Anda di halaman 1dari 39

MACAM DAN JENIS TEKNIK DALAM BERKARYA SENI

RUPA 2 DAN 3 DIMENSI

XII MIPA 3

SMA NEGERI 1 MAJALENGKA

TAHUN AJARAN 2019/2020


DATA PENULIS

Nama : Fadhila Fairuz Zulfa K

Tempat, Tanggal lahir : Majalengka, 11 April 2002

Hobi : Membaca komik, menonton youtube

Alamat : Loji, Jatiwangi


Nama : Merisha Via Fandini

Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 11 juni 2002

Hobi : Membaca novel, mengarang

Alamat : Kulur
Nama : Mufidah Aulia Nurulazizah

Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 30 Juli 2001

Hobi : Jalan – jalan

Alamat : Argapura, Majalengka


Nama : Neisya Zahrotun Awwaliah

Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 14 Januari 2002

Hobi : Bersepeda

Alamat : Perum BCA


Nama : Rika Ayu N

Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 23 November 2001

Hobi : Nonton drakor

Alamat : Blok Bodas, RT/RW 002/008, Jatimulya, Kasokandel


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah :

“Macam dan Jenis Teknik dalam Berkarya Seni Rupa 2 dan 3 Dimensi”

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti

Tugas Seni Budaya Tahun Ajaran 2019/2020

Disusun oleh :

Fadhila Fairuz Zulfa k.

Merisha Via fandini

Mufidah Aulia N. A.

Neisya Zahrotun A.

Rika Ayu N.

Wali Kelas Guru Seni Budaya

Hamid Kamar, S.Pd., M.Pd. H. Yaya Warlia, S.Pd., M.Pd.

Pengesahan

Kepala SMA Negeri 1 Majalengka

Hj. Aah Suniah, S.Pd.


ABSTRAKSI

Tulisan ini mencoba untuk menganalisis dan mencari tahu macam dan teknik dalam
berkarya seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi. Beberapa contoh teknik yang digunakan oleh seniman
adalah teknik las, teknik tempera, teknik arsir, teknik arsir, teknik membangun, dan teknik
menenun. Keenam teknik tersebut sudah dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Teknik –
teknik dalam berkarya seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi semakin berkembang dari tahun ke tahun.
Teknik las yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan
logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan
menghasilkan sambungan yang continue. Teknik tempera yaitu medium lukisan kekal cepat kering
yang terdiri daripada pigmen pewarna dicampur dengan medium pengikat larut air (biasanya bahan
seperti kuning telur atau yang lain) tempera juga merujuk kepada lukisan yang dihasilkan
menggunakan medium ini. Teknik arsir yaitu adalah teknik dalam lukisan dan karya grafis yang
digunakan untuk memberikan efek warna maupun bayangan dengan membuat garis-garis paralel.
Jika garis-garis paralel ini ditimpa dengan garis-garis paralel lain yang saling berpotongan, maka
teknik ini menjadi cross hatching. Teknik cor yaitu suatu teknik dengan mencairkan bahan atau
membuat adonan terlebih dahulu kemudian dituangkan ke dalam cetakan agar menjadi sebuah karya
seni rupa. Teknik membangun/sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang
bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga
mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia. Teknik menenun merupakan teknik
dalam pembuatan kain yang dibuat dengan prinsip yang sederhana, yaitu dengan menggabungkan
benang secara memanjang dan melintang.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami dapat
menyelsaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat
sederhana.

Makalah ini berisikan tentang pengertian, perkembangan, jenis-jenis, proses dari macam-macam
teknik berkarya. Semoga makalah ini dapat dan juga berguna untukmenambha pengetahuan bagi
para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masuka-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini

Majalengka, 10 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Abstrak......................................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Tujuan.....................................................................................................................1

C. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................1

D. Manfaat...................................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN..........................................................................................2

1. Teknik Las...............................................................................................................2

2. Teknik Tempera......................................................................................................7

3. Teknik Arsir............................................................................................................11

4. Teknik Cor...............................................................................................................17

5. Teknik Membangun................................................................................................21

6. Teknik Menenun......................................................................................................26

BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN............................................................29

A. Kesimpulan...................................................................................................29

B. Saran.............................................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang kami menulis makalah ini ialah untuk menjelaskan karya seni rupa
dua dimensi secara lebih rinci. Penjelasan karya seni rupa dua dimensi akan meliputi media
dan teknik pemuatan. Di dalam makalah ini juga kami menampilkan gambar-gambar yang
merupakan contoh karya seni rupa dua dimensi.

B. Tujuan
Untuk mengetahui lebih luas dan mendalam mengenai berbagai teknik dalam
berkarya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dilakukan oleh masing-masing anggota dengan mengakses internet. Kemudian
disatukan dalam satu file menjadi sebuah makalah.
D. Manfaat
Memberi pengetahuan kepada setiap individu, mengenai berbagai teknik dalam
berkarya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Teknik Las (Fadhila Fairuz Zulfa K.)


A. Pengertian Teknik Las
a. Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan
atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
sambungan yang continue.
b. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40
jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara
menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-
atom molekul dari logam yang disambungkan.
c. Menurut American Welding Society, 1989, pengelasan adalah proses
penyambungan logam atau non logam yang dilakukan dengan memanaskan
material yang akan disambung hingga temperatur las yang dilakukan secara :
dengan atau tanpa menggunakan tekanan (pressure),hanya dengan tekanan
(pressure), atau dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi (filler)
d. Definisi pengelasan menurut British Standards Institution, 1983
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua atau lebih material dalam
keadaan plastis atau cair dengan menggunakan panas (heat) atau dengan
tekanan (pressure) atau keduanya. Logam pengisi (filler metal) dengan
temperatur lebur yang sama dengan titik lebur dari logam induk dapat atau
tanpa digunakan dalam proses penyambungan tersebut.
B. Sejarah Teknik Las
Para ahli sejarah memperkirakan bahwa orang Mesir kuno mulai
menggunakan pengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 SM.

2
Tahun 1892 gas asetilen ditemukan oleh Thomas Leopard Wetson. Campuran
gas asetilen dan oksigen dengan perbandingan dan tekanan tertentu bila dibakar akan
menghasilkan suhu yang cukup tinggi yang dapat mencairkan logam.
Cara ini dapat dilakukan oleh Brins bersaudara yaitu orang Perancis pada
tahun 1886. Sebagai alat pembakar gas asetilen dan oksigen yang dinamakan
brander, ditemukan oleh Fouche dan Picord. Alat ini mulai digunakan pada tahun
1901.
Setelah energi listrik ditemukan maka perkembangan proses pengelasan berjalan
dengan pesat. Pada tahun 1885 alat-alat las busur listrik ditemukan oleh Bernardes.
Tahun 1901-1903 Fouche dan Picard mengembangkan tangkai las yang dapat
digunakan dengan asetilen (gas karbit), sehingga sejak itu dimulailah zaman
pengelasan dan pemotongan oksi-asetilen (gas karbit oksigen).
Periode antara 1903 dan 1918 merupakan periode pemakaian las yang
terutama sebagai cara perbaikan, dan perkembangan yang paling pesat terjadi selama
Perang Dunia I (1914-1918).
Tahun 1936 Wasserman manemukan cara-cara pembrasingan yang
mempunyai kekuatan tinggi.
Tahun 1886 Thomas menemukan sistem las dengan tahanan listrik.
Kemudian pada tahun 1926 las hidrogen ditemukan oleh Lungumir dan las busur
listrik dengan pelindung gas mulia ditemukan oleh Hobart dan Dener.
Winterton menyebutkan bahwa benda seni orang Mesir yang dibuat pada
tahun 3000 SM terdiri dari bahan dasar tembaga dan emas hasil peleburan dan
pemukulan.
Asal mula pengelasan tahanan listrik {resistance welding) dimulai sekitar
tahun 1877 ketika Prof. Elihu Thompson memulai percobaan pembalikan polaritas
pada gulungan transformator, dia mendapat hak paten pertamanya pada tahun 1885
dan mesin las tumpul tahanan listrik {resistance butt welding) pertama diperagakan
di American Institute Fair pada tahun 1887. Pada tahun 1889, Coffin diberi hak
paten untuk pengelasan tumpul nyala partikel (flash-butt welding) yang menjadi satu
proses las tumpul yang
penting.
Pada waktu yang bersamaan, tahun 1877, ditemukan las tahanan (Resistance
Welding). Seorang ahli fisika dari Inggris, James Joule, diakui sebagai penemunya.

3
Zerner pada tahun 1885 memperkenalkan proses las busur nayala karbon
{carbon arc welding) dengan menggunakan dua elektroda karbon, dan N.G.
Slavinoff pada tahun 1888 di Rusia merupakan orang pertama yang menggunakan
proses busur nyala logam dengan memakai elektroda telanjang (tanpa lapisan).
Coffin yang bekerja secara terpisah juga menyelidiki proses busur nyala logam dan
mendapat hak paten Amerika.
Tahun 1892. Pada tahun 1889, A.P. Strohmeyer memperkenalkan konsep
elektroda logam yang dilapis untuk menghilangkan banyak masalah yang timbul
pada pemakaian elektroda telanjang.
Thomas Fletcher pada tahun 1887 memakai pipa tiup hidrogen dan oksigen
yang terbakar, serta menunjukkan bahwa ia dapat memotong atau mencairkan logam.
Pada Penggunaan & pengembangan teknologi las.
Pada tahun 1950, AL Chudikov, seorang ahli mesin dari Uni Sovyet,
mengemukakan hasil pengamatannya tentang teori tenaga mekanik dapat diubah
menjadi energi panas.
Benardes menggunakan alat-alat las busur pada tahun 1885, dengan elektroda
dibuat dari batang karbon atau grafit.
Pada tahun 1892, Slavianoff adalah orang pertama yang menggunakan kawat
logam elektroda yang turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik
yang terjadi.
Kjellberg menemukan kualitas sambungan menjadi lebih baik bila kawat
elektroda dibugkus dengan terak.
Pada tahun 1886, Thomson menciptakan proses las resistansi listrik.
Goldscmitt menemukan las termit dalam tahun 1895 dan, pada tahun 1901 las oksi
asetelin mulai digunakan oleh Fouche dan piccard. Pada tahun 1936 Wesserman
menemukan cara pembrasingan yang mempunyai kekuatan tinggi.
Tahun 1892 gas asetilen ditemukan oleh Thomas Leopard Wetson. Campuran gas
asetilen dan oksigen dengan perbandingan dan tekanan tertentu bila dibakar akan
menghasilkan suhu yang cukup tinggi yang dapat mencairkan logam.
C. Jenis – jenis Teknik Las
1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas
yang terbakar.

4
2. Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan
denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.
D. Seniman Teknik Las dan Karyanya
1. Tri Hartoko Langgeng

2. Bengkel Las Argon

3. SMKN 53 JAKARTA Jurusan Pengelasan

5
E. Proses Berkarya Teknik Las
Langkah-langkah pengelasan adalah sebagai berikut :
1) Pengaturan mesin las
2) Pengaturan arus listrik
3) Persiapan mengelas
4) Penyalaan busur
F. Kesimpulan dan Saran
Dari berbagai teknik berkarya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi, teknik
las adalah salah satunya yang sudah ada sejak zaman dahulu. Masyarakat Indonesia
seharusnya sudah mengetahui teknik las ini dan bahkan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari agar teknik las tetap terjaga.
G. Bibliografi
Diakses pada 25 Agustus 2019
http://www.pengelasan.com/2014/06/pengertian-pengelasan-adalah.html
https://alvianto94.blogspot.com/2012/02/pengertian-las.html
https://syrijalakses.blogspot.com/2012/10/sejarah-pengelasan_58.html
https://priyobaliyono.blogspot.com/2012/09/jenis-jenis-las-welding.html
https://sofian29081985.blogspot.com/2016/02/proses-langkah-pengelasan-dan.html
http://teknikpengelasansmkn53.mapel.xyz/2018/11/membuat-berbagai-jenis-hasil-
las.html
https://argonbengkellas.wordpress.com/
http://www.trihartokolanggeng.com/

