Anda di halaman 1dari 9

Pada tahun 1945 Frank Wilcoxon mengusulkan suatu cara nonparametrik yang amat

sederhana untuk membandingkan dua populasi kontinu bila hanya tersedia sampel bebas
yang sedikit dan kedua populasi asalnya tidak normal. Uji ini digunakan untuk menguji
kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan atau dapat juga untuk penelitian
sebelum dan sesudah. Dalam uji ini ingin diketahui manakah yang lebih besar dari antara
pasangan. Cara ini sekarang dinamakan uji Wilcoxon atau Uji Ranking Bertanda Wilcoxon.
Merupakan penyempurnaan dari uji tanda. Uji Wilcoxon ini hampir sama dengan Uji Tanda
tetapi besarnya selisih nilai angka antara positif dan negatif diperhitungkan, dan digunakan
untuk menguji hipotesis komparatif 2 sampel berpasangan. Uji wilcoxon lebih peka
daripada uji tanda dalam menentukan perbedaan antara rataan populasi dan karena itu
akan dibahas secara mendalam. Jika sampel berpasangan lebih besar dari 25, maka
distribusinya dianggap akan mendekati distribusi normal. Untuk itu digunakan Z sebagai Uji
Statistiknya. Silahkan lihat uji t berpasangan.

Asumsi-asumsi:
1. Menggunakan data berpasangan dan berasal dari populasi yang sama. ini sama dengan
tujuan dari uji t berpasangan.
2. Setiap pasangan dipilih secara acak dan independent. Maksudnya ini dalam
pengambilan sampel tidak subjektif atau asal ambil. tapi pengambilan sampelnya
secara acak.
3. Skala pengukurannya minimal ordinal. dan tidak butuh asumsi normalitas. Inilah yang
membedakan dengan uji t berpasangan. disini ada dua keadaan dalam menggunakan
wilcoxon. Pertama. ketika data yang digunakan ordinal maka pakai wilcoxon. kasus
kedua ketika datanya tuh interval atau rasio maka pertama kali lihat dulu apakah
normal atau tidak. kalau normal pakai uji t berpasangan dan jika tidak normal baru
pakai wilcoxon. untuk uji normalnya bisal lihat disini. uji normalitas. Beberapa
peneliti juga mengatakan ketika data yang digunakan lebih dari 25, ada juga yang
mengatakan lebih dari 30. maka pakai uji t berpasangan. alasannya dengan data yang
30 (dikatakan sampel besar) itu akan mendekati data normal. Jadi silahkan pilih
dengan bijak.

Langkah- Langkah Pengujian :


1. Berikan jenjang (rank) untuk tiap beda dari pasangan pengamatan (yi – xi) sesuai
dengan besarnya, dari yang terkecil sampai terbesar tanpa memperhatikan tanda dari
beda itu (nilai beda absolut).
2. Bila ada dua atau lebih beda yang sama, maka jenjang untuk tiap-tiap beda itu adalah
jenjang rata-rata
3. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap beda sesuai dengan tanda
dari beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan
4. Jumlahkan semua jenjang bertanda positif atau negatif, tergantung dari mana yang
memberikan jumlah yang lebih kecil setelah tandanya dihilangkan. Notasi jumlah
jenjang yang lebih kecil ini dengan T
5. Bandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai t uji wilcoxon

HIPOTESIS:
H0 : dua populasi adalah sama
H1 : dua populasi tidak sama

Artinya: Sesuai dengan tujuan yaitu ingin melihat apakah ada perbedaan atau tidak antar dua
populasi sesuai dengan tujuan kita. Nah, jawabannya tuh ada dua yaitu antara kedua populasi
sama atau tidak. jawaban diperoleh dari uji yang akan digunakan.

Kaidah keputusan
H0 diterima apabila t ≥ tα
H0 ditolak apabila t < tα
Note: nilai t ini diperoleh dari rumus yang digunakan dalam uji wilcoxon sedangkan tα
diperoleh dari t tabel khusus wilcoxon, bagi yang pengen lihat bisa didownload disini tabel
wilcoxon.

