Anda di halaman 1dari 54

GANGGUAN SISTEM

REPRODUKSI
Devy Septya Putri 611810007
Ike Khustina 611810079
Victoria Julita Batmomolin 611810109
Sistem reproduksi merupakan salah
satu komponen sistem tubuh yang
penting meskipun tidak berperan
dalam homeostasis dan esensial bagi
kehidupan sesorang

Pada manusia, reproduksi


berlangsung secara seksual.
Organ reproduksi yang
dimiliki manusia berbeda
antara pria dan wanita.
ALAT REPRODUKSI ALAT REPRODUKSI
PRIA WANITA
FUNGSI SISTEM REPRODUKSI

Pria Wanita
 Menghasilkan sperma • Memproduksi telur matang untuk
(gametogenesis) pembuahan dan produksi hormon
steroid dalam jumlah besar
 Menyalurkan sperma ke wanita
• Membawa sperma dan telur ke temmpat
terjadinya pembuahan yaitu ampula tub
• Menunjang pertumbuhan dan
prkembangan janin
HYPERPLASIA

Istilah BPH sebenarnya


merupakan istilah histopatologis,
yaitu adanya hiperplasia sel
stroma dan sel epitel kelenjar
prostat.
Banyak faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak
kelenjar prostat. Pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua
dan memiliki testis yang masih menghasilkan testosterone.
PREVELENSI DAN EPIDEMIOLOGI

BPH terjadi pada sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan
meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.1 Angka kejadian
BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran
hospital prevalence di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun
1994-2013 ditemukan 3.804 kasus dengan rata-rata umur penderita berusia
66,61 tahun.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Benign Prostatic Hyperplasia disebabkan karena beberapa faktor, yaitu
faktor usia dan hormonal. Seiring bertambahnya usia, kelenjar prostat akan mengalami
pembesaran. Pembesaran prostat ini dipengaruhi oleh hormon androgen, terutama
dihidrotestosteron dan testosteron. Kadar testosteron dalam kelenjar prostat
mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan karena
adanya isoenzim alfa-5-reduktase mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron
(DHT). Penurunan kadar testosteron ini kemudian akan mengakibatkan
ketidakseimbangan hormon androgen, sehingga terjadi peningkatan rasio
esterogen/androgen dalam serum serta jaringan prostat, terutama pada stroma. DHT
juga akan berikatan dengan reseptor androgen pada nukleus sel, sehingga dapat
menyebabkan hyperplasia.
TERAPI

Lain-lain
Medikamento
Konservatif Pembedahan (Kondisi
sa
khusus)
KONSERVATIF
Terapi konservatif pada BPH dapat berupa watchful waiting yaitu pasien tidak
mendapatkan terapi apapun tetapi perkembangan penyakitnya tetap diawasi oleh dokter

Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam
Watchful
Waiting
Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada kandung
kemih (kopi atau cokelat)

Batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin

Jangan menahan kencing terlalu lama

Penanganan konstipasi
MEDIKAMENTOSA
α- 1 blocker
Pengobatan dengan α- 1 blocker bertujuan menghambat kontraksi otot
polos prostat sehingga mengurangi resistensi tonus leher kandung kemih dan
uretra. Contohnya tarazosin, doksazosin, alfuzosin dan tamsolusin yang diberikan
sekali sehari.
5α reduktase
inhibitor
Bekerja dengan menginduksi proses apoptosis sel epitel prostat yang
kemudian mengecilkan volume prostat hingga 20-30%. Jenis obat ini yang dipakai
untuk BPH adalah finasteride dan dutasteride
Antagonis Reseptor
Muskarinik
Pengobatan dengan menggunakan obat-obat ini bertujuan untuk menghambat atau
mengurangi stimulasi reseptor muskarinik sehingga akan megurangi kontraksi sel
otot polos kandung kemih. contoh propiverine HCl

Phospodiesterase 5
Inhibitor
PDE 5 inhibitor meningkatkan konsentrasi dan memperpanjang aktivitas dari
cyclicguanosine monophospate intraseluler sehingga dapat mengurangi tonus otot
polos detrusor, prostat, dan uretra. Contoh obatnya sildenafil, vardenafil, dan
tadalafil.
Α- 1 Blocker Dan 5α Reduktase
Inhibitor
Terapi kombinasi bertujuan untuk mendapatkan efek sinergis dengan
menggabungkan manfaat yang berbeda dari kedua golongan obat tersebut sehingga
meningkatkan efektivitas dalam memperbaiki gejala dan mencegah perkembangan
penyakit
PEMBEDAHAN
1. Retensi urine akut

2. Gagal trial without catheter (TWOC)


Indikasi
tindakan 3. Infeksi saluran kemih berulang
pembedahan,
yaitu pada 4. Hematuria makroskopik berulang
BPH yang
sudah 5. Batu kandung kemih
menimbulkan
komplikasi 6. Penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH

7. dan perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih


bagian atas
PEMBEDAHAN

3 Indikasi relatif lain untuk terapi pembedahan,yaitu :

Keluhan sedang hingga berat

Tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian terapi non bedah

Pasien yang menolak pemberian terapi medikamentosa


LAIN- LAIN
TwoC CIC
• TwoC adalah cara untuk • CIC adalah cara untuk
mengevaluasi apakah pasien dapat mengosongkan kandung kemih
berkemih secara spontan setelah secara intermiten baik mandiri
terjadi retensi. maupun dengan bantuan.

Sistostomi
Kateter menetap
• Pada keadaan retensi urin dan
kateterisasi transuretra tidak dapat
dilakukan, dapat dilakukan • Untuk menangani retensi urin
sistostomi. Sistostomi dilakukan kronik dengan keadaan medis
dengan memasang kateter khusus yang tidak dapat menjalani
melalui dinding abdomen untuk tindakan operasi.
mengalirkan urin
KANKER SERVIKS
• KEMENKES 31 Januari 2019 Kanker Serviks sebesar 23,4 % per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.00 penduduk di
Indonesia.
Kanker Serviks termasuk pembunuh kedua setelah Kanker Payudara.

APA ITU “ KANKER SERVIKS “ ? ? ?


KANKER SERVIKS
Kanker Serviks adalah
tumbuhnya sel-sel abnormal pada
jaringan leher Rahim (serviks).
90% kanker Serviks berasal dari
sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10 % berasal dari
kelenjar pengasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke
ramih.
ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV) atau virus
papiloma manusia. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker,
yaitu tipe 16 dan 18 ,31, 34, 45, dan lain-lain. HPV dapat dengan mudah
ditularkan melalui aktifitas seksual, melalui cairan tubuh tetapi juga melalui
sentuhan kulit di wilayah genital (skin to skin genital contact) (Depkes RI,
2015).
Human Papilloma Virus (HPV)

HPV merupakan virus menginfeksi kulit


(epidermis) & membrane mukosa manusia seperti
mukosa oral, esophagus, laring, trakea, konjungtiva
genital dan anus. Virus ini ditularkan melalui
hubungan seksual seperti oral sex, onal sex dan hand
sex. Masa inkubasi HPV 3-4 bulan / 1 bukan – 2
tahun, HPV dapat membelah berkali bila respon
imun rendah ( HIV, merokok, Hamil)
Infeksi Human Papilloma Virus (GPv)

PATOFISIOLOGI PATOFISIOLOGI
Imunosupresif
Multi Partner Sex
Berhubungan Seksual pertama kali < 20 tahun
Multi Paritas
Penggunaan Kontrasepsi Oral dalam Jangka Panjang
Merokok dan Paparan Asap Rokok
Perineal Hygiene Buruk
Penggunaan Pemalut / Pantyliner
Diet Ketat
Obesitas
Memiliki Riwayat Keluarga
Usia
GEJALA KANKER SERVIKS
1. Keputihan abnormal, beraroma tidak enak dan tidak sembuh-sembuh
2. Terjadi pendarahan bila sel-sel Rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan
menyerang jaringan sekitar
3. Pendarahan abnormal di luar siklus menstruasi atau setelah berhubungan seks
4. Siklus menstruasi tidak teratur
5. Rasa nyeri saat berkemih
6. Nyeri sekita panggul
7. Pendarahan pada masa pra atau paska menopause
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
A. PAP SMEAR
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel
sel leher rahim. Kemudian sampel tersebut
dianalisis lebih lanjut di laboratorium. Tes ini
dapat menemukan sel-sel abnormal (kanker)
yang kemungkinan dapat menjadi kanker
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
B. Tes IVA
Inspeksi Visual dengan Asam asetat (IVA)
merupakan metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks atau leher rahim dengan asam
asetat, diamati tidaknya kelainan seperti area
berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada
serviks.
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
Endos
Punch evikal
Kolposkopi Biopsi Kuret

Biopsi Loop Conization


Electrical
Excision
Procedure
(LEEP)
Stadium Kanker Serviks

a. Normal
Pada stadium ini disebut juga “Carsinoma In Situ (CIS)” yang berarti
bahwa beberapa sel serviks mengalami perubahan. Namun sel-sel abnormal
mulai terdapat dan terkandung dalam lapisan permukaan serviks dan masih pada
tempatnya. Carsinoma in situ bukan kanker tetapi pada beberapa wanita
perubahan akan berkembang menjadi kanker setelah beberapa tahun.
Stadium Kanker Serviks
Stadium 1, ditandai dengan sel kanker yang hanya ada di serviks dan ukuran
kelainannya kurang dari 3 mm, kanker berada di dalam leher Rahim. Dibagi
menjadi 2 tahap pada stadium 1 yaitu :
1. Stadium 1A : perubahan sangat 2. . Stadium 1B : kanker mulai
kecil 3mm, < 7 mm lebarnya meluas dalam jaringan serviks
didalam leher rahimdapat dilihat dan belum menyebar.
dengan mikroskop
Stadium 2, kanker telah mulai menyebar di luar leher Rahim dan kedalam jaringan
sekitar. Namun belum tumbuh ke Dalam otot atau ligament yang melapisi pervis
(dinding panggul) maupun bagain bawah vagina.

Pada tahap 2A kanker telah Pada tahap 2B kanker tersebar


menyebar ke dalam bagian sampai ke jaringan di sekitar
atas vagina. leher rahim.
Stadium 3, kanker telah mulai menyebar di luar leher Rahim tapi masih berada didalam
rongg Pnggul belum masuk kandung kemih (rektum). Kelenjar getah benih sudah
mengandung sel kanker pada stadium ini tingkat dan gejala sudah semakin parah.

Pada tahap 3A sel kanker menyebar Pada tahap 3B sel kanker menyebar ke
ke sepertiga bagian bawah vagina. dinding panggul bisa memblokir ureter
karena ukurannya.
Stadium 4 Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke kandung kemih, rektum atau
yang lainnya. Stadium 4 juga dibagi menjadi dua, yaitu 4A dan 4B.

Stadium 4A telah menyebar ke Stadium 4B, kanker telah menyebar keluar


kandung kemih, rektum serta panggul dan kelenjar getah bening lain selain
kelenjar getah bening. panggul seperti hati, perut, paru-paru, saluran
pencernaan, tulang
FARMAKOLOGI KANKER SERVIKS

PEMBEDAHAN RADIOTRAPI KEMOTRAPI


Kanker Ovarium
KANKER OVARIUM

KANKER INDUNG TELUR atau kanker


ovarium adalah tumor ganas padaovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada
wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar ke bagian lain, panggul, dan
perutmelalui kelenjar getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah dapat menyebar ke hati
dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit
didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium
ini merupakan awal dari banyak kanker primer
KLASIFIKASI KANKER OVARIUM

Tumor
Tumor Stromal
Tumor Germinal
Epithelial
ETIOLOGI
Hipotesis
Hipotesis
Incessant Androgen
Ovulation

Teori meyatakan bahwa terjadi


kerusakan pada sel-sel epitel Androgen mempunyai peranan penting dalam
ovarium untuk penyembuhan terbentuknya kankerovarium. Hal ini
luka pada saat terjadi ovulasi. didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel
ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium
Proses penyembuhan sel-sel epitel normal dan sel-sel kankerovarium
yang terganggu dapat
menimbulkan proses
transformasimenjadi sel-sel tumor
PATOFISIOLOGI

Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor


ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada
usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada
usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium
jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan
implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang
menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
TAHAP-TAHAP KANKER OVARIUM
Stadium • Pertumbuhan terbatas pada ovarium
I
Stadium • Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
II dengan perluas pelvis

Satdium • Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan


metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro
III peritoneal positif

Stadium • Pertumbuhan mencakup satu / kedua ovarium


IV dengan metastasis jauh.
TERAPI

Non
Farmakologi
Farmakologi
TERAPI FARMAKOLOGI
OBAT GOLONGAN Obat Golongan Alkylating Agent,
ANTIMETABOLIC, Platinum Compounds, Dan
Antibiotik Anthrasiklin
Bekerja langsung pada molekul basa
intisel, yang berakibat menghambat Obat golongan ini bekerja dengancara
sintesis DNA mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-
sel tersebut tidak bisa melakukan
replikasi

Obat golongan Topoisomerase- Obat Golongan enzim


inhibitor, vinca alkaloid, dan seperti L-asparaginase
taxanes
• Bekerja pada gangguan pembentukan • Bekerja dengan menghambat sintesis
tubulin, sehingga terjadi hambatan protein sehingga timbul hambatan
mitosis sel dalam sintesis DNA dan RNA dari
sel-sel kanker
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Usaha
Operasi
Maksimal

Terapi
Radiasi
Terapi
Isotope
Kanker Testikular
Kanker Testikular

Testis merupakan bagian penting dari


sistem reproduksi laki-laki. Organ ini
terletak di dalam kantung kulit yang
disebut skrotum dan tergantung di bawah
pangkal penis. Testis laki-laki dewasa
berukuran sedikit lebih kecil dari bola golf.
Meskipun mirip, ukuran dan posisi testis
kanan dan kiri tidak sama.
KANKER TESTIS

Kanker testis adalah kanker yang berasal


dari jaringan testis. Biasanya, kanker terjadi
pada salah satu testis (kanan atau kiri).
Hanya sekitar 5% kasus kanker testis yang
terjadi pada kedua testis.
KANKER TESTIKULAR
Terdapat dua jenis sel utama dalam testis, yaitu sel germinal dan sel stroma.
Sekitar 95% kanker testis yang ditemukan berkembang dari sel germinal. Berikut
adalah dua jenis kanker sel germinal yang paling sering ditemukan :
1. Seminoma
2. Non-Seminoma : Teratoma, Karsinoma, Embrional, Koriokarsinoma, tumor
yolk sac
3. Kanker campuran seminoma dan non-seminoma : limfoma, tumor sel leydig,
tumor sel sertoli, gonadoblastoma, mesothelioma
FAKTOR RISIKO DAN PENYEBAB
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Penyebab 1. Testis yang tidak turun (undescended testis/kriptorkismus).
2. Riwayat pernah menderita kanker testis
3. Memiliki keluarga dengan kanker testis
4. Infertilitas atau kemandulan
Penyebab kanker testis 5. Kelainan kongenital
masih belum diketahui 6. Sindrom Down
dengan pasti. Namun, 7. Perkembangan testis abnormal
beberapa faktor telah 8. Usia
9. Ras
terbukti meningkatkan risiko 10. Paparan bahan kimia tertentu
terkena kanker testis 11. Kalsium di testis
12. Infeksi HIV/AIDS
13. Merokok
GEJALA AWAL
Adanya benjolan yang tidak Penumpukan cairan di
nyeri pada testis (paling sering). skrotum yang mendadak.

Pembengkakan pada testis


sehingga menjadi lebih besar Rasa sakit pada testis,
dari biasanya. Atau sebaliknya, skrotum, atau pangkal
terjadi penyusutan ukuran testis. paha.

Muncul tanda-tanda
Perasaan berat pada
pubertas pada usia yang Infertilitas/kemandulan
skrotum.
lebih muda.
GEJALA
GEJALA STADIUM
STADIUM LANJUT
LANJUT
 Rasa nyeri dan pegal pada perut bagian Kesulitan menelan.
bawah, punggung dan/atau pinggang. Penumpukan cairan di perut
 Kelenjar getah bening di leher membesar. (disebut asites).
 Kesulitan bernapas atau sesak napas akibat Rasa lelah dan penurunan berat badan
penumpukan cairan di sekitar paru-paru yang tidak dapat dijelaskan.
(akibat penyebaran ke paru-paru). Mual dan nyeri kepala (akibat penyebaran
 Batuk, kadang dapat disertai dengan ke otak).
darah. Pembesaran dan nyeri pada payudara.
 Nyeri dada.
DIAGNOSIS

Anamnesis Dan
Pemeriksaan Fisik Ultrasonografi (USG)
Sederhana

Laboratorium
STADIUM
Stadium • Sel-sel abnormal ditemukan di tempat sel sperma mulai berkembang. Kadar
seluruh penanda tumor normal
0
Stadium • Kanker hanya berada di testis, belum terjadi penyebaran ke organ
lain. Bila kadar penanda tumor meningkat, stadium kanker disebut
1 1S

Stadium • Kanker telah menyebar hingga kelenjar getah


2 bening di perut

Stadium • Kanker telah menyebar ke organ tubuh yang lain,


3 seperti paru-paru, hati, otak, dan tulang
PENATALAKSANAAN

• Pembedahan (Operasi)
a. Operasi untuk mengangkat seluruh testis (orkiektomi inguinal radikal)
b. Operasi untuk mengangkat kelenjar getah bening terdekat
• Radioterapi
• Kemoterapi
PENCEGAHAN
Sampai saat ini belum ada cara untuk mencegah kanker testis. Deteksi dini
dapat dilakukan dengan pemeriksaan testicular self-examination (TSE) secara teratur.
Pemeriksaan tersebut merupakan metode cepat dan sederhana untuk membantu
mengenali perubahan abnormal pada testis lebih dini.
TSE yang baik dilakukan setelah mandi air hangat. Hal ini disebabkan karena
air hangat dapat melemaskan skrotum sehingga lebih mudah untuk menemukan
kelainan. Bila dilakukan secara teratur, seseorang akan dapat mengetahui testis yang
normal dan menyadari adanya perubahan yang tidak biasa. Bila ditemukan perubahan
pada testis, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter agar dapat diperiksa lebih
lanjut.
CARA PEMERIKSAAN TESTICULAR
SELF-EXAMINATION (TSE)
Pencegahan Juga Dapat Dilakukan Dengan
Menjalani Pola Hidup Sehat
• Mengonsumsi makanan yang sehat (diet tinggi buah, sayuran, ikan, serta
rendah lemak)
• Belajar untuk dapat merilekskan diri
• Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol
• Tidur malam yang nyenyak dan cukup
• Berolahraga

Anda mungkin juga menyukai