumber : data.un.org, 2018)

Dengan melihat kebutuhan pentaeritritol baik di dalam maupun di luar

negeri, maka besarnya kapasitas pabrik pentaeritritol yang direncanakan adalah

sebesar 15.000 ton/tahun.

Kapasitas pabrik pentaeritritol yang pernah berdiri adalah berkisar antara

5.000-36.000 ton/tahun, sebagaimana terdapat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.3 Kapasitas pabrik pentaeritritol yang telah berdiri

No. Produsen Negara Kapasitas (Ton/tahun)

1 Kanoria Chemicals India 5.000


&
Industries

2 Liyang Ruiyang Cina 10.000


Chemical
3 Copenor Brazil 12.000
4 Hercules US 22.000
5 Perstorp Jerman 36.000
Pendirian pabrik pentaeritritol di Indonesia diharapkan mampu

mendorong kemandirian Indonesia untuk dapat memproduksi bahan-bahan

sendiri tanpa bergantung pada negara lain. Selain itu, pendirian pabrik ini juga

diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap sosial dan ekonomi

negara Indonesia. Dalam artian, pendirian pabrik ini diharapkan dapat menekan

tingkat pengangguran yang ada di Indonesia serta meningkatkan kesejahteraan

sosial dan juga dapat meningkatkan devisa negara.

1.5 PEMILIHAN LOKASI PABRIK

Lokasi suatu pabrik akan mempengaruhi kedudukan pabrik dalam


persaingan dan penentuan kelangsungan produksinya. Penentuan lokasi pabrik
yang tepat, ekonomis dan menguntungkan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Utama
a. Sumber bahan baku
b. Pemasaran
c. Penyediaan tenaga Listrik dan bahan bakar
d. Penyediaan air
2. Faktor Khusus
a. jenis transportasi
b. kebutuhan tenaga kerja
c. tinggi rendahnya pajak
d. keadaan masyarakat
e. karakteristik lokasi
f. kebijaksanaan pemerintah
Dengan pertimbanagan hal tersebut diatas, maka lokasi pabrik
direncanakan berdiri di Gresik, Jawa Timur. Pertimbangan – pertimbangan
dipilihnya lokasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bahan Baku
Lokasi bahan baku sangat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu
pabrik. Lokasi pabrik harus dekat dengan sumber bahan baku, yaitu
formaldehyde, acetaldehyde dan natrium hidroksida. Kebutuhan
formaldehyde dapat dipenuhi dari PT. Arjuna Utama Kimia, Surabaya, Jawa
Timur yang ber kapasitas 23.000 ton/tahun. Untuk acetaldehyde diperoleh
dari PT. Indo Acidatama, Karangayar, Jawa Tengah yang berkapasitas 20.000
ton/tahun, sedangkan untuk natrium hiroksia dapat diperoleh dari PT. Toya
Indo manunggal, Jawa Timur yang berkapasitas 25.000 ton/tahun. Dan bahan
pembantu asam formiat dipenuhi dari PT. Sintas Kurama, Cikampek yang
berkapasitas 11.000 ton/tahun.
b. Pemasaran
Pemasaran produk sebagian besar untuk mencukupi kebutuhan
impor dalam negeri dengan prioritas utama pemasaran pentaerythritol
antara lain: industri cat, resin alkyd, surface coating, dan sebagian lagi
untuk tujuan ekspor ke negara lain.
c. Utilitas
Utilitas yang dibutuhkan adalah keperluan tenaga listrik, air, dan
bahan bakar. Kebutuhan tenaga listrik sudah tersedia karena merupakan
kawasan industri. Kebutuhan air dapat dipenuhi dari pengolahan air
tanah yang diolah pabrik. Kebutuhan bahan bakar dapat diperoleh dari
Pertamina dan distributornya sebagai pemasok bahan bakar solar.

d. Tenaga Kerja
Jawa berpenduduk padat sehingga penyediaan tenaga kerja kasar,
menengah, dan ahli dapat terpenuhi dari masyarakat sekitar.

