Anda di halaman 1dari 68

4.

TERMOKIMIA

4.1. SISTEM DAN LINGKUNGAN


4.2. REAKSI EKSOTERM DAN
REAKSI ENDOTERM
4.3. KALOR REAKSI
4.4. PENENTUAN KALOR REAKSI
4.1. SISTEM DAN LINGKUNGAN

Sistem: Bagian yang menjadi pusat


perhatian
Lingkungan: Bagian yang membatasi
sistem
Dalam reaksi kimia,
Sistem: Reaktan dan Produk
Lingkungan: Wadah reaksi, meja
percobaan dan udara sekitar
Sistem dibedakan atas;
Sistem terbuka (terjadi pertukaran
materi dan energi)
Sistem tertutup (tidak terjadi
pertukaran materi tapi terjadi
pertukaran energi) dan
Sistem terisolasi (tidak terjadi
pertukaran materi dan energi)
Kalor yang berpindah dari sistem ke
lingkungan atau dari lingkungan ke
sistem agar temperatur sistem
sesudah reaksi sama dengan sebelum
reaksi
Transfer (pertukaran) energi antara
sistem dan lingkungan dapat berupa:
kalor (q) atau bentuk energi lainnya
berupa: kerja (w)
Jika energi (kalor atau kerja)
meninggalkan sistem diberi harga
tanda negatif dan sebaliknya jika
energi memasuki sistem diberi harga
tanda positif
Setiap zat (sistem) memiliki energi
dalam (berupa energi kinetik dan
energi potensial)
Dalam suatu zat yang dapat ditentukan
adalah: perubahan energi dalam (E)
E  q  w
Kalor reaksi yang diukur pada volume
tetap (qv) sama dengan E
Kalor reaksi yang diukur pada tekanan
tetap (qp) sama dengan Perubahan
Entalpi (H)
Pada umumnya reaksi-reaksi kimia
berlangsung pada tekanan tetap.
4.2. REAKSI EKSOTERM &
REAKSI ENDOTERM
Reaksi Eksoterm: Reaksi yang terjadi
disertai pelepasan kalor dari sistem ke
lingkungan
Contoh Reaksi: HCl + NaOH

Temperatur larutan (= sistem) akan naik, yg


akhirnya akan kembali seperti semula
(perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan)
Reaksi Endoterm: Reaksi yang terjadi
disertai penyerapan kalor dari lingkungan ke
sistem
Contoh Reaksi: (NH3)2CO3 + CH3COOH

Temperatur larutan (= sistem) akan turun,


yg akhirnya akan kembali seperti semula
(perpindahan kalor dari lingkungan ke
sistem)
Perubahan entalpi (H)
Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
Untuk memahami reaksi endoterm
dan reaksi eksoterm, anda dapat
melakukan Kegiatan Miniriset 4.1.
4.3. KALOR REAKSI
Kalor Reaksi: Jumlah Kalor yang
menyertai (dibebaskan atau diserap)
suatu reaksi.
Jenis-jenis Kalor Reaksi

Kalor Pembentukan Standar (Hfo)


Kalor Penguraian Standar (Hdo =-Hfo)
Kalor Pengatoman Standar (Hao)
Kalor Pelarutan Standar (Hso)
Kalor Pembakaran Standar (Hco)
Kalor Pembentukan
Standar (Hfo)

Besarnya kalor yang dilepaskan atau yang


dibutuhkan pada pembentukan satu mol
senyawa dalam keadaan stabil dari unsur-
unsurnya pada temperatur 25oC dan
tekanan 1 atm.
Contoh reaksi: Kalor pembentukan
standar (Hfo) amonia adalah -46,0 kJ.mol-
1
Pers. Termokimianya adalah:
½ N2(g) + 3/2 H2(g)  NH3(g) Hfo = -46,0 kJ.mol-1

Pers. Termokimianya dapat diubah menjadi:


N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g) Hfo = -92,0 kJ
Kalor Penguraian
Standar (Hdo =-Hfo)

Besarnya kalor yang dilepaskan atau yang


dibutuhkan pada penguraian satu mol
senyawa dalam keadaan stabil menjadi
unsur-unsurnya pada temperatur 25oC
dan tekanan 1 atm.
Harga Kalor penguraian standar sama
dengan Kalor pembentukan standar,
tetapi berbeda tanda
Contoh reaksi: Kalor penguraian standar
(Hdo) amonia adalah +46,0 kJ.mol-1

Pers. Termokimianya adalah:


NH3(g)  ½ N2(g) + 3/2 H2(g) Hdo = +46,0 kJ.mol-1
Kalor Pengatoman Standar (Hao )

Besarnya kalor yang dibutuhkan pada


pengatoman satu mol senyawa menjadi unsur-
unsurnya dalam bentuk gas pada temperatur
25oC dan tekanan 1 atm.
Contoh reaksi: Kalor pengatoman standar (Hao)
gas metana adalah +1,662 kJ.mol-1
Pers. Termokimianya adalah:
CH4(g)  C(g) + 4H(g) Hao = +1,662 kJ.mol-1
Kalor Pembakaran Standar (Hco )

Besarnya kalor yang dibebaskan pada pembakaran


satu mol senyawa atau unsur pada temperatur 25oC
dan tekanan 1 atm.
Contoh reaksi:

1. Kalor pembakaran standar (Hco) gas asetilen


(C2H2) adalah -1297,9 kJ.mol-1
Pers. Termokimianya adalah:
C2H2(g) + 5/2O2(g)  2CO2(g) + H2O(g) Hco = -1297,9 kJ.mol-1
2. HoC (grafit) = - 393,5 kJ/mol.
Dalam bentuk reaksi dapat ditulis:
C(s) grafit + O2 (g) → CO2 (g) Hco = - 393,5 kJ .mol-1

Dari pers. Reaksi tersebut dapat juga


dikatakan bahwa: Perubahan Entalpi
pembakaran grafit = Perubahan Entalpi
pembentukan karbon dioksida
C(s) grafit + O2 (g) → CO2 (g) Hfo = - 393,5 kJ.mol-1
4.3. PENENTUAN KALOR REAKSI

A. Menggunakan Kalorimeter
B. Menggunakan persamaan termokimia
C. Menggunakan tabel perubahan entalpi
pembentukan standar (Hfo) zat pereaksi
dan produk.
D. Menggunakan tabel energi disosiasi
ikatan (D) zat pereaksi dan produk.
Gambar: Kalorimeter bomb
A. Menggunakan Kalorimeter

Kalorimeter : suatu sistem terisolasi (tidak


ada pertukaran materi maupun energi
dari/ke lingkungan)
Jumlah kalor yang diserap oleh air atau
larutan dapat ditentukan dengan mengukur
kenaikan suhu di dalam kalorimeter
qlarutan = m .c .t
qkalorimeter = C.t
qreaksi = -(qlarutan + qkalorimeter)

dimana;
q = jumlah kalor (J),
m = massa air atau larutan (g),
c = kalor jenis air atau larutan (J.g-1.oC-1 ),
C = kapasitas kalor kalorimeter (J.oC-1 ) dan
t = kenaikan suhu air atau larutan (oC)
Contoh Soal 4.1
50 ml larutan HCl 0,1 M pada
temperatur 25oC dicampurkan dengan
50 ml larutan NaOH 0,1 M pada
temperatur 25oC dalam beaker plastik.
Hasil pencampuran memiliki temperatur
30oC, bila diketahui clar = 4,18 J.g-1. oC-1.
Berapakah harga kalor penetralan?
Pembahasan:
Dengan mengasumsikan tidak ada
kalor yang hilang ke lingkungan dan
mengabaikan kapasitas kalor
kalorimeter
qreaksi = -(qlarutan + qkalorimeter)

