Anda di halaman 1dari 254

LKIP

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH


TAHUN ANGGARAN 2018

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI


DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA

JAKARTA, JANUARI 2019


LKIP
Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah

TAHUN ANGGARAN 2018

Penanggungjawab
Deputi Bidang TIRBR

Tim Penyusun :
Adhi Dharma Permana
Hari Setiapraja
Fadilah Hasim
Cuk Supriyadi Ali Nandar
Mulyadi Sinung Harjono
Abdul Kadir
Jimmy Maulana
Syahroni

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI


DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas Rahmat-Nya,
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (TIRBR-BPPT) telah menyelesaikan penyusunan Laporan
Kinerja Tingkat Kedeputian periode tahun kerja 2018. Laporan Kinerja merupakan
salah satu dari komponen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
yang harus dilakukan dan diwajibkan kepada seluruh instansi pemerintah secara
nasional baik untuk pemerintah Pusat (Kementerian dan Lembaga) atau Daerah.

Kewajiban menyusun laporan kinerja ini merupakan amanat pemerintah melalui


Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Kinerja Instansi
Pemerintah Berdasarkan aturan tersebut dan merujuk kepada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dengan ini disusunlah Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKIP) unit organisasi Kedeputian Teknologi Industri Rancang
Bangun dan Rekayasa (TIRBR) untuk tahun kerja 2018.

Sasaran strategis BPPT menurut Renstra revisi 5 yaitu Menjadi lembaga unggulan
Teknologi dalam pengkajian dan penerapan teknologi untuk meningkatkan daya saing
menuju kemandirian bangsa. Pada Tahun 2018, Sasaran Program TIRBR yang
merupakan penjabaran detail dari Sasaran Strategis BPPT adalah :

1. Termanfaatkannya Inovasi Teknologi di Bidang TIRBR untuk Mendukung


Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa dengan indicator kinerja
jumlah inovasi teknologi:
1. Sertifikasi Drone Alap-alap;
2. Kapal Angkut Ikan Berpendingin;
3. Kelaikan Teknologi Smart Level Crossing.

LKIP TIRBR 2018 i


2. Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan
Teknologi di Bidang TIRBR untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian
Bangsa dengan indicator kinerja
1. Jumlah audit teknologi : Audit Tek. LRT Jabodebek;
2. Jumlah kliring teknologi : FS Kereta api cepat Jakarta-Surabaya;
3. Jumlah layanan teknologi:
3. 1. Pengujian emisi EURO 4;
3. 2. Pengujian pesawat terbang nasional;
3. 3. Pengujian sarana dan prasarana kereta api.

3. Terwujudnya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi Dan Layanan


Teknologi di Bidang TIRBR untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian
Bangsa dengan indikator kinerja :
1. Jumlah audit teknologi : Audit Metro Kapsul (TIRBR & PKT);
2. Indeks Kepuasan Masyarakat pada nilai B.

Pelaksanaan program dan pelayanan teknologi tersebut di atas dilakukan secara


sinergi oleh Unit Kerja Pusat dan Unit Kerja Balai di Kedeputian TIRBR dengan
mengedepankan pencapaian hasil seoptimal mungkin. Unit Kerja yang bersinergi
dalam program tersebut adalah :

1. Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim (PTRIM)

2. Pusat Teknologi Industri Permesinan (PTIP)

3. Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan (PTIPK)

4. Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi (PTSPT)

5. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS)

6. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika, Aeroakustika (B2TA3)

7. Balai Teknologi Hidrodinamika (BTH)

8. Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP)

9. Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPDP)

10. Balai Teknologi Mesin Perkakas, Teknik Produksi dan Otomasi (BTMEPPO)

LKIP TIRBR 2018 ii


Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan program tersebut di atas, maka
disusunlah LKIP ini yang di dalamnya menjelaskan anggaran yang digunakan untuk
pelaksanaan kegiatan beserta capaian kinerja Tahun 2018. Capaian kinerja dalam
LKIP ini merupakan perbandingan antara target kinerja yang telah ditetapkan dengan
realisasi pencapaiannya selama tahun 2018.

Jakarta, Januari 2019


Deputi Bidang TIRBR

Dr. Ir. Wahyu Widodo Pandoe, M.Sc.


NIP. 196607291992031001

LKIP TIRBR 2018 iii


RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, Undang-undang Nomor 28 Tahun


1999, dan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP),
maka Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)
sebagai salah satu bagian organisasi dari BPPT ikut berupaya mewujudkan
pemerintahan yang baik dan bersih. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan
membuat pertanggungjawaban kinerja atas pelaksanaan tugas sesuai tupoksinya
dengan mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Kedeputian TIRBR Tahun
2015 – 2019 revisi 4.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kedeputian TIRBR Tahun 2018 ini berisi
rencana, target capaian, dan realisasi capaian atas target kinerja Kedeputian TIRBR
tahun 2018 sesuai dengan Peraturan Menteri Penertiban Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) nomor 53 tahun 2014. Pada Tahun 2018, TIRBR
telah menghasilkan :
1. Inovasi teknologi :
 Sertifikasi Drone Alap-alap bidang hankam;
 Kapal Angkut Ikan Berpendingin bidang kemaritiman;
 Kelaikan Teknologi Smart Level Crossing bidang transportasi .
2. Audit Teknologi : Audit Tek. LRT Jabodebek, Audit Metro Kapsul (TIRBR &
PKT) bidang transportasi;
3. Kliring teknologi : FS Kereta api cepat Jakarta-Surabaya bidang transportasi;
4. Jumlah layanan teknologi:
 Pengujian emisi EURO 4;
 Pengujian pesawat terbang nasional;
 Pengujian sarana dan prasarana kereta api.
 Indeks Kepuasan Masyarakat pada nilai B.

Pelaksanaan program dan pelayanan teknologi tersebut di atas dilakukan secara


sinergi oleh Unit Kerja Pusat dan Unit Kerja Balai di Kedeputian TIRBR dengan
mengedepankan pencapaian hasil seoptimal mungkin. Dalam hal anggaran, capaian
akhir tahun 2018 menunjukkan bahwa realisasi anggaran adalah sebesar 96,14%

LKIP TIRBR 2018 iv


yang mengalami penurunan dari realisasi Tahun 2017 yaitu sebesar 96,97%.
Sedangkan untuk capaian kinerja adalah 100% baik untuk Sasaran Program 1 yaitu
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi di Bidang TIRBR untuk Mendukung
Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa dengan 3 (tiga) indikator
kinerja.

Sasaran Program 2 yaitu Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih


Teknologi dan Layanan Teknologi di Bidang TIRBR untuk Peningkatan Daya Saing
Menuju Kemandirian Bangsa dengan 5 (lima) indikator kinerja. Dan

Sasaran Program 3 Terwujudnya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi


Dan Layanan Teknologi di Bidang TIRBR untuk Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa dengan 2 (dua) indikator kinerja.
Pelayanan teknologi TIRBR pada tahun 2018 dapat mencapai nilai indek kepuasan
masyarakat B yang berarti pelayanan yang dilakukan sudah memuaskan.

LKIP TIRBR 2018 v


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ......................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ ix

BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1


1.1 Penjelasan Umum Organisasi ............................................................................. 1
1.2 Aspek strategis organisasi..................................................................................10
1.3 Permasalahan utama (strategic issued) .............................................................10

BAB 2. PERENCANAAN dan PERJANJIAN KINERJA ............................................................16


2.1 Rencana Strategis ..............................................................................................16
2.2 Rencana Kinerja Tahun 2018 .............................................................................20
2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2018 ..........................................................................22

BAB 3. AKUNTABILITAS KINERJA ........................................................................................26


3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 1 (satu) Termanfaatkannya
Inovasi Teknologi di Bidang TIRBR untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing
Menuju Kemandirian Bangsa. ............................................................................30
3.2 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 2 (dua) Termanfaatkannya
Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi untuk
mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa. ....................62
3.3 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 3 (tiga) yaitu Tewujudnya
Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi untuk
mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa. ..................106
3.4 Realisasi Anggaran Tahun 2018 ......................................................................118

BAB 4. Penutup .....................................................................................................................121


4.1 Kesimpulan ......................................................................................................121
4.2 Rekomendasi ...................................................................................................123

LAMPIRAN .............................................................................................................................124

LKIP TIRBR 2018 vi


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Struktur Organisasi Kedeputian TIRBR.................................................... 7


Gambar 1-2 Usia pegawai di TIRBR ............................................................................ 9
Gambar 3-1 Kegiatan Proses Sertifikasi Alap-alap .................................................. 35
Gambar 3-2 Rencana Umum Kapal Pengangkut Ikan 60 GT .................................... 44
Gambar 3-3 Persfektif Kapal Pengangkut Ikan 60 GT ............................................... 45
Gambar 3-4 Rencana Garis Kapal Penangkap Ikan 60 GT ....................................... 47
Gambar 3-5 Pengujian Resistance Model Kapal Ikan 60 GT ..................................... 48
Gambar 3-6 Pengujian Propulsi Model Kapal Ikan 60 GT .......................................... 48
Gambar 3-7 Capaian kinerja kapal ikan berpendingin ............................................... 50
Gambar 3-8 Capaian Smart Level Crossing .............................................................. 59
Gambar 3-9 Kegiatan Proses Sertifikasi Alap-alap .................................................... 61
Gambar 3-10 Capaian kegiatan Audit Teknologi LRT Jabodebek ............................... 69
Gambar 3-11 Capaian kinerja FS Kereta cepat Jakarta Surabaya .............................. 75
Gambar 3-12 Fasilitas Uji Euro4 BPPT ........................................................................ 80
Gambar 3-13 Pengujian Kendaraan Euro4 .................................................................. 84
Gambar 3-14 Purwarupa Pesawat N219 pada saat terbang perdana. ........................ 87
Gambar 3-15 Model N219 Amphibi dalam seksi uji dengan posisi upside-up
menggunakan wing struts. ..................................................................... 88
Gambar 3-16 Visualisasi aliran pada Model N219 Amphibi menggunakan oil film. ..... 90
Gambar 3-17 Pengujian visualisasi aliran R-80 isolated tail menggunakan wool tuft. . 90
Gambar 3-18 Model Rudal Jelajah Ringan PTIPK BPPT dalam seksi uji ILST. ........... 91
Gambar 3-19 Model R-122 dalam seksi uji ILST dengan sting support. ...................... 92
Gambar 3-20 Model konfigurasi lengkap YFYK (ANKA-2) di seksi uji ILST. YFYK
merupakan UAV baru Turkish Aerospace. ............................................. 93
Gambar 3-21 Uji momen positif dudukan rel ................................................................ 97
Gambar 3-22 Uji positive centre sleeper static ............................................................. 98
Gambar 3-23 Uji repeated load slabtrack beton......................................................... 99

LKIP TIRBR 2018 vii


Gambar 3-24 Loading Test U Shaped girder LRT Jabodebek ................................... 100
Gambar 3-25 Uji Bending Dinamis (fatigue) Sambungan Las Termite dan Flash Butt
Rel........................................................................................................ 101
Gambar 3-26 Pelaksanaan marking dan pemasangan strain gauge di Balai Yasa
Lahat, Sumatra Selatan ....................................................................... 103
Gambar 3-27 Kegiatan Proses Audit Metro Kapsul.................................................... 111

LKIP TIRBR 2018 viii


DAFTAR TABEL

Tabel 1-1 Distribusi SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan per Desember 2018. ..... 8
Tabel 1-2 Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional pada
masing-masing Unit Kerja .......................................................................... 9
Tabel 2-1 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program TIRBR .......... 20
Tabel 2-2 Rencana Kinerja Tahun 2018 .................................................................. 22
Tabel 3-1 Rekapitulasi Pengukuran Kinerja TIRBR ................................................. 28
Tabel 3-2 Capaian kinerja indikator kinerja sertifikasi Alap-alap. ............................. 32
Tabel 3-3 Ringkasan capaian kinerja sertifikasi Alap-alap ....................................... 34
Tabel 3-4 Perbandingan antara target inovasiSertifasi PUNA Alap-alap ................. 38
Tabel 3-5 Tabel realisasi anggaran kegiatan Sertifikasi Alap-alap tahun 2018 ........ 39
Tabel 3-6 Capaian kinerja Desain Standar Kapal Pengangkut Ikan Berpendingin .. 40
Tabel 3-7 Kapal Ikan Pembanding ........................................................................... 46
Tabel 3-8 Perbandingan capaian kinerja dengan tahun sebelumnya ...................... 49
Tabel 3-9 Perbandingan antara target inovasi kapal ikan berpendingin .................. 52
Tabel 3-10 Realisasi Anggaran Kegiatan Inovasi Teknologi (Desain Standar) Kapal
Niaga dan Kapal Ikan............................................................................... 53
Tabel 3-11 Capaian kinerja Smart Level Crossing ..................................................... 57
Tabel 3-12 Perbandingan antara target inovasi kelaikan smart level crossing
dengan realisasi kinerja indikator kinerja ................................................. 58
Tabel 3-13 Perbandingan antara target inovasi Smart Level Crossing ...................... 61
Tabel 3-14 Capaian kinerja Audit LRT Jabodebek..................................................... 64
Tabel 3-15 Capaian kinerja FS Kereta cepat Jakarta Surabaya ................................ 71
Tabel 3-16 Perbandingan antara target kliring teknologi FS kereta cepat Jakarta
Surabaya dengan realisasi indikator kinerja ............................................ 76
Tabel 3-17 Capaian kinerja Layanan Teknologi di bidang TIRBR ............................. 78
Tabel 3-18 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini. ............... 82
Tabel 3-19 Capaian kinerja indikator kinerja Audit Metro Kapsul. ............................ 107
Tabel 3-20 Capaian kinerja survey Indek Kepuasan Masyarat ................................ 114
Tabel 3-21 Realisasi anggaran tahun 2016, 2017 & 2018. ...................................... 118
Tabel 3-22 Realisasi Anggaran TIRBR Tahun 2018 ................................................ 119
Tabel 3-23 Komposisi Anggaran TIRBR Tahun 2018 .............................................. 120

LKIP TIRBR 2018 ix


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Penjelasan Umum Organisasi

a. Gambaran Umum
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN)
2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang
akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan
global menuju ekonomi berbasis Iptek. Dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah
perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup
bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar,
energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan
sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat;
meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi
degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana
alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik
Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, maupun pembiayaan
Iptek.
Kondisi geo-ekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan
sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan.
Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang
perlu menjadi perhatian.Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu
diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi,
peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang
lebih efisien.Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh
kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente
ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan
dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional,
sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan
kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.

LKIP TIRBR 2018 1-1


Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan
tersebut di atas, Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Posisi
daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global
Competitiveness Index – GCI) berada pada posisi ke 45 dari 140 negara dalam
indeks daya saing global atau Global Competitiveness Index 2018. Indeks
tersebut dirilis oleh World Economic Forum (WEF). Sebelumnya, Indonesia
berada pada peringkat 47 dalam indeks tersebut. Indonesia mencatat skor
keseluruhan sebesar 64. Di dalam indeks tersebut, Indonesia unggul
dibandingkan Meksiko yang berada di posisi 46, Filipina (56), India (58), Turki
(61), dan Brasil (72). Meskipun demikian, indeks daya saing Indonesia kalah
dibandingkan Malaysia (25), Rusia (43), dan Thailand (38).
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/17/132251326/peringkat-daya-sai
ng-indonesia-naik-ke-posisi-45.
Pemeringkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja 12 pilar,
yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan
Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang,
Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran
Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi.
Diantara pilar daya saing tersebut terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan
langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: (1) Kesiapan Teknologi, (2)
Kecanggihan Bisnis, dan (3) Inovasi. Nilai ketiga pilar daya saing tersebut
relatif rendah dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya (kecuali Efisiensi
Pasar Tenaga Kerja).
Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam
meningkatkan daya saing Indonesia.Kemampuan teknologi secara nasional
dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai
untuk meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena itu Indonesia sangat
memerlukan peran aktif berbagai pihak untuk bisa saling bekerjasama dan
berkontribusi dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa.
Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang
membidangi urusan pemerintah di bidang riset dan teknologi, yang berperan
sebagai lembaga pengkajian teknologi, solusi teknologi, intermediasi, audit
teknologi dan technology clearing house (TCH), Badan Pengkajian dan

LKIP TIRBR 2018 1-2


Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki peran yang penting dalam mendukung
pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya saing industri dan
kemandirian bangsa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka kedepannya BPPT akan memiliki peran
yang penting dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa,
khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja dari 3 (tiga) pilar yang
berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: Kesiapapan
Teknologi, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi.
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)
merupakan unit organisasi eselon I kedeputian di BPPT yang berperan sebagai
lembaga intermediasi, technology clearing house (TCH), pengkajian teknologi,
audit teknologi, dan solusi teknologi dalam meningkatkan kemampuan
teknologi industri rancang bangun dan rekayasa untuk mendukung
pembangunan nasional sehingga mampu meningkatkan standard kehidupan
bangsa, kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia. Pada Tahun 2018,
kedeputian TIRBR memiliki target outcome untuk pengkajian dan penerapan
teknologi yaitu :
1. Inovasi teknologi :
a. Sertifikasi Drone Alap-alap bidang hankam;
b. Kapal Angkut Ikan Berpendingin bidang kemaritiman;
c. Kelaikan Teknologi Smart Level Crossing bidang transportasi .
2. Audit Teknologi : Audit Tek. LRT Jabodebek bidang transportasi;
3. Audit Teknologi : Audit Metro Kapsul (TIRBR & PKT).

dan target impact untuk tahun 2018 :


1. Kliring teknologi : FS Peningkatan Kecepatan Kereta Api Semi Cepat
Jakarta-Surabaya bidang transportasi;
2. Jumlah layanan teknologi:
a. Pengujian emisi EURO 4;
b. Pengujian pesawat terbang nasional;
c. Pengujian sarana dan prasarana kereta api.

LKIP TIRBR 2018 1-3


b. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan
TeknologiNomor 12 Tahun 2017 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan
Pengkajian Dan Penerapan Teknologi, Deputi Bidang Industri Rancang
Bangun dan Rekayasa mempunyai :
1) Kedudukan
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa adalah
unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPPT di bidang teknologi industri
rancang bangun dan rekayasa, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala. Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan
Rekayasa dipimpin oleh Deputi.
2) Tugas BPPT
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
teknologi industri rancang bangun dan rekayasa..
3) Fungsi TIRBR
Dalam melaksanakan tugasnya, TIRBR menyelenggarakan fungsi :
(1) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa;
(2) pelaksanaan kegiatan teknologi industri pertahanan dan keamanan,
teknologi industri permesinan, teknologi sistem dan prasarana
transportasi serta teknologi rekayasa industri maritim;
(3) pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa;
(4) pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa; dan
(5) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

c. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi, Kepala BPPT mempunyai tugas :
1) Memimpin BPPT sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

LKIP TIRBR 2018 1-4


2) Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan
tugas BPPT;
3) Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BPPT yang menjadi
tanggungjawabnya; dan
4) Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi
lain.
Dalam Perka BPPT No. 12 Tahun 2017 tersebut, Deputi BIdang TIRBR
terdiri atas 4 (empat) pusat yaitu:
1. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN (PTIPK) dengan
tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri
pertahanan dan keamanan dan fungsinya adalah:
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat
peralatan pertahanan dan keamanan matra udara;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat
peralatan pertahanan dan keamanan matra laut;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat
peralatan pertahanan dan keamanan matra darat;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri
pertahanan dan keamanan; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program, dan
anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan
Keamanan.
2. PUSAT Teknologi INDUSTRI PERMESINAN (PTIP) dengan tugas
melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri permesinan
dan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
mesin penggerak dan peralatan sistem produksi;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat
peralatan konstruksi dan pertambangan;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
mesin dan alat peralatan kelistrikan;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri
permesinan; dan;

LKIP TIRBR 2018 1-5


e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan
anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Permesinan.
3. PUSAT TEKNOLOGI SISTEM DAN PRASANANA TRANSPORTASI (PTSPT) dengan
tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sistem dan
sarana transportasi dengan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
sistem transportasi;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
prasarana transportasi darat;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
moda sarana transportasi darat.
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi sistem dan
prasarana transportasi darat; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan
anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana
Transportasi.
4. PUSAT TEKNOLOGI REKAYASA INDUSTRI MARITIM (PTRIM) dengan tugas
melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi dibidang teknologi
rekayasa industri maritim dengan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
rekayasa industri kapal niaga;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
bangunan lepas pantai;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
infrastruktur galangan dan pelabuhan;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi rekayasa industri
maritim; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan
anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Rekayasa Industri
Maritim.
Di samping ke empat Pusat tersebut, Deputi Bidang TIRBR didukung oleh 6
Unit Kerja Balai yang terdiri dari :
1. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) di Serpong;

LKIP TIRBR 2018 1-6


2. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan
Aeroakustika (B2TA3) di Serpong;
3. Balai Teknologi Motor dan Propulsi (BT2MP), di Serpong;
4. Balai Teknologi Hidrodinamika (BTH), di Surabaya;
5. Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai
(BTIPDP), di Jogyakarta; dan
6. Balai Teknologi Mesin Perkakas Teknik Produksi dan Otomasi
(BTMEPPO).
Adapun Struktur Organisasi TIRBR sesuai dengan Peraturan Kepala BPPT
Nomor 12 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi ditunjukkan dalam Gambar 1-1.

Gambar 1-1 Struktur Organisasi Kedeputian TIRBR.

d. Profil SDM
Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 31
Desember 2018 secara keseluruhan berjumlah 629 orang dengan komposisi

LKIP TIRBR 2018 1-7


berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1-1. Untuk tingkat
Sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendikikan, TIRBR mempunya
SDM dengan tingkat S0 berjumlah 95 orang, tingkat S1 sejumlah 308 orang,
S2 dan S3 masing masing 179 dan 47 orang.

UNIT KERJA S0 S1 S2 S3 JUMLAH


PTIPK 5 30 14 8 57
PTIP 2 21 14 5 42
PTSPT 1 15 20 3 39
PTRIM 0 17 19 11 47
B2TKS 25 70 24 7 126
B2TA3 13 40 16 3 72
BTH 22 38 24 2 86
BTIPDP 13 21 8 3 45
BT2MP 10 29 24 5 68
BTMEPPO 4 27 16 0 47
TOTAL SDM 95 308 179 47 629

Tabel 1-1 Distribusi SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan per Desember 2018.

Dalam mengelola program/kegiatan, Kedeputian TIRBR membina Pejabat


Fungsional (Perekayasa, Peneliti, Teknisi Litkayasa, Analisis Kepegawaian,
Perencana dan fungsional lainnya). Distribusi SDM TIRBR berdasarkan
Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Tabel 1-2. Jumlah fungsional umum
yang berada di Kedeputian TIRBR Tahun 2018 masih cukup tinggi yaitu 121
orang yang berarti 19,24% dari total SDM TIRBR.

LKIP TIRBR 2018 1-8


JFT
Analis Pra Umum
UNIT Pereka Pene Litkaya Peren Arsip
Kepega nata dan Jumlah
KERJA yasa liti sa cana aris
waian Humas Lain
nya
PTIPK 48 0 2 0 0 1 0 6 57
PTIP 35 0 0 0 0 1 0 6 42
PTSPT 30 2 0 0 1 1 0 5 39
PTRIM 33 4 0 0 0 1 1 8 47
B2TKS 58 17 9 2 0 1 3 36 126
B2TA3 40 2 12 1 0 1 0 16 72
BTH 58 0 14 0 0 1 0 13 86
BTIPDP 22 1 7 0 0 1 1 13 45
BT2MP 43 6 11 0 0 1 0 7 68
BTMEPPO 31 0 5 0 0 0 0 11 47
TOTAL JFT 398 32 60 3 1 9 5 121 629

Tabel 1-2 Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional pada
masing-masing Unit Kerja
Gambar 1-2 menunjukkan usia pegawai di lingkungan TIRBR.

USIA PEGAWAI

18 87
193

171

160

20-30 31-40 41-50 51-60 60-

Gambar 1-2 Usia pegawai di TIRBR

LKIP TIRBR 2018 1-9


1.2 Aspek strategis organisasi
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)
memiliki peran merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknologi industri
rancang bangun dan rekayasa untuk mendukung program BPPT dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
TIRBR juga menjadi menjadi salah satu ujung tombak penyampai hasil karya
penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang teknologi BPPT ke
dunia industri ataupun kemasyarakat umum yang memiliki kepentingan
terhadap berbagai hasil penelitian, pengembangan dan perekayasaan yang
dihasilkan oleh para peneliti dan perekayasa Indonesia. Kebutuhan akan
teknologi yang dinilai makin hari makin tinggi dan juga dengan adanya
tuntutan kemajuan teknologi yang terkini, menyebabkan keberadaan BPPT
menjadi penting dan sangat diperlukan.
Untuk mendukung peran BPPT dalam merealisasikan berbagai programnya,
Kedeputian TIRBR mempunyai permasalahan utama (strategic issued) yang di
jabarkan sebagai berikut :

1.3 Permasalahan utama (strategic issued)


1. Bidang Teknologi Industri Hankam: Industri pertahanan dan produk
peralatan utama sistem persenjataaan (alutsista) merupakan nilai strategis
bagi Indonesia. Penguasaan teknologi pada industri pertahanan dan
kemandirian pengembangan produk alutsista menjadi kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh seluruh komponen institusi terkait di bidang
hankam, baik institusi riset, industri, pengguna maupun institusi pemangku
kebijakan.
Permasalahan keterbatasan kemampuan penguasaan teknologi,
keterbatasan sumberdaya fasilitas riset, kompetensi SDM serta finansial,
hal ini merupakan potensi bagi TIRBR BPPT dan institusi terkait untuk
bekerjasama berkontribusi dalam memecahkan permasalahan nasional
tersebut. Melalui rencana strategis BPPT diturunkan program kegiatan
yang harus dilaksanakan unit kerja terkait BPPT termasuk salah satu unit di
TIRBR untuk ikut berkontribusi dalam menunjang program nasional dalam
penguasaan teknologi dan kemandirian industri hankam nasional. Sesuai
Perpres No 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, pemerintah

LKIP TIRBR 2018 1 - 10


berkomitmen memberikan dukungan anggaran pengembangan terhadap
program prioritas industri pertahanan. Disisi lain pemerintah juga
menyediakan anggaran belanja pengadaan alat peralatan pertahanan dan
keamanan (alpahankankam), pemerintah menyediakan alokasi dana cukup
besar untuk pengadaan produk alpalhankam dalam negeri (PDN) serta
alokasi PDN yang disediakan untuk mendorong percepatan penguasaan
teknologi dan pengembangan produk alutsista prioritas yang dalam kurun
waktu 5 tahun dapat diproduksi di dalam negeri sesuai opreq Kemenhan /
TNI- POLRI. Melalui Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP)
pemerintah Indonesia telah menetapkan tujuh produk prioritas industri
pertahanan yang perlu dikembangkan dan diproduksi di Indonesia. Ketujuh
produk tersebut adalah:
1. Propelan
2. Rudal
3. Radar
4. Pesawat tempur
5. Roket
6. Medium tank
7. Kapal Selam

Tantangan yang dialami sejalan dengan pelaksanaan program kegiatan


nasional pengembangan industri hankam dan produk alutsista nasional,
BPPT secara umum berkewajiban meningkatkan kemampuan sumber daya
fasilitas, riset dan SDM di bidang kompetensi teknologi hankam disamping
menyiapkan anggaran program kegiatan dan melalui anggaran tahunan
BPPT serta bekerjasama dengan institusi badan litbang Kemhan, TNI,
BUMN, Perusahaan swasta, lembaga negara dan universitas. Melalui
sinergi bersama ini diharapkan permasalahan utama penguasaan teknologi
dan kemandirian industri hankam nasional dapat diatasi.

2. Bidang Teknologi Industri Transportasi: Transportasi merupakan urat


nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Oleh karena itu keberhasilan pembangunan nasional sangat dipengaruhi
peran transportasi. Pembangunan transportasi diarahkan pada

LKIP TIRBR 2018 1 - 11


terwujudnya sistem transportasi nasional yang handal, berkemampuan
tinggi dan diselenggarakan secara efektif dan efisien dalam menunjang dan
sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas
manusia, barang serta jasa, mendukung pola distribusi nasional serta
mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan
internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara.
Oleh karena itu, penguasaan inovasi teknologi dalam mengatasi masalah
transportasi untuk konektivitas dan logistik serta teknologi keselamatan
kendaraan dan jalan mutlak diperlukan untuk menjamin peningkatan
keterpaduan perencanaan pembangunan wilayah dan infrastruktur antar
instansi, perusahaan swasta dan Pemerintah Daerah.
Peningkatan daya saing merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar
yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi,
Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan
Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi
Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar,
Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi. Kondisi daya saing Indonesia sebenarnya
terdongkrak oleh tiga pilar utama, yakni kondisi makro ekonomi yang
kondusif, pendidikan dasar dan kesehatan, dan ukuran pasar domestik
yang relative besar dengan masing-masing nilai lebih besar dari 5,0.
Secara umum daya saing Indonesia sudah lebih membaik sejak 2011,
sebagaimana diindikasikan dari peningkatan fase pembangunan dari
transisi antara factor-driven dan efficiency-driven menuju pada fase
innovation-driven pada tahun 2014 menjadi masuk penuh ke fase
efficiency-driven (Schwab, 2014). Sebaliknya ada dua pilar utama yang
masih perlu ditangani lebih intensif, yakni kesiapan teknologi, dan inovasi
dengan masing-masing nilai kurang dari 4,0. Pilar pendidikan tinggi dan
pelatihan tidak tergolong buruk, tetapi belum dapat disebut memuaskan
karena masih bernilai 4,3. Hasil survei Forum Ekonomi Dunia (World
Economic Forum) tahun 2014 (Schwab, 2014) juga menunjukkan bahwa
tenaga kerja terdidik (educated workforce) masih belum memadai sehingga
menjadi salah satu persoalan serius dalam melakukan bisnis di Indonesia.

LKIP TIRBR 2018 1 - 12


Berdasarkan anatomi persoalan yang dihadapi Indonesia tersebut, maka
sangat logis jika diperlukan komitmen nasional dan upaya kolektif untuk
meningkatkan kontribusi IPTEK terhadap daya saing bangsa.

3. Bidang Teknologi Industri Permesinan: Berdasarkan data dari


Kementrian Perdagangan neraca ekspor-impor barang modal
menunjukkan defisit yang cukup besar. Jumlah impor barang modal dan
kendaraan bermotor dalam jumlah sangat besar merupakan kesempatan
sekaligus tantangan bagi industri permesinan. Upaya merebut pangsa
pasar barang modal dan kendaraan bermotor dengan substitusi impor perlu
didukung oleh kesiapan teknologi & SDM, penyiapan industri manufaktur
peralatan barang modal dan alat angkut, penyiapan rantai pasok industri,
penyiapan industri komponen pengganti (spare parts), penyiapan jasa
purna jual serta dukungan jasa keuangan dalam membiayai seluruh
aktifitas industri terkait.
Beberapa produk industri permesinan seperti turbin uap, motor listrik,
pompa, smelter, mesin perkakas CNC, motor bakar (engine), kendaraan
angkutan masih memerlukan dukungan kesiapan desain & engineering
produk tersebut. Beberapa industri DN sudah memiliki kemampuan
produksi tetapi penguasaan teknologi produksi untuk produk dengan
kompleksitas dan presisi tinggi masih perlu ditingkatkan.Untuk itu, program
di bidang teknologi permesinan ditujukan/difokuskan pada inovasi design
dan engineering, peningkatan kemampuan/penguasaan teknologi produksi
dan dukungan/layanan dalam meningkatkan kemampuan industri
permesinan dalam negeri.

