Pemasaran:
Jl. Gunung Sahari III/7 Jakarta-10610
Telp. (021) 4204402, 4255354
Faks. (021) 4214821
ISBN 978-602-216-027-4
I
ndonesia Membumi bukanlah sebuah gerakan, melainkan
sebuah inisiatif yang dirancang KPK dan Ikapi (Ikatan
Penerbit Indonesia) sebagai singkatan dari Indonesia
Menggagas dan Menerbitkan Buku Melawan Korupsi.
Buku, seperti kata Mochtar Lubis, adalah senjata kukuh
dan berdaya hebat untuk melakukan serangan maupun
pertahanan terhadap perubahan sosial dan perubahan
nilai-nilai kemanusiaan-kemasyarakatan.
Indonesia Membumi telah menabuh genderang perang
terhadap KORUPSI melalui literasi wacana ANTI-
KORUPSI. Faktanya korupsi telah mulai mengubah tatan-
an sosial dan nilai-nilai kemasyarakatan bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia tidak boleh dibuai sehingga mengganggap
kejahatan korupsi adalah sesuatu yang biasa.
Untuk itu, Indonesia Membumi memilih buku sebagai
http://facebook.com/indonesiapustaka
10
11
12
13
14
bapakku meninggal.”
“Turut berduka untuk bapakmu.”
“Thanks.”
15
16
17
18
19
20
kok.”
“Aku nggak percaya dia ninggalin aku.”
“Salwa. Ada yang pergi karena akan ada yang datang.
Dan, kamu tetaplah berharga. Kamu akan bertemu sese-
21
23
24
25
26
27
Salwa.
Di satu sisi, kamu tidak menyukaiku karena Bapakku
kamu anggap sebagai penyebab terjadinya nasib
http://facebook.com/indonesiapustaka
28
29
30
Salwa,
http://facebook.com/indonesiapustaka
31
32
Panji
33
34
35
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
“Iya.”
“Apa yang dia lakukan?” Danu duduk di sebelah Amelia.
“Ini menjijikkan.”
“Apa?”
3 Ini bagus lho, baju kakakmu ketika menikah.
47
48
49
50
51
52
negeri sipil.
Dalam keseluruhan proses yang tidak singkat itu, Danu-
Larasati jadi sering bertemu hingga cinta bersemi di hati
mereka.
53
54
55
56
57
58
59
60
62
8 Anak masih kecil sudah kurang ajar, tidak diajari tata krama, ya. Yang
berutang kok lebih galak, ya.
9 Sudahlah, Nak, yuk buruan dimakan
10 Saya ikut Kak Bowo di kota ya, Mak.
11 Di kota mau apa? Nanti emak sama siapa?
12 Kerja, Mak, buat sekolah. Emak, ya, sama Endang dan Prayit.
13 Jangan jauh-jauh, Nak. Semua sudah jauh, kamu mau pergi juga.
63
64
meninggalkannya.
17 Urus kambing ini ya, Nu. Ini sepasang, jantan dan betina. Nanti pasti
beranak-pinak, bisa buat kurban, bisa untuk sekolahmu nanti masuk
es-em-pe.
18 Aku mau ke Jakarta.
19 Sudahlah, Nak. Kamu di sini saja, menemani emak.
65
66
67
68
69
sisi kiri, kanan, dan bagian tengah. Kain itu berfungsi jadi
pintu.
“Nah, kamu tidur di sini,” Bowo tersenyum pada Danu.
“Matur nuwun, Kang.”
27 Kamu ke sini sendiri?
28 Aku mau sekolah di sini, Kak.
70
71
Supiyah.
29 Anaknya sudah pada ke Jakarta, kok masih repot-repot mencari kayu
bakar to, Mbak.
30 Ya tidak apa-apa. Yang di Jakarta, kan, anaknya, emaknya ya begini ini
pekerjaannya.
31 Iya. Jangan mencela saja. Urus suami sendiri-sendiri.
32 Lha iya. Orang kan beda-beda, macam-macam.
72
73
39 Tapi Danu itu masih kecil, kalau kakaknya, kan, sudah besar-besar.
40 Sudah, yang penting selamat. Anak itu tidak bisa dipaksa.
41 Kenapa ya anak-anak tidak ada yang kerasan di sini. Memang aku ya
http://facebook.com/indonesiapustaka
74
75
76
77
mana-mana.
“Terno iki neng mae48 Bang Karjo,” Bowo menunjuk
segerobak buku bekas.
46 Kamu capek tidak, Nu?
47 Kenapa.
48 Antar itu ke rumah.
78
79
80
49 Makanya kalau sudah jadi orang, jangan nggak benar, itulah akibatnya.
50 Tidak menyangka ya, padahal waktu kecil, anak itu kelihatan baik,
pintar betul.
51 Ya begitulah, manusia itu mudah lupa.
81
82
84
85
86
87
dengannya.”
“Salwa, ngadepin orang nyebelin kayak Antoni itu kita
mesti tetep cool.”
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
1 00
101
1 02
103
1 04
105
1 06
107
1 08
ketuk-ketuk pintu.
Salwa menyusuri koridor menuju kamar Danu.
Sepanjang koridor, dia melihat tingkah polah penderita
gangguan jiwa. Ada yang berjalan mondar-mandir seperti
setrikaan. Ada yang tertawa-tawa sendiri sambil menunduk.
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
1 20
121
1 22
123
1 24
keluar ruangan.
Wisnu kembali ke mejanya dan menelepon Farhan,
teman kuliah yang kemudian menjadi aktivis yang
konsen mengamati ‘kebersihan’ lembaga-lembaga negara.
Farhan tidak asal bicara. Farhan menunjukkan data-data
125
1 26
127
menggebrak meja)
1 28
129
1 30
131
1 32
133
mending nggak usah deh. Kalau loe masih bisa jalan sendiri
dengan teman-teman yang netral, mending jalanin itu dulu.
Loe juga nggak pengin cepat melesat dalam waktu singkat
kan? Jangan sampai majalah loe disusupi kepentingan
pragmatis, kepentingan sesaat.
1 34
135
menatap tembok.
“Danu,” suara Larasati seperti tercekat di tenggorokan.
Danu tidak bereaksi.
Salwa melepas kalung dan memberikannya pada
Larasati.
Larasati melakukan hal sama yang pernah dilakukan
Salwa. Dia letakkan kalung itu di genggaman tangan
Danu. Beberapa menit kemudian jemari Danu bergerak-
gerak. Dia remas-remas kalung itu kemudian membuka
genggamannya, dan dengan kedua tangannya dia regangkan
kalung itu.
“Bintang. Larasati, Larasati…” Danu menangis tergugu.
“Danu,” Larasati mendongakkan wajah Danu yang ter-
tunduk.
Kini mata mereka beradu.
Melihat wajah Larasati, Danu bagaikan lampu neon yang
menyala sangat terang. Danu mendapatkan setitik kesa
daran. “Aku tahu kamu akan datang, Laras. Kamu bintang
yang menerangi jalan hidupku,” suara Danu lemah. Detik
berikutnya napasnya tersengal-sengal. Larasati, Salwa, dan
Panji membimbing Danu untuk berbaring di atas kasur.
Suster dan dokter datang untuk memberikan pertolong-
http://facebook.com/indonesiapustaka
137
1 38
139
1 40
141
1 42
143
1 44
145
1 46
147
1 48
149
1 50
151
mengucap salam.
Para jamaah bangkit dari duduk dan pulang ke rumah
masing-masing.
Mendekati rumah Supiyah, Salwa bicara pelan pada
Larasati. “Mam, aku ingin bicara bentar.”
1 52
leave it.”
“Mami memilih pergi.”
153
1 54
1 56
157
1 58
159
160
161
malam ini?”
“Bicara dengan Mama di kamar. Mama saya tidak bisa
bicara, tapi daya ingatnya masih baik dan tangannya masih
bisa bergerak walaupun lemah. Pendengarannya juga masih
162
163
164
165
166
167
168
omelan-omelan Mama.”
“Cukup untuk saat ini.”
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
mana?”
“Neng Zelda kan ada di ruang keluarga, bersama
kakak-kakaknya. Saya tidak boleh jauh-jauh darinya.
Jadi, saya duduk tak jauh dari Neng Zelda. Perkelahian
Neng Malinda dengan Neng Larasati itu membuat Zelda
183
184
185
186
187
188
189
190
191
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
tanganku.”
“Bisa jadi itu waktu baginya naik kelas.”
“Bila seperti itu akan menyenangkan.”
“Iya. Ronny manajer public relation yang sekarang
sangat bisa diandalkan. Dia sangat potensial, sangat layak
205
206
207
208
TAMAT
http://facebook.com/indonesiapustaka
209
ARIMBI BIMOSENO
21 0