Contoh kasus dalam penggunaan uji rangking bertanda


wilcoxon
Seorang dokter ingin melakukan penelitian ingin melihat pengaruh dari suatu obat. Delapan
orang pasien yang diambil secara acak diukur kapasitas pernapasannya sebelum dan sesudah
diberikan obat tertentu. . Hasilnya sebagai berikut :

Pasien A B C D E F G H

Sebelum 2750 2360 2950 2830 2250 2680 2720 2810

Sesudah 2850 2380 2930 2860 2300 2640 2760 2800


dengan menggunakan α = 0,05

Penyelesaian:

Identifikasi:

Sebelum melakukan analisisnya pertama kali yaitu identifikasi metode yang akan digunakan.
Pertama kita lihat dari tujuannya yaitu membandingkan dua populasi yaitu sebelum dan
sesudah menggunakan obat. artinya kita ingin melihat perbedaan populasi yang
berpasangan karena menggunakan sebelum dan sesudah dengan sampel yang sama. Dari
satu kita bisa menggunakan uji t berpasangan atau uji wilcoxon.

Kedua: identifikasi skala data yang digunakan. ada 4 skala yang digunakan dalam statistik
yaitu nominal, ordinal, interval rasio. ketika data yang digunakan ordinal maka pakai
wilcoxon. kasus kedua ketika datanya tuh interval atau rasio maka pertama kali lihat dulu
apakah normal atau tidak. kalau normal pakai uji t berpasangan dan jika tidak normal baru
pakai wilcoxon.

Hipotesis:
H0 : Tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan obat
H1 : Ada perbedaaan sebelum dan sesudah menggunakan obat

Taraf nyata dan nilai T tabelnya

α = 0,05 dengan n =8
tabel wilcoxon T = 3. (diperoleh dari tabel wilcoxon)

Kriteria Pengujian

H0 diterima apabila nilai uji statistik ≥ dari t tabel yaitu 3.


H0 ditolak apabila nilai uji statistik < dari t tabel yaitu 3.

Nilai uji statistik

Pasien Sebelum Sesudah selisih (d) Peringkat

A 2750 2850 -100 -8

B 2360 2380 -20 -2,5

C 2950 2930 20 2,5

D 2830 2860 -30 -4

E 2250 2300 -50 -7

F 2680 2640 40 5,5

G 2720 2760 -40 -5,5

H 2810 2800 10 1

Dari perhitungan tabel di atas mungkin dah pada ngerti. tapi disini saya mengulangi sedikit
saja. untuk bagian peringkat itu didapatkan dari peringkat dari nilai selisih. pertama dari nilai
selisih itu dimutlakkan artinya semuanya dibuat postif. kemudian diurutkan dari nilai paling
kecil. Dari nilai itu diurutkan peringkat dari nilai terkecil. ketika ada nilai yang sama dirata-
ratakan saja peringkatnya seperti contoh diatas. kemudian nilai negatif itu diperoleh dari
tanda yang ada pada kolom selisih.

Langkah selanjutnya yaitu menjumlahkan nilai berdasarkan tanda.


Untuk tanda positif: 2,5 +5,5 +1 = 9
Untuk tanda negatif 8 + 2,5 + 4 + 7 +5,5 = 27

Untuk melihat nilai uji statistiknya yaitu dari nilai terkecil dari nilai tersebut yaitu tanda
positif 9. sehingga nilai statistiknya 9.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh hasil bahwa nilai uji statistik ≥ dari t tabel. yaitu 9 ≥ 3.
sehingga berdasarkan kriteria pengujian diperoleh hasil terima H0. sehingga disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan obat.