4. Bidang Teknologi Industri Maritim : Industri perkapalan nasional pada


tingkatan global belum mampu bersaing. Pengembangan bangunan
kapal-kapal tipe Caraka Jaya sempat melangkah maju baik dari sisi teknik
(pemanfaatan jam kerja orang yang semakin rendah, mutu produk semakin
baik, dsb.) maupun dari sisi produktivitasnya yang dicapai melalui proses
alih teknologi pada tahun 1984-1994, di mana PT PAL Indonesia berperan
sebagai center of excellence. Namun kondisi ini tidak bertahan lama. Bisnis
galangan kapal nasional selanjutnya hanya bertumpu pada kegiatan

LKIP TIRBR 2018 1 - 13


reparasi kapal. Kegiatan pembangunan kapal baru lebih bervariasi dalam
jenis/type dan ukuran, sehingga tidak terstandarkan, di lain hal fasilitas
peralatan galangan semakin tua. Kebijakan pemerintah telah diupayakan
dari waktu ke waktu, namun kedua industri ini tetap sulit bangkit.
Pemberlakuan Inpres 5 Tahun 2005, yang dikenal dengan pemberlakuan
asas cabotage di Indonesia, juga belum berjalan efektif. Sempat terjadi
bahwa pemenuhan kebutuhan armada kapal nasional dilakukan melalui
pembelian kapal bekas dari luar negeri, karena produksi kapal baru di
dalam negeri tidak kompetitif. Hal ini menjadikan kapal berbendera
Indonesia di pelayaran domestik meningkat tajam. Meskipun sebenarnya
kapal bekas secara ekonomi akan lebih banyak membutuhkan biaya
dibandingkan dengan kapal baru, baik untuk operasional (konsumsi bahan
bakar pada umumnya sudah tidak optimal lagi), pemeliharaan, maupun
reparasi. Namun kapal bekas ini sempat menjadi pilihan bagi perusahaan
pelayaran nasional. Beberapa keperluan kebutuhan armada kapal baru
Indonesia masih memilih pesan ke industri galangan kapal luar negeri.
Membangun kapal di luar negeri dinilai lebih murah. Kondisi ini menjadikan
pembangunan kapal baru di Indonesia menghadapi permasalahan yang
menyulitkan untuk bersaing. Salah satu permasalahannya adalah bahwa di
dalam pembangunan kapal baru di Indonesia, sebesar 60 s/d. 70%
komponen kapal masih harus impor. Pajak impor komponen kapal jika
diamati juga menambah kebutuhan biaya pembangunan kapal di dalam
negeri. Ini mendorong pemerintah menerbitkan PP 69 th 2015, yang diikuti
dengan Kepmen KEU no. 93 Th. 2015 yang di antaranya mengatur perihal
tax allowance untuk impor komponen bangunan kapal.
Mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia mendorong penyiapan
infrastruktur pelabuhan nasional harus dilakukan. Bappenas mencatat
perencanaan pembangunan kepelabuhanan untuk program ini dengan
pembangunanpelabuhan internasional yang berkapasitas besar dan
modern untuk ekspor berbagai komoditas dan berfungsi juga sebagai
International Seaport-Hub; Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan
hub minimal – 12 m; Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan feeder
minimal – 7 m; Peningkatan fasilitas dan peralatan pelabuhan utama (hub
dan feeder Tol Laut); Revitalisasi pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia.

LKIP TIRBR 2018 1 - 14


Berikut gambar 24 pelabuhan yang dinilai strategis untuk mendukung
program TOL Laut.

1.4 Sistematika Penyajian


Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kedeputian TIRBR ini terdiri dari 4
bab yang terdiri dari :
Bab 1. Pendahuluan
Berisi latar belakang, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, sumber daya
manusia, dan sistematika penyajian.
Bab 2. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Terdiri atas : Peraturan dan kebijakan bidang Iptek nasional, renstra kedeputian
TIRBR tahun 2015 – 2019, Keterkaitan Program dengan RPJMN 2015-2019,
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2018, Penetapan Kinerja Tahun 2018.
Bab 3. Akuntabilitas Kinerja
Terdiri atas : Pengukuran Kinerja, Evaluasi Kinerja, Akuntabilitas Keuangan
dan Capaian Kinerja Lainnya.
Bab 4. Penutup
Bagian penutup dari LKIP ini menjelaskan kesimpulan dari hasil pengukuran
kinerja kegiatan dan keuangan, evaluasi kerja, dan capaian sasaran strategis
dengan indikator kinerja utama. di samping itu, berdasarkan hasil pengukuran
dan evaluasi kinerja TIRBR, disampaikan rekomendasi untuk meningkatkan
kinerja pada tahun-tahun yang akan datang dan perlunya dilakukan beberapa
langkah-langkah penyempurnaan untuk meningkatkan kinerja TIRBR.

LKIP TIRBR 2018 1 - 15


BAB 2. PERENCANAAN dan PERJANJIAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis

Sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, pada bulan Maret 2018
BPPT telah menyusun rencana strategis (Renstra) sebagai dokumen
perencanaan lima tahunan untuk periode tahun 2015-2019. Kemudian Renstra
BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja
Tahunan (RKT), RencanaKerja BPPT (Renja), dan Rencana Kerja dan
Anggaran BPPT (RKA K/L). Pelaksanaan dan Pemantauan terhadap program
dan kegiatan dilakukan melalui indikator kinerja dan targetnya.Terkait dengan
perencanaan kinerja dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP), Renstra BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam membuat
Perjanjian Kinerja (PK), dan kemudian Perjanjian Kinerja ini yang akan
dijadikan acuan dalam melakukan pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja.
Sejalan dengan waktu dan perkembangan situasi nasional serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ditindaklanjuti dengan perubahan struktur
organisasi BPPT pada September 2015, sesuai Peraturan Kepala Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi, maka
dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi serta Sasaran Strategis BPPT,
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan (revisi) Renstra BPPT 2015-2019,
yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Nomor 012 Tahun 2016 ditetapkan Rencana Strategis
BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 1.
Sesuai perkembangan yang terjadi, dan setelah diadakan penajaman
terhadap Renstra BPPT Tahun 2015-2019 Revisi 1, dipandang perlu
mengadakan penggantian terhadap Renstra BPPT Tahun 2015-2019 Revisi 1,
yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Nomor 017 Tahun 2016 ditetapkan Rencana Strategis
BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2. Dalam hal ini kedeputian TIRBR juga telah
menselaraskan Renstra kedeputiannya sesuai dengan Revisi Renstra yang
telah dilakukan oleh lembaga melalui penyelarasan Renstra Deputi TIRBR

LKIP TIRBR 2018 2 - 16


Tahun 2015-2019 Revisi I dengan keputusan Deputi TIRBR Nomor 04 Tahun
2016 dan Renstra Deputi TIRBR Tahun 2015-2019 Revisi 2 melalui keputusan
Deputi Nomor 06 Tahun 2016 kemudian, adanya refocussing program BPPT
maka Renstra Deputi TIRBR Tahun 2015-2019 Revisi 3 telah diterbitkan
melalui keputusan Deputi TIRBR Nomor 04 Tahun 2017. Sejalan dengan waktu
dan perkembangan situasi nasional yang disertai penyesuaian tugas dan
fungsi (organisasi) semua unit kerja (Eselon II) di lingkungan Deputi Pengkajian
Kebijakan Teknologi, dan setelah diadakan reviu internal, dirasakan perlu ada
penyesuaian atas sejumlah indikator dan target kinerja pada tingkat Eselon II
maka pada tahun 2017 dilakukan Revisi Renstra BPPT Tahun 2015-2019 yang
ke 4 dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Nomor 13 Tahun 2017. Kedeputian TIRBR tidak melakukan revisi
karena tidak ada perubahan dalam struktur organisasi dan penyesuaian
indicator serta target kinerja di tingkat eselon II. Selanjutnya untuk
menyesuaikan adanya reorganisasi BPPT dan adanya perubahan Visi dan Misi
BPPT yang baru maka dilakukan Revisi Renstra BPPT Tahun 2015-2019 ke 5
dan ditetapkan dengan berdasarkan Peraturan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Penetapan Rencana
Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2015-2019.
Kedeputian TIRBR telah melakukan revisi ke 4 menyelelaraskan dengan
Renstra BPPT Tahun 2015-2019 Revisi 5 dan ditetapkan berdasarkan
keputusan Deputi TIRBR Nomor 05 Tahun 2018.

a. Visi dan Misi


Berdasarkan tugas dan fungsi, kondisi umum, potensi dan permasalahan
yang akan dihadapi kedepan, sebagaimana dijelaskan dalam Dokumen
Rencana Strategis BPPT 2015-2019 revisi ke dua, BPPT telah
menetapkan visi dan misi yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan
dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019. Dalam hal
Visi, Kedeputian TIRBR mengacu tehadap Visi BPPT yaitu :
“Menjadi lembaga unggulan Teknologi dalam pengkajian dan penerapan
teknologi untuk meningkatkan daya saing menuju kemandirian bangsa”.
TIRBR berupaya untuk mewujudkan visi BPPT dengan melaksanakan Misi
nomor 2 yang telah di tetapkan yaitu “Melaksanakan pengkajian dan

LKIP TIRBR 2018 2 - 17


penerapan teknologi untuk menghasilkan inovasi teknologi, audit
teknologi, kliring teknologi, alih teknologi, dan layanan teknologi”.

b. Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi BPPT
Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi untuk menghasilkan
inovasi teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi, dan
layanan teknologi ke dalam program-program yang mendukung
pembangunan nasional dan pembangunan bidang yang akan
dilaksanakan, maka di tetapkan tujuan TIRBR tahun 2015-2019 yang
memiliki indikator dan terukur di jabarkan menjadi tiga hal pokok yaitu:
a) jumlah Inovasi Teknologi di Bidang TIRBR untuk Mendukung
Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa;
b) Jumlah Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan
Layanan Teknologi di Bidang TIRBR untuk Peningkatan Daya
Saing Menuju Kemandirian Bangsa;
c) Indeks Kepuasan Masyarakat.

c. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program


Sasaran Program TIRBR Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih
detail dari Indikator Kinerja Sasaran Strategis BPPT dengan indikator dan
target yang terukur. Formulasi penjabaran Tujuan BPPT menjadi Sasaran
Program dan Indikator Kinerja Program di ringkas pada Tabel 2.1.

TARGET
SASARAN PROGRAM IKSP SATUAN
2018 2019
Jumlah Inovasi
Inovasi 3 3
Termanfaatkannya inovasi Teknologi

teknologi di bidang TIRBR Sertifikasi Drone Inovasi


1 L0
untuk mendukung Alap-alap Teknologi

peningkatan daya saing Kapal Angkut Ikan Inovasi


1 L0
menuju kemandirian bangsa Berpendingin Teknologi

Kelaikan Teknologi Inovasi 1 L0

LKIP TIRBR 2018 2 - 18


Smart Level Teknologi
Crossing
Jumlah Inovasi
Inovasi 4
Teknologi
Sertifikasi Desain Inovasi
1
Kapal Isap Timah Teknologi
Terwujudnya inovasi
Desain Motor Listrik
teknologi bidang TIRBR Inovasi
SubMersible > 1
untuk mendukung Teknologi
150KW
peningkatan daya saing
DED Bangunan
menuju kemandirian bangsa Inovasi
Pengendali 1
Teknologi
Sedimen
Prototype Drone Inovasi
1
MALE Teknologi
Jumlah Audit
Hasil Audit 1 1
Teknologi
Audit Tek. LRT
Hasil Audit 1 1L0
Jabodebek
Jumlah kliring
Hasil Kliring 1
Teknologi
FS Kereta api cepat
Termanfaatkannya audit Hasil Kliring L0
jkt-Sby
teknologi, kliring teknologi,
Jumlah Alih Alih
alih teknologi dan layanan
teknologi Teknologi
teknologi di bidang TIRBR
Jumlah Layanan
untuk peningkatan daya saing Layanan 3 2
Teknologi
menuju kemandirian bangsa.
Pengujian emisi
Layanan L0
EURO 4
Pengujian pesawat
Layanan L0 L0
terbang nasional
Pengujian sarana
dan prasarana Layanan L0 L0
kereta api

LKIP TIRBR 2018 2 - 19


Indeks Kepuasan
Nilai IKM
Masyarakat
Jumlah Audit
Hasil Audit 1 2
Teknologi
Audit Metro Kapsul
Hasil Audit 1 1
(TIRBR& PKT)
Audit Tek. Industri
Terwujudnya audit teknologi, Hasil Audit 1
Pertahanan
kliring teknologi, alih
Jumlah Kliring
teknologi dan layanan Hasil Kliring
Teknologi
teknologi di bidang TIRBR
Jumlah Alih Alih
untuk peningkatan daya 1
teknologi Teknologi
saing menuju kemandirian
Mesin bubut CNC Alih
bangsa. 1
5.5 kW Teknologi
Jumlah Layanan
Layanan
Teknologi
Indeks Kepuasan
Nilai IKM B A
Masyarakat

Tabel 2-1 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program TIRBR

2.2 Rencana Kinerja Tahun 2018


Merujuk kepada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun
2014 dan tentang Petunjuk Teknis Perjanjian kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah sebagai sebuah
Pakta Integritas kepada BPPT terkait target kinerja yang akan dicapai pada
tahun 2018 ditunjukkan pada Tabel 2-2.

LKIP TIRBR 2018 2 - 20


NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

1 2 3 4

1 Termanfaatkannya Inovasi Jumlah inovasi teknologi:


Teknologi di Bidang  Sertifikasi Drone Alap-alap 1
TIRBR untuk Mendukung  Kapal Angkut Ikan 1
Peningkatan Daya Saing Berpendingin
Menuju Kemandirian  Kelaikan Teknologi Smart 1
Bangsa Level Crossing

2 Termanfaatkannya Audit Jumlah audit teknologi:


Teknologi, Kliring  Audit Tek. LRT Jabodebek 1
Teknologi, Alih Teknologi
dan Layanan Teknologi di
Bidang TIRBR untuk Jumlah kliring teknologi:
Peningkatan Daya Saing  FS Kereta api cepat 1
Menuju Kemandirian Jakarta-Surabaya
Bangsa

Jumlah layanan teknologi:


 Pengujian emisi EURO 4 1
 Pengujian pesawat terbang 1
nasional
 Pengujian sarana dan 1
prasarana kereta api

3 Terwujudnya Audit Jumlah audit teknologi:


Teknologi, Kliring  Audit Metro Kapsul (TIRBR & 1
Teknologi, Alih Teknologi PKT)
Dan Layanan Teknologi di

LKIP TIRBR 2018 2 - 21


NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

1 2 3 4
Bidang TIRBR untuk
Peningkatan Daya Saing Indeks Kepuasan Masyarakat B
Menuju Kemandirian
Bangsa

Tabel 2-2 Rencana Kinerja Tahun 2018

2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2018


Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan
untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang
dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Perjanjian Kinerja selain
digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat
top-down juga dijadikan sebagai alat untuk mengkaitkan pengukuran kinerja
dengan strategi organisasi.
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa telah
menetapkan Perjanjian Kinerja tingkat Lembaga tahun 2018 sebagaimana
tercantum dalam Dokumen Perjanjian KinerjaTahun 2018, sebagai berikut :

LKIP TIRBR 2018 2 - 22


LKIP TIRBR 2018 2 - 23
LKIP TIRBR 2018 2 - 24
LKIP TIRBR 2018 2 - 25
BAB 3. AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja dapat dilakukan melalui pengukuran terhadap kinerja yang


dihasilkan dan realisasi anggaran yang dipergunakan. Pengukuran Kinerja adalah
proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program ditetapkan dalam mewujudkan tujuan
dan visi instansi pemerintah. Proses ini berupa penilaian pencapaian setiap target
kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan
TIRBR-BPPT dalam pencapaian tujuan.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan manajemen kinerja khususnya
membandingkan kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan
menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, Permen PAN
No. 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Instansi Pemerintah).
Indikator Kinerja Sasaran Strategis BPPT diturunkan menjadi Sasaran Program
TIRBR, Pada Tahun 2018 indikatornya adalah:
1. Termanfaatkannya inovasi teknologi di bidang TIRBR untuk mendukung
peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa di ukur dengan indikator
kinerja Jumlah Inovasi Teknologi bidang TIRBR tahun 2018 dihasilkan dari :
1. Sertifikasi Drone Alap-alap.
2. Kapal Angkut Ikan Berpendingin.
3. Kelaikan Teknologi Smart Level Crossing

2. Sasaran Program Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih


teknologi dan layanan teknologi di bidang TIRBR untuk peningkatan daya saing
menuju kemandirian bangsa di ukur dengan indikator kinerja Jumlah audit
teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi bidang TIRBR
tahun 2018 dihasilkan dari :
1. Audit Tek. LRT Jabodebek
2. Fs Kereta Api Cepat Jakarta - Surabaya
3. Pengujian Emisi Euro 4
4. Pengujian Pesawat Terbang Nasional
5. Pengujian Sarana Dan Prasarana Kereta Api

LKIP TIRBR 2018 3 - 26


3. Sasaran Program Terwujudnya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan
layanan teknologi di bidang TIRBR untuk peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa di ukur dengan indikator kinerja Jumlah audit teknologi dan
Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2018 dihasilkan dari :
1. Audit Metro Kapsul [TIRBR &PKT)
2. Indeks Kepuasan Masyarakat katagori B.

Rekapitulasi Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis dan Indikator


Kinerja TIRBR Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

LKIP TIRBR 2018 3 - 27


Tabel 3-1 Rekapitulasi Pengukuran Kinerja TIRBR
Kedeputian : Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
Tahun Anggaran : 2018

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi %

1 2 3 4 5 6 7
1 Termanfaatkannya Inovasi 1. Sertifikasi Drone Alap-alap 1 Inovasi 1 100
Teknologi di Bidang 2. Kapal Angkut Ikan 1 Inovasi 1 100
TIRBR untuk Mendukung Berpendingin
Peningkatan Daya Saing 3. Kelaikan Teknologi Smart 1 Inovasi 1 100
Menuju Kemandirian Bangsa Level Crossing
2 Termanfaatkannya Audit 1. Audit Tek. LRT Jabodebek 1 Audit Teknologi 1 100
Teknologi, Kliring Teknologi,
Alih Teknologi dan Layanan 2. FS Kereta api cepat 1 Kliring teknologi 1 100
Teknologi di Bidang TIRBR Jakarta-Surabaya
untuk Peningkatan Daya Saing 1. Pengujian emisi EURO 4 1 Layanan 1 100
Menuju Kemandirian 2. Pengujian pesawat terbang 1 1 100
Bangsa nasional
3. Pengujian sarana dan 1 1 100
prasarana kereta api

LKIP TIRBR 2018 3 - 28


NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi %

1 2 3 4 5 6 7
3 Terwujudnya Audit Teknologi, 1. Audit Metro Kapsul (TIRBR 1 Audit Teknologi 1 100
Kliring Teknologi, Alih & PKT)
Teknologi Dan Layanan
Teknologi di Bidang TIRBR
Indeks Kepuasan B Nilai IKM B B
untuk Peningkatan Daya Saing
Masyarakat
Menuju Kemandirian
Bangsa

LKIP TIRBR 2018 3 - 29


3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 1 (satu)
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi di Bidang TIRBR untuk Mendukung
Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa.

Pengukuran Capaian Sasaran Program (SP) Termanfaatkannya Inovasi


Teknologi di BidangTIRBR untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja dan target jumlah
inovasi adalah sebagai berikut:
1. Sertifikasi Drone Alap-alap;
2. Kapal Angkut Ikan Berpendingin;
3. Kelaikan Teknologi Smart Level Crossing.

Sasaran Program
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi di BidangTIRBR untuk Mendukung
Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Indikator Kinerja:
Jumlah Inovasi Teknologi
Target :
3 Inovasi Teknologi
Penjelasan Target Indikator Kegiatan:
1. Jumlah Inovasi untuk Sertifikasi Drone Alap-alap.
2. Jumlah Inovasi untuk Kapal Angkut Ikan Berpendingin.
3. Jumlah Inovasi untuk Kelaikan Teknologi Smart Level Crossing.
Program/ Kegiatan Capaian Kinerja Bukti Pendukung
Outcome
PPT Bidang Hankam Diperolehnya sertifikat  Type Certificate (TC).
PUNA Alap-Alap BPPT oleh  Certificate of
IMAA: Airworthinness (CoA).
 Type Certificate (TC).  2 prototipe dan hasil uji
 Certificate of terbang
Airworthinness (CoA).

PPT Bidang Maritim approval keyplan kapal Sertifikat approval keyplan


kapal oleh Biro Klasifikasi

LKIP TIRBR 2018 3 - 30


Indonesia (BKI).
PPT Bidang Transportasi 1 kelaikan teknologi smart  Korespondensi proses
level crossing kelaikan Smart Level
Crossing
 SLC masuk dalam
PermenHub no.94/2018

Penjelasan Capaian masing-masing Indikator Kinerja adalah sebagai berikut:

3.1.1. Pengukuran capaian Indikator kinerja yaitu Termanfaatkannya 1


(satu) inovasi Sertifikasi Drone Alap-alap.

Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019 Revisi 5


dan Revisi 4 Deputi TIRBR, Inovasi adalah kegiatan penelitian,
pengembangan, penerapan, dan perekayasaan, yang bertujuan untuk
menghasilkan produk atau proses produksi baru yang komersial atau,
dipakai oleh masyarakat luas.
Secara ringkas, capaian kinerja indikator yaitu jumlah inovasi teknologi
yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasi sertifikasi alap-alap dapat
dilihat pada tabel 3-2.

LKIP TIRBR 2018 3 - 31


Sasaran Strategis:
Inovasi Teknologi yang Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian
Bangsa
Indikator Kinerja Utama (IKU):
Tersertifikasinya PUNA Alap-Alap oleh IMAA
Penjelasan IKU:
PUNA Alap-alap dalam pengembangannya untuk mencapai standar DR&O yaitu 6 jam
terbang, telah dilakukan beberapa perubahan yang dirangkai dalam beberapa kali test
yang akhirnya diperoleh Sertifikat Kelaikudaraan Militer dan Sertifikat Tipe Pesawat
Udara Nir Awak (PUNA) dari Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA)
Target:
Diperolehnya sertifikat PUNA Alap-Alap

Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung

Diperolehnya sertifikat PUNA  Type Certificate (TC).


Alap-Alap BPPT oleh IMAA:  Certificate of
PPT Bidang Hankam  Type Certificate (TC). Airworthinness (CoA).
 Certificate of  2 prototipe dan hasil
Airworthinness (CoA). uji terbang

Tabel 3-2 Capaian kinerja indikator kinerja sertifikasi Alap-alap.

1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2018.


Mengingat performance PUNA Alap-Alap yang diproduksi oleh PT
AAP Techmil masih belum dapat mencapai standar DR&O yaitu 6
jam terbang, maka BPPT berupaya terus mengembangkan teknologi
PUNA Alap-Alap agar dapat mencapai performance sesuai DR&O
awal. Kegiatan ini dilakukan dengan cara dilakukan pengaturan
kembali engine/re-engine dan pola terbang serta mendesain tangki
baru. Disamping itu dilakukan penambahan flap agar lebih stabil dan
aman saat landing, modifikasi nose landing gear agar lebih tahan
terhadap dampak hard landing serta penggunaan alternator sebagai

LKIP TIRBR 2018 3 - 32


suplai daya onboard system sehingga dapat terbang lebih lama
dengan membawa sistem baterai yang minimal.
Pada tahun 2018 telah dilaksanakan kegiatan uji sebanyak 8
(delapan) kali uji dengan rincian 3 kali uji untuk pemenuhan
persyaratan sertifikasi dan 5 kali uji untuk misi mapping baik untuk
pasca bencana (Lombok dan Tanjung Lesung) maupun uji untuk
mendapatkan performance yang lebih baik. Sehingga kemampuan
yang telah didapat selama tahun 2018 adalah:

a) Berat MTOW : 31 kg
b) Altitude : 12.000 ft (sea level)
c) Endurance : 5 jam
d) Jarak jangkau : 100 km.
e) Tipe Engine Genoah : 5 HP + Alternator.

2. Perbandingan Antara Capaian Kinerja Tahun Ini Dengan Tahun


Lalu Dan Beberapa Tahun Terakhir.
Pada tahun 2018 menitik beratkan pada kegiatan sertifikasi
(Pesawat Udara Nir Awak) PUNA Alap-Alap BPPT. Melalui
serangkaian proses dan kegiatan sertifikasi akhirnya pada bulan
Desember 2018 PUNA Alap-Alap telah memiliki Type Certificate
(TC) dan Certificate of Airworthinness (CoA) PUNA Alap-Alap
PA-06D yang diterbitkan oleh Pusat Kelaikan Badan Sarana
Pertahanan Kemhan. Untuk menunjang kegiatan sertifikasi di tahun
2018 dilaksanakan kegiatan pembuatan prototype dan pengujian
PUNA Alap-Alap. Kegiatan pembuatan prototype dan pengujian ini
merupakan suatu rangkaian proses yang harus dilaksanakan disaat
proses sertifikasi dilaksanakan.
Perbandingan ringkas capaian kinerja untuk kegiatan sertifikasi
PUNA Alap-alap dari Tahun 2015 sampai Tahun 2018 ditunjukkan
pada Tabel 3-3.

LKIP TIRBR 2018 3 - 33


Capaian Kinerja Capaian Kinerja Capaian Kinerja Capaian Kinerja
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
1 unit pembuatan Pembuatan 4 unit Peningkatan Sertifikasi PUNA
ptotipe PUNA prototype PUNA performance PUNA Alap-Alap
Wulung, PUNA Alap-Alap Alap-Alap dengan
Alap-Alap, PUNA endurance 7 jam,
Sriti ketinggian 12000 fit
dengan engine
3HP

Tabel 3-3 Ringkasan capaian kinerja sertifikasi Alap-alap

3. Perbandingan Realisasi Kinerja Sampai Dengan Tahun Ini Dengan


Target Jangka Menengah Yang Terdapat Dalam Dokumen
Perencanaan Strategis.
Mengacu pada rencana strategis TIRBR di tahun 2018 bahwa target
akhir (outcome) yaitu PUNA Alap-Alap telah mendapatkan Certificate of
Airworthinness (CoA) oleh otorisasi Pusat Kelaikan Badan Sarana
Pertahanan Kemhan (Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA)).
Berarti di tahun ini telah sesuai dengan rencana starategis yang telah
ditetapkan oleh TIRBR. Dalam rangka kesiapan menuju industrialisasi
dan komersialisasi yang dapat memberikan impact terhadap BPPT di
tahun 2019 diharapkan PUNA Alap-Alap dapat diproduksi dan
termanfaatkan oleh pengguna. Dengan termanfaatkannya PUNA ini
diharapkan penguasaan teknologi PUNA sebagai teknologi alternatif
dalam negeri yang mendukung industri nasional untuk meningkatkan
daya saing dan kemandirian bangsa dalam bidang PUNA. Dari hasil
capaian kegiatan pada tahun 2018 outcome yang ditargetkan adalah
sertifikasi PUNA Alap-Alap. Target akhir kegiatan tersebut sesuai
dengan dokumen rencana strategis BPPT 2015-2019 berupa Inovasi
Teknologi PUNA Alap-Alap. Sedangkan ditahun 2017 masih pada
tahapan penyusunan dokumen untuk persiapan sertifikasi PUNA
Alap-Alap.

LKIP TIRBR 2018 3 - 34


Target Akhir:

 Diproduksinya PUNA
Alap-Alap oleh Industri
 Mendukung
Kemandirian Bangsa
Dalam Bidang Pesawat
2015 2016 2017 2018 2019 Udara Nir Awak / UAV.

2016

Gambar 3-1 Kegiatan Proses Sertifikasi Alap-alap

LKIP TIRBR 2018 3 - 35


4. Analisis Penyebab Keberhasilan Atau Peningkatan Kinerja.
 Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja:

Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:


 Faktor Internal:
o Dukungan komitment BPPT dalam pencanangan program
dan pembiayaan serta SDM PTIPK khususnya dalam
melaksanakan kegiatan serta fokus pada proses
pencapaian target akhir.
o Konsistensi pada pelaksanaan kegiatan sesuai road map
yang telah direncanakan.
o Konsistensi pada kedisiplinan kerja, capaian penyelesaian
target antara sesuai jadwal waktu yang direncanakan.
o Penyiapan SDM pelaksana kegiatan sesuai kompetensi
teknis, pengalaman dan keahlian kerja sehingga bisa lebih
efektif dalam pencapaian target.
o Adanya kerjasama dengan institusi dan industri mitra,
berkoordinasi dan saling mengisi sesuai kompetensi.

 Faktor Eksternal:
o Adanya kerjasama dengan institusi dan industri mitra,
berkoordinasi dan saling mengisi sesuai kompetensi.

 Faktor Penyebab Kegagalan / Penurunan Kinerja:


o Keterbatasan jumlah SDM sehingga pembebanan jam kerja
perorang kurang optimal karena harus dibagi dengan
kegiatan yang lain.
o Terbatasnya kemampuan teknis dan pengalaman SDM
yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan.
o Keterbatasan fasilitas uji /alat bantu pengujian yang
diperlukan.

 Alternatif solusi yang telah dilakukan:


o Penambahan SDM sesuai bidang kompetensi yang
dibutuhkan.

LKIP TIRBR 2018 3 - 36


o Peningkatan kemampuan teknis dan kompetensi SDM
melalui pelatihan industri dan studi.
o Meningkatkan intensitas dan efektifitas koordinasi dan
kerjasama baik internal maupun eksternal dengan institusi
terkait dan mitra industri.
o Pengaturan alokasi beban kerja yang sesuai dengan
kemampuan SDM.

5. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya.

 Efisiensi Penggunaan SDM:

Dengan jumlah SDM yang terbatas, PTIPK melakukan beberapa


langkah untuk mengefisiensikan penggunaan SDM yaitu dengan
pemanfaatan matriks beban kerja SDM. Selain itu juga meningkatkan
kemampuan kompetensi dengan memberikan Training, Magang
Industri, mengirimkan personil studi ke luar negeri dan
mengikutsertakan personil ke beberapa Seminar sesuai dengan
kompetensinya. Memperluas jaringan informasi dan sumber data
dengan berbagai pihak yang terkait untuk mendukung seluruh program
teknologi hankam.
Langkah lain yang ditempuh untuk mengefisienkan SDM adalah
mengundang narasumber ahli untuk memberikan masukan terkait
dengan keberlangsungan program.

 Efisiensi Penggunaan Keuangan:

Penghematan pengeluaran biaya dengan melakukan efisiensi jumlah


SDM dalam Perjalanan Dinas yang sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi dari masing-masing personil. Selain itu, melakukan penghematan
penyelenggaraan rapat dan FGD.

