Jurnal Infertilitas
Jurnal Infertilitas
html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27266/4/Chapter%20II.pdf
diakses 11 Agustus 2014
Askep Infertilitas
ASKEP INFERTILITAS
A.DEFENISI
B. ETIOLOGI
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil,
istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus
anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
a. Pada wanita
• Gangguan organ reproduksi
• Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah abortus.
• Endometriosis
• Abrasi genetis
• Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
• Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
b. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu
:
• Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
• Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
• Abnormalitas ereksi
• Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
• Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
• Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
• Abrasi genetik
C. MANIFESTASI KLINIS
1.Wanita
2. Pria
a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH
tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat
lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya
terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.
Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang
mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom
seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,
infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.
Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga
menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi
sperma terganggu.
E. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan
rambut yang tidak sesuai ).
1. Wanita
• Deteksi Ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi
dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya
keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
• Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan
pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus
menstruasi.
• Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
• Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca
coital ).
• Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
• Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
2. Pria
• Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
• Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis
jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan
bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
• USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula
seminalis, atau seluran ejakulatori.
• Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai
metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
• Uji hemizona
F. PENATALAKSANAAN
A. Wanita
• Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital
• Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
• GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
• Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
• Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
• Pengangkatan tumor atau fibroid
• Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
B. Pria
A. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
B. Riwayat kesehatan
1) Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di
rumah
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
• Tumor hipofisis atau prolaktinoma
• Riwayat penyakit menular seksual
• Riwayat kista
d. Riwayat Obstetri
• Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
• Mengalami aborsi berulang
• Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
2) Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Tumor hipofisis atau prolactinoma
• Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
• Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
• Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh :
operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
• Riwayat vasektomi
D. Pemeriksaan penunjang
a. Wanita
• Deteksi Ovulasi
• Analisa hormon
• Sitologi vagina
• Uji pasca senggama
• Biopsy endometrium terjadwal
• Histerosalpinografi
• Laparoskopi
• Pemeriksaan pelvis ultrasound
b. Pria
• Analisa Semen
• Parameter
• Warna Putih keruh
• Bau Bunga akasia
• PH 7,2 - 7,8
• Volume 2 - 5 ml
• Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
• Jumlah sperma 20 juta / ml
• Sperma motil > 50%
• Bentuk normal > 60%
• Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
• persentase gerak sperma motil > 60%
• Aglutasi Tidak ada
• Sel – sel Sedikit,tidak ada
• Uji fruktosa 150-650 mg/dl
• Pemeriksaan endokrin
• USG
• Biopsi testis
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona
2.DIAGNOSAKEPERAWATAN
3. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan : Gangguan konsp diri; harga diri rendah b.d gangguan
fertilitas
Kriteria hasil :
• Klien mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
• Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
• Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
• Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
• Mengidentifikasi aspek positif diri
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN INFERTILITAS
I. PENGERTIAN.
Infertil adaalaah ketidak mampuan ibu untuk mengandung, setelah paling tidak
sati tahun dalam hubungan yang normal dan tidak menggunakan alat kontrasepsi
apapun.
Infertil adalah kemungkinan ketidak mampuan untuk menghasilkan, ketidak
mampuan untuk mengandung dan memelihara anak menjadi suatu pada dewasa
yang sehat.
Pada Wanita.
1. Defisiensi nutrisi serius.
2. Hal-hal yang mengganggu perkembangan ovum yang sehat.
3. Hal-hal yang menggangu penyimpangan sperma dalam vagina.
4. Keadaan penyakit kronis.
5. Kebiasaan sosial seperti : alkohol, obat-obatan dll
2. DX II.
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan pelaksanaan prosedur dan
pemecahan masalah.
Tujuan :
Dapat melaporkan rentang perasaan yang tepat.
Intervensi :
1. Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, dan therapi yang akan datang.
2. Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostik.
3. Berikan lingkungan perhatian , keterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk
pasien / orang terdekat.
4. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.
3. DX III.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang anatomi
fisiologi seksual dan tehnik coitus
Tujuan :
Dapat menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
1. Kaji proses penyakit dan harapan yang akan datang.
2. Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makan dan pemasukan
cairan yang adekuat.
3. Anjurkan untuk mengurangi kebiasan –kebiasaan yang jelek seperti : merokok,
minum-minuman yang beralkohol dan penggunaan obat-obatan.
4. HE untuk memilih makanan yang dapat meningkatkan kesuburan.
5. HE untuk menghitung masa subur.
Tidak lengkap rasanya sebuah keluarga tanpa kehadiran seorang anak. Celoteh,
tangis, kemanjaan, dan kerewelan seorang anak bahkan adalah lantunan
kehidupan yang mampu menggelorakan cinta dan semangat hidup kedua
orangtuanya. Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah meneruskan
keturunan? Apalagi bila buah hati yang dinanti adalah generasi yang diharapkan
kelak bisa dididik menjadi seorang hamba Allah yang shalih.
Anak adalah salah satu nikmat dari Allah. Maka, saat sang buah hati yang dinanti
belum juga dikaruniakan oleh-Nya, hendaklah sepasang suami-istri tetap ber-
husnuzhon (berprasangka baik) dan ridha akan ketetapan Rabb-nya. Meski
demikian, baik suami maupun istri hendaknya tetap terus berusaha dan berdoa.
Bukan hanya sekedar doa memohon kehadiran seorang anak, tetapi kehadiran
anak-anak yang shalih dan shalihah.
Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah dari segi kesehatan. Bisa jadi ada
sebab atau penyakit tertentu yang menyebabkan suami-istri tersebut sulit memiliki
keturunan. Istilah yang mungkin sering kita dengar adalah “infertilitas”. Apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan infertilitas?
Pada dasarnya, infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang
laki-laki atau seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan. Infertilitas juga
berarti perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai
masanya (37-42 minggu). Dalam bahasa awam, infertil disebut juga tidak subur.
Definisi Infertilitas
Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami-istri dikatakan infertil jika:
Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3
kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari
34 tahun.
Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3
kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari
35 tahun.
Penyebab infertilitas sebanyak 40% berasal dari pria, 40% dari wanita,
10% dari pria dan wanita, dan 10% tidak diketahui.
Penyebab Infertilitas
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:
2. Umur.
3. Lama infertilitas.
4. Emosi.
5. Lingkungan.
6. Hubungan seksual.
7. Kondisi sosial dan ekonomi.
8. Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur.
9. Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas.
10. Penyebab lain.
(1) Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini
dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah
masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan
untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase
menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang
ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya
tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut
di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita
terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat haid
berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami
menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu
pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar
400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi
perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil
menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat
keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur
habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi.
Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau
USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.
(2) Lama Infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan
masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua,
penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis
pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut.
(3) Emosi
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan
hormon reproduksi.
(4) Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap,
silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional
(rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein
terkandung dalam kopi dan teh.
(5) Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi,
posisi, dan melakukannya pada masa subur.
(6) Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan
setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang
dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi
sperma dalam jumlah cukup dan matang.
(7) Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan
dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi.
Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan,
yang nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita.
Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi
(disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal
dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di
bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan,
setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam
bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk
bertemu sel telur.
(8) Masa Subur
Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual
wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel
telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak
dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam
setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu
disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba
falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur.
Cara untuk mengetahui masa subur antara lain:
1. Dengan memperhatikan keluarnya lendir mulut rahim yang dapat diraba dengan
jari (pastikan jari bersih untuk mencegah terjadinya infeksi). Pada saat subur,
keluarlah cairan bening seperti putih telur sehingga kelamin terkesan basah.
Banyak wanita menganggap hal itu sebagai keputihan. Di luar saat subur, lendir
mulut rahim hanya sedikit dan lebih kental sehingga kelamin terkesan kering.
2. Dengan mengukur suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun tidur selama beberapa
bulan siklus menstruasi (biasanya sampai tiga bulan). Tanda ovulasi adalah
apabila terjadi sedikit kenaikan suhu tubuh pada pertengahan siklus haid. Suhu
tubuh itu disebut sebagai suhu basal tubuh, yaitu suhu tubuh dalam kondisi
istirahat penuh. Peningkatan suhu tubuh yang jelas, walalupun sedikit (sekitar 0,2-
0,5 °C), terjadi karena produksi hormon progesteron yang muncul segera setelah
ovulasi. Pemeriksaan meliputi pengukuran suhu tubuh setiap pagi pada waktu
bangun tidur, dan dicatat pada suatu grafik khusus (bisa didapatkan dari dokter).
Cara mengukur sendiri suhu basal tubuh:
o Guncang termometer (termometer dapat dibeli di apotek) hingga di bawah 36 °C,
dan siapkan termometer di dekat tempat tidur Anda sebelum tidur.
o Saat terbangun di pagi hari, letakkan termometer di mulut anda (termometer oral)
selama 10 menit. Penting untuk Anda ingat adalah jangan banyak bergerak.
Tetaplah berbaring dan istirahat dengan mata tertutup. Jangan bangun selama 10
menit hingga selesai pengukuran.
o Setelah 10 menit, bacalah dan catat suhu tubuh Anda pada grafik saat tanggal
pemeriksaan itu.
3. Dengan memeriksa lendir rahim di bawah mikroskop. Pada saat subur akan
tampak bentukan seperti daun pakis yang sempurna.
4. Dengan pemeriksaan USG melalui vagina. Dengan pemeriksaan USG melalui
vagina dapat dilihat dengan jelas sel telur yang sudah dilepaskan dari indung telur.
(9) Kondisi Sosial dan Ekonomi
Kondisi Sosial dan ekonomi yang semakin buruk akan memperbesar
kemungkinan terjadinya infertilitas.
INFERTILITAS
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak
memakai pelindung belum terjadi kehamilan.
Disebut infertilitas primer adalah kalau istri belum pernah hamil walaupun
bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
Sedangkan yang disebut infertilitas sekunder adalah kalau istri pernah hamil, akan
tetapi tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemunkinan kehamilan selama 12 bulan.
2. ETIOLOGI
Evaluasi terhadap pasangan infertilitas diasarankan kepada mengidentifikasi
penyebab infertilitas. Riwayat yang teliti bisa membantu mengarahkan evaluasi,
tetapi penting memeriksa hitung sperma, ada tidaknya ovulasi, dan patensi dari
tuba fallopii sebelum memulai sembarang pengobatan.
1) Sebab-sebab infertilitas:
• Penyakit saluran telur 25 - 50%
• Anovulasi 20 - 40%
• Factor pria 40%
• Factor seviks 5 - 10%
• Uterus / endometrium 5 - 10%
(mis : defek fase luteal )
Tidak diketahui 10% Kombinasi
2) Factor-faktor penyebab kemandulan adalah :
• Factor wanita sekitar 60% - 75%.
• Factor vagina 3% - 5%
• Serviks 1% - 10%
• Uterus 4% - 5%
• Tuba fallopii 65% - 80%
• Ovarium 5% - 10%
• Peritoneum 5% - 10%
a. Syarat-syarat pemeriksaan
Setiap pasangan infertile harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu berarti,
kalau istri saja sedangkan istrinya tidak mau di periksa, maka pasangan itu tidak
diperiksa.
Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut :
1) Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha
mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan bisa dilakukan lebih dini bila :
a) Pernah mengalami keguguran berulang,
b) Diketahui mengidap kelainan endokrin,
c) Pernah mengalami rongga panggul atau rongga perut, dan
d) Pernah mengalami bedah ginekologi.
2) istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan
pertama pasangan itu dating ke dokter
3) pasangan infertile yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan
infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
4) Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile yang tidak satu
pasangan anggotannya mengidap penyakit yang membahayakan kesehatan istri
dan anaknya.
4. PENANGANAN INFERTILITAS
Penanganan terhadap infertilitas diarahkan kepada penyebab. Saluran telur yang
tidak paten biasanya disebabkan oleh penyakit radang panggul (PRP). Tiap
episode PRP meningkatkan risiko infertitlitas. Dengan PRP episode pertama
terdapat 10-15% risiko kemandulan ; dengan episode kedua risiko meningkat
menjadi 25%, dan setelah episode ketiga resiko meningkat lagi menjadi 50%.