Nilai kritis T pada Uji Tanda-peringkat Berpasangan Wilcoxon

n =0,005 =0,01 =0,025 =0,05 n =0,005 =0,01 =0,025 =0,05

1 26 76 85 98 110

2 27 84 93 107 120

3 28 92 102 117 130

4 29 100 111 127 141

5 1 30 109 120 137 152

6 1 2 31 118 130 148 163

7 2 4 32 128 141 159 175

8 2 4 6 33 138 151 171 188

9 2 3 6 8 34 149 162 183 201

10 3 5 8 11 35 160 174 195 214

11 5 7 11 14 36 171 186 208 228

12 7 10 14 17 37 183 198 222 242

13 10 13 17 21 38 195 211 235 256

14 13 16 21 26 39 208 224 250 271

15 16 20 25 30 40 221 238 264 287

16 19 24 30 36 41 234 252 279 303

17 23 28 35 41 42 248 267 295 319

18 28 33 40 47 43 262 281 311 336

19 32 38 46 54 44 277 297 327 353

20 37 43 52 60 45 292 313 344 371

21 43 49 59 68 46 307 329 361 389

22 49 56 66 75 47 323 345 379 208

23 55 62 73 83 48 339 362 397 427

24 61 69 81 92 49 356 380 415 446

25 68 77 90 101 50 373 398 434 466


PENDAHULUAN
Tes Wilcoxon signed-rank adalah sebuah tes hipotesis non-parametrik statistik yang
digunakan ketika membandingkan dua sampel yang berhubungan atau pengukuran ulang
pada sampel tunggal untuk menilai apakah populasi mereka berarti berbeda (yakni
merupakan uji perbedaan pasangan).
Pada tahun 1945 Frank Wilcoxon mengusulkan suatu cara nonparametrik yang amat
sederhana untuk membandingkan dua populasi kontinu bila hanya tersedia sampel bebas
yang sedikit dan kedua populasi asalnya tidak normal. Uji ini digunakan untuk menguji
kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan atau dapat juga untuk penelitian
sebelum dan sesudah. Dalam uji ini ingin diketahui manakah yang lebih besar dari antara
pasangan. Cara ini sekarang dinamakan uji Wilcoxon atau Uji Ranking Bertanda Wilcoxon.
Merupakan penyempurnaan dari uji tanda. Uji Wilcoxon ini hampir sama dengan Uji Tanda
tetapi besarnya selisih nilai angka antara positif dan negatif diperhitungkan, dan digunakan
untuk menguji hipotesis komparatif 2 sampel berpasangan. Uji wilcoxon lebih peka
daripada uji tanda dalam menentukan perbedaan antara rataan populasi dan karena itu
akan dibahas secara mendalam. Jika sampel berpasangan lebih besar dari 25, maka
distribusinya dianggap akan mendekati distribusi normal. Untuk itu digunakan Z sebagai Uji
Statistiknya.
2. Kegunaan/fungsi uji wilcoxon :
a. Menguji perbedaan suatu perlakuan pada sampel berpasangan
b. Alternatif pengganti dari T- Paired data berpasangan
3. Syarat penggunaan uji wilcoxon :
a. Data berpasangan, skala ordinal, intervaldan ratio
b. Populasi / sampel berpasangan.
c. Signifikansi, nilai Z dibandingkan dengan tabel kurva normal, Ho ditolak bila Zhitung ≥Z
tabel, Ho diterima bila Zhitung < Z tabel.

4. Langkah- Langkah Pengujian :


1. Berikan jenjang (rank) untuk tiap beda dari pasangan pengamatan (yi – xi) sesuai dengan
besarnya, dari yang terkecil sampai terbesar tanpa memperhatikan tanda dari beda itu (nilai
beda absolut). Bila ada dua atau lebih beda yang sama, maka jenjang untuk tiap-tiap beda itu
adalah jenjang rata-rata
2. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap beda sesuai dengan tanda dari
beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan

3. Jumlahkan semua jenjang bertanda positif atau negatif, tergantung dari mana yang
memberikan jumlah yang lebih kecil setelah tandanya dihilangkan. Notasi jumlah jenjang
yang lebih kecil ini dengan T

4. Bandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai t uji wilcoxon

Rumus Uji Wilcoxon :

Dimana :
T = Jumlah ranking bertanda terkecil
N = banyaknya pasang yang tidak sama nilainya

5. Contoh Kasus

Suatu penelitian terhadap pasangan yang identik dengan perbedaan seorang selalu memakan
makanan bergizi besi sedangkan yang lain selalu mengkonsumsi suplemen tablet besi,
didapatkan data sebagai berikut :

Pasangan Makanan bergizi besi Suplemen tablet besi


I 10.0 11.5
II 11.5 10.0
III 9.5 9.5
IV 9.5 10.0
V 10.0 12.0
VI 11.5 12.5
VII 9.0 11.0
VIII 10.5 9.0
IX 11.5 10.5
X 12.0 11.5

Selidiki dengan α = 10 %, apakah ada perbedaan Hb darah tiap pasangan yang memakan
makanan bergizi dan mengkonsumsi tablet besi ?
Penyelesaian :

