Anda di halaman 1dari 11

1.

ASAL-USUL NAMA MANUKAN DI KOTA SURABAYA

Kelurahan Banjarsugihan, Kecamatan Tandes, beralamat Manukan Lor


8D no. 28 merupakan tempat saya tinggal sejak saya lahir. Manukan termasuk
wilayah Surabaya barat yang paling pesat kemajuannya selama ini. Dulu di
Manukan hanyalah kawasan ladang tandus yang kini menjadi ladang lain yang
lebih subur, bahkan terkenal sengan julukan “Dari ladang mangga menjadi
ladang uang”.

Semula daerah Manukan berupa hamparan luas kebun atau ladang yang
ditanami pepohonan berupa mangga yang jika sudah panen mangga yang sudah
ramun itu menjadi incaran anak-anak untuk dibuat rujakan. Kini Manukan
berubah menjadi perumahan yang ramai penduduk, sehingga perumnas pun
tidak rugi membangun ratusan rumah berbagai tipe.

Selain ramai dengan penduduk kawasan ini sekarang tidak kalah dengan
pusat kota, dimana di setiap pinggir jalan yang mengelilingi kota manukan
selalu dipenuhi orang-orang berjualan segala macam makanan, alat-alat, dan
segala keperluan lainnya. Bahkan kini mini market sudah ada dimana-mana, jadi
penduduk akan merasa terpenuhi karena apa yang mereka butuhkan telah
tersedia di manukan.

Pada era tahun 1970-an, harga tanah di Manukan per-m² hanya Rp. 110
namun kini melambung hingga perumahan pun bisa bernila ratusan juta rupiah,
bahkan setelah tersentuh pembangunan kawasan itu menjadi lirikan banyak
investor, baik utuk industri retail maupun real estate. Manukan sendiri sering
disebut “Manukan City” karena keramaiannya yang tidak kalah dengan pusat
kota yang ada di Surabaya.
Kata Manukan sendiri di dapat karena di tempat ini dulunya banyak
burung atau dalam bahasa jawa disebut manuk yang beterbangan. Tidak jelas
asal-usul burung itu dari mana yang pasti di kawasan ini dikenal sebagai tempat
orang-orang yang ingin mencari burung atau berburu burung. Selain itu dulu di
daerah sini memiliki tradisi undukan doro atau dalam bahasa Indonesia disebut
adu merpati, sehingga memperkuat alasan kawasan ini disebut manukan

Nama jalan di Manukan semuanya didahului dengan kata Manukan lalu


diikuti kata berikutnya misalnya:
- Manukan Tengah
- Manukan Lor
- Manukan Kulon
- Manukan Tama
- Manukan Yoso
- Manukan Ranu
- Manukan Subur
- Manukan Peni
- Manukan Wetan
- Manukan Loka

Bahkan ada yang mengambil dari nama orang yakni, Manukan Tohirin dan
Manukan Kasman.
2. KAMPUNG SEMANGGI

Di daerah rumah saya terdapat kampung semanggi. Semanggi adalah


makanan khas Surabaya, Jawa Timur yang dibuat dari daun semanggi yang
dikukus dan kemudian dinikmati dengan sambal atau bumbu pedas yang
nikmat. Sambal atau bumbu tersebut memiliki bahan baku serta rasa khas yang
berbeda yaitu terbuat dari telo yang direbus lalu dihaluskan dan dicampur
dengan kacang tanah, dan dalam penyajiannya diberi petis dan lombok untuk
menambah kenikmatan rasanya. Semanggi juga dapat dihidangkan dengan
kecambah, kangkung, dan kerupuk puli yang terbuat dari beras.

Untuk membuat semanggi, setelah dibersihkan dari kotoran semanggi


direndam air panas beberapa saat supaya tidak hancur. Wadah yang digunakan
untuk menyajikan semanggi sendiri memiliki ciri khas yaitu terbuat dari daun
pisang yang dibentuk seperti pincuk lalu dikunci dengan lidi. Dan saat
menyajikannya pertama-tama sayuran ditempatkan dalam pincuk daun pisang
kemudian disiram bumbu yang sudah dicairkan dengan air lalu terakhir diberi
kerupuk puli diatasnya.

Sebagaian dari mereka berprofesi sebagai penjual semanggi dengan cara


digendong. Mereka berkeliling dan keluar masuk kampung di Surabaya
menjajakan semanggi secara berkelompok dan menyebar ke berbagai pelosok di
Surabaya. Namun ada pula yang menetap tidak berkeliling atau bisa disebut
mangkal di kampung semanggi tersebut.

Penjual semanggi di Surabaya sangat mudah dikenali karena mereka


selalu menggunakan jarit dan selendang untuk memanggul semanggi. Dan di
daerah dekat rumah saya sebagian besar warga berjualan semanggi karena
disana warganya membudidayakan tanaman semanggi di lahan-lahan mereka.
Itulah mengapa di daerah kampung saya terdapat kampung yang disebut
kampung semanggi. Makanan semanggi ini sangat digemari oleh penduduk
Surabaya khususnya warga dikampung saya, mulai dari kalangan anak-anak
hingga dewasa. Biasanya jika saat hari libur kampung semanggi ini selalu ramai
di datangi warga mulai dari pagi hingga sore, bahkan masyarakat luar daerah
saya juga banyak yang datang untuk menikmati makanan semanggi ini.

Kampung semanggi ini bukan tempat khusus yang telah disediakan,


mereka penjual hanya berjualan dipinggir jalan tetapi dapat disebut kampung
semanggi karena sepanjang jalan tersebut semua hanyalah berjualan satu macam
makanan saja, yaitu semanggi. Harga semanggi di kampung semanggi ini cukup
murah, rata-rata sekitar enam ribu rupiah per porsi.

Makanan semanggi ini tidak hanya ditemukan di Kota Surabaya saja,


semanggi ini juga terdapat di daerah lain di Jawa Timur, seperti di Banyuwangi
dan Kediri namun cita rasa yang dimiliki tidak senikmat semanggi yang terdapat
di Kota Surabaya terutama di kampung semanggi. Semanggi Surabaya juga
biasa disebut-sebut dalam kisah (lakon) ludruk Suroboyoan dan adapula sebuah
lagu daerah Surabaya yang berjudul “Semanggi Suroboyo”.
3. GULAT OKOL

Sekilas olahraga tradisional ini mungkin mirip dengan sumo yaitu


olahraga tradisional asal Jepang yang sudah mendunia. Namun olahraga ini
bernama gulat okol yang memiliki keunikan tersendiri.

Gulat ini dimainkan diatas sebuah ring yang sudah dipenuhi tumpukan
jerami yang bertujuan agar peserta yang terjatuh atau berguling-guling tidak
akan merasakan sakit. Tradisi ini biasanya dilakukan saat musim kemarau
sebagai salah satu ritual memanggil hujan pada zaman dahulu, namun untuk
zaman sekarang digunakan untuk memeriahkan acara sedekah bumi dan
mempererat silahturahmi antar warga.

Di daerah rumah saya ini selalu rutin menggelar perlombaan gulat okol
bersamaan dengan Sedekah Bumi yang selalu diadakan setiap tahunnya. Acara
ini diadakan sebagai bagian menjaga tradisi dan hiburan. Tradisi ini sudah ada
sejak dulu sebelum listrik masuk desa dan merupakan warisan dari nenek
moyang.

Keunikan lain dari olahraga ini adalah iringan musik tradisional


gamelan yang membuat semarak perlombaan menambah. Para peserta pun harus
memakai ikat kepala atau udeng dan selendang yang digunakan sebagai ikat
pinggang serta bertelanjang dada, ikat pinggang ini digunakan sebagai pegangan
untuk menjatuhkan lawan dalam pertandingan sehingga para pegulat tidak
bersentuhan langsung dengan tubuh lawan.

