Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku Pembuatan Asetaldol


Salah satu faktor yang menentukan dalam prarancangan suatu pabrik adalah
dengan mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia dari zat yang ikut berperan
didalamnya. Karena dengan mengetahui sfat-sifat tersebut maka dapat ditentukan
peralatan yang digunakan dan kondisi operasi yang memungkinkan agar perancangan
dapat berjalan dengan baik. Bahan-bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
Asetaldol antara lain Asetaldehida, Asam Sulfat dan Air.

2.1.1 Asetaldehida

Asetaldehida atau disebut juga etanal (CH3CHO) merupakan suatu senyawa


alifatik yang berupa cairan tidak bewarna, mudah terbakar, dan dapat bercampur
dengan air dalam segala perbandingan (Scheele, 1774). Pertama kali ditemukan oleh
ilmuan Swedia Carl Wilhelm Scheele pada tahun 1774. Kegunaan asetaldehida yang
paling utama adalah sebagai intermedit dalam pembentukan senyawa kimia lainnya.
Asetaldehida digunakan dalam pembuatan parfum, resin polyester, dan pewarna
dasar. Asetaldehida juga digunakan dalam pembuatan crotonaldehida, perasa dan
pengharum asetal, asetaldehida 1,1-dimetilhidrazon, asetaldol, asetaldehida
cyanohidrin, polimer dan berbagai turunan halogen, sebagai pengawet pada buah dan
ikan, sebagai bahan penyedap, pengeras gelatin, sebagai pelarut karet, dan industry
kertas (U.S EPA, 2007).

Asetaldehida adalah produk yang sebagian besar merupakan oksidasi


hidrokarbon. Merupakan produk antara pada respirasi tanaman tingkat tinggi dan
terjadi dalam jumlah yang besar pada semua buah-buahan matang yang memiliki rasa
asam sebelum masak. Asetaldehida juga merupakan produk antara dari fermentasi,
namun hampir tereduksi langsung menjadi etanol. Itu terkandung dalam wine dan
minuman beralkohol lain setelah berkontak dengan udara yang memberikan rasa yang
tidak enak (pahit). Aldehid bereaksi untuk membentuk dietil asetal dan etil asetat.
Asetaldehida adalah produk antara pada dekomposisi gula itu sendiri dan karenanya
menjadi penumpukan pada darah (Kirk & Othmar, 2005).

Asetaldehida dapat diproduksi secara komersial dengan proses hidrasi


asetilen. Pembuatan asetaldehida dengan proses ini membutuhkan asam sulfat dan
merkuri sulfat sebagai katalis, dengan reaksi sebagai berikut.

Asetilen yang tidak bereaksi dikompresi dan dibersihkan dengan cara penyerapan
dengan scrubber column sebelum di recycle ke reaktor. Pemurnian asetaldehida
dilakukan dengan cara destilasi, proses ini dikembangkan oleh proses Chisso. Dalam
proses ini suhu proses lebih rendah dan tanpa menggunakan recycle asetilen (Mc.
Ketta, 1976).

Secara Komersial asetaldehida dapat diproduksi dengan 4 cara yaitu:

1. Hidrasi asetilen
Proses ini membutuhkan asam sulfat dan merkuri sulfat sebagai katalis.
2. Oksidasi hidrokarbon jenuh
Mengoksidasi butane, propane atau campurannya dalam fase uap non katalik.
Proses ini tidak terlalu berkembang karena tidak terlalu selektif dan
membutuhkan recovery yang kompleks
3. Oksidasi etilen
Ada dua macam proses pada oksidasi etilen, yaitu proses satu tahap dan dua
tahap. Pada proses satu tahap, Etilen dan udara direaksikan pada satu reactor
sementara pada proses dua tahap etilen dan udara direaksikan dalam reactor
yang berbeda.