Hipotesis :
1. H0 : MB TB = Tidak berbeda Hb tiap pasangan yang memakan makanan bergizi dan
mengkonsumsi tablet besi
2. Ha : MB ≠ TB = ada perbedaan Hb tiap pasangan yang memakan makanan bergizi dan
mengkonsumsi tablet besi

Level signifikasi
α = 10 % = 0.10 → 0.05
Rumus :

PASANGAN MAKANAN SUPLEMEN D RANKING RANKING


BERGIZI TABLET (TB- D TANDA
BESI BESI GB) + -
I 10,0 11,5 1,5 6,0 6,0
II 11,5 10,0 -1,5 6,0 -6,0
III 9,5 9,5 0,0 0,0
IV 9,5 10,0 0,5 1,5 1,5
V 10,0 12,0 2,0 8,5 8,5
VI 11,5 12,5 1,0 3,5 3,5
VII 9,0 11,0 2,0 8,5 8,5
VIII 10,5 9,0 -1,5 6,0 -6,0
IX 11,5 10,5 -1,0 3,5 -3,5
X 12 11,5 0,5 1,5 -1,5
JUMLAH 28,0 17,0

 Df/dk/db
Db tidak duperlukan

 Nilai tabel
Z tabel α=0,10 uji dua sisi α=0,05 nilai Z tabel=1,65 dapat menggunakan tabel Wilcoxon

 Daerah penolakan
Menggunakan rumus
Ι0,6517Ι < Ι1,65Ι, berarti Ho diterima, Ha ditolak

 Simpulan
Tidak berbeda Hb tiap pasangan yang memakan makanan bergizi dan mengkonsumsi tablet
besi, pada α=10% (p>0,10)

Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam tahun 1945 merupakan
penyempurnaan dari “Uji Tanda” yakni di samping memperhatikan tanda positif dan negatif, besarnya
perbedaan juga diperhatikan. Uji ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan
dengan skor data yang minimal berskala ordinal atau juga untuk penelitian dengan data sebelum dan sesudah.
Anggapan yang diperlukan dalam penggunaan uji bertanda Wilcoxon adalah bahwa pasangan data diambil
secara acak dan tiap-tiap perbedaan antara pasangan skor (di) (distribusi populasi) yang simetris (Djarwanto,
1996).Asumsi-asumsi uji ini adalah :a. Data untuk analisis terdiri atas n buah beda D i = Yi – Xi . Setiap
pasangan hasil pengukuran (Xi , Yi) diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang sama atau terhadap subjek-
subjek yang telah dijodohkan menurut suatu variabel atau lebih. Pasangan-pasangan (Xi , Yi) dalam sampel ini
diperoleh secara acak.b. Selisih variabel (Yi – Xi) mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu variabel acak
yang kontinu.c. Distribusi populasi (di) tersebut setangkup (simetri).Hipotesis nihil (H0) yang akan diuji
mengatakan bahwa dua populasi identik. Apabila H0 benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang
bertanda positif kira-kira akan seimbang dengan jumlah jenjang yang bertanda negatif. Jika dua Universitas
Sumatera Utara
jumlah jenjang tersebut sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain dapatlah disimpulkan bahwa dua
populasi itu tidak identik, dan dengan demikian kita menolak H 0. Dengan perkataan lain H0 ditolak jika salah
satu jumlah jenjang positif atau negatif sangat kecil (Djarwanto, 1996).Uji jenjang bertanda Wilcoxon dapat
didasarkan pada sampel kecil (n ≤ 25) atau didasarkan pada sampel besar (n ≥ 25). Untuk sampel kecil,
pengujian didasarkan pada nilai T. Nilai T adalah jumlah yang lebih kecil antara jumlah jenjang positif dengan
jumlah jejang negatif. Nilai T dapat dilihat pada tabel harga kritis T dalam tes ranking bertanda data
berpasangan Wilcoxon dengan taraf signifikasi 0.05, 0.02, dan 0.01 untuk pengujian satu sisi atau dua sisi.
Untuk sampel besar, pengujiannya dilakukan dengan pendekatan distribusi normal, dimana mean dan standar
deviasi dari distribusi sampling nilai T dihitung dengan rumus (Djarwanto, 1996):Mean = 4)1(+=nnTμStandar
Deviasi : 24)12)(1(++=nnnTσHarga uji statistik Z = TTTσμ−Z = 24)12)(1(4)1(+++−nnnnnTUniversitas Sumatera
Utara
Langkah- langkah untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon diringkaskan sebagai berikut : (Djarwanto,
1996)1.Untuk setiap pasangan skor hitunglah beda atau selisihnya (d i). Beda ini bisa positif dan bisa
negatif.2.Berikan jenjang harga-harga di tanpa memperhatikan tandanya, dari yang terkecil sampai yang
terbesar. Bila ada harga-harga d yang sama maka hitunglah jenjang rata-ratanya.3.Bubuhkan tanda positif atau
negatif pada jenjang untuk tiap-tiap beda sesuai dengan tanda dari beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan. Bila
terdapat beda 0, tetapkan kembali n yaitu banyak total harga d yang memiliki tanda.4.Tetapkan nilai T yaitu
jumlah yang lebih kecil dari dua kelompok jejang yang memiliki tanda yang sama, positif atau
negatif.5.Prosedur yang digunakan dalam menetapkan signifikansi harga T sampel, tergantung pada besarnya n
:a.Apabila n ≤ 25, tabel harga-harga nilai kritis T menyajikan harga-harga T untuk berbagai ukuran n (n≤25).
Jika harga T observasi < nilai T tabel maka H no l ditolak.b.Apabila n > 25, harga H 0 diuji dengan
menggunakan pendekatan kurve normal.Universitas Sumatera Utara
2.2 Uji Walsh

Uji wilcoxon berpasangan dikembangkan pada tahun 1940-an oleh Dr. Frank Wilcoxon. Dia yang memulai uji
statistik nonparametrik pertama pada tahun 1945. Dua tahun kemudian, dua ekonom. Dr.Henry B. Mann dan Dr.
D Ranson Whitney. Adalah seseorang mahasiswa pascasarjana pada saat itu, memperkenalkan pendekatan
statistik mereka (Mann dan Whitney, 1947). Wilcoxon memulai karirnya sebagai seorang ahli kimia setelah
mendapatkan gelar PhD di bidang kimia fisik dari Cornell University pada tahun 1924. Dia tidak pernah
bermaksud untuk memulai jalan baru dalam analisis statistik tetapi dihadapkan pada masalah analisis data yang
tidak bisa dipecahkan dengan menggunakan statistik parametrik yang ada pada saat ini, ia mengembangkan
tekniknya sendiri. Dia mempublikasikan hasil-hasil dalam biosemetris Bulletin pada 1945. Sebagai hasil dari
perkembangan ini, Wilcoxon beralih dari bidang kimia ke statistik dan menghabiskan 5 tahun terakhirnya di
Departemen Statistik di Florida State University (Salburg, 2001.

Desain pretest/postest dan mached-pairs (berpasangan) adalah penelitian umum yang digunakan untuk
penelitian pelayanan kesehatan. Dalam kedua desain data dipasangkan yaitu pengukuran variabel yang sama di
dua titik yang berbeda dibandingkan. Variabel dapat diukur pada orang yang sama pada dua orang yang berbeda
yang “dicocokkan” pada beberapa kondisi (misalnya, usis, jenis kelamin, kembar). Desain pretest/postest
digunakan dalam penelitian yang menguji pengaruh intevensi pada variabel dengan membandingkan nilai
postest setelah intervensi dengan nilai pretest sebelum intervensi.

Uji Wilcoxon berpasangan adalah uji nonparametrik yang mirip dengan uji t berpasangan, tetapi
membandingkan median dari dua kelompok yang berkorelasi. Pada dasarnya, informasi yang sama diberikan
oleh kedua uji ini.

Uji wilcoxon berpasangan merupakan uji non parametrik yang digunakan untuk menentukan apakah ada
hubungan antara dua ukuran yang berkorelasi dari variabel yang sama di mana skala pengukuran variabelnya
setidaknya ordinal. Uji ini dapat digunakan dalam situasi dimana asumsi untuk uji berpasangan tidak terpenuhi
(misalnya, ukuran sampel kecil, dan tidak berdistribusi nornmal, tingkat pengukuran minimal ordinal). Uji
Wilcoxon berpasangan menguji hipotesis nol bahwa median dari dua kelompok berkorelasi sama.

Anda mungkin juga menyukai