MATERI Sop Pre Dan Post B Dewi
MATERI Sop Pre Dan Post B Dewi
DISUSUN OLEH:
DWI SARTIKA
EKA AGUSLIANA
NURUL ATIKA
SINTA YOLANDA
1. Pengertian
Perawatan pre operasi merupakan suatu proses perawatan sebelum operasi, yang
dimulai saat klien dan keluarga mengambil keputusan untuk dilakukan operasi dan
berakhir ketika klien berpindah atau berada di ruang operasi.
2. Napas dalam
Napas dalam dilakukan saat klien mengalami rasa ketidaknyamanan seperti sesak atau
sulit bernapas, merasa tidak puas saat bernpas, atau merasa nyeri pasca tindakan
operasi.
Napas dalam dilakukan dengan cara :
1) Posisi klien setengah duduk ( semi fowler)
2) Letakkan kedua telapak tangan diatas dada tepatnya dibawah batas tulang rusuk.
3) Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang
penuh.
4) Tahan napas selama 2 – 3 detik.
5) Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut denga
posisi bibir seperti bersiul.
3. Batuk efektif
Batuk efektif dilakukan jika klien mengalami ketidaknyaman pada tenggorokkan. Batuk
yang tidak efektif dapat menimbulkan nyeri pada luka pembedahan teutama luka operasi
pada area dada dan perut.
Batuk efektif dilakukan dengan cara :
1) Cuci tangan dengan langkah yang benar.
2) Letakkan tangan pada dada, perut, atau pada area luka pasca operasi (dengan
tekanan lembut)
3) Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang
penuh.
4) Tahan napas selama 2 – 3 detik.
5) Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut dengan
posisi bibir seperti bersiul.
6) Ulangi tekhnik dapas dalam (c,d,e) selama 2 sampai 3 kali.
7) Pada napas dalam yang ke 3, tahan napas 2-3 detik, dan batukkan secara perlahan.
3. mobilisasi dini
bertujuan untuk melancarkan aliran darah ke seluruh tubuh
teknik mobilisasi dini
- miring ke satu sisi dengan bantuan samping tempat tidur
- bagian atas tungkai fleksi disangga dengan bantal
- lakukan nafas dalam dan batuk efektif bila mungkin saat miring
- dorong tubuh anda dengan satu tangan ketika mengayunkan tungkaiturundari tempat
tidur
- jangan biarkan tungkai menggantung
- berdiri disebelah tempat tidur
- berjalan dan dibantu dengan berpegangan pada dinding atau orang lain
perhatian
bila saat jalan terasa pusing maka berhenti sejenak hingga pusing hilang / berkurang, baru
langkah dilanjutkan.
1. PENGERTIAN
Tonsilitis atau kalangan masyarakat awam menyebut dengan istilah penyakit
Amandel. Tonsillitis adalah infeksi (radang) tonsil (amandel) yang pada umumnya
disebabkan oleh mikro-organisme (bakteri dan virus). Terbanyak dialami oleh anak usia 5-15
tahun. Tonsillitis, berdasarkan waktu berlangsungnya (lamanya) penyakit, terbagi menjadi 2,
yakni Tonsilitis akut dan Tonsilitis kronis.
Dikategorikan Tonsilitis akut jika penyakit (keluhan) berlangsung kurang dari 3
minggu. Sedangkan Tonsilitis kronis jika infeksi terjadi 7 kali atau lebih dalam 1 tahun, atau
5 kali selama 2 tahun, atau 3 kali dalam 1 tahun secara berturutan selama 3 tahun.
Adakalanya terdapat perbedaan penggolongan kategori Tonsilitis akut dan Tonsilitis kronis.
2. ETIOLOGI
Menurut Adams George (1999), tonsilitis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993 Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus tonsillitis bakteri
yang paling sering adalah:
1. Streptococcus B hemoliticus grup A
2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
Sedangkan Virus yang berperan menyebabkan penyakit ini adalah Golongan Para influenza
Virus, Adenovirus dan Herpes simplex.
4. PENCEGAHAN
Tak ada cara khusus untuk mencegah infeksi tonsil (amandel). Secara umum
disebutkan bahwa pencegahan ditujukan untuk mencegah tertularnya infeksi rongga mulut
dan tenggorokan yang dapat memicu terjadinya infeksi tonsil. Namun setidaknya upaya
yang dapat dilakukan adalah:
a) Mencuci tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran mikro-organisme
yang dapat menimbulkan tonsilitis.
b) Menghindari kontak dengan penderita infeksi tanggorokan, setidaknya hingga 24 jam
setelah penderita infeksi tenggorokan (yang disebabkan kuman) mendapatkan
antibiotika.
5. PENATALAKSANAAN
- Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status
nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan
tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan
dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia. Pada
penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu
dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk
mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.
- Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena
resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah
kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring
untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien
menunjukkan reflek menelanya telah pulih.
- Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna
merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan
meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus
mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap
perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang.
Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi
umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut
beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari banyak
bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak.
- Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal
salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada.
Diet cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah
makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah
harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan
ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.
6) Skapel harmonic
Skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk memotong dan
mengkoagulasi jaringan dengan kerusakan jaringan minimal.
7) Teknik Coblation
Coblation atau cold ablation merupakan suatu modalitas yang unuk karena dapat
memanfaatkan plasma atau molekul sodium yang terionisasi untuk mengikis jaringan.
Mekanisme kerja dari coblation ini adalah menggunakan energi dari radiofrekuensi
bipolar untuk mengubah sodium sebagai media perantara yang akan membentuk kelompok
plasma dan terkumpul disekitar elektroda. Kelompok plasma tersebutakan mengandung
suatu partikel yang terionisasi dan kandungan plasma dengan partikel yang terionisasi yang
akan memecah ikatan molekul jaringan tonsil. Selain memecah ikatan molekuler pada
jaringan juga menyebabkan disintegrasi molekul pada suhu rendah yaitu 40-70%, sehingga
dapat meminimalkan kerusakan jaringan sekitar.
9) Laser (CO2-KTP)
Laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP (Potassium Titanyl
Phosphat) untuk menguapkan dan mengangkat jaringan tonsil. Tehnik ini mengurangi
volume tonsil dan menghilangkan recesses pada tonsil yang menyebabkan infeksi kronik
dan rekuren.
KOMPLIKASI
Tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi lokal
maupun umum, sehingga komplikasi yang ditimbulkan merupakan gabungan komplikasi
tindakan bedah dan anestesi.
Komplikasi anestesi
Komplikasi anestesi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien. Komplikasi yang
dapat ditemukan berupa :
Laringosspasme
- Gelisah pasca operasi
- Mual muntah
- Kematian saat induksi pada pasien dengan hipovolemi
- Induksi intravena dengan pentotal bisa menyebabkan hipotensi dan henti jantung
- Hipersensitif terhadap obat anestesi.
Komplikasi Bedah
1. Perdarahan
Merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1 % dari jumlah kasus). Perdarahan dapat
terjadi selama operasi,segera sesudah operasi atau dirumah. Kematian akibat perdarahan
terjadi pada 1:35. 000 pasien. sebanyak 1 dari 100 pasien kembali karena perdarahan dan
dalam jumlah yang sama membutuhkan transfusi darah.
2. Nyeri
Nyeri pasca operasi muncul karena kerusakan mukosa dan serabut saraf
glosofaringeus atau vagal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang menyebabkan iskemia
dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali oleh mukosa, biasanya 14-21 hari
setelah operasi
Komplikasi pasca bedah
Pasca bedah, komplikasi yang terjadi kemudian (intermediate complication) dapat
berupa perdarahan sekunder, hematom dan edem uvula, infeksi, komplikasi paru dan
otalgia. Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pasca bedah.
Umumnya terjadi pada hari ke 5 10. Jarang terjadi dan penyebab tersering adalah infeksi
serta trauma akibat makanan; dapat juga oleh karena ikatan jahitan yang terlepas, jaringan
granulasi yang menutupi fosa tonsil terlalu cepat terlepas sebelum luka sembuh sehingga
pembuluh darah di bawah-nya terbuka dan terjadi perdarahan. Perdarahan hebat jarang
terjadi karena umumnya berasal dari pembuluh darah permukaan.