Kemajuan dan kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh seberapa tinggi dan maju
pendidikan warga negara suatu bangsa tersebut. Dalam upaya merealisasikan hal tersebut,
pemerintah telah berupaya memangkas angka putus sekolah dengan mengeluarkan kebijakan
wajib belajar 12 tahun bagi masyarakatnya, hal ini menjadi harapan bahwa masyarakat minimal
dapat mengenyam pendidikan setara Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kebijakan ini terbukti dapat menigkatkan jumlah yang melanjutkan pendidikan tinggi ke
Perguruan Tinggi. Namun peningkatan ini tidak diikitu dengan kualitas dan jumlah dosen.
Menurut Direktur Jendral Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Ali Ghufron Mukti, setiap tahun terdapat 1200-2000 dosen pensiun, sementara pengangkatan
dosen oleh pemerintah tidak ada selama tiga tahun terakhir
(https://kompas.com/nasional/read/2017/06/06/17073721/krisis.dosen.hantui.perguruan.tinggi).
Salah satu Perguruan Tinggi yang mengalami kekurangan dosen adalah Universitas Teknologi
Sumbawa.
Selain itu juga saya aktif mengikuti lomba keluar daerah seperti lomba karya tulis
kewirausahaan pada Jambore HITMI se-Asean di Universitas Telkom Bandung tahun 2016,
ajang ini merupakan acara jambore yang dirangkaikan dengan perlombaan karya tulis, dan karya
tulis saya tentang inovasi “sambal masin” terpilih untuk dilombakan di ajang jambore HIPMI
tersebut. Selain itu juga saya mewakili Universitas Mataram pada ajang MTQ Nasional di
Universitas Indonesia tahun 2015 dan di Universitas Brawijaya Malang tahun 2017. Ini suatu
pengalaman berharga bagi saya karena saya telah melewati seleksi yang ketat dan tetunya
perwakilan ini juga merupakan kontribusi saya bagi Universitas Mataram.
Selepas wisuda saya langsung diterima bekerja di Bank Rakyat Indonesia, saya sudah
bekerja kurang lebih 1 tahun lebih sampai sekarang, bekerja di perusahaan dengan laba terbesar
di indonesia melatih pekerjanya untuk bekerja secara teliti, cepat, kreatif, dan mampu bertahan
dibawah tekanan target. Namun pada dasarnya saya tidak tertarik melanjutkan karier saya di
BRI, gaji yang besar dan pristese bukan tujuan utama saya. Tujuan utama saya adalah
borkontribusi dalam hal menciptakan sumber daya yang mampu bersaing untuk kemajuan negara
Republik Indonesia. Sesuai dengan harapan ditahun 2045 Indonesia memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas, tentunya dosen merupakan profesi yang dapat mewujudkan itu.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas, 2017, Krisis Dosen Hantui Perguruan Tinggi, dilihat pada 25 Juli 2019,
http://kompas.com/nasional/read/2017/06/06/17073721/krisis.dosen.hantui.perguruan.tinggi