e. Transportasi dan Telekomunikasi


Transportasi sangat penting bagi suatu industri. Daerah Gresik dekat
dengan pelabuhan untuk keperluan transportasi impor-ekspor serta
jalan raya dan jalan tol yang memadai sehingga memudahkan
pengangkutan bahan baku dan produk.
f. Kebutuhan tenaga kerja
Kebutuhan tenaga kerja sangat mudah tercukupi karena di
Indonesiakhususnya di Gresik, Jawa Timur, memiliki tenaga kerja yang
cukup banyak, baik sebagai tenaga ahli ( skilled labour ), menengah
maupun sebagai buruh kasar ( unskilled labour ).
g. Kebijaksanaan Pemerintah
Gresik dirancang sebagai kawasan Industri oleh Pemda Tk. I Jawa
Timur. Oleh karena itu, pemerintah daerah tentu akan banyak
memberikan kemudahan bagi industri baru yang akan didirikan di
wilayahnya , terutama dalam hal perijinan untuk pendirian pabrik baru
di kawasan Industri ini.
h. Keadaan Masyarakat
Gresik merupakan kawasan industri, sehingga masyarakatnya telah
terbiasa untuk menerima kehadiran suatu pabrik di daerahnya. Selain
itu masyarakat juga dapat mengambil keuntungan dengan pendirian
pabrik ini.
i. Karakteristik lokasi
Di kawasan industri Gresik ini telah disediakan tanah yang cukup
relatif luas sehingga memungkinkan adanya perluasan pabrik dimasa
datang.

1.6 SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK

1.6.1 Spesifikasi Bahan Baku

1. Formaldehyde
Sifat Fisis :
 Rumus Molekul : CH2O
 Berat Molekul : 30 g/gmol
 Fase Penyimpanan : cair
 Warna : bening
 Titik didih : 96 oC
 Titik cair : -15 oC
 Kelarutan dalam air : mudah larut dalam air
(Perry, 1997)
2. Acetaldehyde
Acetaldehyde merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau
yang tajam dan memiliki sifat yang mudah terbakar.
Sifat fisis :
 Rumus Molekul : CH3CHO
 Berat Molekul : 44 g/gmol
 Densitas : 0,778 g/cm3
 Titik didih : 20,6 oC
 Titik lebur : -123,5 oC
 Panas pembakaran : 563,5 kJ/mol
 Viskositas : 0,02456 cP
 Kelarutan : Tak terbatas baik dalam air, alkohol atau eter.
(Perry, 1997)
3. Natrium Hidroksida
Natrium Hidroksida lebih dikenaldengan nama, kaustik soda yang

memilki rumus molekul NaOH dengan sifat fisis sebagai berikut:

 Berat molekul : 40 g/gmol

 Titik didih : 1391 oC

 Titik leleh : 318 oC

 Kapasitas panas : 0,3558 kkal/kgoC

 Panas pembentukan : -122,4 kkal/mol

(Perry, 1997)
4. Asam Formiat

Asam formiat lebih dikenal dengan nama sodium formiat yang

memilik sifat-sifat sebagai berikut

Sifat fisis:

 Rumus Molekul : HCOOH

 Berat Molekul : 46 g/gmol

 Density pada 20oC : 1,22 g/cm3

 Titik didih : 100,7 oC

 Titik lebur : 8,4 oC

 Viskositas pada 20oC : 1,784 cP

(Kirk Othmer, 1983)

1.6.2 Spesifikasi Produk

1. Pentaerythritol
Pentaerythritol merupakan senyawa polyhridic alcohol, berbentuk
kristal putih, tidak berbau, non higroskopis, non volatile dan stabil di
udara.

