DI RIG PDSI#15.3/110-M
PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA
Oleh:
ii
iii
i
INTISARI
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
V. PENUTUP ..................................................................................................... 55
5.1 Simpulan ................................................................................................. 55
5.2 Saran ....................................................................................................... 56
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
I. PENDAHULUAN
salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan. Lumpur pemboran terdiri dari
cairan, padatan, dan bahan kimia. Lumpur tersebut dibagi menjadi dua macam,
yaitu water-based mud dan oil-based mud. Water-based mud adalah lumpur
pemboran yang fasa kontinyu nya adalah air, sedangkan oil-based mud adalah
lumpur pemboran yang fasa kontinyu nya berupa minyak. Beberapa fungsi dari
lumpur bor tersebut adalah menahan tekanan dari formasi, mengangkat cutting ke
permukaan, mendinginkan dan melumasi bit dan drill string, media dalam
cutting dari formasi. Cutting tersebut berupa padatan yang dikhawatirkan dapat
menghambat proses dari pemboran tersebut. Padatan yang terikut di dalam lumpur
loss, menebalkan mud cake, dan menaikkan solid content di dalam lumpur.
peralatan bor akibat banyaknya padatan di dalam lumpur, dan menyulitkan proses
1
Untuk menghindari hal tersebut, dipasanglah peralatan pengkondisi
Tujuan penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini adalah untuk memenuhi
Sesuai dengan program studi diploma tiga (D-III), maka dalam penulisan
KKW maka penulis membatasi tulisan pada cara kerja dari solid control
equipment.
2
1.4 Sistematika Penulisan
I. PENDAHULUAN
lapangan.
PDSI#15.3/N110-M
V. PENUTUP
3
II. ORIENTASI UMUM
kini selain mengemban peran PSO (Public Service Obligation), Pertamina dituntut
untuk meraih laba dan menciptakan nilai bagi negara dan para pemangku
kepentingan. Oleh karena itu Pertamina kini harus mampu mengelola keseluruhan
spectrum usahanya denga efektif dan efisien. Salah satu kebijaka yang ditempuh
adalah dengan melakukan pemilihan segmen usaha dan pengelolaannya agar dapat
Indonesia (PT. PDSI). PT. Pertamina Drilling Services Indonesia didirakan pada
tanggal 13 Juni 2008, pemegang saham adalah PT. Pertamina (Persero) sebagai
4
2.2 Formasi Lapangan
(Cipunegara) dan timur (Jatibarang) dari Cekungan Jawa Barat Utara, sedangkan
terdiri dari tufa, breksi, aglomerat dan konglomerat alas. Formasi ini diendapkan
awalnya berfasies Fluvio-deltaic sampai fasies marin. Litologi formasi ini diawali
oleh perselingan sedimen batupasir dengan serpih non marin dan diakhiri oleh
diperkirakan 1500 m lebih untuk di pusat dalaman Ciputat. Pada akhir sedimentasi
berupa paparan maupun yang berkembang sebagai reef buildup menandai fase
post rift yang secara regional menutupi seluruh sedimen klastik Formasi
5
Talangakar marin di cekungan Jawa Barat Utara. Perkembangan batugamping
terakhir, ternyata batugamping terumbu juga berkembang pada daerah yang pada
Formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan
setempat berkembang juga batugamping terumbu yang dikenal sebagai Mid Main
Carbonate (MMC).
dan di tempat yang sangat terbatas diendapkan juga batugamping tipis, yang
atas, sampai saat ini yang diyakini sebagai formasi yang menggenerasikan
6
yang terletak di Dalaman Ciputat, Kepuh, Pasirbungur, Cipunegara dan
Jatibarang, yang berfungsi sebagai source pod. Dari sejumlah source pod telah
7
Company Man
Service Rig
Company Superintendent
Chief
Toolpusher Chief Mekanik Chief HSE
Instrumen
Assisten
Driller
Derrickman
Floorman
Roustabout
8
III. DASAR TEORI
antara lain :
3.1.1. Dilution
tidak ada peralatan pengkondisian lumpur yang digunakan atau peralatan yang
digunakan tidak efektif, dilution dapat digunakan sebagai metode utama untuk
menjaga padatan agar tetap rendah. Akan tetapi cara tersebut mahal. Contohnya,
untuk mengurangi padatan hingga 50% maka harus membuang 50% lumpur di
sistem dan diganti dengan lumpur baru. Biasanya dilution digunakan setelah
padatan yang masih tersisa di dalam lumpur. Dilution boleh ditambahkan sebagai
lumpur baru atau fasa cair dari lumpur dengan komposisi lumpur lainnya.2:335)
9
𝑉𝑚 (𝐹𝑐𝑡 − 𝐹𝑐𝑜𝑝 )
𝑉𝑤𝑚 = ………………………………………………… (3.1)
𝐹𝑐𝑜𝑝 − 𝐹𝑐𝑎
Dimana:
𝑉𝑤𝑚 = air atau lumpur yang dibutuhkan untuk dilution, bbl
𝑉𝑚 = lumpur yang berada di sistem sirkulasi, bbl
𝐹𝑐𝑡 = LGS di sistem, persen
𝐹𝑐𝑜𝑝 = Total LGS yang diinginkan, persen
𝐹𝑐𝑎 = LGS (bentonite/additif ditambahkan), persen
3.1.2. Displacement
propertisnya dari tangki aktif, dan mengganti dengan membuat lumpur baru
sehingga menjadi lumpur yang mempunyai sifat seperti yang diinginkan. Dengan
membuang lumpur lama dan membuat yang baru mempunyai dampak terhadap
nilai biaya. Pembuangan lumpur berarti kehilangan nilai biaya dan chemical
lumpur dan lai-lain, Untuk pembuatan lumpur baru berarti menyediakan biaya
3.1.3. Settling
kekentalan lumpur. Metoda ini sangat lambat dan tidak effisien untuk
yaitu :
10
𝐶𝑔𝐷𝐸 2 (𝜌𝑠 − 𝜌𝐿 )
𝑉= …...………….……………………..…….……. (3.2)
𝜇
Dimana:
V = kecepatan pengendapan, ft/sec
C = konstanta, 2.15×10-7
g = percepatan gravitasi, ft/sec2
𝐷𝐸 = Diameter partikel, micron
𝜌𝑠 = SG dari padatan
𝜌𝐿 = SG cairan
𝜇 = viskositas cairan, cp
massa yang dipadu dalam gaya sentrifugal yang diatur dan peralatan solid,
jika dikategorikan dalam specific gravity, terbagi menjadi dua macam, yaitu:
disebut microns (μ). Satu micron adalah 0.0000394 in atau 0.001 mm. Ukuran
Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar efek yang diberikan pada
lumpur pemboran
11
Semakin kecil ukuran partikel, semakin sulit partikel tersebut untuk
dimana:
ρf = densitas filtrate, g/cm3
ρB = densitas barit, g/cm3
ρLG = densitas low-gravity solids, g/cm3
Vs = persentase volume padatan tersuspensi
Vo = persentase volume minyak
MW = densitas lumpur, ppg
rumus tersebut dapat disederhanakan seperti yang terdapat pada tabel 3.2 dan 3.3
12
Tabel 3.3 Jumlah Barite dan Lower Sp. Gr Solid dalam suspended solid.
Barite, Specific Gravity LGS
SG solid
% berat % berat
2,6 0 100
2,8 18 82
3,0 34 66
3,2 48 52
3,4 60 40
3,6 71 29
3,8 81 19
4,0 89 11
4,3 100 0
Padatan yang ada di dalam lumpur akan menaikkan densitas lumpur, hal
2. Menaikkan viskositas
ukurannya karena abrasi antar partikel dan gesekan antara partikel dengan
dari padatan akan naik. Dengan naiknya luas permukaan akan berdampak
dengan banyaknya fasa cair dari lumpur yang akan diserap. Bila hal ini
terjadi pada formasi clay, maka clay akan mudah terdispersi ke dalam
13
lumpur. Hal ini yang mengakibatkan naiknya viskositas dari lumpur.
Viskositas yang terlalu tinggi akan berdampak pada kinerja dari pompa.
Padatan yang ada di dalam lumpur akan menebalkan mud cake, mud cake
berdampak pada peralatan bor. Peralatan bor akan terkikis dan bisa
perawatan lumpur pada umumnya menjadi kunci dalam proses pengeboran. Jika
partikel padatan di dalam lumpur tidak dipisahkan secara benar dapat berakibat
viscosity dan berat jenis lumpur serta padatan dalam lumpur. Semakin
tinggi viskositas, berat jenis dan kadar padatan lumpur akan semakin
14
2. Meningkatkan usia pakai bit.
mempercepat aus bearing terutama bit yang bertipe non-seal bearing, serta
dapat secara perlahan merusak seal dari bit tipe seal bearing. Sehingga
dari fluid end pompa lumpur, swivel, goosneck dan pompa sentrifugal
drilled solids akan terbuang dari sistem lumpur sehingga sifat-sifat lumpur
Lumpur pemboran secara garis besar dapat dibagi dalam dua (2) kelas
yaitu lumpur yang tidak diperberat (unweighted mud) dan lumpur diperberat
(weighted mud). Lumpur yang tidak diperberat artinya lumpur tersebut tidak
15
lumpur diperberat berarti dalam lumpur tersebut ditambahkan barite atau bahan
Weighted mud adalah suatu jenis lumpur yang memiliki barit atau
pengganti barit guna menaikkan densitas dari lumpur. Biasanya lumpur ini
memiliki berat jenis lebih dari 10.0 lbs/gal. padatan yang terdapat pada
lumpur ini meliputi padatan pemboran dari lubang, barit, dan clay
komersial yang ditambahkan untuk mengatur fluid loss dan viskositas. 5:1.9)
penting, akan sangat disayangkan jika padatan tersebut ikut terbuang pada
saat proses penghilangan. Maka dari itu penggunaan dari mud cleaner
sangat diperlukan pada sistem ini. Ciri khas dari sistem ini adalah
Unweighted mud adalah suatu jenis lumpur yang tidak memiliki barit atau
16
kurang dari 10 lbs/gal. padatan di lumpur ini meliputi padatan pemboran
dari lubang dan clay komersial. pada sistem ini penggunaan mud cleaner
diperlukan.
alat yang berfungsi untuk mengurangi kadar padatan di dalam lumpur seminimal
mungkin. Ukuran dari padatan yang dapat dihilangkan dapat dilihat di tabel 3.4
Tabel 3.4 Ukuran Padatan yang Dihilangkan Solid Control Equipment 2:96)
Peralatan Ukuran Ukuran Padatan (microns)
API 80 screen 177
Shale shaker API 120 screen 105
API 200 screen 74
8-inch 70
Hidrosiklon (diameter) 4-inch 25
3-inch 20
Centrifuge
Weigted Mud >5
Unweighted Mud <5
17
3.6.1 Gumbo Chain/Gumbo Removal 2:107)
dari clay lengket yang basah, tetapi batugamping yang halus juga dapat menjadi
gumbo. Gumbo paling sering terjadi pada saat mengebor sedimen baru di laut.
Dengan jumlah yang cukup, gumbo dapat mengangkat rotary bushing dari rotary
table. Gumbo harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam shale
shaker.
Banyak gumbo removal yang dibuat untuk lokasi rig. Alat ini memiliki
banyak bentuk tapi biasanya dalam bentuk luncuran di bagian akhir flowline.
Gumbo atau clay tidak melekat dengan stainless steel sehingga banyak alat yang
18
3.6.2 Shale shaker
Shale shaker terdiri dari vibrating sieve yang cukup untuk dilewati lumpur
dan padatannya tetapi dapat menahan serbuk bor (cutting). Serbuk bor
dikumpulkan dalam dump pit, untuk dibuang atau dapat digunakan oleh geologist
banyak. Dua tujuan ini menghendaki padatan untuk dikeluarkan dari screen
padatan. Belakangan ini, tujuan dari shale shaker lebih menitik beratkan untuk
termudah untuk membuang padatan dalam jumlah banyak. Tentu saja hal ini akan
lumpur yang terbuang diabaikan, tujuan untuk menurunkan biaya untuk pemboran
menerima lumpur dari flowline. Lumpur mengalir melalui weir menuju ke deck.
(atau bed) digunakan untuk mengalirkan undeflow yang sudah disaring ke sistem
aktif.
19
Kinerja shale shaker dipengaruhi oleh jenis gerakan, panjang stroke dari
deck, dan kecepatan putar dari motor. Bentuk dan arah aksial dari getaran deck
ditentukan oleh posisi dari vibrator dalam hubungan ke deck dan arah rotasi dari
vibrator. Ada banyak pengaturan basket dan deck di pasaran. Deck bisa saja
dipasang secara miring atau horizontal. Permukaan deck bisa saja terangkat atau
turun di dalam basket. Basket bisa saja horizontal atau pada suatu sudut tertentu,
atau mungkin saja dapat diubah-ubah sudutya. Sudut dari adjustable basket dapat
diatur agar menghadap keatas atau kebawah. Gambar dari beberapa tipe
Lumpur yang mengalir melalui shale shaker jatuh ke dalam sloping pit
(sand trap) yang tepat berada di bawah shale shaker, dimana serbuk bor berukuran
kecil yang tetap terbawa dipisahkan dengan pengendapan gravitasi. Sand trap
20
mempunyai dumping valve yang dapat dibuka secara periodik untuk
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kinerja shale shaker, yaitu jenis
21
a. Jenis Gerakan
bagaimana shale shaker itu bergerak. Hal tersebut dibagi menjadi empat
kategori:
bijih mineral dengan sedikit atau bahkan tidak ada perubahan sama
sekali. Jenis ini sangat dasar, berat, dan dapat diandalkan tetapi hanya
terbatas pada API 20 dan screen lebih besar. Jika sebuah rotating
vibrator diletakkan jauh dari titik pusat gravitasi dari basket, maka
22
2) Circular Motion
padatan.2:127)
3) Linear Motion
screen API 200 atau lebih halus di lapangan. Linear motion dihasilkan
dari dua buah vibrator yang bergerak dengan arah yang berbeda
23
Gambar 3.8 Linear Motion
gerakan ini, seluruh ellipse axes miring kearah ujung discharge dari
dengan massa yang berbeda. Gerakan ini juga dapat dihasilkan oleh
24
b. Jenis Screen
1) Ukuran Mesh
a) Square Mesh
25
b) Oblong Mesh
panjang.
(i) Square
{25.4 - (m - D)}2
A= .…...………….………………………………. (3.4)
(25.4)2
(ii) Oblong
Dimana :
Mw = Lebar mesh.
ML = Panjang mesh.
Bentuk dari bukaan pada screen dapat dilihat pada gambar 3.11
26
Gambar 3.10 Bentuk dari Opening 6:3.10)
2) Desain Screen
datar. Jenis screen ini sudah mulai tergantikan oleh screen tiga
dimensi.
Panel screen adalah screen dengan dua atau tiga lapis yang
terikat di kedua sisi dengan satu buah strip kait yang dilipat
ganda
27
b) Screen tiga dimensi 6:10-6)
3. Screen designations
28
transmitansi. Tabel dibawah memperlihatkan bagaimana screen
dihilangkan
dihilangkan
dihilangkan
29
Transmittance adalah kapasitas aliran bersih dari masing-masing
sekumpulan support bars dari bawah, atau “bucker”. Support bars akan
sering kali padatan terjebak dibawah karet dari support bar. Sedangkan,
30
Dengan ini, screen diletakkan di bed dari shaker dengan posisi pulled
d. g Factor
memiliki berat 320 kali lebih jika berada di Jupiter, atau 64000 lb. Berat
dari orang tersebut akan sama di Bumi atau di Jupiter, tetapi berat adalah
Jupiter adalah 320 kali lebih besar jika dibadingkan dengan gravitasi
31
Percepatan dialami oleh benda atau massa yang mengitari secara
percepatan gravitasi:
e. Sistem Penggerak
Sumber tenaga paling umum untuk shale shaker adalah generator yang
terletak pada rig. Suplai tenaga di rig harus mampu memberikan voltase
dan frekuensi yang tetap untuk seluruh komponen listrik di dalam rig.
Kebanyakan dari rig mampu menghasilkan 460 VAC, 60 Hz, tenaga 3 fasa
atau 380 VAC, 50 Hz, tenaga 3 fasa. Voltase umum lainnya adalah 230
3.6.3 Degasser
terikut di dalam lumpur. Degasser memiliki keterbatasan dalam kuantitas gas yang
dapat dihilangkan, biasanya jika lebih besar dari 50-100 scfm (20 scfm gas di
permukaan akan menurunkan 400 gpm lumpur dengan berat 16-ppg menjadi 10
ppg). 2:202) Volume gas yang besar harus dihilangkan terlebih dahulu dengan mud
32
Gambar 3.14 Degasser 7:3-45)
a. Satu silinder berupa “tangential feed tube”. Silinder ini dirangkai dengan
tube, dimana lumpur bersih mengalir keluar dari vortex finder pipe.
b. Satu kerucut yang ujungnya berakhir pada sebuah “apex”, dimana padatan
menghasilkan gaya sentripetal yang dapat mendorong padatan jatuh pada dinding
lumpur. Sedangkan cairan lumpur akan keluar melalui bagian atas cyclone sebagai
33
“overflow” dan langsung dialirkan menuju ke dalam mud pit untuk disurkulasikan
kembali.
berukuran besar (>74 μm) disebut desander. Dari desander, lumpur langsung
(2-74 μm). Range ukuran penggunaan hidrosiklon tergantung dari diameter dalam
kerucut.
volume air yang dibuang oleh 1 cone hidrosiklon (desander atau desilter) dapat
menggunakan persamaan:
𝜌̅ − 𝜌𝑤
𝑓𝑉𝑆 = ............………………………………………. (3.7)
𝜌𝑠 − 𝜌𝑤
𝑉
𝑀𝑠 = 19530 × 𝑓𝑉𝑆 × ............……………………………………… (3.8)
𝑡
𝑉
𝑀𝑊 = 900(1 − 𝑓𝑉𝑆 ) × ............………………………………………. (3.9)
𝑡
Dimana:
fvs = fraksi volume padatan, fraksi
𝜌̅ = densitas rata-rata dari lumpur, ppg
𝜌𝑤 = densitas dari air (8.33 ppg)
𝜌𝑠 = densitas dari low-gravity solid, ppg
𝑀𝑠 = laju massa dari padatan, lb/hr
34
V = volume dari lumpur, qt
t = waktu, sec
𝑀𝑊 = laju alir air, gal/hr
berfungsi utuk memisahkan partikel-partikel antara pasir dan barite, karena aliran
bagian bawah langsung jatuh pada vibrating screen. Barite akan keluar melalui
berharga seperti barite, KCl, minyak dan lumpur. Alat ini biasa digunakan pada
35
3.6.6 Decanting Centrifuge
dari cairan dan komponen-komponen yang lebih ringan dalam lumpur dengan
dari besi yang berputar pada kecepatan tinggi. Conveyor berputar searah dengan
outer bowl tapi dengan kecepatan yang sedikit lebih lamban. Aspek penting dari
lumpur, semakin banyak dilution yang dibutuhkan (2 hingga 4 gallon air per
menit biasanya). Viskositas umpur yang keluar dari centrifuge harus 35 sampai 37
detik per quart untuk pemisahan yang efektif. Jika viskositas dibawah 35 detik per
quart, mengindikasikan bahwa terlalu banyak air yang ditambahkan. Ini akan
36
Untuk menghitung massa padatan yang dihilangkan oleh centrifuge, dapat
35 − 𝑃𝑢
𝑓𝑢 = ……………………………….
𝑄 (3.11)
35 − 𝑀𝑊 + ( 𝑤 ) × (35 − 𝑃𝑤 )
𝑄𝑚
𝐶𝑐 × [𝑄𝑚 − (𝑄𝑢 × 𝑓𝑢 )]
𝑄𝑐 = ……………………………………… (3.12)
42
𝐶𝐷 × [𝑄𝑚 − (𝑄𝑢 × 𝑓𝑢 )]
𝑄𝑐 = ………………………………………… (3.13)
42
𝑄𝑐 𝑄𝐷
𝑄𝐵 = 𝑄𝑚 − 𝑄𝑢 − 𝑄𝑝 − − × 35 …………………………... (3.15)
21.7 21.7
Dimana:
MW = densitas lumpur masuk ke centrifuge, ppg
𝑄𝑚 = volume lumpur masuk ke centrifuge, gpm
𝑄𝑤 = volume air dilution, gpm
𝐶𝐷 = banyak aditif di lumpur, ppb
𝑄𝑢 = volume lumpur underflow, gal/mm
37
𝑓𝑢 = fraksi dari lumpur lama di underflow
𝑄𝐵 = laju massa API Barit, lb/mm
𝑄𝑝 = laju air ke mixing pit, gal/mm
𝑃𝑢 = densitas lumpur underflow, ppg
𝑃𝑤 = densitas air dilution, ppg
𝑃𝑜 = densitas lumpur overflow, ppg
𝐶𝑐 = konten clay di lumpur, ppb
𝑄𝑐 = laju massa dari clay, lb/mm
𝑄𝐷 = laju massa dari aditif, lb/mm
menggunakan persamaan
lumpur
tetap homogen selama di permukaan. Alat ini banyak dipasang di tanki lumpur.
Komponen utama di dalam agitator adalah drive motor, gear box, gearbox output
shaft, dan impeller. Kebanyakan dari alat ini digerakkan oleh motor listrik.
Terdapat dua buah jenis agitator yaitu horizontal mounted dan vertical mounted.
Turnover Rate (TOR) adalah waktu (dalam detik) yang dibutuhkan untuk
38
𝑉𝑡 ………………………………………………………… (3.17)
𝑇𝑂𝑅 = × 60
𝐷
Dimana:
𝑉𝑡 = volume tanki, dalam gal atau L
D = displacement dari impeller
Pompa sentrifugal adalah salah satu pompa dari non positive displacement
yang prinsip kerja dari pompa sentrifugal adalah merubah kecepatan dari cairan
menjadi tekanan melalui suatu impeller yang berputar dalam suatu casing. Pompa
mengalirkan lumpur pemboran dari tanki ke desander, desilter dan mud cleaner.
antara partikel cairan itu sendiri atau cairan dengan dinding pipa dan dengan
semua alat yang dilewatinya. Pada saat mengalir gesekan-gesekan tersebut diatasi
39
oleh tekanan yang dibangkitkan oleh pompa dan cairan akhirnya keluar tanki
dengan tekanan nol. Tekanan pompa tersebut menjadi nol setelah cairan keluar,
ini berarti tekanan tersebut hilang untuk melawan gesekan-gesekan. Tekanan yang
hilang tersebut disebut friction lost atau pressure lost dalam psi, dapat juga disebut
40
IV. EVALUASI KINERJA SOLID CONTROL EQUIPMENT DI
RIG PDSI #15.3/N110-M PT. PERTAMINA DRILLING
SERVICES INDONESIA
2 kerucut desander, 18 kerucut desilter, 1 buah mud cleaner, dan 1 buah decanting
Berikut ini adalah spesifikasi dari peralatan solid control equipment di Rig PDSI
#15.3/N110-M2:
Derrick seri Hyperpool. Memiliki deck berjenis single dan dipasang screen
berjenis pyramid. Alat ini bergerak secara linear dengan getaran antara 7G hingga
micron.
4.1.2 Degasser
dengan seri Vacu-Flo 1200. Degasser ini memiliki vertical tank dengan tipe
vacuum-tank. Ukuran dari degasser ini adalah 63 ×87 ¾ × 73 5/8 in. dengan berat
2700 lbs.
41
Gambar 4.1 Shale Shaker Derrick Hyperpool
42
4.1.3 Desander
Dengan ID 12 inch, desander memiliki kapasitas 500-600 galon per menit tiap
buahnya. Alat ini terbuat dari cast urethane yang memiliki durabilitas yang sangat
tinggi. Berat dari tiap buah desander sekitar 105 lb. Desander dapat
4.1.4 Desilter
Brandt. Dengan diameter 4 inch, alat ini dapat memproses 50-65 galon per menit
fluida tiap unitnya. Alat ini terbuat dari cast urethane dan memiliki berat 13 lbs
per unitnya. Partikel yang dapat dihilangkan oleh alat ini hingga ukuran 20
micron.
43
Gambar 4.4 Desilter Brandt Cone 4”
Derrick tipe Flo-line 504. Alat ini dilengkapi dengan 2 Derrick Super G vibratory
motor, dengan mesin 4 panel yang beroperasi pada g-force 7.3 G. Alat ini dapat
(AWD), yang didesain untuk pengaturan screen yang cepat dan mudah.
oleh MI-Swaco dengan seri 518 HV Centrifuge. Kapasitas alat ini sebesar 248
44
GPM dengan kecepatan operasi 3,200 rpm dan g-force sebesar 1,975 G. alat ini
45
4.2 Evaluasi Solid Control Equipment di Rig PDSI #15.3/N110-M2
shale shaker harus dipastikan bekerja dengan baik. Ukuran vibrasi yang digunakan
berdasarkan g force, untuk flow rate lumpur 1050 gpm, dengan putaran motor
1800 rpm dan nilai g force 7.3 maka yang diatur adalah lagkah (stroke) dalam
70490 × 7.3
𝑠𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 = = 0.16 inch
(18002 )
berukuran rata-rata diatas 74 micron. Desander yang digunakan pada rig PDSI
digunakan rata-rata 35-50 psi dengan underflow 30 gpm, atau minimum feeding
pressure selama pressure selama operasi 3.5× ppg fluida, Desander dioperasikan
46
1. Kapasitas underflow desander 30 gpm per cone dengan head 75 ft dan flow
2. Diameter flow line 8” Dengan 1050 gpm menggunakan chart line sizing and
friction lost didapat mud velocity sebesar 5.3 feet per sekon.
3. Dari chart sizing and friction lost head per 100 ft untuk suction didapat 2 ft
Dengan melihat tabel friction lost untuk gate valve 1 buah didapat 5.5 ft
turbulen.
Dengan melihat table friction losses untuk gate valve 1 buah didapat 5.5 ft
turbulen. 90○ welding elbow 3 buah didapat 85 ft laminar dan 8.5 ft turbulen
15 × 1.6
Laminar = = 0.24 ft
100
15 × 2
Turbulen = = 0.3 ft
100
47
7. Friction loss feet head per 100 ft untuk pipa discharge
389.5 × 1.6
Laminar = = 6.232 ft
100
160 × 2
Turbulen = = 3.2 ft
100
8. Jumlah friction loss discharge line + suction line = 0.24 + 6.232 = 6.472 ft
9. Jumlah jarak permukaan tangki dan header hidrosiklon ditambah dengan mud
level = 4 + 3 = 7 ft
10. Total head loss = head loss hidrosiklon + total friction line head loss + lift =
75 + 6.472 + 7 = 88.472 ft
11. Dengan menggunakan pump performance 6×5×14, 1150 RPM untuk head
88.472 ft dan GPM normal 1050 gpm, diameter impeller 13 7/8 inch, untuk
12. Untuk menghitung HP motor diperlukan tambahan safety margin 20% dari
Tarik garis dari skala flow rate 1260 gpm ke atas sampai memotong garis
Minimum feeding pressure = 3.5 × Berat jenis fluida, ppg. = 3.5 × 12.5 =
43.75 psi.
Untuk menghitung banyaknya padatan dan air yang dibuang dari 1 cone:
Diketahui:
𝜌̅ = 1.8 SG = 15 ppg
𝜌𝑤 = 8.33 ppg
48
𝜌𝑠 = 22 ppg
V = 2 qt
t = 45 s
15 ft
3 ft
3 ft 1,5 ft
Dari perhitungan, 𝑀𝑠 dari 2 buah cone desander adalah 847.16 lb/hr dan 𝑀𝑊
49
dioperasikan selama kegiatan pemboran berlangsung. Ukuran cone yang
digunakan 4 inch ID dengan jumlah cone 18. Dalam operasi flow rate yang terjadi
adalah 1050 gpm dan flow rate underflow 10 gpm, tekanan feeding yang
1. Kapasitas underflow desilter 10 gpm per cyclone dengan head 75 ft dan flow
2. Diameter flow line 8” Dengan 1050 gpm menggunakan chart line sizing and
friction lost didapat mud velocity sebesar 5.3 feet per sekon.
3. Dari chart sizing and friction lost head per 100 ft untuk suction didapat 2 ft
dengan melihat tabel friction lost untuk gate valve 1 buah didapat 5.5 ft
turbulen.
Dengan melihat table friction losses untuk gate valve 1 buah didapat 5.5 ft
turbulen. 90○ welding elbow 1 buah didapat 85 ft laminar dan 8.5 ft turbulen
50
6. Friction lost feet head per 100 ft untuk pipa suction.
15 × 1.6
Laminar = = 0.24 ft
100
15 × 2
Turbulen = = 0.3 ft
100
181.5 × 1.6
Laminar = = 2.9 ft
100
105 × 2
Turbulen = = 2.1 ft
100
8. Jumlah friction loss discharge line + suction line = 0.24 + 2.9 = 2.53 ft
9. Jumlah jarak permukaan tangki dan header hidrosiklon ditambah dengan mud
level = 4 + 3 = 7 ft
10. Total head loss = head loss hidrosiklon + total friction line head loss + lift =
75 + 2.53 + 7 ft = 84.53 ft
11. Dengan menggunakan pump performance 6×5×14, 1150 RPM untuk head
84.53 ft dan GPM normal 1050 gpm, diameter impeller 13 7/8 inch, untuk
12. Untuk menghitung HP motor diperlukan tambahan safety margin 20% dari
Tarik garis dari skala flow rate 1260 gpm ke atas sampai memotong garis
51
3 ft
13 ft
3 ft 1,5 ft
Untuk menghitung banyaknya padatan dan air yang dibuang dari 1 cone:
Diketahui:
𝜌̅ = 1.44 SG = 12 ppg
𝜌𝑤 = 8.33 ppg
𝜌𝑠 = 22 ppg
V = 1 qt
t = 100 s
Menentukan fraksi volume padatan
𝜌̅ − 𝜌𝑤 12 - 8.33
𝑓𝑉𝑆 = = = 0.268
𝜌𝑠 − 𝜌𝑤 22 - 8.33
Menentukan flow mass dari padatan (𝑀𝑠 ) dan air yang terbuang (𝑀𝑊 )
𝑉 1
𝑀𝑠 = 19530 × 𝑓𝑉𝑆 × = 19530 × 0.268 × = 52.34 lb/hr
𝑡 100
𝑉 1
𝑀𝑊 = 900(1 − 𝑓𝑉𝑆 ) × = 900(1 - 0.268)× = 6.588 gal/hr
𝑡 100
Dari perhitungan, 𝑀𝑠 dari 18 buah cone desilter adalah 942.12 lb/hr dan 𝑀𝑊
52
4.2.4 Evaluasi Decanting Centrifuge MI-Swaco
dalam mixing pit, banyaknya additif yang masuk ke dalam mixing pit, dan flow
rate air yang masuk ke dalam mixing pit gunakan persamaan di bawah ini:
Diketahui:
Rpm = 3200 rpm
𝐷𝐵 = 13.9 in
𝑄𝑚 = 17gal/mm
𝑀𝑊 = 10.9 ppg
𝑃𝑤 = 8.33 ppg
𝑄𝑤 = 2gal/mm
𝑃𝑢 = 22 ppg
𝑃0 = 10.2 ppg
𝐶𝑐 = 20 ppb
𝐶𝐷 = 6 ppb
a. G-force
𝑔 = (𝑟𝑝𝑚)2 × (1.42 × 10−5 ) × (𝑏𝑜𝑤𝑙 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟, 𝑖𝑛)
𝑔 = (3200)2 × (1.42 × 10−5 ) × (13.9) = 2021.17
b. Volume lumpur underflow:
[𝑄𝑚 × (𝑀𝑊 − 𝑃𝑜 )] − [𝑄𝑤 × (𝑃𝑜 − 𝑃𝑤 )]
𝑄𝑢 =
𝑃𝑢 − 𝑃0
[17 × (10.9 − 10.2)] − [2 × (10.2 − 8.33)]
𝑄𝑢 = = 0.69 gal/mm
22 − 10.2
c. Fraksi lumpur lama di underflow:
35 − 𝑃𝑢
𝑓𝑢 =
𝑄
35 − 𝑀𝑊 + (𝑄𝑤 ) × (35 − 𝑃𝑤 )
𝑚
53
35 − 22
𝑓𝑢 = = 0.314%
11
35 − 10.9 + (17) × (35 − 8.33)
54
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
adalah 39 HP.
847.16 lb/hr dan banyaknnya air yang dipisahkan adalah 40.96 gal/hr
gal/mm, fraksi lumpur lama di underflow 0.314%, laju massa dari clay
adalah 7.99 lb/min, laju massa dari additives adalah 2.4 lb/min, dan laju
55
5.2 Saran
1. Penggunaan alat yang sesuai dengan keadaan. Jika sedang tidak dalam
equipment
56
DAFTAR PUSTAKA
57
LAMPIRAN
58
59
Lampiran 2. Spesifikasi Rig PDSI #15.2/N110-M2
60
Lampiran 3. Head Lost di Pipa
61
Lampiran 4. Pump performance curve
62
63