Anda di halaman 1dari 14

MATERI PENYULUHAN

PERAWATAN PRE DAN POST OPERASI


(TONSILEKTOMI)

DISUSUN OLEH:
DWI SARTIKA
EKA AGUSLIANA
NURUL ATIKA
SINTA YOLANDA

KELAS: 2B. KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2016
MATERI PENYULUHAN

Perawatan Pre dan Post Operasi

1. Pengertian
Perawatan pre operasi merupakan suatu proses perawatan sebelum operasi, yang
dimulai saat klien dan keluarga mengambil keputusan untuk dilakukan operasi dan
berakhir ketika klien berpindah atau berada di ruang operasi.

2. Jenis & Tujuan Tindakan Operasi


1) Diagnostik, yaitu jenis operasi yang dilakukan untuk memperoleh infomasi dalam
menegakkan diagnosis pasti dari suatu penyakit.
2) Paliatif, yaitu tindakan operasi yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi
nyeri atau gejala penyakit dan tidak menyembuhkan.
3) Ablatif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan cara pengangkatan
bagian tubuh yang berpenyakit untuk proses penyembuhan, contoh amputasi.
4) Konstruktif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi
atau penampilan yang telah hilang atau menurun, contoh implantasi payudara, dagu,
hidung, dll.
5) Transplantasi, yaitu tindakan pembedahan yang mengganti struktur tubuh yang tidak
berfungsi, contoh transplantasi ginjal.
3. Faktor Resiko
Tindakan operasi dapat menimbulkan sedikit resiko jika keadaan umum klien baik.
Masalah kesehatan umum yang dapat meningkatkan resiko dan dapat menjadi faktor
penyebab ditundanya suatu tindakan operasi adalah malnutrisi, stres, obesitas,
hipertensi, gangguan fungsi jantung, diabetes melitus, gangguan pada pembekuan
darah, dan penyakit lain yang menjadi kontraindikasi tindakan operasi.

4. Persiapan sebelum Operasi


1) Formulir Persetujuan / Informed consent
2) Informed consent merupakan formulir persetujuan yang membuktikan bahwa klien
dan keluarga benar membutuhkan tindakan operasi, dan bersedia untuk dilakukan
tindakan operasi terhadap klien. Formulir ini disediakan oleh pihak rumah sakit, dan
ditanda tangani jika klien dan keluarga telah mendapat penjelasan yang jelas dari
petugas (dokter atau perawat) tentang tindakan operasi yang akan dilakukan.
3) Hasil Pemeriksaan Penunnjang
4) Hasil pemeriksaan laboratorium pre operasi seperti pemeriksaan darah, urin, dahak,
dan lain lain harus menunjukkan hasil yang normal.
5) Hasil pemeriksaan lain sepert foto rontgen, USG, EKG, dan lain lain juga harus
disiapkan sebelum tindakan operasi dilakukan.
6) Persiapan Khusus
7) Pemeriksaan golongan darah anggota keluarga merupakan persiapan yang sangat
penting untuk mempersiapkan kebutuhan darah bagi klien jika klien membutukan
transfusi darah pasca tindakan.
5. Pesiapan Psikologis
Empat dimensi tindakan perawatan sebelum operasi yang mampu mengatasi kebutuhan
psikologis klien adalah :
1) Informasi
Informasi yang jelas tentang persiapan operasi merupakan kebutuhan utama yang
dapat mengatasi kecemasan klien. Informasi yang dimaksud meliputi apa yang akan
dialami klien, berapa biaya yang dibutuhkan, kapan tindakannya dilakukan, siapa
dokter penanggung jawab, apa yang akan rasakan klien pasca tindakan, dan apa yang
harus dilakukan klien dan keluarga.
2) Dukungan psikosial
Keberadaan orang terdekat selama perawatan pra operasi sangat penting dalam
upaya mengatasi kecemasan klien. Keberadaan petugas kesehatan (perawat atau
dokter) juga merupakan dukungan sosial yang penting yang sangat dibutuhkan klien
selama perawatan pra operasi.
3) Peran klien dan keluarga
Peran klien dan keluarga meliputi melaksanakan semua peraturan pra operasi dan
bertanya kepada perawat atau dokter yang merawat jika mengalamai kesulitan dan
membutuhkan bantuan informasi.
4) Pelatihan keterampilan
Pelatihan keterampilan sangat penting dilakukan untuk mengatasi kecemasan klien
pasca tindakan operasi yang dialami.
Pelatihan keterampilan ini meliputi mobilisasi dini pasca operasi, latihan napas dalam,
latihan batuk efektif, cara menyokong luka operasi yang benar.
6. Persiapan Fisik
1) Pembatasan Nutrisi dan Cairan
Program puasa merupakan program penting sebelum operasi dilakukan. Puasa
dilakukan karena obat obatan anastetik diyakini dapat menekan fungsi gastrointestinal
dan akan berbahaya jika klien mengalami muntah dan aspirasi selama pemberian
anastetik umum.
Menurut Crenshaw dan Winslow (2002) dalam Kozier (2010) program puasa
mempebolehkan :
1) Sarapan ringan (mis. Teh dan roti) diperbolehkan 6 jam sebelum prosedur.
2) Makan malam yang lebih berat 8 jam sebelum pembedahan.
3) Untuk mengatasi rasa haus selama periode puasa, basuh mulut dengan kain atau
kasa basa.

2) Eliminasi ; Pengosongan Usus dan Kandung Kemih


Pengosongan isi perut dan kandung kemih dilakukan untuk mencegah cidera yang tidak
perlu pada kandung kemih dan mencegah penyebaran infeksi dari isi usus selama
pembedahan.
1) Pengosongan usus dengan enema harus dilakukan pada klien yang akan menjalani
pembedahan usus.
2) Pemasangan kateter retensi harus dilakukan untuk memastikan bahwa kandung
kemih telah kosong.
3) Higiene (kebersihan diri)
Kebersihan diri sebelum tindakan operasi harus dilakukan untuk menurunkan resiko
infeksi luka.
1) Mandi disore hari atau dipagi hari sebelum pembedahan dilakukan.
2) Mencukur bulu atau rambut pada area yang akan dilakukan operasi jika ada.
3) Menggunting kuku .
4) Menggunakan kap kepala untuk mencegah penyebaran mikroorganisme dari rambut.
5) Melepas semua perhiasan dan prostesis (bagian tubuh palsu) seperti gigi palsu,
lensa kontak, kacamata, wig, bulu mata palsu, dan lain lain.
6) Mengenakan baju atau gown khusus untuk operasi.
4) Istirahat dan Tidur
Istrahat yang cukup harus dilakukan sebelum pelaksanaan pembedahan. Istirahat yang
adekuat membantu klien mengatasi stres pemebdahan dan membantu penyembuhan.
5) Medikasi (obat-obatan)
Pastikan bahwa obat-obatan yang dibutuhkan atau diresepkan harus sudah disiapkan
dengan lengkap sebelum klien berangkat keruang operasi.

7. Tekhnik Keterampilan Pasca Operasi


1. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini dilakukan 2 atau 3 setelah kilen sadar dan berada diruangan
perawatan.
Mobilisasi dini dilakukan dengan cara :
1) Posisi klien terlentang atau semifowler.
2) Kedua kaki ditekuk dengan posisi kedua telapak kaki rata. Hitung selama 1 – 3,
kemudian kaki diluruskan kembali.
3) Gerakkan jari jari kaki mengahadap ke bagian tubuh atas atau ke arah kepala.
Hitung selama 1 – 3, kemudian rilekaskan kembali.
4) Tekukkan kaki kiri diatas tempat tidur, dan angkat kaki kanan secara rata (lutut
tidak ditekuk), hitung selama 1-3 dan rileks kembali. Lakukan pada kaki yang
berlawanan.

2. Napas dalam
Napas dalam dilakukan saat klien mengalami rasa ketidaknyamanan seperti sesak atau
sulit bernapas, merasa tidak puas saat bernpas, atau merasa nyeri pasca tindakan
operasi.
Napas dalam dilakukan dengan cara :
1) Posisi klien setengah duduk ( semi fowler)
2) Letakkan kedua telapak tangan diatas dada tepatnya dibawah batas tulang rusuk.
3) Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang
penuh.
4) Tahan napas selama 2 – 3 detik.
5) Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut denga
posisi bibir seperti bersiul.
3. Batuk efektif
Batuk efektif dilakukan jika klien mengalami ketidaknyaman pada tenggorokkan. Batuk
yang tidak efektif dapat menimbulkan nyeri pada luka pembedahan teutama luka operasi
pada area dada dan perut.
Batuk efektif dilakukan dengan cara :
1) Cuci tangan dengan langkah yang benar.
2) Letakkan tangan pada dada, perut, atau pada area luka pasca operasi (dengan
tekanan lembut)
3) Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang
penuh.
4) Tahan napas selama 2 – 3 detik.
5) Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut dengan
posisi bibir seperti bersiul.
6) Ulangi tekhnik dapas dalam (c,d,e) selama 2 sampai 3 kali.
7) Pada napas dalam yang ke 3, tahan napas 2-3 detik, dan batukkan secara perlahan.

Perawatan pasca operasi


Operasi adalah tindakan yang dilakukan pemedahan sehingga menimbulkan luka pada kulit
atau jaringan. Oleh karena itu luka harus segera disembuhkan, baik dengan terapi medis
(pengobatan) ataupun dengan progam perawatan.
Ada beberapa teknik yang nantinya diharapkan mampu mengatasi masalah pada klien
pasca operasi (pembedahan), diantaranya aalah sebagai berikut :

1. nafas dalam dan batuk efektif


hal ini bertujuan untuk memobilisasi sekret sehingga dapat dikeluarkan. Juga dapat
melatih ekspansi paru secara maksimal. Karena jika klien tidak bisa batuk secara
efektif maka pnemonia hipostatik dan komplikasi lainnya dapat terjadi.
Adapun tekniknya adalah sebagai berikut :
- letakkan genggaman tangan yang kendur di iga paling bawah untuk merasakan
gerakan
- tarik nafas dalam melalui mulut dan hidung
- keluarkan nafas dengan perlahan –lahan bersamaan dengan gerakan iga menurun
- ulangi 15x dan istirahat singkat setelah setiap 5 x
- hirup udara dengan mulut terbuka
- “hak” kan keluar dengan keras
perhatian
untuk insisi abdomen / thorak usahakan insisi dibebat sehingga tekanan diminimalkan da
nyeri terkontrol. Letakkan jalinan tangan di atas luka insisi
2. latihan tungkai
bertujuan untuk mencegah stasis dan meningkatkan aliran vena.
Teknik latihan tungkai :
- bengkokkan lutut, naikkan kaki, tahan beberapa detik, luruskan kembali
- ulangi 5x pada masing-masing tungkai

3. mobilisasi dini
bertujuan untuk melancarkan aliran darah ke seluruh tubuh
teknik mobilisasi dini
- miring ke satu sisi dengan bantuan samping tempat tidur
- bagian atas tungkai fleksi disangga dengan bantal
- lakukan nafas dalam dan batuk efektif bila mungkin saat miring
- dorong tubuh anda dengan satu tangan ketika mengayunkan tungkaiturundari tempat
tidur
- jangan biarkan tungkai menggantung
- berdiri disebelah tempat tidur
- berjalan dan dibantu dengan berpegangan pada dinding atau orang lain
perhatian
bila saat jalan terasa pusing maka berhenti sejenak hingga pusing hilang / berkurang, baru
langkah dilanjutkan.

1. PENGERTIAN
Tonsilitis atau kalangan masyarakat awam menyebut dengan istilah penyakit
Amandel. Tonsillitis adalah infeksi (radang) tonsil (amandel) yang pada umumnya
disebabkan oleh mikro-organisme (bakteri dan virus). Terbanyak dialami oleh anak usia 5-15
tahun. Tonsillitis, berdasarkan waktu berlangsungnya (lamanya) penyakit, terbagi menjadi 2,
yakni Tonsilitis akut dan Tonsilitis kronis.
Dikategorikan Tonsilitis akut jika penyakit (keluhan) berlangsung kurang dari 3
minggu. Sedangkan Tonsilitis kronis jika infeksi terjadi 7 kali atau lebih dalam 1 tahun, atau
5 kali selama 2 tahun, atau 3 kali dalam 1 tahun secara berturutan selama 3 tahun.
Adakalanya terdapat perbedaan penggolongan kategori Tonsilitis akut dan Tonsilitis kronis.

2. ETIOLOGI
Menurut Adams George (1999), tonsilitis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993 Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus tonsillitis bakteri
yang paling sering adalah:
1. Streptococcus B hemoliticus grup A
2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
Sedangkan Virus yang berperan menyebabkan penyakit ini adalah Golongan Para influenza
Virus, Adenovirus dan Herpes simplex.

3. TANDA DAN GEJALA TONSILITIS


Keluhan yang dapat dialami penderita Tonsilllitis, antara lain:
a) Tengorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher)
b) Nyeri saat menelan (nelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga menjadi
malas makan.
c) Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga.
d) Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot.
e) Dapat disertai batuk, pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut,
pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.
f) Adakalanya penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika disertai
pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian belakang
antara tenggorokan dan rongga hidung).
g) Pada pemeriksaan, dijumpai pembesaran tonsil (amandel), berwarna merah, kadang
dijumpai bercak putih (eksudat) pada permukaan tonsil, warna merah yang
menandakan peradangan di sekitar tonsil dan tenggorokan.
Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas diborong oleh satu orang penderita. Hal ini
karena keluhan bersifat individual dan kebanyakan para orang tua atau penderita akan ke
dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri telan.

4. PENCEGAHAN
Tak ada cara khusus untuk mencegah infeksi tonsil (amandel). Secara umum
disebutkan bahwa pencegahan ditujukan untuk mencegah tertularnya infeksi rongga mulut
dan tenggorokan yang dapat memicu terjadinya infeksi tonsil. Namun setidaknya upaya
yang dapat dilakukan adalah:
a) Mencuci tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran mikro-organisme
yang dapat menimbulkan tonsilitis.
b) Menghindari kontak dengan penderita infeksi tanggorokan, setidaknya hingga 24 jam
setelah penderita infeksi tenggorokan (yang disebabkan kuman) mendapatkan
antibiotika.
5. PENATALAKSANAAN
- Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status
nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan
tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan
dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia. Pada
penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu
dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk
mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.
- Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena
resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah
kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring
untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien
menunjukkan reflek menelanya telah pulih.
- Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna
merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan
meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus
mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap
perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang.
Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi
umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut
beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari banyak
bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak.
- Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal
salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada.
Diet cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah
makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah
harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan
ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.

JENIS TEKNIK OPERASI

1). Cara Guillotine


Diperkenalkan pertama kali oleh Philip Physick (1828) dari Philadelphia, sedangkan
cara yang masih digunakan sampai sekarang adalah modifikasi Sluder. Di negara-negara
maju cara ini sudah jarang digunakan dan di Indonesia cara ini hanya digunakan pada anak-
anak dalam anestesi umum. Tehniknya adalah sbb :
- Posisi pasien telentang dalam anestesi umum. Operator di sisi kanan berhadapan
dengan pasien.
- Setelah relaksasi sempurna otot faring dan mulut, mulut difiksasi dengan pembuka
mulut. Lidah ditekan dengan spatula.
- Untuk tonsil kanan, alat guillotine dimasukkan ke dalam mulut melalui sudut kiri.
- Ujung alat diletakkan diantara tonsil dan pilar posterior, kemudian kutub bawah tonsil
dimasukkan ke dalam Iubang guillotine. Dengan jari telunjuk tangan kiri pilar anterior
ditekan sehingga seluruh jaringan tonsil masuk ke dalam Iubang guillotine.
- Picu alat ditekan, pisau akan menutup lubang hingga tonsil terjepit.
- Setelah diyakini seluruh tonsil masuk dan terjepit dalam lubang guillotine, dengan
bantuan jari, tonsil dilepaskan dari jaringan sekitarnya dan diangkat keluar.
Perdarahan dirawat.
-
2) Cara diseksi
Cara ini diperkenalkan pertama kali oleh Waugh (1909). Cara ini digunakan pada
pembedahan tonsil orang dewasa, baik dalam anestesi umum maupun lokal. Tehniknya
adalah sbb :
 Bila menggunakan anestesi umum, posisi pasien terlentang dengan kepala sedikit
ekstensi. Posisi operator di proksimal pasien.
 Dipasang alat pembuka mulut Boyle-Davis gag.
 Tonsil dijepit dengan cunam tonsil dan ditarik ke medial
 Dengan menggunakan respatorium/enukleator tonsil, tonsil dilepaskan dari fosanya
secara tumpul sampai kutub bawah dan selanjutnya dengan menggunakan jerat
tonsil, tonsil diangkat. Perdarahan dirawat.
3) Cryogenic tonsilectomy
Tindakan pembedahan tonsil dapat menggunakan cara cryosurgery yaitu proses
pendinginan jaringan tubuh sehingga terjadi nekrosis. Bahan pendingin yang dipakai adalah
freon dan cairan nitrogen.

4). Teknik elektrokauter


Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai kauterisasi
untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi berupa radiasi
elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang digunakan
dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz. Penggunaan gelombang
pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi saraf atau jantung.
5) Radiofrekuensi
Pada teknik ini radiofrekuensi elektrode disisipkan langsung kejaringan. Densitas
baru disekitar ujung elektrode cukup tinggi untuk membuka kerusakan bagian jaringan
melalui pembentukan panas. Selama periode 4-6 minggu, daerah jaringan yang rusak
mengecil dan
total volume jaringan berkurang.

6) Skapel harmonic
Skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk memotong dan
mengkoagulasi jaringan dengan kerusakan jaringan minimal.

7) Teknik Coblation
Coblation atau cold ablation merupakan suatu modalitas yang unuk karena dapat
memanfaatkan plasma atau molekul sodium yang terionisasi untuk mengikis jaringan.
Mekanisme kerja dari coblation ini adalah menggunakan energi dari radiofrekuensi
bipolar untuk mengubah sodium sebagai media perantara yang akan membentuk kelompok
plasma dan terkumpul disekitar elektroda. Kelompok plasma tersebutakan mengandung
suatu partikel yang terionisasi dan kandungan plasma dengan partikel yang terionisasi yang
akan memecah ikatan molekul jaringan tonsil. Selain memecah ikatan molekuler pada
jaringan juga menyebabkan disintegrasi molekul pada suhu rendah yaitu 40-70%, sehingga
dapat meminimalkan kerusakan jaringan sekitar.

8) Intracapsular partial tonsillectomy


Intracapsular tonsilektomi merupakan tensilektomi parsial yang dilakukan dengan
menggunakan microdebrider endoskopi. Microdebrider endoskopi bukan merupakan
peralatan ideal untuk tindakan tonsilektomi, namun tidak ada alat lain yang dapat menyamai
ketepatan dan ketelitian alat ini dalam membersihkan jaringan tonsil tanpa melukai
kapsulnya.

9) Laser (CO2-KTP)
Laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP (Potassium Titanyl
Phosphat) untuk menguapkan dan mengangkat jaringan tonsil. Tehnik ini mengurangi
volume tonsil dan menghilangkan recesses pada tonsil yang menyebabkan infeksi kronik
dan rekuren.

Yang penting pada perawatan pasca tonsilektomi adalah


- baringkan pasien pada satu sisi tanpa bantal,
- ukur nadi dan tekanan darah secara teratur,
- awasi adanya gerakan menelan karena pasien mungkin menelan darah yang
terkumpul di faring dan
- napas yang berbunyi menunjukkan adanya lendir atau darah di tenggorok. Bila
diduga ada perdarahan, periksa fosa tonsil. Bekuan darah di fosa tonsil diangkat,
karena tindakan ini dapat menyebabkan jaringan berkontraksi dan perdarahan
berhenti spontan. Bila perdarahan belum berhenti, dapat dilakukan penekanan
dengan tampon yang mengandung adrenalin 1:1000. Selanjutnya bila masih gagal
dapat dicoba dengan pemberian hemostatik topikal di fosa tonsil dan hemostatik
parenteral dapat diberikan. Bila dengan cara di atas perdarahan belum berhasil
dihentikan, pasien dibawa ke kamar operasi dan dilakukan perawatan perdarahan
seperti saat operasi.Mengenai hubungan perdarahan primer dengan cara operasi,
laporan di berbagai kepustakaan menunjukkan hasil yang berbeda-beda, tetapi
umumnya perdarahan primer lebih sering dijumpai pada cara guillotine. Komplikasi
yang berhubungan dengan tindakan anestesi segera pasca bedah umumnya
dikaitkan dengan perawatan terhadap jalan napas. Lendir, bekuan darah atau
kadang-kadang tampon yang tertinggal dapat menyebabkan asfiksi.

KOMPLIKASI
Tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi lokal
maupun umum, sehingga komplikasi yang ditimbulkan merupakan gabungan komplikasi
tindakan bedah dan anestesi.
Komplikasi anestesi
Komplikasi anestesi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien. Komplikasi yang
dapat ditemukan berupa :
Laringosspasme
- Gelisah pasca operasi
- Mual muntah
- Kematian saat induksi pada pasien dengan hipovolemi
- Induksi intravena dengan pentotal bisa menyebabkan hipotensi dan henti jantung
- Hipersensitif terhadap obat anestesi.
Komplikasi Bedah
1. Perdarahan
Merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1 % dari jumlah kasus). Perdarahan dapat
terjadi selama operasi,segera sesudah operasi atau dirumah. Kematian akibat perdarahan
terjadi pada 1:35. 000 pasien. sebanyak 1 dari 100 pasien kembali karena perdarahan dan
dalam jumlah yang sama membutuhkan transfusi darah.

2. Nyeri
Nyeri pasca operasi muncul karena kerusakan mukosa dan serabut saraf
glosofaringeus atau vagal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang menyebabkan iskemia
dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali oleh mukosa, biasanya 14-21 hari
setelah operasi
Komplikasi pasca bedah
Pasca bedah, komplikasi yang terjadi kemudian (intermediate complication) dapat
berupa perdarahan sekunder, hematom dan edem uvula, infeksi, komplikasi paru dan
otalgia. Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pasca bedah.
Umumnya terjadi pada hari ke 5 10. Jarang terjadi dan penyebab tersering adalah infeksi
serta trauma akibat makanan; dapat juga oleh karena ikatan jahitan yang terlepas, jaringan
granulasi yang menutupi fosa tonsil terlalu cepat terlepas sebelum luka sembuh sehingga
pembuluh darah di bawah-nya terbuka dan terjadi perdarahan. Perdarahan hebat jarang
terjadi karena umumnya berasal dari pembuluh darah permukaan.

Anda mungkin juga menyukai