Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PELITA BANGSA

QUIZ KIMIA DASAR

Mata Kuliah : Kimia Dasar


Program Studi/Semester : Teknik Industri / 2
Hari/Tanggal :
Nama : Muhammad Hanif Aljahidi
NIM : 352210826
Kelas : IE22C4

SOAL :
1. Sebutkan dan jelaskan beberapa reaksi utama dalam Kimia ? Berikan masing-masing
contohnya ? Jika ada sebuah reaksi Asam Klorida (aq) dengan Natrium Hidroksida(aq)
membentuk Natrium Klorida(aq) dan Uap Air(l), termasuk reaksi apakah reaksi di atas ?
Tuliskan persamaan reaksinya ?
2. Produk antibeku di sebagian besar radiator mobil adalah campuran antara ethylene
glycol dan air dengan volume yang sama, dengan sejumlah kecil aditif lain untuk
mencegah korosi. Jika diketahui C2H4(OH)2 dalam larutan yang dibuat dari 2.22 x 10 3
g ethylene glycol dan 2.00 x 103 g air, tentukanlah :
a. Fraksi Mol Ethylene Glycol
b. Molarity Ethylene Glycol
3. Hitunglah tekanan uap larutan ideal yang mengandung 92.1 gram glycerin C 3H5(OH)3
dan 184.4 gram etanol C2H5OH pada temperature 40°C. Tekanan uap etanol murni
sebesar 0.178 atm pada temperatur 40°C. Glycerin pada dasarnya tidak mudah
menguap pada suhu ini.
4. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat koligatif dalam larutan ? Berikan contohnya
masingmasing ?
5. Apa yang dimaksud dengan Termokimia ? Apa kaitannya dengan Energi dan
Termodinamika ? Sebutkan dan jelaskan Energi dalam kaitannya dengan
Termokimia ?
6. Hitunglah perubahan energi untuk system yang kehilangan 15 kJ panas dan
mengembang dari volume 10 Liter menjadi 200 Liter pada tekanan external tetap
sebesar 2 atm ?
7. Hitunglah kalor entalpi pembakaran standar (ΔH°c C2H4(g)) untuk reaksi berikut ini,
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
C2H4(g) + 3O2 → 2CO2(g) + 2H2O(g)
Jika 15 gram C2H4 dibakar sempurna berapakah kalor yang dilepaskan ?
8. Jelaskan mengenai konsep asam basa dari Arhenius dan Bronsted-Lowry ? Terdapat
perbedaan apakah dari kedua konsep asam basa tersebut ?
9. pH larutan 0.20 M asam formiat (HCOOH) pada temperature 25°C adalah 2.58.
Hitunglah Ka untuk asam formiat pada temperatur tersebut ?
10. Apa yang dimaksud dengan Asam Kuat dan Basa Kuat ? Berikan contoh aplikasi
penggunaan Asam Kuat dan Basa Kuat pada Industri ?

Jawaban
1) Dalam kimia, terdapat berbagai jenis reaksi yang dapat terjadi antara zat-zat kimia.
Berikut ini adalah beberapa contoh reaksi utama beserta penjelasannya:

a. Reaksi kombinasi (sintesis): Reaksi kombinasi terjadi ketika dua atau lebih zat
bergabung untuk membentuk satu zat baru. Contohnya adalah: 2H2(g) + O2(g) →
2H2O(l) Reaksi di atas adalah reaksi kombinasi antara hidrogen (H2) dan oksigen
(O2) yang menghasilkan air (H2O).
b. Reaksi dekomposisi: Reaksi dekomposisi terjadi ketika satu zat terurai menjadi dua
atau lebih zat yang lebih sederhana. Contohnya adalah: 2HgO(s) → 2Hg(l) + O2(g)
Reaksi di atas adalah reaksi dekomposisi senyawa merkuri(II) oksida (HgO) menjadi
merkuri cair (Hg) dan oksigen gas (O2).
c. Reaksi substitusi: Reaksi substitusi terjadi ketika satu atom atau gugus fungsi
digantikan oleh atom atau gugus fungsi lain dalam suatu senyawa. Contohnya adalah:
CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g) Reaksi di atas adalah reaksi substitusi antara
metana (CH4) dan gas klor (Cl2) yang menghasilkan klorometana (CH3Cl) dan asam
klorida (HCl).
d. Reaksi redoks: Reaksi redoks melibatkan transfer elektron antara zat-zat kimia.
Reaksi redoks dapat terjadi dalam bentuk oksidasi dan reduksi. Contohnya adalah:
2Na(s) + Cl2(g) → 2NaCl(s) Reaksi di atas adalah reaksi redoks antara natrium (Na)
dan gas klor (Cl2) yang menghasilkan natrium klorida (NaCl).
2) Dalam reaksi antara asam klorida (HCl) dan natrium hidroksida (NaOH), terjadi reaksi
netralisasi atau reaksi asam-basa. Persamaan reaksinya adalah: HCl(aq) + NaOH(aq) →
NaCl(aq) + H2O(l) Dalam reaksi ini, asam klorida bereaksi dengan natrium hidroksida
membentuk natrium klorida (NaCl) dan air (H2O).
Langkah 1: Menghitung jumlah mol ethylene glycol (C2H4(OH)2) Menggunakan rumus:
n = m/M di mana n adalah jumlah mol, m adalah massa, dan M adalah massa molar.
Massa molar ethylene glycol (C2H4(OH)2) = 2(12.01 g/mol) + 4(1.01 g/mol) + 2(16.00
g/mol) = 62.07 g/mol
Jumlah mol ethylene glycol (C2H4(OH)2) = 2.22 x 10^3 g / 62.07 g/mol = 35.77 mol
Langkah 2: Menghitung jumlah mol air (H2O) Massa molar air (H2O) = 2(1.01 g/mol) +
16.00 g/mol = 18.02 g/mol
Jumlah mol air (H2O) = 2.00 x 10^3 g / 18.02 g/mol = 111.05 mol
a. Fraksi Mol Ethylene Glycol Fraksi mol ethylene glycol = jumlah mol ethylene
glycol / (jumlah mol ethylene glycol + jumlah mol air) Fraksi mol ethylene glycol =
35.77 mol / (35.77 mol + 111.05 mol) = 0.243
b. Molarity Ethylene Glycol Molarity ethylene glycol = jumlah mol ethylene glycol /
volume larutan (dalam liter) Karena tidak diberikan volume larutan, kita tidak dapat
menghitung molarity ethylene glycol.

3) Untuk menghitung tekanan uap larutan ideal, kita dapat menggunakan hukum Raoult.
Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap larutan ideal adalah jumlah fraksi mol
setiap komponen dikalikan dengan tekanan uap komponen murni pada suhu tersebut.
Dalam hal ini, kita akan menghitung tekanan uap etanol dalam larutan ideal.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


Langkah 1: Hitung jumlah mol etanol (C2H5OH) dan glycerin (C3H5(OH)3) dalam
larutan. Untuk etanol (C2H5OH): Massa molar etanol (C2H5OH) = 2(12.01 g/mol) +
6(1.01 g/mol) + 16.00 g/mol = 46.07 g/mol Jumlah mol etanol = 184.4 g / 46.07 g/mol =
4.00 mol
Untuk glycerin (C3H5(OH)3): Massa molar glycerin (C3H5(OH)3) = 3(12.01 g/mol) +
8(1.01 g/mol) + 3(16.00 g/mol) = 92.09 g/mol Jumlah mol glycerin = 92.1 g / 92.09 g/mol
= 1.00 mol
Langkah 2: Hitung fraksi mol etanol dalam larutan. Fraksi mol etanol = jumlah mol etanol
/ (jumlah mol etanol + jumlah mol glycerin) Fraksi mol etanol = 4.00 mol / (4.00 mol +
1.00 mol) = 0.80
Langkah 3: Hitung tekanan uap larutan ideal etanol. Tekanan uap larutan ideal etanol =
fraksi mol etanol x tekanan uap etanol murni Tekanan uap larutan ideal etanol = 0.80 x
0.178 atm = 0.1424 atm
Jadi, tekanan uap larutan ideal yang mengandung 92.1 gram glycerin (C3H5(OH)3) dan
184.4 gram etanol (C2H5OH) pada suhu 40°C adalah 0.1424 atm.
4) Berikut ini adalah empat sifat koligatif dalam larutan:

a. Penurunan tekanan uap (Lowering of Vapor Pressure): Ketika suatu zat terlarut
ditambahkan ke dalam pelarut, tekanan uap pelarutnya akan menurun. Hal ini
disebabkan oleh adanya interaksi antara partikel pelarut dan partikel terlarut yang
menghambat penguapan pelarut. Contohnya adalah ketika garam ditambahkan ke
dalam air, tekanan uap air akan menurun dibandingkan dengan air murni.
b. Kenaikan titik didih (Elevation of Boiling Point): Penambahan zat terlarut dalam
pelarut juga menyebabkan titik didih pelarutnya menjadi lebih tinggi. Ini terjadi
karena tekanan uap pelarut harus mencapai tekanan atmosfer yang lebih tinggi untuk
mendidih. Sebagai contoh, saat garam ditambahkan ke air, titik didih air meningkat
dibandingkan dengan air murni.
c. Penurunan titik beku (Depression of Freezing Point): Penambahan zat terlarut dalam
pelarut menyebabkan titik beku pelarutnya menjadi lebih rendah. Ini terjadi karena
kehadiran partikel terlarut mengganggu pengaturan teratur partikel pelarut saat
membentuk struktur padat pada suhu beku. Contohnya adalah ketika garam
ditambahkan ke air, titik beku air akan menurun dibandingkan dengan air murni.
d. Tekanan osmotik (Osmotic Pressure): Tekanan osmotik terjadi ketika ada perbedaan
konsentrasi zat antara dua larutan terpisah oleh sebuah membran semipermeabel.
Partikel terlarut dalam larutan yang lebih pekat akan mengalami gerakan alami ke
arah larutan yang lebih encer melalui membran semipermeabel. Tekanan yang
dihasilkan oleh pergerakan ini disebut tekanan osmotik. Contohnya adalah ketika
sebuah sel darah merah ditempatkan dalam larutan garam encer, air akan masuk ke
dalam sel darah merah melalui membran sel untuk mencapai keseimbangan
konsentrasi, sehingga menyebabkan sel darah merah membesar.

Sifat-sifat koligatif ini bergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan, bukan pada
identitas atau sifat-sifat kimiawi dari partikel terlarut itu sendiri.
5) Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari perubahan energi yang terjadi
dalam reaksi kimia dan proses termal. Ini melibatkan studi tentang energi panas (termal)
yang dilepaskan atau diserap selama reaksi kimia atau perubahan suhu dalam sistem
kimia.

Termokimia berkaitan erat dengan konsep energi dan termodinamika. Termodinamika


adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari perubahan energi, termasuk energi panas,
dalam sistem fisik. Termokimia menggabungkan prinsip-prinsip termodinamika dengan
reaksi kimia untuk memahami perubahan energi dalam reaksi kimia.
Energi dalam kaitannya dengan termokimia memiliki beberapa aspek yang penting:
a. Energi Internal (U): Ini adalah energi total yang terkandung dalam suatu sistem,
termasuk energi kinetik dan potensial partikel-partikel dalam sistem. Dalam
termokimia, perubahan energi internal suatu sistem (ΔU) dapat diukur sebagai
perubahan energi panas yang terjadi dalam reaksi kimia.
b. Energi Panas (Q): Ini adalah energi yang berpindah antara sistem dan sekitarnya
sebagai panas. Dalam termokimia, kita dapat mengukur jumlah energi panas yang
diserap atau dilepaskan selama reaksi kimia atau perubahan suhu dalam sistem.
c. Energi Potensial (G): Dalam termokimia, energi potensial yang penting adalah energi
bebas Gibbs (G). Energi bebas Gibbs adalah ukuran ketersediaan energi dalam sistem
untuk melakukan kerja yang berguna pada tekanan dan suhu konstan. Perubahan
energi bebas Gibbs (ΔG) dalam suatu reaksi kimia memberikan informasi tentang
kelangsungan reaksi dan kecenderungan terjadinya reaksi.
d. Energi Ikatan (H): Energi ikatan mengacu pada energi yang diperlukan untuk
membentuk atau memutuskan ikatan kimia antara atom-atom dalam molekul. Dalam
termokimia, perubahan energi ikatan (ΔH) dalam suatu reaksi kimia adalah ukuran
energi panas yang dilepaskan atau diserap dalam reaksi tersebut.

Dengan memahami perubahan energi dalam sistem kimia, termokimia memungkinkan


kita untuk memprediksi arah reaksi, mengukur stabilitas senyawa, dan mempelajari
hubungan antara energi dan struktur molekul.

6) Untuk menghitung perubahan energi (ΔU) dalam sistem, kita dapat menggunakan rumus:

ΔU = q - w

di mana ΔU adalah perubahan energi dalam sistem, q adalah panas yang masuk atau
keluar dari sistem, dan w adalah kerja yang dilakukan oleh sistem.
Dalam kasus ini, kita diberikan bahwa sistem kehilangan 15 kJ panas. Karena panas
keluar dari sistem, q akan bernilai -15 kJ.
Selanjutnya, kita harus menghitung kerja yang dilakukan oleh sistem saat mengembang
dari volume 10 liter menjadi 200 liter pada tekanan eksternal tetap sebesar 2 atm.
Kerja yang dilakukan oleh sistem (w) dapat dihitung menggunakan rumus: w =

-Pext ΔV di mana Pext adalah tekanan eksternal dan ΔV adalah perubahan

volume sistem. ΔV = Vf - Vi = 200 L - 10 L = 190 L w = - (2 atm) (190 L) = -

380 atm·L

Karena tekanan dinyatakan dalam atmosfer dan volume dalam liter, perlu dikonversi ke
satuan yang sesuai dengan sistem internasional (SI). 1 atm = 101.325 J/L, sehingga:
w = - (380 atm) (101.325 J/L) = - 38479.5 J = -38.48 kJ
Substitusikan nilai q dan w ke dalam rumus ΔU = q - w:

ΔU = -15 kJ - (-38.48 kJ) ΔU = 23.48 Kj

7) Massa molar C2H4 = 2(12.01 g/mol) + 4(1.01 g/mol) = 28.05 g/mol

Jumlah mol C2H4 = 15 g / 28.05 g/mol ≈ 0.534 mol

Kalor yang dilepaskan = ΔH°c × jumlah mol C2H4


Kalor yang dilepaskan = -839.1 kJ/mol × 0.534 mol
Kalor yang dilepaskan ≈ -447.8 kJ
8) Konsep asam basa dari Arrhenius dan Bronsted-Lowry adalah dua konsep yang berbeda
dalam memahami sifat asam dan basa dalam kimia.

1. Konsep Asam Basa Arrhenius: Menurut konsep asam basa Arrhenius yang
dikemukakan oleh Svante Arrhenius, asam adalah zat yang dapat menghasilkan
ion hidrogen (H+) dalam larutan air. Basa adalah zat yang dapat menghasilkan ion
hidroksida (OH-) dalam larutan air. Konsep ini berfokus pada ionisasi zat dalam
larutan air.

Contoh: HCl (asam) menghasilkan ion H+ dalam larutan air. NaOH (basa) menghasilkan
ion OH- dalam larutan air.
Perbedaan utama dengan konsep Bronsted-Lowry adalah bahwa konsep Arrhenius
terbatas pada pelarut air dan bergantung pada pembentukan ion hidrogen (H+) dan
hidroksida (OH-).
2. Konsep Asam Basa Bronsted-Lowry: Konsep asam basa Bronsted-Lowry yang
dikemukakan oleh Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry lebih
luas dan tidak terbatas pada pelarut air. Menurut konsep ini, asam adalah zat yang
dapat memberikan proton (H+) dan basa adalah zat yang dapat menerima proton.

Dalam konsep Bronsted-Lowry, reaksi asam-basa terjadi melalui transfer proton dari
asam ke basa. Asam bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa bertindak sebagai
penerima proton. Dalam reaksi ini, pasangan asam-basa terbentuk.
Contoh: Dalam reaksi asam asetat (CH3COOH) dengan air, asam asetat melepaskan
proton (H+) menjadi ion asetat (CH3COO-) dan air bertindak sebagai basa yang
menerima proton untuk membentuk ion hidronium (H3O+). Jadi, dalam reaksi ini, asam
asetat bertindak sebagai asam dan air bertindak sebagai basa.
Perbedaan utama dengan konsep Arrhenius adalah bahwa konsep Bronsted-Lowry dapat
diterapkan pada pelarut non-air dan memahami asam basa dalam hal transfer proton.
Secara umum, konsep asam basa Bronsted-Lowry lebih luas dan dapat diterapkan dalam
berbagai pelarut dan reaksi asam basa, sementara konsep asam basa Arrhenius terbatas
pada larutan air dan ionisasi.
9) Hitung konsentrasi ion hidrogen (H+): pH = -log[H+] 2.58 = -log[H+]
[H+] = 10^(-2.58)
Hitung konsentrasi asam formiat (HCOOH): Dalam larutan yang cukup encer, asumsikan
bahwa setiap mol asam formiat (HCOOH) bereaksi sepenuhnya untuk menghasilkan satu
mol ion hidrogen (H+). Oleh karena itu, konsentrasi ion hidrogen (H+) sama dengan
konsentrasi asam formiat (HCOOH).
Konsentrasi asam formiat (HCOOH) = 0.20 M
Hitung nilai Ka: Ka = [H+][HCOO-]/[HCOOH]
Karena konsentrasi ion hidrogen (H+) sama dengan konsentrasi asam formiat (HCOOH),
kita dapat menulisnya sebagai:
Ka = [H+]^2/[HCOOH]
Substitusikan nilai [H+] dan [HCOOH]:
Ka = (10^(-2.58))^2 / 0.20
Ka ≈ 2.05 x 10^(-4)

10) Asam kuat dan basa kuat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekuatan ionisasi
lengkap asam atau basa dalam larutan air. Asam kuat sepenuhnya mengion menjadi ion hidrogen
(H+) dalam larutan, sedangkan basa kuat sepenuhnya mengion menjadi ion hidroksida (OH-)
dalam larutan.

Contoh Asam Kuat:


• Asam Sulfat (H2SO4): Asam sulfat adalah asam kuat yang digunakan dalam industri
kimia untuk pembuatan pupuk, baterai, deterjen, dan berbagai produk kimia lainnya.
• Asam Klorida (HCl): Asam klorida adalah asam kuat yang digunakan dalam produksi
PVC (Polyvinyl Chloride), pembersihan dan pengawetan logam, serta dalam industri
pengolahan makanan.
• Asam Nitrat (HNO3): Asam nitrat adalah asam kuat yang digunakan dalam industri
pupuk, pembuatan bahan peledak, dan dalam produksi bahan kimia lainnya.

Contoh Basa Kuat:


• Natrium Hidroksida (NaOH): Natrium hidroksida adalah basa kuat yang digunakan
dalam industri kimia, pengolahan minyak dan lemak, pembuatan kertas, dan dalam
produk pembersih rumah tangga.
• Kalium Hidroksida (KOH): Kalium hidroksida adalah basa kuat yang digunakan
dalam produksi sabun, industri farmasi, dan dalam pengolahan makanan.
• Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2): Kalsium hidroksida adalah basa kuat yang digunakan
dalam industri konstruksi, seperti dalam produksi semen, serta dalam aplikasi
pertanian sebagai bahan pembenah tanah.

Penggunaan asam kuat dan basa kuat dalam industri sangat penting karena sifat ionisasi
lengkapnya memungkinkan reaksi kimia yang cepat dan efisien. Selain itu, asam kuat dan
basa kuat juga digunakan dalam pengaturan pH dalam berbagai proses industri, termasuk
pengolahan air, produksi bahan kimia, dan industri farmasi.

Anda mungkin juga menyukai