 Efisiensi Penggunaan Laboratorium dan Peralatan:

LKIP TIRBR 2018 3 - 37


Efisiensi dilakukan pada kegiatan inovasi teknologi PUNA melalui
pemanfaatan tools dan mesin-mesin perkakas untuk pembuatan atau
pemeliharaan spare part atau komponen PUNA.
Efisiensi penggunaan mesin untuk simulasi numerik juga dilakukan
untuk aerodinamika wahana.
 Efisiensi Lainnya:
Melaksanakan kerjasama dengan instansi lain sesuai dengan
kebutuhan dan tupoksi masing-masing, yaitu dengan melakukan kerja
sama terkait dengan desain, manufaktur ataupun pengujian komponen
baik secara parsial maupun keseluruhan.

6. Analisis Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan.


Keberhasilan pelaksanaan kegiaan dapat dicapai berkat kerjasama
yang baik dengan pihak mitra antara lain Kemenhan, TNI serta dengan
perguruan tinggi. Selain dalam negeri kerjasama dengan industry luar
negeri sangat menunjang keberlangsungan program kegiatan riset dan
pengembangan.

Realisasi
Prosentase = x 100%
Target
Capaian
1 Inovasi Teknologi
Kinerja = x 100% = 100%
1 Inovasi Teknologi

Tabel 3-4 Perbandingan antara target inovasiSertifasi PUNA Alap-alap


dengan realisasi kinerja indikator kinerja

Indikator
Target Realisasi % Program Mitra
Kinerja
Pengkajian dan Kementeri
Jumlah
Penerapan an
Inovasi 1 Inovasi 1 Inovasi 100
Teknologi Pertahana
Teknologi
Bidang Hankam n

LKIP TIRBR 2018 3 - 38


7. Realisasi Anggaran.

Realisasi Prosentase
Pagu Anggaran Pagu Anggaran
Penggunaan Penggunaan
Awal Akhir
Anggaran Anggaran
4.861.719.000 4.861.719.000 4.661.480.210 95,88%
Prosentasen Penggunaan Anggaran :

Realisasi
Prosentase Penggunaan Anggaran = ------------------------- X 100%
Pagu Akhir

4.661.480.210
Prosentase Penggunaan Anggaran = ------------------------- X 100 % = 95,88 %
4.861.719.000

Tabel 3-5 Tabel realisasi anggaran kegiatan Sertifikasi Alap-alap tahun 2018

3.1.2. Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 yaitu Terwujudnya 1 (satu)


inovasi Kapal Angkut Ikan Berpendingin.
1. Uraian Kegiatan Tahun 2018.

Sasaran Strategis :
Termanfaatkannya Inovasi Teknologi di Bidang TIRBR untuk Mendukung
Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa
Indikator Kinerja Utama (IKU) :
Kapal Angkut Ikan Berpendingin
Penjelasan IKU :
Kegiatan desain kapal ikan 60 GT dilaksanakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan Kementerian Kelautan dan Perikanan – Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap meminta kepada BPPT untuk mendapatkan standar
desain kapal yang memiliki kemampuan operasional yang handal, stabilitas
yang tinggi sesuai dengan karakeristik perairan Indonesia. Desain kapal ini
telah melalui tahapan desain awal, pengujian skala model fisik di
laboratorium hidrodinamika untuk penentuan daya mesin serta desain

LKIP TIRBR 2018 3 - 39


sistem propulsinya dan telah melalui tahapan sertifikasi dan approval
desain oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Selanjutnya Desain Standar
Kapal Pengangkut Ikan 60 GT ini akan dimanfaatkan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
Target :
1 Inovasi Teknologi
Capaian Kinerja
Program/Kegiatan Bukti Pendukung
Outcome/Output

Approval Key
Drawing Kapal
Ikan 60 GT oleh
PT. Biro Klasifikasi
Desain Standar Kapal
Indonesia
PPT Bidang Maritim Ikan 60 GT
(Persero) No.
B3930/SV
101/PRB/1G-18
tertanggal 02
Nopember 2018).

Tabel 3-6 Capaian kinerja Desain Standar Kapal Pengangkut Ikan


Berpendingin

Sesuai RPJMN 2015-2019, kebutuhan kapal baru berdasarkan


perencanaan program Tol Laut Indonesia oleh Bappenas disebutkan
bahwa untuk kurun waktu 2015-2019 diprogramkan pembangunan
kapal baru sebanyak 83 kapal petikemas dengan berbagai ukuran
dengan recana pembiayaan 28,15 triliun rupiah, 500 unit kapal
pelayaran rakyat dengan rencana anggaran sebesar 25 triliun rupiah;
26 unit kapal perintis dengan anggaran sebesar 4,16 triliun rupiah
(Bappenas, 2015). Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan

LKIP TIRBR 2018 3 - 40


penyertaan modal negara kepada semua galangan BUMN, dan
pembangunan galangan kapal di Sorong untuk mendukung program
Tol Laut.
Dalam Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019
menyebutkan arah kebijakan standarisasi kapal terkait dengan rencana
pengadaan sejumlah kapal berbagai tipe dan ukuran, antara lain: kapal
feeder, kapal perintis, dan kapal patrol. Kementerian Kelautan dan
Perikanan juga merencanakan pengadaan ribuan kapal ikan, demikian
halnya rencana pengadaan kapal dari K/L lainnya.
Dalam kurun waktu 2015-2019, SKK Migas (2015) juga menyampaikan
kebutuhan kapal maupun storage untuk mendukung pertambangan
minyak lepas pantai, di antaranya kebutuhan 1 unit FLNG, 4 unit FPU, 3
unit FPSO, dan 1 unit FSO.Untuk mendukung Tol Laut.
Kebutuhan tersebut menjadi momentum untuk membangun industri
perkapalan nasional secara menyeluruh, yang mencakup industri
pelayaran, industri galangan kapal, dan industri komponen kapal lokal,
serta parasarana pelabuhan dan sistem-sistem pendukungnya. Dengan
demikian akan tercipta kemandirian dan daya saing industri
kemaritiman nasional secara berkesinambungan. Pemenuhan armada
kapal nasional dan pelaksanaan program tol laut harus menjadi satu
kesatuan di dalam mewujudkan kemandirian industri maritim, dan
bahkan kelak diharapkan mampu membuat industri galangan kapal
nasional berdaya saing di pasar global dan masuk ke dalam 10 besar
dunia pada tahun 2025 sebagaimana ditargetkan oleh Kementerian
Perindustrian RI.
Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana
kemaritiman, BPPT dalam tahun 2015-2019 telah menjabarkan
program tersebut ke dalam 4 (empat) sub kegiatan, yang meliputi:
(i) Inovasi Teknologi Standarisasi Armada Kapal Pelayaran
Domestik,
(ii) Inovasi Teknologi Standarisasi Komponen Kapal Lokal untuk
peningkatan TKDN;
(iii) Inovasi Teknologi Klasterisasi Industri Galangan dan,

LKIP TIRBR 2018 3 - 41


(iv) Inovasi Teknologi Standarisasi Wahana Angkut Anjungan
Lepas Pantai. Keempat sub kegiatan program tersebut
memiliki cakupan yang sangat luas.
Tujuan kegiatan Inovasi Teknologi Industri Perkapalan - Program
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rekayasa Industri Maritim adalah
melakukan pengkajian dan penerapan teknologi yang berorientasi pada
penguatan struktur industri perkapalan untuk mendukung peningkatan
produktivitas dan daya saing industri maritim nasional.
Sasaran umum program kegiatan adalah terwujudnya peningkatan
produktifitas dan daya saing industri perkapalan Nasional yang
berkesinambungan dan diiringi secara sinergik, sehingga mampu
mewujudkan dukungannya kepada Kementerian Perhubungan,
Kementerian Perindustrian, Kementerian Perikanan dan Kelautan di
dalam mentargetkan Indonesia sebagai 10 Negara produsen kapal
terbesar di dunia pada tahun 2025.
Sesuai dengan Renstra Deputi TIRBR 2015-2019 Revisi 4 dan
Perjanjian Kinerja Tahun 2018 menyebutkan Indikator Kinerja dari
Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rekayasa Maritim
adalah Inovasi Teknologi Kapal Angkut Ikan Berpendingin.
Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan, Kementerian Kelautan
dan Perikanan – Direktorat Jenderal Prikanan Tangkap meminta
kepada PTRIM-BPPT, melalui Nota Dinas No.: B/5811/D3PT/PI
210.D2/XI/2017 tanggal 24 Nopember 2017 yang mengusulkan
Desain Kapal Pengangkut Ikan Ukuran 60 GT untuk memperkuat
distribusi ikan hasil tangkapan nelayan ke Indusri Pengolah Ikan
Nasional, maka pada tahun 2018 kegiatan difokuskan untuk membuat
desain standar kapal ikan 60 GT yang akan menjadi outcome dan
menjadi impact pada tahun 2019.
Kegiatan desain kapal ikan 60 GT dilaksanakan dalam rangka untuk
mendapatkan standar desain kapal yang memiliki kemampuan
operasional yang handal, stabilitas yang tinggi sesuai dengan
karakeristik perairan Indonesia. Mengingat potensi perikanan Indonesia
yang cukup besar dengan perairan yang luas, maka diperlukan standar
desain kapal ikan sesuai tipe dan penggunaannya yang pada akhirnya

LKIP TIRBR 2018 3 - 42


bertujuan efisiensi di berbagai hal di dalam pembangunan
maupun operasional kapal tersebut perlu terstandar dengan baik.
Untuk itu masing-masing jenis kapal penting mempunyai standar yang
disusun melalui proses standarisasi yang tepat sasaran.
Desain Standar Kapal Pengangkut Ikan 60 GT yang dihasilkan pada
tahun 2018 mempunyai ukuran utama, panjang 23,20 m, lebar 5,20 m,
tinggi 2.30 m dan sarat 1,80 m. Desain kapal ini telah melalui tahapan
desain awal, pengujian skala model fisik di laboratorium hidrodinamika
untuk penentuan daya mesin serta desain sistem propulsinya dan telah
melalui tahapan sertifikasi dan approval desain oleh Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI). Selanjutnya Desain Standar Kapal Pengangkut Ikan
60 GT ini akan dimanfaatkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan
sebagai acuan standar desain kapal pengangkut ikan Nasional.
Selanjutnya pembangunan kapalnya diharapkan ditindaklanjuti oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan dan akan digunakan oleh pihak
pengguna untuk memenuhi kebutuhan armada kapal ikan di Indonesia.

Capaian Kinerja Desain Standar Kapal Pengangkut Ikan 60 GT.


I. Gambar Rencana Umum (General Arrangement)
Gambar rencana umum ini untuk menggambarkan penempatan
ruangan utama kapal dan perlengkapan yang dibutuhkan,
khususnya kapal pengangkut ikan adalah ruang palka ikan dan
system pendinginnya.

LKIP TIRBR 2018 3 - 43


Gambar 3-2 Rencana Umum Kapal Pengangkut Ikan 60 GT

LKIP TIRBR 2018 3 - 44


II. Ukuran Utama Kapal

Gambar 3-3 Persfektif Kapal Pengangkut Ikan 60 GT


Kapal Pengangkut ikan ini memiliki 4 ruang pendingin yang
masing-masing palka memiliki penutup kedap. Ruang palka haluan
memiliki temperature -40 derajat, sedang yang lain dengan
temperature -20 derajat. Kapal ini memiliki ruang akomodasi untuk
8 orang, dan 1 unit mesin utama dengan sistem propulsi 1 buah
baling-baling.
(1) Ukuran-ukuran Utama
- Panjang Keseluruhan (Loa) : 23.20 m
- Panjang antara garis tegak (Lpp) : 20.65 m
- Panjang Garis Air (Lwl) : 21.98 m
- Lebar ditengah (B mld) : 5.20 m
- Tinggi di tengah (H mld) : 2.30 m
- Sarat ditengah (T mld) : 1.60 m
(2) Gross Tonnage
(3) Kapasitas
- Fish hold : abt 68.00 m3
- Fuel oil tank : abt 14.00 m3
- Fresh water tank : abt 3.60 m3
(4) Kecepatan

LKIP TIRBR 2018 3 - 45


Service speed pada kondisi muatan penuh tidak kurang dari 8.0
knots pada rate power main engine 85% MCR.
(5) Hari Layar : abt 5 hari.
(6) Akomodasi : 7 orang.
III. Gambar Rencana Garis
Pada tahap awal, pengumpulan informasi dan data dari referensi
atau pustaka tentang konsep bentuk hidrodinamika melalui
pembelajaran beberapa bentuk kapal ikan. informasi tentang
berbagai ukuran GT kapal ikan tersebut di bawah ini menjadi dasar
pemilihan bentuk lambung kapal ikan yang akan didesain.

Nama Palka Kapasitas Pelabuhan


GT Panjang Lebar Tinggi
Kapal Ikan Palka Pangkalan
KM Virgo
60 21.6 4.5 2.25 3 110.370 Bitung
Cahaya
KM
Perkasa 62 29.81 4.66 2.11 8 122.82 Bitung
704
KM
Perkasa 63 32.56 4.84 2.02 8 66.650 Bitung
804
KM
58 26.25 4.95 2.3 10 66.650 Bitung
Chinta 4
Virgo
Barontan 67 24.70 4.50 2
IV
KM
Muda 68 28.7 4.62 2.25 17 76.90 Bitung
Hasil V
Perkasa
54 21.85 4.05 2.15 8 107.54
812

Tabel 3-7 Kapal Ikan Pembanding


Catatan: Hasil Survey kapal Ikan 2018 di Bitung

LKIP TIRBR 2018 3 - 46


Hasil dari gambar lines plan dapat dilihat di bawah ini;

Gambar 3-4 Rencana Garis Kapal Penangkap Ikan 60 GT

IV. Pengujian Model Kapal Ikan


Data base kapal pembanding dianalisa dan dimasukan sebagai
model kapal dalam software delfship. Lines plan yang dihasilkan
dilakukan sebagai data base kapal pembanding dan selanjutnya
dianalisis dan dimasukan sebagai model kapal dalam software
Delfship. Lines plan yang dihasilkan dilakukan bebagai analisa.

LKIP TIRBR 2018 3 - 47


Gambar 3: Model Uji Kapal Ikan 60 GT Skala Model

Gambar 3-5 Pengujian Resistance Model Kapal Ikan 60 GT

Gambar 3-6 Pengujian Propulsi Model Kapal Ikan 60 GT

LKIP TIRBR 2018 3 - 48


2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir
Desain Standar Kapal Pengangkut Ikan 60 GT ini merupakan
Desain yang dihasilkan oleh PTRIM tahun 2018 dan pada tahun
2017 juga telah dihasilkan Desain Standar Basic Design Kapal
Penangkap Ikan 120 GT yang telah memperoleh approval
keydrawing oleh BKI dan telah diserahkan ke Kementerian
Kelautan dan Perikanan pada tahun 2017.

Capaian Kinerja Tahun 2017 Capaian Kinerja Tahun 2018

Desain Standar Kapal Ikan: Desain Standar Kapal Ikan:


“ Basic Design Kapal Penangkap “Basic Design Kapal Pengangkut
Ikan 120 GT” Ikan 60 GT”

(keydrawing kapal telah diapprove ( keydrawing kapal telah diapprove


oleh BKI dan telah diserahkan ke oleh Biro Klasifikasi Indonesia dan
Kementerian Kelautan dan selanjutnya akan diserahkan ke
Perikanan) untuk pengadaan Kementerian Kelautan dan
Kapalnya. Perikanan)

Tabel 3-8 Perbandingan capaian kinerja dengan tahun sebelumnya

3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini


dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis
Berdasarkan Indikator Kinerja Sasaran Program pada Renstra
TIRBR 2015-2019 target untuk Kapal Angkut Ikan Berpendingin
adalah Desain Standar Kapal Ikan yang telah mendapatkan approval
keyplan kapal dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) pada tahun 2018
dan dapat dimanfaatkan oleh Instansi Pemerintah (Kementrian
Kelautan dan Perikanan), Dengan diperolehnya Standar Desain
Kapal Ikan 60 GT dan telah melalui tahap pengujian model kapal di
Laboratorium Hidrodinamika dan proses Sertifikasi dan Approval

LKIP TIRBR 2018 3 - 49


Keyplan Kapal Pengangkut Ikan 60 GT oleh Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI) artinya target kinerja tahun anggaran 2018 sudah
sesuai dengan target dan capaian inerja seperti yang dinyatakan
dalam Renstra TIRBR (Revisi 4), dimana pada Tahun 2018 Kapal
Angkut Ikan Berpendingin menjadi outcome dan akan menjadi
impact untuk BPPT pada Tahun 2019.

Adapun target dan capaiannya untuk kegiatan ini adalah 100%.


Peningkatan capaian kinerja menuju target akhir sesuai dengan
Renstra ditunjukkan pada diagram berikut:

Desain Standar Kapal Ikan 120 GT Defusi dan


(sudah melalui uji model dan implementasi
proses approval key-drawing oleh Desain Standar Kapal Ikan
BKI) 60 GT di Kementerian KKP

Indikator Kinerja
Program :
2017 2018 2019 Desain Standar
Kapal Angkut Ikan
Berpendingin

Desain Standar Kapal Ikan 60 GT


(sudah melalui tahap uji model dan
proses approval key-drawing oleh BKI)

Gambar 3-7 Capaian kinerja kapal ikan berpendingin

4. Analisis Penyebab Keberhasilan atau Peningkatan Kinerja


Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:
 Kompetensi SDM di bidang Teknologi Industri Maritim (Teknik
Perkapalan, Sistem Perkapalan, Teknik Kelautan, Permesinan,
Industri dan Ekonomi Teknik).
 BPPT memiliki fasilitas laboratorium pengujian hidrodinamika
kapal, perangkat analisi software dan peralatan yang
mendukung kegiatan.

LKIP TIRBR 2018 3 - 50


 Dukungan sumber data dan informasi dari Kementerian Kelautan
dan Perikanan.

5. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumberdaya


 Efisiensi Penggunaan SDM : tidak seimbangnya volume
pekerjaan DED (penyiapan gambar CAD) dengan jumlah tenaga
kerja drafter yang ada, namun dapat diselesaikan dengan
outsourcing tenaga drafter.
 Efisiensi Penggunaan Keuangan : dengan adanya penghematan
anggaran sebesar 35% dilakukan penyesuaian output dengan
tetap mempertahankan kualitas hasil kajian tetap memenuhi
ambang batas desain yang ditetapkan.

6. Analisis Program/Kegiatan Penunjang Keberhasilan


 Pendistribusian tugas SDM dilaksanakan berdasarkan peran
jabatan dan job code fungsional perekayasaan, mulai dari fungsi
sebagai Troika Program, Troika Kegiatan Tidak Mengikat
masing-masing berperan sebagai Kepala Program, Chief
Engineer, Program Manajer. Sedangkan untuk menjalankan
masing-masing 3 sub kegiatan maka kegiatan secara fungsional
dilaksanakan oleh Group Leader, Leader dan Staf Engineer.
 Produk kegiatan Troika (KP, CE, PM) menghasilkan Dokumen
Perencanaan dan Program Document, Group Leader
menghasilkan Technical Document; Leader menghasilkan
Technical Report dan Staff Engineer menghasilkan Technical
Notes.
 Koordinasi pengembangan desain dan prototype dengan industri
terkait di bidang kemaritiman.
 Dukungan Kementerian Kordinator Kemaritiman, Kementerian
Perhubungan, Biro Klasifikasi Indonesia dan Industri Galangan
Kapal serta industri komponen perkapalan.
 Adanya kerjasama dan sinergi dengan mitra.

LKIP TIRBR 2018 3 - 51


Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian
kinerja TIRBR untuk Indikator Kinerja Jumlah Inovasi Kapal Ikan
Berpendingin yang dimanfaatkan, dengan target 1 (satu) Inovasi
adalah sebagai berikut:

Prosentase Realisasi
= x 100%
Capaian Kinerja Target
1 Inovasi Teknologi
= x 100% = 100%
1 Inovasi Teknologi

Tabel 3-9 Perbandingan antara target inovasi kapal ikan berpendingin


dengan realisasi kinerja indikator kinerja

Indikator
Target Realisasi % Program Mitra
Kinerja
Kementeri
Pengkajian dan
an
Jumlah Penerapan
Kelautan
Inovasi 1 Inovasi 1 Inovasi 100 Teknologi
dan
Teknologi Rekayasa
Perikanan
Industri Maritim
(KKP)

7. Hambatan dan Kendala


Kegiatan ini mengalami hambatan dan kendala karrena adanya
pemotongan anggaran yang menyebabkan keterlambatan dalam
proses sertifikasi dan approval desain oleh BKI.

LKIP TIRBR 2018 3 - 52


8. Realisasi Anggaran

TARGET REALISASI
PAGU AWAL REALISASI
ANGGARAN ANGGARAN
2018 ANGGARAN
(Rp) (Rp)

597.148.000 497.138,000 484.195.337 97 %

Tabel 3-10 Realisasi Anggaran Kegiatan Inovasi Teknologi (Desain


Standar) Kapal Niaga dan Kapal Ikan

LKIP TIRBR 2018 3 - 53


3.1.3. Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 yaitu Terwujudnya 1 (satu)
inovasi Kelaikan Smart Level Crossing

1. Uraian pelaksanaan kegiatan


Transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi
barang dan mobilitas penumpang yang berkembang sangat dinamis,
serta berperan di dalam mendukung, mendorong dan menunjang
segala aspek kehidupan baik dalam pembangunan politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan.Pertumbuhan sektor
transportasi akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara
langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting
dan strategis, baik secara makro maupun mikro. Dari aspek mikro,
keberhasilan sector transportasi diukur dari kapasitas yang tersedia,
kualitas pelayanan, aksesibilitas, keterjangkauan daya beli
masyarakat dan utilisasi.
Keselamatan transportasi saat ini sudah merupakan masalah global
yang bukan semata-mata masalah transportasi saja, tetapi sudah
menjadi permasalahan social kemasyarakatan. Hal ini terlihat dari
kepedulian WHO terhadap keselamatan dunia tahun 2004 dengan
tema Road Safety is No Accident.
Beberapa hal yang mendasar yang belum tertangani dengan baik
adalah sistem pendataan kecelakaan, road safety audit, sistem
pengendalian dan pengawasan, serta masih adanya persepsi yang
keliru dari masyarakat dan pengambil keputusan yaitu bahwa
penanganan peningkatan keselamatan transportasi jalan
merupakan cost (biaya). Persepsi ini perlu diluruskan, sehingga
program-program peningkatan keselamatan transportasi ini sudah
dapat dianggap suatu investasi yang menguntungkan.
Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh
penyelenggaraan transportasi yang aman (security), selamat
(safety), nyaman (comfortable), tepat waktu (punctuality),
terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh pelosok
tanah air serta mampu mendukung pembangunan nasional.

LKIP TIRBR 2018 3 - 54


Fokus kegiatan sesuai Sasaran Program untuk inovasi teknologi di
bidang sistem transportasi massal kereta api untuk mendukung
peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa, yaitu kelaikan
teknologi Smart Level Crossing (SLC). SLC menyediakan dan
mengembangkan model sistem pengamanan perlintasan sebidang,
yang menurut Undang-undang No. 23 tahun 2007 tentang
perkeretaapian dan undang-undang No. 23 tahun 2007 tentang lalu
lintas jalan raya yang menyebutkan bahwa apabila kereta api akan
melintas pada perlintasan sebidang maka semua kendaraan lainnya
memberi prioritas pada kereta api. Sehingga dengan demikian
kecelakaan pada perlintasan sebidang dikategorikan kecelakaan di
jalan raya. Keselamatan Perlintasan sebidang ini juga sudah di
akomodir dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor 94 Tahun
2018 tentang peningkatan keselamatan perlintasan sebidang antara
jalur kereta api dengan jalan
Pada Tahun 2018 jaminan legalitas produk SLC TIRBR yang terdiri
dari audit teknologi serta kegiatan sertifikasi yaitu pada point
kehandalan, produk serta kelayakan dan juga memasukkan SLC
kedalam E-katalog LKPP.
Fokus kegiatan kegiatan tema Inovasi Teknologi Transportasi
Massal berbasis rel pada bidang Keselamatan berdasarkan Renstra
TIRBR dikelompokkan menjadi 3 fokus kegiatan, yaitu:
Pertama, Kajian dan penerapan teknologi “Machine-vision
Inspection” berupa pengembangan sistem pemantau kondisi jalan
rel berbasis kamera. Dengan semakin meningkatnya frekuensi
perjalanan kereta api maka tugas petugas pemantau jalan rel (PPJ)
yang bekerja memantau/memeriksa kondisi jalan rel secara visual
sebelum kereta pertama melewatinya, dituntut semakin cepat,
efisien dan akurat. Untuk itu diperlukan suatu solusi teknologi yang
dapat meningkatkan kualitas dan efektifitas peran petugas
pemeriksa tersebut dengan menggunakan suatu sistem yang
disebut dengan “Sistem Pemantau Kondisi Jalan Rel”.
Kedua, menyediakan dan mengembangkan model sistem
pengamananperlintasan sebidang, yang menurut Undang-undang

LKIP TIRBR 2018 3 - 55


No. 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian dan undang-undang No.
23 tahun 2007 tentang lalulintas jalan raya, apabila kereta api akan
melintas pada perlintasan sebidang maka semua kendaraan lainnya
memberi prioritas pada kereta api. Sehingga dengan demikian
kecelakaan pada perlintasan sebidang dikategorikan kecelakaan di
jalan raya.
Ketiga adalah program kajian teknologi yang diperlukan untuk
kendaraan berkeselamatan dan jalan berkeselamatan yang
merupakan pilar dari penyelenggaraan keselamatan jalan.
Sesuai dengan renstra TIRBR revisi ke empat indicator kinerja
program untuk inovasi transportasi massal berbasil rel adalah
termanfaatkannya inovasi teknologi Smart Level Crossing melalui
kelaikan teknologinya. Uraian peningkatan outcome/output dari
tahun ke tahun menuju target akhir, sesuai dokumen rencana
strategis dijelaskan dalam sub bab selanjutnya.

LKIP TIRBR 2018 3 - 56


Sasaran Program :
Termanfaatkannya inovasi teknologi di bidang TIRBR untuk mendukung
peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Indikator Kinerja Program (IKP) :
Jumlah Audit Teknologi skala nasional
Penjelasan IKP :
Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh penyelenggaraan
transportasi yang aman (security), selamat (safety), nyaman (comfortable), tepat
waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh pelosok
tanah air serta mampu mendukung pembangunan nasional. Keselamatan
Perlintasan sebidang ini juga sudah di akomodir dalam Peraturan Menteri
Perhubungan nomor 94 Tahun 2018 tentang peningkatan keselamatan perlintasan
sebidang antara jalur kereta api dengan jalan. Pada Tahun 2018 jaminan legalitas
produk SLC TIRBR yang terdiri dari audit teknologi serta kegiatan sertifikasi yaitu
pada point kehandalan, produk serta kelayakan dan juga memasukkan SLC kedalam
E-katalog LKPP.
Target :
Kelaikan teknologi smart level crossing
Capaian Kinerja
Program/Kegiatan Bukti Pendukung
Outcome/Output
PPT Bidang Teknologi 1 kelaikan teknologi smart  Korespondensi

Transportasi level crossing proses kelaikan


Smart Level Crossing
 SLC masuk dalam
PermenHub
no.94/2018

Tabel 3-11 Capaian kinerja Smart Level Crossing

LKIP TIRBR 2018 3 - 57


2. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini;
Capaian
Prosentase Capaian Kegiatan
= x 100%
Kinerja Target
Kegiatan
1 kelaikan teknologi SLC
= x 100% = 100%
1 kelaikan teknologi SLC

Tabel 3-12 Perbandingan antara target inovasi kelaikan smart level crossing dengan
realisasi kinerja indikator kinerja

Program/
Indikator Kinerja Target Realisasi % Mitra
Kegiatan
jumlah inovasi 1 kelaikan 1 kelaikan 100 Transportasi KemenHub,
teknologi di Teknologi Teknologi massal PT. KAI
bidang TIRBR SLC SLC berbasis rel
untuk
mendukung
peningkatan daya
saing menuju
kemandirian
bangsa

3. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja


tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Kegiatan DRNO dilakukan sejak Tahun 2015 sampai dengan tahun
2017. Dengan rincian kegiatan pada tahun 2015 dan 2016 adalah
prototype SLC dan pengembangan produk prototype dengan
industry. Kemudian pada Tahun 2017 dilakukan proses instalasi
dan ujicoba prototype industry. Pada Tahun 2018, penyelesaian uji
coba, audit teknologi dan sertifikasi produk dilakukan sebagai
persiapan pelepasan produk kepada pasar yang telah diminta oleh

LKIP TIRBR 2018 3 - 58


pihak Jasa Raharja. Inovasi produk SLC juga direncanakan masuk
dalam e-Katalog LKPP.

4. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini


dengan target jangka menengah yang terdapat dalam
dokumen perencanaan strategis;
Berdasarkan Indikator Kinerja Sasaran Program pada Renstra
TIRBR 2015-2019 target untuk Kelaikan Smart Level Crossing
adalah 1 Inovasi dan dapat dimanfaatkan oleh Instansi Pemerintah
(Kementerian Perhubungan atau Pemerintah Daerah) artinya target
tahun anggaran 2018 sudah sesuai dengan target dan capaian
kinerja seperti yang dinyatakan dalam Renstra TIRBR (Revisi 4),
dimana pada Tahun 2018 Kelaikan Smart Level Crossing menjadi
outcome dan akan menjadi impact untuk BPPT pada Tahun 2019.
Adapun target dan capaiannya untuk kegiatan ini adalah 100%.
Peningkatan capaian kinerja menuju target akhir sesuai dengan
Renstra ditunjukkan pada diagram berikut:

Inovasi Teknologi Smart Level Crossing

 Pengembangan  Audit Teknologi dan


Prototype SLC Sertifikasi
dengan Industri
Smart
2015 2016 2017 2018 2019 Level
Crossing
 Instalasi SLC
 Prototype SLC  Pengujian lapangan SLC
skala Industri

Gambar 3-8 Capaian Smart Level Crossing

LKIP TIRBR 2018 3 - 59


5. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar
nasional;
Standar nasional untuk produk smart level crossing belum ada
sampai dengan tahun 2018. Dengan dilakukannya audit teknologi,
sertifikasi dan pendaftaran produk kedalam LKPP merupakan
langkah awal dan dapat menjadi rujukan dalam menyusun standar
nasional untuk produk SLC.

6. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau


peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang
telah dilakukan.
a. Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
 Kompetensi SDM di bidang Teknologi Transportasi
 BPPT memiliki fasilitas laboratorium pengujian, software
dan peralatan yang mendukung kegiatan.
 Koordinasi pengembangan desain dan prototype dengan
industri terkait di bidang perkeretaapian (PT. INTI).
 Dukungan Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan
dan PT.JASA RAHARJA yang bersedia untuk membeli hasil
produk inovasi SLC.
b. Faktor Penyebab Kegagalan / Penurunan Kinerja :
 Pendanaan yang kurang bahkan pada tahun 2017 anggaran
dihentikan untuk kegiatan inovasi SLC

7. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;


 Efisiensi Penggunaan SDM : Sumber daya manusia dan
fasilitas digunakan berdasarkan prioritas kegiatan atau
performance based budgeting, sehingga untuk kegiatan
dengan anggaran kecil bahkan dihentikan prioritas SDM
untuk kegiatan dikurangi. Hal ini dapat mempercepat
penyelesaian pekerjaan karena model refocusing
berdasarkan budgeting.