Sifat Fisis :
 Rumus molekul : C5H12O4

 Berat molekul : 136,15 g/gmol

 Densitas : 1,369 g/cm3

 Titik didih : 276 oC

 Titik lebur : 261-262 oC

(Kirk Othmer, 1983)


1.7 KINETIKA REAKSI

4F + A + N → P + NF
dimana, F = formaldehida, A = asetaldehida, N = sodium hidroksida, P =
pentaeritritol, dan NF = sodium format.

Reaksi pembuatan pentaeritritol merupakan reaksi orde 3 terhadap


acetaldehyde dengan nilai konstanta kecepatan reaksi sebagai berikut :

22800
k = 1,82 x 1017 exp (− ) L2mol-2jam-1
𝑅𝑇

dengan :
A = frekuensi faktor
E = energi aktifasi (cal/mol)
R = konstanta gas (1,987 cal/mol.K)
T = Suhu (K)
22800
k=A.e-E /RT = 1,82 x 1017 (e − ) L2mol-2jam-1
𝑅𝑇

22800
k = 1,82 x 1017 (e − 1,987 𝑥 318𝐾 ) L2/mol2.jam

k= 38,8296 L2/mol-2.jam-1 = 38829609,1565 L2/kmol2.jam

(Peter & Cupit, 1958)


BAB II
URAIAN PROSES
2.1 Uraian Proses

Pada awalnya, sodium hidroksida 98% dilarutkan dengan menggunakan

air di dalam mixer dengan suhu 30oC dan tekanan 1 atm. Hasil pelarutan

sodium hidroksida dari dalam mixer kemudian dimasukkan ke dalam reaktor

bersama dengan asetaldehida dan formaldehida pada suhu 45oC dan tekanan

2 atm. Pentaeritritol, sodium format, serta sisa bahan baku berupa

formaldehida, asetaldehida, dan larutan sodium hidroksida merupakan hasil

keluaran dari reaktor yang kemudian diumpankan ke neutralizer. Di dalam

neutralizer, natrium hidroksida akan di netralkan dengan menggunakan asam

format pada suhu 45oC dan tekanan 2 atm, reaksi dilakukan hingga natrium

hidroksida habis bereaksi. Setelah proses penetralan di neutralizer, semua

bahan akan diumpankan ke evaporator untuk dipekatkan pada kondisi operasi

suhu 105oC dan tekanan 1 atm. Hasil atas evaporator adalah formaldehida,

asetaldehida dan air dalam bentuk uap, sedangkan hasil bawah evaporator

adalah pentaeritritol dalam bentuk larutan dan sodium format dalam bentuk

padatan. Hasil atas evaporator akan dialirkan ke unit pengelolaan lanjut,

sedangkan hasil bawah evaporator akan dimasukkan ke dalam centrifuge

untuk proses pemisahan kristal natrium format dari larutan pentaeritritol,

proses ini berlangsung pada suhu 45oC dan tekanan 1 atm. Kemudian larutan

pentaeritritol diumpankan ke crystallizer pada suhu 20oC dan tekanan 1 atm

untuk proses pengkristalan pentaeritritol. Kemudian, padatan pentaeritritol

akan dikeringkan dalam rotary dryer pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm.
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

B. Tollens. First published: July 1882 Full publication history; DOI: ... 2006;
Version of record online: 28 January 2006; Manuscript Received: 10
July 1882.
Faith, W.L., and Keyes, D.B., 1961, “Industrial Chemical”, John Wiley and Sons,
Inc., New York

Maity, Siddharth, 2009, “Manufacturing of Pentaeritritol”, Kentucky (US) :


University of Louisville
Othmer, Kirk, 1983, "Encyclopedia of Chemical Technology", Volume 23, 3rd
edition, John Wiley and Sons, New York.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1997, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th
ed., McGraw-Hill Book Company, New York
Peters, M.S., and Cupit, C.R., 1958, “Kinetics of Pentaeritritol-Production
Reactions”, Chemical Engineering Science, Vol.10:57-67
Ullmann, F., 1988, Encyclopedia of Industrial Chemistry, John Wiley & Sons,
New York

Anda mungkin juga menyukai