TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Asetaldehida
Asetilen yang tidak bereaksi dikompresi dan dibersihkan dengan cara penyerapan
dengan scrubber column sebelum di recycle ke reaktor. Pemurnian asetaldehida
dilakukan dengan cara destilasi, proses ini dikembangkan oleh proses Chisso. Dalam
proses ini suhu proses lebih rendah dan tanpa menggunakan recycle asetilen (Mc.
Ketta, 1976).
1. Hidrasi asetilen
Proses ini membutuhkan asam sulfat dan merkuri sulfat sebagai katalis.
2. Oksidasi hidrokarbon jenuh
Mengoksidasi butane, propane atau campurannya dalam fase uap non katalik.
Proses ini tidak terlalu berkembang karena tidak terlalu selektif dan
membutuhkan recovery yang kompleks
3. Oksidasi etilen
Ada dua macam proses pada oksidasi etilen, yaitu proses satu tahap dan dua
tahap. Pada proses satu tahap, Etilen dan udara direaksikan pada satu reactor
sementara pada proses dua tahap etilen dan udara direaksikan dalam reactor
yang berbeda.
4. Dari etanol
Ada dua proses, yaitu proses oksidasi etanol dan proses dehidrogenasi etanol.
Pada proses oksidasi etanol, katalis yang dipakai adalah Ag sedangkan pada
proses dehidrogenasi katalis yang dipakai adalah Cu.
(Mc. Ketta, 1976)
Fasa : Cair
Bau : Seperti eter
Densitas (20oC) : 0,784 g/cm3
Viskositas : 2,2237 cp
Titik didih (101,3 kPa, 1 atm) : 20,16oC
Koefisien ekspansi (0-30oC) : 0,00169
Tegangan permukaan (20oC) : 21,2 mN/m
Panas spesifik (25oC) : 1,41 J/gK
Temperatur kritis : 181,5oC
Tekanan kritis : 6,40 Mpa
Flash point : -38oC
(Kirk & Othmer, 2004)
Reaksi oksidasi
Asetaldehida bereaksi dengan asam parasetat membentuk asam asetat melalui
AMP
Reaksi kondensasi
Basa encer menyebabkan asetaldehida mengalami aldolkondensasi menjadi
asetaldol
Asam sulfat ditemukan sekitar abad ke-10. Asam sulfat dapat dibuat dengan
membakar sulfur dengan senyawa. Proses ini pertama kali dijelaskan oleh Valentinus
pada abad ke-15. Pada tahun 1746, Roebuck of Birmingham, England
memperkenalkan proses ruang timah dalam membuat asam sulfat. Asam sulfat
merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua
perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu
produk utama industri kimia. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat
ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun
demikian asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena
kondisi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit).
Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti
batu bara dan minyak yang mengandung belerang (Shrevess, 2003).
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya
besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air
asam tambang. Air ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida,
yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun. Asam sulfat merupakan
komoditas kimia yang sangat penting dan produksi asam sulfat suatu negara
merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut. Kegunaan
utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam metode
bawah produksi asam sulfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga
trinatrium fosfat untuk detergen. Pada metode ini, bantuan fosfat digunakan dan
diproses lebih dari 100 juta ton setiap tahunnya. Bahan-bahan baku yang ditunjukkan
pada persamaan dibawah ini merupakan fluorapatit, walaupun komposisinya dapat
bervariasi. Bahan baku ini kemudian diberi 93% asam sulfat untuk menghasilkan
kalsium sulfat, hidrogen flourida (HF), dan asam fosfat. Proses keseluruhannya dapat
ditulis:
(Richard, 2008)
Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja
untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri
otomobil. Asam yang telah digunakan seringkali didaur ulang dalam kilang regenerasi
asam bekas. Kilang ini membakar asam bekas dengan gas alaam, gas kilang, bahan
bakar minyak, ataupun sumber bahan bakar lainnya. Proses pembakaran ini akan
menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) yang kemudian
digunakan untuk membuat asam sulfat yang baru Amonium sulfat, merupakan produk
sampingan dari kilang pemroses kokas untuk produksi besi dan baja. Mereaksikan
amonia yang dihasilkan pada dekomposisi termal batu bara dengan asam sulfat bekas
mengijinkan amonia dikristakan keluar sebagai garam (sering kali bewarna cokelat
karena kontaminasi besi) dan dijual kepada industri agrokimia. (William, 1998)
Asam sulfat dapat dibuat dari belerang (S), pyrite (FeS) dan juga beberapa
sulfid logam (CuS, ZnS, NiS). Asam sulfat dapat dibentuk dengan proses kontak.
Reaksi yang terjadi dapat diringkas sebagai berikut:
Asam sulfat murni memiliki berat jenis 1,830 pada 25 oC (77 oF); membeku
pada 10,37 oC (50,7 oF). Ketika dipanaskan, asam murni sebagian terurai menjadi air
dan sulfur trioksida; yang terakhir lolos sebagai uap sampai konsentrasi asam jatuh
ke 98,3 %. Campuran asam sulfat dan air, mendidih pada suhu konstan 338 oC (640
o
F) pada satu tekanan atmosfer. Asam sulfat umumnya diberikan pada konsentrasi 78,
93, atau 98 persen.
Fase : Cair
Titik didih : 290oC
Titik beku : 10oC
Titik nyala :-
Viskositas (20oC) : 26,7 cP
Densitas (15oC, 97%) : 1,844 g/cm2
Temperatur kritis : 651,85oC
Tekanan kritis : 63,1631 atm
(Sander, 1983)
2.1.3 Air
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air dapat melarutkan banyak
zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di
bawah tekanan dan temperature standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan
sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berikatan dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik.
Air adalah zat yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Air merupakan suatu larutan yang
bersifat universal (Linsley, 1991). Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
ditinggalkan bagi kehidupan Manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam
kegiatan seperti minum, pertanian, industri dan perikanan. Air yang dapat diminum
adalah air yang bebas dari bakteri berbahaya dan ketidak murnian secara kimiawi. Air
minum harus bersih dan jernih, tidak berbau dan tidak berwarna, dan tidak
mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan (Adiono, 1987).
Manusia sejak dahulu kala sudah menyadari betapa pentingnya peranan air.
Secara global tubuh manusia dewasa mengandung air sebanyak 50 70 % dari bobot
tubuhnya. Bila tubuh air kehilangan air sebanyak 15 % dari bobot tubuhnya akan
mengakibatkan kematian. Dalam tubuh manusia air diperlukan untuk melarutkan
berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan
dahulu, sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar
alveoli. Demikian pula dengan zat makanan yang hanya dapat diserap apabila dapat
larut dalam cairan yang meliputi selaput lendir usus. Air sebagai bahan pelarut,
membawa segala jenis makanan keseluruh tubuh dan mengambil kembali segala
buangan untuk dikeluarkan dari tubuh (Soemirat, 1994).
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan
dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban
manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu
pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia
(Sunaryo, 2005). Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh makhluk
hidup baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun menopang hidupnya secara alami.
Kegunaan air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap aspek kehidupan
menjadi semakin berharganya air baik jika dilihat dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang, maka kebutuhannya akan air
pun akan meningkat (Unus S, 1996).
Sifat Fisika
Fasa : Cair
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak berbau
Titik Didih : 100oC
Titik Beku : 0 0C
Densitas : 1 gr/ml
Viskositas : 0,8949 cP
(Perry, 1984)
2 CH3I + CO CH3COI
1 Bereaksi dengan gas CO2 dari udara sesuai reaksi sebagai berikut :.
2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O .
2 Natrium Hidroksida beraksi dengan asam kuat untuk menghasilkan air dan
garam. Seperti reaksi antara Natrium Hidroksida dengan Asam Klorida
menghasilkan air dan Natrium Klorida, reaksinya dapat digambarkan sebagai
berikut :
.HCl + NaOH NaCl + H2O.
(Perry, 1997)
(Kirk-Othmer, 2004)
2.3 Asetaldol
Asetaldol adalah suatu sneyawa beta-hidroksi keton yang biasa disebut juga 3-
hidroksi butanal atau -hidroksi butiraldehid. Asetaldol mempunyai rumus molekul
C4H8O2 dengan rumus bangun sebagai berikut:
Asetaldol merupakan senyawa antara yang penting pada sintesis butiral dehida
dan 1-butanol melalui crotonsldehyde, dan juga pada sintesis 1,3-butanediol. Produk-
produk yang menggunakan bahan baku aldol antara lain polyester, urethane coating,
adipate plasticizer, tinta printer, akselerator karet, 2-etil heksanol, n-butil alcohol, n-
butil asetat, dibutil ftalat, seulosa asetat butirat, dan gliserol tributirat (McKetta,
1976).
Pada pembuatan asetaldol, tidak ditemukan bahan baku lain selain asetaldehida
(Alheritiere, 1949; Craven, 1950; McKetta, 1976).
Kondensasi Aldol
Dua molekul aldehida yang cocok atau keton yang mengandung atom - hydrogen
digabungkan dengan adanya dil alkali / asam untuk membentuk hidroksi aldehid
atau - hidroksi keton. Sebagai contoh :
Reaksi ini disebut kondensasi aldol sebagai produk (acetaldol) mengandung kedua
gugus hidroksil dan gugus aldehid. Kondensasi yang sama dari kedua molekul keton
juga disebut sebagai kondensasi aldol meskipun sebenarnya pada produk lebih
mengandung gugus keto daripada gugus aldehid. Contohnya :
Pada kondensasi aldol, anion enolat dari satu senyawa karbonil bereaksi
sebagai nukleofil dan menyerang gugus karbonil elektrofilik dari satu sama lain untuk
membentuk molekul yang lebih besar. Dengan demikian, kondensasi aldol adalah
penambahan reaksi nukleofilik.
Hidrogen terikat pada karbon yang berdekatan dengan karbon karbonil yang
cukup asam untuk dihilangkan oleh basa yang kuat biasanya NaOH, untuk
membentuk anion enolat. Anion enolat menambah karbon karbonil dari molekul
kedua aldehid atau Kenton melalui reaksi adisi nukleofilik.
Reaksi kondensasi aldol dapat berupa asam atau berdasarkan katalis. Namun,
penggunaan katalis lebih umum. Produk dari reaksi ini disebut aldol. Dimana ald
berasal dari aldehida dan ol berasal dari alcohol. Produk yang dihasilkan berupa -
hydroxyaldehyde atau - hydroxyketone tergantung dari bahan bakunya.
Kesulitan utama dalam menjalankan reaksi di atas pad skala industry adalah
timbulnya panas reaksi yang cukup besar yang harus dikontrol dengan baik agar tidak
terjadi reaksi yang terlalu cepat. Bila panas tidak dikendalikan maka akan timbul
reaksi samping terbentuknya polialdol. Jika suhu semakin tinggi, presentase asetaldol
yang terbentuk dari konversi asetaldehid juga semakin kecil. Oleh karena itu usaha
yang dilakukan dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pembuatan
senyawa aldol difokuskan terutama pada alat refrigerasi yang digunakan (Alheritiere,
1949).
Fase : Cair
Suhu : 40-50oC
Tekanan : 2-3 atm
Konversi : 48-50%
Pada proses ini, asetaldehida diumpankan secara kontinu pada suatu reactor
alir tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan jaket pendingin. Jaket pendingin
berfungsi untuk menghilangkan panas yang cukup besar yang dihasilkan oleh reaksi
aldolisasi yang sangat eksoterm. Kontrol suhu yang seksama diperlukan untuk
mencegah terjadinya reaksi tak terkendali yang menghasilkan produk samping berupa
polialdol. Katalis yang digunakan berupa larutan natrium hidroksida. Pengontakan
asetaldehida dengan natrium hidroksida berlangsung dalam waktu yang sangat
singkat, yaitu tidak lebih dari 5 menit. Kondisi operasi reactor:
Fase : Cair
Suhu : 20-50oC
Konversi : 50 55 %
Produk keluar reactor dinetralkan dengan asam asetat lalu asetaldehida yang belum
bereaksi diuapkan menggunakan evaporator.
2.5. Hasil samping
Hasil samping dari pembuatan asetaldol adalah Na2SO4.
Natrium sulfat adalah garam natrium dari asam sulfur. Dalam bentuk
anhidratnya, senyawa ini berbentuk padatan kristal putih dengan rumus kimia Na 2SO4
atau lebih dikenal dengn mineral tenardit, sedangkan bentuk dekahidratnya
mempunyai rumus kimia Na2SO4.10H2O yang lebih dikenal dengan nama garam
Glauber atau sal mirabilis. Bentuk heptahidratnya juga berbentuk padatan, yang akan
berubah menjadi mirabilit ketika diinginkan. Dengan produksi sebesar 6 juta ton per
tahunnya, natrium sulfat merupakan salah satu komoditas bahan kimia utama
(Handbook of chemistry and physics, 84th ed, 2003-2004).
Kristal terdiri dari [Na (OH2)6]+ ion dengan geometri molekul oktahedral
sehingga 8 dari 10 molekul ir terikat dengan sodium dan 2
bagian lainnya menjadi hidrogen dan terikat oleh sulfat.
Kation ini terkait dengan anion dari sulfat melalui ikatan
hidrogen. Na-O berjarak 240 pm (Helena W. Ruben, David
H. Templeton, Robert D. Rosenstein, Ivar Olovsson, 1961).
Penggunaan utama natrium sulfat adalah untuk manufaktur kaca dan detergen.
Pengguna lain berasal dari berbagai industri, termasuk teknologi pencelupan,
pengolahan logam elektrokimia, (hewan) feed, farmasi, tekstil, semikonduktor,
intermediet, dan pertanian. Konsentrasi rata-rata natrium sulfat dalam detergen
berdasarkan perwakilan sampel 20 detergen komersial, bubuk dan tablet yang
dikumpulkan di 10 negara Uni Eropa yang berbeda (termasuk Timur) adalah 20,8%
dengan kisaran 0,0% sampai 56,7% (SSPA 2003).
Mineral natrium sulfat terjadi secara alami merupakan hasil dari penguapan
pedalaman laut dan danau termal. Pada iklim dingin seperti yag ditemukan di Kanada
dn bekas Uni Soviet mendukung pembentukan mirabilet sedangkan di iklim panas
seperti Amerika Selatan, India, Mexico, dan Amerika Serikat bagian barat
mendukung pembentukan ternadit. Pada daerah dimana anion lain dan kation hadir,
akan ditemukan garam ganda dari jenis yang ditunjukkan pada tabel dimana tebel
tersebut berisi daftar dari hampir semua mineral alami yang mengandung antrium
sulfat kecuali untuk mirabilite, ternadit dan astrakanit (Kirk & Othmer, 2004).
Fasa : Padat
Bau : Tidak berbau
Massa molar :142.04 g/mol (anhidrat)
322.20 g/mol (dekahidrat)
Densitas : 2.664 g/cm3 (anhidrat)
1.464 g/cm3 (dekahidrat)
Titik leleh : 884C (anhidrat) ; 32.38C (dekahidrat)
Titik didih : 1429C (anhidrat)
Panas spesifik : 0.845 J/(gK)a
Specific Gravity : 2.664
Heat of formation : -1385 kJ/mola
(Kirk-Othmer, 2004)
Natrium sulfat bereaksi dengan asam sulfat untuk membentuk asam garam
natrium bisulfat
Na2SO4 + H2SO4 2 NaHSO4
(Handbook of Chemistry and Physics, 1999)
Dengan adanya zat organik, natrium sulfat berkurang seperti yang dijelaskan
pada reaksi berikut ini:
Oleh gula:
C12H11O11 + 5H2O + 4SO4-2 4CO2 + 8H2 + 4HS- +8HCO-3 + 4H+
8H2 + 2SO-2 + 2H+ 2HS- + 8H2O
C12H22O11 + 8H2SO4 8S + 12H2CO3 + 7H2O
Oleh ethanol:
2C2H5OH + 3SO4-2 3HS- + 3HCO3 + 3H2O + CO2
C2H5OH + H2SO4 2S + 2H2CO3 + 3H2O
Proses
Dengan memperhatikan tabel di atas dan pertimbangan dari segi bahan baku,
kesederhanaan proses, tingkat konversi dan kemurnian, maka untuk pabrik asetaldol
yang akan didirikan di indonesia, yang paling sesuai adalah dengan proses B dengan
bahan baku asetaldehida. Proses ini dipilih karena reaktor yang digunakan adalah
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB/CSTR) dan beroperasi pada tekanan
atmosferis dalam fase cair-cair dengan konversi yang mencapai 55% dan kondisi
opersi pada temperatur 20-50oC sehingga apabila ditinjau dari segi termodinamika
proses ini aka lebih efisien karena tidak membutuhkan energy yang banyak.
Kelebihan bahan baku dapat di recycle sehingga membuat proses B lebih ekonimis.