6
2. Teknik Tempera (Merisha Via Fandini)
A. Pengertian
Tempera, juga di kenali sebagai tempera telur, adalah medium lukisan kekal
cepat kering yang terdiri daripada pigmen pewarna dicampur dengan medium
pengikat larut air (biasanya bahan seperti kuning telur atau yang lain) tempera juga
merujuk kepada lukisan yang dihasilkan menggunakan medium ini. Lukisan tempera
yang sangat tahan lama, dan contoh-contoh dari abad pertama AD masih wujud.
Tempera telur adalah kaedah utama lukisan sehingga selepas 1500 apabila ia
digantikan oleh penciptaan lukisan minyak. Cat terdiri daripada pigmen dan gam
yang biasa digunakan di amerika serikat sebagai cat poster juga sering dirujuk
sebagai “cat tempera,” adapun pengikat pada cat ini berbeda daripada cat tempera
tradisional.
Dengan demikian maka Teknik lukis tempera dapat di deskripsikan sebagai
suatu teknik melukis dengan cara mencampurkan kuning telur ke dalam cat sebagai
bahan perekat. Lukisan ini sebagian menggunakan kayu sebagai kanvasnya dan ada
juga yang langsung melukiskan ke tembok.
B. Sejarah
Lukisan tempera telah di jumpai pada hiasan sarcophagi Mesir purba. Banyak
potert mummi Fayum menggunakan tempera, kadang kala bersama dengan lukisan
encaustic.
Satu teknik yang berkaitan juga telah digunakan dalam lukisan purba dan
awal zaman pertengahan turut di temui di dalam beberapa gua dan kuil batu. Seni
berkualitas tinggi dengan bantuan tempera telah di lukis pada Gua Bagh antara lewat
abad ke-4 dan ke-10 Masehi dan pada abad ke-7 diperlindungan batu Rapan Chhaya
Orissa.
Teknik seni ini dikenali dari dunia klasik, dimana teknik ini telah
menggantikan teknik lukisan encaustic dan merupakan medium utama yang
digunakan untuk lukisan panel dan manuskrip bergambar dalam dunia Byzantine dan
zaman petengahan dan awal kebangkitan eropa. Lukisan tempera merupakan
medium lukisan panel utama bagi hampir setiap pelukis semasa zaman kebangkitan
eropa. Teknik tempera sempat menunjukan masa jayanya di eropa antara tahun 1200
hingga 1500an. Duccio dan Simone Martini adalah diantara seniman Italia yang
terkenal dengan menggunakan teknin ini

7
C. Seniman dan karyanya
1) Madonna and Child oleh Duccio, tempera and gold on wood, 1284, Siena

2) Guido da siena, gereja San Regolo, Siena, Tempera dan emas pada panel, 1285-1295

3) Madonna oleh Sassetta, Cortona Tempera pada kayu, 1435

8
4) Sandro Botticelli, Tempera pada panel, 1490-1500

5) Maddona with Child/crivelli, Tempera pada kayu, dipindahkan pada kanvas, 1470

D. Proses Berkarya
Berikut langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menggambar teknik Tempera,
antara lain :
1) Mencari atau menentukan objek yang akan di gambar
2) Melihat objek dan menyiapkan kelengkapan menggambar, seperti kertas, kanvas,
kuas, cat, perekat (kuning telur) dan lainnya.
3) Membuat sketsa gambar bisa di lakukan secara tipis atau tebal
4) Mencampurkan perekat dan cat yang akan di gunakan untuk menggambar
5) Mulai menggambar menggunakan cat yang sudah tercampur dengan perekat

9
E. Kesimpulan dan saran
Teknik berkarya seni rupa sangat beragam salah satumya yaitu teknik
Tempera, banyak ide ide baru yang muncul mengenai teknik tempera. Disarankan
masyarakat Indonesia terutama pelajar dapat mengembangkan dan menguasai teknik
tempera lebih jauh lagi juga melestarikan teknik ini.
F. Bibiografi
Diakses pada 25 Agustus 2019 15:38 wib
https://lukisanku.id/teknik-tempera/
https://ms.m.wikipedia.org/wiki/Tempera

10
3. Teknik Arsir (Mufidah Aulia N. A.)
A. Pengertian
Arsiran (Hatching) (hachure dalam Bahasa Prancis)dan juga cross-
hatching adalah teknik dalam lukisan dan karya grafis yang digunakan untuk
memberikan efek warna maupun bayangan dengan membuat garis-garis paralel. Jika
garis-garis paralel ini ditimpa dengan garis-garis paralel lain yang saling
berpotongan, maka teknik ini menjadi cross hatching.
Perupa menggunakan teknik ini dengan memvariasikan jarak, sudut, panjang,
dan jenis-jenis garis sehingga dihasilkan gradasi bayangan tertentu. Teknik ini sangat
populer pada masa Renaisans Awal. Dalam mengarsir, penguasaan komposisi
merupakan hal penting. Penguasaan komposisi akan membimbing dan mengarahkan
susunan objek dalam menggambar.
Komposisi dalam menggambar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
simetris dan asimetris. Komposisi simetris menunjukkan bahwa objek di bagian
kanan sama atau mirip dengan objek di bagian kiri bidang gambar. Sedangkan,
komposisi asimetris menunjukkan bahwa objek di bagian kanan tidak sama atau
mirip dengan objek di bagian kiri gambar, akan tetapi, terkesan menunjukkan
keseimbangan.
Arsiran memiliki fungsi jika kita menerapkannya pada gambar, diantaranya
yaitu Memberikan karakter kepada objek gambar, memberikan kesan bentuk dan
volume benda, Memberikan kesan karak kedalam gambar, dan mengisi bidang
kosong.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa teknik arsir ini adalah suatu teknik
menggambar yang dilakukan dengan cara merepetisikan atau mengulang-ulang
goresan pensil pada suatu bidang kosong untuk menyempurnakan gambar yang telah
dibuat.
B. Sejarah
Teknik Arsir menggunakan pena ini sangat populer di masa Renaisans awal.
Sejak tahun 1440 teknik ini menyebar dari daerah Florence, Itali hinnga saat ini.
Banyak pelukis damn pematung di era Renaisans menggunakan teknik ini pada
sketsa awal proses mereka sebelum menuangkan dalam lukisan ataupun seni patung.
Istanto (2000) perangcang besar untuk menggambar terjadi pda jaman Renaisans
setelah digunakan kertas dalam gambar. Ketika orang Mesir membawa papyrus ke
Eropa, bahan ini menjadi sangat terkenal karena lebih murah dibandingkan bahan
kulit dan lebih praktis karena lebih mudah digulung (Istanto, 2000).
Beberapa artis cartographer (perancang peta atau bentangan globe) seperti
Giovanni Leardo daei Venesia menampilkan karya teknik arsir yang kompleks. Pada
tahun 1450 teknik ini menyebar ke area lain seperti daerah Peninsula di Itali
kemudian beberapa negara Eropa lainnya seperti Jerman.

11
Gambar 3 sketsa dengan arsiran pena karya Leonardo Da Vinci
(dd.salgoodsam.com)
Leonardo Da Vinci adalah salah satu master dalam teknik arsir ini tergambar
dalam karya-karya sketsanya menuangkan ide-idenya yang revolusioner.
C. Jenis – jenis Teknik Arsir
1. Hatching (Arsiran Satu Arah)
Pada teknik ini pensil digoreskan dalam arah yang sama, sehingga terlihat
barisan garis sejajar dan searah. Arsiran satu arah ini merupakan arsiran yang paling
mudah untuk dibuat karena arsiran searah ini dibuat dari goresan yang teratur.
Semakin sering kita menggores maka akan menimbulkan efek lebih gelap
karena semakin padat. Serta menumpuknya garis akan menambah massa garis
menjadi lebih tebal sehingga terbentuk efek ilusi volume terang bayang. Arsiran satu
arah ini dapat digunakan untuk menggambar berbagai macam gambar benda yang
memiliki karakter permukaan halus dan rata.

Gambar 23 Teknik hatching


(dictio.id) 25 Agustus 2109

2. Crosshatching (Arsiran Silang)


Pada teknik ini pensil digoreskan dalam arah bersilangan, sehingga terlihat
saling berpotongan.. Pada bagian yang ingin diarsir lebih gelap, goresannya dapat
ditumpuk dengan menggunakan arah garis yang berbeda. Pada umumnya perbedaan
arah dari garis awal ke garis berikutnya adalah 45 derajat.

12
Arsiran silang ini dapat digunakan untuk menggambar benda yang memiliki
karakter permukaan halus dan kasar. untuk membuat sebuah karakter pada benda
yang memiliki permukaan halus maka pensil yang digunakan harus berujung runcing
dan digoreskan secara rapat. Sedangkan untuk membuat karakter benda yang
permukaannya sedikit kasar maka pensil harus digoreskan sedikit renggang.

Gambar 24 Teknik crosshatching


(dictio.id) 25 Agustus 2019

3. Countour Hatching (Arsiran Searah Kontur)


Pada teknik ini pensil digoreskan mengikuti bentuk kontur bidang yang akan
diarsir, maka akan terlihat volume pada benda tersebut. Tenik ini pada umumnya
sering digunakan untuk menggambar figur manusia, hewan, dan tumbuhan.

Gambar 24 Teknik crosshatching


(dictio.id) 11 Agustus 2019
4. Scumbling (Arsiran Coretan Bebas)
Pada teknik ini goresan pensilnya tampak terlihat tidak beraturan dan
berbentuk corat-coret bebas. Goresan ini tidak berupa garis namun lebih seperti
goresan bebas.Coretan bebas ini akan lebih menarik jika arah goresan dapat dirubah
secara acak membentuk ilusi volume yang diinginkan. Teknik ini dapat diterapkan
untuk menggambar berbagai macam benda yang memiliki karakter permukaan kasar
sampai dengan sangat kasar.
Tujuan dari arsiran ini untuk membuat karakter dari benda-benda tersebut.
Jika suatu gambar benda diarsir dengan menggunakan cara ini, maka gambar tersebut
akan terlihat permukaannya tidak rata. Contohnya adalah kayu, kulit kayu pada
batang pohon, bebatuan, handuk dan lain lain.
13
Gambar 26 Teknik scumbling
(dictio.id) 25 Agustus 2019
D. Seniman dan Karyanya
Beliau adalah seorang seniman kelahiran Jakarta. Lahir pada tanggal 12 April
1973. Beliau mendapatkan gelar sarjana pada tahun 1998 di Institut Teknologi
Bandung, Departemen Seni Rupa, Lukisan studio. Dan Sejak tahun 2003 sampai
sekarang memiliki banyak teman dan kelompok pameran.
Sampai saat beliau telah menghasilkan enam buku tentang menggambar.
Beliau juga tercatat sebagai salah satu seniman kontemporer Indonesia. Penghargaan
yang pernah diraih beliau adalah 2000 Windsor & Newton Millennium World
Wide Penghargaan, 2010 Jakarta Art Award, 2011 Bandung Contemporary Art
AwardAwards
Tidak hanya dikagumi oleh para seniman Indonesia saja, tetapi lukisan Veri
juga sudah berhasil membuat kagum seniman Internasional. Terbukti dengan
banyaknya pemberitaan media internasional tentang dirinya.
Lukisan 3 Dimensi alias 3D, itulah yang membuat nama Veri tenar di dunia
internasional. Hanya dengan berbekal pensil, alumni Jurusan Fine Art Painting
Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mampu menciptakan lukisan 3D yang benar-
benar tampak seperti 'hidup'. Karyanya yang terkenal adalah Multiself (Hyper Selfie
Series), yaitu lukisan penggambaran dirinya dari berbagai sisi yang dilukis secara
artistik.
Dalam setiap lukisan yang dihasilkan, Veri selalu menampilkan gambar yang
dapat berinteraksi dengan orang yang melihat lukisan tersebut. Sebab karya-karya
yang telah dibuatnya memang tampak nyata. Berikut adalah hasil karya Veri
Afrianto :

14
E. Proses Berkarya
Berikut langkah-langkah yang dilakukan untuk menggambar teknik arsir,
antara lain :
1. Menacri atau menentukan objek yang akan di gambar
2. Melihat objek dan menyiapkan kelengkapan menggambar, seperti kertas, dan
pensil
3. Membuat sketsa gambar bisa dilakukan secara tipis atau tebal
4. Mulai menggambar dengan cara menggoreskan pensil berupa garisesan gelap
terang
F. Kesimpulan dan Saran
Teknik berkarya seni rupa sangat beragam salah satunya Teknik Arsir, yang
menggunakan pensil dan kertas sebagai alatnya. Teknik arsir ini
mengutamakan unrus gelap terang di dalamnya. Disarankan agar masyarakat
terumata para pelajar dapat menguasai teknik tersebut dan
mengembangkannya.
G. Bibliografi
Tanggal 25 Agustus 2019 18.58 WIB

15
https://ms.m.wikipedia.org/wiki/Arsir
juntak01.blogspot.com
https://ngertiaja.com

16
4. Teknik Meruang/Cor (Neisya Zahrotun A.)
A. Pengertian
Teknik Cor adalah suatu teknik dengan mencairkan bahan atau membuat
adonan terlebih dahulu kemudian dituangkan ke dalam cetakan agar menjadi sebuah
karya seni rupa.
B. Sejarah Teknik Cor
Awalnya teknik Cor berkembang sejak perunggu mulai dikenal di Indonesia,
seni patung sangat erat kaitannya dengan seni ukir. Masyarakat Indonesia pertama
kali mengenal seni ukir sekitar tahun 1500 SM. Awal mula seni ukir digunakan
nenek moyang yaitu untuk mengukir kapak batu, pruunggu, benjana dan perhiasan
dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Motif yang dihasilkan hanya
berupa garis, titik dan lengkung.
Pada tahun 500 – 300 SM diperkirakan terjadi perkembangan. Masyarakat
Indonesia mulai mengenal teknik cor. Adanya teknik tersebut mengakibatkan motif
dan ukiran yang dihasilkan mulai beragam.
Bertepatan dengan mengenal teknik cor, masyarakat Indonesia mulai
mengenal sistem pemerintahan yang berupa kerajaan. Teknik tersebut digunakan
oleh masyarakat setempat untuk membuat prasasti sebagai bentuk penghormatan
masyarakat kepada Raja.
Setelah masuknya agama Hindu, Budha dan Islam di Indonesia
mengakibatkan seni ukir khususnya teknik cor berkembang sangat pesat. Banyak
masyarakat yang menggunakan teknik cor untuk dasar pembuatan patung – patung
dan candi.
C. Jenis – Jenis Teknik Cor
Terdapat dua macam jenis teknik yang ada pada teknik cor, yaitu
1) Teknik Tuang Berulang (Bivalve)
Teknik Bivalve atau yang disebut teknik tuang berulang yaitu menggunakan dua
keping cetakan terbuat dari batu dapat digunakan berulang kali sesuai dengan
kebutuhan. Teknik ini digunakan untuk mencetak benda – benda yang sederhana.
2) Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik Tuang sekali pakai berkebalikan dengan teknik tuang berulang. Teknik
ini hanya digunakan sekali dan dipakai untuk membuat benda – benda yang
hiasannya rumit, seperti arca dan perunggu. Teknik tuang sekali pakai diawali
dengan membuat model dari tanah liat, langkah selanjutnya dengan melapisi lilin
pada tanah liat tersebut, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga
menjadi rongga, kemudian adonan dituangkan ke dalam rongga.
D. Seniman dan Karya

17
1. Yusman

2. Abdi Setiawan

3. I Nyoman Nuarta

4. Edhi Sunarso
18
5. Ali Umar

E. Proses Berkarya
Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk membuat karya dengan
menggunakan teknik cor :
1. Mecari ide untuk membuat karya.
2. Mencairkan bahan terlebih dahulu.
3. Membuat cetakan yang akan digunakan.
4. Menuangkan bahan atau adonan yang telah dibuat pada cetakan.
5. Membongkar cetakan.
6. Membersihkan coran.
F. Kesimpulan dan Saran
Terdapat berbagai macam teknik yang digunakan untuk membuat karya seni
rupa, salah satunya adalah teknik cor atau meruang. Teknik ini digunakan untuk
membuat karya seni 3D. Bahan yang digunkan dalam pembuatan teknik cor sangat
mudah didapatkan, jadi untuk itu masyarakat dan pelajar diharapkan untuk bisa
dalam pembuatan teknik cor.
G. Bibliografi
Tanggal 25 Agustus 2019 07.11 wib
https://www.pelajaran.co.id/2018/16/pengertian-seni-patung-sejarah-teknik-jenis-
dan-contoh-seni-patung.html

19
Tanggal 25 Agustus 2019 15.50 wib
https://arkhominanda17.wordpress.com/2012/10/21/macam-teknik-dalam-seni-rupa/

20
5. Teknik Membangun (Rika Ayu N.)
A. Pengertian

Teknik membangun/sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang


mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya
gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan
hidup manusia.

Teknik membangun/sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya


pengetahuan matematika, fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga
komputer mempunyai peranannya masing-masing. Teknik sipil dikembangkan
sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dan pergerakannya, hingga bisa dikatakan
ilmu ini bisa mengubah sebuah hutan menjadi kota besar.

B. Sejarah

Jika sebelumnya kita membahas perkenalan dengan dunia teknik sipil dalam
versi bahasa Inggris, maka sekarang kita akan membahas sejarah tentang teknik sipil.
Mulai dari era pertama munculnya hingga perkembagannya sampai saat ini.