4. Dari etanol
Ada dua proses, yaitu proses oksidasi etanol dan proses dehidrogenasi etanol.
Pada proses oksidasi etanol, katalis yang dipakai adalah Ag sedangkan pada
proses dehidrogenasi katalis yang dipakai adalah Cu.
(Mc. Ketta, 1976)

Asetaldehida merupakan produk antara yang banyak digunakan untuk memproduksi


produk turunan lainnya antara lain:

1. Bahan baku pembuatan asam asetat


2. Bahan baku pembuatan n-butanol
3. Bahan baku pembuatan 2-hexyl ethanol
4. Bahan baku pembuatan crotonaldehid
5. Bahan baku pembuatan asam lactid
6. Bahan baku pembuatan asam anhidris
(Mc. Ketta, 1976)

Sifat fisika asetaldehida

Fasa : Cair
Bau : Seperti eter
Densitas (20oC) : 0,784 g/cm3
Viskositas : 2,2237 cp
Titik didih (101,3 kPa, 1 atm) : 20,16oC
Koefisien ekspansi (0-30oC) : 0,00169
Tegangan permukaan (20oC) : 21,2 mN/m
Panas spesifik (25oC) : 1,41 J/gK
Temperatur kritis : 181,5oC
Tekanan kritis : 6,40 Mpa
Flash point : -38oC
(Kirk & Othmer, 2004)

Sifat kimia asetaldehida

Reaksi oksidasi
Asetaldehida bereaksi dengan asam parasetat membentuk asam asetat melalui
AMP
Reaksi kondensasi
Basa encer menyebabkan asetaldehida mengalami aldolkondensasi menjadi
asetaldol

Terbentuk dari reaksi antara etilen dengan palladium (II) klorida


C2H4 + PdCl2 +
H2O CH3CHO
+ Pd + 2 HCl
Bereaksi dengan H2 membentuk etanol
CH3CHO + H2 C2H5OH
(Kirk & Othmer 2004)
Asetaldehida merupakan pelopor dari vinylphosphonic acid, dimana senyawa
ini dipakai untuk membuat bahan perekat dan membran ion konduktif.
PCl3 + CH3CHO CH3CH(O)PCl3+
CH3CH(O)PCl3+ + 2 CH3CO2H CH3CH(Cl)PO(OH)2 + 2 CH3COCl
CH3CH(Cl)PO(OH)2 CH2=CHPO(OH)2 + HCl
(Hipolito. L, 2007)

2.1.2 Asam Sulfat

Asam sulfat ditemukan sekitar abad ke-10. Asam sulfat dapat dibuat dengan
membakar sulfur dengan senyawa. Proses ini pertama kali dijelaskan oleh Valentinus
pada abad ke-15. Pada tahun 1746, Roebuck of Birmingham, England
memperkenalkan proses ruang timah dalam membuat asam sulfat. Asam sulfat
merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua
perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu
produk utama industri kimia. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat
ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun
demikian asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena
kondisi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit).
Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti
batu bara dan minyak yang mengandung belerang (Shrevess, 2003).

Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya
besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air
asam tambang. Air ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida,
yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun. Asam sulfat merupakan
komoditas kimia yang sangat penting dan produksi asam sulfat suatu negara
merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut. Kegunaan
utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam metode
bawah produksi asam sulfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga
trinatrium fosfat untuk detergen. Pada metode ini, bantuan fosfat digunakan dan
diproses lebih dari 100 juta ton setiap tahunnya. Bahan-bahan baku yang ditunjukkan
pada persamaan dibawah ini merupakan fluorapatit, walaupun komposisinya dapat
bervariasi. Bahan baku ini kemudian diberi 93% asam sulfat untuk menghasilkan
kalsium sulfat, hidrogen flourida (HF), dan asam fosfat. Proses keseluruhannya dapat
ditulis:

Ca5F(PO4)3 + 5 H2SO4 +10 H2O 5 CaSO4.2 H2O + HF + 3 H3PO4

(Richard, 2008)

Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja
untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri
otomobil. Asam yang telah digunakan seringkali didaur ulang dalam kilang regenerasi
asam bekas. Kilang ini membakar asam bekas dengan gas alaam, gas kilang, bahan
bakar minyak, ataupun sumber bahan bakar lainnya. Proses pembakaran ini akan
menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) yang kemudian
digunakan untuk membuat asam sulfat yang baru Amonium sulfat, merupakan produk
sampingan dari kilang pemroses kokas untuk produksi besi dan baja. Mereaksikan
amonia yang dihasilkan pada dekomposisi termal batu bara dengan asam sulfat bekas
mengijinkan amonia dikristakan keluar sebagai garam (sering kali bewarna cokelat
karena kontaminasi besi) dan dijual kepada industri agrokimia. (William, 1998)

Asam sulfat dapat dibuat dari belerang (S), pyrite (FeS) dan juga beberapa
sulfid logam (CuS, ZnS, NiS). Asam sulfat dapat dibentuk dengan proses kontak.
Reaksi yang terjadi dapat diringkas sebagai berikut:

a) Belarang dibakar dengan udara membentuk belerang dioksida


S(s) + O2(g) SO2(g)
b) Belerang dioksida, dioksidasi lebih lanjut menjadi belerang trioksida
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
c) Belerang trioksida dialrutkan dalam asam sulfat pekat membentuk asam
pirosulfat
H2SO4(aq) + SO3(g) H2S2O7(l)
d) Asam pirosulfat direaksikan dengan air membentuk asam sulfat pekat
H2S2O7(l) + H2O(l) H2SO4(aq)
(Perry, 2008)

Asam sulfat murni memiliki berat jenis 1,830 pada 25 oC (77 oF); membeku
pada 10,37 oC (50,7 oF). Ketika dipanaskan, asam murni sebagian terurai menjadi air
dan sulfur trioksida; yang terakhir lolos sebagai uap sampai konsentrasi asam jatuh
ke 98,3 %. Campuran asam sulfat dan air, mendidih pada suhu konstan 338 oC (640
o
F) pada satu tekanan atmosfer. Asam sulfat umumnya diberikan pada konsentrasi 78,
93, atau 98 persen.

Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting dalah untuk pembuatan


alumunium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun
pada serat pulp kertas untuk menghasilkan alumunium karboksilat yang membantu
mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Alumunium sulfat
juga digunakan untuk membuat alumunim hidroksida. Reaksi hidrasi (pelarutan
dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah
kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan. Senantiasa tambahan asam kepada air
dan bukan sebaliknya. Sebagian dan masalah ini disebabkan perbedaan isi padu
kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung terapung diatas
asam.
Sifat fisika asam sufat

Fase : Cair
Titik didih : 290oC
Titik beku : 10oC
Titik nyala :-
Viskositas (20oC) : 26,7 cP
Densitas (15oC, 97%) : 1,844 g/cm2
Temperatur kritis : 651,85oC
Tekanan kritis : 63,1631 atm
(Sander, 1983)

Sifat kimia asam sulfat

Dengan basa membentuk garam dan air


H2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + H2O
Dengan alkohol membentuk eter dan air
2C2H5OH + H2SO4 C2H5OC2H5 + H2O + H2SO4
(Perrys, 2008)
Dengan natrium klorida membentuk natrium sulfat dan gas hidrogen klorida
2 NaCl + H2SO4 Na2SO4 + 2 HCl
(Kirk & Othmer, 1960)

2.1.3 Air

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air dapat melarutkan banyak
zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di
bawah tekanan dan temperature standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan
sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berikatan dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik.
Air adalah zat yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Air merupakan suatu larutan yang
bersifat universal (Linsley, 1991). Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
ditinggalkan bagi kehidupan Manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam
kegiatan seperti minum, pertanian, industri dan perikanan. Air yang dapat diminum
adalah air yang bebas dari bakteri berbahaya dan ketidak murnian secara kimiawi. Air
minum harus bersih dan jernih, tidak berbau dan tidak berwarna, dan tidak
mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan (Adiono, 1987).
Manusia sejak dahulu kala sudah menyadari betapa pentingnya peranan air.
Secara global tubuh manusia dewasa mengandung air sebanyak 50 70 % dari bobot
tubuhnya. Bila tubuh air kehilangan air sebanyak 15 % dari bobot tubuhnya akan
mengakibatkan kematian. Dalam tubuh manusia air diperlukan untuk melarutkan
berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan
dahulu, sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar
alveoli. Demikian pula dengan zat makanan yang hanya dapat diserap apabila dapat
larut dalam cairan yang meliputi selaput lendir usus. Air sebagai bahan pelarut,
membawa segala jenis makanan keseluruh tubuh dan mengambil kembali segala
buangan untuk dikeluarkan dari tubuh (Soemirat, 1994).
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan
dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban
manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu
pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia
(Sunaryo, 2005). Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh makhluk
hidup baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun menopang hidupnya secara alami.
Kegunaan air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap aspek kehidupan
menjadi semakin berharganya air baik jika dilihat dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang, maka kebutuhannya akan air
pun akan meningkat (Unus S, 1996).
Sifat Fisika
Fasa : Cair
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak berbau
Titik Didih : 100oC
Titik Beku : 0 0C
Densitas : 1 gr/ml
Viskositas : 0,8949 cP
(Perry, 1984)

Sifat Kimia Air


1 Elektrolisis air
Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi
oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik
yang melalui air tersebut.Secara kimia, reaksi pemecahan molekul air
menjadi hidrogen dan oksigen mengikuti persamaan reaksi sebagai
berikut.
Katoda : H2O(g) > 2e- + H2 (g) + O2-
Anoda : O2- > O2 (g) + 2e-
Total : H2O(l) > H2(g) + O2(g)

2 jika air direaksikan dengan asam klorida (HCl) membentuk


ion hidronium, H3O+, sesuai dengan reaksi sebagai berikut:
HCl + H2O H3O+ + Cl

3 Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam


reaksi ini,metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam
asetat sesuai persamaan:
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, di mana reaksi itu
sendiri terjadi dalam tiga tahap. Diperlukan suatukatalis karbonil
logam untuk karbonilasi (tahap 2).

1 CH3OH + HI CH3I + H2O

2 CH3I + CO CH3COI

3 CH3COI + H2O CH3COOH + HI

Dua proses terkait dengan karbonilasi metanol adalah: proses


Monsanto dengan katalis rodium, dan proses Cativa dengan katalis
iridium. Proses Cativa lebih ramah lingkungan dan lebih efisien dan
telah banyak menggantikan proses sebelumnya. Jumlah katalisis air
yang digunakan dalam kedua proses cukup banyak, tetapi proses
Cativa memerlukan lebih sedikit air, sehingga reaksi pergeseran air-
gas dapat ditekan dan produk sampingan yang dihasilkan juga lebih
sedikit.

4 Selain dengan cara fermentasi etanol dapat pula diproduksi hidrasi


etilena menggunakan katalis asam fosfat pada suhu 300C. Sesuai
dengan reaksi berikut:

C2H4 + H2O CH3CH2OH

5 Merupakan elektrolit lemah, dapat terionisasi akan membentuk H3O+


dan OH-
2H2O H3O+ + OH-
6 Mampu menguraikan suatu garam menjadi asam dan basa
pembentuknya.
NaCl + H2O NaOH + HCL
7 Merupakan zat pereduksi lemah. Zat yang paling cepat di reduksi
adalah fluorin, Klorin direduksi dengan sangat lambat dalam kedaan
dingin.
2Cl2 + 2H2O O2 + 4 H+ + 4 Cl-
(Fessenden & Fessenden, 1992)
8 Bereaksi dengan oksida logam membentuk basa
MgO + H2O Mg(OH)2
9 Bereaksi dengan oksida non logam membentuk asam
N2O5 + H2O 2HNO3
(Patnaik, 2003)
10 Dapat melarutkan berbagai zat kimia (pelarut universal)
NH3 + H2O NH4+ + OH-

2.2 Bahan Pembantu Pembuatan Asetaldol

2.2.1 Natrium Hidroksida


Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai alkali dan soda kaustik,
yang merupakan senyawa anorganik. Natrium Hidroksida berbentuk kristal solid
putih dan sangat kaustik dan tersedia dalam bentuk pelet, serpih, butiran, dan dapat
terlarut pada stiap konsentrasi yang berbeda. Natrium hidroksida membentuk sekitar
50% (massa) larutan jenuh dengan air. Natrium hidroksida larut dalam air, etanol, dan
metanol serta mudah menyerap kelembaban dan karbon dioksida di udara. (Ullmanns
7th ed, 2005)
Natrium Hidroksida murni diproduksi dalam bentuk Kristal keputihan yang
solid, yang dijual dengan bentuk pelet, serpih, dan granular, serta dalam larutan.
Natrium Hidoksida sangat larut dalam air, dan memiliki kelarutan yang rendah dalam
etanol dan metanol, tetapi tidak larut dalam eter dan pelarut non-polar lainnya (Perry,
1997).
Natrium hidroksida digunakan di banyak industri, terutama sebagai dasar
kimia yang kuat dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan
deterjen dan sebagai pembersih saluran air (Ullmanns 7th ed, 2005). Berdasarkan
sifatnya yang merupakan basa, NaOH banyak digunakan sebagai bahan pembuat
sabun. NaOH dapat menyabunkan kotoran-kotoran yang menempel di suatu bahan,
seperti piring. Kotoran yang kebanyakan berupa lemak akan disabunkan oleh NaOH
sehingga sabun hasil reaksi penyabunan ini akan larut dalam air membentuk misel.
Tetapi sekarang ini sabun yang menggunakan bahan aktif basa NaOH sudah tidak
banyak lagi digunakan, karena sabun ini akan menjadi tidak aktif jika air yang
digunakan bersifat sadah. Dalam industri pembuatan kertas, NaOH digunakan untuk
melarutkan lignin yang merupakan pengotor selulosa. Bahan baku selulosa yang
diperoleh dari serat-serat kayu dikumpulkan dan dilakukan perendaman dalam larutan
NaOH agar lignin larut oleh NaOH. Dengan dilarutkannya lignin maka akan
diperoleh selulosa yang baik untuk pembuatan kertas.
Natrium Hidroksida adalah basa kuat sehingga untuk penanganannya
dianjurkan menggunakan alat pelindung diri, seperti topi dengan tepi lebar,
kacamata keselamatan dengan sisi pelindung karet, sarung tangan karet, masker,
sepatu boot karet, dan apron. Gejala yang terjadi setelah paparan diantaranya berupa
luka bakar pada mata, kulit, dan membrane mukosa (Cheremisinoff, 2000).

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila terjadi paparan :


terkena mata bias dengan air setidaknya 15 menit,
kulit siram dengan air secara menyeluruh dan kemudian bilas dengan dilute
vinegar (Asam Asetat).
tertelan segera minum air dan susu, jangan memaksakan muntah dan segera
hubungi dokter.
(Cheremisinoff, 2000)

Sifat Fisika Natrium Hidroksida


Fasa : Cair
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak Berbau
Titik Didih : 1388oC
Densitas : 2,130gr/ml
: 0,64 cP
Viskositas 25oC
Kelarutan : 109 Kg / 100 Kg Air
: 1 g / 7,2 ml Etanol
: 1 g / 4,2 ml Metanol
: 1 g / 4,2 ml Gliserol

Panas spesifik, 25 oC : 1.48 J g-1 oC-1


Melting Point : 318oC
Enthalpy of Formation 25oC : - 410,9
(Kirk-Othmer, 2004)

Sifat Kimia Natrium Hidroksida

1 Bereaksi dengan gas CO2 dari udara sesuai reaksi sebagai berikut :.
2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O .

2 Natrium Hidroksida beraksi dengan asam kuat untuk menghasilkan air dan
garam. Seperti reaksi antara Natrium Hidroksida dengan Asam Klorida
menghasilkan air dan Natrium Klorida, reaksinya dapat digambarkan sebagai
berikut :
.HCl + NaOH NaCl + H2O.
(Perry, 1997)

3 Beberapa metode pembuatan Sodium Sulfida adalah dengan mereaksikan


Hidrogen Sulfat dengan Sodium Hidroksida sehingga reaksinya sebagai
beikut :
H2S + NaOH NaHS + H2O.
NaHS + NaOH . Na2S + H2O
(Austin, 5thed 1984)
4 Natrium hidroksida juga bereaksi dengan oksida asam, seperti sulfur
dioksida. Reaksi seperti ini sering digunakan untuk "scruber" gas asam
berbahaya (seperti SO2 dan H2S) yang dihasilkan dalam pembakaran
batubara dan dengan demikian mencegah pembebasan mereka ke atmosfir.
.2 NaOH + SO 2 Na2SO3 + H2O
2 NaOH + H2S Na2S + 2H2O

(Kirk-Othmer, 2004)
2.3 Asetaldol

Asetaldol adalah suatu sneyawa beta-hidroksi keton yang biasa disebut juga 3-
hidroksi butanal atau -hidroksi butiraldehid. Asetaldol mempunyai rumus molekul
C4H8O2 dengan rumus bangun sebagai berikut:

Asetaldol merupakan senyawa antara yang penting pada sintesis butiral dehida
dan 1-butanol melalui crotonsldehyde, dan juga pada sintesis 1,3-butanediol. Produk-
produk yang menggunakan bahan baku aldol antara lain polyester, urethane coating,
adipate plasticizer, tinta printer, akselerator karet, 2-etil heksanol, n-butil alcohol, n-
butil asetat, dibutil ftalat, seulosa asetat butirat, dan gliserol tributirat (McKetta,
1976).