Melepaskan adhesi-adhesi (lisis) saluran telur dan rekonstruksinya dengan
laparotomi atau laparoskopi bisa mengembalikan patensi tuba. Namun, patensi
tuba tidak menjamin kebersihan menjadi hamil.
Anovulsi atau oligo-ovulasi adalah penyebab infertilitas yang paling umum.
Keberhailan pengobatan anovulasi bergantung kepada penyebabnya. Adalah
penting untuk menyingkirkan latar belakang gangguan-gangguan endokrin
sebelum terapi. Wanita yang kegemukan seringkali mempunyai penyakit ovarium
polikistik disertai anovulasi. Pasien-pasien ini mempunyai kadar LH yang tetap
tinggi dengan kadar androgen yang tinggi, yang menyebabkan anovulasi.
pengobatan dengan sitras klommifen diindikasikan sebagai langkah pertama
wanita yang terlalu kurus (anoreksia nervosa, penari balet, penari, dsb)seringkali
akan mengalami anovulasi, tetapi mekanisme yang menyerti anovulasi pada
mereka berbeda dengan mekanisme pada pasien-pasien gemuk.
5. PENATALAKSANAN INFERTILITAS
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Anamnesa umum( bersama ) :
• Berapa usia perkawinan
• Umur istri dan suami
• Frekuensi hubungan seks
• Tingkat kepuasan seks
• Tehnik hubungan seks
• Apakah masing-masin pernah kawin
• Apakah pernah menderita penyakit yang mungkin dapat menurunkan kesuburan
seperti penyakit hubungan seks atau pernah mengalami oprasi.
2. Anamnesa khusus :
a. Anamnesa khusus istri :
• Berapa umur saat menarche
• Apakah haid teratur
• Berapa lama terjadi pendarahan.
Apakah terdapat gumpalan darah
Apakah disertai rasa nyeri saat menstruasi
Apakah keputihan
• Apakah terdapat kontak berdarah.
• Riwayat alat reprodruksi.
Apakah pernah mengalami oprasi alat genetelia
Apakah pernah memakai KB-IUCD
Apakah pernah keguguran.
Apakah pernah infeksi genetelia.
b. Anamnesa suami :
• Bagaimana tingkat ereksi
• Apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual
• Apakah pernah menderita penyakit mump (parotitus epidemika) waktu kecil
Infertilitas primer yaitu suatu pasangan yang sudah menikah selama 1 tahun dan
bersenggama namun belum menghasilkan keturunan.
2. DIAGNOSA
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Di bidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurang mampuan pasangan
untuk menghasilkan keturunan, bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki
keturunan. Jadi, pasangan suami istri dikategorikan mengalami infertilitas bila
tidak juga mengalami pembuahan, sekalipun sudah melakukan hubungan seksual
secara teratur - tanpa kontrasepsi - dalam periode setahun. Sedangkan kemandulan
atau sterilitas adalah perempuan yang rahimnya telah diangkat atau laki-laki yang
telah dikebiri (dikastrasi).infertilitas terbagi menjadi infertilitas primer dan
infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah bila pasangan tersebut belum
pernah mengalami kehamilan sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder adalah
bila pasangan tersebut sudah memiliki anak, kemudian memakai kontrasepsi
namun setelah di lepas selama satu tahun belum juga hamil.
2. SARAN
Setiap pasangan suami istri pasti mendambakan anak dari hasil perkawinannya
itu, anak adalah merupakan suatu pelengkap dari sebuah keluarga inti,tanpa anak
pasangan suami istri tersebut belum bisa dikatakan sebuah keluarga inti/lengkap.
Namun, sebuah keluarga berencana demi kesehatan tidak pernah lengkap tanpa
penanggulangan masalah infertilitas. Ditinjau dari sudut kesehatanya, keluarga
berencana harus meliputi pencegahan dan pengobatan infertilitas, apalagi kalau
kejadiannya sebelum pasangan memperoleh anak-anak yang diharapkan.
Beberapa saran untuk pasangan kurang subur :
• Mengubah tehnik hubungan seks, dapat memperhatikan masa subur istri.
• Memilih makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami-istri.
• Menghitung masa minggu subur dengan jalan menggunakan termokauter khusus
atau menghitung melalui hari pertama dating bulan.