Sejarah mencatat praktek rekayasa dibidang teknik sipil diawali pada kurun
waktu 4000 sampai 2000 SM di Mesir Kuno dan Mesopotamia (Irak Kuno) ketika
manusia mulai meninggalkan keberadaan nomaden, menciptakan kebutuhan untuk
pembangunan tempat penampungan. Dikala itu, transportasi menjadi semakin
penting menuju pengembangan roda dan berlayar. Sampai zaman modern tidak ada
perbedaan yang jelas antara teknik sipil dan arsitektur, insinyur sipil dan arsitek
sering bekerja secara bergantian. Pembangunan piramida di Mesir (sekitar 2700-
2500 SM) adalah beberapa contoh pertama dari konstruksi struktur besar.

C. Jenis - jenis

Struktural: Cabang yang mempelajari masalah struktural dari materi yang


digunakan untuk pembangunan. Sebuah bentuk bangunan mungkin dibuat dari
beberapa pilihan jenis material seperti baja, beton, kayu, kaca atau bahan lainnya.
Setiap bahan tersebut mempunyai karakteristik masing-masing. Ilmu bidang
struktural mempelajari sifat-sifat material itu sehingga pada akhirnya dapat dipilih
material mana yang cocok untuk jenis bangunan tersebut. Dalam bidang ini
dipelajari lebih mendalam hal yang berkaitan dengan perencanaan struktur
bangunan, jalan, jembatan, terowongan dari pembangunan pondasi hingga bangunan
siap digunakan.

21
Geoteknik: Cabang yang mempelajari struktur dan sifat berbagai macam
tanah dan batuan dalam menopang suatu bangunan yang akan berdiri di atasnya.
Cakupannya dapat berupa investigasi lapangan yang merupakan penyelidikan
keadaan-keadaan tanah suatu daerah, penyelidikan laboratorium serta perencanaan
konstruksi tanah dan batuan, seperti: timbunan (embankment), galian (excavation),
terowongan tanah lunak (soft soil tunnel), terowongan batuan (rock/mountain
tunnel), bendungan tanah/batuan (earth dam, rock fill dam), dan lain-lain.

Manajemen Konstruksi: Cabang yang mempelajari masalah dalam proyek


konstruksi yang berkaitan dengan ekonomi, penjadwalan pekerjaan, pengembalian
modal, biaya proyek, semua hal yang berkaitan dengan hukum dan perizinan
bangunan hingga pengorganisasian pekerjaan di lapangan sehingga diharapkan
bangunan tersebut selesai tepat waktu.

Hidrologi: Cabang yang mempelajari air, distribusi, pengendalian dan


permasalahannya. Mencakup bidang ini antara lain cabang ilmu hidrologi air
(berkenaan dengan cuaca, curah hujan, debit air sebuah sungai, debit banjir, dsb),
hidrolika (sifat material air, tekanan air, gaya dorong air dsb) dan bangunan air
seperti pelabuhan, irigasi, waduk/bendungan(dam), kanal.

Teknik Lingkungan: Cabang yang mempelajari permasalahan-permasalahan


dan isu lingkungan. Mencakup bidang ini antara lain penyediaan sarana dan
prasarana air besih, pengelolaan limbah dan air kotor, pencemaran sungai, polusi
suara dan udara hingga teknik penyehatan.

Transportasi: Cabang yang mempelajari mengenai sistem transportasi dalam


perencanaan dan pelaksanaannya. Mencakup bidang ini antara lain konstruksi dan
pengaturan jalan raya, konstruksi bandar udara, terminal, stasiun dan manajemennya.

Informatika Teknik Sipil: Cabang baru yang mempelajari penerapan


Komputer untuk perhitungan/pemodelan sebuah sistem dalam proyek Pembangunan
atau Penelitian. Mencakup bidang ini antara lain dicontohkan berupa pemodelan
Struktur Bangunan (Struktural dari Materi atau CAD), pemodelan pergerakan air
tanah atau limbah, pemodelan lingkungan dengan Teknologi GIS (Geographic
information system).

D. Seniman dan Karyanya

Ir. Tjokorda Raka Sukawati (lahir di Ubud, Bali, 3 Mei 1931 – meninggal di
Ubud, Bali, 11 November 2014 pada umur 83 tahun[1]) adalah seorang insinyur
Indonesia yang menemukan konstruksi Sosrobahu, yang memudahkan pembangunan
jalan layang tanpa mengganggu arus lalu lintas pada saat pembangunannya.

22
Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja (EYD: Juanda Kartawijaya, Sunda:

Namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara di Surabaya, Jawa Timur yaitu
Bandar Udara Internasional Juanda atas jasanya dalam memperjuangkan
pembangunan lapangan terbang tersebut sehingga dapat terlaksana. Selain itu juga
diabadikan untuk nama hutan raya di Bandung yaitu Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda, dalam taman ini terdapat Museum dan Monumen Ir. H. Djuanda. Dan
namanya pun juga diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta yaitu JL. Ir. Juanda di
bilangan Jakarta Pusat, dan nama salah satu Stasiun Kereta Api di Indonesia, yaitu
Stasiun Juanda.

E. Proses Berkarya

Tahapan dalam pembangunan jembatan secara garis besar terdiri dari antara lain :

1. Pekerjaan struktur jembatan yang terdiri dari :

Penyediaan balok jembatan / girder jembatan.

Galian Struktur Abutment jembatan

Pembuatan pondasi jembatan (pondasi dalam misalnya menggunakan tiang pancang,


bored pile, pondasi sumuran dll.)

Pembuatan abutmen jembatan

Pemsangan balok girder diatas abutment dan pilar dengan terlebih dahulu dipasang
elastomeric bearing.

Dilanjutkan dengan pemasangan diafragma tepi dan diafragma tengah diantara


balok-balok girder yang sudah terpasang.

23
Pemasangan plat deck yang berfungsi subagai begisting (bawah) lantai jembatan.

Pemasangan besi tulangan untuk lantai jembatan dan juga pemasangan pipa drainasi
jembatan serta pemasangan pipa utilitas.

Pengecoran Lantai jembatan menggunakan beton ready mix.

Pembuatan plat injak jembatan, plat injak jembatan dibuat dengan terlebih dahulu
dipasang lantai kerja dibawahnya.

2. Pekerjaan Oprit Jembatan terdiri antara lain

Pembuatan talud jalan menggunakan konstruksi beton bertulang atau pasangan batu
kali

Pada talud jalan harus dipasang suling-suling untuk mengalirkan air.

Pemasangan kolom pengaman talud jalan

Penghamparan dan pemadatan timbunan pilihan / sirtu

Penghamparan dan pemadatan Lapis pondasi Agregat Klas B

Penghamparan dan pemadatan Lapis Pondasi Agregat Klas A.

Pekerjaan Aspal yang terdiri dari penyemprotan Lapis Pengikat Aspal cair (Prime
Coat), dilanjutkan dengan penghamparan Laston Lapis Pondasi AC-Base,
selanjutnya dipasang lapis diatasnya yang terdiri dari Laston Lapis Antara (AC - BC)
dan Laston Lapis Aus (AC-WC).

3. Pekerjaan Drainasi Jalan

Drainase jalan dibuat menggunakan konstruksi beton bertulang atau pasangan batu
kali dengan mortar.

4. Pekerjaan Pelengkap meliputi:

Pembuatan tembok sedada dengan pasangan batu yang diplester dan difinishing
dengan melakukan pengecatan. Pemasangan batu temple dan marmer

Pembuatan Trotoar dengan pemasangan kastin / kerb, diisi timbunan sirtu


dipadatkan, finishing dengan batu alam.

Pemasangan Lampu Hias sesuai spesifikasi.

Pekerjaan marka jalan.

PEMASANGAN BALOK GIRDER + STRESING TERPASANG

24
1. PCI Girder Pretension bentang 20 M.

2. Pemeriksaan

3.Pengangkatan girder

4. Pengiriman GIRDER

5.Kapasitas Crane dan Penyetingan

6.Pengaturan posisi crane

7. Tahapan Pekerjaan Erection Pembuatan Jalan Akses

8. Pembuatan Platform Crane

9. Material

10. Marking Elevasi dan Posisi Bearing Pad

11. Tahap Pemasangan

F. Kesimpulan dan Saran

Teknik membangun adalah salah satu teknik dalam berkarya seni rupa dua
dimensi dan tiga dimensi yang berarti merancang, membangun, merenovasi tidak
hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk
kemaslahatan hidup manusia. Saran untuk masyarakat Indonesia adalah
mengembangkan teknik membangun agar dapat memjadikan Indonesia sebagai
negara maju.

G. Bibliografi
Diakses 25 Agustus 2019

https://kerjakonstruksi.blogspot.com/2018/01/tahapan-pelaksanaan-pembangunan-
jembatan.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teknik_sipil

https://kerjakonstruksi.blogspot.com/2018/01/tahapan-pelaksanaan-pembangunan-
jembatan.html?m=1

25
6. Teknik menenun (Tambahan)
A. Pengertian
Tenun Khas merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan
prinsip yang sederhana, yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan
melintang. Dengan kata lain bersilangnya antara benang lusi dan pakan secara
bergantian. Kain tenun biasanya terbuat dari serat kayu, kapas, sutra, dan lainnya.

B. Sejarah
Berbagai penemuan sejarah menunjukan bahwa kain tenun lurik telah ada di
jawa sejak zaman pra sejarah. Ini terbukti pada Prasasti peninggalan kerajaan
Mataram (851-882 M) yang menunjukkan adanya kain lurik pakan malang. Prasasti
Raja Erlangga Jawa Timur tahun 1033 yang menyebutkan bahwa kain tuluh watu
adalah salah atu nama kain lurik. Dan juga pemakaian selendang pada arca terracotta
asal Trowulan di Jawa Timur dari abad 15 M menunjukkan penggunaan kain lurik
pada masa itu. Adanya tenun di pulau Jawa diperkuat dengan pemakaian tenun pada
arca-arca dan relief candi yang tersebar di pulau Jawa.
Daerah persebaran Lurik adalah di Yogyakarta, Solo dan Tuban. Lurik
berasal dari bahasa Jawa kuno lorek yang berarti lajur atau garis, belang dapat pula
berarti corak. Pada dasarnya lurik memiliki 3 motif dasar, yaitu:
1) motif lajuran dengan corak garis-garis panjang searah sehelai kain,
2) motif pakan malang yang memiliki garis-garis searah lebar kain,
3) motif cacahan adalah lurik dengan corak kecil-kecil.
Baju dari kain tenun lurikkain tenun lurik, kain dengan motif garis-garis yang
sangat cantik dibuat baju
Pada jaman dahulu, kain lurik ditenun menggunakan benang katun yang
dipintal dengan tangan dan ditenun menjadi selembar kain dengan alat yang disebut
Gedog, alat ini menghasilkan kain dengan lebar 60cm saja. Seiring dengan
perkembangan jaman, kain lurik mulai diproduksi menggunakan ATBM (Alat Tenun
Bukan Mesin) yang lebih modern dan dapat menghasilkan kain dengan lebar 150cm.
Proses pemintalan kain katun sudah dilakukan secara modern, yaitu menggunakan
mesin. Salah satu inti yang membuat sebuah kain disebut sebagai kain lurik adalah
penggunaan benang katun, sehingga menghasilkan tekstur yang khas pada kain ini.
Sehingga sebuah kain bermotif lurik yang dipintal dari benang polyester, tidak dapat
disebut sebagai kain lurik, karena teksturnya yang berbeda dengan kain lurik yang
terbuat dari katun.

Karena teksturnya yang khas dan kekuatan kain ini, penggunaan kain lurik
tidak terbatas untuk pemakaian sehari-hari seperti pakaian dan kain gendong namun
juga digunakan untuk perlengkapan interior. Yang menyenangkan dari kain lurik
adalah, meskipun ketika masih baru teksturnya sangat kasar dan kaku, namun ketika
telah digunakan beberapa lama, teksturnya berubah menjadi lebih lembut tapi tidak
berkurang kekuatannya.

26
Pada awalnya, kain lurik hanya dibuat dalam dua warna saja, yaitu hitam dan
putih dengan corak garis atau kotak, namun kini banyak terdapat kain lurik dengan
beragam warna, seperti biru, merah, kuning, coklat dan hijau. Yang membedakan
tiap motif adalah susunan warnanya, misalnya 3 warna merah, 4 warna biru dengan
bahan dasar hitam. Masing-masing komposisi warna dan garis pada kain lurik
memiliki makna tertentu. Seperti kain lurik gedog madu, yang digunakan pada
upacara mitoni atau siraman; kemudian ada lagi kain lurik motif lasem yang
digunakan untuk perlengkapan pengantin pada jaman dahulu.

C. Seniman dan Karyanya


Alfonsa Horeng

D. Jenis – Jenis
Ada dua jenis kain tenun, yaitu tenun ikat dan tenun songket. Perbedaan keduanya
terletak pada bahan yang digunakan dan teknik pembuatannya.
a. Tenun ikat
Tenun ikat adalah kain tenun yang pembentukan ragam hiasnya dibuat
dengan cara mengikat bagianbagian benangnya. Sejarah pembuatan tenun Nusantara
diawali dengan adanya tenun ikat lungsi yang sudah ada sejak zaman prasejarah.
Tenun ikat lungsi adalah tenun yang teknik pembentukan ragam hiasnya dibuat
dengan cara mengikat benang lungsinya, yaitu benang yang vertikal. Persebaran
tenun ikat lungsi, antara lain di Toraja, Sulawesi Selatan, Minahasa (Sulawesi Utara),
Batak (Sumatra Utara), Sumba (NTT), Flores, dan di pedalaman Kalimantan.
Pada perkembangan selanjutnya, dikenal pula pembuatan tenun dengan
teknik ikat pakan (jalur horizontal). Bahan-bahan yang digunakan dalam tenun ikat
adalah benang kapas, dapat juga menggunakan benang sutra alam, seperti pada tenun
ikat Nusapenida (Bali) dan Padang. Tenun ikat ini oleh sebagian masyarakat lebih
dikenal dengan sebutan kain ulos.
(Kain tenun ulap doyo bermotif kait segi empat dan tumpal, dari Kaltim)
b. Tenun songket

27
Tenun songket atau populer dengan sebutan kain songket adalah jenis kain
tenun yang penciptaannya dimulai setelah adanya tenun ikat. Teknik pembuatan
tenun songket sebenarnya sudah ada sejak zaman prasejarah dengan adanya teknik
pakan tambahan dan lungsi tambahan. Namun kain songket yang menggunakan
benang emas, benang perak, atau benang sutra mulai diterapkan semenjak adanya
hubungan perdagangan kerajaan di Sumatera dengan orang-orang asing terutama
dari Cina. Benang sutra yang didapatkan dari luar diterapkan dalam kain tenun yang
kemudian dikenal dengan sebutan kain songket. Kain songket adalah kain tenun yang
dibuat melalui suatu teknik memberikan benang tambahan berupa benang emas,
benang perak, atau benang sutra dengan cara dicukit atau disongket.
Pembentukan corak pada tenunan sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang
digunakan, yang membentuk desain itu sendiri. Ada desain benang sutra yang
ditempatkan di atas dasar benang kapas. Ada desain yang terbentuk dari jenis benang
yang sama, misalnya dari sesama benang kapas atau sesama benang sutra, atau dari
jenis benang lainnya. Daerah-daerah tertentu di Indonesia yang menjadi awal
pembuatan songket, antara lain Palembang (Sumsel), Donggala (Sulteng), Bugis
(Sulsel), dan B
E. Proses Berkarya
Proses teknik tenun adalah sebagai berikut.
1) Menyiapkan benang lungsin yang panjangnya sama dengan panjang
kain yang diinginkan.
2) Memasang benang lungsin pada cucukan.
3) Menyiapkan benang pakan.
4) Penenunan dilakukan dengan memasukan benang pakan ke antara
benang-benang lungsin.
F. Kesimpulan dan Saran
Salah satu teknik dalam berkarya seni rupa dua dimensi dan
tiga dimensi adalah teknik menenun, yaitu teknik dengan pembuatan kain
yang dibuat dengan prinsip yang sederhana, yaitu dengan menggabungkan
benang secara memanjang dan melintang. Saran bagi amsyarakat
Indonesia yaitu melestarikan dan mengembangkan teknik menenun.
F. Bibliografi
Diakses pada 26 Agustus 2019
https://id.wikipedia.org/wiki/Tenun 20:23
https://ikaherlina.wordpress.com/2012/12/21/asal-mula-kain-tenun/ 20:32
https://www.propertiterkini.com/alfonsa-horeng-seniman-tenun-ikat-yang-mendunia/
20:35
https://klikgugel.blogspot.com/2015/11/proses-teknik-dan-alat-kerajinan-tekstil.html
20:42

28
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Seni rupa merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari hari
2. Seni rupa bisa ditemui dimana saja dan dari apa saja
3. Seni rupa mengajarkan kita tentang pentingnya kreativitas dan bersyukur kepada
Tuhan yang Maha Esa.
4. Teknik berkarya seni rupa sangat beragam dan bisa dipelajari oleh siapapun yang
mempunya jiwa kreativitas.

B. Saran
Kita menyarankan bahwasannya masyarakat harus lebih mengenal dan mencintai
karya seni rupa dalam negeri maupun luar negeri, karena banyak nilai yang bisa kita ambil
dari mempelajari berkarya seni rupa. Kita juga menyarankan kepada seluruh masyarakat
Indonesia terutama pelajar untuk melestarikan karya dan juga teknik agar bisa berkreasi
dan memunculkan ide-ide baru yang lebih baik dari sebelumnya.

29

Anda mungkin juga menyukai