Proses pembuatan asetaldol adalah dengan reaksi kondensasi asetaldehida


menggunakan katalis basa. Reaksi ini merupakan reaksi yang sangat eksoterm. Dari
asetaldol, crotonaldehida terbentuk dengan penghilangan air. Reaksinya antara lain
sebagai berikut:

Pada pembuatan asetaldol, tidak ditemukan bahan baku lain selain asetaldehida
(Alheritiere, 1949; Craven, 1950; McKetta, 1976).

Kondensasi Aldol
Dua molekul aldehida yang cocok atau keton yang mengandung atom - hydrogen
digabungkan dengan adanya dil alkali / asam untuk membentuk hidroksi aldehid
atau - hidroksi keton. Sebagai contoh :

Reaksi ini disebut kondensasi aldol sebagai produk (acetaldol) mengandung kedua
gugus hidroksil dan gugus aldehid. Kondensasi yang sama dari kedua molekul keton
juga disebut sebagai kondensasi aldol meskipun sebenarnya pada produk lebih
mengandung gugus keto daripada gugus aldehid. Contohnya :

(Goels engineering Chemistry)

Pada kondensasi aldol, anion enolat dari satu senyawa karbonil bereaksi
sebagai nukleofil dan menyerang gugus karbonil elektrofilik dari satu sama lain untuk
membentuk molekul yang lebih besar. Dengan demikian, kondensasi aldol adalah
penambahan reaksi nukleofilik.

Hidrogen terikat pada karbon yang berdekatan dengan karbon karbonil yang
cukup asam untuk dihilangkan oleh basa yang kuat biasanya NaOH, untuk
membentuk anion enolat. Anion enolat menambah karbon karbonil dari molekul
kedua aldehid atau Kenton melalui reaksi adisi nukleofilik.

Reaksi kondensasi aldol dapat berupa asam atau berdasarkan katalis. Namun,
penggunaan katalis lebih umum. Produk dari reaksi ini disebut aldol. Dimana ald
berasal dari aldehida dan ol berasal dari alcohol. Produk yang dihasilkan berupa -
hydroxyaldehyde atau - hydroxyketone tergantung dari bahan bakunya.

Kesulitan utama dalam menjalankan reaksi di atas pad skala industry adalah
timbulnya panas reaksi yang cukup besar yang harus dikontrol dengan baik agar tidak
terjadi reaksi yang terlalu cepat. Bila panas tidak dikendalikan maka akan timbul
reaksi samping terbentuknya polialdol. Jika suhu semakin tinggi, presentase asetaldol
yang terbentuk dari konversi asetaldehid juga semakin kecil. Oleh karena itu usaha
yang dilakukan dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pembuatan
senyawa aldol difokuskan terutama pada alat refrigerasi yang digunakan (Alheritiere,
1949).

Sifat Fisika Asetaldol


Fasa : Cair
Warna : Bening kekuningan
Bau : Tidak berbau
Titik Didih : 83oC
Densitas : 1,109gr/ml
Flash Point : 150oF
Panas spesifik, 25 oC : 0.737 J g-1 oC-1
Autoignation Temperature : 276.6oC
Bulk Density : 9,17 lb/gal
(Hawleys, 1987)

Sifat kimia Asetaldol

Terbentuk dari kondensasi aldol


Terkondensasi membentuk crotonaldehyde
2 CH3CHO CH3CH=CHCHO + H2O
(Ullmanns 2005)
Reaksi dua molekul asetaldol membentuk senyawa 3,7 dimethyl 4,8,9
trioxabicyclo

(US Patent number


2,947,759)

2.4 Proses Pembuatan Asetaldol

Beberapa proses pembuatan asetaldol yang umum antara lain:

Metode Miller dan Hammond


Metode Alheritiere dan Gobron

2.4.1 Metode Miller dan Hammond (1950)

Proses ini dioperasikan dengan cara mengontakkan asetaldehida dan natrium


hidroksida di dalam suatu reactor alir tangki berpengaduk secara kontinu.
Asetaldehida yang digunakan harus bebas dari asam (mengandung asam kurang dari
1%). Panas reaksi dihilangkan dengan cara mengalirkan pendingin ke dalam reactor
melalui coil atau jaket.

