Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FISIKA

" SUHU DAN KALOR "

KELOMPOK 6
KELAS 10-7
ANGGOTA :
1. RICHARDO PRANATA SIAHAAN
2. SITI MUTIARA INSANI
3. NURUL ALYAA F
4. M GAMA WIKRAMA P

SMK – SMAK BOGOR


TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kita
semua masih diberi kesempatan untuk dapat menyiapkan makalah ini. Tidak lupa
kepada seluruh komponen pendukung tersusunnya makalah ini, kami ucapkan
banyak terimakasih. Makalah ini dibuat berdasarkan hasil evaluasi, pertimbangan,
dan pemikiran yang dilakukan secara berdiskusi antar anggota kelompok. Makalah
ini dibuat dengan tujuan, agar siswa-siswi ataupun masyarakat umum mengetahui
mengenai beberapa hal-hal kecil mengenai Fisika. Harapan penulis, semoga
kedepannya fisika tidak lagi dianggap sebagai hal yang menakutkan untuk dipelajari,
melainkan menjadi suatu hal yang menarik dan menyenangkan untuk dipelajari.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi peserta didik dalam
memahami dan mempelajari beberapa materi pelajaran Fisika. Mohon maaf, kami
ucapkan sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Kritik dan saran dari pembaca makalah ini, sangat kami harapkan.

Bogor, 17 Februari 2017


KONSEP SUHU DAN KALOR

A. Pengertian suhu

Suhu berfungsi untuk menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu zat. Dimensi
suhu adalah 𝜃 dengan satuan SI yang disebut kelvin (K). Suhujuga merupakan besaran
pokok.

B. Suhu dan pengukurannya

Perubahan suhu pada suatu benda dapat mengakibatkan perubahan besaran lain
pada benda itu. Misalnya volume,tekanan, dn daya hantar listriknya. Sifat – sifat suatu
besaran pada benda yang dipengaruhi suhu disebut sifat termometrik, sedangkan besaran –
besaran itu disebut besaran – besaran termometrk.
Sifat – sifat termometrik yang dimiliki besaran pada suatu zat dapat digunakan
sebagai petunjuk tinggi rendahnya suhu sekitarnya. Fakta tersebut digunakan dalam
pembuatan alat pengukur suhu yang dikenal sebagai termometer.
Sifat termometrik berupa perubahan volume zat digunakan dalam termometer raksa
dan termometer alkohol serta termometer bimetal. Sifat termometrik berupa perubahan daya
hantar listrik suatu zat digunakan dalam termometer elektrik atau termometer digital. Zat
yang digunakan dalam termometer sebagai petunjuk suhu disebut zat termometrik.
Prinsip dasar pembuatan termometer disebut pirometer (pyrometer). Pirometer dapat
digunakan untuk mengukur suhu sangat tinggi dari kejauhan tanpa perlu menyentuh benda
yang diukur suhunya.

1. Cara Kerja Termometer

Termometer bekerja berdasarkan perubahan sifat pada zat termometrik yang


digunakan dalam termometer terhadap perubahan suhu.
 Cara Kerja Termometer fluida
ada dua tipe termometer fluida yang biasa digunakan, yaitu termometer raksa
dan termometer alkohol, sesuai zat termometrik yang digunakan dalam
termometer – termometer tersebut

Temometer
raksa maupun temometer alkohol bekerja berdasarkan sifat termometrik yang
sama yaitu perubahan volume akibat perubahan suhu.jika suhu naik, maka
suhu tinggi kolom cairan raksa ataupun alkohol akan naik sebagai
bertambahanya volume. Ujung atas kolom cairan akan sejajar dengan skala
tertentu yang ssuai dengan nilai suhunya.
Termometer klinis adalah termometer yang biasa digunakan untuk mengukur
suhu tubuh manusia. Zat termometrik yang digunakan biasanya berupa raksa.
 Cara kerja Termometer Bimetal
Pada peralatan listrik tertentu yang menggunakan elemen pemanas, misalnya
setrika, sistem bimetal ini digunakan sebagai pemutus dan penyambung arus
listrik. Jika suhu elemen pemanas listrik melebihi nilai tertentu , maka
lengkungan bahan bimetal akan memutus sakelar sehingga arus listrik
terputus. Jika suhu elemen listrik kurang dari nilai tertentu, maka bimetal akan
kembali ke posisi semula sehingga arus listrik kembali tersambung. Bimetal
dengan prinsip ini disebut termostat.

 Cara Kerja Pirometer Optik


Pirometer optik mendeteksi sinar inframerah yang diradiasikan benda bersuhu
tinggi. Biasanya , alat ukur tersebut berbentuk pistol. Dengan Pirometer
digital, nilai suhu yang diukur akan langsung muncul di layar

a. Kalibrasi Termometer
Pada termometer alkohol dan termometer air raksa perubahan terjadi
berdasarkan sifat pemuaian bahannya ketika temperature berubah. Kalibrasi
termometer adalah proses membuat skala pada sebuah termometer. Berikut
ini beberapa langkah melakukan kalibrasi termometer :
1) Siapkan termometer, baik termometer air raksa dan juga termometer
alkohol.
2) Siapkan es dan air secukupnya.
3) Siapkan sebuah pemanas air yang bisa digunakan untuk memanaskan air
hingga mendidih.
4) Didihkan air lalu masukkan termometer ke dalam wadah yang berisi air
yang sedang dipanaskan. Ketika air semakin panas atau suhu air
meningkat, permukaan air raksa atau alkohol bergerak keatas. Setelah air
mendidih, permukaan atas alkohol atau air raksa berhenti bergerak. Ini
adalah temperatur titik didih air atau titik uap. Tandai ujung kolom air raksa
atau alkohol tersebut. Pastikan angka pada termometer menunjukkan
100o C.

5) Masukkan es dan air ke dalam sebuah wadah (air dan es mempunyai


massa yang sama). Setelah itu, masukkan termometer ke dalam wadah
yang berisi air dan es.
Pada mulanya termometer bersentuhan dengan udara sehingga
termometer lebih panas dari es. Setelah dimasukkan ke dalam wadah,
panjang kolom alkohol atau air raksa akan berkurang karena campuran air
dan es lebih dingin. Biarkan hingga panjang kolom alkohol atau air raksa
tidak berubah (permukaan atas alkohol atau air raksa tidak bergerak), ini
berarti campuran es batu dan air telah berada dalam kesetimbangan
termal. Tandai posisi kolom alkohol atau air raksa tersebut (tandai bagian
ujung atas kolom air raksa). Ini adalah suhu titik lebur es atau titik beku air.
Pastikan angka pada termometer menunjukkan 0o C.

Termometer raksa atau termometer alkohol, biasanya bersifat terbatas.


Termometer tersebut tidak bisa digunakan untuk mengukur suhu yang sangat
rendah (lebih rendah dari 0oC) atau suhu yang sangat tinggi (lebih tinggi dari
100oC).

b. Beberapa Skala Termometer


ada beberapa skala termometer seperti celcius,reamur.fahrenheit,dan kelvin.
 Termometer Celcius
Adalah termometer yang menggunakan skla atausatuan derajat
celcius(℃), Skala ini ditemukan oleh ANDERS CELSIUS. Pada skala
celcius, es mencair pada suhu 0℃ dan air mendidih pada suhu 100℃
untuk tekana udara sebesar 1 atm. Jarak antara titik lebur es dan tititk
didih air adalah 100 skla Celsius

 Termometer Fahrenheit
Adalah termometer yang menggunakan skla fahrenheit. Skala ini
ditemukan oleh GABRIEL DANIEL FAHRENHEIT, sesorang ilmuan
jerman. Pada skala fahrenheit, es mencair pada suhu 32℉ dan air
mendidih pada suhu 212℉ untuk tekanan udara sebesar 1 atm. Jarak
antara titik lebur es dan titik didih air adalah 180 skala fahrenheit

 Termometer Reamur
Adalah termometer yang menggunakan skala reamur. Pada skala
reamur air mendididh pada suhu 0°𝑅 dan air mendidih pada suhu 80°𝑅
untuk tekana udara 1 atm. Jarak antara titik lebur es dan tititk didih air
adalah 80 skala reamur

 Termometer Kelvin
Adalah termometer yang menggunakan skala Kelvin. Skala ini
ditemukan oleh WILLIAM THOMSON KELVIN , seorang ilmuan
Inggris. Pada skala Kelvin,es mencair pada suhu 273 K dan air
mendidih pada suhu 373K untuk tekanan udara sebesar 1 atm.jarak
antara titik lebur es dan titik didih air adalah 100 skala Kelvin
Faktor Celcius Fahrenheit Reamur Kelvin

Titik tetap bawah 0℃ 32℉ 0°𝑅 273 K

Titik tetap atas 100℃ 212℉ 80°𝑅 373 K


Jarak antara titik tetap 100 skala 180 skala 80 skala 100 skala
bawah dan titik tetap atas

c. Konversi Skala Termometer


Skala termometer yang dipakai negara Amerika Serikat dan beberapa negara
lain dalah skala Fahrenheit, sedangkan di Indonesia adalah skala Celcius.
 Konversi skala Celcius – Reamur
5 4
Tc = 4 TR atau TR= 5 TC

 Konversi skala Celcius – Fahrenheit


5 9
TC = 9(TF – 32 ) atau TF = 5TC + 32

 Konversi Skala Celcius – kelvin


TC = TK – 273 atau TK = TC + 273

 Konversi Skala Reamur – Fahrenheit


4 9
TR = (TF – 32) atau TF = TR +32
5 4

 Konversi skala Reamur – Kelvin


4 5
TR = 5(TK – 273 ) atau TK = 4 TR + 273

 Konversi skala Fahrenheit – Kelvin


9 5
TF = 5(TK – 273 ) atau TK = 9(TF – 32)+273
KALOR
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang mengalir karna perbedaan suhu.
Kalor memiliki dimensi sama dengan dimensi energi secara umum, yaitu [M][L][T]-1
dengan satuan SI yang disebut joule (J). Kalor merupakan besaran turunan.
Ketika dua benda yang memiliki perbedaan suhu bertemu maka kalor akan mengalir
(berpindah) dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
Contoh dikehidupan sehari - hari adalah etika kita mencampurkan air dingin dengan
air panas, maka kita akan mendapatkan air hangat.
Suhu dan kalor merupakan sesuatu yanng berbeda. Suhu adalah nilai yang terukut
pada termometer, sedangkan kalor adalah energi yang mengalir dari sutau benda ke benda
lainnya.
Jika sejumlah Q kalor diberian pada suatu benda bermassa M hingga menyebabkan
kenaikan suhu benda sebesar ∆ T , maka besar kenaikan suhu tersebut sebanding dengan
besar kalor dan berbanding terbaik dengan massa benda itu, serta berbanding terbalik pula
dengan suatu besaran karakteristik benda yang disebut kalor jenis / kalor spesifik.
Dalam bentuk persamaan, pernyataan diatas dapat dituliskan sebagai :
∆T = Q / m . c atau Q=m.c.∆T
∆ T = perubahan suhu benda
Q = kalor (J)
M = massa (kg)
C = kalor jenis (J/kg.oC atau J/kg.k)
kalor jenis benda adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikan atau
menurunkan suhu 1 kilogram massa benda sebesar 1oC atau 1 K.
Kalor jenis merupakan besaran spesifik yang berbeda – beda nilainya untuk setiap
jenis zat. Makin besar kalor jenis suatu zat , makin banyak kalor yang diperlukan untuk
menaikan suhu zat itu. Kalor jenis benda dapat diukur dengan kalori meter
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau
menurunkan suhu benda sebesar 1oC / 1 K.
Kapasitas kalor (C) dirumuskan sebagai :
C=m.c
M = massa
c = kalor jenis benda
Dengan demikian dapat dinyatakan juga dengan :
Q = C delta T
Q = kalor (J)
C = kalor jenis (J/kg.oC atau J/kg.k)
delta T = besar kenaikan suhu benda (oC / K)

Joseph Black, seorang ilmuwan inggris menemukan fakta bahwa :


“banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor
yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah”
Pernyataan diatas disebut asas Black yang dalam bentuk persamaan sederhana dapat
ditulis :
Q dilepas = Q diterima
Q dilepas = kalor yang dilepas oleh benda bersuhu tinggi
Q diterima = kalor yang diserap oleh benda bersuhu rendah
Jika kalor mengalir dari benda bermassa m1 yang kalor jenisnya c1 dan suhunya T1
ke benda bermasa m2 yang kalor jenisnya c2 dan suhunya T2, maka suhu bermassa m2
akan naik sebesar delta T, sedangkan suhu bermassa m1 akan turun sebesar delta T
sehingga pada keadaan setimbang, suhu kedua benda sama yaitu T
Dapat ditulis dengan persamaan :
M1 c1 delta T1 = m2 c2 delta T2 atau m1 c1 (T1 – T ) = m2 c2 (T – T2)
Besar kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud benda sebanding dengan massa
benda dan nilai karakteristik benda itu yang diwakili suatu besaran yang disebut kalor laten.
Kalor laten (L) dapat didefinisikan sebagai besar kalor yang diperlukan oleh 1
kilogram zat tersebut untuk berubah wujud.
Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud benda dapat dirumuskan dengan :
Q=m.L
Q = kalor
m = massa
L = kalor laten
Ada dua macam kalor laten sehubungan dengan perubahan wujud zat, yaitu :
a) Kalor lebur (Lb)
Kalor lebur adalah besar kalor yang diperlukan oeh 1 kilogram zat tersebut untuk
berubah dari wujud padat ke cair.

Rumus umum :
Q=m.L
b) Kalor uap (Lu)
Kalor uap adalah besar kalor yang diperlukan oleh 1 kilogram zat tersebut untuk
berubah dari wujud padat ke wujud uap.

Rumus umum :
Q=m.L

Grafik tersebut menunjukan hubungan antara kalor dan perubahan wujud zat. Proses
perubahan wujud zat ditunjukkan pada saat grafik berupa garis horrizontal dan nilai suhu
bersesuaian dengan garis horizontal tersebut merupakan titik perubahan wujudnya

PEMUAIAN ZAT
Besar kecilnya pemuaian dipengaruhi ukuran benda dan besar perubahan suhunya.
Selain itu, besar-kecilnya pemuaian pada benda juga dipengaruhi besaran karakteristik
benda yang disebut koefisien muai. Berdasarkan bentuk geometri benda, pemuaian dapat
terjadi dalam hal panjang, luas, dan volume benda.

A. Pemuaian zat padat.


Dapat ditinjau dari pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.
Pemuaian zat padat terjadi karena benda padat tersebut mengalami perubahan suhu dari
suhu rendah ke tinggi. Besarnya pemuaian zat padat tergantung dari koefisien muai dari
benda padat tersebut.
Hampir semua zat padat akan memuai jika dipanaskan. Setiap benda padat yang
dipanaskan akan mengalami pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian volume.
Pemuaian itu dapat berupa bertambah panjang (linear), bertambah luas, atau bertambah
volumenya. Hal ini karena partikel-partikel benda akan bergerak lebih cepat jika suhunya
dinaikkan. Karena gerakan inilah partikel membutuhkan ruang yang lebih luas untuk
bergerak. Akibatnya, volume zat padat tersebut bertambah besar.
1) Muai Panjang / Muai Linear Zat Padat.
Muai panjang berbagai macam benda padat dapat diselidiki dengan alat
Musschenbroek. Jika batang logam yang dipasang pada alat Musschenbroek dipanaskan
maka batang logam akan bertambah panjang. Namun, pertambahan panjang batang logam
yang satu dengan yang lain berbeda. Artinya, tingkat pemuaian logam-logam tersebut juga
berbeda. Logam yang paling besar pemuaiannya akan mendorong jarum penunjuk hingga
berputar paling jauh, sedangkan logam yang pemuaiannya paling kecil akan mendorong jarum
penunjuk berputar paling dekat. Jika digunakan batang logam aluminium, baja, dan besi maka
logam aluminium memuai paling besar, sedangkan besi adalah logam yang memuai paling
kecil.

Alat ukur muai panjang Musschenbroek


Alat Musschenbroek dapat menunjukkan :
a. pemuaian dan pertambahan panjang zat padat jika dipanaskan.
b. pemuaian zat padat tergantung pada jenis zat padat itu.
c. pemuaian zat padat sebanding dengan kenaikan suhunya.
Pemuaian panjang zat padat ditentukan oleh koefisien muai panjang zat padat itu.

Koefisien Muai Panjang

Untuk memahami koefisien muai panjang zat padat, mari kita perhatikan uraian berikut ini.
Sebatang tongkat tembaga pada suhu 0oC panjangnya 10 m. Jika tongkat tembaga tersebut
dipanaskan sampai 100oC maka panjangnya menjadi 10,017 m. Berapakah pertambahan
panjang tembaga jika suhunya hanya naik 1oC? Pada suhu 0oC, panjang tembaga 10 m (l0),
pada suhu 100oC (t) panjangnya 10,017 m (lt).

Pertambahan panjang 10 m tembaga jika suhu naik dari 0oC – 100oC


=10,017m–10m
= lt – l0

Pertambahan panjang 10 m tembaga jika suhu naik dari 0oC – 1oC

Pertambahan panjang 1 m tembaga jika suhunya naik dari 0oC – 1oC adalah

Pertambahan panjang 1 m benda tiap kenaikan suhu 1oC ini disebut koefisien muai
panjang (α). Jadi, koefisien muai panjang suatu benda adalah bilangan yang menunjukkan
pertambahan panjang suatu benda tiap satuan panjang jika suhu benda tersebut naik 1oC.
Dengan demikian, jika dinyatakan bahwa koefisien muai panjang tembaga adalah
0,000017/oC maka berarti setiap 1 meter tembaga yang suhunya dinaikkan 1oC akan
bertambah panjang 0,000017 meter. Jika ditulis dalam persamaan maka :
atau dapat juga dituliskan dalam bentuk

Sebatang tongkat logam pada suhu t1 panjangnya l1 dan pada suhu t2 panjangnya l2. Dengan
proses matematika dapat diperoleh persamaan sebagai berikut.

Satuan koefisien muai panjang ini adalah …/oC atau …/K.

Koefisien muai panjang zat padat

2) Muai Luas Zat Padat

Pemuaian dalam zat padat sebenarnya terjadi ke semua arah, yaitu memanjang,
melebar, dan menebal. Namun, pengukuran pemuaian panjang pada benda padat sudah
dianggap cukup memadai untuk mewakili pemuaian luas. Misalnya, menghitung pemuaian
luas sebuah benda yang berupa lembaran tipis berbentuk persegi panjang dengan
menghitung terlebih dahulu muai panjang dan muai lebarnya dengan persamaan yang
berlaku pada pemuaian panjang.
Jika pada suhu t1 luas benda adalah A1 dan pada suhu t2 luasnya A2 maka berlaku
persamaan muai luas dengan pendekatan sebagai berikut.

A2 = A1 {1+2α (t2-t1)}
atau
A2 = A1 {1+β (t2-t1)}

A2 = A1 {1+β . Δt}

β = 2α

β = koefisien muai luas

Persamaan di atas cukup memadai untuk menghitung persoalan sederhana


sehubungan dengan pemuaian luas benda padat (terutama untuk benda-benda padat
dengan koefisien muai panjang yang kecil). Koefisien muai luas zat padat adalah bilangan
yang menunjukkan pertambahan luas suatu benda tiap satuan luas jika suhunya naik 1oC.

3) Muai Ruang / Muai Volume Zat Padat.

Untuk membuktikan adanya muai ruang pada benda yang berbentuk bola dapat
menggunakan alat s’Gravesande. Jika bola dipanaskan, bola memuai, volumenya bertambah
besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam gelang. Setelah beberapa saat, gelang ikut panas
dan bola dapat masuk kembali ke dalam gelang. Itu berarti, panas pindah dari bola ke gelang
dan diameter gelang membesar.
Alat ukur muai ruang/muai volume gelang s’Gravesande

Dengan gelang s’Gravesande dapat dibuktikan bahwa

a. zat padat jika dipanaskan akan memuai dan volumenya bertambah besar.
b. pemuaian benda berongga akan memperbesar rongganya (arah pemuaiannya kel
uar rongga).
c. panas dapat berpindah dari satu benda ke benda lainnya.

Pemuaian volume zat tergantung jenis zat padatnya. Sebuah benda padat pada suhu
0 C volumenya V0, pada suhu toC, volumenya Vt. Pertambahan volume tiap satuan suhu
o

benda padat adalah sebesar :

Bilangan yang menunjukkan pertambahan volume suatu benda tiap satuan volume
jika suhunya naik 1oC disebut koefisien muai ruang (γ). Jadi,

Persamaan di atas dapat diubah menjadi persamaan berikut ini.

Vt = V0 (1 + γt)
Jika volume zat padat pada t1 adalah V1 dan volume pada t2 adalah V2 maka berlaku

Untuk zat padat yang angka muainya sangat kecil, berlaku persamaan

V2 = V1 {1 + γ (t2-t1)}

V2 = V1 {1 + γ Δt}

Hubungan antara koefisien muai ruang (γ) dengan koefisien muai panjang (α) dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut.

γ = 3α

Pada konstruksi jembatan, pada setiap sambungan diberikan ruang kosong (spasi)
yang berfungsi untuk menghindari tekanan antara bagian jembatan dengan jalan akibat
terjadinya pemuaian zat padat.

CONTOH SOAL

1. Panjang sebatang alumunium pada suhu 0 oC adalah 2 meter. Koefisien muai


panjang alumunium 2,35 . 10-5 /oC. Panjang alumunium pada suhu 50 oC adalah...
Diketahui:
T0 = 0 oC
T1 = 50 oC
L0 = 2 m
α = 2,35 . 10-5 /oC
Ditanya: L1 = ...
Jawab:
Terlebih dahulu hitung perubahan panjang.
ΔL = L0 . α . ΔT = 2 m . 2,35 . 10-5 /oC . (50 0C – 0 oC)
ΔL = 4,7 m . 10-5 /oC . 50 oC = 235 . 10-5 m = 0,00235 m
Menghitung L1
ΔL = L1 – L0
L1 = ΔL + L0 = 0,00235 m + 2 m = 2,00235 m
2. Pada saat dilakukan pemasangan rel kereta api suhu udara sekitar adalah 27 oC.
Panjang tiap batang rel adalah 1,75 meter. Suhu tertinggi yang pernah dicatat di
daerah itu adalah 37 oC. Jika koefisien muai panjang besi 1,2 . 10-5 /oC, maka jarak
antar rel pada waktu pemasangan agar rel tidak bengkok adalah...
Diketahui:
T0 = 27 oC
T1= 40 oC
L0 = 1,75 m
α = 1,2 . 10-5 /oC
Ditanya: ΔL = ...
Jawab:
ΔL = L0 . α . ΔT = 1,75 . 1,2 . 10-5 /oC (37 oC – 27 oC)
ΔL = 2,1 . 10-5 /oC . 10 oC = 2,1 . 10-4 m
3. Sebatang baja pada suhu 20 oC panjangnya 100 cm. Kemudian memuai sehingga
panjangnya menjadi 100,1 cm. Jika koefisien muai panjang baja 10-5 /oC maka suhu
akhir baja tersebut adalah...
Diketahui:
T0 = 20 oC
L0 = 100 cm
L1 =100,1 cm
α = 10-5 /oC
Ditanya: T1 = ...
Jawab:
Terlebih dahulu hitung ΔL.
ΔL = L1 – L0 =100,1 cm – 100 cm = 0,1 cm
Menghitung ΔT
ΔL = L0 . α . ΔT
Menghitung T1
ΔT = T1 – T0
T1 = ΔT + T0 = 100 oC + 20 oC = 120 oC
4. Sebuah silinder tembaga pada suhu 25 oC volumenya 1 liter. Jika koefisien muai
panjang tembaga 2 . 10-4 /oC, maka volume silinder ketika suhunya 105 oC adalah..
Diketahui:
T0= 25 oC
T1= 105 oC
V0 = 1 L
α = 2 . 10 (-4) /oC
Ditanya: V1 = ...
Jawab:
Terlebih dahulu hitung γ.
γ = 3α = 3 . 2 . 10-4 /oC = 6 . 10-4 /oC
Menghitung ΔV
ΔV = 1 L . 6 . 10-4 /oC . (105 – 25) 0C = 6 . 10-4 L . 80
ΔV = 480 . 10-4 L = 0,048 L
Menghitung V1
ΔV = V1 – V0
V1 = ΔV + V0 = 1 L + 0,048 L = 1,048 L
5. Suatu kubus dari bahan alumunium pada suhu 25 oC memiliki panjang rusuk 10 cm.
Kubus tersebut dipanaskan hingga suhu 225 oC. Jika koefisien muai panjang
alumunium 1,2 . 10-5 /oC maka volume kubus menjadi...
Diketahui:
T0 = 25 oC
T1 = 225 oC
s = 10 cm
α = 1,2 . 10-5 /oC
Ditanya: V1 =...
Terlebih dahulu hitung volume kubus V0.
V0 = s . s . s = 10 cm . 10 cm . 10 cm = 1000 cm3 = 103 cm3
Menghitung γ.
γ = 3α = 3 . 1,2 . 10-5 /oC = 3,6 . 10-5 /oC
Menghitung ΔV
ΔV = 103 cm3. 3,6 . 10-5 /oC . (225 – 25) oC
ΔV = 3,6 . 10-2 cm3 . 200 = 720 . 10-2 cm3 = 7,2 cm3
Menghitung V1.
ΔV = V1 – V0
V1 = ΔV + V0 = 7,2 cm3 + 1000 cm3 = 1007,2 cm3

Perpindahan Kalor Secara Konduksi


Konduksi adalah perpindahan kalor yang terjadi pada medium padat. Dalam
perpidahan ini yang berpindah hanyalah kalor dan mediumnya tidak ikut berpindah.
Contohnya ketika seorang pandai besi sedang membuat parang atau pisau bagian ujung besi
yang tidak dipanaskan akan ikut panas. Inilah sebabnya kenapa pandai besi menggunakan
sarung tangan sebagai isolator. Kalor dari perapian berpindah dari ujung besi yang
dipanaskan ke ujung lain yang tidak dipanaskan. Itulah contoh sederhana bahwa kalor
memang berpindah.

Secara sederhana laju perpindahan kalor bisa dirumuskan sebagai kalor yang
mengalir persatuan waktu. Laju perpidahan kalor secara koduksi dirumuskan sebagai
perkalian antara konduktivitas kalor (k) dengan luas penampang (A)dan selisih suhu kedua
titik ( T2-T1) dibagi dengan jarak kedua titik (x). Rumus laju perpindahan kalor nya:

Contoh Perpindahan Panas secara Konduksi :

 Ujung logam akan terasa panas jika ujung yang lain dipanaskan, misalnya saat kita
mengaduk adonan gula, air panas, dan kopi dengan menggunakan sendok logam;
saat kita memegang kawat logam kembang api yang sedang menyala
 Knalpot akan panas ketika mesin motor dihidupkan
 Mentega akan meleleh ketika diletakkan di wajan yang tengah dipanaskan
 Tutup panci terasa panas saat panci digunakan untuk memasak
 Air akan mendidih ketika dipanaskan menggunakan panci logam dan sejenisnya

Contoh Soal
1. Batang besi homogen salah satu ujungnya dipanasi. Besi itu memiliki luas penampang 17
cm2 dan konduktivitas termal 4 . 105 J/s.m.0C. panjang batang 1 m dan perbedaan suhu
kedua ujung 30 0C. Kalor yang merambat dalam batang besi selama 2 detik adalah...
A. 2,81 . 103 J
B. 4,08 . 104 J
C. 4,08 . 105 J
D. 6,00 . 105 J
E. 7,10 . 106 J

Pembahasan:
Diketahui:
A = 17 cm2 = 17 . 10-4 m2
k = 4 . 105 J/m.s.0C
L=1m
T = 30 0C
t=2s
Ditanya: Q (t = 2 s) = ...

2. Dua batang A dan B berukuran sama masing-masing mempunyai koefisien konduksi 2k


dan k. Keduanya dihubungkan menjadi satu dan pada ujung-ujung yang bebas dikenakan
suhu seperti gambar.

Suhu (T) pada sambungan A dan B adalah...


A. 80 0C
B. 100 0C
C. 120 0C
D. 150 0C
E. 160 0C

Pembahasan:
Diketahui:
LA = LB
AA = AB (ukuran sama)
kA = 2k
kB = k
TA = 210 0C
TB = 30 0C
Ditanya: T = ...
Jawab:
Untuk soal ini, laju hantaran kalor logam A sama dengan laju hantaran kalor logam B.
Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi merupakan perpindahan kalor yang terjadi pada medium cair dan gas.
Berbeda dengan konduksi,perpindahan kalor ini disertai dengan perpindahan medium.
Jadi yang bergerak tidak hanya kalor tetapi juga medium perambatannya.

Contoh perpindahan kalor secara konveksi misalnya ketika sobat hitung masak air,
ketika air mendidihterjadi perpindahan kalor dari api kompor ke panci kemudian ke air.
Perpindahan ini juga diiringi perpindahan atau bergeraknya medium berupa air. Laju
perpindahan kalor secara konveksi dapa dirumuskan

h = adalah tetapan konveksi. Setiap benda memiliki tetapan konveksi yang berbeda.
Semakin mudah benda itu menyerap atau melepas kalor dan memindahkannya maka
semakin besar nilai tetapan ini. A adalah luas penampang melintang dan T2-T1 adalah
selisih suhu.

Contoh Perpindahan Panas secara Konveksi:

 Gerakan naik turunnya air yang sedang mendidih saat direbus


 Gerakan naik turunnya kacang hijau, beras, kedelai saat direbus
 Terjadinya angin darat dan laut
 Gerakan balon udara
 Asap pada cerobong asap bergerak naik
Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Berbeda dengan 2 jenis perpindahan kalor sebelumnya yang menggunakan medium,
perpindahan kalor ini tdak membutuhkan medium atau perantara. Apa contohnya? Panas
matahari yang sampai kebumi melewati ruang angkasa yang hampa udara (tanpa ada
medium). Setiap benda bisa menyerap kalor dipancarkan secar radiasi. Akan tetapi yang
menentukan daya serap dan daya bukannlah jenis bahan benda tersebut melainkan
warnanya.

Semakin hitam sebuah benda maka benda tersebut akan cenderung semakin
menyerap panas yang dipancarkan melalui radiasi. Kehitaman sebuah inilah yang disebut
sebagai emisivitas bahan disimbolkan dengan e. Laju penyerapan kalor yang dipancarkan
secara radiasi dirumuskan

Dengan e adala emisivitas benda, dimana jika benda hitam mempunyai nilai e = 1 jka
benda berwarna hitam dan e bernilai 0 (nol) jika benda berwarna putih. σ adalah konstanta
Setfan-Boltzman σ = 5,67 x10-8C. A adalah luas permukaan benda dan T adalah suhu dalam
kelvin.

Contoh Perpindahan Kalor secara Radiasi :

 Tubuh terasa hangat ketika dekat dengan api atau jenis panas lainnya. Misalkan saat
tangan kita didekatkan pada kompor gas yang sedang menyala, hangatnya tubuh
ketika dekat dengan api unggun
 Panas matahari sampai ke bumi meski melewati ruang hampa
 Menjemur pakaian memanfaatkan perpindahan panas secara radiasi
 Menetaskan telur ayam/bebek dengan lampu
 Menjemur pakaian saat siang hari

Contoh:
1. Benda hitam sempurna luas permukaannya 1 m2 dan suhunya 27 ºC. Jika suhu
sekelilingnya 77 ºC, hitunglah:
a. kalor yang diserap persatuan waktu persatuan luas
b. energi total yang dipancarkan selama 1 jam.
Jawab:
Benda hitam, maka e = 1
T1 = 300 K
T2 = 350 K
σ = 5,67.10-8 watt m-2K-4
a. Kalor yang diserap per satuan waktu = e σ ( T24 – T14) = 1. 5,67.10-8 (3504 – 3004) =
391,72 watt/m2
b. R = Q/A.t = 391,72. 1. 3600 = 1.410.120 Joule =

2. Sebuah plat baja dengan panjang 2 m dan lebar 0,5 m suhunya 227 0C. Bila tetapan
Boltzman = 5,67 . 10-8 W/m2.K4 dan plat baja hitam sempurna, maka energi total yang
dipancarkan setiap detik adalah...
A. 3345,57 Joule
B. 3345,75 Joule
C. 3543,75 Joule
D. 4533,75 Joule
E. 7087,5 Joule
Pembahasan:
Diketahui:
P=2m
L = 0,5 m
T = 227 0C = (227 + 273)K = 500 K = 5,67 . 10-8 W/m2.K4
e = 1 (benda hitam e = 1)
Ditanya: W = ...
Jawab:
Terlebih dahulu hitung luas permukaan A.
A = P . L = 2 m . 0,5 m = 1 m2
Menghitung W.
W = e . A . T4 = 1 . 5,67 . 10-8 W/m2. K4 . 1 m2 . (500 K)4
W = 5,67 . 10-8 W/K4 (625 . 108 K4) = 3543,75 Joule
Jawaban: C
Soal Latihan Cara Perpindahan
1. Dua buah dinding masing-masing tebalnya 3 cm dan 5 cm. Koefisien konduksi masing-
masing dinding adalah 0,1 kal/cm.s.C dan 0,2 kal/cm.s.C seperti terlukis pada gambar.

Besar temperatur bidang batas antara kedua dinding adalah...


A. 32 C
B. 45 C
C. 59 C
D. 63 C
Perpindahan Kalor Secara Radiasi Mencegah Perpindahan Kalor
Energi kalor dapat dicegah untuk berpindah dengan mengisolasi ruang tersebut.
Misalnya, pada penerapan beberapa peralatan rumah tangga, seperti termos dan setrika
listrik.
a. Termos

Mengapa permukaan di dalam botol termos mengilap? Dindinnya berlapis


dua ruang di antara kedua dinding itu dihampakan. Dengm demikian, zat cair yang ada di
dalamnya tetap panas untuk waktu yang relatif lama. Termos dapat
mencegah perpindahan kalor, baik secara konduksi, konveksi, maupun radiasi.

b. Setrika Listrik

Mengapa pakaian yang disetrika menjadi halus atau tidak kusut? Di dalam setrika
listrik terdapat filamen dari bahan nikelin yang berbentuk kumparan. Kurnparan nikelin ini
ditempatkan pada dudukan besi. Ketika listrik mengalir, filamen setrika listrik
menjadi panas. Panas ini dikonduksikan pada dudukan besi dan akhirnya dikonduksikan
pada pakaian yang disetrika. Dengan demikian, setrika mengkonduksi kalor pada pakaian
yang disetrika.

Anda mungkin juga menyukai