Pertandingan baru akan dimulai ketika peserta memakai ikat kepalanya,


peserta juga harus memotong kukunya terlebih dahulu jika kuku tersebut
panjang. Gulat okol ini tidak mengenal batasan usia, baik anak-anak hingga
dewasa diperbolehkan mengikuti pertandingan ini bahkan gulat okol ini tidak
mengenal gender. Pemenang dapat dikatakan menang jika ia mampu
menjatuhkan lawannya.

Di daerah rumah saya gulat okol ini memiliki filosofi tersendiri, yaitu
makna dari penggunaan udeng dan selendang. Udeng aadalah salah satu simbol
orang jawa dahulu kala, sedangkan selendang memiliki arti persahabatan yang
erat meskipun pada permainan tersebut mereka saling menjatuhkan dengan
membanting diatas jerami.

Di daerah rumah saya jika pada saat acara Sedekah Bumi ini digelar,
seluruh warga memadati ring yang menjadi arena tarung para jarawa gulat okol.
Mereka bertepuk tangan dan bersorak ria untuk mendukung jagoan mereka agar
berhasil mengalahkan lawannya dan untuk memeriahkan acara tersebut. Acara
ini berguna untuk menjaga silahturahmi sesama warga desa.
4. UNDUKAN DORO

Undukan doro atau dalam bahasa Indonesia disebut adu merpati, adalah
salah satu tradisi yang ada di daerah rumah saya, tradisi ini adalah warisan
leluhur yang masih di lestarikan di kampung saya.

Undukan doro berbeda dengan adu ayam. Jika adu ayam atau biasa
disebut sabung ayam adalah mengadu kekuatan fisik antara dua ekor ayam jago
dengan mengandalkan paruhnya, maka adu merpati atau undukan doro ini lebih
mengadu kecepatan terbang dua ekor merpati dalam mencapai garis finish yang
telah disiapkan. Dengan berjarak 1000-1300 meter dari garis start, merpati yang
berhasil sampai lebih dulu akan dinyatakan sebagai pemenang.

Undukan doro biasa dimainkan oleh warga lelaki di daerah rumah saya
mulai dara kalangan dewasa, remaja, bahkan anak-anak juga ikut memeriahkan
lomba ini. Warga yang mengikuti lomba ini biasa disebut joki. Undukan doro ini
bukan hanya sekedar ajang balapan merpati saja, setiap warga yang mengikuti
perlombaan ini harus memiliki taktik tersendiri untuk dapat menarik perhatian
merpati milikinya ke garis finish. Misalnya, dengan cara gerakan tangan pemilik
atau jokinya untuk menarik perhatian burung dara dalam mencapai garis finish,
atau menarik perhatian burung dara jantan dengan meletakan sang betina di garis
finish, hingga prosedur-prosedur pemberian pakan pilihan bagi sang burung
dara.

Sebelum mengikuti lomba, kondisi merpati haruslah prima. Para warga


berlomba-lomba melati merpatinya sebelum mengikuti lomba dengan cara
latihan menerbangkan merpati mereka dengan jarak 300 meter dan diulang-
ulang sebanyak 4-5 kali. Setiap hari merpati tersebut dilatih dengan jarak yang
semakin lama semakin jauh agar dapat memenangkan lomba tersebut.
Sehingga di daerah rumah saya ketika acara perlombaan ini sudah
tersebar atau telah terdengar warga, maka setiap sore selalu banyak burung
merpati yang berterbangan di jalan-jalan, bahkan kadang merpati tersebut
mengganggu pandangan para pengendara motor.