Kondisi operasi reactor:

Fase : Cair

Suhu : 40-50oC
Tekanan : 2-3 atm

Waktu tinggal : 2 jam

Konversi : 48-50%

Katalis : Larutan NaOH 4%

Perbandingan umpan masuk reactor : Asetaldehida : NaOH 4% = 15,5 : 1

2.4.2 Metode Altheritiere dan Gobron (1955)

Pada proses ini, asetaldehida diumpankan secara kontinu pada suatu reactor
alir tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan jaket pendingin. Jaket pendingin
berfungsi untuk menghilangkan panas yang cukup besar yang dihasilkan oleh reaksi
aldolisasi yang sangat eksoterm. Kontrol suhu yang seksama diperlukan untuk
mencegah terjadinya reaksi tak terkendali yang menghasilkan produk samping berupa
polialdol. Katalis yang digunakan berupa larutan natrium hidroksida. Pengontakan
asetaldehida dengan natrium hidroksida berlangsung dalam waktu yang sangat
singkat, yaitu tidak lebih dari 5 menit. Kondisi operasi reactor:

Fase : Cair

Suhu : 20-50oC

Tekanan : 1,5 3 atm

Waktu tinggal : 5 menit

Konversi : 50 55 %

Katalis : larutan NaOH 0,65 %

Perbandingan umpan masuk reactor: Asetaldehida : larutan NaOH 0,65% = 6,25 : 2

Produk keluar reactor dinetralkan dengan asam asetat lalu asetaldehida yang belum
bereaksi diuapkan menggunakan evaporator.
2.5. Hasil samping
Hasil samping dari pembuatan asetaldol adalah Na2SO4.

2.5.1 Natrium Sulfat

Natrium sulfat adalah garam natrium dari asam sulfur. Dalam bentuk
anhidratnya, senyawa ini berbentuk padatan kristal putih dengan rumus kimia Na 2SO4
atau lebih dikenal dengn mineral tenardit, sedangkan bentuk dekahidratnya
mempunyai rumus kimia Na2SO4.10H2O yang lebih dikenal dengan nama garam
Glauber atau sal mirabilis. Bentuk heptahidratnya juga berbentuk padatan, yang akan
berubah menjadi mirabilit ketika diinginkan. Dengan produksi sebesar 6 juta ton per
tahunnya, natrium sulfat merupakan salah satu komoditas bahan kimia utama
(Handbook of chemistry and physics, 84th ed, 2003-2004).

Gambar Rumus struktur molekul Natrium Sulfat

Kristal terdiri dari [Na (OH2)6]+ ion dengan geometri molekul oktahedral
sehingga 8 dari 10 molekul ir terikat dengan sodium dan 2
bagian lainnya menjadi hidrogen dan terikat oleh sulfat.
Kation ini terkait dengan anion dari sulfat melalui ikatan
hidrogen. Na-O berjarak 240 pm (Helena W. Ruben, David
H. Templeton, Robert D. Rosenstein, Ivar Olovsson, 1961).

Natrium sulfat banyak digunakan untuk memnuhi kebutuhan industri, antara


lain di industri pulp dan kertas, deterjen, pembuatan flat glass, tekstil, keramik,
farmasi, zat pewarna dan sebagai reagent di laboratorium kimia.
Selain melalui proses Hargraves, natrium sulfat juga dapat dihasilkan dengan
cara pemurnian garam natrium sulfat (pertambangan) atau sebagai produk samping
dari produksi fenol. Sementara itu di indonesia natrium sulfat umumnya diperoleh
sebagai produk samping dari industi viscose rayon. Produksi natrium sulfat mencapai
4,6 juta ton pada tahun 1999. Produksi di Amerika Serikat adalah sekitar 20% dari
produksi dunia dan di Eropa Barat ii sebesar 35%. Total produksi sekitar 50%
merupakan produk industri kimia dan sisanya dari deposit alam (SSPA, 2003).

Penggunaan utama natrium sulfat adalah untuk manufaktur kaca dan detergen.
Pengguna lain berasal dari berbagai industri, termasuk teknologi pencelupan,
pengolahan logam elektrokimia, (hewan) feed, farmasi, tekstil, semikonduktor,
intermediet, dan pertanian. Konsentrasi rata-rata natrium sulfat dalam detergen
berdasarkan perwakilan sampel 20 detergen komersial, bubuk dan tablet yang
dikumpulkan di 10 negara Uni Eropa yang berbeda (termasuk Timur) adalah 20,8%
dengan kisaran 0,0% sampai 56,7% (SSPA 2003).

Mineral natrium sulfat terjadi secara alami merupakan hasil dari penguapan
pedalaman laut dan danau termal. Pada iklim dingin seperti yag ditemukan di Kanada
dn bekas Uni Soviet mendukung pembentukan mirabilet sedangkan di iklim panas
seperti Amerika Selatan, India, Mexico, dan Amerika Serikat bagian barat
mendukung pembentukan ternadit. Pada daerah dimana anion lain dan kation hadir,
akan ditemukan garam ganda dari jenis yang ditunjukkan pada tabel dimana tebel
tersebut berisi daftar dari hampir semua mineral alami yang mengandung antrium
sulfat kecuali untuk mirabilite, ternadit dan astrakanit (Kirk & Othmer, 2004).

Sifat Fisika Natrium Sulfat

Fasa : Padat
Bau : Tidak berbau
Massa molar :142.04 g/mol (anhidrat)
322.20 g/mol (dekahidrat)
Densitas : 2.664 g/cm3 (anhidrat)
1.464 g/cm3 (dekahidrat)
Titik leleh : 884C (anhidrat) ; 32.38C (dekahidrat)
Titik didih : 1429C (anhidrat)
Panas spesifik : 0.845 J/(gK)a
Specific Gravity : 2.664
Heat of formation : -1385 kJ/mola
(Kirk-Othmer, 2004)

Sifat Kimia Natrium Sulfat

Natrium sulfat bereaksi dengan asam sulfat untuk membentuk asam garam
natrium bisulfat
Na2SO4 + H2SO4 2 NaHSO4
(Handbook of Chemistry and Physics, 1999)
Dengan adanya zat organik, natrium sulfat berkurang seperti yang dijelaskan
pada reaksi berikut ini:
Oleh gula:
C12H11O11 + 5H2O + 4SO4-2 4CO2 + 8H2 + 4HS- +8HCO-3 + 4H+
8H2 + 2SO-2 + 2H+ 2HS- + 8H2O
C12H22O11 + 8H2SO4 8S + 12H2CO3 + 7H2O
Oleh ethanol:
2C2H5OH + 3SO4-2 3HS- + 3HCO3 + 3H2O + CO2
C2H5OH + H2SO4 2S + 2H2CO3 + 3H2O

(College of ilmu Biologi, 2003)

Membentuk endapan barium sulfat ketika direaksikan dengan barium klorida


BaC2 + Na2SO4 BaSO4 + 2NaCl
(Linke, W.F.; A. Seidell, 1965)

2.6 Pemilihan Proses


Pemilihan proses pembuatan Asetaldol didasarkan berdasarkan beberapa hal berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pembuatan Asetaldol Dengan Bahan Baku


Asetaldehida

Proses

Metode Miller dan Metode Altheritiere dan


Parameter
Hammond Gobron

Bahan Pembantu NaOH 4% NaOH 0,65%


Kondisi Operasi :
Tekanan 2 atm 1,5 atm
Temperatur 40 oC -50oC 20 oC -50oC
Waktu tinggal 120 menit 5 menit
Konversi 48-50 % 50-55%
Produk Samping Na2SO4 Na2SO4
Spesifikasi Produk :
1 Kemurnian 90% 98%
2 Warna Kekuningan Kekuningan
Mixer Mixer
Reaktor Reaktor
Netralizer Netralizer
Alat Utama
Crystalizer Crystalizer
Dryer Dryer
Flash Drum Flash Drum
Utilitas

Dengan memperhatikan tabel di atas dan pertimbangan dari segi bahan baku,
kesederhanaan proses, tingkat konversi dan kemurnian, maka untuk pabrik asetaldol
yang akan didirikan di indonesia, yang paling sesuai adalah dengan proses B dengan
bahan baku asetaldehida. Proses ini dipilih karena reaktor yang digunakan adalah
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB/CSTR) dan beroperasi pada tekanan
atmosferis dalam fase cair-cair dengan konversi yang mencapai 55% dan kondisi
opersi pada temperatur 20-50oC sehingga apabila ditinjau dari segi termodinamika
proses ini aka lebih efisien karena tidak membutuhkan energy yang banyak.
Kelebihan bahan baku dapat di recycle sehingga membuat proses B lebih ekonimis.

Anda mungkin juga menyukai