 qreaksi = -qlarutan
Vcampuran = 100 ml
mcampuran(=larutan) = 100 g
clarutan = 4,18 J.g-1. oC-1, dan t = 5oC
q = m .c .t
q = 100 g x 4,18 J.g-1. oC-1 x 5 oC
= 2090 J = 2,09 kJ
Temperatur naik berarti sistem
melepaskan kalor (reaksi eksoterm)
dan reaksi berlangsung pada tekanan
tetap, berarti qp = H = -2,09 kJ.
Reaksi: HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)
n HCl(aq) yang bereaksi = 0,005 mol
n NaOH(aq) yang bereaksi = 0,005 mol
n H2O(l) yang terbentuk = 0,005 mol

Berdasar pers. stoikiometrinya, H = -2,09


kJ/0,005 mol H2O = - 418 kJ/mol
Kalor penetralan = - 418 kJ/mol H2O
Contoh Soal 4. 2
Dalam kalorimeter bom yang kapasitas
panasnya 2,71 kJ/oC, sebanyak 4 gram
glukosa (C6H12O6), dibakar dengan gas
oksigen dan menghasilkan gas CO2 dan H2O
cair. Setelah reaksi selesai, suhu 1000 gram
air naik dari 27OC menjadi 37oC. Diketahui
panas spesifik air = 4,184 J.g-1.oC-1,
Tentukanlah nilai H reaksi pembakaran
glukosa tersebut!
Pembahasan:
qreaksi = -(qair + qkalorimeter)
= -(1000 g x 4,184 J.g-1.oC-1 x 10 oC) +
(2710 J.oC-1 x 10 oC)
= -68940 J = -68,94 kJ

Pada pembakaran 4 gram glukosa


(C6H12O6), dibebaskan kalor sebesar 68,94
kJ
Pada pembakaran 1 mol glukosa,
dibebaskan kalor sebesar
68,94kJ  3447 kJ / mol
4
mol
180

∆Ho pembakaran glukosa = -3447


kJ/mol
B. Menggunakan Persamaan
Termokimia

Persamaan termokimia menganut


prinsip hukum Hess (hukum penjumlahan
kalor)
 Hukum Hess berguna untuk
menentukan kalor reaksi yang tidak
dapat diketahui melalui percobaan
Hukum Hess dapat dinyatakan diagram
siklus atau diagram tingkat energi.
Gambar 4.3 Diagram siklus pembentukan gas CO2
Kalor reaksi pada lintasan 1 = jumlah kalor
tahap 1 dan tahap 2 pada lintasan 2
H = H1 + H2
-788 kJ = H1 + -566 kJ
H1 = -222 kJ

Kalor pembakaran karbon (grafit) untuk


menghasilkan karbon monoksida (H1) = -222
kJ.
Gambar 4.4 Diagram tingkat energi
pembentukan gas CO2
Menyusun persamaan termokimia dengan
menggunakan prinsip hukum Hess:

(1) posisi spesi reaksi pada persamaan reaksi


yang akan ditetapkan kalor reaksinya, tidak
boleh diubah,
(2) posisi spesi reaksi pada persamaan reaksi
yang sudah diketahui kalor reaksinya boleh
diubah dengan tujuan untuk menyamakan
posisinya terhadap spesi reaksi yang akan
ditetapkan kalor reaksinya,
(3) persamaan reaksi yang digandakan, diiringi
dengan pengandaan perubahan entalpi,
(4) persamaan reaksi yang dibalik, perubahan
entalpinya berubah tanda,
(5) meniadakan pereaksi dan/atau hasil reaksi
yang bertindak sebagai zat antara.
Contoh Soal 4.3
Perhatikan diagram siklus pembentukan gas
SO3 berikut!

Tentukan harga x dari diagram tersebut!


Pembahasan

Menurut hukum Hess:


H(SSO3) = H(SSO2) + H(SO2SO3)
-790 kJ = -593 kJ + x kJ
x = -197
Contoh Soal 4.4
Tentukanlah perubahan entalpi reaksi (∆Hor) dari
reaksi:
C(s) + H2O(g)  H2(g) + CO(g)
Jika diketahui:
C(s) + 1/2O2(g)  CO(g) ∆H = -117,9 kJ
H2(g) + 1/2O2(g)  H2O(g) ∆H = -285,9 kJ
Pembahasan:
Posisi pers. Termokimia (1) tetap, sedang
pers. Termokimia (2) dibalik, zat antara O2
ditiadakan
C(s) + 1/2O2(g)  CO(g) ∆H = -117,9 kJ
H2O(g)  H2(g) + 1/2O2(g) ∆H = +285,9 kJ

C(s) + H2O(g)  H2(g) + CO(g) ∆H = +168,0 kJ


Contoh Soal 4.5
Diketahui:
2H2(g) + O2(g)  2H2O(l) H = -571,7 kJ
C3H4(g) + 4O2(g)  3CO2(l) + 2H2O(l) H = -1941 kJ
C3H8(g) + 5O2(g)  3CO2(l) + 4H2O(l) H = -2220 kJ

Tentukan perubahan entalpi reaksi:


C3H4(g) + 2H2(g)  C3H8(g)
Pembahasan
Posisi pers. termokimia (1) dan (2) tetap, pers.
termokimia (3) dibalik (H berubah tanda), dan
zat antara; O2, CO2 dan H2O ditiadakan.

2H2(g) + O2(g)  2H2O(l) H = -571,7 kJ


C3H4(g) + 4O2(g)  3CO2(l) + 2H2O(l) H = -1941 kJ
3CO2(l) + 4H2O(l)  C3H8(g) + 5O2(g) H = 2220 kJ

C3H4(g) + 2H2(g)  C3H8(g) H = -292,7 kJ


Dengan menggunakan konsep dan cara yang
sama, kerjakan Lembar Kegiatan 4.4.
Lembar Kegiatan 4.4
Perhatikan diagram tingkat energi sebagai
berikut

Berdasarkan diagram tingkat energi tersebut,


bagaimana hubungan harga H2 dengan H1,
H3, H4?
Pembelajaran 2
C. Menggunakan data Hfo zat

Dianggap bahwa zat pereaksi terlebih


dahulu terurai menjadi unsur-unsurnya,
kemudian unsur-unsur itu bereaksi
membentuk produk.
Sebagai contoh: NaOH + HCl  NaCl + H2O
Gambar 4.6 Diagram siklus reaksi kristal
natrium hidroksida dengan gas hidrogen klorida
membentuk kristal natrium klorida dan air
H1 = perubahan entalpi penguraian NaOH(s)
= -Hfo NaOH(s)
H2 = perubahan entalpi penguraian HCl(g)
= -Hfo HCl(g)
H3 = perubahan entalpi pembentukan NaCl(s)
= Hfo NaCl(s)
H4 = perubahan entalpi pembentukan H2O(g)
= Hfo H2O(g)
Menurut hukum Hess:

H = H1 + H2 + H3 + H4


H = -Hfo NaOH(s)+ -Hfo HCl(g) + Hfo
NaCl(s) + Hfo H2O(g)
H = (Hfo NaCl(s) + Hfo H2O(g)) – (Hfo
NaOH(s)+ Hfo HCl(g))
Secara umum, besarnya kalor reaksi suatu
reaksi berdasarkan Hfo pereaksi dan produk
adalah:
Hr =  n.Hfo(produk) -  n.Hfo(pereaksi)

dimana n adalah koefisien reaksi dalam


persamaan reaksi dan Hfo gas diatomik
(misalnya: H2, O2 dan Cl2) = 0
Contoh Soal 4.6
Tentukanlah perubahan entalpi reaksi (∆Hor)
dari reaksi:
C2H4 (g) + H2O (l)  C2H5OH (l)
Jika diketahui:
Hfo C2H5OH (l)= -277,7 kJ/mol,
Hfo C2H4 (g) = +52,3 kJ/mol dan
Hfo H2O(l)= -285,8 kJ/mol.
Pembahasan
Kalor reaksi, dihitung dengan persamaan 4.14
Hr =  n.Hfo(produk) -  n.Hfo(pereaksi)
= (∆Hof C2H5OH (l))–(∆Hof C2H4 (g) +∆Hof H2O(l))
= {(1 x -277,7) – (1 x + 52,3 + 1 x -285,8)}
kJ/mol
= -44,2 kJ/mol
D. Menggunakan Data Energi
Disosiasi Ikatan

Energi disosiasi ikatan (D) adalah


perubahan entalpi dalam keadaan standar
untuk memutuskan ikatan molekul
menjadi belahan molekul dalam fasa gas.
Terjadinya suatu reaksi kimia diawali
dengan pemutusan ikatan-ikatan pada
pereaksi dan pembentukan ikatan-ikatan
baru pada produk.
Untuk memutus ikatan pada pereaksi
diperlukan sejumlah energi (proses
endoterm), sedangkan pada pembentukan
ikatan baru pada produk dibebaskan
sejumlah energi (proses eksoterm).

dibutuhkan energi Belahan


Molekul molekul
H= D
dilepaskan energi
Besarnya ∆Hr berdasarkan energi ikatan:
Hr =∑∆Hpemutusan ikatan pereaksi - ∑∆Hpembentukan ikatan
produk

Untuk memutuskan ikatan dalam 1 mol


molekul poliatom, perubahan entalpi ikatan
rata-rata
o 
(H Ho) oadalah:
disosiasi ikatan
H a 
a

n
 
dimana n adalah jumlah ikatan
Contoh Soal 4.7
Berdasarkan pembentukan dan pemutusan
ikatan, tentukanlah entalpi reaksi:
CH4 (g) + 2O2 (g)  CO2 (g) + 2H2O (g)
Diketahui: energi ikatan: C–H = 412 kJ/mol;
O=O = 497kJ/mol, C=O = 743 kJ/mol dan O–H
= 463 kJ/mol
Pembahasan

• Pemutusan ikatan

4 mol ikatan CH = 4 (412 kJ)= 1648 kJ.mol-1


2 mol ikatan O=O = 2 (497kJ) = 994 kJ.mol-1 +

∑∆Hpemutusan ikatan reaktan = 2642 kJ.mol-1


Pembentukan ikatan

2 mol ikatan C=O = 2 (743 kJ) = 1486 kJ.mol-1


4 mol ikatan OH = 4(463 kJ) = 1852 kJ.mol-1 +

∑∆Hpembentukan ikatan produk = 3338 kJ.mol-1

Hor = (2642 – 3338) kJ.mol-1 = - 696 kJ.mol-1


 
Contoh Soal 4.8
Tentukan energi ikatan rata rata N–H pada
molekul NH3, jika diketahui
Energi disosiasi ikatan (D):
NN = 946 kJ.mol-1;
H–H = 436 kJ.mol-1 dan
Hfo NH3 = - 46 kJ.mol-1
Pembahasan
• Molekul gas NH3 terbentuk dari reaksi
molekul gas N2 dan molekul gas H2.
• Dalam hal ini Hfo NH3 = Hro = - 46 kJ.mol-
1
.
• Gambar ikatan antar atom-atom dalam
molekul pereaksi dan produk adalah:
Dengan menggunakan persamaan 4.15
Hr =∑∆Hpemutusan ikatan pereaksi - ∑∆Hpembentukan ikatan produk
- 46 kJ.mol-1 = {1/2x946 + 3/2x436) - (3xDN-H)}
kJ.mol-1
3DN-H = 1173 kJ.mol-1
DN-H = 391 kJ.mol-1
Ha ikatan N–H = 391 kJ.mol-1
Pembakaran Bahan bakar

Reaksi pembakaran bahan bakar termasuk


reaksi yang bersifat eksotermis
Besarnya kalor yang dilepaskan oleh
masing-masing bahan bakar tersebut
tergantung pada komponen utama
hidrokarbon yang dikandung dan reaksi
pembakarannya
Sebagai contoh; pembakaran bensin yang
mengandung komponen utama C8H18
Pembakaran sempurna:
C8H18(l) + 12,5O2(g)  8CO2(g) + 9H2O(g) ∆H
= -5460 kJ
Pembakaran tidak sempurna:
C8H18(l) + 8,5O2(g)  8CO(g) + 9H2O(g) ∆H
= -2924 kJ
Dari persamaan termokimia tersebut,
jelaslah bahwa kalor yang dilepaskan oleh
pembakaran tidak sempurna bensin lebih
kecil bila dibandingkan dengan pembakaran
sempurna.
Contoh Soal 4.9
Etanol (C2H5OH) dan gas hidrogen (H2) adalah
jenis bahan bakar alternatif pada kenderaan
bermotor sebagai pengganti Bahan Bakar
Minyak (BBM) dengan reaksi pembakaran
masing-masing adalah sebagai berikut:
C2H5OH(l) + 3O2(g)  2CO2(g) + 3H2O(g)
2H2(g) + O2(g)  2H2O(g)
Berdasarkan besarnya kalor yang dihasilkan
pada pembakaran setiap 1 kg kedua jenis
bahan bakar, manakah yang lebih
menguntungkan dari kedua jenis bahan bakar
tersebut?
(Hfo C2H5OH(l) = -276,98 kJ/mol, Hfo CO2(g) =
-393,50 kJ/mol, Hfo H2O(g) = -241,80 kJ/mol,
Ar C = 12, Ar O = 16 dan Ar H = 1)
Pembahasan
Pembakaran etanol:
C2H5OH(l) + 3O2(g)  2CO2(g) + 3H2O(g)
Hr =  n.Hfo(produk) -  n.Hfo(pereaksi)
= {(2 x Hfo CO2(l) + 3 x Hfo H2O(l)) – (Hfo C2H5OH(l) +
3 x Hfo O2(g) )} kJ/mol
= {(2 x -393,50 + 3 x -241,80 ) –(-276,98 + 0)} kJ/mol
= -1235,42 kJ/mol
Pada pembakaran 1 kg etanol, dibebaskan kalor
sebesar:
1000
mol x 1235,42 kJ / mol  2,7 x10 4 kJ
46
Pembakaran hidrogen:
H2(g) + 1/2O2(g)  H2O(g)
Hr =  n.Hfo(produk) -  n.Hfo(pereaksi)
= {Hfo H2O(g) – (Hfo H2(g) + 1/2.Hfo O2(g))}
kJ/mol
= (-241,80 – 0) kJ/mol = -241,80 kJ/mol
Pada pembakaran 1 kg hidrogen,
dibebaskan kalor sebesar:
1000
mol x 241,8 kJ / mol  1,2 x10 kJ
5

2
Dari perhitungan tersebut dapat
dinyatakan bahwa hidrogen lebih
menguntungkan karena kalor yang
dibebaskan lebih besar.
Untuk menentukan besarnya kalor yang
dilepaskan dari pembakaran suatu bahan
bakar, anda dapat melakukan modifikasi
kalorimeter sederhana melalui Kegiatan
Proyek 4.1.
Dengan menggunakan konsep dan cara
yang sama, kerjakan Lembar Kegiatan 4.5;
4.6; dan 4.7
Lembar Kegiatan 4.5
Diketahui perubahan entalpi pembakaran
karbon (grafit), hidrogen dan etanol (C2H6O)
berturut-turut yaitu; -393,5 kJ.mol-1, -286
kJ.mol-1, dan -1.367 kJ.mol-1. Tentukan
entalpi pembentukan etanol

Anda mungkin juga menyukai