Undukan doro ini digunakan masyarakat terdahulu sebagai ajang hiburan


rakyat tradisional serta untuk melestarikan tradisi-tradisi agar tidak punah.
Namun seiring berjalannya waktu, tradisi undukan doro ini sering di salah
gunakan oleh sebagian warga dengan menjadikannya tradisi ini sebagai ajang
perjudian. Dimana sebagian warga mempercayakan uangnya untuk memilih
sebah burung dara yang ia jagokan, dan apabila burung dara jagoannya kalah
maka ia harus mengikhlaskan uangnya yang telah di pertaruhkan, tapi
sebaliknya jika ia menang maka ia akan mendapat uang yang telah
dipertaruhkan oleh lawannya.
5. TELAGA CINTA

Di daerah dekat rumah saya terdapat telaga yang diberi nama telaga
cinta. Telaga adalah semacam danau yang kecil dimana sinar matahari bahkan
dapat mencapai dasarnya atau sebuah kenampakan alam yang ada atau yang
terakumulasi disuatu tempat di permukiman bumi. Telaga juga sekumpulan air
yang terbendung disuatu lubangan kecil dipermukaan bumi. Telaga memiliki
dua macam, yaitu telaga alami dan adapula telaga yang buatan.

Telaga di dekat daerah rumah saya disebut telaga cinta karena


bentuknya yang seperti hati atau love. Letak telaga ini berada di pertikungan
jalan. Konon dahulu di telaga tersebut terdapat sepasang kekasih yang mati
bunuh diri bersama karena tidak mendapat restu dari orang tua mereka, tetapi
tidak begitu jelas kejadiaan tersebut bahkan tidak diketahui mayatnya ditemukan
atau tidak.

Namun jika pagi dan sore hari telaga ini sering di datangi warga untuk
memancing ikan sambil ngopi dan juga ada para lansia yang datang untuk
menghilangkan kejenuhan mereka sambil berjalan-jalan dan olahraga pagi. Di
telaga ini pohonnya sangat rindang-rindang sehingga cocok untuk para lansia
yang ingin menghirup udara segar karena kerindangan pohonnya menciptakan
udara yang sejuk dan nyaman yang baik untuk lansia bahkan untuk para bayi
dan balita. Sebenarnya telaga ini juga berguna untuk mempererat tali
silahturahmi antar warga, dari telaga ini mereka bertemu dan saling sapa.

Namun mitosnya jika malam hari warga menghindari untuk melewati


telaga cinta ini, karena banyak warga yang menyebut telaga cinta ini sebagai
telaga yang tergolong angker. Karena letaknya yang berada dipertikungan jalan
yang licin dan telaga ini juga minim penerangan membuat banyak kejadian
kecelakaan di area telaga ini.
Beberapa warga yang melewati telaga ini pada dini hari atau tengah
malam sering dinampaki sosok-sosok makhluk halus yang sering menggoda
warga sekitar sehingga jarang ada warga yang berani melewati telaga itu pada
malam hari. Sebagian warga meyakini sosok-sosok makhluk halus itu adalah
sepasang kekasih yang bunuh diri pada zaman dahulu.

Namun sekarang telaga ini diperbaiki dan diubah menjadi waduk oleh
masyarakat sekitar serta pemerintah kota Surabaya, agar dapat menghilangkan
kesan atau isu-isu negatif yang beredar tentang telaga ini. Warga juga meminta
kepada pihak pemda melalui dinas agar ada taman kota dan taman bermain bagi
anak-anak, karena mengingat masih minim taman di daerah Surabaya Barat ini
yang ramah untuk keluarga dan anak-anak.

Sekarang pohon-pohon di telaga ini ditebangi agar terlihat tidak suram


lagi, kemudian telaga dibuat menjadi waduk dan di cat warna-warni hingga
menarik. Area tersebut sekarang sudah tidak minim penerangan, bahkan telah
dibangun warung kopi di depan waduk tersebut yang menjadi tempat cangkruk
para warga. Tetapi kebiasaan memancing para warga di pagi dan sore hari masih
tetap dilaksanakan di waduk tersebut, para warga sekarang juga tidak ada yang
takut lagi untuk melewati jalan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai