Anda di halaman 1dari 111

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1.2 Batasan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................
1.4 Manfaat ..............................................................................................

II. DASAR TEORI


2.1 Pengertian Tera dan Kalibrasi ............................................................
2.2 Pengenalan Meter Arus ......................................................................
2.2.1 Faktor-Faktor Dalam Pemilihan Meter Arus .........................
2.2.2 Jenis-Jenis Meter Arus ...........................................................
2.2.3 Meter Arus Untuk produk BBM ............................................
2.2.4 Identitas Meter Arus ...............................................................
2.2.5 Persyaratan Meter Arus Volumetrik Sebelum Peneraan ........
2.2.6 Persyaratan Teknis .................................................................
2.2.7 Persyaratan Kemetrologian ....................................................
2.3 Pengenalan Tangki Ukur Mobil Tangki
2.3.1 Identitas Tangki Ukur Mobil Tangki .....................................
2.3.2 Lemping Pelat ........................................................................
2.3.3 Persyaratan Teknis TUM .......................................................
2.3.4 Persyaratan Kemetrologian ....................................................
2.4 Pengenalan Tangki Timbun Tegak ....................................................
2.4.1 Identitas Tangki Timbun Tegak ............................................
2.4.2 Persyaratan TUTSIT Sebelum Peneraan ...............................
2.4.3 Persyaratan Teknis ................................................................
2.4.4 Persyaratan Kemetrologian ..................................................
2.5 Pembubuhan Tanda Tera ...................................................................
2.5.1 Meter Arus .............................................................................
2.5.2 Tangki Ukur Mobil Tangki ...................................................
2.5.3 Tangki Timbun Tegak ...........................................................

III. PEMBAHASAN
3.1 Meter Arus .........................................................................................
3.1.1 Prinsip Kerja ..........................................................................
3.1.2 Metode Pengujian ..................................................................

1
3.2 Mobil Tangki .....................................................................................
3.2.1 Pengujian Tera dan Tera Ulang TUM ...................................
3.2.2 Persyaratan Kemetrologian TUM .........................................
3.3 Tangki Timbun...................................................................................
3.3.1 Pengujian Tera dan Tera Ulang Tangki Timbun ...................
3.3.2 Pemeliharaan Tangki .............................................................

IV. PENUTUP
4.1 Simpulan ............................................................................................
4.2 Saran ..................................................................................................

LAMPIRAN ........................................................................................................ 44

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh


instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu
bahan ukur dengan cara membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili
oleh standar ukur yang memiliki kemampuan telusur ke standar Nasional atau
Internasional.Dengan kata lain: Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan
kebenaran konvensional nilai penunjukan alat inspeksi, alat pengukuran dan alat
pengujian.
Untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran, alat-alat yang akan
digunakan perlu dilakukannya kalibrasi terlebih dahulu. Pengkalibrasian dapat
dilakukan dengan cara membandingkan dua data dengan menggunakan alat ukur
yang berbeda.
Ada beberapa Persyaratan kalibrasi yaitu:
1. Standar acuan yang mampu telusur ke standar Nasional / Internasional
2. Metoda kalibrasi yang diakui secara Nasional / Internasional.
3. Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari
laboratorium yang terakreditasi.
4. Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan
udara, aliran udara, dan kedap getaran.
5. Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak.

Metering system merupakan suatu salah satu instrumen terintegrasi yang


digunakan untuk pengisian produk BBM maupun non BBM ke mobil tanki atau
kapal. Metering system dapat mempengaruhi pelayanan mutu terutama dalam hal
kuantitas produk.Permasalahan yang biasanya terjadi pada metering system adalah
ketidaksesuaian pembacaan pada alat dan kuantitas produk yang diukur. Oleh karena
itu perlu dilakukan kalibrasi pada meter arus. Metode kalibrasi yang digunakan
adalah dengan alat Master Meter. Nantinya akan didapatkan nilai Meter Faktor (MF)

3
sebagai faktor pengkali pada meter arus. Selain itu, komponen lain seperti strainer,
control valve, ball valve, dan pulse transmitter ikut mempengaruhi Metering system.

1.2 Batasan Masalah


1. Bagaimana tata cara pelaksanaan kegiatan kalibrasi dan tera legal dalam
peralatan peralatan custody transfer seperti Tangki Timbun, Meter Arus
dan Mobil Tanki dalam dunia migas.

1.3 Tujuan
1. Kalibrasi ini bertujuan untuk menjamin kepercayaan dalam sistem
pengukuran agar dapat menekan seminim mungkin jumlah perselisihan
dan biaya transaksi untuk mengetahui cara mengenalkan masyarakat
mengenai dunia perminyakan secara langsung.
2. Kemajuan iptek berdampak jumlah dan kualitas UTTP, sehingga tuntutan
efisiensi dan efektifitas semua proses kegiatan.
3. Kepastian pengukuran akan dapat menekan jumlah perselisihan dan biaya
transaksi; (masyarakat semakin kritis dalam hal kecurangan dalam
perdagangan.
4. Meningkatnya pendapatan masyarakat mengharuskan kebenaran
pengukuran transaksi jual beli dan jual jasa.
5. Era perdagangan bebas tuntutan akan berterimaan semua produk yang
diperdagangkan.

1.4 Manfaat

Manfaat dengan adanya pembahasan mengenai Tera dan Kalibarsi ini adalah
diharapkan kita dapat mengetahui dasar hukum dan tatacara peneraan dan
pengkalibrasianperalatan Tangki Timbun dan Meter Arus dan Mobil Tanki dalam
dunia migas dalam rangka untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan perlindungan
konsumen.

4
BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Tera dan Kalibrasi


Tera (menera) adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal
yang berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah
atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak
melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang
dan perlengkapannya yang belum dipakai.
Kalibarasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar
ukurnya yang mampu telusur ke standar nasional dan/ atau internasional.

a) Regulasi Kemtrologian
 UU Dasar NKRI 1945.
 UU No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas
 PP No. 2 tahun 1985 tentang wajib teradan syarat teknik UTTP (Alat-alat Ukur,
Takar, Timbang dan Perlengkapannya).
 SKB Mendag&Mentamben Tahun 1988.
 SK Menperindag/Permendag sebagai peraturan pelaksanaannya

b) Unsur Tera (Menera)

 Menandai/membubuhkan/mencap.
 Tanda tera sah/batal/surat sebagai pengganti yang bertanda tera sah atau batal
yang berlaku.
 Oleh pegawai yang berhak.
 Atas hasil pengujian.
 UTTP yang belum dipakai/sudah dipakai.

c) Keberterimaan Tera (Menera)


Yang perlu diperhatikan adalah :
 Tenaga penguji (pegawai yg berhak)

5
 Standar satuan Ukuran
 Pengelolaan laboratorium
 Metode pengujiannya
 Pembubuhan tanda tera
 Sertifikasi/surat KHP

d) Masa Tera Ulang


Saat alat-alat ukur dari gelas mengalami pecah atau retak atau rusak :
 10 tahun untuk meter kwh 1 (satu) fasedan 3 (tiga) fase
 6 tahun untuk tangki ukur apung dan tangki ukur tetap
 5 tahun untuk meter gas tekanan rendah
 5 tahun untuk meter air rumahtangga
 2 tahununtuk meter proverdanbejanaukur yang khusus digunakan untuk menguji
meter prover
 1 tahun untuk UTTP selain UTTP padahuruf a, b, c, d, e, f

2.2. Pengenalan Meter Arus

Meter Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disebut Meter Arus adalah alat
ukur cairan dinamis untuk bahan bakar minyak yang terdiri dari badan ukur dan badan
hitung untuk mengukur volume cairan yang mengalir melalui badan ukur.

Meter Arus Volumetrik adalah Meter Arus yang badan ukurnya mempunyai
ruang ukur dan cairan yang diukur menggerakkan dinding-dinding organ di dalam badan
ukur yang merupakan batas ruang ukur, sehingga memungkinkan pengukuran secara
kontinyu.

Instalasi Ukur adalah seluruh peralatan teknis yang mencakup semua alat ukur,
alat ukur bantu dan alat-alat bantu lain yang tersusun sedemikian rupa sehingga menjadi
satu rangkaian yang memenuhi persyaratan untuk pengukuran baik yang tetap maupun
yang dapat dipindah-pindah.

Alat Justir adalah alat yang dapat disetel, agar kesalahan penunjukan Meter Arus
yang bersangkutan ada didalam batas-batas kesalahan penunjukan yang diizinkan.

6
Badan ukur adalah bagian Meter Arus yang pada saat pengukuran berlangsung,
bagian dalamnya dilalui sekaligus menentukan baik secara langsung maupun tidak
langsung volume cairan yang sedang diukur.

Badan hitung adalah bagian Meter Arus yang digunakan untuk menunjukan hasil
pengukuran volume cairan yang diukur. Cairan uji adalah jenis cairan yang digunakan
pada pengujian Meter Arus yang bersangkutan.

Cairan ukur adalah jenis cairan yang boleh diukur volumenya oleh Meter Arus
yang bersangkutan.

2.2.1 Faktor-faktor dalam pemilihan meter


1. Pertimbangan berdasarkan kebutuhan instalasi :
a. Range pengukuran yang dibutuhkan
b. Akurasi meter arus
c. Sinyal output yang diinginkan
d. Daya yang dibutuhkan meter arus
e. Perawatan yang dibutuhkan
f. Temperatur dan tekanan standar saat beroperasi dalam kondisi normal dan tidak
normal
g. Batas pressure drop yang diinginkan dalam pengukuran
h. Display yang dibutuhkan
i. Keadaan lingkungan disekitar daerah instalasi
j. Harga meter arus

2. Pertimbangan yang menentukan kinerja meter arus :


a. Besaran pengukuran; aliran massa atau aliran volumetric
b. Hasil pengukuran yang diinginkan, debit atau total aliran
c. Fasa fluida yangakan diukur; gas, cairan, solid atau campuran
d. Jenis fluida Newtonian atau Non-newtonian
e. Karakteristik fluida, misalkan sifat korosif fluida, konsentrasi dan lain-lain
f. Signal output yang diinginkan
g. Display yang dibutuhkan
h. Keadaan lingkungan disekitar daerah pengukuran

7
2.2.2 Jenis-jenis meter arus

Ada beberapa jenis meter arus antara lain :

1. Differential Pressure Flowmeter


2. Magnetic Flowmeters
3. Mass Flowmeters
4. Oscillatory Flowmeters
5. PD Flowmeters
6. Target Flowmeters
7. Thermal Mass Flowmeters
8. Turbine Flowmeters
9. Ultrasonic Flowmeters
10. Variable Area Flowmeters

2.2.3 Meter Arus untuk produk BBM

Jenis-jenis meter arus untuk produk BBM, antara lain :

1. Positive Displacement (PD) Meter


 Secara continue membagi aliran menjadi paket-paket volume diskrit
 Menghitung total volume yang keluar dari meter
 Direct volume measurement meter
2. Turbine Meter
 Megukur laju aliran BBM berdasarkan kecepatan putar turbine yang dilalui oleh
aliran BBM
 Ketahanan turbine tergantung desain hydrodynamic sudut-sudutnya, sesuai
dengan jenis fluida dan sifat aliran, agar tahan digunakan pada putaran tinggi
 Umumnya digunakan untuk lajualiran besar
3. Mass Flowmeter
 Mengukur masa langsungdengan menggunakan properti masa, contoh : coriolis
mass flowmeter
 Tidak tergantung pada perubahan parameter fluida
 Kebutuhan pemeliharaan & kalibrasi rendah
 Dapat digunakan untuk megukur density dari fluida

8
2.2.4 Identitas
 Pada setiap Meter Arus harus terdapat keterangan-keterangan yang jelas terbaca
dan tidak mudah terhapus dalam kondisi penggunaan Meter Arus secara wajar, yaitu:

a. Pada plat alat hitung dan atau pada plat tanda pengenal memberikan
keterangan sebagai berikut:

 nama dan alamat pabrik pembuat atau merek pabriknya;\


 lambang pabrik
 nomor seri dan tahun pembuatan
 model
 jenis cairan yang diukur
 kapasitas maksimum dan kapasitas minimum
 tekanan kerja maksimum
 interval suhu jika suhu cairan yang diukur dapat lebih rendah daripada -
10 oC atau lebih tinggi daripada +50 oC

b. Satuan pada plat alat hitung harus menyatakan volume yang diukur.

 Badan hitung dapat memiliki suatu tanda dan suatu nomor pengenal khusus
yang dilekatkan pada badan hitung.
 Apabila ada kemungkinan menimbulkan kekeliruan, maka arah aliran arus
dinyatakan dengan tanda panah pada selubung badan ukur.

2.2.5 Persyaratan Meter Arus Volumetrik Sebelum Peneraan

 Meter Arus Volumetrik yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin
Tanda Pabrik.
 Label tipe harus terlekat pada Meter Arus Volumetrik asal impor yang akan ditera.
 Meter Arus Volumetrik yang diproduksi didalam negeri harus memiliki label yang
memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik.
 Meter Arus Volumetrik yang diproduksi didalam negeri harus memiliki label yang
memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk Meter
Arus Volumetrik asal impor sebelum ditera.
 Meter Arus Volumetrik yang akan ditera ulang harus sudah ditera
sebelumnya.

2.2.6 Persyaratan Teknis


 Badan Hitung
a. Umum

 Alat hitung yang mempunyai satu atau beberapa elemen yang bergerak harus
menunjukkan volume dalam satuan yang diizinkan.
 Pembacaan alat hitung harus pasti dan mudah serta apabila alat hitung tersebut
mempunyai beberapa elemen, pemasangannya harus dilakukan sedemikian rupa,

9
sehingga pembacaan hasil pengukuran dapat dilakukan secara mudah dengan
membaca deretan angka-angka dari berbagai elemen tersebut.
 Nilai skala elemen pertama alat hitung harus dalam bentuk 1.10n , 2.10n atau 5.
10n dalam satuan volume yang diizinkan dan n bilangan bulat.
 Penunjukan maksimum alat hitung harus dalam bentuk 1.10n , 2. 10n atau 5. 10n
dalam satuan volume yang diizinkan dan n bilangan bulat.
 Apabila skala dari elemen alat hitung seluruhnya terlihat, maka nilai satu
putaran dari elemen alat hitung tersebut harus dalam bentuk 10n satuan volume
yang diizinkan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk elemen alat hitung yang
sesuai penunjukan maksimumnya.
 Pada alat hitung yang mempunyai beberapa elemen yang seluruh garisgaris
skalanya terlihat, nilai tiap satu putaran elemen pertama yang bergerak harus
sama dengan nilai satu mata skala dari elemen kedua berikutnya dan seterusnya.

b. Alat Hitung

 Suatu elemen dari alat hitung dapat bergerak kontinyu atau diskontinyu tetapi
apabila elemen-elemen yang bukan elemen pertama sebagian saja dari skalanya
yang terlihat melalui jendela-jendela, maka elemen-elemen itu harus bergerak
diskontinyu kecuali elemen pertamanya diperkenankan bergerak kontinyu
maupun diskontinyu.
 Suatu elemen yang bergerak kontinyu harus mempunyai skala bergaris dan
suatu penunjuk yang memungkinkan penentuan nilai yang diukur pada saat
perputaran elemen tersebut di atas berhenti.
 Apabila elemen yang disebut pada angka 2) berbentuk skala melingkar yang
tetap dan sebuah jarum penunjuk yang berputar, maka arah putaran jarum
harus searah dengan putaran jarum jam.
 Dalam suatu alat hitung yang mempunyai beberapa elemen, bergerak majunya
angka sebuah elemen yang bergerak diskontinyu harus berhenti ketika elemen
yang sebelumnya menunjuk angka nol kecuali elemen pertama. Gerak maju
suatu elemen harus berhenti pada waktu elemen yang sebelumnya melakukan
gerakan putar tidak lebih dari sepersepuluh putaran.
 Apabila gerakan elemen pertama alat hitung adalah diskontinyu, maka diizinkan
penempatan satu atau beberapa angka nol di sebelah kanan elemen pertama.
 Apabila alat hitung terdiri atas gabungan antara elemen yang disebut pada
angka 3 dengan beberapa elemen yang bergerak diskontinyu, maka di
sebelah kanan elemen terakhir dari deretan elemen yang bergerak
diskontinyu ini dapat ditempatkan satu atau beberapa angka nol sehingga tiap
angka pada elemen terakhir tersebut mempunyai nilai yang sama dengan satu
putaran penuh dari jarum penunjuk yang dimaksud pada angka 3) serta elemen
yang berbentuk skala melingkar yang tetap dengan sebuah jarum penunjuk yang
berputar tersebut berfungsi sebagai elemen pertama.

10
c. Skala

 Tebal garis skala tidak boleh melebihi seperempat lebar mata skala.
 Garis-garis skala yang menunjukan nilai sebesar kelipatan 1.10n , 2. 10n atau 5.
10n dalam satuan volume yang diizinkan dan n merupakan bilangan bulat,
hanya dibedakan oleh panjangnya.
 Lebar yang sebenarnya suatu mata skala atau yang setelah diperbesar secara
optik tidak boleh kurang dari 2 mm.
 Tinggi angka-angka yang sebenarnya atau yang setelah diperbesar secara
optik tidak boleh kurang dari 4 mm.
 5) Apabila elemen pertama alat hitung mempunyai gerak kontinyu dan
mempunyai suatu skala bergerak yang hanya untuk sebagian terlihat melalui
sebuah jendela, maka panjang jendela tersebut ke arah perpindahannya skala
harus sekurang-kurangnya 1,5 kali jarak antara dua garis skala angka
berurutan.

d. Gerakan Alat Hitung

Bergeraknya alat hitung oleh badan ukur harus tepat dan dapat tahan lama
serta dilakukan dengan menggunakan suatu alat hubung mekanis atau dengan
suatu alat magnetis permanen.

 Badan Ukur

 Badan ukur harus tahan terhadap tekanan sesuai dengan spesifikasinya yang
minimal 10 kg/cm2.
 Badan ukur harus tahan terhadap pengaruh dari suhu dan cairan yang
diukur.
 Badan ukur tidak boleh ada kebocoran pada tekanan pemakaian.

 Alat Justir

 Alat justir dapat berupa alat penyetel ruang ukur atau penyetel pada
penghantar antara badan ukur dan badan hitung.
 Meter Arus harus dilengkapi alat justir yang dapat mengubah perbandingan
antara volume yang ditunjuk oleh alat hitung dengan volume yang
sebenarnya dari yang diukur serta alat justir tersebut dapat berupa konstruksi
roda gigi khusus yang dapat diubah-ubah susunannya serta sudah terpasang
dalam Meter Arus yang bersangkutan.
 Apabila alat justir tersebut mengubah perbandingan dimaksud secara
diskontinyu, maka nilai-nilai perubahan perbandingan yang berurutan tidak
boleh berbeda lebih daripada 0,2 %.
 Penjustiran dengan cara penyadapan tidak diperkenankan
 Meter Arus untuk kontrol dalam perusahaan boleh tidak dilengkapi dengan
alat justir.

11
 Penyerahan Minimum
a. Penyerahan minimum harus ditetapkan sebagai berikut:

 apabila elemen pertama alat hitung bergerak kontinyu volume yang sama dengan
100 kali volume yang sesuai dengan 2 mm dari lebar mata skala atau volume
yang sesuai dengan 20 kali nilai skala, volume-volume tersebut dipilih yang
terbesar; dan
apabila elemen pertama alat hitung bergerak diskontinyu volume yang sesuai
dengan nilai 200 mata skala.
b. Nilai penyerahan minimum yang ditentukan berdasarkan cara-cara tersebut di
atas harus berbentuk 1 .10n , 2. 10n atau 5. 10n dalam satuan volume yang diizinkan
dan n merupakan bilangan bulat.

 Alat Perlengkapan
Meter Arus dapat dilengkapi dengan alat-alat perlengkapan, akan tetapi alat-alat
tersebut tidak mempengaruhi sifat-sifat kemetrologian Meter Arus yang
bersangkutan atau pengaruhnya relatif kecil sekali dan dapat diabaikan, kecuali
Meter Arus yang dilengkapi dengan alat kompensasi.

a. Alat pengenol (zero setting)

1) Badan hitung harus dilengkapi dengan alat pengenol.


2) Meter Arus untuk kontrol dalam perusahaan boleh tidak dilengkapi alat
pengenol.
3) Pada alat hitung kontinyu, apabila terdapat penunjukan sisa setelah
dikembalikan pada angka nol, maka selisih maksimum yang diizinkan antara
penunjukan tersebut dengan penunjukan nol tidak boleh melebihi setengah nilai
mutlak kesalahan maksimum yang diizinkan bagi penyerahan minimum dan
tidak melebihi seperlima nilai mata skalanya.
4) Pada alat hitung diskontinyu, setelah penunjukannya dikembalikan ke angka
nol, maka penunjukan harus betul-betul nol, tanpa menimbulkan keragu-raguan.

b. Penjumlah volume

1) Badan hitung yang dilengkapi dengan alat pengenol harus dilengkapi pula
dengan penjumlah volume.
2) Penjumlahan volume tidak boleh mempunyai alat pengenol.
3) Penunjukan penjumlahan volume harus merupakan deretan angka.
4) Satuan penunjukan penjumlah volume harus disebut dan harus sesuai dengan
ketentuan yang pada angka 1 huruf a angka 1).
5) Nilai mata skala elemen pertama penjumlah volume harus berbentuk 1.10n ,
2. 10n atau 5. 10n dalam satuan volume yang diizinkan dan n bilangan bulat
serta nilai mata skala elemen pertama tersebut harus sama atau lebih besar
dari pada nilai mata skala elemen pertama alat hitung volume.

12
6) Penjumlah volume dipasang sedemikian rupa, sehingga penunjukannya dapat
dibaca oleh yang berkepentingan.
7) Apabila dimungkinkan untuk melihat penunjukan penjumlah volume dan alat
hitung volume pada waktu yang bersamaan, maka ukuran angka penjumlah
volume tidak boleh lebih besar daripada setengah ukuran angka pada alat
hitung volume.

c. Badan hitung yang mempunyai alat hitung ganda

1) Badan hitung dapat mempunyai beberapa alat hitung.


2) Apabila skala dari masing-masing alat hitung dapat mempunyai nilai yang
berbeda-beda, maka penyerahan minimum harus ditetapkan berdasarkan alat
hitung yang mata skalanya terbesar.
3) Untuk seluruh volume yang diukur berdasarkan penunjukan dari alat hitung
yang berbeda, tidak boleh berselisih lebih besar daripada nilai mutlak
kesalahan maksimum yang diizinkan terhadap penyerahan minimum.

d. Alat hitung harga

1) Alat hitung volume dengan sederetan angka dan dengan alat pengenol dapat
dilengkapi dengan suatu alat hitung harga yang juga terdiri dari deretan angka
dengan alat pengenol dan sebagai satuan harga adalah harga per satuan volume.
2) Harga satuan harus dapat diatur dan harga satuan-satuan yang dipilih harus
ditunjukan oleh suatu alat penunjuk.
3) Alat pengatur penunjukan harga harus dikaitkan pada alat hitung harga sedemikian
rupa sehingga harga yang ditunjukan yang menyatakan harga volume yang
diukur harus selalu sama dengan hasil kali harga satuan yang dipilih dengan
volume yang ditunjuk.
4) Ketentuan yang berhubungan dengan alat hitung kontinyu, begitu pula persyaratan
pada huruf a, b, dan c harus diterapkan secara analog terhadap alat hitung harga
kecuali persyaratan pada huruf a angka 3) yang berkenaan dengan pengembalian
ke angka nol diatur dalam angka 10).
5) Ukuran dari angka-angka alat hitung harga tidak boleh melebihi ukuran angka-
angka alat hitung volume.
6) Sebutan rupiah (Rp) harus tercantum pada alat hitung harga.
7) Alat pengenol pada alat hitung harga dan alat hitung volume harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga secara otomatis dapat mengembalikan
kedua penunjukan ke angka nol.
8) Putaran alat hitung harga :
a) Apabila berputarnya elemen pertama alat hitung harga adalah kontinyu,
maka harga suatu volume yang sama dengan nilai mutlak kesalahan
maksimum yang diizinkan terhadap penyerahan minimum harus
sekurang-kurangnya sama dengan seperlima harga mata skala elemen
pertama alat hitung harga, akan tetapi tidak lebih rendah daripada harga yang
sesuai dengan suatu interval sebesar 2 mm pada skala elemen pertama

13
tersebut.
b) Apabila berputarnya elemen pertama pada alat hitung harga diskontinyu,
maka harga suatu volume yang sama dengan nilai mutlak kesalahan
maksimum yang diizinkan terhadap penyerahan minimum harus sekurang-
kurangnya sama dengan dua loncatan mata skala alat hitung harga.
9) Dalam kondisi pemakaian biasa, selisih antara harga yang ditunjuk dan harga
yang dihitung dengan cara mengalikan harga satuan dengan volume yang
ditunjuk tidak boleh melampaui harga cairan yang sama dengan nilai mutlak
kesalahan maksimum yang diizinkan bagi penyerahan minimum.
10) Pada alat hitung harga dengan penunjukan kontinyu, apabila terdapat penunjukan
sisa setelah dikembalikan pada angka nol, maka selisih maksimum yang
diizinkan antara penunjukan tadi dengan penunjukan nol sama dengan setengah
harga suatu volume yang sama dengan nilai mutlak kesalahan maksimum yang
diizinkan bagi penyerahan minimum dan tidak melebihi seperlima mata skala
elemen pertama alat hitung harga.
11) Pada suatu alat hitung harga dengan penunjukan diskontinyu, setelah penunjukan
dikembalikan pada angka nol, maka penunjukannya harus benar-benar nol tanpa
menimbulkan keragu-raguan.

e. Alat pencap volume dan atau harga

1) Sebuah alat pencap untuk angka volume dapat dipasang pada suatu badan
hitung.
2) Nilai mata skala pencapan harus dalam bentuk 1.10n , 2. 10n atau 5. 10n satuan
volume yang diizinkan dan n adalah bilangan bulat serta nilai tersebut di atas
setinggi-tingginya sama dengan nilai mutlak kesalahan maksimum yang diizinkan
bagi penyerahan minimum dan harus dicantumkan pada badan alat pencap.
3) Angka-angka satuan yang dipakai atau lambangnya dan jika perlu tanda komanya
harus dicapkan oleh alat pencap di atas kartu.
4) Selain dari itu alat pencap dapat mencap keterangan singkat dari penyerahan
yang dilakukan misalnya: nomor urut, tanggal, tempat pengukuran, sifat cairan
dan sebagainya.
5) Apabila alat pencap dapat mengulangi pencapannya sebelum sesuatu penyerahan
baru dimulai, maka hasil pencapan ulang tersebut harus sepenuhnya sesuai dan
mempunyai nomor urut yang sama.
6) Terhadap volume yang ditentukan berdasarkan selisih antara dua nilai yang
dicapkan atau bahkan apabila salah satu diantaranya dinyatakan oleh angka nol,
maka haruslah tidak mungkin untuk menarik kartu dari alat pencap kartu selama
pengukuran berlangsung.
7) Apabila alat pencap dan alat hitung masing-masing mempunyai sebuah alat yang
mengembalikan penunjukan pada angka nol, maka alat ini harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga pengembalian pada angka nol dari salah satu
menyebabkan pengembalian pada angka nol dari yang lainnya.
8) Selisih antara volume yang ditunjuk dan volume yang dicapkan tidak
melampaui nilai satu mata skala pencapan.
9) Alat pencap, selain dapat mencapkan besarnya volume yang diukur, juga dapat

14
mencapkan harganya termasuk harga satuannya dan untuk penjualan langsung
pada umum, alat pencap dapat juga hanya mencapkan harga yang harus
dibayar, apabila alat tersebut dihubungkan dengan alat hitung harga yang
dapat dilihat oleh pembeli. Sedangkan angka rupiah (Rp) dan komanya harus
dicapkan oleh alatalat tersebut serta angka-angka pencapan harga harus
mempunyai ukuran paling besar sama dengan ukuran angka-angka pencapan
volume.
10) Nilai mata skala pencapan harga harus dalam bentuk 1.1 0n , 2. 10n atau 5. 10n
dalam satuan rupiah dan n adalah bilangan bulat serta nilai mata skala pencapan
harga tersebut di atas tidak boleh melampaui harga suatu volume cairan yang
sama dengan nilai skala mutlak kesalahanmaksimum yang diizinkan bagi
penyerahan minimum yang tercantum pada plat skala alat hitung.
11) Badan hitung yang dilengkapi alat pencap dan atau alat hitung harga:

a) Apabila badan hitung dilengkapi dengan alat hitung harga, maka selisih
antara harga yang ditunjuk dan harga yang dicapkan tidak boleh melampaui
nilai mata skala pencapan.
b) Apabila badan hitung tidak dilengkapi dengan alat hitung harga, maka
selisih antara harga yang dicapkan dan harga yang dihitung berdasarkan
volume yang ditunjukkan dan harga satuan, harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan dalam huruf d angka 9).

f. Alat penjatah volume dan alat penjatah harga

1) Badan hitung dapat dilengkapi dengan alat penjatah volume.


2) Volume yang diinginkan ditentukan lebih dahulu dengan cara menyetel suatu
alat berskala yang mempunyai tanda batas atau menyetel alat berangka yang
dapat menunjuk volume yang diinginkan.
3) Apabila bekerjanya suatu alat penjatah volume dilakukan dengan memakai
beberapa alat pengatur yang satu sama lain tidak ada hubungannya, maka nilai
mata skala yang berkenaan dengan suatu alat pengatur harus sama dengan nilai
mata skala dari alat pengatur berikutnya.
4) Alat penjatah volume boleh diatur sedemikian rupa, sehingga untuk mengulangi
penyerahan volume yang dipilih tidak perlu menyetel alat pengaturnya lagi.
5) Apabila dimungkinkan melihat secara bersamaan angka yang ditunjukkan
oleh alat penjatah volume dan angka yang ditunjukkan oleh alat hitung volume,
maka angka-angka yang disebut pertama harus dapat dibedakan secara jelas
daripada yang disebut kemudian, dengan syarat ukuran-ukuran angka yang
disebut pertama harus lebih kecil.
6) Alat penjatah dapat mempunyai konstruksi yang kedudukan
penunjukannya tetap selama pengukuran berlangsung, dapat pula mempunyai
mempunyai konstruksi yang kedudukan penunjukannya berangsur-angsur
kembali ke angka nol.
7) Dalam kondisi pemakaian yang biasa, selisih yang terdapat antara volume yang
dijatahkan dan volume yang ditunjukkan oleh alat hitung pada akhir
pelaksanaan pengukuran tidak boleh melampaui setengah nilai mutlak dari

15
kesalahan maksimum yang diizinkan bagi penyerahan minimum.
8) Volume yang dijatahkan dan volume yang ditunjukkan oleh alat hitung harus
dinyatakan dengan satuan yang sama. Satuan ini atau lambangnya harus
dicantumkan pada alat penjatah.
9) Nilai mata skala terkecil dari alat penjatah tidak boleh lebih kecil daripada
nilai mata skala elemen pertama alat hitung.
10) Jika dianggap perlu, maka alat penjatah boleh dilengkapi dengan alat yang
dapat menghentikan cairan secara mendadak.
11) Apabila sebuah alat penjatah dilengkapi dengan alat untuk memperlambat
debit aliran pada akhir pengukuran, maka untuk mencegah penyetelan secara
tidak sah, pada alat perlengkapan tersebut harus disediakan tempat-tempat
penyegelan.

12) Ketentuan pada angka 7) dan angka 11) tidak berlaku bila suatu alat pencap
kartu dipasang pada Meter Arus, tetapi alat penjatahnya tidak terlihat oleh
umum.
13) Meter Arus yang dilengkapi dengan alat hitung harga dapat pula dilengkapi
dengan alat penjatah harga yang menghentikan mengalirnya cairan jika harga
yang ditunjuk telah sesuai dengan harga yang telah disetel sebelumnya.
Persyaratan pada angka 2) sampai dengan angka 12) berlaku juga untuk alat
penjatah harga.

g. Alat kompensasi suhu

1) Alat kompensasi suhu hanya boleh dipasang pada Meter Arus yang
menunjukkan volume ukurnya pada suhu dasar.
2) Alat kompensasi suhu harus mempunyai bulb sebagai sensor suhu dan boleh
dilengkapi dengan gravity selector untuk memilih specific gravity yang sesuai
dengan cairan ukurnya.
3) Pada alat kompensasi suhu harus terdapat keterangan-keterangan yang jelas
terbaca dan tidak mudah terhapus mengenai:

 merek
 model/tipe
 nomor seri/tahun pembuatan

4) Alat kompensasi suhu dipasang di antara badan ukur dan badan hitung volume.

5) Meter Arus yang dilengkapi dengan alat kompensasi suhu dapat ditambah
dengan alat penunjuk volume ukur pada suhu operasional.
6) Alat kompensasi suhu diuji tersendiri.
 Instalasi Ukur
a. Instalasi ukur harus mempunyai perlengkapan untuk memisahkan dan
menampung zat-zat padat yang mengotori cairan antara lain penampung
lumpur, saringan dan sebagainya.

16
b. Instalasi ukur harus dilengkapi den gan alat pemisah udara untuk
memisahkan gas atau udara yang terbawa oleh cairan.
Alat pemisah udara tersebut dapat ditiadakan, jika cairan disalurkan ke Meter
Arus dengan cara gerak jatuh (gravitasi), atau pada instalasi ukur untuk
cairan yang kental (minyak pelumas), apabila kemungkinan pencampuran
gas atau udara ke dalam cairan dapat dicegah secara sempurna.

c. Instalasi ukur dengan kapasitas kurang dari 100 l/min harus dilengkapi
dengan gelas penglihat untuk mengamati dengan mudah gas atau udara
yang terbawa oleh cairan. Gelas penglihat tidak diperlukan, jika dinding
dari ruang ukurnya tembus cahaya, atau pada instalasi ukur dari tangki ukur
yang penyerahannya dilakukan dengan cara gerak jatuh dan kemungkinan
tercampurnya gas atau udara di dalam dapat diatasi dengan pemasangan
peralatan lain yang sesuai. Gelas penglihat harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga gelembung-gelembung gas atau udara yang terbawa dalam cairan
dapat terlihat, walaupun pada kecepatan alir maksimum. Pada instalasi ukur
yang besar dapat juga diizinkan alat penunjuk gas yang dilengkapi dengan
alat pemberi tanda secara optik atau akustik.

d. Instalasi ukur untuk penyerahan yang memerlukan waktu lama harus


dilengkapi dengan suatu alat penampung gas yang menampung sebagian
dari gas atau udara yang mungkin terbawa dalam cairan.

e. Saluran-saluran penyerahan harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat


dijamin bahwa volume cairan yabg diukur dapat diserahkan secara
keseluruhan, baik melalui satu cabang maupun beberapa cabang, akan
tetapi pencabangan saluran penyerahan diizinkan apabila dapat diatur
sedemikian rupa sehingga dapat ditampung cairan hanya dari satu cabang
penyerahan saja. Pada instalasi ukur yang bekerjanya dengan sistem slang
penyerahan penuh, maka bagian yang lemas dari saluran penyerahan harus
dibuat sedemikian rupa dan sewaktu tidak digunakan dapat ditempatkan
sehingga udara yang ada di dalamnya dapat dijamin akan terkumpul di suatu
gelas penglihat dan selanjutnya dapat dikeluarkan lewat suatu kran pelepas.
f. Instalasi ukur harus dilengkapi dengan perlengkapan yang cocok atau sesuai
untuk memberikan batasan yang tidak meragukan pada cairan yang diukur,
seperti perlengkapan penutupan aliran yang diatur secara baik dan gelasgelas
pelimpah.
g. Instalasi ukur, jika pada penggunaannya terdapat kemungkinan bahwa
cairannya dapat mengalir balik, maka antara alat pemisah gas dan Meter
Arus harus dipasang suatu katup penahan aliran balik.
h. Instalasi ukur harus dibangun sedemikian rupa, sehingga pengujian-
pengujian yang harus dilaksanakan, demikian juga pembubuhan tanda-tanda
tera dapat dilakukan dengan mudah.
i. Jika kemampuan pompa yang dimiliki instalasi ukur begitu besar sehingga
dapat memompa cairan dengan kecepatan alir yang melebihi 120% dari
kapasitas maksimum Meter Arus tersebut, maka suatu alat pengatur harus
dipasang sebelum instalasi ukur, dengan maksud agar Meter Arus terhindar
dari pembebanan lebih.
17
Aturan ini juga berlaku untuk instalasi gerak jatuh.

j. Alat-alat instalasi ukur harus disusun menurut urutan sesuai dengan gambar
3.1 di bawah ini :

Gambar 2.2.6 Alat-Alat Instalasi Ukur

P = Pompa (agar dibuatkan bypass).


S = Saringan (boleh di depan pompa).
AE = Pemisah udara/gas.
PG = Penampung gas.
M = Meter Arus Volumetrik
G = Gelas penglihat
K = Kran/nozzle (pistol kran)

2.2.7 Persyaratan Kemetrologian


 Batas kesalahan penunjukan instalasi Meter Arus lengkap

a. Batas kesalahan penunjukan yang diizinkan pada pengujian pertama terhadap


suatu instalasi Meter Arus lengkap dalam kondisi ukur yang lazim, tercantum
dalam tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 2.2.7A Batas Kesalahan Penunjukan

Volume Ukur (liter) Batas Kesalahan Penunjukan


0,02 sampai 0,1 ± 2 ml
0,1 sampai 0,2 ± 2 % dari volume ukur
0,2 sampai 0,4 ± 4 ml
0,4 sampai 1 ± 1 % dari volume ukur
1 sampai 2 ± 10 ml
2 lebih ± 0,5 %

Batas kesalahan penunjukan untuk penyerahan minimum adalah dua kali dari
nilai tersebut di atas untuk volume ukur yang bersangkutan.Untuk penyerahan cairan

18
yang lebih besar dari penyerahan minimum tersebut di atas, batas kesalahan
penunjukan sesuai dengan tabel di atas tetapi tidak lebih kecil daripada batas
kesalahan penunjukan pada penyerahan minimum.

b. Batas kesalahan penunjukan untuk:


1) instalasi Meter Arus gas yang dicairkan;
2) instalasi Meter Arus bagi cairan yang diukur pada suhu lebih rendah dari
pada -10 °C atau lebih tinggi dari pada +50 °C; dan
3) instalasi ukur yang kecepatan alir minimumnya tidak melebihi 1 (satu)
liter per jam, adalah dua kali dari apa yang ditetapkan dalam huruf a
tabel 2.2.7.

c. Jika di dalam batas-batas kemampuan instalasi ukur, kesalahan penunjukan

yang diakibatkan oleh perubahan kecepatan alir pada penyerahan volume


tertentu kesemuanya bertanda sama (positif semua atau negatif semua), maka
sekurang-kurangnya satu dari kesalahan penunjukan ini sama atau lebih kecil
daripada nilai setengah kesalahan penunjukan maksimum yang diizinkan untuk
volume ukur yang bersangkutan.

 Batas kesalahan penunjukan Meter Arus tersendiri

a. Meter Arus Kerja


Batas kesalahan penunjukan pada tera maupun tera ulang untuk Meter Arus
kerja tersendiri berlaku batas kesalahan sebagaimana ditetapkan dalam angka
1 huruf a.
Diisyaratkan pula bahwa kesalahan penunjukan selain harus memenuhi
persyaratan pada angka 1 huruf a, b, dan c, harus mempunyai kurva kesalahan
penunjukan untuk masing-masing kondisi uji yang bersangkutan yang tidak
boleh cenderung meningkat terus atau menurun terus.

b. Meter Arus Induk


Batas kesalahan maksimum yang diizinkan pada tera maupun tera ulang
adalah kurang lebih 0,2 % untuk setiap kondisi uji.
Disyaratkan pula bahwa kesalahan penunjukan untuk masing-masing kondisi uji
yang bersangkutan tidak boleh cenderung meningkat terus atau menurun terus.

 Ketidaktetapan

a. Meter Arus Kerja


Batas terbesar ketidaktetapan yang diizinkan untuk Meter Arus kerja dalam
kondisi uji adalah sama dengan 0,1%, dengan catatan bahwa pengujian yang
dilakukan dalam masing-masing kondisi uji tersebut harus sekurangkurangnya
tiga kali.

19
b. Meter Arus Induk
Batas terbesar ketidaktetapannya adalah 0,05 %, dengan catatan bahwa
pengujian yang dilakukan dalam masing-masing kondisi uji tersebut harus
sekurang-kurangnya tiga kali.

 Batas kesalahan dan ketidaktetapan alat kompensasi suhu


Batas kesalahan terbesar rata-rata pada tera maupun tera ulang untuk alat
kompensasi suhu adalah ± 0,1 %, sedangkan batas ketidaktetapan maksimum
yang diizinkan adalah 0,05 %, dengan catatan bahwa pengujian yang dilakukan
dalam masing-masing kondisi uji tersebut harus sekurang-kurangnya tiga kali.
 Cairan Uji
Meter Arus yang berfungsi untuk mengukur bahan bakar minyak (premium, minyak
tanah, dan solar), pengujiannya selain dengan cairan ukurnya juga dapat dilakukan
dengan premium, minyak tanah atau solar. Mengenai batas kesalahan
penunjukannya berlaku nilai-nilai dalam tabel 2.2.7B.
Karena kesalahan penunjukan Meter Arus sedikit banyak tergantung pada cairan
uji yang digunakan, maka kesalahan penunjukannya ditetapkan seperti pada tabel
2.2.7B di bawah ini.

Tabel 2.2.7B Batas Kesalahan Penunjukan Untuk Cairan Uji

No Batas kesalahan
Batas kesalahan
penunjukan untuk penunjukan untuk cairan
Pada uji
pengujian cairan uji sama dengan
cairan ukurnya berbeda dengan cairan
dengan ukurnya
(1) (2) (3)
1 Bensin ± 0,5 % -0,5 sampai +0,4 %
2 Minyak tanah ± 0,5 % -0,4 sampai +0,4 %
3 Solar ± 0,5 % -0,4 sampai +0,5 %

2.3 Pengenalan Tangki Ukur Mobil Tangki


2.3.1 Identitas Tangki Ukur Mobil Tangki
1. Tulisan harus terlihat jelas dan mudah dibaca
2. Dipasang tetap dan sedemikian rupa, sehingga tidak dapat dilepas tanpa merusak
segel dari unit metrologi

20
3. Terbuat dari material yang tahan pada kondisi operasi yang ditentukan pada tangki
dan harus memungkinkan untuk mencantumkan data dengan mudah
4. Menyediakan tempat untuk pembubuhan cap tanda tera

2.3.2 Lemping Pelat


1. Tulisan TANGKI UKUR MOBIL, dengan tinggi huruf 15 mm dan tebal 3 mm
2. Nomor kompartemen, dengan tinggi huruf 15 mm dan tebal 3 mm
3. Tulisan VOLUME NOMINAL, dengan tinggi huruf 15 mm dan tebal 3 mm
4. Tempat pembubuhan nomor TUM, dengan ukuran 15 mm × 30 mm
5. Angka dan huruf yang menunjukkan volume nominal dengan liter, dengan tinggi
angka/huruf 30 mm dan tebal 5 mm
6. tempat pembubuhan tanda tera, dengan ukuran 15 mm × 30 mm

Keterangan tersebut di atas harus dicantumkan dengan menggunakan huruf


dan/atau angka tenggelam dengan lemping volume nominal berukuran 100 mm ×
150 mm × 1,5 mm yang ditempatkan pada sisi kiri leher dom/manhole atau (bagian
dalam) tanggul pengaman.

2.3.3 Persyaratan Teknis TUM

TUM terdiri dari satu atau beberapa kompartemen dan setiap kompartemen
dianggap sebagai sebuah tangki yang terpisah dan harus memenuhi syarat teknis ini.
Konstruksi TUM, alat tambahan, dan sistem level gauge yang ada dalam TUM, harus
selaras dengan fungsi tangki sebagai alat ukur dan memenuhi persyaratan teknis
sebagai berikut:

I. Konstruksi TUM.
a. Tiap-tiap tangki harus memiliki dinding tangki dan ujung-ujung serta alat
pengosongan.
b. Bentuk dan carapemasangan TUM termasuk instalasi alat pengosongan harus
sedemikian rupa, sehingga TUM dapat terkuras secara keseluruhan.
c. Alat pengosongan harus mempunyai satu atau dua pipa pengosongan masing-masing
dilengkapi dengan katup penghenti.
d. Aliran cairan antara tangki dan pipa pengosongan dapat dihentikan oleh foot valve.

21
e. Jika tangki menggunakan dua pipa pengosongan, maka tangki harus dilengkapi
dengan fasilitas penguncian, agar dapat mencegah penggunaan dari kedua pipa
pengosongan secara bersamaan.
f. Tangki dilengkapi dengan pipa pembongkaran dan dapat ditempatkan dibagian
belakang, dengan memenuhi ketentuan pada huruf c dan huruf d.
g. Tangki dapat dipasang alat pemisahan air.
h. Tangki yang dilengkapi dengan level gauge harus memiliki sebuah dom dengan
dilengkapi manhole yang diletakkan di bagian atas tangki.
i. Tangki yang dilengkapi dengan level gauge mekanik, harus dipasang tangga yang
dapat memberikan akses terhadap dom dan bagian atas tangki, sehingga
memungkinkan petugas untuk melakukan pengukuran atau memeriksa tangki.
j. Jika TUM dilengkapi dengan level gauge elektronik, maka:
 Akses ke bagian dalam tangki harus dapat dicegah dengan penyegelan atau cara
yang lainnya; atau
 Pemeriksaan visual pada bagian dalam tangki tersebut harus diupayakan agar
pemeriksa dapat melakukan pengukuran atau pemeriksaan tangki.
k. TUM dapat dilengkapi dengan katup saluran udara dan katup pengaman atau flame
arresters.
l. Tangki yang digunakan untuk mengangkut cairan yang dapat dikonsumsi,
karakteristik struktur dari tangki (bentuk, bahan, dan lainlain) tidak boleh
mempengaruhi kualitas cairan yang diangkut
m. TUM harus memiliki:
 Pipa pembuangan udara (Vapor Return Pipe) untuk menyalurkan udara dari dalam
TUM BL keluar saat dilakukan operasi pengisian/pembongkaran, tanpa perlu
membuka manhole;
 Pressure vacuum valve (PV Valve) berupa katup pada manhole untuk menjaga
kompartemen tangki, agar tidak mengalami kelebihan tekanan atau kevakuman
akibat perubahan volume cairan karena pemuaian atau penciutan cairan akibat
perubahan suhu;
 Free vent yaitu saluran udara pada TUM;
 Bentuk, bahan-bahan, elemen penguat dan metode pembentukan atau produksi
harus dipilih, sehingga pada kondisi operasi yang ditentukan, tangki tidak dapat
terpengaruh oleh lingkungan dan cairan yang ada di dalamnya; dan

22
 Tanggul pengaman berupa plat logam yang dipasang keliling di atas TUM yang
berfungsi untuk melindungi alat tambahan di atas TUM dari kemungkinan
kerusakan akibat benturan.
n. Bahan tangki harus memiliki koefisien ekspansi linier kurang dari 33·10−6 K−1.
o. Setiap tangki atau kompartemen harus dibentuk sedemikian rupa, sehingga tidak ada
udara yang terkurung selama pengisian dan tidak ada cairan yang tertahan selama
pengosongan pada sembarang posisi yang diizinkan untuk penggunaan alat tersebut.
p. Pipa untuk pengeluaran, tetesan, atau ventilasi dapat digunakan untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan di atas.
q. Kapasitas TUM berkisar antara 0,5 m3 sampai 50 m3.
r. Kapasitas tangki ukur tidak boleh melebihi 10 % dari yang telah ditentukan dalam
dokumen rancangan.
s. Spesifikasi dari kapasitas nominal harus memperhitungkan regulasi nasional atau
internasional yang menjelaskan volume pengisian maksimum dari tangki.
t. Tangki harus kuat dan memiliki ketahanan melalui uji keselamatan yang memadai
oleh instansi yang berwenang.
u. Variasi tinggi acuan pada tangki atau tiap kompartemen saat pengisian tidak boleh
melebihi dari 2 mm.
v. Perubahan volume kompartemen tidak boleh melebihi 0,1 % dari volume nominal
ketika kompartemen yang bersebelahan atau kompartemen – kompartemen diisi atau
dikosongkan.
w. Untuk memudahkan pengurasan tangki secara total, tangki dibuat dengan bentuk
yang memadai dan/atau dengan kemiringan minimal 1:50 (1,2°) pada bawah tangki
dengan posisi kendaraan pada tanah datar dan volume cairan yang tertinggal dalam
tangki atau kompartemen setelah pengurasan total tidak boleh melebihi dari 0,05 %.
x. Dom harus dilas dan berada pada bagian yang lebih tinggi dari badan dengan
berbentuk leher dan harus:
 Berbentuk silinder, dengan dinding-samping vertikal;
 Berdiameter paling sedikit 400 mm serta memungkinkan untuk pemeriksaan
bagian dalam tangki;
 Memiliki dinding samping dan dipasang menembus dinding tangki, sehingga
gelembung udara tidak terbentuk ketika pengisian pada tinggi pengisian
maksimum; dan

23
 Memiliki dinding samping yang dilengkapi dengan lubang atau tempat keluar
dengan dimensi yang sesuai dan posisi yang cukup tinggi serta dipasang
menembus dinding tangki agar gelembung udara tidak terbentuk.
y. Penampang melintang dari dinding tangki dan dom harus memiliki sumbu vertikal
yang simetris, dalam hal ini konstruksi lainnya tetap diizinkan dengan syarat
kebenaran pengukuran volume harus tetap terjamin.
z. Sekat (baffle) dan elemen-elemen penguat yang mungkin dipasang di dalam TUM
harus mempunyai bentuk dan memiliki lubang sedemikian rupa, sehingga pengisian,
pengosongan, dan pemeriksaan kekosongan TUM tidak terganggu. Dalam hal telah
dilakukan peneraan atas TUM, tidak diperbolehkan untuk menambahkan atau
menghilangkan benda koreksi (dead wood) ke dalam maupun keluar tangki dengan
tujuan mengubah kapasitas tangki.

II. Alat Tambahan


Alat tambahan yang terdapat dalam TUM terdiri dari alat pengosongan, alat
pompa eksternal, dan alat lainnya. Alat-alat tersebut dipasang dan digunakan sesuai
dengan cara yang dipersyaratkan.
a. Alat pengosongan
Untuk alat pengosongan, cara pengosongan satu kompartemen dengan
kompartemen lainnya dilakukan secara terpisah dan teknis konstruksinya harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Dapat menjamin pengosongan total dengan cepat dan aman terhadap cairan yang
dimuat di dalam tangki;
2) Harus dihubungkan dengan bagian terbawah dari dinding tangki;
3) Pipa pengosongan harus sependek mungkin dan mempunyai kemiringan yang
mencukupi terhadap katup penghenti atau stop valve;
4) Kemiringan pipa yang dipersyaratkan minimal 2°;
5) Katup penghenti harus mudah dijangkau dan harus diletakkan pada bagian belakang
atau bagian samping tangki;
6) Jika tangki terdiri dari satu atau lebih kompartemen ukur, maka tiap-tiap kompartemen
harus diberikan alat penghenti, baik secar manual maupun otomatis yang diletakkan
secara terpisah dalam setiap saluran pengiriman;

24
7) Pengaruh kemiringan tangki ukur harus simetris, baik dalam arah longitudinal maupun
transversal dan sensor ketinggian harus diminimalisasikan dengan cara dipasang
terpusat, konstruksi lainnya tetap diizinkan asalkan kebenaran pengukuran volumenya
8) Untuk pemeriksaan kekosongan pada tiap-tiap saluran pengiriman, jika diperlukan
dapat dipasang detektor cairan di sekitar titik terendah dan detektor cairan tersebut
dapat berupa perangkat elektronik atau parangkat optik seperti gelas penglihat; dan
9) Alat ventilasi pada sistem ukur TUM harus dilindungi, sehingga tidak dapat dicabut
atau dipindahkan dengan maksud untuk mencegah pengambilan muatan secara ilegal
dari alat ventilasi.

b. Instalasi pengukuran dan pemompaan eksternal


Jika instalasi pengukuran dan pemompaan eksternal dimaksudkan untuk
menghubungkan tangki dengan pemompaan terpisah atau alat ukur, maka instalasi
pengukuran dan pemompaan eksternal tersebut harus dilengkapi dengan alat kopling yang
dapat dilepas yang sependek mungkin dan mudah untuk dihubungkan atau dilepas.

c. Alat lainnya
Tangki dapat dilengkapi dengan alat lainnya seperti detektor ketinggian atau alat
penghenti ketinggian cairan. Penggunaan alat ini untuk memfasilitasi pembacaan indeks
atau menghentikan aliran secara otomatis (ketinggian cairan mencapai indeks) diizinkan
dengan ketentuan tidak ada kesalahan pengukuran tambahan yang terjadi.

III. Sistem level gauge


Sistem level gauge harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:
 Level gauge harus menjamin pembacaan yang aman, mudah, dan tidak
membingungkan, serta penggunaannya tidak dipengaruhi oleh kemiringan tangki
pada kondisi operasi yang ditentukan;
 Indeks atau sumbu pengukuran vertikal harus sedekat mungkin dengan garis tengah
memanjang pada tangki;
 Sistem pengukuran ketinggian akan melakukan suatu pengukuran ketinggian yang
sah, apabila permukaan cairan tenang, sehingga jika dilakukan pengukuran berulang,
maka hasilnya akan sama atau mendekati; dan

25
 Ketika rentang pengukuran pada sensor ketinggian tercapai, penunjukan visual
dan/atau audio harus terjadi secara otomatis.

Sistem level gauge untuk pengiriman dengan kompartemen penuh harus


memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Bentuk tangki harus dibuat sedemikian rupa, sehingga daerah ketinggian yang ditera
memenuhi syarat kepekaan;
 Untuk tangki tidak bertekanan, harus dimungkinkan untuk menera ketinggian dari
cairan yang dimuat secara manual. Alat peneraan (gauging) diposisikan sedekat
mungkin dengan titik berat penampang horisontal kompartemen dalam rentang
pengukuran ketinggian;
 Jika ujung bawah dari level gauge dekat dengan bagian dasar tangki, maka
sumbunya harus berpotongan dengan bagian dasar tangki pada titik yang tidak
terdapat lubang atau rintangan dalam radius 100 mm dan jika hal ini tidak dapat
dicapai, maka harus dibuatkan meja ukur yang permanen berukuran 100 mm × 100
mm untuk menjamin keterulangan (repeatability) pengukuran;
 RPB dan RPT harus didefinisikan dan dinyatakan dengan jelas; dan
 Sambungan antara dinding tangki dengan dom harus sedemikian rupa, sehingga alat
peneraan dapat ditahan dalam posisi vertikal selama pengukuran.

Sistem level gauge untuk pengiriman parsial harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
 TUM yang dipakai untuk menerima atau menyerahkan volume cairan tidak penuh
sesuai dengan volume nominalnya harus dilengkapi dengan alat ukur yang sah, berupa
tabel volume tangki dengan level gauge atau meter arus;
 TUM sebagaimana dimaksud pada huruf a yang dilengkapi dengan table volume
tangki dan meter arus untuk penyerahan eceran, dibebaskan dari tera ulang; dan
 Untuk meredam gelombang permukaan, pada sensor ketinggian dapat dipasang
tabung peredam yang diletakkan secara vertikal dari bagian atas ke bagian bawah
tangki (tidak harus mencapai dasar, tergantung aplikasinya), dan harus
memungkinkan untuk perpindahan cairan.

Sistem level gauge dengan pelampung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

26
 Massa dan volume pelampung tidak boleh berubah baik karena pengaruh cairan yang
diukur maupun tekanan;
 Penampang melintang (cross section) pelampung dalam rentang perubahan
kedalaman pencelupan harus dapat terlihat; dan
 Bentuk pelampung harus dirancang, sehingga tidak ada cairan yang tertahan, kecuali
untuk lapisan cairan yang disebabkan oleh efek kapiler. Selain itu juga tidak ada gas
atau gelembung udara yang dapat terbentuk di bawah pelampung.

Sistem level gauge dengan pengukuran waktu tempuh atau gelombang harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Masuk dalam rentang ukur untuk produk/cairan yang digunakan; dan
 Pengaruh-pengaruh parameter produk pada pengukuran waktu tempuh atau
gelombang harus dikompensasi dengan metode yang sesuai.

2.3.4 Persyaratan Kemetrologian


A. Persyaratan Kemetrologian TUM
TUM harus memenuhi persyaratan kemetrologian sebagai berikut:
 Satuan yang digunakan adalah satuan ukuran yang ada dalam satuan Sistem
Internasional (SI) dan untuk besaran panjang harus dinyatakan dalam mm, sedangkan
untuk besaran volume dinyatakan dalam liter;
 Sistem ukur dirancang dan diproduksi sedemikian rupa, sehingga kesalahannya tidak
melebihi batas kesalahan yang diizinkan;
 Setiap kompartemen pada tangki harus ditentukan jumlah terukur minimumnya
dengan nilai tidak melebihi 1/4 (satu perempat) dari volume nominalnya;
 Batas kesalahan maksimum yang diizinkan untuk tera volume nominalnya ± 0,1%
sedangkan untuk tera ulang ± 0,2%;
 Kepekaan di sekitar volume nominal tidak boleh kurang dari 2 mm pada setiap
perubahan 0,1% dari volume nominal; dan
 Ruang kosong minimum 0,75 % dari volume nominal.

B. Persyaratan Kemetrologian Alat Penunjukan dan Alat Bantu TUM


Alat penunjukan dan alat bantu TUM harus memenuhi persyaratan kemetrologian
sebagai berikut:

27
 Tampilan dan print out harus dapat menunjukkan data yang konsisten, sesuai dengan
produk yang sedang diukur;
 Alat penunjukan harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pembacaan penunjukan harus tepat (presisi), mudah dimengerti, dan tidak
membingungkan, sehingga pelanggan dapat dengan mudah memeriksa;
2) Resolusi penunjukan yang diperlukan harus berdasarkan satuan ukuran dalam bentuk
1 ×10n, 2 ×10n, atau 5 ×10n dan tidak boleh melebihi 1/20 (satu perduapuluh)
volume nominal, n merupakan bilangan bulat baik positif maupun negatif termasuk
nol;
3) Untuk penggunaan di titik serah yang dijual langsung kepada publik, penunjukan
kuantitas selama periode pengukuran harus terus menerus ditampilkan;
4) Keluaran (output) dari semua nilai-nilai yang diukur dan dihitung harus
memungkinkan untuk dapat diakses, namun tidak diperlukan secara permanen untuk
menunjukkan semua nilai-nilai;
5) Kondisi pengukuran secara aktual maupun secara dasar harus jelas;
6) Sistem ukur dapat mempunyai beberapa satuan untuk menunjukkan nilai
pengukuran yang sama dan tiap-tiap penunjukan ini harus memenuhi semua
persyaratan yang ditentukan; dan
7) Nilai yang ditampilkan pada display merupakan nilai yang terkoreksi dan nilai yang
tidak terkoreksi harus disimpan untuk keperluan pengujian.
 TUM yang dilengkapi sistem pencetakan (printing device) harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Sistem harus siap memeriksa sebelum pengiriman atau penerimaan dimulai dan
printer sudah dihubungkan (meskipun hanya sementara) yang siap digunakan untuk
transaksi. Sistem ini hanya diwajibkan untuk sistem ukur bagi penjualan langsung ke
publik, dan penetapan kewajiban tersebut dapat dikecualikan untuk wilayah dengan
system yang belum memungkinkan;
2) Data dokumen pengiriman atau penerimaan yang akan dicetak sekurang-kurangnya
harus berisi informasi mengenai:
 Identitas untuk sistem ukur, meliputi nomor seri, plat nomor dari semi-trailer, dan
jumlah kompartemen;
 Nama produk atau nama kelompok produk;
 Nomor seri transaksi yang disertakan untuk tiap-tiap transaksi; dan

28
 Volume, rapat massa, dan suhu pada kondisi kerja.
3) Jika transaksi pengiriman atau penerimaan lebih dari satu kompartemen yang
digunakan, maka hasil dapat dicetak pada dokumen pengiriman atau penerimaan
yang sama dan jika terdapat lebih dari satu hasil pencetakan untuk produk yang
sama, maka hasil-hasil ini dapat dijumlahkan; dan
4) Berita acara atau dokumen serah terima produk harus berisikan check list data yang
telah diverifikasi.
Persyaratan tambahan untuk sistem ukur yang dilengkapi dengan piranti
elektronik, piranti elektronik dari sistem ukur harus dirancang dan dirakit
sedemikian rupa, sehingga kesalahannya tidak melampaui batas kesalahan yang
diizinkan pada kondisi operasi yang ditentukan.

2.4 Pengenalan Tangki Timbun


2.4.1 Identitas Tangki Timbun
 Tiap TUTSIT harus diberi lemping plat tanda pabrik serta diberi tanda dengan nomor
dan/atau huruf yang ditulis pada dinding dengan jelas.
 TUTSIT yang dipakai untuk cairan ukur bahan bakar minyak dapat dicat keseluruhan
atau sebagian dengan warna yang berbeda-beda untuk masingmasing jenis bahan
bakar minyak.
 TUTSIT yang baru diuji untuk tera harus dipasangi lemping volume nominal.
 Bentuk dan ukuran lemping volume nominal sesuai dengan gambar yang tercantum
dalam Lampiran

2.4.2 Persyaratan TUTSIT Sebelum Peneraan


 TUTSIT yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
 Label tipe harus terlekat pada TUTSIT asal impor yang akan ditera.
 TUTSIT yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek
pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik.
 TUTSIT yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek
pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk TUTSIT asal impor
sebelum ditera.
 TUTSIT yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.

29
2.4.3 Persyaratan Teknis
A. Bahan
a. TUTSIT harus dibuat dari logam yang baik dan kuat untuk menjamin kesaksamaan
pengukuran volume cairan;
b. Dinding dibuat dari lembaran plat logam yang disambung dengan las atau keling
sehingga TUTSIT tersusun dari beberapa cincin;
c. Tebal plat yang tersusun dalam satu cincin harus sama;
d. Tebal plat suatu cincin harus lebih atau sama dengan tebal plat yang ada diatasnya;
e. TUTSIT yang dipakai untuk cairan ukur yang dipanaskan dan TUTSIT yang dipakai
untuk gas cair dindingnya dapat dilapisi dengan bahan isolator.

B. Konstruksi
a. TUTSIT harus dibuat dengan bentuk, ukuran, konstruksi dan pemasangan sedemikan
rupa, sehingga:
 Tidak ada udara terkurung saat pengisian atau cairan tertinggal saat pengeluaran,
di luar perhitungan; dan
 Memudahkan saat pelaksanaan pengujian dengan metode geometrik.
b. TUTSIT dapat berupa TUTSIT Atap Tetap, TUTSIT Atap Terapung dan TUTSIT
Tutup Terapung;
c. Bentuk Atap Tetap dapat berupa kerucut atau kubah;
d. Di pinggir Atap Tetap harus ada pagar pengaman;
e. TUTSIT Atap Terapung dan TUTSIT Tutup Terapung harus dilengkapi kaki
penyangga atap atau tutup yang dapat diatur kedudukannya;
f. Bentuk Atap Terapung yang berupa ponton harus sesuai dengan gambar konstruksi;
g. Dasar TUTSIT harus terletak di atas pondasi yang kokoh, sehingga dalam pemakaian
tidak terjadi perubahan volume yang besar;
h. TUTSIT harus mempunyai perlengkapan alat ukur tinggi cairan ukur yang dapat
berupa pita ukur (depth tape) dan/atau alat ukur tinggi permukaan (level gauge)
mekanik atau elektronik. TUTSIT yang pengujiannya dengan metode volumetrik
harus dilengkapi gelas duga dan skala untuk membaca volume cairan di dalam
TUTSIT.
i. TUTSIT yang dipakai untuk cairan ukur yang dipanaskan, pada dindingnya harus
dilengkapi thermowell;

30
j. TUTSIT harus mempunyai:
(1) Pipa masukan;
(2) Pipa keluaran;
(3) Lubang masuk;
(4) Pintu kuras atau pintu buang;
(5) Lubang ukur; dan
(6) Meja ukur.
k. TUTSIT yang dilengkapi gelas duga dan plat skala tidak perlu ada lubang ukur dan
meja ukur;
l. Lubang ukur harus:
(1) Berkedudukan di dekat ujung tangga; dan
(2) Dilengkapi dengan indeks penunjukan pengukuran dan pipa pengarah.
m. Meja ukur
(1) Kedudukan meja ukur harus serendah mungkin, akan tetapi lebih tinggidari pada
titik tertinggi dasar TUTSIT dan terletak tepat di bawah lubang ukur;
(2) Meja ukur dipasang pada dinding bagian dalam cincin I atau pada ujungpipa
pengarah; dan
(3) Ukuran meja ukur 300 mm x 300 mm x 10 mm.
n. Pipa pengarah
(1) Ujung bawah pipa pengarah harus sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu
pengukuran tinggi cairan ukur; dan
(2) Bagian atas dinding pipa pengarah setinggi TUTSIT harus berlubang.

2.4.4 Persyaratan Kemetrologian


Batas Kesalahan :
 Kemiringan TUTSIT pada tera/tera ulang yang lebih besar atau sama dengan 1 (satu)
berbanding 70 (tujuh puluh), maka daftar volume tangki harus dicantumkan faktor
koreksi;
 Batas kesalahan yang diizinkan (BKD) pada tera/tera ulang ± 0,2%; dan
 Penyerahan/penerimaan minimum diizinkan sejumlah volume yang menimbulkan
perubahan tinggi permukaan cairan ukur 2 meter.

31
2.5 Pembubuhan Tanda Tera
2.5.1 Meter Arus
A. Penandaan Tanda Tera
Pada Meter Arus dipasang lemping tanda tera sebagai tempat pembubuhan
Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan dibubuhkan
dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari Meter Arus yang sudah
disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau
perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Tempat Tanda Tera


 Tera

 Tanda Daerah ukuran sumbu panjang 4 mm, Tanda Pegawai Yang


Berhak (H) dan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 4 mm dibubuhkan pada
lemping dari logam tahan karat berbentuk persegi panjang yang dipasang atau
diikat dengan kawat segel serta dijamin dengan Tanda Jaminan Plombir (JP)
ukuran 8 mm.

32
 Untuk pompa ukur BBM, Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm
dibubuhkan pada tempat yang khusus untuk penyegelan dari badan hitung
sedemikian rupa, sehingga mudah serta jelas terlihat dari luar.

 Untuk Meter Arus selain pompa ukur BBM, pada baut-baut pengikat tutup
badan hitung dibubuhkan Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm.

 Untuk pompa ukur BBM, satu Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dan
satu Tanda Pegawai Yang Berhak ukuran 8 mm dibubuhkan secara
bersebelahan (bertolak belakang) pada alat justir.

 Untuk Meter Arus selain pompa ukur BBM, satu Tanda Sah Plombir (SP)
ukuran 6 mm dibubuhkan pada alat justir.

 Badan ukur dan badan hitung Meter Arus harus diikat menjadi satu dengan kawat
segel yang dijamin dengan Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm.

 Setiap bagian dari Meter Arus yang memungkinkan dapat dilakukannya


perubahan kebenaran pengukuran harus disegel dengan Tanda Jaminan
Plombir (JP) ukuran 8 mm atau tanda jaminan yang sesuai ukurannya.

 Untuk alat kompensasi suhu dibubuhkan satu Tanda Jaminan Plombir (JP)
ukuran 8 mm pada penutup alat penyetel nol dan atau pada bagian lain yang
dapat mempengaruhi fungsi alat kompensasi suhu tersebut.

 Tera ulang
Pembubuhan tanda tera dilakukan sesuai dengan angka 1 huruf b sampai huruf
h.
 Jangka waktu tera ulang
Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.5.2 Tangki Ukur Mobil Tangki


A. Penandaan Tanda Tera
Pada TUM dipasang lemping volume nominal sebagai tempat
pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda
Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari TUM
yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran
dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

33
B. Tempat Tanda Tera
 Tera
 Tanda Daerah ukuran 8 mm, Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dan Tanda
Sah Logam (SL) ukuran 6 mm yang berlaku dibubuhkan pada lemping
volume nominal secara berurutan dari kiri ke kanan.

 Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dibubuhkan pada:

a. alat-alat penunjukan pada sistem level gauge;

b. komponen kontroler dan antarmuka yang memungkinkan dilakukan


perubahan melalui alat ini (jika ada);

c. kotak terminal beserta kabelnya yang relevan untuk pengukuran


(misalnya detektor suhu dan cairan);

d. detektor-detektor cairan, kecuali yang perlu dilepas untuk


pembersihan;

e. dip stick pada pengencang bagian atas dan bagian bawah;

f. plat identifikasi;

g. baut pengikat lemping volume nominal;

h. baut pengikat antara TUM TL (dom/manhole) dan landasan mobil;

i. baut pengikat perlengkapan indeks penunjuk baut tera dengan lubang


TUM TL (dom/manhole);

j. baut pengikat antara manhole dan tangki;

k. baut pengikat antara emergency valve/foot valve dan tangki;

l. baut pengikat antara emergency valve/foot valve dan pipa


penyerahan;

m. baut pengikat antara pipa penyerahan dan kerangan penyerahan; dan

n. kumparan pemanas yang dipasang pada bagian luar badan tangki (jika
ada).

 Tera Ulang

 Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dibubuhkan pada baut pengikat lemping
volume nominal sebagai pengganti Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm
pada tera.

34
 Terhadap lemping volume nominal yang rusak atau hilang, diperlakukan
sebagaimana pembubuhan tanda tera pada angka 1 huruf a.

 Pembubuhan Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm disesuaikan


dengan angka 1 huruf b, kecuali untuk yang dibubuhkan pada baut
pengikat lemping volume nominal berupa Tanda Sah.

 Jangka Waktu Tera Ulang


Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.5.3 Tangki Timbun Tegak


A. Penandaan Tanda Tera
Pada TUTSIT dipasang lemping volume nominal sebagai tempat
pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah.
Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu
dari TUTSIT yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk
mencegah penukaran dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Tempat Tanda Tera
 Tera

 Tanda Daerah ukuran 8 mm, Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dan Tanda
Sah Logam (SL) ukuran 6 mm dibubuhkan pada lemping volume nominal
secara berurutan dari kiri ke kanan;
 Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dibubuhkan pada pengikat
lemping volume nominal dengan dinding TUTSIT sehingga lemping
volume nominal tidak dapat dipindahkan tanpa merusak Tanda Jaminan dan
pada bagian dari selubung meter yang melindungi bagian-bagian yang
dapat mengubah syarat teknis dan kemetrologiannya.

 Tera ulang
Untuk tera ulang, Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm dibubuhkan pada
lemping volume nominal di sebelah kanan Tanda Sah yang terdahulu.

 Jangka Waktu Tera Ulang


Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

35
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Meter Arus


Secara umum anatomi metering system terdiri dari:
 Air Eliminator & Separator
Air Separator adalah sebuah bejana yang didalamnya terdapat sekat–sekat,
dilengkapi dengan Floating Mechanism Assy, yang berfungsi sebagai eliminator
gelembung gelembung udara yang terkandung dalam minyak akan mengalir ke sistem
metering, diharapkan untuk akurasi dari sistem metering dari segi kuantitas, maka
minyak tersebut harus terbebas dari ge lembung udara. Udara tersebut bisa timbul
akibat stock tanki yang kosong, sehingga pipa isap pompa tidak tercelup minyak,
kapitasi pada pompa dan aliran fluida yang tidak linier, atau adanya kantong–kantong
udara (Vapor packet) pada pipe & fitting yang terjadi sedemikian rupa sesuai dengan
karakteristik dari spesifikasi minyak. Udara yang terperangkap pada Air Separator
dibuang melalui Floating Mechanism secara otomatis.

 Bulk Meter
Bulk meter berfungsi sebagai alat ukur dari fluida yang mengalir, dimana
didalamnya terdapat rotor yang dilengkapi dengan 2 (dua) set vane Assy yang terbuat
dari bahan Carbon. Prinsip pengukuran berdasarkan Positive Displacement maka sering
disebut sebagai PD meter.

 Meter Preset dan Register


Meter Preset dipergunakan untuk pengendalian operasi sistem metering secara
otomatis, berapa kuantitas yang akan diisikan/disalurkan, dan selanjutnya malalui tuas
yang dihubungkan pada Preset valve akan segera menutup bila angka setting Meter
Preset kembali pada posisi Nol ( Zero ). Jalannya angka pada Meter Preset terbalik dari
angka penyetelan/setting, sedangkan Meter Register dari Nol sampai batas angka
setting, sebagai angka penunjukkan dari hasil besaran pengukuran fluida.

36
 Preset Valve
Valve yang dipergunakan untuk membuka/menutup aliran fluida yang
terhubung dengan Meter Preset dan bekerja atas dasar setting dari Meter Preset. Hal–hal
perlu diperhatikan adalah bahwa valve pada preset valve ini sering bocor atau tidak
kedap yang dapat mengakibatkan kerugian, walaupun posisi dari Meter Preset sudah
Nol (stop) dan stang penghubung sudah mendorong posisi Preset valve menutup tetapi
minyak masih mengalir.
Pengujian Meter Arus BBM dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Volumetrik
 Menggunakan Master Meter.
 Menggunakan Meter Prover
 Menggunakan Bejana Ukur
b. Gravimetrik
 Menggunakan Timbangan

3.1.1 Prinsip Kerja


A. Prinsip Kerja PD Meter
Adapun beberapa prinsip kerja dari PD meter antara lain :

 Mengukur aliran volume BBM dengan cara mengalirkan sebagian BBM ke dalam
suatu bejana yang volumenya diketahui dan dilengkapi perangkat putar.
 Volume BBM total setara dengan jumlah putaran.
 Laju aliran BBM setara dengan laju putar.
 Pemisahan aliran BBM menggunakan vane, gear, piston, atau diafragma.

Banyak digunakan di filling shed, untuk mengukur aliran BBM ke Mobil


Tangki dan wadah-wadah penampangan yang relatif kecil.

Bagian-bagian inti dari PD Meter secara umum adalah :

 Flowmeter housing
 Ruang pengukuran (measurement chamber)
 Komponen mekanisme perpindahan (displacement mecanism)
 Sistem penghitung

37
Flowmeter housing dan ruang pengukuran merupakan tempat penampungan
sementara fluida yang diukur. Bagian ini dapat menjadi satu dengan ruang pengukuran
(single case) atau terpisah (double case).

Komponen mekanisme perpindahan merupakan bagian yang paling bervariasi


pada PD Meter. Adapun beberapa jenisnya antara lain :

- Oscillating Piston
- Nuncating Disc
- Rotating Impeller
- Tri Rotor
- Bi Rotor
- Oval Gear
- Rotating Lobe Meter
- Rotating Valve Meter
- Rotary Piston Meter

Sistem penghitung merupakan system untuk menghitung jumlah putaran atau


osilasi dari komponen mekanisme perpindahan. Bagian ini meghsilkan hasil
pengukuran laju aliran baik dalam bentuk debit aliran atau total aliran.

Kelebihan dari PD Meter antara lain :

- Akurasi cukup tinggi


- Dapat digunakan untuk fluida dengan viskositas tinggi

38
- Dapat berfungsi tanpa daya listrik eksternal
- Dapat mengukur pada kecepatan rendah
- Prinsip desain dan pengoperasian sederhana

Kekurangan dari PD Meter antara lain :


- Rentan terhadap gangguan variasi aliran dan gelembung gas
- Pressure drop cukup tinggi
- Menghambat aliran bila flowmeter macet
- Butuh pemeliharaan rutin.

B. Prinsip Kerja Turbine Meter

Adapun beberapa prinsip kerja dari turbine meter antara lain :

 Mengukur laju aliran BBM berdasarkan kecepatan putar turbin yang dilalui oleh
aliran BBM
 Ketahanan turbin tergantung desain hidrodinamik sudu-sudunya, sesuai dengan
jenis fluida dan sifat aliran, agar tahan digunakan pada putaran tinggi
 Umumnya digunakan untuk laju aliran besar (misalnya pada DPPU)
 Turbine Meter bergerak bebas untuk berputar pada bearings, dirotasikan oleh
aliran fluida yang memasuki meter
 Turbine Meter umumnya digunakan untuk aplikasi dengan throughput yang
relative besarVariable Reluctance
 Pulsa-pulsa dihasilkan dengan ferrous turbine blades yang melalui pickup oil pada
dinding pipa
 Coils terkaitan pada suatu magnetized core dan turbine blades member gangguan
pada fluks magnetic didalam coil ketika turbine blades melaluinya

39
Inductance
 Magnet permanen pada ujung blades atau pada suatu shroud ring menghasilkan
pulsa-pulsa ketika ujung-ujung tersebut melalui suatu pickup coil pada ujung pipa

Pulse Security & Fidelity


 Kabel-kabel signal harus screened dan earthed pada ujung dari pencacah
 Short circuits antara kabel konduktor atau kabel conduit dan pelindung kabel,
harus dihindari
 Kabel transmisi tidak beleh terentang parallel dan berdekatan dengan kabel daya
dengan tegangan tinggi
 Rentangan kabel harus terhindarkan dari rotating electrical equipment, high-
voltage switchgear, dan relay.

3.1.2 Metode Pengujian

40
A. Metode Pengujian Dengan Master Meter
Secara umum metode yang digunakan dalam peneraan meter arus adalah :
 Standing-start-and-finish method
 Flying-start-and-finish method

Gambar 3.1.2A Standing-start-and-finish method

Gambar 3.1.2B Flying-start-and-finish method

41
Gambar 3.1.2C Master Meter

Pengertian :
a. Master meter adalah salah satu peralatan uji meter arus, yang berbentuk meter
arus yang memiliki tingkat presisi lebih tinggi dari meter arus yang diuji.
b. Meter arus, dimaksud adalah yang memiliki linieritas dan repeatability yang baik,
yang telah diseleksi untuk digunakan sebagai standar transfer antara meter yang
dioperasikan dilapangan dan meter prover/bejana.
c. Meter prover dan meter arus yang diuji, umumnya berlokasi yang berbeda. (
Namun demikian ada juga master meter dan master prover berada di lokasi yang
sama dan dapat dipasang secara seri dengan meter arus yang diuji).

Dua proses terpisah dalam penggunaan master meter, pada pengujian


menggunakan master meter :

a. Pertama, master meter harus diuji menggunakan meter prover (master prover)
yang telah dikalibrasi dengan cara water draw atau bejana ukur standar.
b. Setelah diuji, master meter berikut meter faktornya selanjutnya digunakan untuk
menentukan meter faktor baru untuk pengoperasian meter di lapangan.

Pengujian master meter harus memiliki ketidak pastian pengukuran yang


tinggi untuk semua operasi pengujian meter.Jadi penerapan dalam praktek pengujian
meter akan mendapatkan hasil yang akurat.

42
Beberapa faktor yang dapat memberikan kontribusi memperbesar tingkat
ketidakpastian pengukuran dalam penggunaan master meter pada sebuah
pengoperasian pengujian meter :
a. Perbedaan antara cairan yang digunakan untuk menguji master meter dan cairan
yang digunakan saat menguji meter di lapangan menggunakan master meter (
berbeda kekentalan dan densitynya ).
b. Perbedaan antara suhu, tekanan, dan kondisi aliran yang digunakan untuk
menguji master meter dan data suhu, tekanan, dan kondisi aliran saat penerapan
penggunaan master meter untuk menguji meter di lapangan.
c. Frekuensi pengujian master meter untuk memantau perubahan2, kecenderungan
atau penyimpangan master meter faktornya.
d. Teknik penggunaan master meter di lapangan secara otomatis menambah tingkat
ketidakpastian kedalam hirarki pengukuran minyak.

Master meter tidak boleh dikompensasi secara mekanik untuk gravity atau
suhunya. Pembacaannya harus mengindikasikan volume tanpa dikoreksi.Peralatan
yang digunakan saat pengujian master meter harus di tetap digunakan, ketika
digunakan untuk menguji meter. Master meter harus memiliki output secara langsung
dari elemen ukur ke generator pulsa atau register.
Meter faktor yang digunakan master meter harus merupakan harga rata2 dari
lebih dari dua koreksi meter ke kondisi dasar.Nilai inilah yang disebut dengan meter
faktor.
Master meter faktor harus dikembangkan dari kondisi - kondisiberikut :
a. Kecepatan alir berada kira2 10 % dari kecepatan alir yang digunakan selama
pengujian.
b. Untuk cairan sama dengan karakteristik cairan ( yaitu : kekentalan, API gravity )
saat proving dilakukan.
c. Pada suhu yang sesuai / mirip.

Jika hal tsb diatas tidak sesuai antara master meter dan line meter yang akan
dioperasikan ( suhu dan tekanan tidak identik dengan saat pengujian, maka
penunjukan volume pada kedua meter, harus dikoreksi ke kondisi dasar.
Master dan meter yang diuji harus dilengkapi dengan penunjukan meter, atau
penunjukan pengujian, yang dihubungkan sedemikian rupa agar kedua counter

43
tersebut dapat distart /dihidupkan secara simultan. Jika penunjukan dari meter yang
diuji diperoleh dari sesuatu yang lain dari penunjukan meter, tahapnya harus
menjamin bahwa semua penunjukan volume pada counter uji adalah juga
merefleksikan penunjukan utamanya.
Master meter harus ditempatkan pada bagian hilir dari pembuang udara,
saringan, atau peralatan pengaman lainnya untuk memelihara jalur meter yang akan
diuji. Master meter harus tidak memiliki peralatan antara keduanya, yang dapat
merubah kecepatan alir atau sifat cairannya. Semua katup pengalih aliran, antara
meter2 harus mampu memastikan pengamanan secara benar.
Terdapat dua opsi yang memungkinkan untuk mendapatkan diskriminasi
kira2 1 dari 10.000 menggunakan master meter. Kedua meter dapat dilengkapi
dengan generator pulsa atau peralatan sejenis, yang mampu mengeluarkan resolusi
tinggi untuk memperoleh diskriminasi yang diperlukan.
PD Meter yang digunakan sebagai master meter :
 Dalam penggunaan meter jenis ini, diperlukan diskriminasi pembacaan kira2 1
dari 10.000
 Kedua meter perlu dilengkapi dengan generator pulsa atau peralatan sejenis yang
mampu memberikan keluaran resolusi tinggi untuk memperoleh diskriminasi yang
diperlukan.

Turbin meter dari tipe yang menghasilkan jumlah pulsa yang bedar per satuan
volume, dan secara umum dilengkapi dengan counter kecepatan tinggi. Minimal
10.000 bagian volume yang dapat dihasilkan. Berikut ini hal2 penting yang harus
dilakukan, satt menggunakan turebin meter sebagai master meter :
a. Turbin meter yang akan diuji harus dipasang pada posisi operasi normal dan
orientasi pipanya dapat menghindari pengaruh pada aliran yang berbeda selama
pengujian dan kondisi operasi normal.
b. Turbin meter harus dilengkapi dengan peralatan pipa sebelum meter, peralatan
pelurus aliran, meter, dan pipa sesudah aliran. Yang secara normal dipasang
dibagian hilir dari meter yang diuji. Peralatan ini harus tetap utuh,selama
transportasi dan operasi.
c. Bilamana kedua meternya tipe turbin, keduanya harus memiliki alat pelurus aliran
atau pipa pengkondisi aliran yang mana salah satu meter dipengaruhi oleh meter
yang lain. Kedia counter meter dapat di start – stop oleh sinyal yang sama.

44
Salah satu dari dua cara pengujian meter sering digunakan, tergantung pada
aplikasi penggunaan dan antisipasi kondisi operasi.
a. Pada cara pengujian pertama, mekanik alat penyetel meter disetel sampai
pembacaan meter berubah selama pengujiannya sesuai atau mendekati volume
yang diukur pada alat uji/ penguji.
Penyetelan meter sering dilakukan pada penyerahan eceran ke truk, dan instalasi
pengisian mobil / kereta api, dimana sangat memerlukan pembacaan meter secara
langsung, tanpa menggunakan penerapan koreksi matematis pada pembacaannya.
Penyetelan atau pembacaan meter secara langsung adalah benar hanya untuk
cairan dan kondisi aliran yang sama dengan saat meter tsb diuji.
b. Untuk cara pengujian kedua, mekanik alat penyetel meter, tidak diperlukan atau
tidak perlu disetel, dan meter faktor dihitung. Meter faktor adalah angka yang
ditentukan dengan cara membagi volume sebenarnya yang melalui meter saat
pengujian dengan volume Yng dicatat oleh meter. Untuk pengoperasian meter
berikutnya, hasil pengukuran aktual atau volume yang diukur adalah ditentukan
dengan cara mengalikan volume yang ditunjukkan meter arus dengan meter
faktor .

c. Ketika pembacaan langsung diperlukan, penggunaan meter faktor dipilih untuk


beberapa titik uji. Ini sangat sulit, atau tidak mungkin melakukan penyetelan
mekanik alat penyetel penghitung yang resolusinya sama yang sudah dicapai saat
menentukan meter faktor.
d. Sebagai tambahan, umumnya penyetelan diperlukan sekali pengujian ulang atau
lebih untuk mengkonfirmasi akurasi dari penyetelan.
e. Pada kenyataannya, ketika meter digunakan dengan beberapa cairan yang berbeda
atau beberapa setting yang berbeda dari kondisi operasi, meter faktor yang
berbeda perlu ditentukan untuk setiap cairan dan untuk setiap kelompok kondisi
operasi.
f. Untuk banyak line pipa, terminal, dan pelabuhan pengisian, dan fasilitas
pembongkaran, meter2 disetel pertama kali dibetulkan pada kondisi rata2, dan
mekaniknya disegel pada setting tersebut.
g. Meter faktor tersebut ditentukan untuk masing2 cairan dan untuk setiap kelompok
kondisi operasi dimana meter tersebut digunakan.

45
Gambar 3.1.2D Instalasi Uji

Kondisi variabel yang dapat mempengaruhi meter faktor :


a. Flow rate.
b. Kekentalan cairan .
c. Suhu cairan .
d. Tekanan dari aliran cairan .
e. Bersih dan kualitas pelumasan dari cairan.
f. Perubahan jarak /clearances elemen ukur karena hentakan tekanan atau keausan.
g. Beban torsi yg diperlukan untuk menggerakkan alat hitung, printer dan semua
peralatan asesoris/tambahan (khususnya mekanik).
h. Kesalahan fungsi pada sistem pengujian.

46
I. Pelaksanaan Pengujian Meter Arus
Notasi yang digunakan dalam prosedur ini adalah :
 MM = Master Meter.
 MMF = Meter Faktor dari master ( sesuai dengan sertifikasi ).
 WM = Penunjukan meter arus kerja ( yang diuji ).
 Tmm = Temperatur cairan uji pada master meter.
 Twm = Temperatur cairan uji pada meter arus kerja.
 Pwm = Tekanan cairan uji pada meter arus kerja.
 Pmm = Tekanan pada master meter.
 F = Faktor kompresibilitas cairan uji.
 MF = Meter faktor dari meter arus kerja.
 akt = Density cairan uji pada suhu operasional.
 SG = Spesifik Gravity cairan uji.
 15 = Density cairan uji pada suhu 15 oC
 15 oC = Suhu dasar penggunaan tabel ASTM No. 53, 54
 Ctl mm = Faktor koreksi temperatur cairan pada master meter
 Ctl m = Faktor koreksi temperatur cairan pada meter arus kerja.
 Cpl m = Faktor koreksi tekanan cairan pada meter arus kerja.
 Cpl mm = Faktor koreksi tekanan cairan pada master meter.

Sedangkan sarana yang digunakan adalah :


a. Instalasi Pengujian Meter Arus Bahan Bakar Minyak.
b. Master Meter dan sertifikatnya.
c. Thermometer standar dan sertifikatnya
d. Manometer standar dan sertifikatnya
e. Densimeter/Specific Gravimeter dan sertifikatnya.
f. Tabel ASTM No. 53
g. Tabel ASTM No. 54 atau
h. Tabel MPMS 11.2.1.M dan MPMS 11.1.1.
i. Instruction Manual Meter Arus BBM yang diuji.
j. Petunjuk pengoperasian Instalasi Uji.
k. Petunjuk pengoperasian Master Meter
l. Formulir Pengujian.

47
II. Persiapan Pengujian
a. Pemasangan Meter Arus yang akan diuji pada instalasi pengujian menggunakan
pipa penghubung berdiameter sama dengan diameter sambung meter arus yang
diuji dan dihubungkan secara seri dengan master meter.
b. Catatan :
c. Untuk meter arus jenis turbin, magnetic, vortex dll harus menggu-nakan pipa
pelurus pada sisi hulu ( upstream ) dan pada sisi hilir ( down stream ).
d. Penggunaan metode flyng start and stop menggunakan alat bantu penunjukan
elektronik baik pada meter kerja maupun master meter.
e. Gunakan manometer pada saluran masuk meter arus BBM yang diuji dan
saluran pada masuk master meter.
f. Pasangkan thermometer dengan ketelitian 0,1oC pada saluran masuk meter arus
BBM yang diuji dan pada saluran masuk master meter.
g. Meter arus BBM yang menggunakan Temperature Compensator ( ATC ),
lakukan penyetelan densitynya sesuai dengan density cairan uji.
Catatan :
ATC dapat dilakukan pengujian secara terpisah.

III. Tahap Pengujian


a. Catat data master meter.
b. Catat data meter arus yang diuji
c. Ambil sampel cairan dan ukur density dan suhu sampel tsb.
d. Start pengujian.
e. Catat pembacaan awal meter yang diuji dan master meter.
f. Catat penunjukkan thermometer pada master meterdan meter arus yang diuji.
g. Catat penunjukkan manometer pada master meter dan meter arus yang diuji .
h. Catat penunjukkan akhir meter arus yang diuji dan master meter.
i. Tentukan perhitungan koreksi tekanan dan koreksi suhu.
j. Tentukan Meter Faktor atau kesalahan meter yang diuji.
k. Lakukan pengujian sebanyak minimal 3 debit ( untuk masing2 debit : rendah,
menengah dan maksimum ).
l. Catat data master meter.
m. Catat data meter arus yang diuji

48
n. Ambil sampel cairan dan ukur density dan suhu sampel tsb.
o. Start pengujian.
p. Catat pembacaan awal meter yang diuji dan master meter.
q. Catat penunjukkan thermometer pada master meterdan meter arus yang diuji.
r. Catat penunjukkan manometer pada master meter dan meter arus yang diuji .
s. Catat penunjukkan akhir meter arus yang diuji dan master meter.
t. Tentukan perhitungan koreksi tekanan dan koreksi suhu.
u. Tentukan Meter Faktor atau kesalahan meter yang diuji.
v. Lakukan pengujian sebanyak minimal 3 debit ( untuk masing2 debit : rendah,
menengah dan maksimum ).

IV. Menentukan Meter Faktor

Besarnya MF diperoleh dari formula :


Net MM
M F= ------------------
Net WM

MM .MMF . Cpl mm . Ctl mm .


= ------------------------------------------
WM . Ctl wm . Cpl wm
Meter - Standar
Error ( E ) = --------------------------- x 100 %
Standar
Penggunaan Tabel API / ASTM

 Metric system ( Density ) = 15 oC


 Menggunakan tabel ASTM 53,54, danMPMS 11.2.1M
 British system ( Spec.Grav ) = 60 oF
 Menggunakan tabel ASTM 24, dan MPMS 11.2.1
 American system ( API Grav) = 60 oF
 Menggunakan tabel ASTM 6, dan MPMS 11.2.1

V. PERHITUNGAN

Perhitungan faktor koreksi temperatur cairan pada master meter ( Ctlmm ) :


a. Untuk menentukan koreksi temperatur cairan pada master meter ditentukan pada
kondisi untuk SI : pada kondisi 15 º C.

49
b. Besarnya koreksi temperatur ( Ctlmm ) menggunakan API MPMS chapter 11.1
vol VIII atau tabel ASTM No. 54 atau ASTM D 1250
c. Sebelum menggunakan table 54 tersebut, perlu menentukan densitas cairan pada
kondisi suhu 15 º C , menggunakan table ASTM 53

Perhitungan factor koreksi tekanan cairan pada master meter ( Cplmm) :


Untuk menghitung koreksi tekanan pada cairan yang melalui master meter
menggunakan rumus :

1
Cpl mm = ------------------
1 - Pmm . F

harga F diambil dari table API MPMS 11.2.1.M

Menentukan factor koreksi temperatur cairan pada meter arus kerja ( Ctlm )

a. Perhitungan Ctlm sama dengan perhitungan Ctlmm


b. Tentukan densitas cairan pada suhu 15 ⁰C.
c. Besarnya koreksi temperatur ( Ctlm ) adalah sebagaimana tercantum dalam tabel
ASTM No. 54 atau ASTM D 1250
d. Jika Meter Arus dilengkapi ATG/ATC Ctlm tidak perlu dihitung atau Ctl = 1

Menentukan factor koreksi tekanan cairan pada meter arus kerja ( Cplm ) :

a. Untuk menentukan koreksi temperatur cairan pada meter arus Cplm sama dengan
cara menentukan Cplmm

1
Cpl m = ---------------
1 - Pm . F

harga F diambil dari table API MPMS 11.2.1.M

( WM ) :
Jika menggunakan bantuan alat hitung elektronik, perlu mengetahui perbedaan
stuan yang dipakai dengan cara menentukan konstantanya.
Pembacaan penghitung elektronik ( pulsa )

50
WM = ------------------------------------------------------------
Konstanta alat hitung elektronik ( pulsa/vol )

Contoh cara menggunakan table ASTM 53 dan 54

b. Seperti kita ketahui, bahwa dalam menentukan Meter faktor atau kesalahan meter
arus, maka kita harus melakukan perhitungan Ctlmm, Cplmm, Ctlm, Cplm
sebagaimana telah diuraikan di atas.

c. Untuk memudahkan kita dalam menggunakan tabel tersebut, berikut ini kami
berikan contoh bagaimana kita menggunakan tabel 53 dan 54. dengan contoh
data sebagai berikut :

Contoh data yang diperoleh :

Densitas : 821,0 kg/m3 pada suhu 36,5 oC


o
Temperatur pada flowmeter : 35 C

Menentukan Density pada Suhu 15 oC

Densitas : 821,0 kg/m3 pada suhu 36,5 oC

51
Menentukan Ctl

Penggunaan Tabel MPMS Chapter 11.2.1 M


( menentukan factor kompresibilitas F )

52
Faktor kompresibilitas F

Dari tabel di bawah diperoleh :


a. angka 0,855 ( menurut petunjuk dibagi 1.000.000 )
b. Maka besarnya faktor kompresibilitas cairan ( F ) adalah : 0,000000855 / kPa

Menentukan Meter Faktor

Besarnya MF diperoleh dari formula :

Net MM
M F = ------------------
Net WM
MM .MMF . Cpl mm . Ctl mm .
= -----------------------------------------
WM . Ctl wm . Cpl wm

Menentukan Kesalahan Meter Arus

Kesalahan meter arus ( E ) dihitung menggunakan formula :

Meter - Standar
E = --------------------------------- x 100 %
Standar
WM .Ctlwm . Cpl wm – MM .MMF .Cplmm . Ctlmm
E = ------------------------------------------------------------------- ---x 100%
MM .MMF .Cplmm . Ctlmm

Datas Kesalahan yg Diijinkan ( BKD )

53
B. Pengujian Meter Arus Dengan Menggunakan Meter Prover

Meter prover adalah standar volume berbentuk pipa yang volumenya dibatasi oleh
dua buah detector. Cairan didepan bola didorong oleh gerakan bola / displacer sejauh
jarak detektor.

Pembagian kelompok prover berdasarkan bentuk pipa :

 Pipa U , triple U

54
 Pipa Lurus

Pembagian kelompok prover berdasarkan prinsip kerja :

 Pipa prover konvensional

CONTOH METER PROVER TRIPLE U


MENGGUNAKAN ISOLASI

55
 Small prover / Compact Prover

Prinsip Kerja Small Prover

56
Pembagian kelompok berdasarkan gerakan pendorong ( displacer ) :

 Uni directional ( satu arah )

57
 Bi directional ( dua arah / bolak-balik )

Penggunaan meter prover sebagai standar dalam pengujian meter arus bbm adalah telah
memiliki volume pada kondisi suhu dan tekanan dasar :

 Tekanan dasar atmosfer

58
 Suhu dasar 15 OC ; atau 60 OF

Penentuan volume dasar meter prover dilakukan dengan cara menguji lebih dahulu
menggunakan metode :

 Metode water draw.

 Metode master meter

 Metode master prover

Instalasi uji meter prover metode water draw

59
Instalasi Uji Water Draw dan Gravimetri Untuk Pengujian Meter Prover

60
Prosedur Pengujian Meter Prover Menggunakan Master Meter+Bejana Standar

Instalasi uji meter prover menggunakan master prover

61
Telusuran Standar

Sarana yang digunakan dalam pengujian meter arus dengan menggunakan meter
prover antara lain :

 Instalasi Pengujian Meter Arus Bahan Bakar Minyak.

 Meter Prover dan sertifikatnya.

 Thermometer standar dan sertifikatnya

 Manometer standar dan sertifikatnya

 Densimeter/Specific Gravimeter dan sertifikatnya.

 Tabel ASTM No. 53

 Tabel ASTM No. 54 atau

 Tabel MPMS 11.2.1.M dan MPMS 11.1Vol VIII.

 Instruction Manual Meter Arus BBM yang diuji.

 Petunjuk pengoperasian Instalasi Uji.

62
 Petunjuk pengoperasian Meter Prover

 Formulir Pengujian.

Persiapan pengujian :

 Pasangkan Meter Arus yang akan diuji pada instalasi pengujian dengan pipa
penghubung berdiameter sama dengan diameter sambung meter arus yang diuji
yang dihubungkan secara seri dengan bejana ukur standar.

Catatan :

Untuk meter arus jenis turbin, ultrasonic, magnetic, vortex dll harus menggunakan
pipa pelurus pada sisi hulu ( upstream ) dan pada sisi hilir ( down stream ).

 Hubungkan alat hitung elektronik pada generator pulsa yang terdapat pada meter
arus yang diuji dan hubungkan kabel start-stop nya dengan saklar detector (detector
switch ) dari pipa uji.
 Pasangkan manometer standar pada saluran masuk meter arus BBM yang diuji
 Pasangkan manometer standar pada saluran masuk dan saluran keluar pipa uji.
 Pasangkan thermometer standar dengan ketelitian 0,1 oC pada saluran masuk
meter arus BBM yang diuji
 Pasangkan thermometer standar pada saluran masuk dan saluran keluar pipa uji.
 Lakukan pengukuran displacer dan tepatkan diameternya sesuai dengan
sertifikatnya.
 Untuk meter arus BBM yang diuji yang menggunakan Temperature Compensator (
ATC ), lakukan penyetelan densitynya sesuai dengan density cairan uji.

Catatan :
Untuk ATC dengan tipe tertentu, sebelum melakukan pengujian Meter Arus BBM,
maka ATC/ATG/CTC nya harus sudah diuji /dicocokkan lebih dahulu.

 Pengujian dilakukan pada kecepatan alir minimum, 20 %; 40 %; 60 %; 80 % dan


100 % dengan cara membaca pada flow indicator atau dengan menggunakan stop
watch.
 Untuk meter arus kerja yang digunakan hanya pada satu kecepatan alir, umumnya
hanya diuji pada kecepatan alir operasional.

63
 Lakukan pengukuran densitas cairan uji serta temperatur cairan yang kita ukur
densitasnya. ( pengukuran ini dapat dilakukan pada cairan uji yang kita ambil
sebagai sampel.
 Lakukan sirkulasi aliran sambil melakukan pengecekan fungsi peralatan yang
digunakan.
 Lakukan pengecekan fungsi detektor switch, generator pulsa pada meter, alat
hitung elektronik, kran empat jalan ( bidirectional meter prover / kran pemindah
bola (unidirectional meter prover) serta diameter bola.
 Lakukan pembuangan udara dalam cairan sekaligus melakukan pengecekan
kebocoran.
 Kondisikan aliran pada temperatur dan tekanan yang stabil.
 Sebelum pengujian dimulai penunjukkan meter arus kerja BBM yang diuji harus
nol ( khusus alat hitung elektronik ).
 Atur arah aliran dari pipa uji dengan cara mengatur keran 4 jalan ( 4 way valve )
dengan arah dari kiri – ke kanan , atau sebaliknya.
 Posisikan bola / displacer sebelum detector switch pertama.
 Untuk instalasi uji yang menggunakan meter prover dari jenis Uni Directional,
posisikan bola sebelum detector pertama.
 Setelah pelaksanaan butir di atas. pengujian dapat dimulai dengan cara membuka
katup pada pipa keluaran ( outlet ) dari meter arus kerja yang diuji
 Catat penunjukkan thermometer pada pipa uji dan meter arus yang diuji.
 Catat penunjukkan manometer pada pipa uji dan meter arus yang diuji
 Setelah bola menyentuh detector switch kedua maka alat hitung elektronik akan
berhenti secara otomatis.
 Catat penunjukkan pulsa meter arus yang diuji
 Setelah posisi displacer berada di posisi setelah detector kedua, ubah arah aliran
dari pipa uji ke arah sebaliknya dengan cara merubah posisi keran 4 jalan ( 4 way-
valve ) dari kanan ke kiri.
 Lanjutkan pengujian butir .j. s/d p.
 Lakukan pengujian sebanyak tiga seri.
 ( Umumnya dilakukan sebanyak 5 seri volume bolak-balik, kemudian diambil
harga rata-ratanya ).

64
Menentukan Meter Faktor meter arus kerja

 Besarnya MF diperoleh dari formula :

Net Pipa uji

M F = ------------------

Net WM

BPV . Cts p. Cps p Cpl p . Ctl p .

= -----------------------------------------

WM . Ctl wm . Cpl wm

Menentukan factor koreksi temperatur cairan pada pipa uji ( Ctlp ):

 Untuk menentukan koreksi temperatur cairan pada pipa uji sangat ditentukan
dengan kondisi yang akan kita gunakan untuk kondisi 15 º C.

 Besarnya koreksi temperatur ( Ctlp ) adalah sebagaimana tercantum dalam tabel


ASTM No. 54 atau ASTM D 1250

 Untuk menggunakan table 54 tersebut, perlu menentukan densitas cairan pada


kondisi suhu 15 º C dengan menggunakan table 53

Catatan :

karena nilai densitas cairan selalu berubah untuk setiap kondisi suhu., maka
disarankan tetap menggunakan tabel ASTM-IP.

Menentukan faktor koreksi temperatur bahan pipa uji ( Ctsp ) :

 Untuk menentukan koreksi temperatur bahan pipa uji, kita gunakan juga kondisi
15 º C.

 Besarnya koreksi temperatur bahan tersebut adalah :

Cts p = 1 + ( Tp – 15 ) 

65
Menentukan factor koreksi tekanan cairan pada pipa uji ( Cplp ) :

 Untuk menentukan koreksi temperatur bahan pipa uji sangat ditentukan dengan
kondisi yang akan kita gunakan yaitu pada kondisi tekanan atmosfir.

Cpl p = ------------------

1 - Pp . F

harga F diambil dari table API MPMS 11.2.1.M

Menentukan faktor koreksi tekanan bahan pipa uji ( Cpsp ):

 Untuk menentukan koreksi temperatur bahan pipa uji sangat ditentukan dengan
kondisi yang akan kita gunakan yaitu pada kondisi tekanan atmosfir.

Pp . ID

Cps p = 1 + -----------

E . wt

Menentukan factor koreksi temperatur cairan pada meter arus kerja ( Ctlwm )

 Untuk menentukan koreksi temperatur cairan pada meter juga ditentukan dengan
kondisi yang akan kita gunakan yaitu kondisi15 ⁰C.
 Besarnya koreksi temperatur ( Ctlwm ) adalah sebagaimana tercantum dalam tabel
ASTM No. 54 atau ASTM D 1250
 Seperti halnya ( Ctlp ) maka untuk menggunakan table 54 tersebut, perlu
menentukan densitas cairan pada kondisi suhu 15 ⁰ C dengan menggunakan table 53
atau ASTM D 1250 atau MPMS Chapter 11.1.1

Catatan :

karena nilai densitas cairan selalu berubah untuk setiap kondisi suhu., maka
disarankan tetap menggunakan tabel ASTM-IP.

 Jika Meter Arus dilengkapi ATG/ATC Ctlm tidak dihitung atau Ctl = 1

66
Menentukan factor koreksi tekanan cairan pada meter arus kerja ( Cplwm ) :

 Untuk menentukan koreksi temperatur cairan pada meter arus sangat ditentukan
dengan kondisi dasar yang akan kita gunakan yaitu pada kondisi tekanan atmosfir

Cplwm = ------------------

1 - Pwm . F

harga F diambil dari table API MPMS 11.2.1.M

Menentukan Pembacaan volume pada Meter Arus yang diuji ( WM ) :

Pembacaan penghitung elektronik ( pulsa )

WM = ------------------------------------------------------------

Konstanta alat hitung elektronik ( pulsa/vol )

 menentukan kesalahan meter arus atau meter faktor, maka kita harus menentukan
Ctlm, Cplm, sebagaimana telah diuraikan di atas.

 Untuk memudahkan kita dalam menggunakan tabel tersebut, berikut ini kami
berikan contoh bagaimana kita menggunakan tabel 53

Contoh data yang diperoleh :

Densitas : 821,0 kg/m3 pada suhu 36,5 oC


o
Temperatur pada flowmeter : 35 C

67
1. Menentukan Density pada Suhu 15 oC

2. Menentukan Ctl menggunakan ASTM 54

Densitas : 836,0 kg/m3 pada suhu 15,0 oC

Suhu cairan pada flowmeter : 35,0 oC saat pengujian

Menentukan factor kompresibilitas ( F ) menggunakan tabel mpms chapter


11.2.1m

68
Contoh :

Suhu cairan pada flowmeter = 35 oC


Densitas 836 kg/m3 pada suhu 15 oC
Tentukan besarnya koreksi tekanan pada cairan !
Besarnya faktor karena efek tekanan pada cairan digunakan rumus :

Dari tabel di bawah diperoleh :


angka 0,855 ( menurut petunjuk dibagi 1.000.000 )
Maka besarnya faktor kompresibilitas cairan ( F ) adalah : 0,000000855 / kPa
Setelah nilai koreksi kita tentukan, kita hitung besarnya :

Vol. Pipa uji

M F = ---------------------

Vol. wm

BV . Cts p. Cps p Cpl p . Ctl p .

= -----------------------------------------

WM . Ctl wm . Cpl wm

69
Menentukan kesalahan meter arus

 Kesalahan meter arus ( E ) dihitung menggunakan formula :

Meter - Standar

E = --------------------------------- x 100 %

Standar

WM . Ctlwm . Cpl wm – BV . Ctl p . Cpl p . Ctsp . Cpsp

E = ------------------------------------------------------------------- ---x 100%

BV . Ctl p . Cpl p . Ctsp . Cpsp

3.2 Mobil Tangki


Pengertian :
 Tangki Ukur Mobil yang selanjutnya disingkat TUM adalah tangki ukur
yang dapat digunakan untuk piranti pengukuran volume cairan, ditempatkan
tetap di atas landasan mobil atau dihubungkan secara terpisah pada mobil
tersebut, yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa kompartemen.
 Volume nominal (dari tangki atau kompartemen) adalah volume yang tertera
pada tangki atau kompartemennya.
 Ruang kosong adalah selisih antara volume total dan volume nominal.
 Manhole adalah lubang dengan ukuran tertentu yang terletak di bagian atas
TUM pada posisi di bagian tengah kompartemen yang berfungsi untuk
memantau bagian dalam kompartemen/TUM.
 Kepekaan tangki adalah perbandingan antara perubahan tinggi cairan dengan
perubahan volume cairan di dalam tangki.
 Lemping volume nominal adalah lemping yang memuat tulisan volume
nominal kompartemen TUM dan tempat membubuhkan tanda tera serta
tempat pembubuhan nomor TUM.

Ada beberapa jenis Mobil Tangki antara lain:

a. Mobil Tangki Trailer


b. Mobil Tangki Semi-Trailer
c. Mobil Tangki Bridger
d. Mobil Tangki SKID Tank

70
e. Mobil Tangki Volume 1

A. Mobil Tangki Trailer


Mobil Tangki Trailer (Mobil Tangki Gandengan) adalah Mobil Tangki
yang dilengkapi dengan sebuah gandengan berupa sebuah tangki yang
berdiri diatas chasis dan roda tersendiri (Trailer) dalam hal ini Mobil Tangki
juga berfungsi sebagai penarik Trailer.

B. Mobil Tangki Semi-Trailer


Mobil Tangki Semi-Trailer adalah Mobil Tangki yang dirangkaikan
dengan sebuah tangki yang diletakkan diatas chasis yang mempunyai roda
tersendiri yang terpisah dengan mobil tundanya (Trailer) mobil tundanya
hanya sebagai penarik.

C. Mobil Tangki Bridger


Mobil Tangki Bridger adalah Mobil Tangki yang digunakan untuk
pendistribusian Avtur (Jet A-1) / Avgas dari Terminal / DPPU ke DPPU
lainnya.

D. Mobil Tangki SKID Tank


Mobil Tangki SKID Tank adalah Mobil Tangki yang digunakan untuk
pendistribusian LPG dari Terminal LPG / Depot LPG ke SPPBE, SPBE atau
konsumen.

E. Mobil Tangki Volume 1


Mobil Tangki Volume 1 adalah Tangki Transportdari bahan aluminium
dengan design standard internasional yang disesuaikan dengan keadaan jalan
dan peraturan di Indonesia dengan memperhatikan faktor-faktor keamanan,
muatan serta pengoperasian.

Semua Mobil Tangki wajib tera meterologi pelaksanaan nya dilakukan oleh Dinas
Meterologi setiap 6 bulan sekali. Ruang kosong yang diperbolehkan minimal 0.75% isi
normal, kepekaan 0.0005 x isi nominal tangki per mm dan jumlah cairan yang boleh
tertinggal setelah pembongkaran maksimal 0.0005 x isi nominal. Ukuran diameter

71
manhole tangki 50 cm sampai 60 cm dengan ketinggian maksimal 20 cm. Kapasitas
penuh Mobil Tangki ditandai dengan baut tera, letak baut tera diatas leher man hole /
dombak, setelah ditera baut tera disegel oleh Dinas Meterologi. Mobil Tangki yang
belum ditera / tera ulang tidak bias dioperasikan.

3.2.1 Pengisian Tera dan Tera Ulang TUM

Pengujian TUM dapat dilakukan dengan Metode Gravimetrik (penimbangan) atau


Metode Volumetrik (penakaran masuk atau penakaran keluar) dan harus dilaksanakan
di instalasi pengujian (laboratorium) TUM yang berada di UPT/UPTD Metrologi atau
di instalasi pengujian lain sesuai dengan prosedur dan persyaratan nya
Hal-hal yang berkenaan dengan pengujian tera dan tera ulang adalah sebagai berikut:
I. Metode pengukuran
Untuk mencari volume dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran
terhadap:
a. Ketinggian
1). Metode peneraan (gauging) ketinggian secara manual atau visual dapat
dilakukan dengan cara:
a) Penandaan volumetrik tunggal atau lebih;
b) Gelas penglihat pada dom atau manhole cover;
c)Alat ukur lainnya dengan skala bertingkat yang terpasang permanen; dan
d) Dip stick atau dip tape.
2). Metode peneraan (gauging) ketinggian secara elektronik yang harus terpasang
permanen dapat dilakukan dengan cara menggunakan:
a) Pelampung dengan pendeteksi elektronik (magnetik atau magnetostrictive);
b) Level gauge ultrasonik;
c) Level gauge (gelombang mikro) radar; dan
d) Level gauge non-kontak lainnya.

b. Suhu
Jika pada volume cairan yang diserahkan diperlukan pengukuran suhu, maka
sensor suhu harus ditempatkan di atas saluran pipa pengosongan/pengisian. Untuk dapat
menentukan suhu rata-rata volume cairan dalam tangki atau masing-masing
kompartemen, dapat ditempatkan sensor suhu lebih dari satu.

72
c. Volume pada kondisi kerja atau dasar
Penentuan volume pada kondisi kerja atau dasar dapat dihitung secara otomatis
dengan menggunakan alat hitung elektronik, atau secara manual dengan menggunakan
data tabel pengujian tangki dan tabel koreksi volume.

II. Alat bantu


TUM dapat menggunakan alat bantu, berupa instalasi untuk pengukuran
volume parsial yang diterima atau dikirimkan. TUM dapat juga dilengkapi dengan
kolektor, pompa internal, dan instalasi selang penuh.

III. Faktor-faktor pengaruh


Faktor yang mempengaruhi dalam menentukan volume tangki adalah suhu dan
tekanan.

IV. Kapasitas tangki dan tabel pengujiannya


Untuk pengiriman parsial, TUM harus dilengkapi dengan tabel tangki yang
berisi konversi hasil pengukuran ketinggian menjadi volume dan dapat disimpan
secara elektronik. Sistem pengolahan data elektronik harus menyimpan tabel
kapasitas tangki dengan pasangan nilai-nilai ketinggian/volume untuk setiap
kompartemen ukur. Jumlah dan jarak pasangan-pasangan nilai ini dipilih
berdasarkan geometri tangki yang sebenarnya. Nilai antara dihitung dengan
menggunakan interpolasi yang sesuai. Pada titik puncak garis tengah samping
tangki tidak boleh diinterpolasi, kecuali untuk tangki bulat penuh atau silinder
penuh, dalam hal ini ekstrapolasi tidak diizinkan.

Tabel kapasitas tangki harus ditentukan pada setiap kompartemen TUM


dengan menggunakan metode volumetrik, gravimetrik, atau gabungan keduanya.
Rentang ketinggian tabel kapasitas tangki harus mencakup seluruh kondisi
pengisian yang terjadi dalam pengoperasian.

V. Metode Pemasangan
TUM dapat dipasang secara langsung dan permanen pada sasis kendaraan,
gandengan, atau tempelan atau dipasang sementara di atas kendaraan dengan

73
pengikat yang memastikan bahwa posisi tangki ketika dipasang di atas kendaraan
tidak berubah lagi.

Terhadap TUM yang telah dilakukan tera atau tera ulang diterbitkan Surat
Keterangan Hasil Pengujian (SKHP) oleh kepala UPT/UPTD Metrologi untuk
masing-masing kompartemen yang memuat data hasil pengujian sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 6.
SKHP memuat keterangan/informasi sebagai berikut:
a Unit metrologi yang mengeluarkan izin dan nomor SKHP;
b Nama dan alamat pemilik;
c Nama pabrik atau merek dagang, tipe, tahun pembuatan, dan nomor seri;
d Nomor sasis kendaraan dan/atau nomor seri tangki;
e Jumlah kompartemen dan kumparan pemanas (jika ada);
f Identifikasi titik referensi dan sumbu pengukuran vertikal;
g Metode pengujian yang digunakan, nomor SKHP untuk standar instalasi yang
digunakan;
h Ketidakpastian pada penentuan nilai-nilai volume yang ditunjukkan dalam
SKHP;
i Tanggal dikeluarkan dan masa berlaku dari SKHP;
j Judul, nama, dan tanda tangan pegawai berhak;
k Sketsa penunjukan dari arti simbol-simbol yang digunakan;
l Tinggi kopling atau fifth-wheel saat tangki diisi sejumlah volume nominal
(hanya untuk semi gandengan); dan
m Jumlah dan posisi dari cap tanda tera yang dipergunakan. Selain
keterangan/informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a-huruf m,

SKHP juga harus memuat keterangan/informasi sebagai berikut:


a. Kapasitas atau volume nominal;
b. Kapasitas atau volume total;
c. Tinggi ruang kosong berdasarkan kapasitas nominal (dalam mm) dantinggi
referensi (dalam mm); dan kepekaan tangki pada tingkat ketinggian kapasitas
nominal atau table kapasitas tangki dalam satuan pengukuran yang legal.

74
Contoh Tangki Dengan Sensor Mekanik (Informatif)

75
76
Contoh Sistem Ukur Otomatis Dengan Peneraan Ketinggian Elektronik (Electronic
Level Gauging)

Set up skematik untuk sistem ukur pada tangki minyak dengan versi maksimum (untuk
menjelaskan komponen dan fungsi dasar)

Keterangan:
(1). Sensor ketinggian
(2). Tangki ukur/kompartemen ukur
(3). Pelampung (jika ada)
(4). Produk/cairan
(5). Katup bawah
(6). Saluran pengosongan
(7). Penggandeng kering (api)
(8). Detektor cairan (jika diperlukan, pada saluran kolektor dan pompa hilir)
(9). Katup ventilasi kolektor
(10). Saluran kolektor (ditunjukkan dengan fungsi katup)
(11). Sistem saringan
(12). Pompa
(13). Sensor ketinggian untuk sistem pipa (dapat digunakan sebagai pemisah gas)
(14). Pengurasan (jika memungkinkan)
(15). Katup selang kosong
(16). Penggandeng selang kosong dengan saringan dan gelas inspeksi (posisi alternatif)
(17). Gulungan selang dengan selang penuh
(18). Katup untuk selang penuh 2
(19). Katup untuk selang penuh 2 (pengiriman terkurangi tanpa mematikan katup)
(20). Katup untuk selang penuh 1

77
(21). Katup tidak membalik
(22). Sensor suhu
(23). Ventilasi (jika memungkinkan)
(24). Pengukuran elektronik dan unit kontrol
(25). Alat kontrol untuk motor pompa (jika diperlukan)
(26). Saluran pengiriman di sebelah kanan (jika memungkinkan)

Set up skematik sistem ukur pada tangki ukur mobil untuk susu dengan versi
maksimumnya (untuk menjelaskan komponen dan fungsi dasar

78
Berikut adalah flowchart proses TUM Untuk Truk tangki

79
80
81
Contoh Sertifikat Tera TUM

82
Instalasi Uji TUM

Proses Pengisian Kompartemen Tangki

Pengontrol Tinggi Muka Air Bejana Ukur

83
3.2.2 Persyaratan Kemetrologian TUM

a. satuan yang digunakan adalah satuan ukuran yang ada dalam satuan Sistem
Internasional (SI) dan untuk besaran panjang harus dinyatakan dalam mm,
sedangkan untuk besaran volume dinyatakan dalam liter;
b. batas kesalahan maksimum yang diizinkan untuk tera volume nominalnya ±
0,1% sedangkan untuk tera ulang ± 0,2%;
c. kepekaan di sekitar volume nominal tidak boleh kurang dari 2 mm pada
setiap perubahan 0,1% dari volume nominal; dan
d. ruang kosong minimum 0,75% dari volume nominal.

3.3 Tangki Timbun

Menurut American Petroleum Institute (API) tangki timbun dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:

1. Ditinjau dari tekanan kerja dalam tangki terdapat dua golongan:


a. Tangki timbun tekanan rendah (atmosferis), ada 2 jenis :
 Tangki silider tegak
 Tangki silinder horizontal (pada SPBU dan sebagian DPPU)
b. Tangki timbun bertekanan, ada 2 jenis:
 Tangki bentuk bola (spherical)
 Tangki silinder horizontal
2. Ditinjau dari posisi atau letak
a. Tangki diatas tanah (umum), ada 3 jenis :
 Tangki silinder tegak (Vertical Cylindrical Tank)
 Tangki silinder mendatar (Horizontal Cylindrical Tank)
 Tangki bentuk bola (Spherical Tank)
b. Tangki setengah pendam (Semi Buried Tank), ada 1 jenis :
 Tangki silinder horizontal (banyak terdapat di DPPU)
c. Tangki pendam (Fully Burried Tank), ada 1 jenis :
 Tangki horizontal (umumnya tangki di SPBU)

84
A. Jenis Tangki Timbun Berdasarkan Fungsi dan Kelas yang Ditimbun

Berdasarkan fungsi dan kelas yang ditimbun jenis Tangki Timbun meliputi:

1. Ditinjau dari fungsinya dan fluida yang ditimbun:


 Crude Oil
 Kondensat
 LNG/LPG
 BBM (Bahan Bakar Minyak)
 Pelumas dll.
 Minyak Goreng, Kelapa Sawit, FAME, dll
2. Ditinjau dari kelas produk yang ditimbun:
 Kelas A
 Kelas B
 Kelas C
Semua Tangki Timbun wajib tera meterologi pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas
Meterologi setiap 6 tahun sekali.

Fungsi utama dari tangki timbun adalah untuk menyimpan minyak mentah atau
minyak hasil dari proses kilang, gas, chemical dan lain-lain.Tangki timbun harus
memenuhipersyaratan/ketentuan, antarlain:

a. Sifat kimiawi dari produk yang disimpan


b. Biaya pembuatan tangki.
c. Pengawasan dari vapour yang terbuang
d. Perlindungan terhadap isi tangki
e. Safety dan peraturan lindungan lingkungan

3.3.1 Pengujian Tera dan tera Ulang Tangki Timbun


A. Ketentuan Umum
a. Pengujian TUTSIT dilaksanakan dengan 2 (dua) metode:
1) Pengujian basah (metode volumetrik)

85
Pengujian basah dilakukan terhadap TUTSIT yang volume nominalnya sampai
50 kL.
2) Pengujian kering (metode geometrik)
Pengujian kering dilakukan terhadap TUTSIT yang volume nominalnya lebih
dari 50 kL.
b. Di samping TUTSIT harus memenuhi syarat-syarat dalam pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam sub bab 4.1, juga harus memenuhi syarat untuk diuji
sebagai berikut:
1) Pada pengujian untuk tera, TUTSIT harus sudah diuji hidrostatis (hydrostatic
test/pengujian tekanan dan kebocoran); dan
2) Selama TUTSIT diuji untuk tera atau tera ulang, kondisi TUTSIT harus dalam
keadaan tidak dioperasikan.
c. Hasil pengukuran pada pengujian TUTSIT dicatat dalam cerapan pengujian
TUTSIT.

B. Tabel Volume Tangki


a. Volume TUTSIT yang diuji ditentukan berdasarkan hitungan data pengujian
yang disusun dalam tabel volume tangki.
b. TUTSIT yang dilengkapi gelas duga dan plat skala dalam satuan volume, tidak
perlu dibuatkan tabel volume tangki.
c. Tabel volume TUTSIT harus memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam
Lampiran 2 yang terdiri dari:
1) Halaman 1, yang merupakan keterangan pengesahan atas tera/tera ulang
TUTSIT yang bersangkutan, memuat gambar serta data TUTSIT. Contoh
dalam halaman 1 ini adalah untuk TUTSIT Atap Tetap.
2) Halaman 2, memuat contoh pemakaian tabel volume;
3) Halaman 3, memuat tabel fraksi (dari 1 mm sampai 10 mm) tiap cincin, mulai
cincin nomor 1 (paling bawah) sampai cincin paling atas. Khusus untuk
cincin nomor 1, karena terdiri dari beberapa lapis, volume liter per mm-nya
diambil rata-rata dari tiap lapis dengan cara: (volume cincin nomor 1
dikurangi volume rawa) dibagi (tinggi cincin nomor 1 dikurangi tinggi rawa).
Tinggi cincin nomor 1 dimulai dari tinggi rawa.
4) Hlaman 4, dan seterusnya adalah tabel volume (dalam liter) untuk kenaikan
cairan tiap 1 cm tabel terdiri dari 5 kolom dan 50 baris. Tiap kolom dibagi

86
menjadi 2 kolom yaitu kolom “tinggi” dan kolom “volume”. Tiap kolom
“tinggi” dibagi lagi menjadi 2 kolom, yaitu kolom satuan “meter” dan kolom
satuan “cm”. Tiap 10 baris diberi spasi 1 baris. Pada pojok kiri atas
dicantumkan tulisan “Halaman: ….” Nomor halaman dimulai dari nomor 4
sampai nomor halaman terakhir. Pada pojok kiri atas dicantumkan tulisan :
“Tabel volume tangki No. :….”. Nomor tabel sesuai dengan yang diberikan
menurut agenda;
5) ruang kosong TUTSIT ditentukan antara 20 cm sampai dengan 30 cm di
bawah bibir tangki.
d. Jika TUTSIT direparasi sehingga menyebabkan perubahan volumenya, maka
TUTSIT harus ditera ulang untuk membuat tabel volume tangki yang baru.

C. Jenis Pengujian Tera dan Tera Ulang


a. Pengujian basah (metode volumetrik).
b. Pengujian kering (metode geometrik).

D. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian TUTSIT dalam rangka peneraan dan peneraulangan adalah
sebagai berikut:
a. Pengujian basah (metode volumetrik)
1) Pengujian dilaksanakan dengan cara penakaran dengan standar alat ukur
volume, baik alat ukur volume statis (bejana ukur) maupun alat ukur volume
dinamis (meter arus) dengan air sebagai cairan uji;
2) Pengujian dapat dilaksanakan dengan cara:
a) Penakaran masuk, yaitu: air sebagai cairan uji mula-mula dialirkan
melalui meter arus induk atau dimasukkan ke bejana ukur standar
kemudian dialirkan masuk ke TUTSIT; atau
b) Penakaran keluar, yaitu air sebagai cairan uji mula-mula dialirkan masuk
ke dalam TUTSIT, kemudian dialirkan melalui meter arus induk atau
masuk ke bejana ukur standar.
3) Dalam pengujian dengan cara penakaran keluar yang menggunakan bejana
ukur standar harus diingat agar letak bejana ukur lebih rendah dari pada letak
dasar TUTSIT;

87
4) Tiap kali penakaran volume yang ditakar harus konstan misalnya 1000 liter,
kemudian tinggi permukaan cairan uji yang kelihatan pada gelas duga
ditandai dengan garis pada plat skala yang masih kosong yang terletak di
sebelah gelas duga;
5) Apabila dalam TUTSIT terdapat benda koreksi maka setinggi benda koreksi
tersebut dilaksanakan penakaran khusus yaitu satu kali penakaran atau lebih
dengan volume satu kali penakaran berbeda dengan yang dimaksud angka 4
di atas;
6) Skala yang dibuat tiap kali penakaran tersebut angka 4 dan angka 5 diatas
dibagi rata dalam beberapa skala yang lebih kecil sehingga tiap skala terkecil
sama dengan 10 liter atau kelipatan 10 liter;
7) Lebar skala terkecil yang dimaksud angka 6 di atas tidak boleh kurang dari 2
mm; dan
8) Pada plat skala tiap kelipatan 5 skala terkecil dibuat garis skala lebih panjang
dan tiap kelipatan 10 skala dibubuhkan volume dalam liter.

b. Pengujian Kering (metode geometrik)


1) Urutan pengujian adalah sebagai berikut:
a) Pengukuran keliling
b) Pengukuran ΔR
c) Pengukuran tinggi
d) Pengukuran tebal pelat cincin
e) Pengukuran benda-benda koreksi
f) Pengukuran isi rawa.
2) Pengukuran keliling
a) Sebelum pengukuran keliling dilaksanakan dibuat garis keliling yang akan
dipakai untuk merentangkan ban ukur, agar ban ukur terentang benar-
benar horizontal sekeliling tangki ukur;
b) Garis keliling ini dipilih ditempat yang bebas rintangan sekeliling tangki
pada cincin pertama atau pada cincin kedua, tingginya dipilih demikian
sehingga mudah merentangkan ban ukur 30 cm atau lebih dan sambungan
cincin pertama dengan cincin kedua;
c) Untuk membuat garis keliling ini dipakai alat khusus agar garis keliling
benar-benar horizontal. Pengukuran keliling diiaksanakan pada garis

88
keliling tersebut dengan ban ukur yang sudah diketahui kesalahannya
pada suhu 28 °C. Umumnya keliling tangki yang diukur lebih panjang
dan pada panjang ban ukur yang dipakai. Maka pengukuran dapat di
laksanakan bersambung misalnya dengan panjang 10 m;
d) Pengukuran keliling harus dilaksanakan 3 kali, dengan cara sebagai
berikut:
(1) Buatlah 3 garis menyilang tegak lurus garis keliling dengan jarak
kurang lebih 2 cm dengan garis berikutnya. Ketiga garis ini
merupakan garis awal atau menempatan garis skala nol dari ban ukur;
(2) Jika pengukuran dilaksanakan dengan cara bersambung dengan
panjang 10 m, maka pada pengukuran 10 m pertama garis skala nol
ban ukur diletakkan tepat dengan garis pertama kemudian tepat pada
garis skala 10 m dibuat garis tegak lurus pada dinding tangki;
(3) Setelah itu ban ukur digeser pelan-pelan untuk pengukuran kedua,
caranya seperti pengukuran pertama. Demikian juga untuk
pengukuran yang ketiga.
Ketiga garis pada dinding tangki yang dibuat tepat pada skala 10m,
merupakan garis awal untuk pengukuran 10 m yang kedua.
(4) Demikian dilaksanakan seterusnya sehingga satu kali keliling tangki
pada pengukuran keliling didapat 3 kali pengukuran;
(5) Dari 3 garis awal pengukuran 10 m pertama dengan 3 garis akhir
pengukuran 10 m terakhir diadakan pengukuran yang jaraknya dibaca
langsung pada ban ukur bila jarak tersebut kurang dari 10 m;
(6) Lingkaran yang dibuat untuk menempatkan ban ukur keliling disebut
lingkaran utama. Kelilingnya disebut keliling utama, diameternya
disebut diameter utama dan jari-jarinya disebut jari-jari utama;
(7) Hasil pengukuran pada keliling utama ini merupakan ukuran dasar dan
semua hitungan dalam mencari luas penampang semua cincin tangki
ukur tersebut;
(8) Keliling utama dan ketiga hasil tersebut diambil rataratanya. Untuk
keseksamaan pengukuran disyaratkan selisih satu sama lain ketiga
hasil pengukuran tersebut tidak boleh lebih dari 3 mm tiap
pengukuran keliling 100 m. Syarat ini dianggap cukup seksama atas
dasar pengalaman di lapangan;

89
(9) Titik permulaan pada pengukuran keliling dapat dimulai dari
sembarang tempat. Jika tangki ukur yang diuji ditentukan untuk suhu
operasi t oC maka diameter utama yang didapat harus dikoreksi
dengan faktor;
F = 1 + λ (t - 28)
( λ = koefisien muai panjang bahan tangki ukur).
(10) Dalam pelaksanaan di lapangan, pengukuran keliling kadang-kadang
tidak dapat dipilih tempat yang sama sekali bebas rintangan. Maka di
dalam cerapan pada perhitungan diameter telah dimasukkan rumus
koreksi bila pengukuran keliling menemui rintangan, termasuk
rintangan berupa sambungan plat yang dilas.

3) Pengukuran ΔR
a) ΔR adalah selisih jari-jari setiap lingkaran penampang tangki ukur
dengan jari-jari utama. Untuk mengukur ΔR ini digunakan roda ukur
dengan perlengkapannya. Pengukuran dengan roda ukur dilaksanakan
sebagai berikut:
(1) Mula-mula ditentukan titik-titik ukur sekeliling tangki yang disebut
seksi. Jarak seksi sekeliling tangki ukur harus sama. Jumlah seksi harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
(a) Minimum 12 seksi;
(b) Jarak satu seksi dengan seksi lain yang berdekatan tidak lebih
dari 4 m;
(c) Jumlah seksi harus genap; dan
(d) Jika seksi satu sama lain yang berseberangan dihubungkan satu
sama lain harus merupakan diameter.
(2) Diameter-diameter ini akan berpotongan pada satu titik pusat
lingkaran. Pengukuran dengan roda ukur dimaksudkan untuk mencari
diameter rata-rata tiap cincin seperti pada kalimat ” jika seksi satu sama
lain yang berseberangan dihubungkan satu sama lain harus merupakan
diameter” diatas serta penentuan jumlah seksi harus ditentukan sesuai
syarat pada kalimat diatas.

90
b) Cara menentukan jarak seksi
(1) mula-mula keliling utama C dalam satuan m dibagi 4 misalnya
hasilnya bilangan bulat A ditambah pecahan a; C/4 = A,a;
(2) Apabila A genap, maka keliling utama C harus dibagi (A+2);
C/(A+2) = S1;
(3) Apabila A ganjil maka keliling utama C harus dibagi (A+1); C/(A+1)
= S2 sehingga hasilnya baik S1 maupun S2 merupakan jarak seksi yang
memenuhi syarat lebih kecil dan pada 4 m jumlah seksi genap;
(4) Pilihan seksi pertama harus dipangkal atau diujung tangga kemudian
seksi kedua, ketiga dst. Melingkar kekiri/kekanan; dan
(5) Jika pada waktu menentukan seksi tersebut ada yang tepat jatuh pada
tiang, pipa, manhole, dsb. seksi tersebut tetap ditentukan pada tempat
tersebut. Hanya pada pengukuran dengan roda ukur nanti pada seksi
tersebut tempatnya digeser kekiri atau kekanan agar bebas dari
rintangan.

c) Pengukuran ΔR dengan roda ukur


(1) Pengukuran AR dengan roda ukur dapat dimulai dan sembarang
seksi, misalnya dan seksi no. 8 kemudian seksi 9, 10 dst atau berputar
balik dan seksi 8, 7, 6 dst;
(2) Mengapa petugas tidak memulai dari seksi pertama, ini kemungkinan
memilih tempat yang bebas gangguan dan angin, sinar matahari
langsung dsb. Tetapi pencatatan dalam cerapan harus sama nomor seksi
yang dikerjakan dengan yang dicatat. Setiap mulai pengukuran, roda
ukur mula-mula harus ditempatkan tepat pada ganis keliling utama; yaitu
dari skala nol yang ada ditengah, kearah dinding tangki angka bertanda
negatif sedangkan dari skala nol kearah luar angka bertanda positif,
ditempatkan di bawah roda tadi demikian dekatnya dengan roda ukur
sehingga hampir bersinggungan dengan roda tengah;
(4) Dalam keadaan ini mistar harus disetel sehingga penunjukannya tepat
nol. Kemudian mistar dipindah ke titik ukur tengah cincin pertama,
pencatatan penunjukan disini tandanya harus dibalik, misalnya mistar
menunjuk +a dalam cerapan harus dicatat -a demikian sebaliknya;

91
(5) Setelah itu mistar dipindahkan ke titik ukur bawah. Pencatatan
dalam cerapan sama seperti pengukuran pada titik ukur tengah.
Kemudian mistar dipindah ketempat semula. Disini penunjukan dicek
kembali apakah tetap nol. Jika tidak nol, beranti tempat mistar tidak
tepat ketempat semula, mungkin diatasnya atau dibawahnya. Untuk itu
kedudukan mistar harus diberi tanda dengan kapur dsb;
(6) Setelah mistar ditempatkan kembali ditempat semula kemudian roda
ukur dipindahkan ke atas untuk pengukunan cincin-cincin di atas dan
seterusnya;
(7) Pencatatan ΔR pada cerapan tiap seksi cukup satu kali saja yaitu pada
waktu roda ukur naik. Pencatatan ΔR dua kali tiap seksi waktu roda ukur
naik dan turun hanya menambah pekerjaan saja karena tidak
memberikan peningkatan keseksamaan yang berarti;
(8) Akan tetapi waktu roda ukur turun dapat juga ΔR dibaca hanya
sebagai kontrol pencatatan ΔR tadi, baik mengenai angkanya, maupun
mengenai tandanya plus atau minus;
(9) Jika ada perbedaan angka atau tanda, petugas dapat mengambil.
keputusan, mana yang benar. Oleh karena itu mencatat sebaiknya dengan
pensil;
(10) Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih seksama, maka
jumlah seksi harus diperbanyak dengan kata lain jarak seksi. yang
berdekatan diperpendek;
(11) Jika mistar pembaca tidak dapat diamati karena lingkaran utama
letaknya terlalu tinggi maka mistar dapat ditempatkan pada titik ukur
bawah dan cincin pertama. Tetapi letak roda ukur untuk titik ukur
pertama harus ditempatkan tepat pada garis lingkaran utama;
(12) Dalam keadaan ini mistar pembaca distel sampai penunjukan nol,
kemudian roda ukur dipindahkan berturutturut ke titik ukur tengah dan
titik ukur bawah dari cincin pertama;
(13) Kemudian langsung ketitik ukur bawah dan cincin kedua dan
seterusnya roda keatas;
(14) Jika pengukuran dengan roda ukur ini roda dalam perjaianannya ke
atas bergeser sedikit ke kiri atau ke kanan, sehingga kawat pemberat

92
tidak menyentuh mistar, maka mistar dapat digeser ke kiri atau ke kanan,
asal pergeseran pada garis horizontal;
(15) Untuk titik ukur yang berada di atas atau dibawah tangga,
Direktorat Metrologi akan membuat perlengkapan tambahan roda ukur
yang disebut busur ukur. Dengan menggunakan busur ukur ini
pengukuran pada titik-titik ukur di atas dan di bawah tangga dapat
dilaksanakan dengan mudah. Jika busur ukur tidak ada, dapat
dilaksanakan pengukuran sebagai berikut:
(a) pertama pengukuran dilaksanakan pada titik-titik ukur di bawah
tangga seperti pengukunan biasa dari bawah keatas tanpa rintangan
sampai titik ukur paling dekat di bawah tangga. Kemudian mistar
dipindahkan ke atas tangga untuk pengukunan titik-titik ukur di atas
tangga
(b) sebelum memindahkan mistar ke atas diadakan pengukuran
sebagai berikut:
- bentangkan kawat pemberat ke luar tangga dengan bantuan
tongkat kayu. Tongkat kayu bertumpu tegak lurus pada dinding
tangki tempat mistar pembaca akan ditempatkan nanti;
- Ukur rentangan kawat pemberat pada tongkat kayu tersebut
misalnya a mm. Kemudian ukur lagi rentangan kawat pemberat
di bawah tangga dan dinding tangki tempat mistar ukur tadi
ditempatkan misalnya b mm. Setelah itu mistar dan pemberat
dipindah ke atas tangga. Maka pengukuran dapat dilaksanakan
dari tangga seperti pengukuran di bawah tangga, dengan catatan
bahwa pembacaan mistar harus di koreksi dengan (b-a);
- Jika tangki ukur yang diuji adalah tangki ukur atap terapung
dan pengujian untuk tera baru (tangki ukur keadaan bersih)
maka pengukuran ΔR dengan roda ukur dapat dilaksanakan dari
dalam (atap terapung dalam keadaan istirahat dengan kaki
pendek). Cara ini adalah cara yang dianggap paling dianggap
sesuai, sehingga tidak menemui rintangan-rintangan seperi
pengukuran ΔR dari luar (rintangan tangga, bordes, dan
sebagainya). Untuk cincin I pengukuran ΔR tetap dilaksanakan
dari luar. Jika pengukuran ΔR dilaksanakan dari dalam, maka

93
pembacaan pada mistar pembaca tandanya harus dibalik yaitu
pembacaan dari angka nol kearah dinding tangki ukur tandanya
(+) dan dari angka nol ke arah menjauhi dinding tangki ukur
tandanya (-). Diperhatikan juga letak keliling utamanya yang
pengukurannya dari luar, beberapa cm dari sambungan cincin I
dengan cincin II. Untuk menempatkan roda ukur dengan
penunjukkan pada mistar pembaca sama dengan nol.

4) Pengukuran tinggi
a) Untuk mengukur tinggi tangki ukur dipergunakan ban ukur kedalaman
(depth tape) yang sudah diketahui kesalahannya dengan dibantu alat-alat
ukur lainnya;
b) Mula-mula diukur tinggi cairan dalam tangki yang dipakai untuk hitungan
koreksi deformasi. Dilanjutkan dengan pengukunan tinggi lubang ukur
terhadap meja ukur. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran tinggi tangki
terhadap dasar tangki di luar dinding. Pada pengukuran ini harus diambil
empat titik ukur, titik ukur satu dengan titik ukur berikutnya membuat sudut
900. Titik ukur pertama diambil dekat dengan lubang ukur. Cara pengukuran
dengan bantuan seorang petugas, ujung pemberat depth tape harus
ditempatkan menyentuh dasar tangki di luar dinding. Yang dimaksud tinggi
tangki adalah jarak dasar tangki di luar dinding sampai bibir tangki sisi atas;
c) Hasil pengukuran empat titik ini diambil rata-ratanya sebagai tinggi
tangki ukur. Untuk menentukan tinggi meja ukur kita harus mengetahui
tinggi lubang ukur terhadap dasar tangki. Dengan bantuan slang plastik
berisi air kita proyeksikan horisizontal lubang ukur pada tiang pagar yang
terdekat di atas bibir tangki. Dari proyeksi ini kita mudah mengukur
jaraknya terhadap dasar tangki. Jarak ini dikurangi tinggi lubang ukur dan
meja ukur
merupakan tinggi meja ukur. Setelah pengukuran tinggi dari atas tangki
selesai dilanjutkan dengan pengukuran tinggi tiap cincin; dan
d) Pengukuran dimulai dari cincin paling atas turun ke bawah melalui tangga
yang dilaksanakan oleh dua orang petugas, satu orang menempatkan ujung
pita ukur pada sambungan antara dua cincin dan satu orang lagi membaca
penunjukan pita ukur.

94
5) Pengukuran Tebal Pelat Cincin
Jika alat ukur tebal pelat cincin (UTM) ada pengukuran tebal pelat tiap
cincin dapat dilaksanakan dengan mudah melalui tangga dan bawah ke atas.
Jika UTM tidak ada tebal pelat tiap cincin dapat diambil dan gambar
konstruksi tangki ukur atau dari data pengukuran yang lalu untuk tangki ukur
yang ditera ulang.

6) Pengukuran benda-benda koreksi


a) Benda-benda koreksi adalah semua benda-benda dalam atau pada dinding
tangki yang berupa lubang masuk (manhole), pintu kuras, pipa alir
masuk/keluar, tiang-tiang, pipa pemanas, pengaduk (mixer) dsb. Dengan
adanya benda-benda ini isi tangki ukur harus ditambah dan dikurangi atau
dikoreksi;
b) Pengukuran benda-benda koreksi dapat di laksanakan dari luar tangki
ukur atau masuk ke dalam tangki ukur jika tangki dalam keadaan bersih;
c) Pada tera ulang umumnya tangki ukur tidak dibersihkan, maka ukuran
benda-benda koreksi dapat diambil dari data pengukuran yang lalu.

7) Pengukuran isi rawa


a) Tinggi rawa dipilih sebagai berikut:
(1) yang ada meja ukurnya: setinggi meja ukur
(2) yang tidak ada meja ukurnya: setinggi sisi paling bawah lubang pipa
pengeluaran.
b) Isi rawa yang didapat baik dengan pengukuran volumetric maupun
dengan pengukuran geometrik harus dibulatkan dalam puluhan liter.
(1) Pengukuran volumetrik
Dapat dilaksanakan dengan dua macam alat ukur, dengan meter
arus atau tangki ukur yang sudah diketahui kesalahannya (sudah ditera).
Cara pengukuran:
• Air dialirkan melalui meter arus atau dengan tangki ukur penguji,
masuk tangki ukur yang diuji. Volume air perigisian pertama A liter,
sampai puncak atau bagian tertinggi dan dasar tangki tenggelam.
Sesudah air tenang tinggi permukaan air diukurdari meja ukur

95
misalnya tingginya a mm. Kemudian pengisian kedua dilaksanakan
seperti pengisian pertama dengan
volume B dihitung dari awal pengisian pertama. Tinggi permukaan air
diukur dari meja ukur misalnya b mm. Dari hasil dua kali pengisian ini
isi rawa C dapat dihitung;
• Jika alat ukur yang dipergunakan meter air maka penunjukkan A
sebaiknya kelipatan 1000 liter. Penunjukkan B diambil dua kali ata
satu setengah kali A.
(2) Pengukuran geometrik
Alat ukur yang dipergunakan adalah alat ukur kedataran
permukaan air (water level) yang berupa Theodolit atau alat ukur yang
sederhana dari slang plastik berisi air dilengkapi alat baca perubahan
tinggi permukaan air. Cara pengukuran:
• Mula-mula dibuat garis-garis pada dasar tangki yang bersambung
dengan dinding tangki. Jarak antara dua garis sama dengan jarak
antara dua garis yang berikutnya sehingga garis-garis ini membentuk
seksi-seksi ukur seperti pada pengukuran ΔR;
• Dari garis-garis seksi ini dibuat garis-garis lurus menuju pusat
lingkaran dasar tangki sehingga garisgaris ini membentuk garis-garis
sinar yang bertitik pusat pada pusat lingkaran dasar tangki;
• Dari titik pusat ini dibuat lagi lingkaran-lingkaran konsentris jarak
lingkaran-lingkaran ini dan titik pusat dan satu rawa lain yang
berurutan sama maksimum 1 meter. Pengukuran kedataran air
dilaksanakan pada titik-titik perpotongan lingkaran-lingkaran ini
dengan
garis-garis sinar terhadap tinggi titik pusat;
• Untuk pengukuran yang praktis tidak usah dibuat garis-garis sinar.
Sebagai gantinya dipakai seutas tali plastik yang direntangkan dari
titik pusat ke garis seksi pertama pada dinding. Tali ini diberi tanda-
tanda berupa simpul atau dicat yang jaraknya dari simpul satu ke
simpul berikutnya sama, maksimum 1 meter;
• Pada simpul-simpul inilah pengukuran kedataran air dilaksanakan
sebagai ganti perpotongan lingkaranlingkaran dengan garis-garis
sinar;

96
• Pengukuran isi rawa dengan cara geometrik ini adalah pengukuran
yang dalam perhitungannya dasar tangki itu seolah-olah berbentuk
kerucut. Dalam kenyataanya dasar tangki itu bukan berbentuk kerucut
sempurna. Jadi pengukuran dengan cara geometric ini hasilnya hanya
merupakan pendekatan saja. Untuk mendapatkan hasil yang
sebenarnya adalah dengan cara pengukuran isi rawa dengan meter
arus seperti diuraikan di atas (volumetrik).

3.3.2 Pemeliharaan Tangki


a. Cat Dan Coating Tangki
Untuk melindungi tangki dari korosi dan karat, permukaan tangki bagian luar
biasanya di cat atau di coat.Tangki di cat warna putih atau warna lain yang
memantulkan radiasi matahari yang bertujuan untuk membatasi panas yang
berlebihan yang akan menyebabkan banyak terjadinya penguapan.

b. Tank Cleaning
Tangki penyimpan/penampung minyak mentah atau produknya, suatu waktu
perlu dibersihkan (cleaning).Alasan dilakukan pembersihan tangki (tank cleaning) :
 Untuk dilakukan perbaikan dalam tangki
 Penggantian jenis minyak (alih/tukar fungsi)
 Pembersihan rutin (5 – 10 tahun/sekali)

97
 Diperlukan pemeriksaan bagian dalam (apabila ada hal yang mencurigakan).
Perbaikan/pemasangan peralatan tambahan.
 Kalibrasi tangki.

Pencegahan Karat :
 Pengecatan shell dan roof dari tanki.
 Pelapisan bagian bawah bottom plate dengan coal-tar epoxy.
 Penghamparan pasir halus dan kering secara merata serta sand bitumen mix (
water proofing ) disekeliling bottom plate tanki.
 Pemasangan cathodic protection untuk bagian luar tanki.
 Pelapisan internal course tanki setinggi 1 meter dengan epoxy coating.

Code dan Standard :


 API 620 : Standard design & construction tanki timbun yang dibangun diatas
permukaan tanah, yang dibuat dari baja yang dilas dan beroperasi pada tekanan
rendah.
 API 650 : Standard material, design, fabrication & testing tanki timbun silindris
vertical yang dibangun diatas permukaan tanah untuk minyak bumi dan produk
BBM, yang beroperasi pada tekanan internal tidak lebih daripada berat tutup
 API 651 : Standard perlindungan cathodic tanki timbun yang dibangun diatas
permukaan tanah.
 API 653 : Standard perbaikan, perubahan dan rekonstruksi tanki timbun.
 API 575 : Standard inspeksi tanki timbun bertekanan rendah.

98
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Tera dan kalibrasi menjamin adanya kepastian hukum yang dilindungi oleh
Undang – Undang.
2. Melindungi konsumen dan produsen dari keakurasian penyarahan produk
yang di jual.
3. Peralatan yang digunakan dalam Custody Transfer harus selalu di tera dan
kali brasi terutama yang telah memasuki due date tera ulang.
4. Kepastian pengukuran akan dapat menekan jumlah perselisihan dan biaya
transaksi.

4.2 Saran

Sebaiknya dalam pelaksanaan tera dan kalibrasi disaksikan oleh perwakilan


pihak pihak terkait baik dari Penjual maupun pembeli (HISWANA MIGAS),
sehingga hasilnya dapat disepakati bersama – sama.

99
DAFTAR PUSTAKA

American Petroleum Institute, 2101 L Street, Northwest., Washington, D.C. 20037, 202-457-
7055

---------------. Keputusan Dirjen Perdagri No.34/PDN/KEP/3/2010: Tentang Syarat Teknis


Tangki Ukur Mobil. Jakarta:

Dierktur Jendral Perdagangan Dalam Negeri, 3 Maret 2010.

Fathoni, Ahmad Zuhdan, Dr, Ir, H, Tranportasi BBM, Pelumas Dan Elpiji. Cepu: PTK
AKAMIGAS – STEM, 2010.

---------------. Keputusan Dirjen Perdagri No.25/PM/1MP/3/2010: Tentang Syarat Teknis


Tangki Ukur Tetap Silinder Tegak. Jakarta:

Dierktur Jendral Perdagangan Dalam Negeri, 3 Maret 2010.

---------------. Keputusan Dirjen Perdagri No.37/PDNMP/3/2010: Tentang Syarat Teknis


Meter Arus Volumetrik. Jakarta:

Dierktur Jendral Perdagangan Dalam Negeri, 3 Maret 2010.

100
LAMPIRAN 1 BEJANA UKUR

101
LAMPIRAN 2 MASTER METER & METER ARUS

MASTER METER

METER ARUS

102
LAMPIRAN 3 SERTIFIKAT HASIL PENGUJIAN METER ARUS

103
Lampiran 4 : LEMBAR PENGESAHAN TABEL TANGKI TIMBUN

104
Lampiran 5 : CONTOH PEMAKAIAN TABEL VOLUME TANGKI

105
Lampiran 6 : CONTOH TABEL FRAKSI TANGKI TIMBUN

106
Lampiran 7 : CONTOH TABEL VOLUME TANGKI TIMBUN

107
Lampiran 8

108
Lampiran 9

109
Lampiran 10

110
Lampiran 10

111

Anda mungkin juga menyukai