LKIP TIRBR 2018 3 - 60


 Efisiensi Penggunaan Keuangan : Pendanaan tidak hanya
bersumber dari dana internal BPPT tetapi juga melalui
pendanaan riset dari Ristek DIKTI dan juga industry.
 Efisiensi Penggunaan Laboratorium dan Peralatan :
Ketidaklengkapan perlatan dapat diatasi dengan
menggandeng industry untuk penyempurnaan dan
pembuatan produk SLC.

8. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan


ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.
Sistem TataKerja Kerekayasaan yang dilakukan dalam kegiatan
inovasi produk SLC mampu mendukung terlaksananya inovasi
sesuai dengan target yang diharapkan. Dengan sistem
kerekayasaan output dibagi dihasilkan dari setiap Working package
(WP) yang akan dininergikan menjadi outcome kegiatan. Dengan
sistem kerekayasaan ini sistem cascading pekerjaan akan terlihat
jadi pengontrolan output dari segi proses maupun hasil akhir dapat
lebih mudah dilakukan. Pembagian dengan sistem WP juga
membuat SDM lebih focus terhadap pekerjaannya karena target
yang focus dan jelas.
Gambar 3-9 Kegiatan Proses Sertifikasi Alap-alap

Prosentase Realisasi
= x 100%
Capaian Kinerja Target
1 Inovasi Teknologi
= x 100% = 100%
1 Inovasi Teknologi

Tabel 3-13 Perbandingan antara target inovasi Smart Level Crossing


dengan realisasi kinerja indikator kinerja

LKIP TIRBR 2018 3 - 61


Indikator
Target Realisasi % Program Mitra
Kinerja
Pengkajian dan
Jumlah KemenHub
Penerapan
Inovasi 1 Inovasi 1 Inovasi 100 , PT. KAI,
Teknologi
Teknologi PT. INTI
Transportasi

3.2 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 2 (dua) Termanfaatkannya


Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan
Teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa.

Pengukuran Capaian Sasaran Program 2 (SP 2) yaitu Termanfaatkannya


Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi
untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa,
dengan 5 (lima) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:
1. Jumlah Audit Teknologi LRT Jabodebek, dengan target 1 audit teknologi.
2. Jumlah Kliring Teknologi FS Kereta api Jakarta – Surabaya yang juga
merupakan impact BPPT, dengan 1 kliring teknologi.
3. Jumlah Layanan Teknologi, dengan target 3 layangan teknologi yang juga
merupakan Impact untuk BPPT, meliputi :
(a) Layanan Teknologi Pengujian Emisi Euro 4, dengan 1 target layanan.
(b) Layanan Teknologi Pengujian Pesawat Terbang Nasional, dengan 1
target layanan, dan
(c) Layanan Teknologi Pengujian Sarana dan Prasarana Kereta Api
dengan 1 target layanan.

LKIP TIRBR 2018 3 - 62


Sasaran Program
yaitu Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan
Layanan Teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa
Indikator Kinerja:
Jumlah Audit, Kliring dan Layanan Teknologi
Target :
1 Audit Teknologi, 1 Kliring Teknologi & 3 layanan teknologi
Penjelasan Target Indikator Kegiatan:
1. Jumlah Audit Teknologi LRT Jabodebek, dengan target 1 audit teknologi.
2. Jumlah kliring Teknologi FS Kereta api Jakarta - Surabaya, dengan 1 kliring
teknologi.
3. Jumlah Layanan Teknologi, dengan target 3 layangan teknologi, yang
meliputi :
(a) Layanan Teknologi Pengujian Emisi Euro 4, dengan 1 target layanan.
(b) Layanan Teknologi Pengujian Pesawat Terbang Nasional, dengan 1
target layanan, dan
(c) Layanan Teknologi Pengujian Sarana dan Prasarana Kereta Api dengan
1 target layanan.

Program/ Kegiatan Capaian Kinerja Bukti Pendukung


Outcome
PPT Bidang  Audit Teknologi LRT  Laporan Audit LRT
Teknologi Jabodebek Jabodebek
Transportasi
 Kliring Teknologi FS  Surat Pernyataan dari
Kereta api Jakarta - Kementerian
Surabaya Perhubungan

Layanan Teknologi  Layanan Jasa  Kontrak Layanan


Pengujian Emisi Teknologi untuk Teknologi
Euro 4 Pengujian Emisi Euro
4 kendaraan bermotor.

LKIP TIRBR 2018 3 - 63


Layanan Teknologi  Layanan Jasa  Kontrak Layanan
Pengujian Pesawat Teknologi Pengujian Teknologi
Terbang Nasional Pesawat Terbang
Nasional N219
Amphibi, R80.

Layanan Teknologi  Layanan Jasa  Surat Pesanan


Pengujian Sarana Teknologi Pengujian (Purchase Order (PO))
dan Prasarana Sarana dan Prasarana
Kereta Api Kereta Api dan LRT.
3.2.1.
3.2.2. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Yaitu Terwujudnya 1 (Satu)
Audit Teknologi LRT Jabodebek.

Sasaran Program :
Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan
layanan teknologi di bidang TIRBR untuk peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa
Indikator Kinerja Program (IKP) :
Jumlah Audit Teknologi LRT JABODEBEK
Penjelasan IKU :
LRT merupakan alternative untuk transportasi masal yang efisien untuk
kawasan JABODEBEK. Audit teknologi LRT JABODEBEK bertujuan untuk
dapat memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif terhadap aset
teknologi sehingga tingkat kesesuaian antara teknologi dengan kriteria
dan/atau standar yang telah ditetapkan untuk implementasi metro kapsul.

Target :
Jumlah Audit Teknologi LRT JABODEBEK
Capaian Kinerja
Program/Kegiatan Bukti Pendukung
Outcome/Output
PPT Bidang 1 audit teknologi LRT Hasil audit teknologi & Serah
Teknologi JABODEBEK terima dokumen terhadap
Transportasi PT. INKA

Tabel 3-14 Capaian kinerja Audit LRT Jabodebek

LKIP TIRBR 2018 3 - 64


1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Audit Teknologi adalah proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif terhadap aset teknologi
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
teknologi dengan kriteria dan/atau standar yang telah ditetapkan
serta penyampaian hasil kepada pengguna yang bersangkutan.
Jakarta Bogor Depok dan Bekasi (JABODEBEK) sudah mengalami
permasalahan kemacetan yang serius. Kondisi tersebut menjadikan
JABODEBEK kurang kompetitif dalam melayani pergerakan orang
dan barang sehingga perlu dikembangkan sistem transportasi
regional yang baik. Moda Transportasi berbasis rel menjadi pilihan
transportasi perkotaan saat ini yang dikembangkan sebagai
angkutan umum massal.
Pengembangan angkutan massal dewasa ini khususnya di wilayah
JABODEBEK berbasis rel sudah merupakan kebutuhan yang
mendesak, mengingat peran transportasi umum lainnya seperti bis
mempunyai waktu kedatangan yang sulit untuk dipastikan mengingat
waktu perjalanan yang panjang, seperti halnya perjalanan
Jakarta-Depok yang mempunyai jarak ± 30 km saat ini apabila
menggunakan bis atau kendaraan pribadi memerlukan waktu ± 2 jam.
Hal ini memberikan gambaran bahwa transportasi jalan raya saat ini
sudah demikian padatnya sehingga salah satu solusinya adalah
penggunaan angkutan umum massal berbasis rel. Saat ini angkutan
umum komuter Jabodetabek telah melayani route-route
Jakarta-Bogor, Jakarta-Tangerang, dan Jakarta-Cikarang dengan
jumlah penumpang per hari diharapkan dapat menampung lebih dari
1 juta penumpang. Untuk meningkatkan pelayanan maka
pembangunan angkutan berbasis rel sudah merupakan suatu
kebutuhan mengingat waktu tempuh yang lebih singkat
dibandingkan dengan angkutan darat lainnya serta waktu
kedatangan yang lebih dapat dipastikan. Pembangunan LRT (Light
Rail Transit) Jakarta Bogor Depok dan Bekasi merupakan upaya
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya
untuk mempersingkat waktu perjalanan. Untuk memastikan bahwa

LKIP TIRBR 2018 3 - 65


LRT dapat diproduksi secara kontinyu, diperlukan audit teknologi
kapabilitas teknologi produsen dalam hal ini PT INKA (Persero)
dalam memproduksi LRT
Audit Teknologi merupakan kewenangan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) berdasarkan pasal 60 pada Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Pelaksanaan
Audit Teknologi oleh BPPT merujuk pada Peraturan Kepala Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 007a Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Audit Teknologi, dengan penjabaran : kode
etik, standar dan pedoman audit teknologi. Sebagai salah satu
kegiatan pendukung dalam kerjasama PT Industri Kereta Api
(Persero) di bidang “Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Perkeretaapian” berlandaskan Nota Kesepahaman Bersama antara
PT Industri Kereta Api (Persero), Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas
Gadjah Mada (UGM), Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang telah ditanda-tangani pada
tanggal 18 Januari 2018, maka PTSPT BPPT bekerjasama dengan
PSAT BPPT untuk pelaksanaan kegiatan Audit Teknologi.
Pada Tahun 2018, BPPT melakukan audit teknologi LRT
JABOTABEK dengan ruang lingkup Area Desain (Mekanik dan
Elektrik), Area Manufaktur/Produksi, Area Logistik/Procuremen,
Area Uji Produk/QE.QC dan Area Purna Jual. Tatalaksana Audit
Teknologi secara garis besar terbagi dalam tiga kelompok tahapan,
yaitu:
a. Tahap perencanaan (pre-audit): Pada tahap ini dilakukan diskusi,
eksplorasi informasi dari berbagai sumber dan desk study, serta
quick assessment.
b. Tahap pelaksanaan lapangan (onsite audit): Pada tahap ini
dilakukan kunjungan lapangan ke pihak auditee dan dilakukan
penggalian data serta informasi melalui metode wawancara,

LKIP TIRBR 2018 3 - 66


telaah data sekunder, diskusi dan dokumentasi foto serta
penyusunan dan penyampaian notisi.
c. Tahap analisa data dan pelaporan (post audit): Pada tahap ini
auditor melakukan analisa terhadap data dan informasi yang
diperoleh, mengelola data dan menyusun serta menyampaikan
laporan serta rekomendasi hasil audit teknologi.Laporan hasil
audit teknologi maupun prosesnya tidak dapat di tuangkan
dalam LKIP ini karena menyangkut kerahasiaan hasil audit.
Pada rencana strategis TIRBR target dari audit teknologi LRT adalah
menjadi outcome pada tahun 2018. Targetnya adalah 1 (satu) audit
teknologi Audit teknologi pada LRT meliputi beberapa area yaitu
Area desain, area produksi, area logistic, area pengujian produk,
area purna jual dan manufacturing readiness level. Pengembangan
transportasi kereta api atau transportasi berbasis rel diharapkan
akan meningkatkan derajat konektivitas untuk dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi regional DKI Jakarta khususnya dan
perekonomian nasional pada umumnya. Dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dalam negeri
diharapkan dapat mendorong tumbuh kembangnya industri nasional
dan secara bertahap dapat meningkatkan daya saing menuju
kemandirian bangsa. Penerima manfaat dari kegiatan yang
dilakukan antara lain Kementerian Perhubungan, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Pemerintah Daerah baik
Provinsi atau Kota/Kabupaten di Wilayah Jabodebek, dari sisi
pemerintah. Sedangkan dari sisi industri/BUMN antara lain PT.
INKA, PT INTI, PT. LEN, PT. Adhi Karya, PT. Waskita Karya dan
industri swasta lainnya
LRT merupakan salah satu alternative angkutan massal perkotaan
yang efisien dan hemat energi. Program LRT ini berawal dari kajian
konektivitas yaitu jaringan makro transportasi Jawa dan Sumatera
yang dilakukan pada Tahun 2015, yang didetailkan khusus untuk
Pulau Jawa pada Tahun 2016. Kemudian pada tahun 2017 dilakukan
desain sistem koridor utama transportasi berbasis rel dimana salah
satu kajiannya menunjukkan bahwa LRT merupakan alternative

LKIP TIRBR 2018 3 - 67


untuk moda angkutan massal efisien di JABODEBEK. Pada Tahun
2018, audit teknologi LRT dilakukan dengan cakupan perancangan
bangun, review, validasi dan verifikasi desain, analisa reliability,
availability, maintainability dan Safety (RAMS), pengawasan
terhadap quality proses dan controlling project management untuk
melihat kesiapan industry nasional dalam pengembangan saranan
transportasi massal LRT.

2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun


lalu dan beberapa tahun terakhir
Tahun 2018 merupakan hasil lanjutan dari kajian 2015-2017 yaitu
dari kajian konsep konektivitas logistic dan barang serta desain
koridor utama transportasi berbasis rel. hasil pada Tahun 2015
sampai dengan 2017 tersebut berupa output untuk kegiatan 2018.
Hasil output tersebut disinergikan dan menjadi dasar dalam audit
teknologi LRT JABODEBEK. Capaian yang sesuai target untuk
setiap tahunnya membuat target Audit teknologi LRT sesuai dengan
jadwal dan target yang ditetapkan dalam Renstra TIRBR revisi ke
empat.

3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan


target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis
Berdasarkan Indikator Kinerja Sasaran Program pada Renstra
TIRBR 2015-2019 target untuk Audit Teknologi LRT Jabodebek
adalah hasil audit yang dimanfaatkan oleh Instansi Pemerintah atau
badan usaha milik pemerintah (PT. INKA) artinya target kinerja tahun
anggaran 2018 sudah sesuai dengan target dan capaian kinerja
seperti yang dinyatakan dalam Renstra TIRBR (Revisi 4), dimana
pada Tahun 2018 Audit Teknologi LRT Jabodebek menjadi impact
untuk BPPT.

LKIP TIRBR 2018 3 - 68


Adapun target dan capaiannya untuk kegiatan ini adalah 100%.
Peningkatan capaian kinerja menuju target akhir sesuai dengan
Renstra ditunjukkan pada diagram berikut:

Audit Teknologi LRT JABODEBEK

Jaringan Transportasi dan Desain Koridor Utama Angkutan


Logistik Pulau Jawa Berbasis Rel Jabodebek

Indikator
KInerja
Program :
2015 2016 2017 2018 2019 Audit
Teknologi LRT
Jabodebek

Jaringan Metro Transportasi Audit Teknologi


Logistik Jawa Sumatra LRT Jabodebek

Gambar 3-10 Capaian kegiatan Audit Teknologi LRT Jabodebek

4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar


nasional
Hasil dari audit teknologi digunakan oleh PT INKA untuk
pengembangan industry supaya memiliki daya saing industry yang
bersifat global, sehingga standar yang digunakan dalam audit
teknologi LRT adalah standar international supaya hasil audit dapat
menjadi reference untuk PT INKA dalam improvement produk yang
berdaya saing global.

5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja


1. BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi
sistem transportasi

LKIP TIRBR 2018 3 - 69


2. BPPT memiliki Teknologi dan Peralatan yang mendukung
pengembangan teknologi system transportasi
3. Dukungan Kementrian Perhubungan dan industry PT INKA.

6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya


 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia.
 Dari hasil kegiatan Program Control Monitoring aspek
SDM, diperoleh fakta bahwa efisiensi penggunaan SDM
mencapai 100%.
 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan.
 Dari hasil kegiatan Program Control dan Monitoring aspek
sumber daya keuangan, diperoleh fakta bahwa efisiensi
penggunaan sumberdaya keuangan mencapai 97,82%.
 Analisa efisiensi penggunaan sumber daya mesin dan peralatan.
 Dari hasil kegiatan Program Control Monitoring aspek
sumber daya mesin dan peralatan khususnya
penggunaan software pemodelan transportasi,
diperoleh fakta bahwa efisiensi penggunaan
sumberdaya laboratorium dan peralatan mencapai
99,55%.

7. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan


Sistem TataKerja Kerekayasaan yang dilakukan dalam kegiatan
audit teknologi LRT JABODEBEK dapat mendukung terlaksananya
program sesuai dengan indicator kinerja yang ditetapkan. Dengan
sistem kerekayasaan output dibagi dihasilkan dari setiap Working
package (WP) yang akan dininergikan menjadi outcome kegiatan.
Dengan sistem kerekayasaan ini sistem cascading pekerjaan akan
terlihat jadi pengontrolan output dari segi proses maupun hasil akhir
dapat lebih mudah dilakukan. Pembagian dengan sistem WP juga
membuat SDM lebih focus terhadap pekerjaannya karena target
yang focus dan jelas.

LKIP TIRBR 2018 3 - 70


3.2.3. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Yaitu Terwujudnya 1 (Satu)
Kliring Teknologi FS Kereta Api Jakarta – Surabaya
Technology Clearing House (TCH) / Kliring Teknologi adalah peran
melakukan "clearance test” bagi teknologi otoritas atau pendukung
dalam menyatakan bahwa suatu teknologi layak atau tidak, untuk
diterapkan di Indonesia atau untuk konteks tertentu di Indonesia.

Sasaran Program :
Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan
teknologi di bidang TIRBR untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Indikator Kinerja Program (IKP) :
Jumlah kliring Teknologi FS Kereta cepat Jakarta Surabaya
Penjelasan IKP :
FS kereta cepat Jakarta-Surabaya difokuskan untuk menyiapkan kajian teknis jalur
kereta api sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api, AMDAL dan Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah.
Target :
Jumlah FS Kereta api cepat Jakarta-Surabaya
Capaian Kinerja
Program/Kegiatan Bukti Pendukung
Outcome/Output
Layanan Teknologi bidang 1 FS Kereta Cepat Hasil FS yang
TIRBR untuk peningkatan Jakarta-Surabaya diserahkan kepada
daya saing menuju KemenHUB
kemandirian bangsa.

Tabel 3-15 Capaian kinerja FS Kereta cepat Jakarta Surabaya

1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan


Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 43
Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional,
sasaran pengembangan jaringan jalur kereta api di Pulau Jawa
adalah mengoptimalkan jaringan eksisting melalui program

LKIP TIRBR 2018 3 - 71


peningkatan, rehabilitasi, reaktivasi lintas non operasi serta
peningkatan kapasitas lintas melalui pembangunan jalur ganda dan
shortcut.
Saat ini jalur KA di Jawa menggunakan narrow gauge 1067 mm.
Jarak Jakarta – Surabaya sekitar 720 km. Adanya radius lengkung
kurang dari 500 m yang akan menghambat kecepatan operasi
kereta api dan tingginya frekuensi perjalanan kereta api pada lintas
Utara Pulau Jawa menyebabkan upaya peningkatan kecepatan
kereta api tidak maksimal. Di samping itu permasalahan lainnya
adalah banyaknya perlintasan sebidang yang mencapai sekitar
2.000 lokasi juga menghambat kelancaran perjalanan kereta api.
Jakarta – Surabaya melalui jalur utara, dilayani oleh kereta api
berbagai kelas dari ekonomi, bisnis dan eksekutif dengan
menggunakan lokomotif diesel. Waktu tempuh tercepat Jakarta –
Surabaya adalah 9 jam dengan rangkaian kereta api Argo Bromo
Anggrek.
Jakarta dan Surabaya adalah 2 (dua) kota terbesar di Indonesia
dengan populasi 9,59 juta dan 2,94 juta, serta menjadi magnet
kota-kota sekitar. Penduduk Jabodetabek 27,9 juta, Kedungsepur
5,8 juta dan Gerbangkertosusila 9,1 juta, sehingga secara
keseluruhan mencapai 31,25% dari populasi Jawa. Potensi
ekonomi ketiga wilayah tersebut mencapai 55,62% dari PDRB
seluruh Pulau Jawa (PDRB Jawa 47,27% dari PDB Nasional).
Interaksi antara wilayah Jakarta (Jabodetabek) dan Surabaya
(gerbangkertasusila) saat ini relatif tinggi, di mana jumlah
penumpang antara Jakarta – Surabaya dengan pesawat udara
tahun 2017 sekitar 6,1 juta penumpang per tahun dan dengan
menggunakan kereta api eksekutif sekitar 1,3 juta penumpang per
tahun. Diperkirakan pada tahun 2058, jumlah penumpang pada rute
yang sama untuk pesawat udara mencapai sekitar 50 juta
penumpang per tahun dan kereta api mencapai sekitar 10,2 juta
penumpang per tahun.
Besarnya potensi jumlah penumpang pada koridor Jakarta –
Surabaya perlu diantisipasi dengan perencanaan sistem transportai

LKIP TIRBR 2018 3 - 72


yang memadai sehingga dapat diminimalisir bottleneck pada sistem
jaringan transportasi yang tersedia. Usaha untuk meningkatkan
kapasitas angkut pada sistem jaringan transportasi salah satunya
adalah dengan menyediakan operasi kereta api cepat antara
Jakarta – Surabaya sebagai sistem yang akan menjadi
komplementer sistem transportasi udara. Operasi kereta api yang
sesuai untuk komplementer sistem transportasi udara harus
mempunyai waktu perjalanan penumpang total sekitar 5 jam
termasuk akses, agres dan, waktu tunggu, sehingga waktu tempuh
kereta api antara Jakarta – Surabaya sekitar 2,5 – 3,5 jam. Dari
hasil studi Pra Studi Kelayakan Peningkatan Kereta Api Koridor
Jakarta Surabaya yang telah dilakukan oleh Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) dengan Kementerian Perhubungan
pada tahun anggaran 2017, menunjukkan jika kereta api cepat ini
diterapkan, maka akan membantu mengurangi beban sistem
transportasi udara sebesar sekitar 40 % dan ini memberi peluang
yang cukup baik bagi swasta untuk terlibat dalam proyek.
Pada Tahun 2018, BPPT bersama dengan Kementerian
Perhubungan merencanakan sistem perkeretaapian dengan
kecepatan normal, 160 km/jam, membangun jalur rel baru (jalur
ketiga), dan lebar rel 1067 mm (narrow gauge) dengan target waktu
tempuh kereta api Jakarta ke Surabaya adalah 5,5 jam.
Program konektivitas yang telah dimulai sejak tahun 2015 sampai
dengan 2016 yaitu berupa kajian makro konektivitas jawa dan
sumatera. Pada Tahun 2017 studi Pra Studi Kelayakan
Peningkatan Kereta Api Koridor Jakarta Surabaya yang telah
dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
dengan Kementerian Perhubungan yang menunjukkan bahwa jika
kereta api cepat ini diterapkan, maka akan membantu mengurangi
beban sistem transportasi udara sebesar sekitar 40 % dan ini
memberi peluang yang cukup baik bagi swasta untuk terlibat dalam
proyek. Kemudian pra FS ini dilanjutkan pada Tahun 2018 melalui
kegiatan perancangan alinyemen jalur kereta api tambahan untuk
peningkatan kecepatan kereta api koridor Jakarta – Surabaya

LKIP TIRBR 2018 3 - 73


sebagai kajian teknis trase jalur kereta api sesuai dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Penetapan Trase Jalur Kereta Api, kedua, melakukan Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan, dan ketiga, Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah atau Land Aquisision and
Resetlement Action Plan (LARAP). Pada Tahun 2018 FS kereta
cepat difokuskan untuk menyiapkan kajian teknis jalur kereta api
sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api, AMDAL
dan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah.
Adapun perancangan alinyemen jalur adalah menggunakan lebar
jalur 1067 mm (narrow gauge), dengan kecepatan maksimum 160
km/jam.
Output konektivitas logistic dan barang serta desain koridor utama
transportasi berbasis rel di Pulau Jawa dan Sumatera pada Tahun
2015. Kemudian pada tahun 2016 telah dihasilkan output berupa
rekomendasi sistem transportasi penumpang dan barang koridor
Jakarta-Surabaya. Selanjutnya pada Tahun 2017 bersama dengan
KemenHub melakukan studi pra kelayakan KA Cepat Jakarta
Surabaya serta pilot demand kereta api cepat. Sesuai dengan target
diresntra pada Tahun 2018, BPPT mendampingi KemenHUB
melaksanakan kajian FS kereta cepat Jakarta Surabaya yang
menjadi outcome untuk kedeputian TIRBR.

2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun


lalu dan beberapa tahun terakhir
Tahun 2018 menghasilkan outcome layanan teknologi kereta cepat
Jakarta Surabaya yang merupakan kelanjutan dari output Tahun
2015 yaitu konektivitas barang dan logistic Jawa-sumatera, yang
dilanjutkan dengan output than 2016 berupa rekomendasi sistem
transportasi penumpang dan barang Jakarta Surabaya yang
dilanjutkan dengan output kegiatan pra FS untuk studi kereta cepat
Jakarta-Surabaya.

LKIP TIRBR 2018 3 - 74


FS Kereta Cepat Jakarta Surabaya

Rekomendasi system Pra FS Kereta Cepat Jakarta


angkutan barang dan Surabaya
logistic Jakarta Surabaya

Indikator
KInerja :
FS Kereta
2015 2016 2017 2018 2019 Cepat Jakarta
Surabaya

Konektivitas barang dan FS Kereta Cepat


logistic Jawa dan Sumatra Jakarta Surabaya

Gambar 3-11 Capaian kinerja FS Kereta cepat Jakarta Surabaya

3. menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan


strategis
Berdasarkan Indikator Kinerja Sasaran Program pada Renstra
TIRBR 2015-2019 revisi 4 targetnya adalah dimanfaatkannya FS
Kereta cepata Jakarta Surabaya oleh Kementerian Perhubungan
artinya target dalam Renstra telah tercapai yang ditandai oleh
diserahkan hasil kegiatan ke user (Kemenhub).

4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar


nasional
Hasil FS kereta cepat koridor Jakarta Surabaya merupakan dasar
dari KemenHub untuk menentukan perancangan alinyemen jalur
kereta api tambahan untuk peningkatan kecepatan kereta api
koridor Jakarta – Surabaya yang akan diimplementasikan sebagai
dasar Penetapan Trase Jalur Kereta Api oleh Menteri Perhubungan.
Kajian ini merupakan salah satu cara untuk mencapai Standar
nasional dalam hal ini road map perkeretaapian dalam rangka

LKIP TIRBR 2018 3 - 75


meningkatkan moda transportasi massal untuk meningkatkan
konektivitas nasional.

5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja


 BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi
sistem transportasi
 BPPT memiliki Teknologi dan Peralatan yang mendukung
pengembangan teknologi system transportasi
 Dukungan Kementrian Perhubungan dan industry PT INKA.

6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya


 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia.
Dari hasil kegiatan Program Control Monitoring aspek SDM,
diperoleh fakta bahwa efisiensi penggunaan SDM mencapai
100%.
 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan.
Dari hasil kegiatan Program Control dan Monitoring aspek sumber
daya keuangan, diperoleh fakta bahwa efisiensi penggunaan
sumberdaya keuangan mencapai 97,82%.
 Analisa efisiensi penggunaan sumber daya mesin dan peralatan.
Dari hasil kegiatan Program Control Monitoring aspeksumber
daya mesin dan peralatan khususnya penggunaan software
pemodelan transportasi, diperoleh fakta bahwa efisiensi
penggunaan sumberdaya laboratorium dan peralatan mencapai
99,55%.

Capaian Kegiatan
= x 100%
Prosentase Target Kegiatan

Capaian Kinerja 1 FS kereta cepat


= x 100% =100%
1 FS kereta cepat

Tabel 3-16 Perbandingan antara target kliring teknologi FS kereta cepat Jakarta
Surabaya dengan realisasi indikator kinerja

LKIP TIRBR 2018 3 - 76


Indikator Kinerja Target Realisa % Program/Kegiata Mitra
si n
Jumlah layanan 1 FS kereta 1 FS FS Kereta cepat KemenHub,
teknologi FS cepat kereta 100% Jakarta Surabaya PT. INKA, PT
kereta cepat cepat KAI, ITB, ITS,
UI, UNLAM,
UNS

7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan


ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.
Sistem TataKerja Kerekayasaan yang dilakukan dalam kegiatan
audit teknologi LRT JABODEBEK dapat mendukung terlaksananya
program sesuai dengan indicator kinerja yang ditetapkan. Dengan
sistem kerekayasaan output dibagi dihasilkan dari setiap Working
package (WP) yang akan dininergikan menjadi outcome kegiatan.
Dengan sistem kerekayasaan ini sistem cascading pekerjaan akan
terlihat jadi pengontrolan output dari segi proses maupun hasil akhir
dapat lebih mudah dilakukan. Pembagian dengan sistem WP juga
membuat SDM lebih focus terhadap pekerjaannya karena target
yang focus dan jelas.

3.2.4. Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program Layanan Teknologi


Bidang TIRBR

Sasaran Program
yaitu Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan
Layanan Teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian
bangsa
Indikator Kinerja:
Jumlah Layanan Teknologi
Target :
3 layanan teknologi

LKIP TIRBR 2018 3 - 77


Penjelasan IKU :
Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi berupa produk/ barang
maupun jasa yang dapat dimanfaatkan. Sesuai dalam Renstra Revisi 5 BPPT dan
Revisi 4 Deputi TIRBR, maka telah dilaksanakan kegiatan layanan teknologi untuk
pengujian euro 4 kendaraan bermotor, pengujian pesawat terbang nasional R80 dan
N219 Amphibi serta pengujian sarana dan prasarana kereta api dan LRT
Jabodebek.
Program/ Kegiatan Capaian Kinerja Bukti Pendukung
Outcome
Layanan Teknologi  Layanan Jasa  Kontrak Layanan
Pengujian Emisi Euro 4 Teknologi untuk Teknologi
Pengujian Emisi Euro
4 kendaraan bermotor.

Layanan Teknologi  Layanan Jasa  Kontrak Layanan


Pengujian Pesawat Teknologi Pengujian Teknologi
Terbang Nasional Pesawat Terbang
Nasional N219
Amphibi, R80.

Layanan Teknologi  Layanan Jasa  Surat Pesanan


Pengujian Sarana dan Teknologi Pengujian (Purchase Order
Prasarana Kereta Api Sarana dan Prasarana (PO))
Kereta Api dan LRT.

Tabel 3-17 Capaian kinerja Layanan Teknologi di bidang TIRBR

LKIP TIRBR 2018 3 - 78


A. Layanan Teknologi Pengujian Emisi Euro 4, dengan 1 target
layanan.

1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan Layanan Jasa Teknologi


Untuk Pengujian Emisi Euro4 Kendaraan Bermotor.
Meningkatnya populasi kendaraan bermotor merupakan salah
satu penyebab terbesar dari meningkatnya pencemaran udara
dari emisi sumber bergerak (kendaraan bermotor). Selain
berpengaruh terhadap lingkungan, polusi udara juga terhadap
sektor perekonomian baik secara langsung maupun tidak
langsung. Polusi udara dapat menyebabkan biaya kesehatan
yang meningkat dan juga menurunkan produktivitas masyarakat
karena kondisi yang tidak prima, sehingga secara tidak langsung
akan berakibat kepada pertumbuhan ekonomi yang lambat
karena tidak didukung oleh sumber daya manusia yang prima.
Sehingga pengetatan ambang batas emisi gas buang dari
kendaraan merupakan hal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah.
Pada Tahun 2005 Pemerintah Indonesia sudah menetapkan
ambang batas emisi sesuai dengan standar Euro2, tetapi dengan
meningkatnya populasi kendaraan maka efektivitas penerapan
Euro2 menjadi tidak begitu efektive. Disisi lain semua negara di
ASEAN yang memiliki industry otomotive sudah menerapkan
regulasi emisi Euro4 sehingga industry otomotive Indonesia
terancam tidak dapat bersaing apabila masih bertahan dengan
regulasi Euro2. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
Pemerintah Indonesia melalui Permen KLHK No.20 Tahun 2017
telah menetapkan regulasi Euro4 untuk menekan polusi udara
dan juga secara tidak langsung menjaga daya saing industri
otomotive dikawasan regional ASEAN. BPPT yang memiliki
fasilitas yang memenuhi standar Euro4 dan system managemen
fasilitas ujinya sudah terakreditas KAN merupakan salah satu
tempat untuk technical service atau melaksanakan layanan
pengujian Euro4. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Permen KLHK No20/2017. Selain itu, BPPT

LKIP TIRBR 2018 3 - 79


juga mempunyai Perjanjian Kerjasama dengan Kemetrian
Perhubungan dalam melakukan layanan teknologi kelaikan
kendaraan terkait dengan pengujian Emisi. Skematik diagram
fasilitas uji BPPT ditunjukan pada Gambar 3-12.

Gambar 3-12 Fasilitas Uji Euro4 BPPT

Gambaran fasilitas uji Euro4 BPPT adalah sebagai berikut:


a. Chassis dynamometer
Chassis dynamometer adalah sebuah peralatan berupa
roller/silinder yang bisa berputar bebas sebagai tempat/landasan
berputarnya roda-roda penggerak kendaraan bermotor ketika
diuji. Alat ini dilengkapi dengan sensor beban dan sensor-sensor
lainnnya (temperatur, tekanan udara, kelembaban, putaran dll)
yang terhubung ke komputer monitor dan kendali. Roller juga
terhubung dengan sebuah rem/beban magnetik yang dapat
dikontrol melalui komputer kendali, sehingga dapat
mensimulasikan beban. Karakteristik utama dari chassis
dynamometer adalah harus mampu mensimulasi beban jalan

LKIP TIRBR 2018 3 - 80


(dalam hal ini mencakup juga simulasi inersia) sebagai fungsi
kecepatan kendaraan, sehingga ketika kendaraan diuji berjalan
di atas chassis dynamometer tersebut kondisinya mendekati
kondisi nyata di jalan raya.

b. Constant volume sampling AVL CVS i60


Sistem pengambilan sampel gas buang dirancang untuk
memudahkan pengukuran massa emisi gas buang kendaraan
dalam keadaan sebenarnya. Sistem yang digunakan adalah
sistem Constant Volume Sampler (CVS). Pada sistem ini
dilakukan pengenceran gas buang kendaraan secara
terus menerus dengan jalan mencampur dengan udara bebas
yang kondisinya terkontrol. Untuk CVS diesel terdapat tambahan
berupa sistem penukar kalor.

c. Gas analyser AVL AMA i60


Gas analyser digunakan untuk menganalisa kandungan sampel
gas buang yang telah terdilusi dengan peralatan CVS. Gas
analyser ini terdiri atas peralatan:
i. Analisis karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida
(CO2) harus dari jenis absorpsi non-dispersive Infra
Red (NIDR)
ii. Analisis hidrokarbon (HC) – kendaraan bensin harus
dari jenis Flame Ionization Detector (FID)
iii. Analisis hidrokarbon – kendaraan diesel harus dari
jenis Flame Ionization Detector (FID) dan dengan
pemanasan aliran 190 +10°C.

d. Target kegiatan.
Permen KLHK No20/2017 mewajibkan penerapan kebijakan
Euro4 untuk kendaraan bensin pada bulan November 2018 dan
untuk kendaraan diesel baru diwajibkan pada Tahun 2021.
Sehingga untuk kendaraan dengan bahan bakar bensin, pada
sejak awal sampai dengan sebelum November Tahun 2018

LKIP TIRBR 2018 3 - 81


sudah mulai mempersiapkan dan melaksanakan pengujian
Euro4. Pelayanan teknologi emisi gas buang telah dilaksanakan
BPPT ketika pemerintah menerapkan regulasi Euro2. Sebagai
fasilitas uji satu satunya di Indonesia, pengujian Euro2 dapat
dilakukan dengan rata rata setiap tahunnya pada kisaran diatas
100 kendaraan. Dalam implementasi regulasi Euro4 untuk
kendaraan bensin, Persiapan menjadi penting karena lompatan
teknologi kendaraan dari teknologi Euro2 menjadi Euro4 sangat
significant yang akan berdampak pada strategi produksi maupun
pemilihan teknologi Euro4 yang tepat untuk pasar Indonesia. Hal
ini yang membuat berbagai pabrikan melakukan kajian terhadap
berbagai teknologi yang dimilikinya untuk dapat memenuhi
Euro4. Secara nasional, layanan pengujian dilakukan oleh BPPT
dan Fasilitas uji baru milik KemenHUb yang diresmikan pada
Tahun 2018. Dalam melaksanakan layanan teknologi Euro4,
Sebagai lembaga yang mendukung fasilitas baru KemenHUB
maka BPPT menetapkan target supaya dapat melayani kegiatan
pengujian Euro4 sebanyak 50 kendaraan pada Tahun 2018.
Untuk capaian pengujian kendaraan bensin Euro4 pada Tahun
2018 adalah sebanyak 192 kendaraan. Uraian peningkatan
outcome/output dari tahun ke tahun menuju target akhir, sesuai
dokumen rencana strategis. Sehingga perbandingan antara
target dengan capaiannya adalah 384% seperti ditunjukkan pada
Tabel 3-17.
Program/
Indikator Kinerja Target Realisasi % Mitra
Kegiatan
Terlaksanakannya 50 192 384 Pelayanan  Industri
layanan teknologi pengujian pengujian Teknologi otomotive,
pengujian Euro4  Kemenhub,
dan KLHK

Tabel 3-18 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini.

LKIP TIRBR 2018 3 - 82


Dalam melaksanakan layanan teknolgoi ini, BPPT mengacu
kepada PP Tarif No.6 Tahun 2015 yang menetapkan harga
layanan pengujian Euro4 kendaraan bensin adalah 15.400.000
rupiah. Jadi dari segi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP),
layanan teknologi Euro 4 menghasilkan total kontrak sebesar
Rp. 2.96 Milyar.
2. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang
telah dilakukan Target kegiatan.
 Faktor Penyebab Keberhasilan Kinerja :
 Internal :
1. BPPT telah menyiapkan fasilitas dan sumber daya
manusia untuk mendukung kebijakan Pemerintah
dalam menekan gas buang secara bertahap dari Tahun
2010.
2. Komitmen dari pimpinan BPPT untuk menjadikan
fasilitas yang dimiliki sebagai unggulan dalam
melakukan layanan industry untuk mendukung daya
saing dan kemandirian bangsa.
3. SDM BPPT lebih aktif dalam mendiseminasikan hasil
kajiannya baik dalam forum FGD, seminar maupun
penulisan dalam bentuk karya tulis ilmiah.
 Eksternal:
1. BPPT sejak tahun 2005 sudah membangun networking
dengan industry otomotive maupun lembaga
pemerintah lainnya melalui pelaksanaan layanan
teknologi emisi Euro2. Sehingga hubungan dengan
stakeholder terkait sudah berlangsung cukup lama. Hal
ini menumbuhkan kepercayaan dari user untuk tetap
menggunakan fasilitas BT2MP untuk layanan teknologi
Euro4 karena kualitas hasil layanan yang memenuhi
standar international.
2. Kementrian Perhubungan telah membangun fasilitas uji
Euro4 mulai 2018, sehingga antrian pelayanan dapat

LKIP TIRBR 2018 3 - 83


secara significant dikurangi. Sehingga, BPPT dapat
juga focus dalam mendukung industry yang berniat
dalam melakukan riset peningkatan kualitas produk
menuju teknologi yang lebih advance (Euro4).

 Faktor Penyebab Kegagalan / Penurunan Kinerja :


1. Keterbatasan dana membuat metoda maintenance rutin
tidak dapat dirubah menjadi predictive maintenance
sehingga idle fasilitas menjadi lama ketika terjadi
kerusakan mendadak.
2. SDM BPPT belum dapat melakukan trouble shooting
fasilitas secara langsung yang disebabkan factor
keahlian maupun adanya batasan akses oleh pembuat
fasilitas.

Gambar 3-13 Pengujian Kendaraan Euro4

B. Layanan Teknologi Pengujian Pesawat Terbang Nasional,


dengan 1 target layanan.

LKIP TIRBR 2018 3 - 84


1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan Layanan Jasa Teknologi
Pengujian Pesawat Terbang Nasional.
Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika
memegang peranan penting dalam mendukung industri
kedirgantaraan nasional agar lebih berdaya saing. Sangat sulit
bagi industri untuk mengadakan perlengkapan pengujian
teknologi aerodinamika seperti terowongan angin misalnya
karena sangat mahal karena pengembangan produk-produk
dirgantara biasanya memerlukan waktu yang panjang. Tentu
tidak akan optimal apabila satu industri menginvestasikan
modalnya untuk peralatan pengujian yang hanya dipergunakan
untuk satu atau dua prototipe setiap tahunnya. Di lain pihak
pemerintah melalui lembaga litbangnya dapat mengambil peran
ini dan melayani beberapa Industri.
BPPT memiliki fasilitas tersebut yang dibangun pemerintah untuk
mendukung dan mempercepat proses industrialisasi Indonesia
khususnya di bidang kedirgantaraan dalam rangka meningkatkan
daya saing industri dalam negeri menuju kemandirian bangsa.
Kemandirian bangsa adalah hal penting yang perlu diupayakan
dan diperjuangkan. Produk-produk industri yang beredar di
masyarakat sekarang didominasi oleh produk asing. Untuk
menghasilkan produk yang berdaya saing, industri perlu
dukungan berbagai fasilitas pengujian. Industri tidak dapat
menghasilkan produk yang berdaya saing apabila pengujiaannya
harus ke luar negeri dan memerlukan biaya tinggi.
Fasilitas pengujian aerodinamika, aeroelastika dan aeroakustika
diperlukan untuk produk-produk industri seperti pesawat udara,
kereta api cepat, mobil, kapal, gedung, jembatan bentang
panjang, dan sebagainya. Kebutuhan Industri terhadap fasilitas
pengujian aerodinamika, aeroelastika dan aeroakustika sangat
tinggi. Fasilitas seperti ini hingga kini belum tersedia secara
memadai karena investasinya cukup tinggi. Masih banyak
industri dalam negeri yang mencari dan menggunakan fasilitas

LKIP TIRBR 2018 3 - 85


pengujian di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia,
Honkong dan Australia.
Satu hal lagi, khususnya dari perspektif industri kedirgantaraan,
dampak ekonomi yang bisa dihasilkan dari penyelenggaran
kedirgantaraan dan keantariksaan sangat besar, karena
peyelenggaraannya melibatkan banyak sekali pihak baik sektor
publik maupun swasta yang ikut mulai dari penelitian,
pengembangan, manufaktur, penyediaan produk dan layanan,
dan derivatif kegiatan ekonomi lainnya.
Menurut Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) keuntungan ekonomi secara global dari
kegiatan kedirgantaraan/keantariksaan di dunia terutama yang
melibatkan sektor komersial akan mencapai 1.000.000.000.000
USD (satu triliun dolar Amerika) pada tahun 2020 (Lampiran
PERPRES No. 45/2017).
Dalam laporan OECD yang lain pada tahun 2012 disebutkan
bahwa prosentase anggaran keantariksaan terhadap produk
domestik bruto (PDB) beberapa negara di dunia menunjukkan
kecenderungan meningkat di mana Rusia, Amerika Serikat, dan
Perancis menempati posisi teratas dengan masing-masing
anggaran 0,2 %, 0,1 % dan 0,09 % dari PDB. Negara-negara di
Asia, di lain pihak, India menempati posisi teratas dengan total
anggaran 0,07 % dari PDB.
Layanan teknologi Pengujian Pesawat Terbang Nasional yang
bersifat mayor masih dan didominasi oleh penggunaan ILST
(Indonesian Low Speed Tunnel). Layanan teknologi tersebut di
antaranya:

a. N219 Amphibi
Pesawat bermesin kembar ini merupakan karya anak bangsa dan
merupakan program pengembangan pesawat terbang nasional.
Pesawat yang dirancang untuk untuk bisa lepas landas dan
mendarat pada landasan pacu yang pendek ini telah berhasil
melakukan terbang perdananya pada tanggal 16 Agustus 2018.

LKIP TIRBR 2018 3 - 86


Pesawat ini kemudian diberi nama Nurtanio oleh Presiden RI Joko
Widodo. N219 yang dapat mengangkut 19 penumpang itu sangat
cocok dijadikan alat transportasi antar pulau kecil yang memiliki
lapangan terbang perintis.

Gambar 3-14 Purwarupa Pesawat N219 pada saat terbang


perdana.

Selama pengembangannya, BPPT memberikan kontribusi besar


dalam melakukan pengujian terowongan angin model pesawat
N219. Dengan melakukan pengujian di terowongan angin, para
ahli dapat menemukan atau melakukan verifikasi terhadap bentuk
sayap dan konfigurasi pesawat yang paling optimal.
Indonesia merupakan Negara maritim dengan luas perairan
mencapai 70% dari luas wilayah seluruh Nusantara. Pada tahun
2018, PT DI memutuskan untuk melanjutkan pengembangan N
219 dengan membuat versi amphibi yang dapat lepas landas dan
mendarat di perairan. Pesawat N219 Amphibi merupakan salah
satu wahana dirgantara yang memiliki makna startegis untuk
wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau terpisah di mana
daerahnya tidak mempunyai tempat pendaratan pesawat.
Pesawat N219 Amphibi dapat dimanfaatkan juga untuk berbagai
misi-misi khusus, misalnya membawa keperluan bahan pokok,
menggangkut tim SAR bila ada bencana alam ketika landasan
suatu bandara tidak dapat dipergunakan.

LKIP TIRBR 2018 3 - 87


Pada bulan September 2018, dilakukan kembali pengujian
terowongan angin terhadap model N219 dengan sepasang
pontoon sebagai alat pendaratan di perairan. Pengujian model
amphibi merupakan pengalaman pertama BPPT setelah 31 tahun
mengoperasikan terowongan angin.
Penambahan struktur pontoon akan merubah gaya aerodinamika
yang bekerja pada pesawat dibanding pesawat yang
konvensional (tanpa pontoon). Uji di terowongan angin dapat
memprediksi seberapa besar perubahan gaya yang dialami
pesawat sebagai konsekuensi atas penambahan struktur di luar
pesawat. Pengujian aerodinamika untuk model pesawat N219
amphibi skala 1:6.3 dalam seksi uji Terowongan Angin ILST telah
dilakukan selama 15 hari kerja pada Bulan Agustus-September.
Kegiatan meliputi persiapan selama 5 hari, pengujian selama 10
hari, dan penyusunan laporan.
Pengujian aerodinamika model Pesawat N219 Amphibi power-off
ini dilakukan dengan maksud untuk mempelajari karateristik
aerodinamika, kendali & kestabilan dan kinerja N219 Amphibi
dengan konfigurasi variasi pontoon dibandingkan dengan
konfigurasi N219 dasar. Gambar 3-15 memperlihatkan setup
pengujian model pesawat N219 dalam seksi uji ILST dengan
posisi upside-up menggunakan wing struts.

Gambar 3-15 Model N219 Amphibi dalam seksi uji dengan posisi
upside-up menggunakan wing struts.

LKIP TIRBR 2018 3 - 88


Pengujian dilakukan menggunakan external balance 6
components untuk mendapatkan distribusi koefisien gaya dan
momen aerodinamika terhadap variasi sudut serang pada
kecepatan angin 70 m/s atau setara dengan 0,2 Mach, dengan
berbagai konfigurasi bidang kendali, i.e., flap, elevator, rudder,
dan aileron Data hasil pengujian model N219 Amphibi ini, oleh
pihak PT. DI akan digunakan sebagai bahan rujukan untuk
validasi desain dan perhitungan yang ada (database).
Pengujian ini terdaftar dalam data ILST sebagai Exp-227.
Pengujian menghasilkan lebih dari 132 polar data valid, yang
terdiri dari pengukuran gaya dan momen aerodinamika 127 polar,
dan pengujian flow visualisation dengan oil sebanyak 5 polar
untuk pergerakan alpha -4, 0, 4, 8 dan -4 untuk konfigurasi tanpa
pontoon dalam seksi uji.
Hasil pengujian karakteristik gaya angkat dan gaya hambat
menunjukkan repeatibility yang baik, dan memperlihatkan
distribusi gaya angkat normal atau tipikal, di mana gaya-gaya
tersebut meningkat seiiring dengan peningkatan sudut serang.
Dari hasil pengujian, beberapa rekomendasi untuk kualitas
pengujian ke depan yang lebih baik disampaikan seperti:
kehalusan permukaan dan kekakuan (rigidity) tangga pontoon dan
keakuratan setting Rudder perlu ditingkatkan terutama untuk
pengukuran gaya hambat.
Melalui pengujian terowongan angin ini, pola aliran dapat diamati
juga di semua permukaan baik pada fuselage, sayap maupun
pontoon. Gambar 3-16 memperlihatkan salah satu hasil
visualisasi aliran. Visualisasi aliran menggunakan fluoresene oil
yang yang disinari lampu Ultra violet.

LKIP TIRBR 2018 3 - 89


Gambar 3-16 Visualisasi aliran pada Model N219 Amphibi
menggunakan oil film.

b. R-80
Pada tahun 2018 ini, pengujian aerodinamika untuk model
pesawat regional R-80 dilakukan untuk melihat karakteristik
aerodinamika khususnya bagian ekor. Pengujian dilakukan pada
Bulan November dan Desember.
Model isolated tail R-80 dipasang secara upside-down di seksi uji
ILST menggunakan central strut. Ada tiga pengujian yang
dilakukan pada pengujian ini yaitu: pengukuran distribusi tekanan,
hinge moment dan visualisasi aliran (flow visualization). Pengujian
menghasilkan 109 polar data valid.

Gambar 3-17 Pengujian visualisasi aliran R-80 isolated tail


menggunakan wool tuft.

LKIP TIRBR 2018 3 - 90


c. Pengujian Lainnya
Selama periode Januari sampai dengan Desember 2018, selain
pengujian N219 Amphibi dan R80, BPPT juga melakukan
pengujian untuk :

c.1. Rudal Jelajah PTIPK


Rudal jelajah ringan (light cruise missile) dikembangkan BPPT
dengan lead integrator PTIPK (Pusat Teknologi Industri
Pertahanan dan Keamanan). Pada pertengahan September telah
diuji di terowongan angin. Pengujian dilakukan untuk memperoleh
karakteristik aerodinamika rudal dengan fokus pada pengaruh
konfigurasi 4 rudder sebagai bidang kendali terhadap gaya dan
momen aerodinamika.
Pengujian rudal jelajah ringan ini menggunakan central strut
dilakukan dengan kecepatan angin 70 m/s dalam variasi sudut
serang -20 sampai dengan 25 derajat, dan sudut samping -20
sampai dengan 20 derajat. Gaya dan momen aerodinamika diukur
menggunakan external balance.Kerjasama tim menghasilkan 48
polar data valid yang diperlukan untuk kegiatan kaji terap rudal
jelajah ringan selanjutnya.

Gambar 3-18 Model Rudal Jelajah Ringan PTIPK BPPT dalam


seksi uji ILST.

LKIP TIRBR 2018 3 - 91


c.2. Roket R-122
Pengujian aerodinamika untuk model Roket R-122 skala 1:1
dalam seksi uji Terowongan Angin ILST telah dilakukan selama 7
hari kerja pada Bulan Juli-Agustus 2018. Kegiatan meliputi
persiapan pengujian selama 5 hari, Pengujian menghasilkan lebih
dari 15 polar data valid, yang terdiri dari pengukuran gaya dan
momen aerodinamika, dan film/video pengujian roket untuk
pergerakan alpha polar dalam seksi Uji.

Gambar 3-19 Model R-122 dalam seksi uji ILST dengan sting
support.

c.3. MALE Comsorsium


Pengujian aerodinamika untuk model PTTA MALE CFG-03 skala
1:5.5 dalam seksi uji Terowongan Angin ILST telah dilakukan
selama 12 hari kerja. Pengujian aerodinamika model PTTA MALE
CFG-03 power off ini dilakukan dengan maksud untuk
mempelajari karateristik aerodinamika, stability & control dan
performance PTTA MALE CFG-03 dengan konfigurasi variasi
sudut incidensi iW sama dengan 0 derajat dan iW sama dengan 5
derajat. Selanjutnya pengujian PTTA MALE CFG-03 dilakukan
untuk mendapatkan koefisien gaya dan momen aerodinamika dari
variasi sudut serang dan sudut samping pada kecepatan angin 65

LKIP TIRBR 2018 3 - 92


m/s dengan berbagai konfigurasi bidang kendali seperti flap,
elevator, rudder, dan aileron. Beberapa koreksi pengujian
terowongan angin yang bersifat mayor seperti Zero correction,
weight correction, blockage corretion dan wall interference telah
diperhitungkan dalam data, sehingga data tersebut cukup untuk
menjadi bahan analisis aeodinamika lebih lanjut.

c.4. YFYK ANKA-2


Saat ini Turkish Aerospace meneruskan kolaborasinya dengan
BPPT untuk yang kelima kali dalam pengujian terowongan angin
Sistem UAV baru untuk High Payload Capacity (Gambar 3-20).
Kampanye pengujian kelima ini ditujukan untuk memperoleh
karakteristik aerodinamika model pesawat baru mereka ,YFYK,
yang terskala dalam konfigurasi penuh. Kampanye pengujian ini
dimulai September 2018 dan direncanakan untuk memperoleh
233 polar data aerodinamika termasuk untuk berbagai defleksi
bidang kendali dan berbagai konfigurasi payloads hingga akhir
Oktober 2018.

Gambar 3-20 Model konfigurasi lengkap YFYK (ANKA-2) di seksi uji ILST.
YFYK merupakan UAV baru Turkish Aerospace.

LKIP TIRBR 2018 3 - 93


2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir
Pada tahun 2014 jumlah layanan teknologi tercapai sebanyak 15
layanan. Kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan
menjadi 24 layanan dari target 10 layanan. Sedangkan pada
tahun 2016 tercapai 16 layanan. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya pada tahun 2015, jumlah ini mengalami penurunan
sebesar 33,3%. Kerusakan trafo yang mengakibatkan beberapa
jadwal pengujian terowongan angin mundur merupakan salah
satu penyebab penurunan ini. Dan jumlah pengujian yang
dilaksanakan pada tahun 2017 sebanyak 14 kali dengan uji
dengan 7 pengujian pesawat dalam dan luar negeri.
Pada tahun 2018 layanan pengujian pesawat terbang nasional
telah ditetapkan menjadi outcome kedeputian dan impact
lembaga, Selain N219, BPPT juga memberikan layanan teknologi
kepada PT RAI dalam pengujian pesawat regional R-80. Pesawat
R-80 termasuk proyek strategis nasional sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional. Jumlah layanan teknologi untuk pengujian pesawat
pada tahun 2018 sebanyak 6 kali uji.

3. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau


peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang
telah dilakukan Target kegiatan.
 Faktor Penyebab Keberhasilan/Peningkatan Kinerja:
Kegiatan layanan pengujian pada tahun 2018 ini dapat
berhasil karena beberapa hal antara lain:
 Dukungan komitmen BPPT dalam pencanangan dan
pelaksanaan program serta fokus pada proses
pencapaian target akhir.
 Kekompakkan atau kerjasama yang solid.

LKIP TIRBR 2018 3 - 94


 Konsistensi pada pelaksanaan kegiatan sesuai rencana
strategis yang telah ditetapkan.
 Konsistensi pada kedisiplinan kerja, capaian
penyelesaian target antara sesuai jadwal waktu yang
direncanakan.
 Penyiapan SDM pelaksana kegiatan sesuai kompetensi
teknis, pengalaman dan keahlian kerja sehingga bisa
lebih efektif dlm pencapaian target.
 Adanya kerjasama dengan institusi dan industri mitra,
berkoordinasi dan saling mengisi sesuai kompetensi.
 Faktor Penyebab Kegagalan / Penurunan Kinerja:
 Anggaran operasional untuk biaya langganan listrik
yang tidak mencukupi.
 Keterbatasan jumlah SDM sehingga pembeban jam
kerja perorang kurang optimal karena harus dibagi
dengan kegiatan yang lain.
 Keterbatasan dan penuaan (aging) beberapa
subsistem/komponen fasilitas uji yang sudah berumur
sekitar 30 tahun.
 Alternatif Solusi yang telah dilakukan:
 Peningkatan kemampuan teknis dan kompetensi SDM
melalui pelatihan industri dan studi.
 Pengajuan penambahan SDM
 Meningkatkan intensitas dan efektifitas koordinasi dan
kerjasama baik internal maupun eksternal dengan
institusi terkait dan mitra industri.
 Pengaturan alokasi beban kerja yang sesuai dengan
kemampuan SDM.
 Revitalisasi peralatan pengujian.

LKIP TIRBR 2018 3 - 95


C. Layanan Teknologi Pengujian Sarana dan Prasarana Kereta Api.
1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan Layanan Jasa Teknologi
Pengujian Sarana dan Prasarana Kereta Api dan LRT.
Dalam pelaksanaan pengujian sarana dan prasaran kereta api
selama periode Januari sampai dengan Desember 2018 telah
dilakukan beberapa kali pengujian dengan metode, benda uji,
lokasi dan tujuan yang berbeda-beda.
Adapun beberapa kegiatan yang dilaksanakan dapat
disampaikan sebagai berikut :

I. Uji statis & dinamis bantalan beton KA Tipe 1067, Tipe 1435
dan Bantalan Beton MRT
Pengujian bantalan beton dan system penambat tipe 1067 &
1435 sesuai standard AREMA 2016 yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan bantalan beton dan system
penambat dalam menerima beban operasinya.
Jenis-jenis pengujian meliputi :
a. Design Test Tie 1, terdiri dari :
- Uji momen negative dudukan rel A & B
- Uji momen positive dudukan rel A & B
- Uji momen negative tengah bentang
- Uji momen positive tengah bentang
- Uji dinamis 3 juta siklus dudukan rel B
- Uji geser wire & beban ultimate dudukan rel A
b. Design Test Tie 2, terdiri dari :
- Uji cabut insert
- Uji torsi insert
- Uji angkat system penambat
- Uji impedansi
c. Design Test Tie 3, terdiri dari :
- Uji pad awal
- Uji angkat system penambat awal
- Uji longitudinal system penambat awal

LKIP TIRBR 2018 3 - 96


- Uji dinamis 3 juta siklus system penambat
- Uji longitudinal system penambat akhir
- Uji angkat system penambat akhir
- Uji beban lateral system penambat
- Uji pad akhir
Penerima manfaat : PT Waskita Beton Precast, PT RUPM, PT
Calvary, PT BSD, PT Varia Usaha Beton, PT Wika Beton

Gambar 3-21 Uji momen positif dudukan rel

II. Pengujian Statis dan Dinamis Bantalan Beton LRT Jakpro


(Vellodrone – Rawamangun)
Pengujian bantalan beton LRT Jakpro sesuai standard EN
13230-2 : 2016 & EN 13481-2 : 2012, bertujuan untuk
mengetahui kemampuan bantalan beton dalam menerima
beban operasinya.
Jenis-jenis pengujian meliputi :
- Uji positive rail seat static
- Uji positive rail seat dynamic
- Uji Positive centre sleeper static
- Uji Negative centre sleeper static

LKIP TIRBR 2018 3 - 97


- Uji positive rail seat fatigue
- Uji dowel pull out

Gambar 3-22 Uji positive centre sleeper static


Penerima manfaat : PT Wika Beton

III. Uji Statis dan Dinamis Sistem Penambat Slabtrack LRT


Jakpro (Vellodrone - Rawamangun)
Pengujian statis dan dinamis system penambat slabtrack
beton LRT Jakpro sesuai standard EN 13481-5 : 2012 & EN
13146, bertujuan untuk mengetahui kemampuan system
penambat dalam menerima beban operasinya.
Jenis-jenis pengujian meliputi :
- Uji clamping force
- Uji longitudinal resistance
- Uji vertical stiffness
- Uji fatigue
- Uji vertical stiffness
- Uji longitudinal resistance
- Uji clamping force

LKIP TIRBR 2018 3 - 98


Gambar 3-23 Uji repeated load slabtrack beton

Penerima manfaat : PT Voslloh Indonesia

IV. Inspeksi Struktur Pier dan U Shaped Girder LRT Jabodebek


Inspeksi struktur pier dan U Shaped Girder LRT Jabodebek
sesuai standard SNI 2847 : 2013, ASTM C805 dan ASTM
C576, bertujuan untuk mengetahui mutu beton dan
kemampuan struktur girder dalam menerima beban
operasinya.
Jenis-jenis pengujian meliputi :
- Uji tekan sampel silinder beton
- Hammer test
- UPV test
- Insitu loading test U Shaped Girder
- Pengukuran defleksi
- Pengukuran regangan

LKIP TIRBR 2018 3 - 99


Gambar 3-24 Loading Test U Shaped girder LRT Jabodebek

Penerima manfaat : PT Adhi Karya.

V. Uji Statis dan Dinamis Sambungan Las Termite dan Flash


Butt Rel untuk MRT, LRT Jakpro & LRT Jabodebek
Uji statis dan dinamis sambungan las termite dan flash butt rel
pada MRT, LRT Jakpro dab LRT Jabodebek sesuai standard
SNI 11 4013-1996 dan EN 14730-1: 2006, EN 14730-2 : 2006
dan EN 14587-2 : 2009, bertujuan untuk mengetahui mutu
sambungan las, cacat dan kekuatan sambungan las dalam
menerima beban operasinya.
Jenis-jenis pengujian meliputi :
- Hardness test
- Ultrasonic test
- Uji bending statis
- Uji bending dinamis 5 juta siklus

LKIP TIRBR 2018 3 - 100


Gambar 3-25 Uji Bending Dinamis (fatigue) Sambungan Las
Termite dan Flash Butt Rel

Penerima manfaat : PT Multikarya Jayatama, PT Prolimas Jaya


Utama, PT Mitra Maju, PT Auxano, PT Giwin Inti, PT Standar
Beton Indonesia, PT Wahana Daya mandiri, PT Dian Pevita.

VI. Pengujian Statis Carbody Trailer Dan Motor Cabin Lrt


Jabodebek
Pengujian statis carbody trailer dan motor cabin LRT
JABODEBEK peraturan menteri perhubungan RI NO. PM 175
tahun 2015 dan standar JIS E 7105, bertjuan untuk
memperoleh karakteristik struktur kereta akibat pembebanan
statis yang dinyatakan dalam nilai regangan, tegangan dan
defleksi maksimum yang terjadi.
Melakukan evaluasi kekuatan struktur kereta terhadap
persyaratan Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM 175
Tahun 2015 dan standar JIS E 7105.
Jenis-jenis pengujian meliputi :
- Uji beban vertikal
- Uji beban kompresi

LKIP TIRBR 2018 3 - 101


- Uji beban torsi
- Uji beban Jacking
- Uji Three Point Support
Penerima manfaat : PT INKA

VII. Pengujian Statis Dan Dinamis Beban Operasional Gerbong


Ppcw 54 Ton Pt. Industri Kereta Api Indonesia (Persero)
Pengujian Statis dan Dinamis Beban Operasional Gerbong
PPCW 54 Ton PT. Industri Kereta Api Indonesia (Persero)
Berdasarkan Data Dari Pt. Inka, Beban Uji Dari Hasil
Penimbangan Container Berisi Batu Bara Yang Dilakukan Di
Stasiun Kertapati Palembang Adalah Sebagai Berikut:
 Container Ke-1 = 22410 Kg
 Container Ke-2 = 25640 Kg
Jumlah Beban Vertical Full = 48.050 Kg Batu Bara
Pengujian ini bertujuan mengetahui perilaku konstruksi
gerbong PPCW 54 ton akibat beban dinamis (operasional).
Perilaku akibat beban dinamis dinyatakan dalam besaran
tegangan rata-rata (mean stress) dan amplitudo tegangan.
Hasil uji digunakan untuk menentukan kelayakan dan
kemampuan konstruksi gerbong PPCW 54 ton ditinjau dari
segi kekuatan dan kekakuan, yaitu dengan mengevaluasi
data hasil uji statis terhadap kriteria keberterimaan yang telah
ditetapkan oleh PT. INKA, sedangkan evaluasi data hasil uji
dinamis menggunakan pendekatan diagram batas lelah
(fatigue limit diagram) yang menggambarkan hubungan
antara tegangan rata-rata (mean stress) dan tegangan
amplitudo berdasarkan metode Soderberg.
Jenis-jenis pengujian meliputi :
- Uji beban statis di Stasiun Sukacinta.
- Uji beban dinamis Stasiun Sukacinta - Stasiun Kertapati.

LKIP TIRBR 2018 3 - 102


Gambar 3-26 Pelaksanaan marking dan pemasangan strain gauge di Balai Yasa
Lahat, Sumatra Selatan

Penerima manfaat : PT INKA, PT KAI.


2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu
dan beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2018 ini jumlah pengujian sarana dan prasarana


kereta sebanyak 31 kali pengujian dengan nilai kontrak Rp.
4.558.371.000,- sedangkan pada tahun 2017 dilakukan
sebanyak 14 kali pengujian dengan nilai kontrak sebesar 2,1
Milyar. Rp. 2.117.390.000,-

3. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan atau


peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah
dilakukan Target kegiatan.

 Faktor Penyebab Keberhasilan :


 Faktor Internal :
1. SDM.
 Keberhasilan sangat didukung dengan dimilikinya
kualifikasi SDM yang memiliki keterampilan dan
keahlian dibidang teknologi kekuatan struktur, yang
sertifikasinya selalu dijaga agar tetap valid setiap saat.

LKIP TIRBR 2018 3 - 103


Beberapa Lisensi yang dimiliki pegawai diantaranya
Eddy Current Level II & III, Ultrasonik Level II,
Penetrant Test Level II, Magnetic Particel Level II,
Welding Engineer, Petugas Pengambil Contoh (PPC),
Internal Auditor SNI, Pengukuran dan Suhu.
Pengukuran dan Masa, Pengukuran dan Dimensi,
Assessor SNI, QA Assessor, Pressure Vessel
Inspector, Operator Radiografi Level I, Crane
Inspector,
 Selain hal tersebut di atas, dalam mendukung kegiatan
pelayanan, Sumber Daya Manusia (SDM) diberikan
pelatihan yang diselenggarakan sesuai dengan tupoksi
yang telah diberikan.
2. Teknologi/Peralatan.
 Dengan terus diperbaiki dan diperbaharuinya berbagai
peralatan uji yang mendukung pengkajian dan
pelayanan jasa teknologi kekuatan struktur, hal
tersebut juga membantu keberhasilan.

 Faktor External
 Faktor lain yang mendukung keberhasilan pencapaian
keberasilan diantaranya adanya mitra kerja BUMN
yang sangat mendukung seperti PT INKA, PT KAI, dan
beberapa mitra swasta lainnya yang tetap setia
mempercayakan BPPT untuk melakukan pengujian
kekuatan struktur yang diperlukan oleh kalangan
industri tersebut.

 Faktor Penyebab Kegagalan/Penurunan kinerja :


1. SDM.
 Faktor penyebab kegagalan dari SDM adalah dengan
semakin tuanya usia pegawai. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kekosongan pegawai

LKIP TIRBR 2018 3 - 104


terampil dan ahli dibidang teknologi kekuatan struktur
apabila penggantian/penerimaan pegawai baru tidak
sebanyak yang dibutuhkan.

2. Teknologi/Peralatan.
 Adanya peralatan uji yang berusia tua atau peralatan
yang teknologinya kadaluarsa akan sangat
berpengaruh terhadap penurunan kenerja
3. Alternatif Solusi yang telah dilakukan :
 Sertifikasi dan peningkatan kemampuan pegawai.
 Pemeliharaan, perbaikan, penggantian dan
pengadaan baru peralatan uji

 Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya


 Penugasan SDM sesuai dengan keterampilan dan
keahliannya.
 Penerapan sistem matrik untuk pengujian skala besar.
 Optimalisasi penggunaan peralatan uji yang dimiliki.
 Dilaksanakan pemeliharaan, perbaikan, penggantian
dan pengadaan baru peralatan uji secara kontinyu dan
berkelanjutan.

LKIP TIRBR 2018 3 - 105


3.3 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 3 (tiga) yaitu Tewujudnya
Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi untuk
mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa.

Pengukuran Capaian Sasaran Program 3 (SP 3) yaitu Terwujudnya Audit


Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi untuk
mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa, dengan 2
(dua) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:
1. Jumlah Audit Teknologi Metro Kapsul, dengan target 1 audit teknologi.
2. Indek Kepuasan Masyarakat, dengan target katagori B.

Sasaran Program
Terwujudnya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan
Teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian
bangsa
Indikator Kinerja:
Jumlah Audit, Indek Kepuasan Masyarakat
Target :
1 Audit Teknologi, IKM Katagori B
Penjelasan Target Indikator Kegiatan:
1. Jumlah Audit Teknologi Metro Kapsul , dengan target 1 audit teknologi.
2. Indek Kepuasan Masyarakat, dengan target katagori B.
Program/ Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung

PPT Bidang  Audit Teknologi Metro  Laporan Audit Metro


Teknologi Kapsul Kapsul
Transportasi

Layanan Jasa  Indek Kepuasan  Survey Kepuasan


Teknologi di bidang Masyarakat Katagori B Pelanggan
TIRBR

LKIP TIRBR 2018 3 - 106


3.3.1. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Yaitu Terwujudnya 1 (Satu) Audit
Teknologi Metro Kapsul.

Audit Teknologi adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan


mengevaluasi bukti secara obyektif terhadap aset teknologi dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara teknologi dengan
kriteria dan/atau standar yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil
kepada pengguna yang bersangkutan.
Sasaran Strategis :
Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan
teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Indikator Kinerja Program (IKP) :
Jumlah Audit Teknologi metro kapsul
Penjelasan IKU :
Pengembangan sistem Metro Kapsul selain merupakan alternative untuk
transportasi masal juga memberikan kesempatan untuk bangsa Indonesia
mengembangkan pengetahuannya dalam bidang transportasi publik. Dengan audit
teknologi ini diharapkan dapat memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
terhadap aset teknologi sehingga tingkat kesesuaian antara teknologi dengan kriteria
dan/atau standar yang telah ditetapkan untuk implementasi metro kapsul.
Target :
Termanfaatkannya hasil audit teknologi metro kapsul sebagai persiapan metro kapsul
untuk moda transportasi publik
Capaian Kinerja
Program/Kegiatan Bukti Pendukung
Outcome/Output
audit teknologi bidang TIRBR 1 audit teknologi metro  Surat menyurat Audit
untuk peningkatan daya saing kapsul Metro Kapsul
menuju kemandirian bangsa.

Tabel 3-19 Capaian kinerja indikator kinerja Audit Metro Kapsul.

LKIP TIRBR 2018 3 - 107


1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Inovasi Metro Kapsul dibuat dengan pertimbangan bahwa di
Indonesia, pembangunan transportasi publik sangat terlambat
dan belum ditelaah secara matang. Pada beberapa pemerintah
daerah, studi mengenai pengadaan sistem transportasi publik telah
dilakukan namun tidak kunjung diimplementasikan. Seringkali
alasan penundaan implementasi ini adalah besarnya dana yang
dibutuhkan untuk pembangunan dan keterbatasan ruang pada
anggaran pemerintah untuk berinvestasi pada infrastruktur
transportasi publik. Pada dasarnya Metro Kapsul kemudian
dikembangkan untuk menjawab kedua ide di atas, yaitu
membangun sistem transportasi publik yang membutuhkan biaya
pembangunan yang lebih rendah dengan tingkat efektivitas yang
sama dengan moda sejenis yang telah ada. Sehingga
pengembangan Metro Kapsul memungkinkan pemerintah
menyediakan sistem transportasi publik yang mumpuni dengan
lebih cepat walaupun dengan keterbatasan anggaran yang ada.
Metro Kapsul merupakan Pengembangan dari sistem transportasi
publik perkotaan yang telah ada sebelumnya, yang termasuk ke
dalam kelompok kereta api ringan (light rail transit). Kelompok
yang lebih spesifik adalah Automated People Mover System
(APMS) atau Automated Guided Train (AGT).
Pada kelompok APMS/AGT, sistem yang diciptakan hanya
memungkinkan untuk satu unit kereta (gerbong) untuk berjalan
pada satu waktu. Hal ini menyebabkan pengurangan kapasitas
angkut secara signifikan, sehingga menjadi tidak efektif jika
digunakan menjadi sistem transportasi publik secara masif.
Penggunaan APMS/AGT saat ini hanya digunakan pada kawasan
tertentu atau wilayah yang tidak terlalu besar. Peningkatan jumlah
unit kereta pada sistem APMS/AGT menyebabkan peningkatan
kompleksitas operasional yang akan mempengaruhi tingkat
keselamatan.Pengembangan Metro Kapsul memberikan jawaban
dari masalah yang dihadapi kedua sistem transportasi publik yang

LKIP TIRBR 2018 3 - 108


dijelaskan sebelumnya dimana Metro Kapsul merupakan sistem
yang:
1. Menggunakan ukuran kapsul yang kecil & ringan,
sehingga meminimalkan beban struktur
2. Merupakan sistem grup dimana gerbong berjalan secara
grup sehingga mempertahankan kapasitas angkut yang
relatif besar,
3. Menggunakan sistem kendali otomatis tanpa pengemudi
sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem.
Seluruh pengembangan Metro Kapsul dan kelebihan yang
diberikannya memberikan keunggulan yang besar baik bagi
keekonomian sistem transportasi publik, penghematan biaya,
pengurangan dampak buruk bagi lingkungan akibat pengadaan
material pembangunan, dan peningkatan kemampuan pemerintah
memberikan pelayanan publik bagi rakyatnya melalui
percepatan/peningkatan volume pembangunan transportasi publik
atau tambahan ruang pada anggaran untuk membangun fasilitas
umum lainnya.
Metro Kapsul juga merupakan sistem transportasi publik yang
didesain oleh bangsa Indonesia dan diproduksi secara lokal.
Tingkat kandungan dalam negeri yang tinggi, diatas 90%
menggambarkan bahwa 90% dari biaya pembangunan akan
dibelanjakan di dalam negeri. Pemanfaatan Metro Kapsul dalam
skala besar diharapkan akan menjadi embrio untuk tumbuhnya
industri baru di Indonesia yang memiliki dampak langsung
tersedianya lapangan kerja baru. Pengembangan sistem Metro
Kapsul juga memberikan kesempatan untuk bangsa Indonesia
mengembangkan pengetahuannya dalam bidang transportasi
publik, pengembangan teknologi yang kemudian dapat
dimanfaatkan tidak hanya di bidang transportasi publik. BPPT
dalam kapasitasnya sebagai pengkaji dan pihak yang mendorong
untuk penerapan suatu teknologi di Indonesia memiliki banyak
tenaga ahli yang dapat memberikan masukan dalam
penyempurnaan Metro Kapsul. Saat ini Metro Kapsul merupakan

LKIP TIRBR 2018 3 - 109


sistem transportasi publik yang dikembangkan di Indonesia, namun
masih berada pada tahap awal pengembangan yang terfokus pada
kemampuan fungsional dasar. Pada masa yang akan datang,
pengembangan fungsi akan meliputi pengembangan yang sifatnya
lebih berpusat kepada pencapaian harga konstruksi yang optimal
dan kenyamanan penumpang dalam segala aspek.
Sebagai informasi tambahan, pada Tahun 2018 juga telah
dilaksanakan pengujian atas rancang bangun, uji statis dan uji
dinamis. kesesuaian dari komponen teknologi yang digunakan dan
penetapan kecukupan atau penentuan kekurangan dari komponen
yang akan digunakan. Metro Kapsul dapat berkembang menjadi
produk yang lebih matang dan siap dalam segala aspeknya untuk
memberikan sistem transportasi publik yang aman, nyaman dan
terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan audit teknologi ini
diharapkan dapat memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif terhadap aset teknologi sehingga tingkat kesesuaian antara
teknologi dengan kriteria dan/atau standar yang telah ditetapkan
untuk implementasi metro kapsul.

Pengembangan transportasi masal Metro Kapsul pada tahun 2018


adalah proses pembuatan dan pengujian purwarupa, dimana lokasi
pengujian ditetapkan untuk dilakukan di Kabupaten Subang. Saat
ini Metro Kapsul melalui PT. Teknik Rekayasa Kereta Kapsul
(TREKKA) sebagai pihak tunggal pemengang lisensi paten, telah
melakukan proses pembebasan lahan sebesar 8Ha untuk
membangun fasilitas riset dan produksi.
Pada Tahun 2018, TIRBR-BPPT melakukan audit teknologi untuk
Metro kapsul ini terkait dengan aspek desain, produksi, logistic, uji
produk/quality control serta purna jual. Selain hal tersebut, tingkat
kesiapan teknologi untuk sarana, track dan station serta fasilitas
operasi dan otomasi juga menjadi point pokok dalam kegiatan audit
teknologi ini.
Keselamatan sarana dan prasarana transportasi merupakan paying
dari kegiatan metro kapsul sebagai sarana transportasi public. Pada

LKIP TIRBR 2018 3 - 110


Tahun 2015 sampai dengan 2016 TIRBR melakukan audit dan
sertifikasi produk sarana metro kapsul. Kemudian pada Tahun 2017
persiapan dan perencanaan audit teknologi untuk menentukan item
audit yang sesuai ntuk metro kapsul dilakukan dengan mitra dari
industry. Pada Tahun 2018, pelaksanaan audit teknologi
dilaksanakan dan mengkonsolidasikan hasil audit tersebut dengan
auditinya.Sehingga tahapan dari output dari tahun 2015 sampai
dengan 2017 dapat direalisasikan menjadi outcome pada Tahun
2018 sesuai dengan target di renstra TIRBR revisi ke empat.

2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu


dan beberapa tahun terakhir
Tahun 2018 pelaksanaan audit teknologi dilaksanakan yang
kemudian dilanjutkan dengan konsolidasi hasil audit dengan PT
Trekka sebagai dasar untuk pengembangan produk, sistem produksi,
fasilitas dll untuk metro kapsul. Outcome ini merupakn lanjutan dari
outpun kegiatan tahun sebelumnya yaitu 2015 dan 2016 berupa
audit produk metro kapsul dan sertifikasinya. Kemudian pada tahun
2017 output yang dihasilkan adalah perencanaan audit teknologi
terkait tingkat kesiapan teknologi untuk sarana, track dan station,
fasilitas operasi dan juga 5 area proses produksi.

Audit Teknologi Metro Kapsul

Pengembangan Prototype Pelaksanaan audit


SLC dengan Industri dan konsolidasi hasil

Audit
Teknologi
2015 2016 2017 2018 2019
Metro
Kapsul
Perencanaan Audit
Teknologi

Gambar 3-27 Kegiatan Proses Audit Metro Kapsul

LKIP TIRBR 2018 3 - 111


3. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar
nasional
Standar nasional untuk audit teknologi metro kapsul di Indonesia
belum ada sehingga pelaksanaan audit ini mengacu kepada standar
international. Ke unikan kondisi geografis dan karakter bangsa
Indonesia membuat ada sedikit kekhususan dalam desain maupun
operasi dari sistem dan prasarana transportasi massal. Dalam hal ini
stanar Indonesia terkait angkutan umum massal dapat
dipertimbangkan memiliki tinggal urgensi yang cukup tinggi.

4. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja


 BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi
sistem transportasi
 BPPT memiliki Teknologi dan Peralatan yang mendukung
pengembangan teknologi system transportasi
 Dukungan Kementrian Perhubungan dan industry PT INKA.

5. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya


 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia.
 Dari hasil kegiatan Program Control Monitoring aspek SDM,
diperoleh fakta bahwa efisiensi penggunaan SDM mencapai
100%.
 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan.
 Dari hasil kegiatan Program Control dan Monitoring aspek
sumber daya keuangan, diperoleh fakta bahwa efisiensi
penggunaan sumberdaya keuangan mencapai 97,82%.
 Analisa efisiensi penggunaan sumber daya mesin dan
peralatan.
Dari hasil kegiatan Program Control Monitoring aspek sumber daya
mesin dan peralatan khususnya penggunaan software pemodelan
transportasi, diperoleh fakta bahwa efisiensi penggunaan
sumberdaya laboratorium dan peralatan mencapai 99,55%.

LKIP TIRBR 2018 3 - 112


6. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan
ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.
Sistem TataKerja Kerekayasaan yang dilakukan dalam kegiatan
audit teknologi Audit Teknologi Metro Kapsul dapat mendukung
terlaksananya program sesuai dengan indicator kinerja yang
ditetapkan. Dengan sistem kerekayasaan output dibagi dihasilkan
dari setiap Working package (WP) yang akan dininergikan menjadi
outcome kegiatan. Dengan sistem kerekayasaan ini sistem
cascading pekerjaan akan terlihat jadi pengontrolan output dari segi
proses maupun hasil akhir dapat lebih mudah dilakukan. Pembagian
dengan sistem WP juga membuat SDM lebih focus terhadap
pekerjaannya karena target yang focus dan jelas.

LKIP TIRBR 2018 3 - 113


3.3.2. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Yaitu terwujudnya Indek
Kepuasan Masyarakat dengan Nilai B.

Sasaran Program
Terwujudnya Audit Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan
Teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian
bangsa
Indikator Kinerja:
Indek Kepuasan Masyarakat
Target :
, IKM Katagori B
Penjelasan Target IKP :
Indeks Kepuasan Masyarakat yang di ukur adalah berdasarkan PermenPAN
No.14 Tahun 2017. Survey ini bertujuan untuk menjamin data dan kualitas
hasil pengujian serta menetapkan Sistem Manajemen Mutu yang
terdokumentasi secara konsisten, didukung oleh personil yang memiliki
kemampuan yang terstandar dan terlatih dengan alat uji yang memenuhi
standar metoda yang ditetapkan sesuai dengan ISO yang dimiliki.
Program/ Kegiatan Capaian Kinerja Bukti Pendukung
Outcome
Layanan Jasa  Indek Kepuasan  Survey Kepuasan
Teknologi di bidang Masyarakat Katagori B Pelanggan
TIRBR

Tabel 3-20 Capaian kinerja survey Indek Kepuasan Masyarat

Indeks Kepuasan Masyarakat adalah hasil pengukuran dari kegiatan


Survei Kepuasan Masyarakat berupa angka. Angka ditetapkan dengan
skala 1 (satu) sampai dengan 4 (empat). Dan Survei Kepuasan
Masyarakat adalah kegiatan pengukuran secara komprehensif tentang
tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diberikan
oleh penyelenggara pelayanan public (PermenPAN No.14 Tahun 2017).

LKIP TIRBR 2018 3 - 114


Sesuai dokumen perencanaan strategis, Indeks Kepuasan Masyarakat
diperoleh dari hasil survai kepuasan pengguna teknologi yang dilayani
oleh TIRBR. Layanan Teknologi TIRBR adalah merupakan hasil
perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam bentuk rekomendasi,
advokasi, alih teknologi, konsultansi, referensi teknis, audit teknologi,
jasa operasi, pengujian, survei yang dapat dimanfaatkan. Jenis layanan
teknologi tersebut sebagian besar sudah terakreditas ISO 17025 untuk
menjamin data dan kualitas hasil pengujian. Akreditasi tersebut
menetapkan Sistem Manajemen Mutu yang terdokumentasi secara
konsisten, didukung oleh personil yang memiliki kemampuan yang
terstandar dan terlatih dengan alat uji yang memenuhi standar metoda
yang ditetapkan.
Untuk mengevaluasi hasil pelayanan teknologi dalam rangka
mewujudkan pelayanan yang terbaik dan prima maka tingkat kepuasan
pelanggan wajib di ukur. Hal ini sesuai juga dengan kebijakan mutu
laboratorium TIRBR untuk memberikan pelayanan layanan teknologi
yang professional dengan standar yang tinggi untuk memuaskan
pelanggan. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi kepuasan
pelanggan di TIRBR adalah dengan cara mengumpulkan kuestioner
melalui survey kepuasan pelanggan secara langsung kepada pengguna
layanan teknologi TIRBR.
Survey terhadap pelanggan terkait layanan teknologi TIRBR secara
garis besar mencakup 4 aspek. Pertama adalah SDM, disini kualitas
SDM TIRBR dalam melakukan semua aktifitas layanan teknologi
menjadi pokok dalam penilaian. Kedua, Fasilitas laboratorium yang
mencakup ketersediaan dan kesesuaian alat dengan standar yang di
butuhkan dalam pelayanan. Ketiga adalah penyelesaian pekerjaaan
dimana factor yang di nilai adalah Perencanaan pekerjaan dan system
koordinasi, Pengendalian dan laporan. kemajuan pekerjaan,
Pengambilan Keputusan dan Pemecahan masalah serta Ketepatan
Waktu penyerahan laporan. Dan yang terakhir adalah berkaitan dengan
mutu proses dan hasil layanan dan Mutu Laporan akhir yang diberikan
kepada pelanggan. Semua faktor tersebut kemudian di tetapkan nilai
persepsinya untuk kemudian di analisa menjadi hasil akhir dari

LKIP TIRBR 2018 3 - 115


kepuasan pelanggan berdasarkan PermenPAN No.14 Tahun 2017
tentang Pedoman Penyusunan Survey Kepuasan Masyarakat Unit
Penyelenggara Pelayanan Publik. Hasil dari questioner dari pelanggan
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan
teknologi TIRBR Tahun 2018 masuk dalam rentang 3.0644 – 3.532 yang
menunjukkan Mutu Pelayanan yang Baik atau kategori B. Hasil
questioner untuk layanan teknologi dapat di lihat di Lampiran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian
kinerja TIRBR untuk Indikator Kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat,
dengan target Nilai B adalah sebagai berikut :

1. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini :


Prosentase Realisasi
= x 100%
Capaian Kinerja Target

= Nilai IKM B x 100% = 100%


Nilai IKM B

2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun


ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir :
Pada tahun 2016 TIRBR telah melakukan survey kepuasan pengguna
teknologi yang dilayani oleh BPPT dari 3 kelompok teknologi yaitu
Maritim, Transportasi dan Permesinan. Hasil indek kepuasan
masyarakat menunjukkan bahwa layanan teknologi TIRBR tahun 2015
memperoleh nilai Indeks Kepuasan Masyarakat B.
Pada tahun 2017, TIRBR juga telah melakukan survey kepuasan
pengguna teknologi yang dilayani oleh BPPT dari 3 kelompok teknologi
yang sama dengan tahun 2016, dan diperoleh nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat B.
Dan pada tahun 2018, TIRBR telah melakukan survey kepuasan
pengguna teknologi yang dilayani oleh BPPT dari 3 kelompok teknologi

LKIP TIRBR 2018 3 - 116


yang sama dengan tahun 2017, dan diperoleh nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat B.

3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan


target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis.
Sesuai dokumen perencanaan strategis, Indeks Kepuasan Masyarakat
diperoleh dari hasil survai kepuasan pengguna teknologi yang dilayani
oleh TIRBR mentargetkan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat B pada
setiap tahunnya.
Realisasi indek kepuasan masyarakat yang telah dicapai pada tahun
2018 berdasarkan hasil survey adalah pada rentang nilai interval
konversi 3.0644 – 3.532. Dengan rentang nilai tersebut dapat diketahui
bahwa realisasi kinerja TIRBR sampai dengan tahun ini sesuai dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis BPPT tahun 2015-2019 Revisi 3, yaitu diperoleh nilai Indeks
Kepuasan Masyarakat B.

4. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja


 Komitmen dan dukungan dari Pimpinan BPPT dan TIRBR terhadap
pelaksanaan program/kegiatan TIRBR, khususnya terhadap
pelaksanaan pemberian layanan teknologi.
 Komitmen dan dukungan Pimpinan dan Manajemen Unit Kerja
TIRBR yang terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan TIRBR,
khususnya terhadap pelaksanaan pemberian layanan teknologi.
 Komitmen, dukungan dan partisipasi seluruh jajaran Unit Kerja untuk
peningkatan kinerja TIRBR BPPT.
 TIRBR memiliki SDM yang kompeten untuk keberhasilan
pelaksanaan program/kegiatan.
 TIRBR memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk
pelaksanaan program/kegiatan.
 Adanya dukungan dari mitra pengguna hasil inovasi dan layanan
teknologi TIRBR

LKIP TIRBR 2018 3 - 117


 Sertifikasi SDM dan SDF di lingkungan TIRBR

3.4 Realisasi Anggaran Tahun 2018


Pada tahun 2018, total anggaran yang dikelola oleh Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi untuk Deputi TIRBR pagu awalnya adalah
sebesar Rp. 137,393,784,000,- dan menjadi Rp. 132,509,000,000,-
dengan adanya berbagai kebijakan pemerintah untuk efisiensi
anggaran. Dari pagu akhir tersebut, terrealisasi sebesar Rp.
127,399,606,695,- atau 96.14% untuk tahun 2018. Capaian realisasi
anggaran tahun ini lebih rendah rendah jika dibandingkan capaian
tahun tahun 2017 yang sebesar 96,97% dan lebih baik dibandingkan
dengan tahun 2016 yaitu sebesar 93,24%.

Realisasi
Pagu Anggaran Pagu Sisa
No Tahun Penggunaan %
Awal Anggaran Akhir Anggaran
Anggaran

1 2018 37,393,784,000 132,509,000,000 127,399,606,695 5,109,393,305 96.14

2 2017 228,535,534,000 321,071,119,000 311,352,811,668 6,628,748,187 96.97

3 2016 130,535,609,000 124,851,302,000 116,416,753,676 8,434,548,324 93.24

Tabel 3-21 Realisasi anggaran tahun 2016, 2017 & 2018.

LKIP TIRBR 2018 3 - 118


Realisasi Prosentase
Pagu Anggaran Pagu Anggaran
No Unit Kerja Penggunaan Sisa Anggaran Penggunaan
Awal Akhir
Anggaran Anggaran
1 PTIPK 9,000,000,000. 9,000,000,000. 8,729,747,733. 270,252,267 97.00%
2 PTIP 2,200,000,000. 1,850,000,000. 1,844,469,000. 5,531,000 99.70%
3 PTSPT 2,222,000,000. 2,124,000,000. 2,089,106,898. 34,893,102 98.36%
4 PTRIM 4,700,000,000. 3,700,000,000. 3,603,712,350. 96,287,650 97.40%
5 B2TKS 36,968,365,000. 35,059,063,000. 34,764,704,597. 294,358,403 99.16%
6 B2TA3 13,837,151,000. 14,546,249,000. 14,375,182,056. 171,066,944 98.82%
7 BTH 15,858,995,000. 15,098,967,000. 14,729,518,568. 369,448,432 97.55%
8 BTIPDP 32,560,259,000. 31,519,093,000. 30,916,453,058. 602,639,942 98.09%
9 BTTMP 15,098,351,000. 14,758,969,000. 11,996,423,117. 2,762,545,883 81.28%
10 BTMEPPO 4,948,663,000. 4,852,659,000. 4,350,289,318. 502,369,682 89.65%
TOTAL DIPA 2018 137,393,784,000. 132,509,000,000. 127,399,606,695. 5,109,393,305 96.14%

Tabel 3-22 Realisasi Anggaran TIRBR Tahun 2018

LKIP TIRBR 2018 3 - 119


Dengan komposisi sebagai berikut :

Kegiatan Pagu Realisasi Saldo


Gaji & Tunjangan 33,450,111,000 32,433,068,919 1,017,042,081
Ops. Perkantoran 17,250,606,000 15,545,832,574 1,704,773,426
Peng. Pen Teknologi 44,062,000,000 43,518,154,908 543,845,092
PNBP 37,746,283,000 35,902,550,294 1,843,732,706
Total DIPA TIRBR 2018 132,509,000,000 127,399,606,695 5,109,393,305

Tabel 3-23 Komposisi Anggaran TIRBR Tahun 2018

LKIP TIRBR 2018 3 - 120


BAB 4. Penutup

Sesuai dengan amanat pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Permenpan 53 Tahun 2014
Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan peraturan pemerintah (PP) No. 8
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, maka
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) menyusun
Laporan Kinerja Unit Organisasi Eselon I Tahun 2018 yang merupakan
pertanggungjawaban atas kinerja Unit Organisasi dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis TIRBR Tahun 2015 –2019
yang terdiri dari sasaran program dan indikator kinerja Program yang sudah
dilaksanakan pada tahun 2018.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Kedeputian TIRBR Tahun 2018 dan dilanjutkan
dengan evaluasi kinerja atas sasaran-sasaran program yang telah ditetapkan, maka
dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

4.1 Kesimpulan
4.1.1. Sasaran Program dengan indikator kinerja program yaitu
Termanfaatkanya Inovasi Teknologi di bidang TIRBR untuk Mendukung
Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa yang di ukur
dengan indikator kinerja Jumlah inovasi di bidang TIRBR yaitu :
a. Sertifikasi Drone Alap-alap.
b. Kapal Angkut Ikan Berpendingin.
c. Kelaikan Teknologi Smart Level Crossing
Prosentase tingkat capaian kinerjanya adalah sebesar ( x 100%) = 100%.

Pencapaian kinerja tersebut dikategorikan “Sangat Baik”. Hal ini


berdasarkan kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas
Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga pada pasal 13 ayat 7 yang menyatakan bahwa “Nilai

LKIP TIRBR 2018 4 - 121


Kinerja mulai dari 90% sampai dengan 100% dikategorikan dengan
Sangat Baik.”

4.1.2. Sasaran Program dengan indikator kinerja program yaitu


Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan
layanan teknologi di bidang TIRBR untuk peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa yang di ukur dengan indikator kinerja Jumlah Audit,
Kliring dan Layanan Teknologi yaitu :
a. Audit Teknologi LRT Jabodebek.
b. Kliring Teknologi FS Kereta Api Cepat Jakarta – Surabaya.
c. Layanan Teknologi Pengujian Emisi Euro 4.
d. Layanan Teknologi Pengujian Pesawat Terbang Nasional.
e. Layanan Teknologi Pengujian Sarana Dan Prasarana Kereta Api.
Prosentase tingkat capaian kinerjanya adalah sebesar ( x 100%) = 100%.

Pencapaian kinerja tersebut dikategorikan “Sangat Baik”. Hal ini


berdasarkan kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas
Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga pada pasal 13 ayat 7 yang menyatakan bahwa “Nilai
Kinerja mulai dari 90% sampai dengan 100% dikategorikan dengan
Sangat Baik.”

4.1.3. Sasaran Program dengan indikator kinerja program Terwujudnya audit


teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi di bidang
TIRBR untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa di ukur
dengan indikator kinerja Jumlah audit teknologi dan Indeks Kepuasan
Masyarakat tahun 2018 dihasilkan dari :
a. Audit Metro Kapsul [TIRBR &PKT)
b. Indeks Kepuasan Masyarakat katagori B.
Prosentase tingkat capaian kinerjanya adalah sebesar ( x 100%) = 100%.

Pencapaian kinerja tersebut dikategorikan “Sangat Baik”. Hal ini


berdasarkan kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas

LKIP TIRBR 2018 4 - 122


Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga pada pasal 13 ayat 7 yang menyatakan bahwa “Nilai
Kinerja mulai dari 90% sampai dengan 100% dikategorikan dengan
Sangat Baik.”

4.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil pengukuran capaian dan evaluasi kinerja Kedeputian TIRBR
tahun 2018, dan untuk meningkatkan kinerja pada tahun-tahun yang akan
datang perlu dilakukan beberapa langkah strategis antara lain:
1. Perencanaan kinerja, target, anggaran, pengadaan barang dan jasa perlu
dilakukan dengan lebih cermat lagi dengan mempertimbangkan waktu
pengadaan dan juga pemotongan anggaran yang akan dilakukan. Hal ini
untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
perencanaan dan revisi kegiatan yang tidak terprediksi, sehingga
pelaksanaan kegiatan masih tetap dalam scenario yang ditentukan.
2. Revitalisasi sarana dan prasarana yang telah dilakukan untuk beberapa
fasilitas di TIRBR perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk menjamin
fasilitas berada pada kondisi optimum dengan teknologi yang terupdate. Hal
ini diperlukan untuk menjaga keakuratan hasil pengujian sehingga capaian
pelayanan prima sesuai dengan ISO 17025 maupun target Indek Kepuasan
Masyarakat dapat lebih di tingkatkan lagi
3. Meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah, swasta, perguruan
tinggi dan mitra luar negeri, berkoordinasi dan saling mengisi sesuai
kompetensi agar kegiatan dapat berjalan dengan baik seperti yang telah
direncanakan.
4. Merencanakan kebutuhan SDM serta peningkatan kemampuan teknis dan
kompetensi SDM melalui pendidikan dan pelatihan guna mengurangi gap
antara generasi serta mengisi ruang kosong yang ditinggalkan karena
purnabakti serta pengaturan alokasi beban kerja yang sesuai dengan
kemampuan SDM.
5. Pemeliharaan dan perbaikan peralatan uji dilakukan secara teratur agar
selalu dalam kondisi 100% untuk menjamin keakuratan hasil pengujian
sesuai ISO yang dimiliki.

LKIP TIRBR 2018 4 - 123


LAMPIRAN

Bukti Pendukung LKIP TIRBR Tahun 2018 :

Sasaran Program I (satu) Termanfaatkannya Inovasi Teknologi di


Bidang TIRBR untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa dengan indicator kinerja Sertifikasi Drone
Alap-alap :

 Type Certificate (TC).


 Certificate of Airworthinness (CoA).

LKIP TIRBR 2018


LAMPIRAN

Bukti Pendukung LKIP TIRBR Tahun 2018 :

Sasaran Program I (satu) Termanfaatkannya Inovasi Teknologi di


Bidang TIRBR untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa dengan indicator kinerja Kapal Angkut Ikan
Berpendingin;
 Approval Key Drawing Kapal Ikan 60 GT oleh PT. Biro
Klasifikasi Indonesia (Persero) No. B3930/SV
101/PRB/1G-18

LKIP TIRBR 2018


14
15
16
LAMPIRAN

Bukti Pendukung LKIP TIRBR Tahun 2018 :

Sasaran Program I (satu) Termanfaatkannya Inovasi Teknologi di


Bidang TIRBR untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Menuju
Kemandirian Bangsa dengan indicator kinerja Kelaikan Teknologi
Smart Level Crossing :
 Korespondensi proses kelaikan Smart Level Crossing
 PermenHub No.94/2018 yang mengadopsi SLC

LKIP TIRBR 2018


Scanned by CamScanner
RISALAH RAPAT

Hari/ Tanggal Rabu,12 September 2018


Tempat R Rapat Lt.9 GKP PT INTI, Jl. Moh Toha Bandung No 77
Waktu 10.00-selesai
Materi Tindak lanjut surat dari kemenhub
Peserta INTI, BPPT, Kemenristek, Kemenhub(DJKA)

1 Pembukaan
Rapat dibuka Leader Project Manager PT INTI / Bpk Dadang Mukti
2 Agenda
1. Audio Teknologi
2. Sertifikasi Produk
3. E-Katalog LKPP
4. Lainnya
3 Pembahasan
1. Audit Teknologi
Audit dilakukan oleh BPPT, dan jadwal pelaksanaannya akan disampaikan Rabu,
19 September 2018. BPPT akan mengirimkan daftar dokumen yang diperlukan
untuk proses audit ke PT INTI.
PT INTI diminta mempersiapkan seluruh kelengkapan dokumen pendukung
proses audit teknologi.
2. Sertifikasi Produk
PT INTI akan mengajukan sertifikasi produk dengan aturan acuan sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri nomor 44 tahun 2018 Poin 5.4 mengenai pengamanan
perlintasan sebidang
2. Peraturan Direktur Jenderal Perkeretaapian KA.405 tahun 2016 tentang tata
cara dan prosedur pengesahan kualitas system dan komponen fasilitas
pengoperasian kereta api.

PT INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA


Jl. Moh. Toha 77, Bandung 40253, Indonesia; Telp +62-22-5201501
Penerbit : Bagian Pengembangan Bisnis, Divisi Pengembangan Bisnis & Produk
RISALAH RAPAT

3. E-Katalog LKPP
Sesuai dengan peraturan terbaru dari LKPP, User (Kemenhub / DJKA) yang harus
mengajukan surat permohonan produk terlebih dahulu.
PT INTI akan mengirimkan spesifikasi teksnis produk, brosur produk, & gambar
desain.
4. Lainnya
Kemenhub meminta PT INTI untuk membalas / menindaklanjuti surat yang telah
dikirimkan pada 7 September 2018.

Demikian risalah rapat ini dibuat, untuk digunakan sebagaimana mestinya.

PT INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA


Jl. Moh. Toha 77, Bandung 40253, Indonesia; Telp +62-22-5201501
Penerbit : Bagian Pengembangan Bisnis, Divisi Pengembangan Bisnis & Produk
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PM 94 TAHUN 2018
TENTANG
PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG
ANTARA JALUR KERETA API DENGAN JALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan


atau disebut perlintasan sebidang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian;
b. bahwa masih banyak terdapat perlintasan sebidang yang
belum dikelola dengan baik dan mengakibatkan sering
terjadinya kecelakaan di perlintasan sebidang;
c. bahwa untuk menjamin keselamatan perjalanan kereta
api dan keselamatan masyarakat pengguna jalan di
perlintasan sebidang, serta memberikan payung hukum
dalam pengelolaan perlintasan sebidang yang telah
beroperasi, perlu diatur mengenai peningkatan
keselamatan perlintasan sebidang antara jalur kereta api
dengan jalan;
- 2 -

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang
Peningkatan Keselamatan Perlintasan Sebidang antara
Jalur Kereta Api dengan Jalan;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang


Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Nomor 4722);
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6022);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 264, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5961);
- 3 -

5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang


Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5468);
6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
7. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun
2011 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan
antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain;
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun
2014 tentang Marka Jalan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1244) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 67 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun 2014 tentang
Marka Jalan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 908);
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 49 Tahun
2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1392);
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 56 Tahun 2018 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 814);
- 4 -

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG
ANTARA JALUR KERETA API DENGAN JALAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perlintasan Sebidang adalah perpotongan antara jalan
dengan jalur kereta api.
2. Jalur Kereta Api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian
petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta
api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan
jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.
3. Jalan Rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat
dari baja, beton, atau konstruksi lain yang terletak di
permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung
beserta perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta
api.
4. Ruang Manfaat Jalur Kereta Api adalah jalan rel dan
bidang tanah di kiri dan kanan jalan rel beserta ruang di
kiri, kanan, atas, dan bawah yang digunakan untuk
konstruksi jalan rel dan penempatan fasilitas operasi
kereta api serta bangunan pelengkap lainnya.
5. Ruang Milik Jalur Kereta Api adalah bidang tanah di kiri
dan di kanan ruang manfaat jalur kereta api yang
digunakan untuk pengamanan konstruksi jalan rel.
6. Ruang Pengawasan Jalur Kereta Api adalah bidang tanah
atau bidang lain di kiri dan di kanan ruang milik jalur
kereta api untuk pengamanan dan kelancaran operasi
kereta api.
- 5 -

7. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan


pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan rel dan jalan kabel.
8. Peralatan Keselamatan Perlintasan Sebidang adalah alat
yang digunakan untuk mengamankan pengguna jalan
dan perjalanan kereta api di perlintasan sebidang dengan
menggunakan alat pendeteksi kereta api yang tidak
terhubung dengan persinyalan kereta api, beroperasi
secara otomatis, tanpa penjaga perlintasan sebidang
kereta api, dilengkapi dengan portal pengaman pengguna
jalan, isyarat lampu peringatan, isyarat suara, isyarat
tulisan berjalan, pengendali utama sistem peralalatan,
dan catu daya.
9. Perlengkapan Jalan adalah bangunan atau alat yang
dimaksudkan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi
pengguna jalan dalam berlalu lintas.
10. Isyarat Lampu Peringatan /Larangan adalah isyarat
lampu lalu lintas satu warna berwarna merah yang
terdiri dari satu lampu menyala berkedip atau dua lampu
yang menyala bergantian untuk memberikan peringatan
bahaya kepada pemakai jalan.
11. Isyarat Suara adalah isyarat lalu lintas yang berupa
suara yang menyertai isyarat lampu lalu lintas satu
warna yang memberikan peringatan bahaya kepada
pemakai jalan.
12. Nomor Jalur Perlintasan Langsung yang selanjutnya
disebut Nomor JPL adalah identitas bagi perlintasan
sebidang yang sudah memenuhi persyaratan teknis dan
keselamatan serta sudah dikelola oleh pemerintah
daerah, badan usaha/lembaga, dan/atau penyelenggara
prasarana perkeretaapian.
- 6 -

13. Menteri adalah Menteri Perhubungan.


14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal
Perkeretaapian.

BAB II
PENGELOLAAN PERLINTASAN SEBIDANG

Bagian Kesatu
Kriteria Perlintasan Sebidang

Pasal 2
(1) Untuk menjamin keselamatan perjalanan kereta api dan
keselamatan masyarakat pengguna Jalan, Perlintasan
Sebidang yang telah beroperasi sebelum Peraturan
Menteri ini berlaku dan belum dilengkapi dengan
Peralatan Keselamatan Perlintasan Sebidang, harus
dilakukan pengelolaan oleh:
a. Menteri, untuk Jalan nasional;
b. gubernur, untuk Jalan provinsi;
c. bupati/wali kota, untuk Jalan kabupaten/kota dan
Jalan desa; dan
d. badan hukum atau lembaga, untuk Jalan khusus
yang digunakan oleh badan hukum atau lembaga.
(2) Pengelolaan Perlintasan Sebidang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk:
a. Perlintasan Sebidang yang telah diberi Nomor JPL
oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian yang
belum dijaga dan/atau tidak berpintu;
b. Perlintasan Sebidang yang tidak memiliki
Nomor JPL, tidak dijaga, dan/atau tidak berpintu
dengan lebar Jalan lebih dari 2 m (dua meter); dan
c. Perlintasan Sebidang yang telah diberi dan/atau
belum diberi Nomor JPL, serta sudah dijaga yang
belum memenuhi aspek keselamatan.
- 198 -

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM 94 TAHUN 2018
TENTANG
PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN
SEBIDANG ANTARA JALUR KERETA API
DENGAN JALAN

BENTUK DAN UKURAN PERALATAN KESELAMATAN


PERLINTASAN SEBIDANG

Portal pengam an pengguna jalan


P a n ja n g m a x P o r ta l 7 . 5 m
u n tu k s a tu L a tu r
- 199 -

Portal pen gam an p engguna jalan


Panjang max Portal 7.5 m

T i a n g 5 In c
- 200 -

Isyarat Lampu,
Isyarat Suara dan V M S P V S is te m

Dengan m enggunakan tiang lurus


P a n ja n g T ia n g m a x 5 m

Is y a ra t L a m p u

E
1
0 .3 7 3 m

B a ta s j a la n B a ta s ja la n

JiL
B a d a n ja la n '■ P o n d a s i

«■ ■»
- 201

A lat P endeteksi
K ereta Api
- 202 -

P e n g e n d ali U ta m a
Panjang Tiang max 4 m
di tambah 0.5 m untuk PV
Sistem
- 203 -

R u m ija

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

BUDI KARYA SUMADI


Salinan sesuai dengan aslinya
LAMPIRAN

Bukti Pendukung LKIP TIRBR Tahun 2018 :

Sasaran Program II (dua) Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring


Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi di Bidang TIRBR
untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa dengan
indicator kinerja Audit Teknologi LRT Jabodebek :
 Laporan Audit LRT Jabodebek

LKIP TIRBR 2018


BUKU 1
RAMS - LRT

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................... iv
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................................................... 2
1.3. Lingkup Kegiatan ..................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
2.1. Standard .................................................................................................................................. 3
2.2. Terminologi ............................................................................................................................. 3
2.3. Sistem Life Cycle...................................................................................................................... 8
2.4. Organisasi RAMS di PT. INKA ................................................................................................ 13
2.5. Perencanaan RAM (RAM PLAN) ............................................................................................ 14
2.6. Perencanaan Keselamatan (SAFETY PLAN) Kajian RAM - LRT............................................... 15
BAB III .................................................................................................................................................... 16
BAB IV.................................................................................................................................................... 19
BAB V..................................................................................................................................................... 24
5.1. Persyaratan Subsistem Bogie [12] ........................................................................................ 24
5.2. Persyaratan Subsistem Door [11] ......................................................................................... 25
5.3. Persayaratan Subsistem AC [13] ........................................................................................... 28
5.4. Persyaratan Subsistem Pemipaan [15] ................................................................................. 30
5.5. Persyaratan Subsistem Wiring [14]....................................................................................... 31
BAB VI.................................................................................................................................................... 34
6.1. Reliabilitas Availability Maintainability (RAM) Subsistem .................................................... 34
6.2. Analisa RAM Subsistem Bogie ............................................................................................... 40
6.2.1. Desain Subsistem Bogie ................................................................................................ 40
6.2.2. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) Subsistem Bogie................................................. 49
6.2.3. Analisa Reliabilitas Subsistem Bogie ............................................................................. 50
6.2.4. Analisa Availability ........................................................................................................ 54
6.2.5. Analisa Maintainability.................................................................................................. 57
6.3. Analisa RAM Subsistem Door ................................................................................................ 60
6.3.1. Skematik Diagram Subsistem Door ............................................................................... 60
6.3.2. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) Subsistem Door.................................................. 62
6.3.3. Analisa Reliabilitas ........................................................................................................ 63
6.3.4. Analisa Availability ........................................................................................................ 67
6.3.5. Analisa Maintainability.................................................................................................. 70

i
RAMS - LRT

6.4. Analisa RAM Subsistem AC ................................................................................................... 73


6.4.1. Skematik Diagram Subsistem AC .................................................................................. 73
6.4.2. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) subsistem AC ..................................................... 73
6.4.3. Analisa Reliabilitas ........................................................................................................ 74
6.4.4. Analisa Availability ........................................................................................................ 79
6.4.5. Analisa Maintainability.................................................................................................. 82
6.5. Analisa RAM Subsistem Piping .............................................................................................. 84
6.5.1. Skematik Diagram Subsistem Piping ............................................................................. 84
6.5.2. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) subsistem Piping ................................................ 84
6.5.3. Analisa Reliabilitas Subsistem Piping ............................................................................ 85
6.5.4. Analisa Availability ........................................................................................................ 90
6.5.5. Analisa Maintainability.................................................................................................. 93
6.6. Analisa RAM Subsistem Wiring dan Kontrol Panel ............................................................... 96
6.6.1. Skematik Diagram Subsistem Wiring dan Kontrol Panel .............................................. 96
6.6.2. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) subsistem Wiring ............................................... 96
6.6.3. Analisa FMEA Subsistem Wiring dan Kontrol Panel ...................................................... 97
6.6.4. Analisa Reliabilitas Subsistem Wiring dan Kontrol Panel .............................................. 97
6.6.5. Analisa Availability ...................................................................................................... 102
6.5.6. Analisa Maintainability................................................................................................ 106
BAB VII................................................................................................................................................. 109
7.1. Kajian Keselamatan LRT ...................................................................................................... 109
7.2. Kajian Keselamatan Subsistem ........................................................................................... 109
7.3.1. Kajian Keselamatan Subsistem Bogie ......................................................................... 109
7.3.2. Kajian Keselamatan Subsistem Door .......................................................................... 120
7.3.3. Kajian Keselamatan Subsistem AC .............................................................................. 141
7.3.4. Kajian Keselamatan Subsistem Pemipaan .................................................................. 150
7.3.5. Kajian Keselamatan Subsistem Wiring dan Kontrol Panel .......................................... 159
BAB VIII................................................................................................................................................ 164
8.1. Kesimpulan.......................................................................................................................... 164
8.2. Rekomendasi ....................................................................................................................... 166

ii
RAMS - LRT

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. LRT - Jabodebek ........................................................................................................................... 1


Gambar 2. Konsep RAMS ................................................................................................................................ 2
Gambar 3. Sistem dan Subsubsistem .......................................................................................................... 4
Gambar 4. System Life Cycle ......................................................................................................................... 8
Gambar 5. Diagram Alir Metodologi RAMS - LRT.................................................................................... 18
Gambar 6. Konsep Availability ..................................................................................................................... 35
Gambar 7. Bogie Steering , atas : tanpa bogie, bawah : dengan bogie............................................. 40
Gambar 8. Peredaman ketidak rataan rel oleh BOGIE ........................................................................... 40
Gambar 9. Subsistem Bogie ......................................................................................................................... 41
Gambar 10. Sub Subsistem Bogie Frame (Side Beam) ......................................................................... 42
Gambar 11. Sub Subsistem Bogie Frame (Transom) ............................................................................. 43
Gambar 12. Sub Subsistem Wheelset Assembly .................................................................................... 44
Gambar 13. Sub Subsistem Axle Box ........................................................................................................ 45
Gambar 14. Sub Subsistem Bogie to Car body Connection ................................................................ 46
Gambar 15. Sub Subsistem Secondary Suspension .............................................................................. 47
Gambar 16. Sub Subsistem Primary Suspension ................................................................................... 48
Gambar 17. Reliabilitas Block Diagram Subsistem Bogie .................................................................... 51
Gambar 18. Door Engine............................................................................................................................... 60
Gambar 19. Electric Circuit dari komponen elektrik Door Engine ...................................................... 60
Gambar 20. Door Engine Structure ............................................................................................................. 61
Gambar 21. Diagram Subsistem Piping Pada komponen Door ........................................................... 61
Gambar 22. Reliabilitas Block Diagram Subsistem Door ...................................................................... 64
Gambar 23. Skematik Diagram AC .............................................................................................................. 73
Gambar 24. Reliability Block Diagram Subsistem AC ............................................................................ 75
Gambar 25. Subsubsistem dalam Piping .................................................................................................. 84
Gambar 26. RBD Brake Control Equipment Piping ................................................................................ 86
Gambar 27. RBD Door Equipment Piping ................................................................................................. 87
Gambar 28. RBD Current Collector Device Piping .................................................................................. 87
Gambar 29. RBD Air Suspension Piping ................................................................................................... 87
Gambar 30. Gambar Skematik Wiring Utama ........................................................................................... 96
Gambar 31. Reliabilitas Block Diagram Wiring sampai dengan Kontrol Panel Propulsi .............. 98
Gambar 32. Reliabilitas Block Diagram Wiring sampai dengan Kontrol Panel AC ........................ 98

iii
RAMS - LRT

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pembagian Sistem, Subsistem, Subsubsistem dan Komponen dalam LRT ...................... 5
Tabel 2. Aktivitas RAM dan Safety LRT ....................................................................................................... 9
Tabel 3. RAM PLAN Kajian RAM - LRT ....................................................................................................... 14
Tabel 4. SAFETY PLAN Kajian RAM - LRT ................................................................................................ 15
Tabel 5. Hasil Verifikasi RAM - LRT ............................................................................................................ 20
Tabel 6. Hasil Verifikasi RAM - LRT ............................................................................................................ 21
Tabel 7. Hasil Verifikasi Aktivitas Safety ................................................................................................... 22
Tabel 8. Hasil Verifikasi Aktivitas Safety ................................................................................................... 23
Tabel 9. Spesifikasi Komponen AC ............................................................................................................. 28
Tabel 10. Contoh Form dalam Preventive Maintenance [17] ................................................................ 36
Tabel 11. Contoh Corrective Maintenance [17] ........................................................................................ 36
Tabel 12 Kategori Frekuensi Gangguan [2] .............................................................................................. 37
Tabel 13 Kategori Severity [2] ...................................................................................................................... 38
Tabel 14 Risk Matriks [2] .................................................................................................................................. 38
Tabel 15 Nilai Risk Matrix [2] ........................................................................................................................ 39
Tabel 16 Kategori Deteksi [16]...................................................................................................................... 39
Tabel 17. Parameter Reliabilitas Subsistem Bogie [7] ........................................................................... 51
Tabel 18. Urutan Reliabilitas Komponen Subsistem Bogie [7] ............................................................ 52
Tabel 19. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Reliabilitas Subsistem Bogie ................................... 53
Tabel 20. Data Parameter Availability [7] ................................................................................................... 54
Tabel 21. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Availability Subsistem Bogie ................................... 56
Tabel 22. Data Parameter Maintainability Subsistem Bogie [7] ........................................................... 57
Tabel 23. Nilai Initial Maintainability Subsistem Bogie [7] .................................................................... 57
Tabel 24. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Maintainability Subsistem Bogie ............................ 59
Tabel 25. Parameter Reliabilitas Subsistem Door [9] ............................................................................. 63
Tabel 26. Urutan Reliabilitas Komponen Subsistem Door [9] .............................................................. 65
Tabel 27. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Reliabilitas Subsistem Door ..................................... 66
Tabel 28. Data Parameter Availability [9] ................................................................................................... 67
Tabel 29. Nilai Availability Komponen ...................................................................................................... 67
Tabel 30. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Availability Subsistem Door ..................................... 69
Tabel 31. Data Parameter Maintainability .................................................................................................. 70
Tabel 32. Hasil Perhitungan Maintainability Subsistem Door .............................................................. 70
Tabel 33. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Maintainability Subsistem Door .............................. 72
Tabel 34. Parameter Reliabilitas Subsistem AC [6] ................................................................................ 75
Tabel 35. Urutan Reliabilitas Komponen Subsistem AC [6] ................................................................. 76

iv
RAMS - LRT

Tabel 36. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Reliabilitas Subsistem AC ........................................ 78


Tabel 37. Data Parameter Availability [6] ................................................................................................... 79
Tabel 38. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Availability Subsistem AC ....................................... 81
Tabel 39. Data Parameter Maintainability Subsistem AC [6] ................................................................ 82
Tabel 40. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Maintainability Subsistem AC ................................. 83
Tabel 41. Parameter Reliabilitas Subsistem Piping [6] .......................................................................... 86
Tabel 42. Urutan Reliabilitas Komponen ................................................................................................... 88
Tabel 43. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Reliabilitas Subsistem Piping .................................. 89
Tabel 44. Data Parameter Availability [6] ................................................................................................... 90
Tabel 45. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Availability Subsistem Piping .................................. 92
Tabel 46. Data Parameter Maintainability Subsistem Piping [6] .......................................................... 93
Tabel 47. Nilai Initial Maintainability Subsubsistem Piping .................................................................. 94
Tabel 48. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Maintainability Subsistem Piping ........................... 95
Tabel 49. Parameter Reliabilitas Subsistem Wiring dan Kontrol Panel [6] ....................................... 97
Tabel 50. Urutan Reliabilitas Subsistem Wiring Pada Panel Propulsi [6] ......................................... 99
Tabel 51. Urutan Reliabilitas Subsistem Wiring pada Panel AC [6].................................................. 100
Tabel 52. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Reliabilitas Subsistem Wiring ............................... 101
Tabel 53. Data Parameter Availability Subsistem Wiring Untuk Panel Propulsi [6] ..................... 102
Tabel 54. Data Parameter Availability Subsistem Wiring Untuk Panel AC [6] ............................... 102
Tabel 55. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Availability Subsistem Wiring ............................... 105
Tabel 56. Parameter Maintainability Subsistem Wiring untuk Melayani Panel Propulsi ............. 106
Tabel 57. Parameter Maintainability Subsistem Wiring untuk Melayani Panel AC ....................... 106
Tabel 58. Langkah Untuk Meningkatkan Nilai Maintainability Subsistem Wiring ......................... 107
Tabel 59. Identifikasi Hazard Subsistem Bogie ..................................................................................... 110
Tabel 60. Efek Failure Terhadap Subsistem dan Sistem ..................................................................... 112
Tabel 61. Tingkat Severity Subsistem Bogie .......................................................................................... 114
Tabel 62. Tindakan Untuk Mereduksi Resiko ......................................................................................... 118
Tabel 63. Identifikasi Hazard Subsistem Door ....................................................................................... 120
Tabel 64. Efek Failure Terhadap Subsistem Door ................................................................................. 122
Tabel 65. Tingkat Severity Subsistem Door ............................................................................................ 127
Tabel 66. Urutan Resiko subsistem Door Berdasarkan Nilai RPN .................................................... 133
Tabel 67. Tindakan Untuk Mereduksi Resiko ......................................................................................... 138
Tabel 68. Identifikasi Hazard Subsistem AC ........................................................................................... 141
Tabel 69. Efek Failure Terhadap Subsistem dan Sistem ..................................................................... 143
Tabel 70. Tingkat Severity Subsistem AC ............................................................................................... 145
Tabel 71. Urutan Resiko subsistem Pemipaan Berdasarkan Nilai RPN .......................................... 147
Tabel 72. Tindakan Untuk Mereduksi Resiko ......................................................................................... 148

v
RAMS - LRT

Tabel 73. Identifikasi Hazard Subsistem Piping .................................................................................... 150


Tabel 74. Efek Failure Terhadap Subsistem dan Sistem ..................................................................... 152
Tabel 75. Tingkat Severity Subsistem Pemipaan .................................................................................. 154
Tabel 76. Urutan Resiko subsistem Pemipaan Berdasarkan Nilai RPN .......................................... 156
Tabel 77. Tindakan Untuk Mereduksi Resiko ......................................................................................... 157
Tabel 78. Identifikasi Hazard Subsistem Wiring dan Kontrol Panel ................................................. 159
Tabel 79. Efek Failure Terhadap Subsistem dan Sistem ..................................................................... 160
Tabel 80. Tingkat Severity Subsistem Wiring dan Kontrol Panel...................................................... 161
Tabel 81. Urutan Resiko subsistem Wiring dan Kontrol Panel Berdasarkan Nilai RPN .............. 162
Tabel 82. Tindakan Untuk Mereduksi Resiko ......................................................................................... 163
Tabel 83. Nilai Inisial RAM – LRT ............................................................................................................... 164
Tabel 84. Nilai Risk Priority Number (RPN) ............................................................................................. 164
Tabel 85.Langkah Untuk Mereduksi Resiko Pada Setiap Subsistem ............................................... 165

vi
BUKU 2


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................................................................................................ 2

PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................................................................................................... 3

1. FMEA Door ........................................................................................................................................................................................................................................ 1

2. FMEA AC ........................................................................................................................................................................................................................................... 6

3. FMEA Bogie ...................................................................................................................................................................................................................................... 8

4. FMEA Piping .................................................................................................................................................................................................................................. 14

5. FMEA Wiring dan Kontrol Panel .................................................................................................................................................................................................... 16


BUKU 3

i
PENDAHULUAN

FMEA – SAFETY LRT merupakan alat untuk menganalisa potensi jenis-jenis gangguan, efek gangguan, serta tindakan pencegahan pada komponen/ subsistem, dalam

buku 2 ini fokus padaFMEA – SAFETY terkait dengan subsistem Bogie, subsistem Door, subsistem AC, subsistem Piping dan subsistem wiring. Dalam pembuatan FMEA

ini mendapat masukan dari PT. INKA berdasarkan pengalaman lapangannya. FMEA – SAFETY LRT ini disusun tidak seluruh subsubsistem disusun FMEA nya hanya

beberapa subsubsistem yang dijadikan sebagai contoh. Adapun detail subsistem dan subsubsistem yang menjadi bagian dalam pembuatan FMEA adalah sebagai

berikut :

1. Subsistem Bogie

2. Subsistem Door

3. Subsistem AC

4. Subsistem Piping ( subsubsistem Brake Control Piping, subsubsistem Current Collector Device Piping, subsubsistem Door Piping, dan subsubsistem Air

Suspension Piping )

5. Subsistem Wiring ( lingkupnya wiring sampai dengan panel sistem propulsi dan wiring sampai dengan panel AC )

Dalam FMEA ini penentuan nilai Severity (S), Frekuensi/ Occurance (F) dan Deteksi (D) berdasarkan expert judgement, sehingga nilai Risk Priority Number (RPN)

merupakan perkalian S x F x D, artinya semakin besar nilai RPN maka perlu dilakukan reduksi untuk meningkatkan keselamatan subsistem secara teoritis.

ii
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................................................................................................. iii

1. FMEA Door ........................................................................................................................................................................................................................................ 1

2. FMEA AC ........................................................................................................................................................................................................................................... 2

3. FMEA Bogie ...................................................................................................................................................................................................................................... 4

4. FMEA Piping ...................................................................................................................................................................................................................................... 9

5. FMEA Wiring dan Kontrol Panel .................................................................................................................................................................................................... 11

iii
ASET REGISTER
LRT JABODEBEK

BUKU 4
ASET REGISTER

Nama Aplikasi : Sistem Aset Register (SAR)

Spesifikasi :

1. Berbasis web

2. PHP 5

3. Database Mysql Versi 5.0.11

4. Server CentOS

Persyaratan :

1. Menggunakan koneksi internet

2. Menggunakan web browser (Chrome, Mozilla Firefox dall)

Tujuan :

1. Melakukan inventarisasi komponen dan sub komponen

2. Menyediakan informasi spesifikasi dari masing-masing komponen

3. Mempermudah dalam melakukan pencarian komponen pada aplikasi jika terjadi


gangguan atau kerusakan

Metodologi cara penggunaan :

Untuk melakukan akses terhadap sistem di perlukan koneksi internet dengan


memasukkan alamat URL pada sebuah browser.
Maka akan tampil halaman login seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Halaman Login

Masukkan username dan password untuk masuk ke dalam sistem. Setelah berhasil
login maka akan tampil halamn utama Aset Register yang terdiri dari 3 menu yaitu

1. Komponen

2. FMEA

3. Logout

Tampilan halamn login terlampir pada gambar 2.

Gambar 2. Halaman utama sistem


Berikut adalah halaman Komponen sistem.

Gambar 3. Halaman Komponen


LAPORAN AKHIR
Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Di Bidang Teknologi Perkeretaapian

SPJ-19/D1/INKA/2018
24/PKS/PB/BPPT/III/2018

Pusat Pelayanan Teknologi


BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Gedung II BPPT Lantai 8
Jl. MH.Thamrin No.8 – Jakarta 10340
Telp: (021) 3169276 Fax: (021) 31923518

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, karena atas kehendak-Nya telah selesai
disusun Laporan Akhir Program Kereta Api Ringan/Light Rail Transit (LRT) Terintegrasi di
wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (JABODEBEK) oleh team LRT yang merupakan
hasil kerjsama antara BPPT dengan mitra kerja ITB, ITS, UNS & UI.

Laporan akhir ini memberikan gambaran secara menyeluruh sesuai ruang lingkup kerjasama
antara BPPT dengan PT INKA mengenai hasil kegiatan pelaksanaan pendampingan BPPT
dalam kegiatan pembangunan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit (LRT) Terintegrasi di
wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (JABODEBEK). Dokumen ini merupakan bentuk
pertanggung-jawaban pelaksanaan kegiatan LRT terhadap hasil dari sasaran yang telah
dicapai hingga akhir Tahun 2018. Kontrak kerjasama pengkajian dan penerapan teknologi di
bidang teknologi perkeretaapian ini telah dimulai sejak ditanda tanganinya kontrak kerjasama
antara BPPT dgn PT INKA pada tanggal 13 Maret 2018 dengan tujuan untuk menunjang
pengembangan dan pembangunan industri perkeretaapian nasional, khususnya untuk
menunjang proyek pembangunan sarana Light Rail Transit (LRT) Jabodebek yang dikerjakan
oleh PT. INKA (Persero).

Kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi ini telah selesai melaksanakan beberapa
kegiatan utama, yaitu 1. Review Desain, Verifikasi & Validasi Desain sampai dengan
pengujian; 2. Perhitungan Reliability, Availability, Maintainability & Safety (RAMS); 3.
Controlling Project Management; dan 4. Pengawasan terhadap Quality Process. Dalam
laporan akhir ini disampaikan secara rinci dan jelas terkait dengan hasil kegiatan sesuai
dengan ruang lingkup, tujuan, manfaat serta alur penerapannya di PT INKA.

Akhir kata, semoga Laporan Akhir ini dapat memberi gambaran yang jelas mengenai proyek
pembangunan sarana Light Rail Transit (LRT) Jabodebek ini sebagai dasar didalam menilai
dan mengevaluasi hasil desain, proses manufaktur sampai dengan pengujian pada komponen
LRT yang telah dilaksanakan di PT INKA.

Jakarta, Januari 2019

Tim Penyusun

Kegiatan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek BPPT

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 9

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................ 9

1.2 CAKUPAN DAN ORGANISASI KEGIATAN .......................................................... 10

BAB 2 ORGANISASI PENYELESAIAN PEKERJAAN ...................................................... 12

2.1 MANAJEMEN TROIKA ......................................................................................... 12

2.2 Kelompok Kerja Mekanikal.................................................................................... 13

2.3 Kelompok Kerja Elektrikal dan RAMS ................................................................... 13

2.4 Kelompok Kerja Pengujian & Quality Process ....................................................... 14

2.5 Kelompok Kerja Integrasi Sarana.......................................................................... 14

2.6 Kelompok Audit Teknologi .................................................................................... 15

BAB 3 SUPERVISI MEKANIKAL ..................................................................................... 16

3.1 Review Analisis Struktur Car Body LRT ................................................................ 16

3.1.1 Hasil Analisis Struktur Beban Statik ............................................................... 17

3.1.2 Analisis Crashworthiness ............................................................................... 19

3.1.3 Kesimpulan Hasil Analsis Beban Statis dan Crashworthiness ........................ 22

3.2 Review Engineering Design & Transfer Technogy Mask of Car ............................ 23

3.2.1 Lingkup Pekerjaan Yang Sudah Diselesaikan ................................................ 23

3.3 Review Prosedur Pengelasan Aluminium ............................................................. 28

3.3.1 Ruang Lingkup Pekerjaan .............................................................................. 28

3.3.2 Metodologi ..................................................................................................... 28

3.3.3 Standar Keberterimaan .................................................................................. 29

3.3.4 Laporan Kemajuan ........................................................................................ 31

3.4 B2TKS – Pengujian Struktur ................................................................................. 40

BAB 4 RAMS DAN SUPERVISI ELEKTRIKAL................................................................. 41

4.1 Latar belakang ...................................................................................................... 41

3
4.1.1 V-Cycle .......................................................................................................... 41

4.1.2 Sistem Life Cycle ........................................................................................... 42

4.1.3 Definisi ........................................................................................................... 43

4.2 Tujuan dan Sasaran.............................................................................................. 45

4.2.1 Tujuan............................................................................................................ 45

4.2.2 Sasaran dan Lingkup Kegiatan ...................................................................... 45

4.2.3 Metodologi ..................................................................................................... 46

4.3 Konsep ................................................................................................................. 48

4.4 Sistem Definisi dan Konsep Operasi ..................................................................... 48

4.5 Analisa Resiko dan Evaluasi ................................................................................. 50

4.6 Supervisi Elektrikal - Review Passenger Information Display ................................ 50

BAB 5 PENGUJIAN ......................................................................................................... 52

5.1 Pengujian Noise dan Vibrasi ................................................................................. 52

5.1.1 Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 52

5.1.2 Ruang Lingkup Pengukuran........................................................................... 52

5.1.3 Pengukuran Kebisingan ................................................................................. 53

5.1.4 Evaluasi Kenyamanan Terhadap Tingkat kebisingan yang Terukur ............... 55

5.1.5 Hasil Pengukuran Getaran ............................................................................. 56

5.1.6 Kesimpulan .................................................................................................... 57

5.2 Advokasi dan Pengukuran Sistem HVAC dan Insulasi Panas ............................... 57

5.2.1 Tujuan dan Manfaat ....................................................................................... 57

5.2.2 Metodologi ..................................................................................................... 58

5.2.3 Analisa dan Hasil ........................................................................................... 58

5.2.4 Resume dan Saran ........................................................................................ 58

5.3 Pengukuran HVAC................................................................................................ 59

5.3.1 Tujuan............................................................................................................ 59

5.3.2 Standar Acuan ............................................................................................... 59

5.3.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 60

5.3.4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 60

4
5.3.5 Kesimpulan .................................................................................................... 63

5.3.6 Saran dan Kendala ........................................................................................ 63

5.4 Pengujian Fire Retardant & Toxicity ...................................................................... 63

5.4.1 Rencana Kegiatan ......................................................................................... 63

5.4.2 Pengujian Flame Retardancy ......................................................................... 64

5.4.3 Keberterimaan Hasil Uji Flame Retardancy ................................................... 64

5.5 B2TA3 – Usulan Uji Ukur Noise – Transmission Loss ........................................... 65

5.5.1 Model Uji........................................................................................................ 65

5.5.2 Output dan Standar Pengukuran.................................................................... 66

5.5.3 Metoda Pengukuran....................................................................................... 66

5.5.4 Pengukuran ................................................................................................... 68

BAB 6 AUDIT TEKNOLOGI ............................................................................................. 69

6.1 Latar Belakang...................................................................................................... 69

6.1.1 Dasar Hukum Pelaksanaan Audit Teknologi .................................................. 69

6.1.2 Pengertian Audit Teknologi ............................................................................ 69

6.1.3 Urgensi Audit Teknologi ................................................................................. 70

6.1.4 Tujuan Audit Teknologi .................................................................................. 70

6.1.5 Sifat Pelaksanaan Audit Teknologi................................................................. 72

6.1.6 Peran dan Fungsi Audit Teknologi ................................................................. 72

6.2 Pekerjaan Audit Teknologi .................................................................................... 73

6.3 Pelaksanaan Audit Teknologi ................................................................................ 73

6.3.1 Pre Audit ........................................................................................................ 73

6.3.2 Quick Asesmen.............................................................................................. 73

6.3.3 Asesmen Audit Teknologi .............................................................................. 80

6.4 Pengawasan Mutu ................................................................................................ 81

6.4.1 Ruang lingkup ................................................................................................ 82

6.4.2 Monitoring Aktivitas Audit Teknologi .............................................................. 82

6.4.3 Evaluasi Audit Teknologi ................................................................................ 83

6.5 Hasil Kegiatan Audit Teknologi ............................................................................. 83

5
BAB 7 INTEGRASI SARANA & PRASARANA ................................................................. 85

7.1 PENUGASAN TENAGA AHLI ............................................................................... 85

7.1.1 Personil LRT Madiun ..................................................................................... 85

6
LAMPIRAN

Bukti Pendukung LKIP TIRBR Tahun 2018 :

Sasaran Program II (dua) Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring


Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi di Bidang TIRBR
untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa dengan
indicator kinerja Kliring Teknologi FS Kereta api Jakarta – Surabaya:
 Surat Pengiriman Laporan & Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan
 Surat Pernyataan dari Kementerian Perhubungan

LKIP TIRBR 2018


.KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKttORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
JL.MttDAN MERDEKA BARAT NO.8 TELP:(021)3506204:3856836 FAX:(021)3860758
JAKARTA 10110 3505557,3505558 3813972
3505559,3506526

Nomor : ?b0 /b?. /OC?k /xu /Z.fA Jakarta, I Desember 2018


Klasifikasi : Segera
Lampiran : -
Perihal . Rekomendasi Studi Kelayakan Kepada
Peningkatan Kecepatan Kereta Api Yth. Kepala Pusat Pelayanan
Koridor Jakarta - Surabaya Teknologi BPPT
di-
JAKARTA

Mengacu pada Perjanjian Kerja sama (pKS) antara Direktorat Jenderal


Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dengan Badan pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nomor HK.2o1tA.13TtDJKN hl
dan
21lPKSBPPT-Ditjen KN412017 dan berdasarkan Keputusan presiden
Republik lndonesia Nomor 24 Tahun 201a tentang Tim Nasional
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, maka saat ini satker
Pengembangan Lalu Lintas dan peningkatan Angkutan Kereta Api
Kementerian Perhubungan mengadakan kontrak kerja dengan pusat
Pelayanan Teknologi BPPT tentang pendampingan studi kelayakan
Peningkatan Kecepatan Kereta Api Koridor Jakarta - Surabaya.

2. Rekomendasi Pekerjaan studi Kelayakan dan penlngkatan TKDN di


bidang Perkeretaapian ini akan dijadikan acuan dalam implementasi
Pekerjaan Peningkatan Kecepatan Kereta Api Koridor Jakarta Surabaya
pada tahun 2019.
-

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan


terima kasih.

AN KEREttA APi

.Sc
a Madya (lv/d)
NIP.196210051989031001

Tembusan:
1. Direktur Jenderal Perkeretaapian;
2. Deputi Bidang Teknologi lndustri Rancang Bangun
dan Rekayasa BPPT.
LAMPIRAN

Bukti Pendukung LKIP TIRBR Tahun 2018 :

Sasaran Program II (dua) Termanfaatkannya Audit Teknologi, Kliring


Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi di Bidang TIRBR
untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa dengan
indicator kinerja :
1. Layanan Jasa Teknologi untuk Pengujian Emisi Euro 4
kendaraan bermotor.
 Kontrak Layanan Teknologi

2. Layanan Jasa Teknologi Pengujian Pesawat Terbang Nasional


 Kontrak Layanan Teknologi

3. Layanan Jasa Teknologi Pengujian Sarana dan Prasarana


Kereta Api dan LRT
 Surat Pesanan (Purchase Order (PO)

LKIP TIRBR 2018


BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
BALAI TEKNOLOGI TERMODINAMIKA MOTOR DAN PROPULSI
Kawasan PUSPIPTEK, Gedung 230, SERPONG -TANGERANG SELATAN 1 5314
Tetp: (+62-21) 756 0539 Fax (+62-21) 756 0538

Format : PJT. 03 /rev.07

KONTR,AK PESANAN
LAYANAN JASA TEKNOLOGI
Nomor 260/SPtfi PJT/BT2MP/08/'l I
Tanggal 09 Agustus 2018

&
1 Pemesan
lnstansr/Perusahaan PT. Astra Daihatsu Motor Telpone 021-6510300 ext 5215
NPWP Fax 021 -651 0606
Alamat Jl. Gaya Motor lll No.6 Person Bapak Toni Prasetyo
Sunter ll No.5 Sunter Jakarta Utara

2 Jenis Pemesanan
I xanurasl
[Pensuiian
Lab
[lnsitu I Lasa/Konsuttasi
ILain-tain
3 Rincian Pemesanan
{
Kode
No. Uraian Pekerjaan Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Akun
425289 Uii Emisi Euro 4 Merek DAIHATSU
1 Tipe F653RV-GMRFJ'1.3 (4X2l, MIT '1 Unit 15,400,000 15,400,000
) Tipe F653RV-GQRFJ 1.3 (4X2}. N't 1 Unit 15,400,000 15,400,000

Jumlah 30,800,000
Terbilang : Tiga Puluh Juta Delapan Ribu Rupiah

Catatan:
Eiaya diatas adalah net, tdk termasuk biaya pengiriman-uang dan laln sebagainya;
Biaya diatas tidak dikenakan PPN dan PPh, sesuai surat DirJen. Pajak No. SE-28/PJ.4/1996.

4 Syarat dan cara pembayaran :

a. Pembayaran sebesar 100%, dibayarkan pada saat serah terima pesanan (Laporanisertilikat);
b. Pembayaran tunai kepada Bendaharawan BT2MP atau dikirim melalui rekeningBT2MP-BPPT(biayakirin/[ansferadalahbiayatersendiri danmenjadi
tanggung Jawab Pengirim.

5 Kerahasiaan:
BT2lvlPmenjamin kerahasiaandata milik Pelanggan, termasukdatahasil pengkajian/pengujianikalibrasi yangdilakukandanditerbit(anhanyauntukPelanggan
yang bersangkutan.

6 Benda Uii

a. Segala Kerusakan benda u,i selama proses Pengujian/Kalibrasi tjdak dapat dibebankan kepada BT2MP
b. Hilangnya benda uji, Komponen benda uji maupun tidak berfungsinya benda uji tidak dapat claim kan kepada BT2MP setelah berita serah
tenma benda ujl dilakukan

7 Pelaksanaan, tanggal BT2MP,16 Agustus 2018


Demikian kontak ini dibuat atas kesepakatan bersama para pihak

w
Pesanan, Pemesan,

Dr ( 'Ttvr^ f )

Nama BPn 127 BT2MP apapun, yang meminta tip dengan


apapun mohon dilaporkan kepada sie Ker.jasama dan Pelayanan Jasa Teknologi dan di
No. Rek B N 11 85.0 1.0000 I 1.30.7
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 54 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 55 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 56 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 57 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 58 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 59 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 60 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 61 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 62 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 63 dari 64
BBTA3 | LKIP 2018 Halaman 64 dari 64
.

i6nnfi ;mitEms_T-_,r'!@-

JI
LAMPIRAN

Bukti Pendukung LKIP TIRBR Tahun 2018 :

Sasaran Program III (tiga) Terwujudnya Audit Teknologi, Kliring


Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi di Bidang TIRBR
untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa dengan
indicator kinerja Audit Teknologi Metro Kapsul
 Surat menyurat Audit Metro Kapsul

LKIP TIRBR 2018


LAMPIRAN

Bukti Pendukung LKIP TIRBR Tahun 2018 :

Sasaran Program III (tiga) Terwujudnya Audit Teknologi, Kliring


Teknologi, Alih Teknologi dan Layanan Teknologi di Bidang TIRBR
untuk Peningkatan Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa dengan
indicator kinerja Indek Kepuasan Masyarakat
 Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) YanTek BTH,
B2TA3 dan BTIPDP.

LKIP TIRBR 2018


LAPORAN INDEK KEPUASAN MASYA '

BALAI TEKNOLOGI
HIDRODINAMIKA
BPPT
Hidrodinamika Kampus ITS Surabay-

Website bth.bppt.go.id
:
Tabel 2.Rekapitulasi Hasil Survey Tahun 2018
Balai Teknologi Hidrodinamika - BPPT
NILAI
NILAI UNSUR INTERVAL
NO. UNSUR PELAYANAN PELAYANAN KONVERSI KINERJA
PER UNSUR
PELAYANAN

Kemudahan prosedur pelayanan Jasa Teknologi


1. di BTH — BPPT
3.5 87.5 Sangat Baik

Kesamaan persyaratan pelayanan dengan jenis


2. pelayanan di BTH — BPPT
3.375 84.375 Sangat Baik

Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani


3• Kegiatan Jasa Teknologi di BTH — BPPT 3.5 87.5 Sangat Baik

Kedisiplinan petugas dalam memberikan


4. pelayanan Jasa Teknologi di BTH — BPPT 3.625 90.625 Sangat Baik

Tanggung jawab petugas dalam memberikan


5. pelayanan Jasa Teknologi di BTH — BPPT 3.625 90.625 Sangat Baik

Kemampuan petugas dalam memberikan


6. pelayanan Jasa Teknologi di BTH — BPPT 4.00 100 Sangat Baik

Kecepatan pelayanan Jasa Teknologi di BTH —


7. BPPT 3.375 84.375 Sangat Baik

Keadilan untuk mendapatkan pelayanan jasa


8. Teknologi di BTH — BPPT 3.375 84.375 Sangat Baik

Kesopanan dan keramahan petugas dalam


9. memberikan pelayanan jasa teknologi di BTH — 3.875 96.875 Sangat Baik
BPPT
Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan
1 0' jasa teknologi di BTH — BPPT 3.125 78.125 Baik

Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan


11. dengan biaya yang telah ditetapkan 3.00 75 Baik

Ketepatan pelaksanaan pekerjaan terhadap


12. 3.125 78.125 Baik
jadual waktu pelayanan di BTH — BPPT
Kenyamanan di Iingkungan unit pelayanan BTH —
13. 3.5 87.5 Sangat Baik
BPPT
Keamanan pelayanan di BTH — BPPT
14. 3.375 84.375 Sangat Baik
Ketersediaan fasilitas dalam mendukung Iayanan
15. jasa teknologi di BTH — BPPT 3.625 90.625 Sangat Balk

Mutu Laporan Hasil Pengujian di BTH - BPPT


16. 3.625 90.625 Sangat Baik

9 LAPORAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI BTH TAHUN 2018


Tabel 3. Perhitun an Nilai Indeks Ke uasan Mas arakat Unit Pelayanan
NILAI Nilai Rata-Rata
NILAI ENILAI RATA-RATA Tertimbang
NO. UNSUR PER UNSUR PER UNSUR Per Unsur IKM Unit
PELAYANAN PELAYANAN Pelayanan

1. U1 28 3.5 0.219
2. U2 27 3.375 0.211
3. U3 28 3.5 0.219
4. U4 29 3.625 0.227
5. U5 29 3.625 0.227
6. U6 32 4.00 0.250
7. U7 27 3.375 0.211 3.447
8. U8 27 3.375 0.211 Jika di konversikan
9. U9 31 3.875 0.242 Menjadi

10. U 10 25 3.125 0.195


86.914
11. Ull 24 3.00 0.188
12. U12 25 3.125 0.195
13. U13 28 3.5 0.219
14. U14 27 3.375 0.211
15. U15 29 3.625 0.227

16. U16 29 3.625 0.227

Keterangan:
Ul ski U16 =Unsur Pelayanan yang dinilai oleh responden
Nilai Rata-rata Tertimbang = 0.0625
Nilai Indeks = 3.447

Hasil yang diperoleh pada Tabel 3. Menunjukkan nilai IKM unit pelayanan publik Balai
Teknologi Hidrodinamika - BPPT sebesar 86.914 kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai
interval konversi IKM, mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan pada Tabel 4. Nilai IKM
sebesar 86.914 termasuk dalam kategori mutu pelayanan A dengan kinerja Sangat Balk

12 LAPORAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI BTH TAHUN 2018


Tabel 4. Nilai Persepsi, Nilai Interval, Nilai Interval
Konversi, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit
Pelayanan

NILA1 NILAI KINERJA


NILAI MUTU
INTERVAL INTERVAL UNIT
PERSEPSI PELAYANAN
IKM KONVERSI PELAYANAN
1KM
1 1,00 1,75
- 25 -43,75 D Tidak baik
2 1,76 -2,50 43,76 -62,50 C Kurang Baik
3 2,51 -3,25 62,51 -81,25 B Baik
4 3,26 -4,00 81,26 -100 A Sangat Baik

Secara umum basil survey IKM menggambarkan bahwa kineija unit pelayanan publik
BTH sudah Sangat Baik, namun bila dilihat dari nilai masing-masing unsur pelayanan, ada
unsur pelayanan yang masih harus terus ditingkatkan.

BTH beserta jajarannya terus berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan sumber
daya yang dimiliki secara berkesinambungan dan konsisten agar sasaran mutu dapat
ditingkatkan. Berbagai cara dilakukan oleh "Pemberi Pelayanan Publik" yaitu pegawai BTH
yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pelayanan publik sesuai peraturan perundang-
undangan guna memenuhi harapan "Penerima Pelayanan Publik". Diharapkan "Pemberi
Pelayanan Publik" dapat melaksanakan tugas secara professional sehingga akan meningkatkan
nilai terhadap unsur Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah
ditetapkan dimasa mendatang.

13
I LAPORAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI BTH TAHUN 2018
- ... .
TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN No. Dok :

BALAI TEKNOLOGI
Customer Satisfaction Index (CSI) Tanggal : 12 CM (t441 iL 1 2014
HIDRODINAMIKA

Nama Lengkap : Ben Tanda ✓ pada kolom


Jabatan . 1 s/d 4 sesuai penilaian
Perusahaan/lnstansi : 71. twos,. law*, tic QUM q 1 Tidak Baik
.

Bidang Usaha . 2 : Kurang Baik


Pelanggan Yth. 3 : Balk
Berilah penilaian mengenai tingkat kepuasanterhadap beberapa aspek layanan Balai
Teknologi Hidrodinamika — BPPT (skala 1 s/d 4), setelah pekerjaan 4 : Sangat Baik
selesai/diserahterimakan. Mohon diisi lengkap dan disampaikan secara langsung atau
melalui Fax: (62-31) 5948066. Terimakasih
1 2 3 4
NO ASPEK PENILAIAN •• (.: i ,

1. Bagaimana pemahaman saudara tentang kemudahan prosedur


pelayanan Jasa Teknologi di BTH - BPPT ?
2. Bagaimana pendapat saudara tentang kesamaan persyaratan
pelayanan dengan jenis pelayanan di BTH - BPPT ? V
3. Bagaimana pendapat saudara tentang kejelasan dan kepastian
petugas yang melayani Kegiatan Jasa Teknologi di BTH - BPPT?
4.
memberikan pelayanan Jasa Teknologi di BTH - BPPT ? V
Bagaimana pendapat saudara tentang kedisiplinan petugas dalam

Bagaimana pendapat saudara tentang tanggung jawab petugas

\
5.
dalam memberikan pelayanan Jasa Teknologi di BTH - BPPT ?
6. Bagaimana pendapat saudara tentang Kemampuan petugas dalam
memberikan pelayanan Jasa Teknologi di BTH - BPPT ? V
7. Bagaimana pendapat saudara tentang kecepatan pelayanan Jasa
Teknologi di BTH - BPPT ? v.../
8. Bagaimana pendapat saudara tentang keadilan untuk mendapatkan
N./
pelayanan jasa Teknologi di BTH - BPPT ?

9.
Bagaimana pendapat saudara tentang kesopanan dan keramahan
petugas dalam memberikan pelayanan jasa teknologi di BTH - BPPT 7
10. Bagaimana pendapat saudara tentang kewajaran biaya untuk
V
mendapatkan pelayanan jasa teknologi di BTH - BPPT ?
11. Bagaimana pendapat saudara tentang kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan ?
12. Bagaimana pendapat saudara tentang ketepatan pelaksanaan
V
pekerjaan terhadap jadual waktu pelayanan di BTH - BPPT ?
13. Bagaimana pendapat saudara tentang kenyamanan di Iingkungan unit
pelayanan BTH - BPPT ?

14. Bagaimana pendapat saudara tentang keamanan pelayanan di BTH -
BPPT?
15. Bagaimana pendapat saudara tentang ketersediaan fasilitas dalam
mendukung Iayanan jasa teknologi di BTH - BPPT ? ✓

16. Bagaimana pendapat saudara tentang mutu Laporan Hasil Pengujian


di BTH - BPPT ?
Catatan/Saran/Keluhan Pelanggan (jika ada) :
Tanda Tangan elanggan

( )
Form: 06/BR-PS/16 Rev.00
TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN No. Dok :

BALAI TEKNOLOGI
Customer Satisfaction Index (CSI) Tanggal : 19 Maret 2018
HIDRODINAMIKA
Nama Lengkap : VyA p1\1,■ krefw ∎vi K Ben Tanda ✓ pacia kolom
Jabatan : Vik9t-t,1-3 1 ski 4 sesuai penilaian
Perusahaan/lnstansi : pi 14,,,,,,, _ 1 : Tidak Baik
r- " r‘/. e).•40-I.A6t A
Bidang Usaha 2 : Kurang Baik
Pelanggan Yth. 3 : Baik
Berilah penilaian mengenai tinqkat kepuasanterhadap beberapa aspek layanan Balai
Teknologi Hidrodinamika - BPPT (skala 1 sid 4), setelah pekerjaan 4 : Sangat Baik
selesai/diserahterimakan. Mohan diisi lengkap dan disampaikan secara langsung atau
melalui Fax: (62-31) 5948066. Tenmakasih
1 2 3 4
NO ASPEK PENILAIAN tor .. ,, ,
..

e's 1 .,....,5,,, .' ....0

1. Bagaimana pemahaman saudara tentang kemudahan prosedur


pelayanan Jasa Teknologi di BTH - BPPT ?
2. Bagaimana pendapat saudara tentang kesamaan persyaratan
(./
pelayanan dengan jenis pelayanan di BTH - BPPT ?
3. Bagaimana pendapat saudara tentang kejelasan dan kepastian
petugas yang melayani Kegiatan Jasa Teknologi di BTH - BPPT? V
4. Bagaimana pendapat saudara tentang kedisiplinan petugas dalam
memberikan pelayanan Jasa Teknologi di BTH - BPPT ?
V
5. Bagaimana pendapat saudara tentang tanggung jawab petugas
dalam memberikan pelayanan Jasa Teknologi di BTH - BPPT ?
V
6. Bagaimana pendapat saudara tentang Kemampuan petugas dalam
V
memberikan pelayanan Jasa Teknologi di BTH - BPPT ?
7. Bagaimana pendapat saudara tentang kecepatan pelayanan Jasa
V
Teknologi di BTH - BPPT ?
8. Bagaimana pendapat saudara tentang keadilan untuk mendapatkan
pelayanan jasa Teknologi di BTH - BPPT ? V
Bagaimana pendapat saudara tentang kesopanan dan keramahan
9.
petugas dalam memberikan pelayanan jasa teknologi di BTH - BPPT

10. Bagaimana pendapat saudara tentang kewajaran biaya untuk


mendapatkan pelayanan jasa teknologi di BTH - BPPT ? V
11. Bagaimana pendapat saudara tentang kesesuaian antara biaya yang
V
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan ?
12. Bagaimana pendapat saudara tentang ketepatan pelaksanaan v
pekerjaan terhadap jadual waktu pelayanan di BTH - BPPT ?
13. Bagaimana pendapat saudara tentang kenyamanan di lingkungan unit
pelayanan BTH - BPPT ?
14. Bagaimana pendapat saudara tentang keamanan pelayanan di BTH - v
BPPT?
15. Bagaimana pendapat saudara tentang ketersediaan fasilitas dalam
mendukung layanan jasa teknologi di BTH - BPPT ?
16. Bagaimana pendapat saudara tentang mutu Laporan Hasil Pengujian \J
di BTH - BPPT ?
Catatan/Saran/Keluhan Pelanggan (jika ada) :
Tanda Tangan Pelanggan

( fib )
Form: 06/BR-PS/16 Rev.00
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
BALAI BESAR TEKNOLOGI AERODINAMIKA AEROELASTIKA DAN AEROAKUSTIKA
(National Laboratory for Aerodynamics Aeroelastics and Aeroacoustics Technology)

INDEK KEPUASAN MASYARAKAT/PELANGGAN BBTA3


TAHUN ANGGARAN 2018

JAWABAN RESPONDEN
No. NAMA PELANGGAN (RESPONDEN)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 PT. Chroma International 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3

2 Regio Aviasi Industri 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3 PT Dirgantara Indonesia (Persero) 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4

4 PT Regio Aviasi Industri 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3

5 Pt. Tri artha manunggal 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

6 N219 Amphibi PT DI 4 3 4 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3

7 PT Gamma Energi Pratama 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

8 PT. LASALLEFOOD INDONESIA 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 PT.Sanden Indonesia 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3

Jumlah 34 30 31 30 32 28 29 32 34 31 33 29 31 30

Nilai Rata Rata (NRR) Per Unsur 3,78 3,33 3,44 3,33 3,56 3,11 3,22 3,56 3,78 3,44 3,67 3,22 3,44 3,33

NRR tertimbang per unsur = NRR 0,27 0,24 0,24 0,24 0,25 0,22 0,23 0,25 0,27 0,24 0,26 0,23 0,24 0,24

Jumlah NRR IKM tertimbang 3,42

Konversi IKM Unit Pelayanan = NRR IKM Tertimbang x 25 85,59

KETERANGAN:
1. Nilai Rata Rata (NRR) Per Unsur = Jumlah nilai per unsur : Jumlah kuesioner yang terisi
2. NRR tertimbang per unsur = NRR per unsur x 0,071 (14 unsur pelayanan dg bobot sama)

DAFTAR PERTANYAAN/PERNYATAAN:
1 Prosedur untuk mendapatkan layanan teknologi di BBTA3 mudah dipahami oleh pelanggan.
2 Proses layanan teknologi yang diberikan BBTA3 sesuai dengan persyaratan yang diminta oleh pelanggan.
3 Petugas yang ditunjuk untuk memberikan layanan dapat dikenali dengan jelas oleh pelanggan.
4 BBTA3 selalu menjaga hasil layanan teknologi tetap berkualitas (valid).
5 Petugas memberikan layanan dengan penuh tanggung jawab.
6 Kemampuan petugas pelaksana layanan teknologi sudah memadai.
7 Petugas pemberi layanan bekerja dengan cepat, sesuai harapan pelanggan.
8 Petugas layanan bersikap adil kepada pelanggan dalam memberikan layanannya.
9 Petugas bersikap sopan dan ramah kepada pelanggan.
10 Biaya layanan yang ditetapkan BBTA3 sudah wajar.
11 Pelanggan membayar biaya layanan sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan oleh BBTA3.
12 Layanan yang diberikan selalu tepat waktu sesuai perjanjian yang telah ditetapkan.
13 Pelanggan merasa nyaman berada di ruang tunggu dan di lingkungan BBTA3.
14 Kondisi keamanan di BBTA3 sudah baik.

BBTA3-BPPTKawasan PUSPIPTEK Gedung No. 240, Setu, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia, 15314
Telepon (021) 756 0902 Faksimile (021) 756 0901, Website http://bbta3.bppt.go.id

Anda mungkin juga menyukai