ABSTRAK
PENDAHULUAN
Vitamin D adalah prohormon yang larut dalam lemak dan diproduksi dalam
kulit manusia yang terpapar oleh radiasi ultraviolet. Vitamin D memainkan peran
penting dalam homeostasis kalsium dan fosfor. Meskipun defisiensi vitamin D
umumnya terkait dengan gangguan mineralisasi tulang, ada beberapa bukti yang
menunjukkan bahwa vitamin D juga berperan dalam fungsi imun. Reseptor
vitamin D banyak diekspresikan pada jaringan dan sel epitel dari sistem imun.
Bentuk aktif vitamin D yaitu 1,25-dihydroxyvitamin D (1,25(OH)2D), bekerja
sebagai modulator imun untuk merangsang sistem imun bawaan.
Dalam beberapa penelitian pada orang dewasa kadar vitamin D yang rendah
telah ditemukan terkait dengan predisposisi sepsis. Begitu juga dengan beberapa
penelitian pada anak-anak, hubungan signifikan telah ditunjukkan antara
defisiensi vitamin D, infeksi saluran pernapasan dan sepsis. Namun demikian,
data tentang peran vitamin D dalam sepsis neonatal cukup terbatas. Sepsis neontal
mengacu pada bakteremia serta tanda dan gejala klinis terkait yang terjadi pada
bulan pertama kehidupan. Ini adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan
kematian pada neonatus. Karena sistem imun bayi baru lahir belum sepenuhnya
berkembang, mereka relatif mengalami imunokompromi, sehingga mereka rentan
terhadap infeksi.
METODE
Kriteria eksklusi untuk bayi baru lahir meliputi adanya ketentuan berikut:
penyakit atau malformasi kongenital, penyakit metabolisme, small for gestational
age (SGA), prematuritas, neonatus kembar, penggunaan terapi antibiotik saat
masuk, dan usia di atas 28 hari. Kriteria eksklusi untuk ibu termasuk kurang gizi,
metabolisme atau penyakit kronis, kehamilan kembar, penggunaan obat-obatan,
korioamnionitis, ketuban pecah dini, dan usia kurang dari 20 tahun atau di atas 40
tahun.
hiperbilirubinemia neonatus.
Fitur demografis ibu seperti usia, jenis kelamin, paritas, status sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, dan faktor-faktor yang terkait dengan status vitamin
D mereka (paparan sinar matahari, asupan vitamin D, gaya pakaian dan musim)
dicatat. Memakai pakaian tradisional yang menutupi lengan, kaki dan kepala
digolongkan sebagai gaya pakaian yang tertutup. Paparan sinar matahari yang
terbatas didefinisikan sebagai menghabiskan waktu kurang dari 30 menit di luar
saat siang hari. Para ibu juga diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok berdasarkan
asupan vitamin D harian mereka: tidak ada, tidak cukup (tidak teratur atau dosis
rendah) dan cukup. Di Turki, program suplementasi vitamin D telah beroperasi,
dengan ketentuan harian 1.200 IU vitamin D untuk semua wanita hamil dari
trimester awal hingga enam bulan setelah melahirkan.
Sampel darah untuk kalsium (Ca), fosfor (P), alkaline phosphatase (ALP)
dan 25(OH)D diperoleh dari semua peserta saat masuk. Kadar 25 (OH) D diukur
dengan enzyme-linked fluorescent assay pada Architect i2000SR analyzer
(Laboratorium Abbott, AS) dan Ca, Tingkat P, ALP serta CRP diukur dengan
metode fotometri pada Architect C8000 analyzer (Laboratorium Abbott, AS).
Pengukuran hitung darah lengkap dilakukan dengan menggunakan th Cell-Dyn
Ruby System (Laboratorium Abbott, AS). Kadar vitamin D 25(OH)
diklasifikasikan menurut pedoman dari Endocrine Society; sebagai cukup untuk
>20 ng/ml (>50 nmol/l), tidak cukup untuk 12-20 ng / ml (30-50 nmol / l), dan
defisiensi untuk <12 ng / ml (30 nmol / l). Para peserta diklasifikasikan ke dalam
3 grup berdasarkan pembagian tersebut.
HASIL
Tabel-I. Karakteristik klinis dari bayi baru lahir dengan atau tanpa sepsis
Kelompok Sepsis Kelompok Kontrol
(n=51) (n=56) p
(Mean±SD) (Mean±SD)
Usia kehamilan 1
38,1±1,5 38,2±0,9 0,74
(minggu)
Jenis kelamin
Perempuan 11 (21,6%) 30 (53,6%) 2
0,01*
Laki-laki 40 (78,4%) 26 (46,4%)
1
Berat lahir (g) 3346±574 3331±401 0,43
Cara melahirkan
Normal 41 (80,4%) 36 (64,3%) 2
0,06
Cesarean 10 (19,6%) 20 (35,7%)
1
Skor Apgar menit 1 8±1 8±1 0,7
1
Skor Apgar menit 5 9±1 9±1 0,6
1
CRP (mg/L) 17,9±15 1,9±2,1 0,001*
Leukosit (/mm3) 16278±6782 17841±6999 1
0,32
3 1
Platelet (/mm ) 224989±103104 26691±66060 0,04**
*Signifikan secara statistik pada 0,01, **Signifikan secara statistik pada 0,05;
1
Student’s t-test, 2Chi-squared test
Ibu-ibu dari bayi baru lahir dalam dua kelompok tidak berbeda secara
signifikan sehubungan dengan usia, jumlah kelahiran, tingkat sosial ekonomi,
paparan matahari tiap hari, dan gaya pakaian. Jumlah ibu yang mengonsumsi
vitamin D selama kehamilan lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan
pada kelompok sepsis (p = 0,02). Berdasarkan distribusi musiman dari kelahiran,
jumlah kelahiran pada musim dingin secara signifikan lebih tinggi pada kelompok
sepsis (p = 0,016) (Tabel-II).
PEMBAHASAN
Dengan adanya fakta bahwa ibu adalah sumber utama dari kadar vitamin
D pada neonatus, insufisiensi dan defisiensi dari vitamin D tersebut tidak hanya
mempengaruhi sang ibu akan tetapi juga bayi mereka. Institute of Medicine
menekankan bahwa ibu hamil membutuhkan sekurang-kurangnya asupan vitamin
D sebesar 400-600 IU/hari. Di Turki, sebuah program untuk memberikan
suplementasi vitamin D telah dilaksakan, dengan tujuan untuk memberikan
vitamin D sebesar 1200 IU/hari pada semua ibu hamil. Sebelum dikenalkannya
program suplementasi ini, telah dilaporkan adanya defisiensi vitamin D yang
tinggi pada ibu hamil, yaitu berkisar antara 50-94%. Pada penelitian saat ini,
defisiensi vitamin D tercatat sebesar 51,4% pada kelompok ibu dan wanita yang
telah menerima suplemen vitamin D secara teratur selama masa kehamilan
tercatat sebesar 27%. Perbandingan yang berhubungan dengan asupan vitamin D
perhari selama masa kehamilan dan pemetaan kelahiran permusim menunjukkan
bahwa ibu hamil pada kelompok kontrol memiliki kadar asupan vitamin D perhari
yang lebih tinggi dan melahirkan pada musim semi-panas. Hal ini sesuai dengan
adanya kadar vitamin D yang lebih rendah secara signifikan pada ibu dan bayi
baru lahir di kelompok sepsis.