Anda di halaman 1dari 5

Sop Pemeriksaan Kesehatan Mata

No. Dokumen :
No. Revisi : -
SOP Tanggal Terbit : 15 Mei 2017

Halaman : 1/2

UPT Puskesmas drg. Laksmi Dewi Arisanthy


Cinambo NIP.19750512 20501 2 009

1. Pengertian Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya


gangguan kesehatan mata.
2. Tujuan Mengidentifikasi jenis gangguan kesehatan mata untuk
mencegah serta menentukan terapi/pengobatan, penanganan
lebih lanjut dan sebagai dasar untuk melakukan rujukan ke
pelayanan kesehatan rujukan / Rumah Sakit sesuai Standar.
Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan
pemeriksaan Mata sesuai standar
3. Kebijakan Surat Keputusan Puskesmas No A/I/SK/5/2017/001 tentang
Jenis-Jenis Pelayanan.
4. Referensi Kementrian Kesehatan No 291 Tahun 2016 Tentang Komite
Mata Nasional Untuk enanggulangan Gangguan Penglihatan
dan Kebutaan
5. Alat dan
Senter
Bahan
6. Langkah- 1. ANAMNESA
langkah  Menyapa pasien dan mengucapkan salam
 Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas
pasien :Nama , umur, alamat rumah, pekerjaan.
 Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan
dengan kartu status pasien
 Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang riwayat
penyakit
2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan cara :
KETAJAMAN PENGLIHATAN
Tahap I
a. Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien
membaca surat kabar/majalah.Pastikan pencahayaan
cukup. Klien berkacamata seharusnya memakai
kecamatanya selama tahap pemreksaan ini. Perhatikan
cara klien memegang lembaran yang dibaca dari
matanya.
b. Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar
membaca dengan keras untuk memastikan bahwa klien
tidak buta huruf. Bila klien menghadapi kesulitan
lanjutkan pengujian ke tahap II
Tahap II
a. Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar
pemeriksaan Snellen. Pastikan bahwa lembaran
pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien berdiri 20
kaki (6,1 m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di
kursi pengujian yang telah terpasang khusus
bersebrangan dengan layar periksa
b. Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar
dimulai dari garis yang mana saja, pertama dengan kedua
mata terbuka dan kemudian dengan satu mataterpisah
(mata lainnya ditutupi)
c. Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian
bila memakai kacamata jarak jauh, ulangi pengujian.
Tentukan baris terkecil dimana klien dapat membaca
seluruh huruf dengan benar baca ketajaman untuk garis
tersebut.
d. Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu ‘’E’’ dan
tentukan arah tangan huruf ‘’E ‘’ . Pada anak kecil,
gunakan lembaran dengan gambaran obyek yang dikenal.
Catat nilai ketajaman penglihatan untuk masing masing
mata dan kedua mata dalam dua nilai :
 Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan
ke klien dalam ukuran kaki.
 Penyebut adalah nomor standar untuk garis
tersebut pada lembar pemeriksa ( contoh : 20/80 ).
Nomor standar ini adalah jarak dimana mata
normal dapat membaca baris tersebut.
Tahap III
a. Uji masing-masing mata dengan klien membaca kartu
indek dengan menutupi satu mata bergiliran
b. Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata
c. Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk
menghitung jari jari yang diacungkan kurang lebih satu
kaki ( 30 cm ) dari wajah klien.
d. Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata
klien dengan senter kecil dan kemudian padamkan
cahayanya . Tanyakan apakah klien melihat cahaya.
Hasil Normal :
 Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20
 Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan
kacamata perbaikan atau lensa kontak ( cc ) atau tanpa
perbaikan ( sc ).
Penyimpangan dari Normal :
Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total

PEMERIKSAAN LAPANG PENGLIHATAN


Pemeriksaan lapang penglihatan dengan cara :
a. Buat klien duduk atau berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya,
berhadapan dengan petugas sejajar ketinggian mata.
b. Minta klien untuk menutupi atau melapisi dengan
perlahan satu mata menggunakan kartu indeks dan
menatap mata petugas berlawanan arah –contoh mata
kiri klien, mata kanan petugas-
c. Tutup atau lapisi mata petugas yang berlawanan dengan
mata klien sehingga lapang penglihatan petugas tidak
bertumpang tindih dengan lapangan penglihatan klien.
d. Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan
diluar lapang penglihatan.
e. Minta klien untuk mengatakannya bila melihat jari
petugas.
f. Perlahan tarik jari petugas mendekat. Jari selalu dijaga
tetap di tengah anatara petugas dan klien.
g. Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah.
Selalu harus membandingkan titik dimana petugas
melihat jari tersebut memasuki lapang penglihatan
petugas dan titik di mana klien melihatnya.
h. Ulangi prosedur dengan ke empat arah pada mata
lainnya.
Bila klien melihat jari sedikit lebih lama dari petugas, klien
mengalami penyempitan lapang penglihatan. PEMERIKSAAN
VISUS
Pemeriksaan visus dengan cara :
I. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien
dengan posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata
pasien.
Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5
artinya mata normal dapat melihat pada jarak 5 meter,
pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila
berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan
selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).
II. Pastikan cahaya harus cukup
III. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri
harus ditutup dan pasien diminta membaca kartu.
IV. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :

a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan


visus 5/5 atau 6/6, maka tidak usah membaca pada
baris berikutnya => visus normal
b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris
tertentu di atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut

i. Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf,


berarti visusnya terletak pada baris tersebut
dengan false 1.
ii. Bila tidak dapat membaca 2, berarti
visusnya terletak pada baris tersebut
dengan false 2.
iii. Bila tidak dapat membaca lebih dari
setengah jumlah huruf yang ada, berarti
visusnya berada di baris tepat di atas baris
yang tidak dapat dibaca.
iv. Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti
visusnya terdapat pada baris di atasnya.

c) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan


menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik
pada penglihatan pasien)
d) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan
refraksi.
e) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti
merupakan kelainan refraksi
7. Hal- hal yang
perlu -
diperhatikan
8. Unit terkait
-
9. Dokumen
-
terkait
10 Rekaman
Isi Tanggal mulai
. historis No Yang diubah
Perubahan diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai