Anda di halaman 1dari 135

STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN

(Studi Kasus : Desa Balansiku Kecamatan Sebatik


Kabupaten Nunukan)

SKRIPSI

Rubin
14.201020.048

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2018
STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN
(Studi Kasus : Desa Balansiku Kecamatan Sebatik Kabupaten
Nunukan)

SKRIPSI

Sebagai salah satu persyaratan


Guna memperoleh derajat gelar sarjana pertanian
Pada Fakultas Universitas Borneo Tarakan

Program Studi Agribisnis

Rubin
14.201020.048

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Strategi Pemberdayaan Agribisnis

Perdesaan ( Studi Kasus : Desa Balansiku

Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan)

Nama Mahasiswa : Rubin

NPM : 14.201020.048

Jurusan : Agribisnis

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Pertanian Pembimbing

Dr. Etty Wahyuni MS, S.Hut., MP Dr. Ir. Adi Sutrisno, MP


NIP. 197405302014042001 NIDN. 1118066401

Lulus Ujian Tanggal :

Penyerahan Skripsi Tanggal :

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Strategi Pemberdayaan Agribisnis

Perdesaan ( Studi Kasus : Desa Balansiku

Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan)

Nama Mahasiswa : Rubin

NPM : 14.201020.048

Jurusan : Agribisnis

Penguji I

Dr. Etty Wahyuni MS, S.Hut.,MP


NIP: 197405302014042001

Penguji II

Anang Sulistyo, SP., MP


NIDN. 1115078001

Penguji III

Galih Yogi Rahajeng, SP., M.Si


NIRD. 171120151

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rubin

NPM : 14.201020.048

Tempat, Tanggal Lahir : Sebatik, 18 Agustus 1993

Alamat : Jl. Somel RT 06 Desa Balansiku Kecamatan

Sebatik Kabupaten Nunukan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Strategi

Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Studi Kasus: Desa Balansiku Kecamatan

Sebatik Kabupaten Nunukan)” adalah hasil karya saya. Seluruh ide, pendapat

dan materi dari sumber lain telah dikutip dengan tata cara penulisan referensi

yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan jika pernyataan

ini tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi

yang akan dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar Sarjana Pertanian

yang saya dapatkan.

Tarakan, 03 Agustus 2018

Rubin

iv
RIWAYAT HIDUP

Rubin, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan

bapak M.Tawil dan Ibu Hawisa. Dilahirkan di Sebatik,

Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara pada tanggal 18

Agustus 1993.

Pendidikan formal penulis dimulai pada usia 7 tahun di SDN

012 Balansiku pada Tahun 2001 – 2007, kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 03

Sebatik, pada tahun 2007 – 2010, SMA Negeri 1 Sebatik Tengah pada tahun

2010 – 2013.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi

tepatnya di Universitas Borneo Tarakan. Selama proses perkuliahan, penulis

pernah terlibat internal dan eksternal organisasi kampus yaitu Himpunan

Mahasiswa Jurusan Agribisnis (HIMAGRI UBT), UKM Ikatan Mahasiswa Pecinta

Alam Universitas Borneo Tarakan (IMPA UB Tarakan). Penulis pernah

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Kusuma Agrowisata Batu,

Malang pada tahun 2016, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan

Mamburungan Timur Kecamatan Tarakan Timur Kota Tarakan pada tahun 2017,

dan untuk menyandang gelar S1 di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Borneo Tarakan, penulis melakukan penelitian “Strategi

Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Studi Kasus : Desa Balansiku Kecamatan

Sebatik Kabupaten Nunukan).

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil „alamin Segala puja dan puji hanya milik Allah. Tuhan

bagi seluruh alam semesta dan hanya kepada – Nyalah kita menyerahkan segala

daya dan upaya kita sebagai makhluk ciptaan – Nya salam dan sholawat selalu

kita hanturkan kepada sang pencerah zaman Nabi Besar Muhammad SAW. Nabi

pembawa risalah suci dan kenikmatan bagi alam beserta isinya, yaitu Agama

Islam. Atas kehadirat Allah SWT dan rahmat – Nya akhirnya penulisan dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Agribisnis

Perdesaan (Studi Kasus : Desa Balansiku Kecamatan Sebatik Kabupaten

Nunukan)”.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak – pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini, antara lain :

1. Kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah – Nya yang diberikan

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Untuk kedua orang tua penulis, Ayahanda M.Tawil dan Ibunda Hawisa

terima kasih atas cinta, kasih sayang, nasehat, doa yang tidak perah putus,

dan untuk semua kebaikan yang diajarkan, semoga penulis dapat menjadi

seseorang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang disekitarnya.

3. Prof. Dr. Adri Patton, M.Si selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.

4. Dr. Ir. Adi Sutrisno, MP selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa

memberikan masukan – masukan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan

penuh kesabaran.

vi
5. Dr. Etty Wahyuni MS, S.Hut.,MP dan Anang Sulistyo, SP.,MP serta Galih

Yogi Rahajeng, SP.,M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan

banyak saran kepada penulis demi perbaikan.

6. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan, Ketua Jurusan

Agribisnis beserta staff pengajar dan staff laboratorium, staff administrasi

yang telah membantu penulis selama belajar di Fakultas Pertanian

Universitas Borneo Tarakan.

7. H. Firman H. Latif selaku Kepala Desa Balansiku dan Aparatur Pemerintah

Desa Balansiku yang telah bersedia memberikan informasi kepada penulis

mengenai kondisi masyarakat Desa Balansiku.

8. Ismail selaku kepala BP3K dan Kurniawan Hendarto selaku Petugas

Penyuluh Lapangan yang telah bersedia memberikan informasi kepada

penulis.

9. Kepada saudara penulis Nurman dan Nurul Hidayah yang telah

memberikan semangat menuntut ilmu hingga saat ini.

10. Kepada Welti Apriani yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan

semangat untuk penulis saat menjalankan perkuliahan hingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada sahabat penulis yang tergabung dalam perkumpulan “Anak Kos

KeramatToxic” Eliaser Udau, Danang Fajar Sidik, Afnan, Suparno, Sainal

Jamaluddin, Rahmat, Irfan, Felis, Riski Tri Utomo, Roni Sianturi,

Muhammad Armansyah, Arifin dan yang tidak di sebutkan namanya terima

kasih yang selalu mengganggu, memprovokasi, memberikan dukungan

dan semagat serta doa kepada penulis.

vii
12. Terima kasih teman – teman Agribisnis angkatan 2014 yang memberikan

semangat serta kebersamaan kita saat berkumpul dan bermain bersama

menghilangkan rasa jenuh satu sama lain.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena itu

kritik dan saran sangat digunakan sebagai tambahan informasi dan wacana bagi

semua pihak yang membutuhkan. Ucapkan banyak terimah kasih kepada

semuanya dan semoga kita selalu di Rahmati Allah SWT, Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tarakan, 03 Agustus 2018

Rubin

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................. iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

RINGKASAN.................................................................................................... xv

SUMMARY ....................................................................................................... xvii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agribisnis ............................................................................................. 6

2.2. Desa dan Perdesaan ........................................................................... 7

2.2.1. Pembangunan Perdesaan .................................................................. 8

2.2.2. Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan ............................................... 9

2.3. Analisis Lingkungan Perdesaan ......................................................... 14

2.3.1. Analisis Lingkungan Internal .............................................................. 14

ix
2.3.2. Analisis Lingkungan Eksternal ........................................................... 16

2.4. Konsep Strategi ................................................................................... 18

2.5. Analisis SWOT ...................................................................................... 19

2.6. Matriks QSPM........................................................................................ 21

2.7. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 22

2.8. Kerangka Berfikir ................................................................................. 26

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 29

3.2. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 29

3.3. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 31

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Serta Pengambilan

Keputusan ............................................................................................. 32

3.5.1. Tahap Pengumpulan Data .................................................................. 32

3.5.2. Tahap Analisis ..................................................................................... 34

3.5.3. Tahap Pengambilan Keputusan ......................................................... 35

3.6. Definisi Operasional ............................................................................ 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian...................................................... 40

4.2. Kaitan Visi Misi Desa Balansiku Terhadap Pemberdayaan

Agribisnis Perdesaaan ......................................................................... 41

4.3. Kegiatan Agribisnis di Desa Balansiku ............................................. 43

4.4. Identifikasi Potensi Agribisnis di Desa .............................................. 45

4.5. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa ....................................... 50

4.6. Analisis Lingkungan Perdesaan ......................................................... 51

x
4.6.1. Analisis Lingkungan Internal Desa Balansiku .................................. 51

4.6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Desa Balansiku ............................... 59

4.7. Formulasi Strategi ................................................................................ 64

4.7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan ................................... 64

4.7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman......................................... 68

4.7.3. Matriks Faktor Internal (IFE)/Analisis S-W......................................... 72

4.7.4. Matriks Faktor Eksternal (EFE)/Analisis O-T ..................................... 74

4.7.5. Analisis SWOT ...................................................................................... 77

4.7.6. Quntitative Strategic Planning Matrix (QSPM) .................................. 83

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 86

5.2. Saran ...................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 89

LAMPIRAN ...................................................................................................... 93

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan

Pekerjaan Utama 2013 - 2016 (jiwa) per Februari...................................... 2

2. KPM Bansos Rastra Desa Balansiku .......................................................... 3

3. Data Rincian Jumlah Responden ................................................................ 29

4. Matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) ...................... 34

5. Matriks EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary) .................. 34

6. Matriks SWOT ............................................................................................. 35

7. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrik) ............................. 36

8. Data Administrasi Wilayah Kecamatan Sebatik .......................................... 41

9. Jenis Ternak dan Perkiraan Jenis Populasi ................................................ 45

10. Kualitas Angkatan Kerja Berdasarkan Kelompok Umur ............................. 53

11. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Balansiku .......................................... 54

12. Data Sarana Pendidikan Desa Balansiku ................................................... 57

13. Cakupan Pemenuhan Kebutuhan Air.......................................................... 59

14. Realisasi Indikator Makro Ekonomi Menurut PDRB Berdasarkan

Harga Konstan Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Tahun 2013 –

2016 ............................................................................................................. 60

15. Matriks IFE Perdesaaan .............................................................................. 73

16. Matriks EFE Perdesaan............................................................................... 75

17. Analisis SWOT Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan ................. 77

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Analisis SWOT .............................................................................. 20

2. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 28

3. Peta Desa Balansiku ................................................................................... 40

4. Pemanfaatan Lahan Desa Balansiku .......................................................... 59

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi Desa Balansiku ........................................................... 93

2. Kuesioner Penelitian ................................................................................... 94

3. Tabulasi Bobot Matriks IFAS dan EFAS .................................................... 109

4. Tabulasi Rating Matriks IFAS dan EFAS ................................................... 111

5. Tabulasi Matriks QSP .................................................................................. 113

6. Dokumentasi ................................................................................................ 115

xiv
RINGKASAN

Rubin. 14201020048. 2018. “Strategi Pemberdayaan Agribisnis


Perdesaan (Studi Kasus : Desa Balansiku Kecamatan Sebatik Kabupaten
Nunukan)”. Di Bimbing oleh Adi Sutrisno. Fakultas Pertanian Universitas Borneo
Tarakan.
Program – program pengembangan agribisnis di wilayah perdesaaan
masih menyisakan berbagai permasalahan mendasar. Permasalahan lemahnya
skualitas sumber daya manusia, infrastruktur yang belum merata dan kurang
memadai diantaranya infrastruktur jalan dan fasilitas pendukung lainnya seperti
lembaga yang mendukung usaha agribisnis di desa. Penyerapan tenaga kerja di
Indonesia didominasi oleh sektor agribisnis, tetapi hal ini tidak berbanding lurus
dengan tingkat kesejahteraan para pelaku agribisnis terutama buruh tani yang
kesejahteraannya rendah, kondisi yang demikian juga terjadi di Desa Balansiku
dimana masyarakat di desa ini pada umumnya bekerja disektor pertanian
(agribisnis) namun kehidupan mereka tergolong masih kurang sejahtera hal
tersebut dapat dilihat dari persentase Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bansos
Rastra sebesar 33,5 persen sedangkan Desa Balansiku merupakan salah satu
desa yang memiliki luas wilayah agribisnis yang cukup potensial dan memiliki
luas wilayah paling luas dibandingkan desa lainnya yang ada di Kecamatan
Sebatik.
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengidentifikasi gambaran umum
potensi agribisnis yang ada di Desa Balansiku, (2) untuk mengidentifikasi dan
menganalisa faktor – faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pemberdayaan agribisnis di Desa Balansiku.(3) untuk merumuskan alternatif
strategi yang dapat digunakan untuk pemberdayaan agribisnis di Desa
Balansiku.
Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif
kualitatif dengan beberapa alat bantu analisis yang digunakan diantaranya: (1)
Analisis lingkungan perdesaan yang terbagi menjadi lingkungan internal dan
eksternal, (2) matriks IFAS dan EFAS, (3) analisis SWOT sebagai alat
perumusan strategi dan (4) matriks QSP sebagai alat pengambilan keputusan
dengan memilih alternatif strategi berdasarkan hasil prioritas.
Hasil yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu: potensi agribisnis yang
ada di Desa Balansiku (1) padi, (2) pisang kepok, (3) merica dan (4) tanaman
sayur – sayuran seperti cabe, kacang panjang, ketimun, sawi, dan kangkung.
Pada sektor perkebunan diantaranya (1) kelapa sawit, (2) kelapa, dan (3) buah –
buahan seperti durian, rambutan, duku dan jeruk Sunkist Borneo. Pada sektor
perikanan adalah nelayan tangkap dengan hasil udang dan ikan serta nelayan
budidaya tambak ikan bandeng dan rumput laut. Pada sektor peternakan yaitu
ternak sapi dan kambing yang menjadi potensi. Faktor – faktor lingkungan
internal perdesaan terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang dimiliki
oleh Desa Balansiku antara lain: (1) luasnya lahan pertanian dan mata pencarian
utama di sektor pertanian, (2) adanya kelompok petani sebagai wadah penyatu
petani, (3) kebijakan pemerintah desa (visi dan misi) mendukung agribisnis dan
(4) letak wilayah strategis. Kelemahan yang dimiliki oleh Desa Balansiku antara
lain: (1) rendahnya kualitas SDM, (2) akses jalan yang kurang memadai/tidak
kondusif, (3) tidak adanya lembaga khusus yang mendukung usaha agribisnis
dan (4) tidak adanya kadang ternak bagi peternak. Faktor – faktor lingkungan
eksternal yang dihadapi perdesaan terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang

xv
yang dihadapi oleh Desa Balansiku antara lain: (1) adanya program bantuan
Usaha Ekonomi Produktif dari pemerintah untuk usaha agribisnis, (2) adanya
kerjasama dengan pihak swasta dalam usaha pertanian budidaya bawang, (3)
adanya BUMDes dan (4) adanya pendampingan Penyuluh Pertanian Lapangan.
Ancaman yang dihadapi oleh Desa Balansiku antara lain: (1) stabilitas nilai tukar
mata uang, (2) Harga beli hasil pertanian di tetapkan oleh tengkulak, (3) Hama
dan penyakit tanaman dan peternakan, (4) pola berfikir masyarakat petani
terhadap dana bantuan pemerintah yang masih berkutat dana hibah yang tidak
wajib di bayar. Matriks SWOT Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan
menghasilkan delapan alternatif strategi yang kemudian dianalisis menggunakan
matriks QSP, lalu diperoleh prioritas strategi dengan 3 prioritas utama yaitu (1)
membentuk dan membina lembaga pendukung permodalan, aksebilitas, dan
pemenuhan kebutuhan dasar untuk membantu petani memperluas usahatani
dengan nilai TAS sebesar 5,784 (strategi 4), (2) mengkoordinasikan setiap petani
dengan memanfaatkan kelompok tani untuk meningkatkan kualitas SDM dan
pemahaman tentang kebijakan pemerintah dengan nilai TAS sebesar 5,718
(Strategi 7), (3) meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan tenaga
pendamping melalui pelatihan dengan nilai TAS sebesar 5,493. Dari hasil
analisis tersebut strategi pemberdayaan agribisnis pedesaan diharapkan mampu
memberdayakan masyarakat miskin atau tingkat kesejahteraannya rendah agar
dapat meningkatkan kesejahteraannya dan memajukan perekonomian desa.
Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yaitu potensi Desa Balansiku
pada sektor pertanian diantaranya (1) padi, (2) pisang kepok, (3) merica dan (4)
tanaman sayur – sayuran seperti cabe, kacang panjang, ketimun, sawi, dan
kangkung. Pada sektor perkebunan diantaranya (1) kelapa sawit, (2) kelapa, dan
(3) buah – buahan seperti durian, rambutan, duku dan jeruk Sunkist Borneo.
Pada sektor perikanan adalah nelayan tangkap dengan hasil udang dan ikan
serta nelayan budidaya tambak ikan bandeng dan rumput laut. Pada sektor
peternakan yaitu ternak sapi dan kambing yang menjadi potensi. Saran dari hasil
penelitian adalah (1) Desa Balansiku merupakan desa yang memiliki luas wilayah
terluas diantara desa lainnya untuk itu perlu adanya keseriusan pemerintah desa
dalam membuat kebijakan maupun program yang berpihak kepada masyarakat
dalam hal agribisnis dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada,
disamping itu terkait dengan visi misi Desa Balansiku yang mendukung
pengembangan agribisnis di desa. (2) Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petani dengan cara membuat program workshop, pelatihan, studi
banding poktan yang difasiltasi oleh pemerintah atau swasta. (3) Sebaiknya
dilakukan pembimbingan dan pengawasan secara bertahap dari hasil alternatif
strategi pemberdayaan agribisnis perdesaan di Desa Balansiku sesuai dengan
prioritas sehingga tujuan dari pelaksanaan strategi tersebut dapat tercapai dan
tepat sasaran. (4) Disarankan pada peneliti berikutnya yang ingin melakukan
penelitian dengan topik yang sama maka diharapkan dapat mengkaji lebih dalam
masing – masing bagian dalam sistem agribisnis di desa.

xvi
SUMMARY

Rubin. 14201020048. 2018. "Rural Agribusiness Empowerment Strategy


(Case Study: Balansiku Village Sebatik District Nunukan Regency)". Supervised
by Adi Sutrisno. Faculty of Agriculture Borneo University of Tarakan.
Agribusiness development programs in rural areas still leaving a variety of
fundamental problems, among others, weak quality of human resources,
infrastructure that is not evenly distributed and inadequate, and other supporting
facilities such as institutions that support agribusiness in the village. Manpower
absorption in Indonesia is dominated by the agribusiness sector, but this is not
directly proportional to the level of welfare of agribusiness actors, especially
agricultural workers whose welfare was still low. Such conditions also occur in
Balansiku Village where people in this village generally work in the agricultural
sector (agribusiness) but their lives are classified as less prosperous. This can be
seen from the percentage 33.5 of the Rastra Bansos Beneficiary Family (KPM),
while Balansiku Village is one of the villages that has a potential area of
agribusiness and has the widest area compared to other villages in Sebatik
District.
This study aims: (1) to identify an overview of the potential of agribusiness
in Balansiku Village, (2) to identify and analyze internal and external factors that
affect agribusiness empowerment in Balansiku Village. (3) to formulate
alternative strategies that can be used to empower agribusiness in Balansiku
Village.
Data processing and analysis methods consist of qualitative descriptive
analysis with several analytical tools used, including: (1) analysis of rural
environments which is divided into internal and external environments, (2) IFAS
and EFAS matrix, (3) SWOT analysis as a strategy formulation tool and (4) QSP
matrix as a decision making tool by choosing alternative strategies based on
priority results.
The results of the study are: the potential of agribusiness in Balansiku
Village includes (1) rice, (2) kepok banana, (3) pepper and (4) vegetable crops
such as chili, long beans, cucumber, mustard greens, and kale. In the plantation
sector include (1) oil palm, (2) coconut, and (3) fruits such as durian, rambutan,
duku and Sunkist Borneo oranges. In the fisheries sector include fishermen
catching the results of shrimp and fish as well as fishermen in fish cultivating of
milkfish and seaweed. In the livestock sector, cattle and goats are potential.
Internal rural environmental factors consist of strengths and weaknesses. The
strengths of Balansiku Village include: (1) the extent of agricultural land and
major livelihoods in the agricultural sector, (2) the existence of farmer groups as a
unifying farmer, (3) village government policies (vision and mission) supporting
agribusiness and (4 ) strategic location. The weaknesses of Balansiku Village
include: (1) the low quality of human resources, (2) inadequate / not conducive
road access, (3) the absence of specialized institutions that support agribusiness
and (4) the absence of livestock pens of farmers. External environmental factors
faced by rural areas consist of opportunities and threats. Opportunities faced by
Balansiku Village include: (1) the existence of a productive economic business
assistance program from the government for agribusiness, (2) the existence of
cooperation with the private sector in onion cultivation business, (3) the existence
of BUMDes and (4) mentoring of extension workers field farming. The threats
faced by Balansiku Village include: (1) the stability of currency exchange rates,

xvii
(2) the purchase prices of agricultural products set by middlemen, (3) pests and
diseases of crops and livestock, (4) the pattern of farmers thingking of the
goverment grants that are not required to be paid. SWOT Matrix of the Strategy
of Rural Agribusiness Empowerment produces eight alternative strategies wich
are then analyzed using the QSP matrix, then obtained strategic priorities with 3
main priorities, namely (1) forming and fostering capital support institutions,
accessibility, and fulfillment of basic needs to help farmers expand farming with
TAS values amounting to 5,784 (strategy 4), (2) coordinating each farmer by
utilizing farmer groups to improve the quality of human resources and
understanding of government policies with a TAS value of 5.718 (strategy 7), (3)
improving the quality of human resources and accompanying personnel through
training with TAS value is 5,493. From the results of the analysis, the strategy of
empowering rural agribusiness is expected to be able to empower the poor or low
level of welfare in order to improve their welfare and promote the village economy.
Conclusions of this research results are the potential of Balansiku Village at
Agricultural sector include (1) rice, (2) kepok bananas, (3) pepper and (4)
vegetable crops such as chili, long beans, cucumber, mustard greens, and kale.
In the plantation sector including (1) oil palm, (2) coconut, and (3) fruits such as
durian, rambutan, duku and Sunkist Borneo oranges. In the fisheries sector are
fishermen caught with the results of shrimp and fish and fishermen cultivating
milkfish and seaweed fish. In the livestock sector, cattle and goats are potential.
Suggestions of this research results are (1) Balansiku Village is the village that
has the widest area among other villages for it needs the village goverment
seriousness in making policies and programs that favor the community in terms
of agribusiness by utilizing existing strengths and opportunities. Besides that it is
related to the vision and mission of Balansiku Village which supports the
development of agribusiness in the village. (2) Increasing farmers knowledge and
skills by making workshops, training programs, comparative studies of farmer
group facilitated by the government or the private sector. (3) It is advisable to
carry out gradual guidance and supervision of the alternative results of rural
agribusiness empowerment strategies in Balansiku Village in accordance with
priorities so that the objectives of implementing these strategies can be achieved
and on target. (4) It is recommended that the next researcher who wants to do
research on the same topic is expected to be able to study more deeply each part
of the agribusiness system in the village.

xviii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan

perdesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama dalam

perekonomian. Pembangunan perdesaan di Indonesia juga sangat diperlukan

karena sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani

dan bertempat tinggal di perdesaan. Kurang berkembangnya usaha agribisnis di

perdesaan berdampak negatif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.

Program – program pengembangan agribisnis di wilayah perdesaaan

masih menyisakan berbagai permasalahan mendasar. Permasalahan lemahnya

kualitas sumber daya manusia, infrastruktur yang belum merata dan kurang

memadai diantaranya infrastruktur jalan dan fasilitas pendukung lainnya seperti

lembaga yang mendukung usaha agribisnis di desa. Kegiatan perekonomian

perdesaan masih didominasi dengan usaha skala mikro. Dengan pelaku utama

para petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian,

pengolahan hasil pertanian serta industri rumah tangga.

Penyerapan tenaga kerja di Indonesia didominasi oleh sektor pertanian

dalam hal ini agribisnis (bisnis pertanian) namun faktanya sektor ini belum

mampu menjadikan petani di Indonesia menjadi sejahtera, tingkat penyerapan

tenaga kerja di sektor pertanian dapat dilihat berdasarkan data statistik BPS yaitu

data penduduk Indonesia yang bekerja di 15 tahun ke atas dari tahun 2013 –

2016 berdasarkan lapangan pekerjaan pada tabel berikut:


Tabel 1. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama
2013 - 2016 (jiwa) per Februari

Lapangan Pekerjaan 2013 2014 2015 2016


No
Utama Februari Februari Februari Februari
1 Agribisnis 40,764,720 40,833,052 40,122,816 38,291,111
2 Pertambangan dan
1,558,686 1,623,109 1,420,917 1,311,834
Penggalian
3 Industri 14,998,937 15,390,188 16,382,756 15,975,086
4 Listrik, Gas, dan Air
260,116 308,588 311,834 403,824
Minum
5 Konstruksi 6,952,928 7,211,967 7,714,384 7,707,297
6 Perdagangan,
Rumah Makan dan 25,270,435 25,809,269 26,647,168 28,495,436
Jasa Akomodasi
7 Transportasi,
Pergudangan dan 5,285,277 5,324,105 5,192,181 5,192,491
Komunikasi
8 Lembaga Keuangan,
Real Estate, Usaha
3,045,787 3,193,357 3,643,881 3,481,598
Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
9 Jasa
Kemasyarakatan,
17,792,726 18,476,287 19,410,884 19,789,020
Sosial, dan
Perorangan
10 Belum Jelas
- - - -
Batasannya
11 Lainnya - - - -
12 Tak Terjawab - - - -
Total 115,929,612 118,169,922 120,846,821 120,647,697
Sumber : BPS (Survei Angkatan Kerja Nasional), 2016

Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja di

Indonesia didominasi oleh sektor agribisnis, tetapi hal ini tidak berbanding lurus

dengan tingkat kesejahteraan para pelaku agribisnis terutama buruh tani yang

kesejahteraannya rendah, kondisi yang demikian juga terjadi di Desa Balansiku

dimana masyarakat di desa ini pada umumnya bekerja disektor pertanian

(agribisnis) namun kehidupan mereka tergolong masih kurang sejahtera hal

tersebut dapat dilihat dari persentase Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bansos

Rastra yang di sajikan pada tabel berikut:

2
Tabel 2. KPM Bansos Rastra Desa Balansiku
Jumlah Keluarga Persentase
No Nama Desa Jumlah KK
Penerima Manfaat (%)
1 Balansiku 346 116 33.5
2 Tanjung Karang 612 198 32.4
3 Sei Manurung 223 64 28.6
4 Padaidi 201 23 11.4
Total 401
Sumber: Pagu Rastra Kecamatan Sebatik, 2018

Desa Balansiku merupakan salah satu desa yang memiliki luas wilayah

agribisnis yang cukup potensial dan memiliki luas wilayah paling luas

dibandingkan desa lainnya yang ada di Kecamatan Sebatik. Berdasarkan tabel

KPM Bansos Rastra tersebut dapat dilihat adanya ketimpangan antara potensial

yang dimiliki desa dengan tingkat kesejahteraan masyarakat desa yaitu nilai

persentase 33.5 persen merupakan persentase yang paling tinggi di antara desa

lainnya. Karena tidak sejahtera maka perlu dilakukan pemberdayaan petani

dimana pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk meningkatkan

kemampuan petani untuk melaksanakan usahatani yang lebih baik melalui

pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan

sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan

lahan pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi,

serta penguatan kelembagaan petani (Undang – Undang Republik Indonesia No

19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani).

Untuk mengetahui strategi mana yang paling tepat bagi Desa Balansiku,

maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengetahui secara jelas faktor-

faktor internal dan eksternal menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta

ancaman yang dimiliki desa. Hal tersebut dilakukan dengan metode analisis

lingkungan perdesaan untuk memperoleh gambaran umum potensi desa,

sehingga dapat diajukan beberapa alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan

3
sebagai solusi permasalahan yang ada. Agar pemberdayaan dapat berhasil perlu

dirumuskan suatu strategi pemberdayaan dimana dalamnya terdapat penerapan

inovasi teknologi tepat guna melalui penelitian dan pengembangan, menyadari

hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Strategi

Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Studi Kasus : Desa Balansiku

Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan)”.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa saja potensi agribisnis yang dapat dikembangkan untuk

pemberdayaan agribisnis di Desa Balansiku ?

b. Apa sajakah faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penentuan

strategi pemberdayaan agribisnis di Desa Balansiku ?

c. Bagaimana alternatif strategi yang dapat digunakan untuk pemberdayaan

agribisnis di Desa Balansiku ?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengidentifikasi gambaran umum potensi agribisnis yang ada di

Desa Balansiku.

b. Untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor – faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi pemberdayaan agribisnis di Desa Balansiku.

c. Untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk

pemberdayaan agribisnis di Desa Balansiku.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti, Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan

dan pengetahuan peneliti mengenai analisis SWOT sebagai formulasi

untuk menentukan strategi pemberdayaan agribisnis perdesaaan.

4
b. Bagi Desa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukkan dan

juga menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan strategi

pemberdayaan agribisnis di Desa Balansiku.

c. Bagi Fakultas, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi,

sumber informasi, dan memberikan sumbangan kepustakaan sebagai

informasi tambahan yang berguna bagi mahasiswa/i dalam melakukan

penelitian pada bidang yang sama.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agribisnis

Agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa

inggris, agriculture dan bisnis berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan.

Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk

– produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Soekartawi,

2003).

Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi

pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan

produksi itu sendiri ataupun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.

Dengan kata lain agribisnis adalah cara pandang ekonomi bagi usaha

penyediaan pangan (Sjarkowi dan Sufri, 2004).

Menurut Downey dan Erickson (1992) agribisnis merupakan kegiatan yang

berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang

meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan

masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran

pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan

berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan

kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli tersebut mengenai

pengertian agribisnis dapat disimpulkan bahwa agribisnis merupakan suatu

kesatuan kegiatan atau usaha bisnis yang berorientasi di bidang pertanian,

perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan yang mencakup keseluruhan


kegiatan dari hulu (penyediaan input) sampai hilir (ouput produksi) dengan tujuan

memperoleh keuntungan (income profit).

2.2. Desa dan Perdesaan

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal

usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang - Undang Republik Indonesia No

6 Tahun 2014 tentang Desa).

Desa merupakan suatu perwujudan geografis yang di timbulkan oleh unsur

– unsur fisiografis, sosial ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di tempat

tersebut dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain

(R.Bintarto, 1989). Menurut Widjaja (2003) menyebutkan bahwa pengertian Desa

adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli

berdasarkan hak asal – usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam

mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,

demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat perdesaan antara lain sebagai berikut :

a. Di dalam masyarakat perdesaan di antara warganya mempunyai hubungan

yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat

perdesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.

b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan

(Gemeinschaft atau paguyuban).

7
c. Sebagian besar warga masyarakat perdesaan hidup dari pertanian.

Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan

yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.

d. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama,

adat – istiadat dan sebagainya.

Berdasarkan dari beberapa literatur mengenai pengertian desa tersebut

dapat disimpulkan bahwa desa merupakan suatu wilayah yang diakui secara

hukum oleh Negara dan memiliki tatanan kehidupan tersendiri yang menjadi ciri

khas dengan memiliki kewenangan untuk mengatur wilayah sendiri dan saling

berinteraksi satu sama lain yang terdiri dari beberapa unsur yaitu pemerintahan,

wilayah dan masyarakat.

2.2.1. Pembangunan Perdesaan

Maksud pembangunan perdesaan adalah menghilangkan atau mengurangi

berbagai hambatan dalam kehidupan sosial – ekonomi, seperti kurang

pengetahuan dan keterampilan, kurang kesempatan kerja, dan sebagainya

(Jayardinata dan Pramandika, 2006 dalam Jatnika Arifin, 2011). Pentingnya

pembangunan dengan pendekatan agribisnis karena beberapa hal yaitu

meningkatkan daya saing melalui keunggulan komparatif, merupakan sektor

perekonomian utama daerah yang memberikan kontribusi dalam pembentukan

PDB, dan kesempatan kerja serta merupakan sumber pertumbuhan baru yang

signifikan (Saragih, 2002 dalam Juarsyah R et al. 2015).

Pembangunan perdesaan harus melakukan empat upaya besar yang

saling berkaitan:

8
a. Memberdayakan ekonomi masyarakat desa yang memerlukan masukan

modal, bimbingan teknologi, dan pemasaran untuk memandirikan

masyarakat desa.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya penduduk pedesaan dengan

peningkatan pendidikan, kesehatan, dan gizi sehingga memperkuat

produktivitas dan daya saing.

c. Membangun prasarana pendukung pedesaan yang cukup karena lokasi

perkampungan terpencil, seperti jalan, jaringan telekomunikasi dan

penerangan, yang masih merupakan tanggung jawab pemerintah.

Keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam gotong – royong harus

diutamakan.

d. Mengatur kelembagaan pedesaan, yaitu berbagai lembaga pemerintah dan

lembaga kemasyarakatan desa. Pemerintahan desa harus mampu

menampung aspirasi dan menggali aspirasi masyarakat (Kartasasmita,

1996).

2.2.2. Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan

A. Konsep Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan menurut Friedman (1992) dalam Prasetyo (2015)

mengatakan dalam hal ini pembangunan alternatif menekankan keutamaan

politik melalui otonomi pengambilan keputusan untuk melindungi kepentingan

rakyat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung melalui

partisipasi, demokrasi dan pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung.

Pengembangan agribisnis perdesaan bertujuan menjadikan petani handal atau

modern yang bisa mengelola komoditas pertaniannya dari pratanam hingga

pasca panen atau pemasaran (Abdurachman Adimihardja, 2006.).

9
Jimmu (2008) dalam Prasetyo (2015) menyatakan bahwa pengembangan

masyarakat tidak hanya sebatas teori tentang bagaimana mengembangkan

daerah pedesaan tetapi memiliki arti yang kemungkinan perkembangan di

tingkat masyarakat. Pembangunan masyarakat seharusnya mencerminkan

tindakan masyarakat dan kesadaran atas identitas diri.

Menurut Ambar Teguh (2004) bahwa proses belajar dalam rangka

pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap – tahap

yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:

1) Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar

dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.

2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,

kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan

keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam

pembangunan.

3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan

sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian.

Pengembangan agribisnis dengan demikian dapat dikaitkan dalam

kerangka pembangunan perdesaan untuk masa yang akan datang. Di mana

melalui program pemerintah di sektor agribisnis haruslah memperkuat posisi

petani sebagai yang terlibat langsung dalam kegiatan agribisnis dan

kewirausahaan. Sejalan dengan upaya pengembangan agribisnis yang sejak

awal harus diprogramkan oleh pemerintah daerah, maka salah satu langkah ke

arah itu ialah memberi kemudahan kepada petani dalam memperoleh segala

bentuk sumber daya agraria. Akan tetapi kalau sumber daya agraria ini sulit, atau

10
karena hambatan birokrasi, maka dapat diperkirakan bahwa petani kita tidak

akan pernah bangkit dari nestapa keterpurukan mereka sebagai petani yang

tetap tidak berdaya, lebih-lebih petani penggarap (Aminuddin Siregar, 2008

dalam Jatnika Arifin, 2011.)

B. Tujuan Pemberdayaan

Dalam praktek pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh banyak

pihak, seringkali terbatas pada pemberdayaan ekonomi dalam rangka

pengentasan kemiskinan (poverty alleviation) atau penanggulangan kemiskinan

(poverty reduction). Oleh karena itu kegiatan pemberdayaan selalu dilaksanakan

dalam bentuk pengembangan kegiatan produktif untuk peningkatan pendapatan

(income generation).

Pemahaman tersebut tidaklah salah akan tetapi belum cukup, oleh karena

hakikat dari pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan,

mendorong kemauan dan keberanian, serta memberikan kesempatan bagi upaya

– upaya masyarakat setempat untuk dengan atau tanpa dukungan pihak luar

mengembangkan kemandiriannya demi terwujudnya perbaikan kesejahteraan

(ekonomi, sosial, fisik dan mental) secara berkelanjutan. Kemampuan dan

keberanian untuk mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan pertimbangan

– pertimbangan:

1) Keadaan sumberdaya yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan.

2) Penguasaan dan kemampuan pengetahuan teknis untuk memanfatkan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

3) Sikap kewirausahaan dan keterampilan manajerial yang dikuasai.

4) Kesesuaian sosial – budaya dan kearifan tradisional yang diwariskan serta

dilestarikan secara turun temurun (Totok Mardikanto, 2009).

11
C. Aspek – Aspek Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari lingkup dan objek pemberdayaan

mencakup beberapa aspek diantaranya:

1) Peningkatan kepemilikan asset (sumberdaya fisik dan finansial) serta

kemampuan (secara individual dan kelompok) untuk memanfaatkan aset

tersebut demi perbaikan kehidupan mereka.

2) Hubungan antar individu dan kelompoknya, kaitannya dengan pemilikan

aset dan kemampuan memanfatkannya.

3) Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan.

4) Pengembangan jejaring dan kemitraan kerja baik ditingkat lokal, regional

maupun global (Totok Mardikanto, 2009).

D. Unsur – Unsur Pemberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan sedikitnya 4 unsur

pokok , yaitu:

1) Aksebilitas informasi , karena informasi merupakan kekuasaan bau

kaitannya dengan: peluang,layanan, penegakan hukum, efektivitas

negosasi, dan akuntabilitas.

2) Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan

bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan.

3) Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggung jawaban publik atas segala

kegiatan yang dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat.

4) Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja sama,

mengorganisir warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk

memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi (Totok Mardikanto,

2009).

12
E. Objek Pemberdayaan

Totok Mardikanto (2009) mengatakan bahwa objek atau target sasaran

pemberdayaan dapat diarahkan pada manusia (human) dan wilayah/kawasan

tertentu. Pemberdayaan yang diarahkan pada manusia dimaksudkan untuk

menaikkan martabatnya sebagai makhluk sosial yang berbudaya dan

meningkatkan derajat kesehatannya agar mereka dapat hidup secara lebih

produktif. Upaya ini dilakukan melalui serangkaian program penguatan kapasitas.

Dalam kerangka perencanaan, penentuan kelompok sasaran pemberdayaan

masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan umum (universal) dan

pendekatan khusus (ideal).

Secara umum, pemberdayaan yang diberikan kepada semua masyarakat.

Keuntungan dari pendekatan ini mudah untuk diterapkan, namun kejelekan

pendekatan ini adalah adanya disparatis atau kesenjangan pemahaman yang

cukup tinggi. Sedangkan pendekatan khusus, menekankan bahwa pola

pemberdayaan yang sesuai dengan klasifikasi strata masyarakat. Sedangkan

syarat yang harus dipenuhi adalah kelengkapan indikator dan kejelasan

mengenai kriteria materi pemberdayaan.

F. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan

Indikator keberhasilan yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan program –

program pemberdayaan masyarakat meliputi:

1) Jumlah warga yang secara nyata tertarik untuk hadir dalam tiap kegiatan

yang dilaksanakan.

2) Frekuensi kehadiran tiap – tiap warga pada pelaksanaan tiap jenis

kegiatan.

13
3) Tingkat kemudahan penyelenggaraan program untuk memperoleh

pertimbangan atau persetujuan warga atas ide baru yang dikemukakan.

4) Jumlah dan jenis ide yang dikemukakan oleh masyarakat yang ditujukan

untuk kelancaran pelaksanaan program kegiatan.

5) Intensitas kegiatan petugas dalam pengendalian masalah.

6) Meningkatkan kapasitas skala partisipasi masyarakat.

7) Berkurangnya masyarakat yang menderita.

8) Meningkatkan kepedulian dan respon terhadap perlunya peningkatan mutu

hidup.

9) Meningkatnya kemandirian masyarakat (Totok Mardikanto, 2009).

2.3. Analisis Lingkungan Perdesaan

Analisis lingkungan dalam hal ini lingkungan perdesaan bertujuan untuk

memantau lingkungan perdesaan dan juga dapat berfungsi sebagai dasar untuk

melakukan pembenahan perdesaan secara gradual bahkan perubahan total

dimasa mendatang. Lingkungan perdesaan mencakup semua faktor yang terdiri

dari lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kelangsungan

dalam pencapaian tujuan perdesaan.

2.3.1. Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada dalam

organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan

khusus pada perdesaan. Analisis lingkungan internal perdesaan menggunakan

pendekatan Kerangka Penghidupan Berkelanjutan yang diterjemahkan dari

bahasa Inggris Sustainable Livelihoods (SL) dalam menentukan kekuatan dan

kelemahan. Kerangka SL mengungkap suatu unit keluarga atau unit tertentu

14
dalam hal ini lingkungan internal perdesaan bertumpu pada asset yang

dimilikinya, asset tersebut meliputi lima jenis modal diantaranya :

A. Sumber Daya Manusia (Human Asset)

Pendekatan penghidupan (livelihoods approach) memiliki perhatian yang

pertama dan utama pada manusia (people center) sebagai subyek yang penting.

Sumber daya manusia menunjukkan kemampuan seseorang dalam memperoleh

akses yang lebih baik terhadap kondisi penghidupan mereka (Baiquni, 2006).

Sebagai modal terpenting dalam penghidupan yang memungkinkan seseorang

melaksanakan strategi penghidupan serta mencapai tujuan penghidupan

mereka, modal manusia juga diperlukan untuk mengolah empat aset

penghidupan lainnya (DFID, 1999). Dalam hal ini, modal manusia dinilai dari

variabel pendidikan, kesehatan, pengalaman, pengetahuan atau keterampilan,

tenaga kerja, dan karakter diri/ motivasi/ inovasi. Kualitas manusia perlu terus

ditingkatkan agar pengelolaan aset berdayaguna dan lestari keberlanjutannya.

B. Modal Sosial (Social Asset)

Modal Sosial merupakan sumber daya sosial yang bermanfaat dan

digunakan masyarakat untuk mencapai tujuan penghidupan mereka. Sumber

daya sosial umumnya bersifat intangible tidak mudah untuk diukur, namun

memiliki manfaat bagi masyarakat (DFID 2001). Modal sosial terdiri dari unsur

organisasi masyarakat, partisipasi, gotong royong, hubungan kekerabatan, dan

jaringan sosial.

C. Modal Finansial Ekonomi/Keuangan (Financial Asset)

Modal Finansial merupakan sumber-sumber keuangan yang dapat

digunakan dan dimanfaatkan masyarakat dalam mencapai tujuan penghidupan

mereka, yaitu meliputi cadangan atau persediaan baik milik sendiri ataupun

15
lembaga keuangan, serta berupa aliran dana teratur (DFID, 2001). Modal

finansial meliputi penghasilan, pengeluaran, tabungan, hutang piutang, dan

bantuan.

D. Infrastruktur Perdesaan (Phisycal Asset)

Infrastruktur Perdesaan atau modal fisik adalah prasarana dasar dan

fasilitas lain yang dibangun untuk mendukung proses penghidupan masyarakat.

Prasarana yang dimaksud meliputi pengembangan lingkungan fisik yang

membantu masyarakat dalam melaksanakan tugas kehidupan lebih produktif.

Prasarana umumnya merupakan fasilitas umum yang digunakan tanpa dipungut

biaya langsung (DFID, 2001). Modal fisik meliputi sarana dan prasarana,

peralatan kerja/produksi, dan teknologi.

E. Modal Sumber Daya Alam (Natural Asset)

Modal Sumber Daya Alam atau modal alam merupakan persediaan alam

yang menghasilkan daya dukung dan nilai manfaat bagi penghidupan manusia

(DFID, 2001). Modal alam meliputi sumber daya lahan yang terdiri dari

penguasaan lahan dan produktivitas lahan, sumber daya air, dan jasa

lingkungan.

2.3.2. Analisis Lingkungan Ekternal

Faktor eksternal perdesaan merupakan faktor – faktor lingkungan di luar

perdesaan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi semua

tindakan masyarakat perdesaan atau semua pihak yang berkepentingan dalam

pengambilan keputusan. Analisis lingkungan eksternal adalah suatu proses yang

digunakan para perencana strategi untuk memantau faktor lingkungan eksternal

dalam menentukan peluang dan ancaman terhadap perdesaan. Dengan

demikian perdesaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling

16
efektif dan dapat menangani ancaman dari luar. Lingkungan eksternal

perdesaan terdiri atas :

A. Politik dan Kebijakan Pemerintah

Arah dan stabilitas dari faktor politik merupakan pertimbangan utama

dalam memformulasikan strategi pengembangan perdesaan. Kendala-kendala

politik diberlakukan terhadap perdesaan melalui kebijakan pemerintah, program –

program pemerintah baik secara nasioanal maupun kedaerahan, keputusan

perdagangan yang wajar, program perpajakan, perundangan gaji minimum,

kebijakan polusi dan penetapan harga, batasan administratif serta banyak

tindakan lain yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat

umum dan lingkungan.

B. Faktor Ekonomi,

Keadaan ekonomi suatu daerah akan mempengaruhi kemampuan ekonomi

masyarakat perdesaan. Faktor ekonomi mengacu pada sifat, cara dan arah dari

perekonomian dimana suatu perdesaan akan atau sedang berkompetisi.

C. Sosial Budaya dan Lingkungan

Faktor – faktor sosial yang mempengaruhi suatu perdesaan mencakup

keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang dan gaya hidup dari orang-orang

di lingkungan sekitar perdesaan. Faktor – faktor ini biasanya dikembangkan dari

kondisi kultural, ekologis, pendidikan dan kondisi etnis. Seandainya faktor sosial

berubah maka permintaan untuk berbagai produk dan aktivitas juga turut

mengalami perubahan. Para pelaku ekonomi perdesaan juga harus dapat

memperhatikan tentang hal – hal yang menyangkut faktor demografi diantaranya

adalah ukuran populasi, distribusi geografi, pencampuran etnis serta distribusi

17
pendapatan. Melihat dinamisnya perubahan yang global mengikuti trend, bukan

hanya secara domestik.

D. Demografi

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika

kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi

penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat

kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat

merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan

kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.

E. Teknologi

Untuk meningkatkan inovasi maka harus disadari akan perubahan

teknologi yang dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian di perdesaan.

Perkembangan teknologi mendorong pada perkembangan teknik produksi suatu

produk, terutama produk pertanian. Teknik budidaya merupakan bagian dari

kegiatan agribisnis yang harus berorientasi pada pasar. Artinya teknik budidaya

dilakukan berdasarkan pada kualitas yang diinginkan oleh pihak konsumen

sehingga produk tersebut dapat dipasarkan dengan baik. Sehingga teknik

budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul.

2.4. Konsep Strategi

Menurut David (2009) strategi adalah sarana yang memiliki tujuan jangka

panjang bagi desa. Strategi bisnis mencakup ekspansi geografis, diversifikasi,

akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, divestasi, likuidasi dan usaha

patungan (join venture). Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu industri

kecil, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk

mencapai tujuan tersebut (Chandler, 1962 dalam Rangkuti, 2016). Pemahaman

18
yang baik mengenai konsep strategi dan konsep – konsep lain yang

bersangkutan sangat menentukan suksesnya strategi apa yang akan disusun.

Konsep – konsep tersebut adalah:

A. Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan desa agar dapat

melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut

Day dan Wensley (1988) dalam Rangkuti (2016), Distinctive Competence

ini di identifikasi meliputi:

1) Keahlian tenaga kerja

2) Kemampuan sumber daya.

B. Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan desa untuk

agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

Menurut Porter (1985) dalam Rangkuti (2016) menyebutkan ada tiga

strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan

bersaing yaitu :

1) Keunggulan biaya menyeluruh (Cost Leadership)

2) Diferensiasi

3) Fokus

2.4. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan alat analisis situasional yang banyak digunakan

dalam perusahaan atau lembaga dalam melakukan formulasi strategi (Solihin,

2012). Analisis strategi ini mengharuskan para manager strategis untuk

menemukan peluang – peluang eksternal dan kekuatan – kekuatan internal,

disamping memperhatikan ancaman – ancaman eksternal dan kelemahan –

kelemahan internal. Dari hasil analisis SWOT akan diperoleh strategi alternatif

desa untuk membantu manajer strategis memutuskan kearah mana perusahaaan

19
atau lembaga dapat tumbuh dan berkembang. Rencana strategis didesain atas

dasar memaksimalkan kekuatan (strength) yang ada dan peluang (opportunity)

yang secara simultan mengatasi, mengelakkan dan meminimalisasikan

kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) (Rangkuti, 2016)

Menurut David (2009), penjabaran interprestasi analisis SWOT dapat

diterangkan sebagai berikut:

a. Strength yaitu kekuatan desa yang menggambarkan besarnya keunggulan

sumber daya serta kemajuannya dalam menentukan perubahan strategi

operasi.

b. Weakness, yaitu kelemahan desa yang menggambarkan keterbatasan

sumber daya serta kemampuan desa secara serius yang menghalangi

kinerja efektif dalam mengembangkan strategi operasi.

c. Opportunities, yaitu peluang desa yang menggambarkan situasi desa yang

menguntungkan bagi desa dalam mengembangkan strategi operasi pada

lingkungan desa.

d. Threaths, yaitu ancaman desa yang menggambarkan situasi desa yang

merugikan bagi desa sehingga menciptakan ancaman dan hambatan.

Berbagai peluang

Strategi turn around Strategi agresif

Kelemahan Kekuatan
Internal Internal

Strategi Difensif Strategi diversifikasi

Berbagai ancaman

Sumber : Rangkuti, 2016


Gambar 1. Diagram Analisis SWOT

20
Menurut Rangkuti (2016), matriks SWOT terdiri dari 4 kuadran yang

menunjukkan profil strategi yang terdiri dari:

a. Kuadran I adalah profil strategi agresif yaitu profil organisasi yang

menguntungkan, dimana perusahaan atau lembaga tersebut memiliki

peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

b. Kuadran II adalah profil strategi diversifikasi yaitu perusahaan atau

lembaga meskipun menghadapi berbagai ancaman, namun masih memiliki

kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang

dengan cara strategi diversifikasi produk atau pasar.

c. Kuadran III adalah profil strategi turn around yaitu kondisi dimana

perusahaan atau lembaga menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi

dilain pihak ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus

strategi perusahaan atau lembaga ini adalah meminimalkan masalah –

masalah internal perusahaan atau lembaga sehingga dapat merebut

peluang pasar yang lebih baik.

d. Kuadran IV adalah profil strategi defensif yaitu perusahaan atau lembaga

menghadapi situasi yang tidak menguntungkan, perusahaan atau lembaga

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus

strategi adalah bertahan atau tutup.

2.7. Matriks QSPM

Matriks QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi

mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor –

faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya.

Tujuannya yaitu untuk menetapkan ketertarikan dari strategi bervariasi yang telah

21
dirumuskan pada analisis SWOT. Secara konseptual, QSPM (Quantitative

Strategic Planning Matrix) menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal

dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari setiap strategi di dalam

serangkaian alternatif dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari setiap

faktor keberhasilan penting eksternal dan internal. Berapa pun rangkaian strategi

alternatif dapat dimasukkan dalam setiap rangkaian tersebut, tetapi hanya

strategi – strategi di dalam rangkaian tertentu yang dievaluasi relatif satu

terhadap yang lain (David, 2009).

2.8. Penelitian Terdahulu

Pada usulan penelitian ini peneliti mengambil beberapa kajian penelitian

terdahulu yang terkait dengan topik rencana penelitian yaitu penelitian dengan

topik pengembangan agribisnis dan topik strategi pengembangan. Selain topik,

penulis juga mengkaji penelitian terdahulu dengan melihat alat analisis yang

digunakan yaitu IFAS dan EFAS, matriks analisis SWOT dan matriks QSPM.

Dimana hal tersebut bertujuan untuk melihat perbandingan antara penelitian

terdahulu dengan penelitian ini sehingga dapat menunjukkan adanya

persamaan, keunggulan dan kelemahan pada penelitian.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rika Hariance et al. (2016) mengenai

Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Robusta di Kabupaten Solok.

Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil analisis faktor – faktor

internal maupun eksternal yang terdiri dari faktor kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman. Penulis dapat melihat setelah merumuskan alternatif strategi

dalam matriks SWOT agribisnis kota robusta berada pada kuadran 1. Kudran ini

merupakan situasi yang menguntungkan karena pengembangan agribisnis kopi

22
robusta memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung

kebijakan pertumbuhan yang agresif. Nilai pada kuadran diperoleh dari

menghubungkan titik 0,8 pada kekuatan dan 1,8 peluang.

Dari penelitian yang disusun oleh Musna Mohamad et al. (2016) yang

menganalisis mengenai Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung di

Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una Una. Penulis dapat melihat

berbagai alternatif strategi hasil dari matriks analisis SWOT diperoleh alternatif

SO sebesar 2,96 yaitu meningkatkan produksi dengan menggunakan teknologi

pertanian tepat guna, meningkatkan potensi lahan dan memanfaatkan bantuan

pemerintah untuk peningkatan produksi. Dan melakukan kerjasama dengan

pihak industri atau pemerintah untuk memperoleh pasar dan pengadaan saprodi.

Strategi ST sebesar 2,71 yaitu menjalin kerjasama dengan pemerintah dan

swasta produsen obat – obatan untuk memberikan pelatihan pengendalian hama

dan mengupayakan adanya kerjasama petani dengan pihak swasta. Strategi WO

sebesar 2,73 yaitu mengupayakan akses dan sumber pembiayaan usahatani

yang mudah, perbaikan teknologi budidaya tanaman jagung dan memanfaatkan

program PUAP dari pemerintah. Strategi WT sebesar 2,48 yaitu meningkatkan

peran serta penyuluh pertanian yang menyangkut masalah pengendalian hama,

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dan membangun hubungan

kerjasama dengan mitra yang menjadi target pasar.

Pada penelitian yang susun oleh Permata Ika Hidayati (2017) tentang

Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Peternakan Ayam Ras di Kabupaten

Probolinggo Jawa Timur dimana setelah melakukan perumusan strategi dari

analisis matriks SWOT dan Matriks IE pada tahap pengambilan keputusan

23
digunakan alat analisis matriks QSPM diperoleh gambaran nilai TAS yang

menunjukan nilai tertinggi sampai terendah kemenarikan relative dari stretegi

tersebut yaitu peningkatan pangsa pasar untuk meraih posisi market leader

melalui kebijakan dari pemerintah daerah dan perusahaan yang terkait, dengan

skor 5,194. Itu berarti bahwa strategi pengembangan agribisnis peternakan ayam

ras menjadi pilihan utama. Strategi peningkatan produksi melalui pengendalian

dan pengawasan terhadap hama atau penyakit ternak agar usaha peternakan

bisa berkelanjutan menjadi pilihan kedua dengan skor 4,661. Strategi alternatif

dengan memberikan jaminan dalam permodalan dan mengoptimalkan petugas

lapangan menjadi pilihan ketiga dengan skor 4,560. Strategi mengoptimalkan

modal usaha dan meningkatkan kemampuan dalam pengembangan agribisnis

menjadi pilihan keempat dengan skor 4,194.

Dari penelitian yang disusun oleh Hajry Arief Wahyudy et al. (2015) tentang

Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Karet Rakyat Di Kabupaten Kuantan

Singingi, Provinsi Riau penulis dapat melihat berdasarkan hasil penelitian dan

pengamatan dari sistem agribisnis karet diperoleh beberapa faktor internal dan

eksternal yang menentukan arah Strategi Pengembangan Agribisnis Karet Di

Kabupaten Kuansing. Berdasarkan hasil dari matriks IFAS dan EFAS dapat

diketahui bahwa hasil analisis SWOT untuk pengembangan agribisnis karet di

Kababupaten Kuansing yaitu sebagai berikut: Faktor internal pengembangan

agribisnis karet yang meliputi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses)

menunjukkan bahwa total nilai dari kekuatan adalah 1,07 dan kelemahan adalah

1,69 sehingga total keseluruhan dari faktor internal adalah 2,76. Faktor eksternal

yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) menunjukkan

bahwa nilai peluang adalah 1,48 dan ancaman adalah 1,21 sehingga total

24
keseluruhan dari faktor eksternal adalah 2,68. Selanjutnya, hasil analisis pada

diagram SWOT, menunjukkan bahwa strategi pengembangan agribisnis karet di

Kabupaten Kuansing terletak pada kuadran III yaitu Strategi WO (Weaknesses

and Opportunities). Strategi ini merupakan strategi pertumbuhan, dengan cara

mengatasi kelemahan untuk mengejar peluang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendro Wibowo dan Nur Hayati

(2013). Strategi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (Puap)

Dalam Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Berbasis Agribisnis

(Lkma) penulis dapat melihat berdasarkan hasil penelitian pada tahap analisis,

diketahui posisi pemberdayaan organisasi ada pada kuadran I yang didapat dari

hasil analisis SWOT. Faktor internal yang meliputi kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weaknesses) menunjukkan bahwa total nilai dari kekuatan adalah

4,10 dan kelemahan adalah 2,90 sehingga total keseluruhan dari faktor internal

adalah 7,00. Faktor eksternal yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman

(threats) menunjukkan bahwa nilai peluang adalah 4,00 dan ancaman adalah

3,85 sehingga total keseluruhan dari faktor eksternal adalah 7,83. Pada matriks

SWOT telah di dapat beberapa alternative strategi SO (stength - opportunity).

Adapun alternatif strateginya adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan usaha

tani melalui pemaksimalan basis kelembagaan tani dengan teknologi terbarukan

yang efisien. (2) Membuka peluang pemasaran hasil dengan segmen yang

beragam dengan membentuk unit usaha Gapoktan yang dikelola oleh petani –

petani yang memiliki usaha sejenis. (3) Menumbuhkan unit lembaga keuangan

mikro berbasis modal dari petani dengan meningkatkan peran modal petani

dalam pemupukan modal Gapoktan. Tahap selanjutnya adalah mengambil

keputusan tentang strategi pemberdayaan Gapoktan yang akan diambil di

25
wilayah Jakarta Selatan dengan menggunakan Matriks Perencanaan Strategi

Kuantitatif atau dikenal dengan QSPM. Selanjutnya Dari matriks QSPM, dapat

dilihat bahwa total kemenarikan relatif dari beberapa alternatif secara berurutan

adalah: (1) Mengembangkan usaha tani melalui pemaksimalan basis

kelembagaan tani dengan teknologi yang efisien dengan total nilai daya tarik

(TAS) sebesar 6,49. (2) Menumbuhkan unit lembaga keuangan mikro berbasis

modal dari petani dengan meningkatkan peran modal petani dalam pemupukan

modal Gapoktan dengan total nilai daya tarik (TAS) sebesar 5,45. (3) Membuka

peluang pemasaran hasil dengan segmen yang beragam dengan membentuk

unit usaha Gapoktan yang dikelola oleh petani – petani yang memiliki usaha

sejenis dengan total nilai daya tarik sebesar 5,31.

2.9. Kerangka Berfikir

Pada usulan penelitian ini akan dilakukan dengan melihat gambaran umum

perekonomian, karakteristik masyarakat serta kegiatan agribisnis atau potensi

dan permasalahan di desa. Penentuan Strategi Pemberdayaan Agribisnis

Perdesaan dilakukan dengan mengidentifikasikan faktor – faktor eksternal dan

internal yang mempengaruhi perkembangan agribisnis di Desa Balansiku.

Analisis lingkungan internal berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki dalam sektor agribisnis. Sedangkan analisis

eksternalnya berguna untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang

dihadapi oleh desa.

Pengidentifikasian ini dilanjutkan dengan memilih faktor strategis didalam

bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) yang sebelumnya dilakukan

analisis S – W (strength – weakness) dan EFE (External Factor Evaluation) yang

sebelumnya dilakukan analisis O – T (opportunity – threat). Pengidentifikasian ini

26
bertujuan untuk mengetahui apakah kekuatan yang dimiliki lebih besar dari

kelemahan atau sebaliknya dan apakah potensi perdesaan terutama sektor

agribisnis yang dimiliki oleh desa mampu memanfaatkan peluang untuk

pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Lalu dari hasil matriks IFE dan EFE

dilakukan penentuan alternatif strategi dengan analisis SWOT (Strength,

Weakness, Opportunity, Threat).

Penentuan alternatif strategi ini terdiri dari empat alternatif strategi yaitu

strategi penyesuaian kekuatan dan peluang, strategi penyesuaian kelemahan

dan peluang, strategi penyesuaian kekuatan dan ancaman, serta strategi

penyesuaian kelemahan dan ancaman. Keempat alternatif strategi yang

dihasilkan dari matriks akan dipilih strategi yang terbaik untuk dapat diterapkan

dalam pemberdayaan ekonomi perdesaan dengan analisis yang lebih objektif

dalam matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) dengan alat

analisis ini nantinya dapat diketahui prioritas strategi yang akan diterapkan di

desa tersebut dilihat dari nilai/skor totalnya (Weighted Actractiveness

Score/WAS).

Hasil matriks QSPM akan diperlihatkan dari perolehan skor yang tertinggi

menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut penting sebagai prioritas utama

untuk diterapkan dan perolehan skor terendah menunjukkan bahwa alternatif

strategi tersebut merupakan prioritas terakhir yang dipilih untuk dilaksanakan.

Adapun kerangka pemikiran pada usulan penelitian ini dapat di lihat pada

gambar berikut:

27
Desa Balansiku

Pengumpulan Data Mengenai Kegiatan


Perekonomian & Permasalahan Di Desa

Faktor Lingkungan Internal:


Identifikasi Potensi dan Model 1. SDM
Pemberdayaan Agribisnis Di Desa 2. Modal sosial
3. Modal finansial ekonomi
4. Infrastruktur perdesaan
Analisis Lingkungan 5. SDA
Perdesaan Faktor Lingkungan Eksternal:
1. Kebijakan pemerintah
2. Ekonomi
3. Sosial budaya & lingkungan
4. Demografi
Matriks IFE/ Matriks EFE/ 5. Teknologi
Analisis S-W Analisis O-T

`
Formulasi Strategi Matriks SWOT

Pemilihan Strategi Matriks QSP

Rekomendasi Strategi

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

28
III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Balansiku Kecamatan Sebatik

Kabupaten Nunukan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai

Agustus 2018 mulai dari pembuatan proposal sampai dengan skripsi.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu teknik nonprobability

sampling dimana pengambilan sampel tidak memberikan kesempatan ataupun

peluang bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun jenis

penentuan sampel dari teknik nonprobability sampling yang digunakan yaitu

menggunakan purposive sampling (secara sengaja) yang merupakan teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013).

Pemilihan sampel atau informan kunci pada penelitian ini dilakukan atas

dasar keterwakilan dari pemerintah dan lembaga atau intansi serta tokoh

masyarakat di desa lokasi penelitian yang memiliki kontribusi dan peranan besar

dalam perumusan dan pelaksanaan strategi pemberdayaan dan pengembangan

agribisnis perdesaaan di lokasi penelitian . Informan kunci yang diambil

berjumlah 15 orang yang di rincikan pada tabel berikut:

Tabel 3. Data Rincian Jumlah Informan Kunci


No Informan Kunci Jumlah
1 Kepala BP3K Sebatik 1
2 Kepala Desa Balansiku 1
3 Penyuluh Pertanian Lapangan 1
4 Lembaga Kemasyarakatan (Rukun Tetangga) 8
5 Tokoh Masyarakat 4
Jumlah 15
Sumber: Data Sekunder, 2018
3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu berupa

data primer dan data sekunder yang dapat mendukung penelitian dan bersifat

kualitatif maupun kuantitatif:

a. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata – kata yang

diucapkan secara lisan, gerak – gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek penelitian atau informan yang berkenaan dengan variabel yang

diteliti atau data yang dperoleh dari informan kunci secara langsung

(Arikunto, 2010). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh

dengan suatu metode pengumpulan data yang bersifat pengamatan

langsung dilapangan dengan melalui dua cara yaitu kuesioner dan

wawancara secara mendalam (in depth interview) terhadap informan kunci.

Adapun data yang akan di ambil untuk dijadikan bahan analisis berupa

data dari aspek SDM, modal sosial, modal finansial ekonomi, infrastruktur

perdesaan, SDA, kebijakan pemerintah, ekonomi, sosial budaya dan

lingkungan, demografi, serta teknologi.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data

yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat

dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen – dokumen grafis

seperti tabel, catatan, sms, foto dan lain – lain (Arikunto, 2010). Data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dapat disimpulkan suatu

studi kepustakaan atau studi literatur yang relevan atau berkaitan dengan

rumusan masalah. Data ini bersumber dari penelitian terdahulu, BPS

Kabupaten Nunukan, Statistik Daerah Kecamatan Sebatik, Potensi dan

30
Profil Desa, dan data dari lembaga di Kecamatan Sebatik yang terkait

dengan penelitian ini serta situs internet atau bahan pustaka lain yang

relevan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

a. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan memberikan daftar pertanyaaan atau pertanyaan tertulis kepada

informan kunci untuk dijawab dan dapat berbentuk pertanyaan tertutup atau

terbuka yang diberikan kepada infroman kunci secara langsung atau tidak

langsung (Sugiyono, 2013). Kuesioner sebaiknya diberikan secara langsung oleh

peneliti kepada informan kunci, dengan adanya kontak langsung antara peneliti

dengan informan kunci akan menciptakan suatu kondisi yang baik, sehingga

informan kunci dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara memperoleh data atau informasi untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab yang dilakukan dengan tatap muka

antara pewawancara dengan informan kunci dalam suatu topik tertentu

(Sugiyono, 2013). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

dengan dukungan alat bantu seperti kuesioner untuk mencatat informasi yang

dibutuhkan dan kamera atau hp untuk bukti jelas jika memang benar melakukan

wawancara dengan informan.

c. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

sengaja dan sistematis yang mempunyai ciri spesifik terhadap aktivitas individu

atau objek lain yang diselidiki dan jumlah informan kunci yang diamati tidak

31
terlalu besar. (Sugiyono, 2013). Pelaksanaan observasi yaitu dengan

mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian sehingga

didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah yang diteliti.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan sumber – sumber data sekunder yang berhubungan dengan

masalah penelitian yang ada di lokasi penelitian yang merupakan catatan

peristiwa yang sudah lalu. Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

wawancara dan observasi dalam penelitian (Sugiyono, 2013). Dokumen dapat

berupa tulisan, gambar ataupun berita media online, arsip – arsip tertulis dari

BPS, kantor Kecamatan, Desa ataupun dokumentasi eksternal berisi bahan –

bahan informasi berupa buku, jurnal ilmiah, data internet berkaitan yang

membantu penelitian.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data serta Pengambilan Keputusan

Dimana proses perencanaan strategis dilakukan melalui tiga tahap yaitu :

1) Tahap pengumpulan data (Input Stage); 2) Tahap analisis (Matching Stage);

dan 3) Tahap pengambilan keputusan (Decision Stage) (Rangkuti, 2016).

Berdasarkan dengan 3 hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

3.5.1. Tahap Pengumpulan Data

Pada dasarnya dalam tahap ini tidak hanya sekedar pengumpulan data,

namun juga merupakan suatu tahap pra – analisis dan pengklasifikasian. Pada

tahap ini data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal

dimana model yang digunakan pada tahap ini yaitu matrik faktor strategi internal

(IFAS) dan matrik faktor strategi eksternal (EFAS)

32
A. Matrik IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) dan Matrik EFAS

(Eksternal Strategic Factor Analysis Summary)

Cara untuk menyimpulkan faktor – faktor strategis dalam suatu daerah adalah

mengkombinasikan faktor strategis internal (IFAS) dengan faktor strategis

eksternal (EFAS). langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Tentukan faktor – faktor IFAS dan EFAS yang paling penting dalam kolom

faktor strategis kunci, tunjukkan mana yang merupakan kekuatan (S).

kelemahan (W), peluang (O), dan ancaman (T).

2) Berilah bobot pada masing – masing faktor tersebut dengan skala mulai

dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) dengan jumlah

total pada kolom bobot IFAS dan EFAS mencapai angka 1.00.

3) Berikan rating untuk masing – masing faktor dengan memberikan skala

mulai dari 4 dengan 1 sampai. Pemberian nilai untuk variabel peluang

(opportunity) variabel tersebut memiliki pola pengaruh yang bersifat positif

terhadap perdesaan, dimana tingkah pengaruh tersebut diberi nilai sebagai

berikut: (1) Memiliki pengaruh positif sangat kecil diberi nilai 1, (2) Memiliki

pengaruh positif kecil diberi nilai 2, (3) Memiliki pengaruh positif besar

diberi nilai 3, (4) Memiliki pengaruh positif sangat besar diberi nilai 4

,sedangkan nilai untuk variabel ancaman (threats) memiliki pola sebaliknya

yaitu bersifat negatif terhadap perdesaan, dimana tingkat pengaruh

tersebut di beri nilai berikut:(1) Memilik pengaruh negatif sangat besar

diberi nilai 1, (2) Memiliki pengaruh negatif kecil diberi nilai 2, (3) Memiliki

pengaruh negatif kecil diberi nilai 3, (4) Memiliki pengaruh negatif sangat

kecil diberi nilai 4.

33
4) Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rataan rating pada

tiap-tiap faktor dan semua hasil kali (skor) tersebut dijumlahkan secara

vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan.

Tabel 4. Matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary)


Faktor Strategis
Bobot Rating Skor
Internal
Kekuatan
1 ….
2 ….
3 ….
Kelemahan
1 ….
2 ….
3 ….

Total
Sumber: Rangkuti, 2016

Tabel 5. Matriks EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary)


Faktor Strategis
Bobot Rating Skor
Eksternal
Peluang
1 ….
2 ….
3 ….
Ancaman
1 ….
2 ….
3 ….
Total
Sumber: Rangkuti, 2016

3.5.2. Tahap Analisis

Pada tahap ini dimana matriks SWOT digunakan sebagai alat analisis

untuk menyusun faktor – faktor strategis perdesaan, setelah mengumpulkan

semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan agribisnis perdesaan

dengan menggunakan matrik IFAS dan EFAS, tahap selanjutnya adalah

memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif untuk

menganalisis perumusan strategi.

34
A. Matrik SWOT

Dari matrik SWOT dapat menghasilkan empat macam kemungkinan alternative

strategi yang digambarkan pada tabel matrik berikut :

1) Strategi SO yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk

memanfaatkan peluang eksternal,

2) Strategi WO yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan

internal dengan memanfaatkan peluang eksternal,

3) Strategi ST yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk

menghindari pengaruh dan ancaman eksternal serta

4) Strategi WT merupakan strategi yang diarahkan untuk mengurangi

kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan eksternal.

Tabel 6. Matrik SWOT


Faktor Internal Strenght (S) Weakness (W)
Daftar Kekuatan Daftar Kelemahan
1 …. 1 ….
2 …. 2 ….
Faktor Eksternal 3 …. 3 ….
Oppurtunities (O) Strategi SO Strategi WO
Daftar peluang Gunakan kekuatan Atasi kelemahan
1 …. untuk dengan
2 …. memanfaatkan memanfaatkan
3 …. peluang. peluang.
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Daftar Ancaman Gunakan kekuatan Minimalkan
1 …. untuk menghindari kelemahan dan
2 …. ancaman. hindari ancaman.
3 ….
Sumber: Rangkuti, 2016

3.5.3. Tahap Pengambilan Keputusan

Pada tahap terakhir yaitu tahap pengambilan keputusan dimana setelah

berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi perdesaan harus mampu

mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan

kondisi internal perdesaan serta situasi lingkungan eksternal.

35
A. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Alat analisis yang dapat digunakan pada tahap pengambilan keputusan adalah

Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Untuk itu terdapat 6 langkah

yang harus diikuti untuk membuat matrik QSP, yaitu :

1) Menuliskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan

2) Memberikan bobot untuk masing-masing peluang, ancaman, kekuatan dan

kelemahan.

3) Menuliskan alternatif strategi yang dievaluasi

4) Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi

yang sedang dipertimbangkan berikan nilai AS (Atractiveness Score) yang

berkisar antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 = tidak dapat diterima, nilai 2 =

mungkin dapat diterima, nilai 3 = kemungkinan besar dapat diterima dan

nilai 4 = dapat diterima. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif

strategi yang sedang dipertimbangkan dangan berikan nilai AS.

5) Mengkalikan bobot dengan nilai AS

6) Menghitung nilai totalnya (Weighted Atractiveness Score/WAS)

Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang

paling baik. Matriks QSP dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 7. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)


Alternatif Strategi
Faktor Kunci Bobot Strategi I Strategi II Strategi III
AS WAS AS WAS AS WAS
Peluang
-
Ancaman
-
-Kekuatan
-
-Kelemahan
-
Total
Sumber: Rangkuti, 2016

36
3.6. Definisi Operasional

a. Desa dan perdesaan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan objek

yang dijadikan studi kasus penenlitian.

b. Strategi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu sarana yang

ditetapkan untuk mencapai tujuan akhir dengan mengalokasikan

pedayagunaan sumber daya.

c. Pemberdayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya alternatif

pembagunan pertanian dalam pengembangan daerah perdesaan.

d. Sumber daya manusia merupakan salah satu aspek utama yang dinilai

melalui variebel pendidikan, kesehatan, pengalaman, pengetahuan atau

keterampilan, tenaga kerja, dan karakter diri/ motivasi/ inovasi.

e. Modal sosial merupakan sumber daya sosial yang bermanfaat dan

digunakan masyarakat untuk mencapai tujuan penghidupan masyarakat

f. Modal finansial merupakan sumber-sumber keuangan yang dapat

digunakan dan dimanfaatkan masyarakat dalam mencapai tujuan

penghidupan masyarakat

g. Modal fisik adalah prasarana dasar dan fasilitas lain yang dibangun untuk

mendukung proses penghidupan masyarakat

h. Modal alam merupakan persediaan alam yang menghasilkan daya dukung

dan nilai manfaat bagi penghidupan manusia

i. Politik dan kebijakan pemerintah yang dimaksud merupakan suatu

kebijakan yang hubungannya dengan perdesaan dapat berubah sewaktu-

waktu sehingga tindakan pemerintah dapat mempengaruhi pilihan strategi

usaha pemberdayaan.

37
j. Keadaan ekonomi merupakan suatu kemampuan ekonomi daerah

perdesaan yang akan mempengaruhi masyarakat

k. Sosial budaya dan lingkungan merupakan faktor-faktor sosial yang

mempengaruhi suatu perdesaan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini

yang berkembang dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan sekitar

perdesaan

l. Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia

yang dimaksud dalam hal ini demografi dalam perdesaan.

m. Teknologi merupakan suatu perkembangan inovasi yang mendorong pada

perkembangan teknik produksi suatu produk, terutama produk pertanian

(agribisnis) di perdesaan.

n. Matrik IFAS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor-faktor internal

yang mengukur kekuatan dan kelemahan suatu wilayah dalam pemberdayaan

agribisnis perdesaan

o. Matrik EFAS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor-faktor eksternal

yang mengukur peluang dan ancaman suatu wilayah dalam pemberdayaan

agribisnis perdesaan.

p. Analisis SWOT yang dimaksud dalam penelitian ini adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu

pemberdayaan agribisnis perdesaan.

q. Matrik QSP yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu analisis yang

digunakan dalam pengambilan keputusan berdasarkan faktor – faktor yang

telah diidentifikasi sebelumnya pada matrik SWOT.

r. Bobot yang dimaksud dalam penelitian ini adalah angka – angka dalam

rentangan skala 1 sampai 5 yang digunakan sebagai nilai tingkat kepentingan

38
indikator yang ada pada faktor – faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi lingkungan perdesaan.

s. Rating dimaksud dalam penelitian ini adalah angka – angka dalam rentangan

skala 1 sampai 4 yang digunakan sebagai nilai tingkat kekuatan indikator yang

ada pada faktor – faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

lingkungan perdesaaan.

39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Desa Balansiku merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Sebatik Kabupaten Nunukan di Provinsi Kalimantan Utara yang secara geografis

memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Garis 4° 10‟ 05” Lintang Utara berbatasan dengan desa

Tanjung Harapan

 Sebelah selatan : Garis 4° 01‟ 37” Lintang Utara berbatasan dengan laut

sulawesi

 Sebelah timur : Garis 117° 55‟ 56” Bujur Timur berbatasan dengan desa

Bukit Aru Indah, Tanjung Aru, Padaidi, Sungai Manurung dan desa Tanjung

Karang.

 Sebelah barat : Garis 117° 41‟ 05” Bujur Timur berbatasan dengan Desa

Setabu Kecamatan Sebatik Barat.

Sumber : Profil Desa Balansiku, 2017


Gambar 3. Peta Desa Balansiku
Desa Balansiku memiliki luas wilayah administratif seluas 2.358 Ha, dari

keseluruhan penduduk Desa Balansiku terdapat 346 Kepala Keluarga (KK)

dengan jumlah penduduk sebanyak 1.380 orang yang terdiri dari penduduk laki –

laki sebanyak 716 orang dan penduduk wanita sebesar 664 orang. Struktur

organisasi Desa Balansiku dapat dilihat pada lampiran 1.

Desa Balansiku merupakan desa termuda diantara desa lain yang ada di

Kecamatan Sebatik dan memiiki jumlah penduduk terbanyak kedua dengan

kepadatan 58,52 jiwa/km², terbentuknya berdasarkan Peraturan Daerah No 3

Tahun 2010 dari hasil pemekaran Desa Tanjung Karang. Berikut data

administrasi wilayah Kecamatan Sebatik:

Tabel 8. Data Administrasi Wilayah Kecamatan Sebatik


No Nama Desa Luas Wilayah (km²) Dusun Rukun Tetangga
1 Balansiku 23,58 3 8
2 Tanjung Karang 13,23 4 12
3 Sei Manurung 8,22 3 6
4 Padaidi 5,73 2 3
Jumlah 50,76 12 29
Sumber : BPS Kecamatan Sebatik Dalam Angka, 2017

Jarak dari Desa Balansiku ke ibu kota kecamatan yaitu Kecamatan sebatik

sekitar 12,15 km dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan darat sekitar

30 menit. Akses ke kecamatan dapat di tempuh dengan jalur laut dan darat akan

tetapi jalur yang lebih umum di gunakan yaitu jalur darat melalui jalan raya.

Adapun akses transportasi dapat dikatakan cukup memadai karena dapat di

tempuh dengan kendaraan umum dan kenderaan pribadi yaitu sepeda motor.

4.2. Kaitan Visi Misi Desa Balansiku Terhadap Pemberdayaan Agribisnis

Perdesaaan

Dari visi misi Desa Balansiku yang berhubungan dengan pengembangan

dan pemberdayaan agribisnis perdesaaan diharapkan dapat mendukung dan

41
memberdayakan perekonomian masyarakat desa. Berikut ini merupakan visi misi

Desa Balansiku yaitu:

Visi

“Terwujudnya Desa Balansiku yang Sejahtera, Bermartabat, Aman dan Damai

dengan Mengembangkan Potensi Sumber Daya Berbasis Pertanian dan

Perkebunan”.

Misi

1) Memperkuat persatuan dan kesatuan dengan memelihara keamanan dan

keterlibatan serta mengembangkan kehidupan bergotong – royong.

2) Mengembangkan usaha pertanian dan perkebunan dengan menggunakan

teknologi tepat guna.

3) Mengembangkan usaha perkebunan sawit dan merica.

4) Mengupayakan usaha pembibitan untuk pertanian dan perkebunan.

5) Meningkatkan infrastruktur jalan usaha tani dan pembuatan jalan usaha

tani.

6) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.

7) Menambah sarana dan prasarana kesehatan.

8) Meningkatkan keterampilan masyarakat.

9) Peningkatan kapasitas masyarakat dalam bidang pertanian, perkebunan

dan perikanan.

10) Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan usaha dan

permodalan.

11) Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.

12) Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa.

13) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan.

42
14) Peningkatan sarana dan prasarana peribadatan.

15) Peningkatan kesehatan jasmani dan rohani masyarakat desa.

16) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Kamtibmas.

17) Peningkatan kualitas bagi warga miskin.

18) Peningkatan sarana air bersih masyarakat.

19) Memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Berdasarkan dari visi misi yang telah dipaparkan tersebut terdapat point –

point yang dapat mendukung atau yang mempunyai kaitan terhadap

pengembangan sektor agribisnis dan memberdayakan ekonomi masyarakat

perdesaan. Dari visi terlihat jelas bahwa adanya visi yang berbunyi

“Mengembangkan Potensi Sumber Daya Berbasis Pertanian dan Perkebunan”

dengan penjelasan kaitannya terhadap pemberdayaan agribisnis perdesaan yaitu

Desa Balansiku berusaha mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat

dengan masyarakat desa lain yang lebih maju dengan mengandalkan pada

kemampuan dan kekuatan sendiri yang berbasis pada keunggulan lokal di

bidang pertanian dan perkebunan secara luas, sedangkan dari misi yang terkait

dengan pemberdayaan agribisnis perdesaan diantaranya yaitu misi point ke - 2,

3, 4, 5, 8, 9, 10, 17, dan 19. Dari visi dan misi yang ada diharapkan pemerintah

benar – benar dapat merancang dan melaksanakan program – program yang

berpihak kepada masyarakat desa dengan tujuannya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat agar dapat mengurangi kemiskinan di perdesaan

dengan memprioritaskan sektor agribisnis.

4.3. Kegiatan Agribisnis di Desa Balansiku

Berdasarkan sektor usaha mata pencaharian di Desa Balansiku mayoritas

di sektor pertanian yaitu sebesar 47% , perkebunan 23%, peternakan 13%,

43
perikanan 10% dan usaha kecil menengah 7%. Pada sektor pertanian dan

perkebunanan mayoritas masyarakat Desa Balansiku melakukan usahatani

meliputi padi, pisang kepok, merica dan tanaman sayur – sayuran seperti cabe,

kacang panjang, ketimun, sawi, dan kangkung. Di sektor perkebunan terdapat

kelapa sawit, kelapa, dan buah – buahan seperti durian, rambutan, duku dan

jeruk Sunkist Borneo yang menjadi potensi khas Desa Balansiku. Berbagai

kendala yang di alami Desa Balansiku dalam usaha agribisnis khususnya daerah

RT 6, 7 dan 8 dimana akses jalan yang kurang memadai atau kondisi jalan rabat

beton yang sudah rusak parah sebagai jalur untuk membawa hasil – hasil

pertanian sering mengakibatkan hasil – hasil pertanian tidak dapat terjual karena

pada saat kondisi hujan jalan tidak dilalui oleh sarana transportasi pengangkut

hasil pertanian.

Pada sektor perikanan, mayoritas masyarakat Desa Balansiku bermata

pencarian sebagai nelayan tangkap dan budidaya, suatu keunggulan yang hanya

dimiliki oleh Desa Balansiku diantara desa lain yang ada di Kecamatan Sebatik

yaitu dengan adanya tambak. Adapun untuk kegiatan nelayan tangkap yaitu troll

udang dan ikan sedangkan kegiatan bagi nelayan budidaya yaitu tambak ikan

bandeng dan rumput laut. Beberapa bantuan dari pemerintah seperti pemberian

jaring troll kepada nelayan tangkap dan perahu sebagai sarana untuk aktivitas

panen rumput laut.

Untuk sektor peternakan mayoritas masyarakat di Desa Balansiku beternak

sapi, kambing dan ayam kampung. Adanya ternak sapi merupakan salah satu

bantuan dari pemerintah yang diberikan kepada beberapa kelompok tani yang

kemudian diternak secara bergulir dengan status induk sapi sebagai pinjaman

ketika sudah memiliki anak sapi sebagai gantinya diberikan kepada anggota

44
kelompok yang lain untuk di ternak lagi dan kemudian induk sapi yang awal

menjadi hak milik. Berikut ini data jenis ternak dan populasinya yang terdapat

pada Desa Balansiku:

Tabel 9. Jenis Ternak dan Perkiraan Jumlah Populasi


No Jenis Ternak Perkiraan Jumlah Populasi (ekor)
1 Sapi 75
2 Kerbau 3
3 Ayam Kampung 346
4 Burung Langka 1
5 Kambing 77
6 Bebek 5
7 Angsa 2
Sumber : Profil dan Potensi Desa Balansiku, 2017

4.4. Identifikasi Potensi Agribisnis di Desa Balansiku

Potensi merupakan segenap sumber daya yang dimiliki desa sebagai

modal dasar yang perlu dikelolah dan dikembangkan bagi keberlangsungan dan

perkembangan desa dimana potensi dapat berupa fisik dan nonfisik. Dalam

pengidentifikasi potensi agribisnis desa dilakukan berdasarkan sistem agribisnis.

Saragih (1998) mengemukakan bahwa sistem agribisnis yaitu keseluruhan

aktivitas bisnis dibidang pertanian yang saling terkait dan saling tergantung satu

sama lain, yang terdiri dari empat subsistem mulai dari: (1) subsistem agribisnis

hulu (downstream agribusiness); (2) subsistem usahatani (on-farm agribusiness);

(3) subsistem hilir/agroindustri (upstream agribusiness); (4) subsistem jasa

penunjang (supporting institution).

a. Pertanian

Subsistem hulu merupakan subsistem penyediaan input dan ketersediaan

sarana produksi. Dalam kegiatannya di Desa Balansiku masih bergantung pada

daerah lain dengan pengadaan yang masih bersifat individu karena dalam

penyediaan peralatan dan bahan pertanian tidak terdapat koperasi atau lembaga

penunjang agrisbisnis maupun toko pertanian yang menjual sarana prasarana

45
berupa alat mesin pertanian, benih, pupuk dan obat pengendalian hama dan

penyakit serta peralatan lain yang mendukung.

Dalam kegiatannya di subsistem usahatani/budidaya beberapa upaya

dilakukan dalam meningkatkan potensi di bidang pertanian di Desa Balansiku

seperti pelatihan pengolahan hasil pertanian krupuk pisang menjadi usaha

industri kecil rumah tangga dan pendampingan budidaya bawang merah. Hal

tersebut dikarenakan lahan pertanian di desa Balansiku masih cukup luas akan

tetapi masih ketergantungan dari hasil bawang merah milik negara tetangga yaitu

Tawau Malaysia, pendampingan budidaya bawang merah dengan harapan

masyarakat mampu memanfaatkan SDA berupa lahan yang ada tanpa harus

bergantung dari hasil pertanian negara tetangga mengingat letak geografis

sebatik juga merupakan daerah perbatasan yang memungkinkan mudahnya

barang – barang seperti makanan pokok untuk masuk ke wilayah sebatik.

Subsistem agroindustri dan subsistem jasa penunjang di sektor pertanian

di Desa Balansiku belum tersedia dikarenakan mayoritas dari hasil produksi

masih bergantung pada penjualan ke luar daerah bahkan ke Negara tetangga

Tawau Malaysia disisi lain ketersediaan tenaga kerja berkualitas dan

kemampuan secara manajeman dan finansial bagi petani masih sangat

rendah/minim.

b. Perikanan

Potensi di bidang perikanan di Desa Balansiku dapat dikatakan sangat

potensial untuk dikembang karena beberapa wilayah di Desa Balansiku yang

dipesisir sangat dekat dengan laut sehingga mudah mendapatkan air laut

terutama bagi nelayan budidaya seperti tambak. Dengan adanya kemudahan

tersebut usaha di bidang perikanan dapat dikembangkan. Dalam kegiatan

46
subsistem hulu yang ada di desa Balansiku untuk nelayan budidaya maupun

nelayan tangkap pada awalnya mendapatkan sarana input bibit atau benih,

pakan, obat, mesin – mesin dan peralatan tangkap di peroleh dari luar daerah

secara perorangan seiring berjalannya usaha tani tersebut baru kemudian

disalurkan bantuan sarana dari pemerintah/dinas.

Subsistem usaha penangkapan dan budidaya dimana dalam

penerapannya umumnya dilakukan secara semi tradisional. Pada

pengembangan usaha perikanan di Desa Balansiku juga didukung dengan

adanya pemberian pelatihan pengolahan hasil tambak ikan bandeng untuk

pemberdayaan ekonomi masyarakatnya, hanya saja memerlukan modal yang

sangat besar untuk usaha budidaya seperti tambak dan rumput laut.

Dalam aktivitas subsistem hilir sektor perikanan di desa belum ada nelayan

yang melakukan usaha dalam subsistem ini meskipun nilai tambah pada

subsistem hilir dapat dikatakan relatif besar. Tidak adanya fasilitas dalam

mengembangkan koperasi agribisnis perikanan sehingga para nelayan untuk

mengusahakan subsistem hulu dan hilir sekaligus sangat sulit. Tidak adanya

fasilitas penunjang dalam subsistem jasa sehingga kegiatan seperti pemasaran

mengandalkan para tengkulak yang memfasilitasi pembelian atau dengan

mengirim hasil produksi keluar daerah seperti Tarakan, Nunukan dan Tawau.

c. Peternakan

Dalam kegiatannya secara keseluruhan dari sistem agribisnis peternakan

di Desa Balansiku masih sangat minim. Pada subsistem agribisnis hulu, yaitu

kegiatan ekonomi produksi, perdagangan) yang menghasilkan sapronak seperti

pembibitan sapi atau kambing masih dari bantuan pemerintah sedangkan

47
usaha/industri pakan, industri obat – obatan, industri inseminasi buatan belum

tersedia di desa.

Subsistem agribisnis budidaya ternak, yaitu kegiatan ekonomi yang selama

ini disebut sebagai usaha ternak sapi atau kambing masih secara tradisional

berdasarkan pengalaman masyarakat desa dan tidak menggunakan kandang

ternak. Dalam subsistem agribisnis agroindustri dan subsistem jasa penunjang,

dimana kegiatan ekonomi yang mengolah dan memperdagangkan hasil usaha

ternak seperti pemotongan ternak, industri pengalengan daging sedangkan jasa

penunjang yang menyediakan jasa bagi agribisnis ternak seperti perbankan,

asuransi, transportasi, penyuluhan, puskesnak, lembaga pendidikan dan

penelitian sama hal dengan subsistem hulu belum ada implementasi kegiatan

dari salah satunya. Pelaku agribisnis yang berada pada bagian hilir dimana

pedagang menikmati manfaat yang relatif besar, sementara para peternak hanya

menikmati manfaat yang relatif kecil karena usaha ternak hanya sebatas ternak

pedaging.

d. Perkebunan

Dari sektor perkebunan Potensi di bidang perkebunan dapat dikatakan

sangat potensial dikembangkan oleh didukung dengan faktor sumber daya alam

yaitu masih banyaknya tersedia lahan yang dominan dimiliki masyarakat desa

secara perorangan. Subsistem hulu komoditi perkebunanan di Desa Balansiku

yang merupakan komoditi agribisnis andalan harus ditangani sedemikian rupa

agara dapat berjalan dengan baik untuk menopang perekonomian nasional.

Berkaitan dengan hal tersebut, dukungan terhadap pelaksanaan pengembangan

komoditi ini, diantaranya pengadaan sarana input bibit terkhusus untuk kelapa

sawit dan jeruk Sunkist Borneo yang disalurkan kepada masing – masing

48
kelompok tani sedangkan untuk saprodi yang lain penyediaannya masih

perorangan.

Pada kegiatannya di subsistem usahatani mulai dari pembukaan lahan,

pembibitan dan penanaman, pemeliharaan sampai panen masih sama halnya

dengan sektor lain yang ada di desa hanya menghandalkan pengalaman.

Adapun kendala dalam usaha sektor perkebunan terhambat dengan akses

badan jalan perkebunan yang rusak sehingga dalam kondisi musim penghujan

jalan sangat sulit dijangkau mobil pengangkut hasil perkebunan.

Subsistem hilir dimana hasil produksi perkebunan di Desa memiliki

ketergantungan pada pengolahan ke luar daerah seperti Tawau hal ini terjadi

karena kapasitas pabrik pengolahan hasil perkebunan seperti kelapa sawit masih

belum mampu menampung hasil produksi yang ada Sebatik. Pada sisi lain juga

dimana subsistem jasa seperti pemasaran hasil perkebunan penjualan ke luar

negri yaitu Tawau dengan nilai jual ringgit dianggap lebih menguntungkan jika

dibandingkan harus menjual kewilayah Nunukan maupun wilayah lain di Kaltara.

e. Kehutanan

Dalam kegiatannya pada sistem agribisnis di sektor kehutanan di Desa

Balansiku belum ada yang berjalan selain dari penyediaan sarana input bibit

tanaman pohon seperti jati putih dan karet yang diberikan oleh pemerintah.

Meskipun potensi di bidang kehutanan cukup mudah dikembangkan di desa

karena status kepemilikan lahan yang dominan dimiliki perorangan akan tetapi

terkendala dengan tidak adanya keinginan dari masyarakat untuk

mengembangkan usaha kehutanan bahkan tidak dimanfaatkan dan tidak

budidayakan.

49
4.5. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu aspek penting yang

harus dilakukan agar masyarakat desa mampu lebih mandiri, karena

permasalahan yang sedang dihadapi saat ini dari ketidakberdayaan masyarakat

serta sebagian besar angkatan kerja di perdesaan khususnya berpendidikan

rendah dimana diantaranya petani, nelayan, peternak dan pembudidaya yang

menjadi salah satu sumber permasalahan. Ketidakberdayaan itu mulai dari

kelompok yang paling kecil, keluarga atau rumah tangga, sampai dengan

kelompok yang besar, seperti lembaga – lembaga pemerintahan.

Perlunya upaya pemberdayaan adalah berangkat dari kenyataan masih

lemahnya posisi sebagian besar masyarakat dalam menuntut hak dan

menjalankan kewajibannya ditunjukkan dengan kurang aksesnya mereka

terhadap beberapa fasilitas, misalnya informasi, teknologi, permodalan usaha,

hukum, dan apalagi kemampuan kontrol. Berbagai kelemahan akses tersebut

diawali dengan rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat

terutama di pedesaaan (Mikhael Wuragian, 2015).

Permasalahan sedemikian terjadi di Desa Balansiku dimana pemerintah

belum mampu secara maksimal mengupayakan pembangunan potensi ekonomi

desa untuk meningkatkan ekonomi dan kapasitas masyarakat desa hal tersebut

dapat dilihat dari derajat tingkat kesejahteraan petani yang di tandai dengan

tingginya persentase masyarakat penerima Rastra di desa Balansiku yaitu

sebesar 33,5%.

Adapun model pengembangan kapasitas masyarakat (pemberdayaan

masyarakat) yang telah dilakukan dengan melalui beberapa cara untuk

mengentaskan kesejahteraan masyarakat, yaitu menggunakan penyuluhan

50
secara kelompok kepada masyarakat dan dengan metode sekolah lapang,

pelatihan dan demonstrasi kepada poktan untuk memberdayakan masyarakat itu

sendiri sehingga termotivasi dan memiliki kemampuan untuk membangun usaha

secara berkelanjutan salah satunya yaitu pemberian pelatihan pembuatan krupuk

pisang kepok sebagai usaha industri kecil menengah dengan memanfaatkan

hasil pertanian desa.

Dalam upaya peningkatan keterampilan dan pengetahuan masyarakat

desa belum ada upaya seperti pelatihan sejenis kerajinan tangan hal tersebut

dikarena tidak adanya motivasi dari masyarakat dalam usaha kerajinan tangan

dikarenakan pandangan masyarakat akan prospek usaha kerajinan tidak memiliki

prospek yang baik dan menjanjikan. Namun pada keberlanjutannya dari upaya

pelatihan yang dilakukan belum ada penerapan hasil pelatihan atau implementasi

secara nyata yang dilakukan oleh petani yang telah menerima pelatihan salah

satu hal yang mempengaruhi juga yaitu frekuensi penyuluhan bagi masyarakat

petani di Desa Balansiku juga masih kurang partisipatif.

4.6. Analisis Lingkungan Perdesaan

Analisis lingkungan bertujuan untuk menilai lingkungan perdesaan secara

keseluruhan. Baik faktor – faktor yang berada diluar perdesaan maupun yang

berada di dalam yang semuanya mempengaruhi kemajuan perdesaan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum struktur lingkungan

dikategorikan kedalam dua bagian besar, yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal perdesaan.

4.6.1. Analisis Lingkungan Internal Desa Balansiku

Lingkungan internal adalah semua sumber daya manusia dan fisik yang

mempengaruhi secara langsung dalam hal ini perdesaan. Analisis faktor

51
lingkungan internal dalam penelitian ini mencakup pengidentifikasian faktor

kekuatan dan kelemahan dari segi pemberdayaan agribisnis perdesaan. Adapun

dalam analisis lingkungan perdesaan di Desa Balansiku menggunakan

pendekatan kerangka penghidupan berkelanjutan yang memiliki lima modal

dalam pendekatan kerangka kehidupan antara lain:

A. Sumber Daya Manusia

SDM merupakan suatu potensi yang dimiliki oleh setiap individu dalam

mewujudkan sesuatu sebagai makhluk sosial atau SDM yaitu kemampuan daya

pikir dan daya fisik yang dimiliki seorang individu dan berprilaku dipengaruhi oleh

keturunan maupun lingkungannya serta bekerja karena termotivasi oleh

keinginannya untuk memenuhi kepuasannya. SDM merupakan satu – satunya

sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keterampilan, pengetahuan dan

kreatifitas. Seperti peranan setiap orang terhadap lingkungannya yang tidak

lepas dari sikap pengembangan dan potensi yang ada dalam diri untuk

mengembangkan lingkungan, membina, sekaligus meningkatkan kesejahteraan

masyarakat secara berkelanjutan.

SDM Sebagai pelaku utama pelaksanaan pembangunan di desa, tentunya

peran serta dan daya dukung sumber daya manusia menjadi bagian terpenting

suksesnya pelaksanaan pembangunan. Meningkatnya kesadaran masyarakat

akan arti pentingnya pendidikan akan berbanding lurus terhadap peningkatan

aspek sumberdaya manusia meningkat. Dimana jika hal tersebut dapat di

organisasi dengan baik akan lebih mudah berkembang dan beradaptasi terhadap

penguasaan dan pengembangan teknologi. Saat ini kualitas SDM di Desa

Balansiku dapat dikatakan rendah oleh karena kurangnya kesadaran

masyarakat akan pendidikan menjadi faktor utama rendahnya kualitas SDM,

52
keterampilan dan tingkat pendidikan juga masih banyak rendah bahkan ada yang

masih buta huruf. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel kualitas angkatan kerja

berdasarkan kelompok umur dan tabel tingkat pendidikan penduduk berikut:

Tabel 10. Kualitas Angkatan Kerja Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)


Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18-
1 640 47
56 tahun)
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang
2 237 17
masih sekolah dan tidak bekerja
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang
3 275 19
menjadi ibu rumah tangga
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang
4 227 17
bekerja penuh
Sumber : Profil dan Potensi Desa Balansiku, 2017

Berdasarkan data angkatan kerja dan pembagian usia produktif pada tabel

kualitas angkatan kerja berdasarkan kelompok umur tersebut menunjukkan

bahwa mayoritas penduduk desa berusia produktif. Menurut Junaidi (2007)

dikatakan bahwa proses adopsi suatu inovasi pada kelompok umur produktif (25-

55 tahun) akan berjalan cukup baik dibanding kelompok usia yang lebih muda

atau lebih tua. Jumlah tenaga kerja di Desa Balansiku cukup banyak, dilihat dari

jumlah penduduk yang berumur 18 – 56 tahun yaitu sebanyak 640 orang secara

keseluruhan yang terdiri dari laki – laki dan perempuan. Presentase jumlah

angkatan kerja dari jumlah penduduk Desa Balansiku adalah sekitar 47 %.

53
Tabel 11. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Balansiku

Jumlah (Orang) Persentase


No Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah
Laki – laki Perempuan (%)
Jumlah penduduk buta aksara
1 14 17 31 2,24
dan huruf latin
Jumlah penduduk usia 3-6
2 tahun yang masuk TK dan 82 90 172 12,46
Kelompok Bermain Anak
Jumlah penduduk tamat
3 252 219 471 43,13
SD/sederajat
Jumlah penduduk tidak tamat
4 46 45 91 6,59
SD/sederajat
Jumlah penduduk tamat
5 145 169 314 22,75
SLTP/sederajat
Jumlah penduduk tamat
6 134 136 270 19,56
SLTA/Sederajat
7 Jumlah penduduk Akademi 2 4 6 0,43
8 Jumlah penduduk tamat S-1 14 11 25 1,81
Sumber : Profil dan Potensi Desa Balansiku, 2017

Berdasarkan tabel tingkat pendidikan penduduk Desa Balansiku tersebut

sekitar 34,13 persen masyarakat desa berpendidikan formal tingkat dasar (SD)

hal tersebut menunjukkan tingkat SDM masih lemah. Faktor sosial yang

mempengaruhi produktivitas di bidang pertanian meliputi tingkat pendidikan dan

pengalaman bertani. rendahnya tingkat pendidikan disinyalir merupakan salah

satu penyebab rendahnya produktivitas petani (Lilis, 2009). Selanjutnya

berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat pendidikan formal tingkat menengah

(SLTP dan SLTA) sekitar 42,31 persen. Tingkat pendidikan formal sangat penting

bagi petani, karena akan membantu petani untuk lebih mudah dalam memahami

informasi teknologi, menerapkan teknologi dan memudahkan petani dalam

menyelesaikan masalah – masalah yang dihadapi. Makin meningkat pendidikan

seseorang, maka kualitas kerjanya juga meningkat (Kartasapoetra, 1991).

Artinya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin berkembang wawasan

berfikirnya dan semakin baik dalam mengambil keputusan.

54
B. Keuangan

Dalam skala usaha salah satu aspek yang sangat penting untuk

diperhatikan yaitu aspek keuangan dimana hal tersebut juga berlaku bagi para

pelaku usaha agribisnis di Desa Balansiku. Dimana pada mulanya mayoritas

masyarakat di Desa Balansiku dalam memulai usahanya dominan menggunakan

modal usaha sendiri namun dalam usaha tersebut juga rata – rata hanya dalam

usaha skala kecil. Seiring dengan berjalannya usaha agribisnis yang diusahakan

masyarakat desa tersebut beberapa bantuan modal baru kemudian di salur oleh

pemerintah diantaranya bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dengan status

bantuan sosial dan juga program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan status

fasilitas penjaminan kredit dari pemerintah yang dalam pelaksanaannya

pemerintah menjalin kerjasama dengan beberapa Bank pelaksana yang bisa

menyalurkan KUR seperti Bank BRI.

Pelaksanaan program bantuan sosial UEP di perioritaskan bagi keluarga

miskin yang dilaksanakan dengan memberikan bantuan uang sebesar Rp. 2 Juta

per orang/kepala keluarga. Bantuan uang diberikan untuk dijadikan modal usaha

pada sektor informal. Berbeda dengan sumber modal yang berasal dari program

KUR. Berdasarkan informasi yang di peroleh dari beberapa informan modal

usaha yang di berikan rata – rata berkisar Rp. 1.000.000 – Rp. 10.000.000 hal

tersebut di sesuaikan dengan skala usaha dan dengan juga pertimbangan

kemampuan peminjam dalam mengembalikan modal pinjaman dimana sumber

modal tersebut berasal dari program KUR. Dalam perkembangannya, beberapa

hambatan dalam hal bantuan permodalan dengan status pinjaman dimana dalam

hal pengembalian sering terjadi kesulitan karena kurangnya pengetahuan dalam

manajemen keuangan sehingga hal tersebut menjadi faktor tidak mampunya dari

55
para masyarakat desa untuk mengembalikan modal pinjaman tersebut disisi lain

pola pikir masyarakat yang beranggapan bahwa modal pinjaman atau dana

bantuan pemerintah tersebut Pola yang masih berkutat dana hibah yang tidak

wajib di bayar.

C. Infrastruktur

Infrastruktur sebagai input dalam mempengaruhi output keseluruhan dan

juga merupakan sumber yang mungkin dalam meningkatkan batas – batas

kemajuan teknologi yang dapat memunculkan eksternalitas pada pembangunan

ekonomi (Hulten dan Schwab, 1991 dalam Lulus Prapti et al. 2015). Kondisi

infrastruktur di Desa Balansiku dapat di nilai masih kurang memadai, hal tersebut

terutama pada kondisi infrastruktur jalan rabat beton atau semenisasi yang

merupakan akses jalan utama yang ada di RT 6, 7 dan 8 sedangkan akses

infrastruktur jalan utama pada wilayah RT lain merupakan jalan aspal dan masih

dalam kondisi cukup baik. Aktivitas kenderaan pengangkut hasil perkebunan

kelapa sawit (Tandan Buah Segar) dengan muatan yang melebihi kapasitas yang

mengakibatkan terjadinya kerusakan parah pada jalan rabat beton atau

semenisasi tersebut. Kondisi kerusakan tersebut menjadi salah satu penyebab

utama yang menghambat aktivitas perkekonomian masyarakat di wilayah

tersebut terutama pada kondisi penghujan.

Sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu

derajat kesehatan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan

yang memadai akan berdampak positif terhadap tercapainya derajat kesehatan

masyarakat yang optimal karena semakin banyak sarana dan prasarana, berarti

semakin mudah dan cepat dijangkau oleh masyarakat dan biaya yang

dikeluarkan relatif lebih murah. Untuk sarana kesehatan di Desa Balansiku

56
terdapat 4 unit posyandu dan 1 unit Puskesmas Pembantu (Pustu). Pada sektor

pendidikan infrastruktur dapat dinilai cukup memadai yaitu dengan adanya

Taman Kanak – kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP), sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat di akses

pada desa lain yaitu Desa Padaidi yang ada di Kecamatan Sebatik. Berikut data

sarana pendidikan yang ada di Desa Balansiku:

Tabel 12. Data Sarana Pendidikan Desa Balansiku


Jumlah Jumlah Tenaga
No Nama Sekolah Jumlah Status
Siswa Pengajar
TK Nurul A‟Laa Desa
1 1 40 3 Terakreditasi B
Balansiku
2 SD Negeri 002 Sebatik 1 178 8 Terakreditasi C
3 SMP Negeri 2 Sebatik 1 64 7 Terakreditasi C
Sumber : Profil dan Potensi Desa Balansiku, 2017

D. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam atau yang disingkat SDA merupakan sesuatu yang

dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kehidupan manusia dalam

artian masyarakat perdesaaan agar hidup lebih sejahtera dengan memanfaatkan

yang ada disekitar. Dari segi sifat pembaharuan SDA dibagi menjadi dua jenis

antara lain SDA yang dapat di perbarui yaitu SDA yang dapat digunakan

berulang kali dan dapat dilestarikan dan SDA yang tidak dapat diperbarui yaitu

SDA yang tidak dapat didaur ulang atau tidak dapat digunakan berkali – kali dan

dapat punah.

Pada umumnya kondisi tanah di Desa Balansiku berwarna hitam dan

kemerah – merahan dengan tekstur gambut dan lempung. Topografi wilayahnya

yang berbukit – bukit umumnya pada sektor pekebunan dan pertanian,

sedangkan untuk wilayah pemukiman masyarakat nelayan berada di wilayah

pesisir desa memiliki topografi wilayah yang datar. Luas wilayah Desa Balansiku

seluas 2.358 ha dengan 70% berupa daratan dan dimanfaatkan sebagai lahan

57
perkebunan, pertanian dan tambak sedangkan 30% berupa perumahan

masyarakat desa, perkantoran, sarana pendidikan dan kesehatan serta lahan

perkuburan. Berikut merupakan gambaran kondisi pemanfaatan lahan di Desa

balansiku:

Sumber : Profil Desa Balansiku, 2017


Gambar 4. Pemanfaatan Lahan Desa Balansiku

Dari segi pemanfaataan sumber daya alam berupa air mayoritas

masyarakat desa hanya di peruntukkan untuk kebutuhan rumah tangga dan

bidang pertanian akan tetapi dalam pembangunan dan penataan pengelolaan air

masih memiliki kendala dan belum di atasi dengan baik. Hal demikian terjadi

dengan adanya bantuan mesin pengolahan air laut menjadi air tawar dari

pemerintah khususnya di wilayah pemukinan para nelayan akan tetapi tidak di

manfaatkan dengan baik dan bahkan tidak beroperasional. Berikut cakupan

pemenuhan kebutuhan air bersih di Desa Balansiku:

58
Tabel 13. Cakupan Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih

No Jenis Jumlah (Keluarga)


1 Sumur gali 40
2 Pelanggan PAM 30
3 Penampung air hujan 180
4 Sumur pompa 20
5 Air sungai 10
6 Mata air 18
Sumber : Profil dan Potensi Desa Balansiku, 2017

E. Modal Sosial

Modal sosial merupakan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam

bentuk norma – norma atau nilai – nilai yang memfasilitasi dan membangun kerja

sama melalui jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif.

Modal sosial memberi kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi – kondisi

sosial dalam masyarakat.

Penduduk Desa Balansiku merupakan mayoritas bukan penduduk asli

namun merupakan pendatang dari berbagai daerah bahkan ada yang berasal

dari dari Negara tetangga Malaysia. Walaupun demikian pada dasarnya para

pendatang yang berasal dari Negara tetangga tersebut merupakan warga

Indonesia yang pernah menjadi TKI mencari nafkah di Negara tetangga tersebut.

Disisi lain penduduk Desa Balansiku juga mayoritas berasal Sulawesi Selatan

sehingga tradisi – tradisi masyarakat dengan gotong royong menjadi modal dasar

kuat terbentuknya nilai – nilai jalinan kerjasama antar masyarakat.

4.6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Desa Balansiku

Lingkungan eksternal merupakan semua elemen yang ada di luar

lingkungan perdesaan yang relevan untuk operasi. Unsur-unsur di luar

lingkungan perdesaaan sulit untuk dikendalikan namun berpengaruh terhadap

desa. Analisis faktor lingkungan eksternal dalam penelitian ini mencakup

59
pengidentifikasian faktor peluang dan ancaman dari segi pemberdayaan

agribisnis perdesaan. Adapun yang termasuk lingkungan eksternal diantaranya

faktor ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi, demografi, serta

sosial, budaya, dan lingkungan.

A. Ekonomi

Kondisi perekonomian daerah merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di perdesaan yang bersumber dari

penerimaan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kemampuan

pemerintah daerah dalam mengelolah potensi lokalnya dapat berpengaruh positif

terhadap perdesaan terutama dalam menjaga stabilitas perekonomian dan

pembangunan yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Hal tersebut dapat menjadi peluang dalam menunjang kegiatan pembangunan

ekonomi, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik

serta perluasan kesempatan kerja yang turut mendukung peningkatan laju

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Untuk melihat pertumbuhan

ekonomi suatu daerah dapat di lihat pada pada tabel realisasi indikator makro

ekonomi menurut PDRB berikut:

Tabel 14. Realisasi Indikator Makro Ekonomi Menurut PDRB Berdasarkan Harga
Konstan Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Tahun 2013 - 2016
Sektor 2013 2014 2015 2016
Primer 7,769,460 8,623,855 8,749,420 8,908,079
Sekunder 1,743,274 1,822,507 1,908,568 2,005,155
Tersier 1,673,097 1,855,468 1,980,561 2,091,427
Produk Domestik Regional Bruto 11,183,818 12,299,816 12,636,533 13,002,645
Sumber: BPS Kabupaten Nunukan, 2016

PDRB merupakan indikator untuk mengetahui sampai sejauh mana

keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan SDA yang ada, dan dapat

digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan (Juniarsih, 2012).

60
Berdasarkan kondisi pertumbuhan makro mikro ekonomi menurut PDRB

berdasarkan harga konstan menurut lapangan pekerjaan yang di bagi menjadi

tiga golongan yaitu sektor primer, sekunder dan tersier dapat dilihat terjadi

pertumbuhan setiap tahunnya.

Kondisi daerah perdesaan seperti di Desa Balansiku memiliki sumber daya

alam yang sangat potensial, akan tetapi rata – rata masih tergolong dalam usaha

skala kecil. Peran sektor primer dimana pertanian, perkebunan, perikanan, dan

peternakan masih menjadi utama perekonomian masyarakat Desa Balansiku.

Dengan demikian kategori sektor primer merupakan motor penggerak

perekonomian Kabupaten Nunukan sedangkan perananan terbesar kedua

selama tiga tahun berturut 2014 – 2016 yaitu sektor tersier, pada peranan ketiga

dimana sektor sekunder selama empat tahun berturut 2013 – 2016 mengalami

peningkatan setiap tahunnya meskipun menjadi sektor urutan kedua pada tahun

2013 diatas sektor tersier.

B. Politik dan Kebijakan Pemerintah

Kebijakan dapat juga berarti sebagai rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.

Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-

hati oleh pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang

yang rutin dan terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan. Jadi

kebijakan merupakan seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku – pelaku

politik dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk mencapainya.

Berikut ini kebijakan di Kabupaten Nunukan dalam rangka mengarahkan

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan kaitannya terhadap

pembangunan perdesaaan. Misi Pertama yaitu: (1) Peningkatan dan

61
pengembangan pembangunan yang lebih merata keseluruh daerah pedalaman

dan perbatasan dengan meningkatkan peran serta masyarakat. Misi Kedua yaitu:

(2) Pemanfaatan keanekaragaman Sumber Daya Alam secara lestari yang

berorientasi industri pengolahan dan ekspor, dengan memperhatikan aspek

lingkungan hidup dan budaya setempat. Misi Ketiga: (3) Penguatan Ekonomi

kerakyatan yang didukung oleh peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia

yang menguasai IPTEK dan dilandasi IMTAQ. Misi Keempat: (4) Membuka

peluang untuk perdagangan bebas sabah Malaysia dan Brunei Darussalam. Misi

Kelima: (5) Menciptakan daerah Kecamatan Sebatik, Krayan, Lumbis,

Sembakung, Sebuku sebagai daerah pertanian dan perkebunan.

C. Teknologi

Informasi pertanian merupakan aplikasi pengetahuan yang terbaik yang

akan mendorong dan menciptakan peluang untuk pembangunan dan

pengurangan kemiskinan. Informasi merupakan salah satu faktor yang paling

penting dalam produksi pertanian dan tidak dapat pungkiri bahwa informasi

pertanian dapat mendorong ke arah pembangunan yang diharapkan.

Desa Balansiku merupakan salah satu dari tiga Desa di Indonesia yang

menjadi proyek percontohan Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk

menjadi Desa Broadband. Dengan pemanfaatan integrasi yang efektif antara

teknologi dalam sektor pertanian akan menuju pada pertanian berkelanjutan

melalui penyiapan informasi pertanian yang tepat waktu relevan, yang dapat

memberikan informasi yang tepat kepada petani dalam proses pengambilan

keputusan berusahatani untuk meningkatkan produktivitasnya.

Teknologi informasi dapat memperbaiki aksesibilitas petani dengan cepat

terhadap pelayanan publik, informasi pasar, input produksi, tren konsumen, yang

62
secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi

mereka. Informasi pemasaran, praktek pengelolaan ternak dan tanaman yang

baru, penyakit dan hama tanaman/ternak, ketersediaan transportasi, informasi

peluang pasar dan harga pasar input maupun output pertanian sangat penting

untuk efisiensi produksi secara ekonomi.

D. Demografi

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan suatu

bangsa, sehingga pengetahuan tentang masalah kependudukan sangat

dibutuhkan. Oleh karena itu prioritas pembangunan harus diletakkan pada

pembinaan kualitas manusia, peningkatan kecerdasan dan keterampilan serta

kesehatan fisik dan mental bangsa. Dengan adanya penduduk yang berkualitas,

maka bangsa mempunyai modal yang kuat dalam segala hal, akan menguasai

segala hal dan mereka sangat diuntungkan.

E. Sosial, Budaya dan Lingkungan

Sosial, budaya dan lingkungan adalah salah satu hal yang tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lain dengan masyarakat. Masyarakat itu

sendiri adalah kelompok orang yang sudah lama hidup bersama dan saling

bekerjasama, yang bertujuan tidak lain adalah untuk menghasilkan daya cipta

yang berbetuk budaya. Adat istiadat banyak macam dan ragamnya, oleh karena

itu tidak salah jika adat istiadat adalah hal yang membedakan satu suku dengan

suku yang lain, adat istiadat diadakan dengan tujuan mengatur kehidupan

masyarakat baik dalam hubungan sosial maupun hubungan antar individu.

Tradisi atau adat istiadat biasanya didefinisikan sebagai kebiasaan

setempat yang mengatur interaksi sesama anggota masyarakat. Sebagai salah

satu bagian dari kebudayaan adat istiadat sudah tentu akan beredar antar

63
kelompok yang berbeda keadaan sosial, maupun etnisnya. Kehidupan

masyarakat Desa Balansiku sejauh pengamatan penulis dan beberapa informasi

dari informan jarang terjadi perbenturan antara masyarakat dengan pendatang

suku lainnya. Pada umumnya mereka dapat hidup dengan rukun dan damai.

Perbedaan suku ataupun golongan tidak menjadi sulit untuk bergaul dengan baik

sehingga dalam kehidupan masyarakat dapat hidup rukun dan saling

menghormati disamping itu juga karena mayoritas penduduk juga merupakan

pendatang yang datang menetap di desa.

Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan di Desa Balansiku dapat

terlaksana dengan baik, seperti gotong – royong, posyandu, kegiatan PKK dan

perkumpulan perkawinan dan kematian pada umumnya kegiatan tersebut

dilakukan secara bersama-sama tanpa melihat adanya perbedaan sehingga

kerja sama dalam melaksanakan kegiatan sosial dapat diaplikasikan dengan

baik.

4.7. Formulasi Strategi

4.7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan

A. Kekuatan

1) Luasnya lahan pertanian dan mata pencarian utama di sektor pertanian

Berdasarkan infromasi yang ada di Desa Balansiku mayoritas masyarakat

bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan ataupun bergerak di bidang

agribisnis. Berdasarkan potensi kekuatan tersebut dilakukan upaya untuk dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu mengembangkan sektor

pertaniannya. Diharapkan dengan berkembangnya sektor pertanian maka

penyerapan SDM sebagai tenaga kerja di bidang pertanian akan lebih meningkat

untuk mengurangi pengangguran. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh

64
masyarakat di bidang pertanian maka diharapkan mampu mengembangkan

pertanian di Desa Balansiku.

2) Adanya kelompok petani sebagai wadah penyatu petani

Kelompok tani menjadi satu wadah bagi para anggotanya yaitu para

petani untuk melakukan gerakan bersama dalam usaha pertanian, keaktifan

kelompok tani menjadi salah satu tolak ukur untuk melihat sejauh mana

berkembangnya industri pertanian di suatu wilayah atau desa.

3) Kebijakan Pemerintah desa (visi dan misi) mendukung agribisnis

Pembangunan sosial ekonomi desa tentu tidak terlepas dari adanya suatu

kebijakan. Kebijakan baik dari pemerintah daerah, provinsi, pusat dan lembaga

internasional dapat dijadikan acuan untuk melakukan suatu langkah atau

tindakan untuk mewujudkan dan mendukung pembangunan sosial dan ekonomi

desa yang terkontrol dan terencana sesuai kebijakan yang telah ditetapkan.

4) Letak wilayah strategis

Letak Desa Balansiku yang tepat berada di perbatasan wilayah Kecamatan

Sebatik dan Kecamatan Sebatik Barat. Dari sisi pengembangan sektor

perikanan, pertanian dan perkebunan cukup potensial untuk di kembangkan

karena wilayah Desa Balansiku memiliki lahan yang luas dan dekat dari akses

pantai sehingga mudah untuk mengembangkan sektor perikanan budidaya

seperti rumput laut dan tambak ikan bandeng. Letak Desa Balansiku yang cukup

strategis sehingga mengundang minat para pemilik modal untuk

menginvestasikan modalnya untuk melakukan kegiatan usaha dibidang agribisnis

salah satu contohnya yang sudah ada yaitu pengembangan usaha tambak.

Peran serta masyarakat dalam meningkatkan pembangunan di Desa

Balansiku masih tergolong menuju perbaikan terbukti dengan adanya swadaya –

65
swadaya masyarakat terutama dalam pelaksanaan pembangunan sarana dan

prasarana infrastruktur guna kemajuan Desa meskipun masih minimnya

berhubung Desa Balansiku juga merupakan desa yang baru. Ini semua dapat

berhasil tidak lepas dari teknik pendekatan dimana Lembaga Kemasyarakatan

dan Kepala Dusun sangat memegang peranan sesuai dengan tugas dan

fungsinya yaitu sebagai kepanjang tanganan dari Kepala Desa.

B. Kelemahan

1) Rendahnya kualitas SDM

Kualitas SDM yang masih rendah ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang

rendah. Kualitas SDM mempengaruhi pengembangan potensi di suatu wilayah.

Semakin tinggi kualitas SDM, maka suatu wilayah akan mengalami

pengembangan yang maksimal. Desa Balansiku memiliki SDM yang masih

lemah yaitu dilihat dari pendidikan dan keterampilan. Pemuda di Desa Balansiku

rata – rata hanya tamatan SMP/MTs lalu putus sekolah untuk bekerja sebagai

petani dan nelayan atau bagi perempuan ada yang setelah lulus SMA menikah.

Pemuda yang lulus S1 sampai saat baru sekitar 25 orang meskipun demikian

banyak yang bekerja ke luar daerah dan tidak menetap di desa.

2) Akses jalan yang kurang memadai/tidak kondusif

Keberadaan dan keadaan jalan mencerminkan tingkat aksesibilitas suatu

wilayah. Semakin baik kondisi jalan, maka tingkat aksesibilitas akan semakin

tinggi. Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan suatu daerah dapat dijangkau.

Tingkat aksesibilitas dapat mempengaruhi kemajuan suatu wilayah. Semakin

baik tingkat aksesibilitas, biasanya suatu daerah akan lebih maju karena aliran

transportasi, komunikasi, teknologi, informasi, dan produk daru luar maupun dari

66
dalam akan semakin mudah. Tetapi di Desa Balansiku, kualitas jalan tidak

merata, sehingga pembangunan wilayah tidak merata.

3) Tidak adanya lembaga khusus yang mendukung usaha agribisnis

Di Desa Balansiku berdasarkan informasi yang di peroleh dari informan

belum adanya lembaga khusus yang mendukung usaha agribisnis seperti

koperasi sehingga untuk pengadaan saprodi petani harus membeli dari luar atau

dengan sistem patungan melalui kelompok tani untuk pengadaan saprodi agar

dapat meminimkan biaya transportasi contohnya pengadaan pupuk. Dengan

adanya koperasi juga diharapkan mampu memberikan modal pinjaman dengan

tingkat bunga yang ringan yang dapat digunakan secara dinamis sehingga

mampu mendorong petani untuk menggunakan secara produktif dengan

bimbingan dan pengawasan yang teliti.

Harga hasil produksi usahatani mempengaruhi keuntungan yang didapat,

semakin tinggi hasil produksi dan semakin mahal harganya maka keuntungan

dari usahatani pun semakin tinggi pula, namun harga saprodi juga

mempengaruhi penerimaan hasil secara keseluruhan karena harga saprodi

merupakan modal utama dalam berusahatani entah itu harga alat-alat pertanian,

bahan-bahan utama seperti benih, bibit, pupuk, dan obat-obatan dan

sebagainya.

4) Tidak adanya kadang ternak bagi peternak

Kandang ternak merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha

peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang

diupayakan untuk melindungi ternak terhadap gangguan dari luar yang

merugikan, baik dari sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin

kencang. Selain itu, kandang juga harus bisa menunjang peternak dalam

67
melakukan kegiatannya, baik dari segi ekonomi maupun segi kemudahan dalam

pelayanan. Kandang ternak berfungsi sebagai lokasi tempat pemberian pakan

dan minum dengan adanya kandang ternak, diharapkan ternak tidak berkeliaran

di sembarang tempat, mudah dalam pemberian pakan dan kotorannya pun bisa

dimanfaatkan sebagai biogas dari kotoran sapi.

4.7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman

A. Peluang

1) Adanya program bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dari pemerintah

untuk usaha agribisnis

Pola pemberdayaan dilakukan guna mengatasi masalah utama di tingkat

usahatani yaitu keterbatasan modal petani, di samping masalah belum

berkembangnya usaha di hulu, hilir dan jasa penunjang dalam pembangunan

pertanian, rendahnya penguasaan teknologi serta lemahnya SDM dan

kelembagaan petani. Berbagai upaya sudah sejak lama dirintis oleh pemerintah

dimana penerapan pola pemberdayaan melalui berbagai kegiatan pembangunan

di daerah. Salah satu perwujudan pemberdayaan dilaksanakan melalui fasilitasi

Penguatan Modal dengan Program Usaha Ekonomi Produktif-Kelompok Usaha

Bersama (UEP-KUBE).

KUBE merupakan himpunan dari keluarga yang tergolong fakir miskin yang

dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling

berintegrasi antara satu dengan lain, dan tinggal dalam satuan wilayah tertentu

dengan tujuan meningkatkan produktivitas anggotanya, meningkatkan relasi

sosial yang harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah

sosial yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama.

68
Kelompok Usaha Bersama ini terdiri dari 10 KK setiap kelompoknya, dengan

besaran bantuan perkelompok Rp. 20 Juta, atau Rp. 2 Juta/KK.

2) Adanya kerjasama dengan pihak swasta dalam usaha pertanian budidaya

bawang merah

Pengembangan budidaya bawang merah di Desa Balansiku merupakan

salah satu langkah awal pemerintah untuk mendorong peningkatan

kesejahteraan petani. Kerjasama pemerintah dengan produsen benih sayuran

hibrida tropis „Cap Panah Merah‟ PT East West Seed Indonesia (EWINDO) tidak

terbatas hanya sebagai penyedia bibit bawang merah, pendampingan juga

dilakukan dari PT. East West Seed Indonesia untuk teknik bertanam bawang

merah yang benar, dimana dilakukan bagi para petani pemula dalam budidaya

bawang merah yang ada di Desa Balansiku. Dalam hal ini budidaya bawang

merah yang dibudidayakankan yaitu menggunakan biji atau biasa disebut

dengan “pindah tanam” dengan potensi hasil panennya lebih besar dibanding

menggunakan umbi bibit dan juga biaya produksinya jauh lebih rendah.

3) Adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Keberhasilan dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sangat ditentukan

oleh strategi yang diambil oleh pengelola atau pengurus BUMDes. Strategi dapat

didefinisikan sebagai suatu arah tindakan atau rencana, termasuk didalamnya

sumber daya tertentu yang dibutuhkan, untuk mencapai suatu tujuan BUMDes.

Perbedaan antara sebuah strategi yang handal dengan yang lemah adalah pada

kemampuan manajemen untuk mamadukan serangkaian perubahan, baik yang

berasal dari luar (pasar) maupun di dalam (organisasi), yang menempatkan

produk dan jasa BUMDes pada posisi yang memiliki keunggulan bersaing yang

berkelanjutan dibandingkan dengan para pesaingnya. BUMDes di Desa

69
Balansiku masih terdiri dari satu unit usaha yaitu sistem pelayanan air minum isi

ulang dengan memanfaatkan potensi SDA air yang dimiliki, untuk

pengembangan BUMDes di sektor unit usaha lain masih belum diupayakan

karena BUMDes di Desa Balansiku masih tergolong baru beroperasi yaitu sejak

di resmikannya pada bulan Mei 2018, hal lain yang menjadi permasalahan untuk

penambahan unit usaha BUMDes yaitu kurangannya SDM yang mampu

mengelolah unit BUMDes bahkan masyarakat desa juga masih banyak yang

belum paham tentang BUMDes.

4) Adanya pendampingan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)

Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pembangunan

pertanian, khususnya dalam mengembangkan kopetensi pelaku utama dan

pelaku usaha di bidang pertanian. Seiring dengan perubahan global, tantangan

kegiatan penyuluhan di lapangan pun semakin berat. Di Desa Balansiku dengan

adanya pendampingan PPL merupakan suatu peluang untuk mendongkrak

kreativitas dan keterampilan para pelaku agribinis terutama petani dan nelayan

dimana dengan metode sekolah lapang digunakan sebagai wadah pelatihan dan

pembinaan bagi para petani di Desa Balansiku.

B. Ancaman

1) Stabilitas nilai tukar mata uang

Penggunaan mata uang ganda ringgit dan rupiah di Desa Balansiku telah

berlangsung secara terus menerus serta menjadi yang tidak terpisahkan dari

masyarakat, tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut berdampak pada

kehidupan masyarakat desa yang berdampak pada perubahan sosial masyarakat

baik dari sisi ekonomi dan budaya masyarakat. Dari sisi ekonomi bisa berdampak

70
pada proses transaksi, pendapatan masyarakat dengan menggunakan mata

uang ringgit.

Penggunaan mata uang ganda cukup beralasan dikarenakan mayoritas

barang-barang kebutuhan pokok yang didatangkan dari Negara tetangga

Malaysia menggunakan ringgit, disamping itu beberapa dari hasil pertanian

seperti pisang dan kelapa sawit juga di jual dengan menggunakan mata uang

ringgit sehingga stabilitas nilai tukar menjadi pengaruh daya beli masyarakat

desa yang menggunakan rupiah.

2) Harga beli hasil pertanian di tetapkan oleh tengkulak

Hasil pertanian tentunya memerlukan pemasaran yang baik. Adanya

pengepul dalam proses pemasaran biasanya akan mempengaruhi harga produk

di pasar ketika suatu produk dibeli murah kepada pelaku agribinis tetapi

kemudian dijual dengan harga tinggi. Ada beberapa tengkulak di Desa Balansiku

yang dipercaya oleh masyarakat untuk memasarkan produk mereka, sehingga

sampai sekarang masyarakat tidak menangani pemasaran produk sendiri salah

satu yang menjadi faktor karena skala usaha masih tergolong kecil sehingga

masyarakat merasa rugi ketika melakukan pemasaran sendiri ke pasar.

3) Hama dan penyakit tanaman dan peternakan

Masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengatasi

serangan hama dan penyakit pada pertanian maupun peternakan. Serangan

hama penyakit pada pertanian dan peternakan membutuhkan penanganan yang

tepat oleh petani maupun peternak agar tidak mengganggu produktivitas hasil

pertanian dan peternakan. Penanganan hama penyakit di Desa Balansiku belum

maksimal karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani maupun

71
peternak. Penyuluhan tentang hama penyakit dapat menjadi langkah yang dapat

dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit secara terpadu.

4) Pola berfikir masyarakat petani terhadap dana bantuan pemerintah yang

masih berkutat dana hibah yang tidak wajib di bayar

Beberapa upaya pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat di desa

dimana dengan menyalurkan bantuan modal usaha baik dalam bentuk dana

hibah maupun dalam bentuk pinjaman. Tingkat keseriusan masyarakat dalam

memberdayakan kelompok atau komunitasnya sendiri yang masih rendah

menjadi salah satu hambatan. Salah satunya ketika pemberian dana bantuan

yang di berikan oleh pemerintah tidak di gunakan sebagaimana semestinya.

Paradigma masyarakat terkadang juga acuh tak acuh yang berfikir dana bantuan

pemerintah yang berupa modal pinjaman tidak perlu di kembalikan atau tidak

wajib dibayar ketika sudah mendapat bantuan modal hal tersebut menjadi suatu

penghambat untuk keberlanjutan bantuan.

4.7.3. Matrik Faktor Internal (IFE)/Analisis S-W

Analisis lingkungan internal ini dilakukan melalui identifikasi faktor internal

perdesaan untuk mengetahui kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) di

Desa Balansiku. Setelah di identifikasi dilanjutkan dengan memberikan

pembobotan dan rating. Pemberian rating untuk menunjukkan apakah faktor –

faktor tersebut merupakan kekuatan yang besar atau yang kecil bagi perdesaan.

Hasil pemberian bobot dan rating dari faktor – faktor internal perdesaan dapat

dilihat pada tabel berikut dan hasil perhitungannya pada Lampiran 3 dan 4:

72
Tabel 15. Matrik IFE Perdesaan
Faktor Strategi Internal Bobot Rating B x R (Skor)
Kekuatan - - -
Luasnya lahan pertanian dan mata pencarian
utama di sektor pertanian
0.125 3.133 0.391
Adanya kelompok petani sebagai wadah penyatu
0.140 3.133 0.440
petani
Kebijakan Pemerintah desa (visi dan misi)
mendukung agribisnis
0.122 2.800 0.343
Letak wilayah strategis 0.108 2.867 0.309
Kelemahan -
Rendahnya kualitas SDM 0.141 3.267 0.461
Akses jalan yang kurang memadai/tidak kondusif 0.160 3.533 0.565
Tidak adanya lembaga khusus yang mendukung
usaha agribisnis
0.102 2.800 0.285
Tidak adanya kadang ternak bagi peternak 0.102 2.933 0.298
Total 1.000 3.092
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa adanya kelompok petani

sebagai wadah penyatu petani merupakan kekuatan utama yang dimiliki oleh

Desa Balansiku dengan jumlah skor 0,440 dalam kaitannya hal ini sesuai dengan

hasil observasi dilapangan dimana kelompok tani menjadi suatu wadah bagi para

anggotanya melakukan gerakan bersama dalam usaha pertanian dan juga

sebagai wadah penyaluran bantuan pemerintah. Selain itu, gerakan kelompok

tani juga merupakan wujud aktualisasi program dari pihak ketiga atau misi

internal dari kelompok itu sendiri. Pada umumnya potensi suatu kelembagaan

kelompok tani di dalam perdesaaan sangat besar dalam mendukung dan

melaksanakan berbagai program pembangunan pertanian yang akan

dilaksanakan karena itulah kelompok tani adalah dasar utama didalam

pembangunan pertanian (Hafid Ramdhani et al., 2015).

Faktor kelemahan terbesar yang dimiliki oleh Desa Balansiku adalah

akses jalan yang kurang memadai/tidak kondusif dengan nilai skor sebesar 0,565

hal ini dikarenakan berdasarkan kenyataan dilapangan banyaknya dampak

negatif terhadap usaha tani akibat rusaknya akses jalan diantara hasil usahatani

73
tidak dapat terjual atau busuk, sulit untuk mengakses jalan dengan kenderaan

untuk membawa hasil pertanian dan perkebunan untuk dijual karena berlumpur.

Secara lebih rinci penyediaan infrastruktur terhadap pembangunan ekonomi

adalah sebagai berikut : (1) mempercepat dan menyediakan barang-barang yang

dibutuhkan, (2) tersedianya infrastruktur akan memungkinkan tersedianya

barang-barang kebutuhan masyarakat dengan biaya lebih murah, (3) infrastruktur

yang baik dapat memperlancar transportasi yang pada gilirannya merangsang

adanya stabilitasasi dan mengurangi disparitas harga antar daerah, (4)

infrastruktur yang memperlancar jasa transportasi menyebabkan hasil produksi

daerah dapat diangkut dan dijual kepasar (Basri, 2002 dalam Sry Devi T dan

Rahmat Syumanjaya, 2013). Dari penilaian responden terhadap faktor kunci

internal perdesaan, didapatkan total skor rata-rata IFE adalah sebesar 3,092. Hal

ini berarti bahwa posisi strategis usaha agribisnis di Desa Balansiku berada pada

posisi tinggi dalam memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk menghadapi

kelemahan internal perdesaan.

4.7.4. Matrik Faktor Eksternal (EFE)/Analisis O-T

Analisis matrik EFE merupakan hasil identifikasi faktor-faktor eksternal

berupa peluang (oportunities) dan ancaman (threat) di Desa Balansiku. Setelah

di identifikasi dilanjutkan dengan memberikan pembobotan dan rating.

Pemberian rating untuk menunjukkan apakah faktor – faktor tersebut merupakan

kekuatan yang besar atau yang kecil bagi perdesaan. Hasil pemberian bobot dan

rating dari faktor – faktor eksternal perdesaan dapat dilihat pada tabel berikut dan

hasil perhitungannya pada Lampiran 3 dan 4:

74
Tabel 16. Matriks EFE Perdesaan
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating B x R (Skor)
Peluang - - -
Adanya program bantuan produktif dari
pemerintah untuk usaha agribisnis
0.138 3.000 0.414
Adanya kerjasama dengan pihak swasta dalam
0.128 3.067 0.393
usaha pertanian budidaya bawang
Adanya BumDes 0.120 2.867 0.343
Adanya pendampingan PPL 0.133 3.200 0.425
Ancaman -
Stabilitas nilai tukar mata uang 0.095 3.000 0.285
Harga beli hasil pertanian di tetapkan oleh
0.177 2.400 0.282
tengkulak
Hama dan penyakit tanaman dan peternakan 0.123 2.667 0.328
Pola berfikir masyarakat petani terhadap dana
bantuan pemerintah yang masih berkutat dana 0.146 3.067 0.447
hibah yang tidak wajib di bayar
Total 1.000 2.917
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018

Berdasarkan pada tabel diatas peluang yang terbesar yang dimiliki oleh

Desa Balansiku adalah adanya pendampingan Penyuluh Pertanian Lapangan

desa dengan skor sebesar 0,425 hal ini terkait dengan peran penyuluh pertanian

dalam memainkan peranan penting terhadap usaha tani di perdesaan, penyuluh

pertanian merupakan agen perubahan yang langsung berhubungan dengan

petani. Fungsi utamanya yaitu mengubah perilaku petani dengan pendidikan non

formal sehingga petani mempunyai kehidupan yang lebih baik secara

berkelanjutan. Penyuluh dapat mempengaruhi sasaran dalam perannya sebagai

motivator, educator, dinamisator, organisator, komunikator maupun sebagai

penasehat (Jarmie, 2000 dalam Sundari et al. 2015).

Faktor ancaman terbesar yang dihadapi Desa Balansiku adalah Pola

berfikir masyarakat petani terhadap dana bantuan pemerintah yang masih

berkutat dana hibah yang tidak wajib di bayar dengan skor sebesar 0,447 hal ini

terkait dengan pola fikir petani yang masih tradisional dengan masih minimnya

kesadaran petani yang berorientasi kedepan dengan demikian menyangkut

75
tingkat kepercayaan bank sebagai perantara penyaluran bantuan juga rendah

terhadap petani dan menjadi penghambat untuk keberlanjutan untuk

memanfaatkan kembali bantuan yang diberikan pemerintah atau lembaga

keuangan mikro lainnya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan

matrik EFE, diperoleh jumlah skor rata-rata untuk faktor kunci eksternal adalah

sebesar 2,917 hal ini menunjukkan bahwa desa mampu merespon faktor

eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman .

76
4.7.5. Analisis SWOT

Tabel 17. Analisis SWOT Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan


Faktor Internal Kekuatan (S) : Kelemahan (W) :
1. Luasnya lahan pertanian 1. Rendahnya kualitas SDM
dan mata pencarian 2. Akses jalan yang kurang
utama di sektor pertanian memadai/tidak kondusif
2. Adanya kelompok petani 3. Tidak adanya lembaga
sebagai wadah penyatu khusus yang mendukung
petani usaha agribisnis
3. Kebijakan Pemerintah 4. Tidak adanya kadang
desa (visi dan misi) ternak bagi peternak
mendukung agribisnis
Faktor Eksternal 4. Letak wilayah strategis

Peluang (O) : Strategi SO Srategi WO


1. Adanya program 1. Mengoptimalkan 1. Meningkatkan kualitas
bantuan Usaha penggunaan lahan dan sumber daya manusia dan
Ekonomi Produktif dari jumlah input yang tenaga pendamping
pemerintah untuk tersedia, tenaga kerja melalui pelatihan. (W1, O2
usaha agribisnis produktif, dan teknologi O4,)
2. Adanya kerjasama budidaya (S1, S2, S4, 2. Membentuk dan membina
dengan pihak swasta O1, O2) lembaga pendukung
dalam usaha 2. Meningkatkan hasil permodalan, aksebilitas,
pertanian budidaya produksi usaha agribisnis dan pemenuhan
bawang dengan memanfaatkan kebutuhan dasar untuk
3. Adanya BumDes kebijakan dan bantuan membantu petani
4. Adanya modal dari pemerintah memperluas usahatani.
pendampingan PPL (S1, S2, S3, S4,O1,O3) (W1, W2, W3, O3)
3. Pengembangan usaha
dengan pemanfaatan
bantuan modal (W3, W4,
O1)
Ancaman (T) : Strategi ST Strategi WT
1. Stabilitas nilai tukar 1. Meningkatkan kualitas 1. Mengkoordinasikan setiap
mata uang secara optimal dan petani dengan
2. Harga beli hasil menciptakan harga yang memanfaatkan kelompok
pertanian di tetapkan stabil agar menghasilkan tani untuk meningkatkan
oleh tengkulak produk siap bersaing di kualitas SDM dan
3. Hama dan penyakit pasar. (S3,S4,T1, T2) pemahaman tentang
tanaman dan kebijakan pemerintah
peternakan (W1, W3, W4 T3, T4).
4. Pola berfikir 2. Pelatihan Pengendalian
masyarakat petani Hama Terpadu tanaman
terhadap dana holtikultur dan pelatihan
bantuan pemerintah wirausaha ternak. (W1, T3)
yang masih berkutat
dana hibah yang tidak
wajib di bayar
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018

Berdasarkan tabel matrik SWOT di atas dapat dilihat bahwa terdapat

empat alternatif strategi yang dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan

77
agribisnis perdesaaan di Desa Balansiku. Pada tahap ini merupakan tahapan

dalam proses perumusan strategi dan berfungsi untuk mencocokkan antara

kekuatan dan kelemahan dari faktor internal dengan peluang dan ancaman dari

faktor eksternal.

A. Strategi S – O

Strategi S – O atau strategi kekuatan – peluang merupakan strategi yang

menggunakan kekuatan internal objek kajian untuk memanfaatkan peluang

eksternal. Alternatif strategi yang direkomendasikan sebagai strategi kekuatan–

peluang yakni :

1) Mengoptimalkan penggunaan lahan dan jumlah input yang tersedia, tenaga

kerja produktif, dan teknologi budidaya (S1, S2, S4, O1, O2).

Menurut Totok Mardikanto (2009) adopsi dalam penyuluhan pertanian

dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah

menerima inovasi yang disampaikan penyuluh kepada sasarannya. Untuk

mengadopsi teknologi yang diintroduksi, persepsi petani terhadap budidaya

bawang merah sangat penting. Persepsi adalah suatu bagian dari interaksi sosial

yang menjelaskan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam

pandangan dan tingkah laku diantara orang banyak (Gerungan, 2009).

Pelaksanaan strategi tersebut dapat meliputi beberapa upaya diantaranya

yaitu: (1) memuncul suatu adopsi teknologi budidaya komoditas pertanian baru

untuk pemanfaatan lahan kering yang dapat di budidayakan di desa seperti:

tanaman holtikultur sejenis bawang merah, bawang putih, kentang. (2)

pemberian pelatihan dan motivasi terhadap petani untuk memanfaatkan lahan

78
yang dimiliki dengan suatu inovasi produk yang belum dimilki daerah lain sampai

masyarakat mampu secara mandiri.

2) Meningkatkan hasil produksi usaha agribisnis dengan memanfaatkan

kebijakan dan bantuan modal dari pemerintah (S1, S2, S3, S4,O1,O3).

Keberadaan bantuan dari luar sangat diperlukan baik secara langsung

dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak langsung dalam

bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal – hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan (Wiyanti Wahyuni, 2018). Pelaksanaan strategi

tersebut dapat melalui upaya berikut: pendampingan terhadap penerima bantuan

modal secara rutin dan berkelanjutan sehingga para pelaku agribisnis mampu

mengelolah dan memanajemen bantuan modal usaha dengan baik dan efektif

sesuai dengan peruntukkannya.

B. Strategi W – O

Strategi W – O atau strategi kelemahan – peluang merupakan strategi yang

bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal objek kajian dengan

memanfaatkan peluang eksternal. Adapun strategi yang direkomendasikan

sebagai bagian dari strategi kelemahan-peluang adalah :

1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan tenaga pendamping

melalui pelatihan. (W1, O2, O4).

Pengembangan SDM merupakan suatu upaya untuk mengembangkan

kualitas atau kemampuan SDM melalui proses perencanaan pendidikan,

pelatihan dan pengelolaan tenaga atau pegawai untuk mencapai suatu hasil

yang maksimal (Soekidjo Notoatmojo, 2009). Pelaksanaan strategi tersebut

dapat dilakukan upaya dengan adanya keberlanjutan setelah adanya pelatihan

dan pendampingan salah satunya dengan strategi mengolah bawang merah

79
untuk meningkatkan nilai tambah menjadi beberapa olahan produk seperti

bawang goreng dan kerupuk bawang.

2) Membentuk dan membina lembaga pendukung permodalan, aksebilitas,

dan pemenuhan kebutuhan dasar untuk membantu petani memperluas

usahatani. (W1, W2, W3, O3).

Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu

kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar

mereka dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan

meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Suhud, 2005 dalam Feryanto WK 2010).

Pelaksanaan strategi tersebut dapat dilakukan upaya dengan memanfaatkan

beberapa tahap, diantaranya yaitu (a) pengembangan unit usaha jasa dan

koperasi BUMDes sebagai lembaga yang mampu mendukung usaha agribisnis

dan juga mempermudah bagi para pelaku usaha agribisnis yang masih tergolong

kecil untuk mengembangkan usahanya. (b) selanjutnya pengembangan unit

usaha BUMDes melalui instalasi air bersih di kawasan permukiman. (c)

Pembukaan badan jalan usaha tani, jalan lingkungan, jalan produksi dan

jembatan penghubung dengan memanfaatkan Alokasi Dana Desa (ADD).

3) Pengembangan usaha dengan pemanfaatan bantuan modal (W3, W4, O1).

Pelaksanaan strategi tersebut dapat meliputi beberapa tahap, diantaranya

yaitu: (a) pembangunan dan pengembangan pusat pengolahan hasil pertanian

dan perikanan. (b) pembangunan kios atau toko tani dan gudang penyimpanan

hasil pertanian.

C. Strategi S – T

Strategi S-T atau strategi kekuatan – ancaman merupakan strategi yang

menggunakan kekuatan internal perdesaan untuk menghindari atau mengurangi

80
dampak ancaman eksternal. Adapun alternatif strategi yang direkomendasikan

sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas dengan optimal dan menciptakan harga yang stabil

agar menghasilkan produk siap bersaing di pasar (S3, S4, T1, T2).

Swatika dan Hendayana (2001) dalam Onah Gamarudin (2009)

mengatakan bahwa produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau

meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan

sumber daya secara efisien. Strategi ini bertujuan meningkatkan produktivitas

dan mutu hasil panen dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen, dimana

harus mampu menghasilkan produk yang unggul dari kualitas, kuantitas dan

mutu produk. Hal ini akan menciptakan kepuasan konsumen sehingga konsumen

akan mengkonsumsi secara kontinyu. Peningkatan daya saing dengan

memperkuat daya saing produksi harus dibangun melalui pendekatan sistem

agribisnis yang efisien. Ciri usaha agribisnis yang efisien adalah usaha yang

mampu memproduksi barang atau jasa yang bermutu tinggi, dalam jumlah besar,

terjamin kontinuitas produksi dengan biaya produksi yang relatif rendah.

D. Strategi W – T

Strategi W-T atau strategi kelemahan – ancaman merupakan strategi untuk

mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif

strategi yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:

1) Mengkoordinasikan setiap petani dengan memanfaatkan kelompok tani

untuk meningkatkan kualitas SDM dan pemahaman tentang kebijakan

pemerintah (W1, W3, W4 T3, T4).

Menurut Mosher (1987) mengemukakan bahwa pentingnya pembinaan

kelompok tani juga salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah

81
adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Strategi ini

bertujuan sebagai upaya mengaktifkan kelompok tani dengan tidak menjadikan

kelompok tani hanya sebagai wadah penyaluran bantuan dari pemerintah tetapi

juga sebagai wadah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap,

pengalaman berorganisasi serta wadah kerja sama. Dengan adanya strategi ini

diharapkan adanya timbal balik antar penyuluh dan kelompok tani dimana juga

sebagai peningkatan kinerja penyuluh dalam hal pelatihan dan pendampingan

petani. Selain hal tersebut dengan adanya metode ini diharapkan mampu lebih

mendukung mencapai tujuan atau kebijakan pemerintah terkait pengembangan

sektor agribisnis.

2) Pelatihan Pengendalian Hama Terpadu tanaman holtikultur dan pelatihan

wirausaha ternak. (W1, T3).

Kenmore (1989) menyatakan bahwa PHT sebagai perpaduan yang terbaik,

perpaduan yang terbaik diartikan perpaduan berbagai penerapan taktik

pengendalian hama akan diperoleh hasil yang terbaik yaitu stabilitas produksi

pertanian, kerugian ditekan seminim mungkin bagi manusia dan lingkungan,

serta petani memperoleh penghasilan maksimum dari usahataninya. Adanya

strategi ini diharapkan mampu menekankan pemahaman petani tentang PHT dan

pengaruhnya pada skala kecil dan skala luas serta dampaknya terhadap

perekonomian sehubungan dengan itu maka perlu dilakukan sekolah lapang

pegendalian hama terpadu dengan output meningkatkan pengetahuan petani

tentang pengendalian hama terpadu, meningkatkan kemauan petani dalam

mengendalikan hama secara kelompok, meningkatkan keterampilan petani

dalam pengendalian hama terpadu.

82
Menurut Achjadi (1985) dalam Isna Lailatur Rohma (2012) kegiatan

penyuluhan melalui tatap muka langsung dengan peternak di lapangan

diharapkan dapat mengurangi kesenjangan komunikasi yang timbul sehubungan

dengan pemeliharaan ternak, kasus penyakit ternak, sistem informasi dan lain

sebagainya. Mayoritas yang dilakukan oleh peternak di desa dengan skala

rumah tangga yang merujuk pada sistem pemeliharaan secara tradisional

dengan ciri khas peternakan dengan model tersebut yaitu tidak pernah mengenal

apa yang disebut sebagai segitiga produksi peternakan, dengan adanya

pelatihan kewirausahaan ternak diharapkan mampu memahami keterpaduan

langkah antara bidang pembibitan (Breeding), pakan (Feeding), dan tata laksana

(Management).

4.7.6. Quntitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Tahap akhir dari perumusan strategi adalah pemilihan strategi terbaik

dengan menggunakan alat analisis matriks QSP yang berdasarkan pada hasil

analisis SWOT. Penggunaan matriks QSP bertujuan untuk memperoleh alternatif

strategi yang terbaik yang dapat diimplementasikan para pengambil kebijakan di

Desa Balansiku berdasarkan arah kebijakan dan kondisi riil masyarakat di desa

tersebut. Matrik QSP dibuat berdasarkan faktor – faktor utama internal dan

eksternal pada matrik IFE, EFE, serta matrik SWOT.

Pada matrik QSP terdapat nilai AS dan TAS. Nilai AS menunjukkan daya

tarik masing – masing strategi terhadap faktor kunci yang dimiliki. Nilai AS

diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada responden yaitu Pak Ismail

selaku Kepala BP3K, Pak Kurniawan Hendarto selaku Petugas Penyuluh

Lapangan di Kecamatan Sebatik, Pak H. Firman Latif selaku Kepala Desa

Balansiku. Ketiga informan kunci ini dianggap memiliki pengetahuan yang cukup

83
baik mengenai perkembangan masyarakat di Desa Balansiku. Ketiga responden

ini juga memiliki pengaruh yang cukup tinggi karena mereka merupakan

pengambil dan pelaksana program serta kebijakan yang disusun untuk

memajukan kegiatan perekonomian di desa lokasi penelitian yang mayoritas di

sektor agribisnis.

Nilai TAS merupakan hasil perkalian antara bobot rata – rata dengan nilai

AS dari setiap faktor kunci strategis. Alternatif strategi dari matrik SWOT yang

dapat dihasilkan antara lain:

Strategi 1: Mengoptimalkan penggunaan lahan dan jumlah input yang tersedia,

tenaga kerja produktif, dan teknologi budidaya.

Strategi 2: Meningkatkan hasil produksi usaha agribisnis dengan memanfaatkan

kebijakan dan bantuan modal dari pemerintah.

Strategi 3: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan tenaga

pendamping melalui pelatihan.

Strategi 4: Membentuk dan membina lembaga pendukung permodalan,

aksebilitas, dan pemenuhan kebutuhan dasar untuk membantu petani

memperluas usahatani.

Strategi 5: Pengembangan usaha dengan pemanfaatan bantuan modal.

Strategi 6: Meningkatkan kualitas dengan optimal dan menciptakan harga yang

stabil agar menghasilkan produk siap bersaing di pasar.

Strategi 7: Mengkoordinasikan setiap petani dengan memanfaatkan kelompok

tani untuk meningkatkan kualitas SDM dan pemahaman tentang

kebijakan pemerintah.

Strategi 8: Pelatihan Pengendalian Hama Terpadu tanaman holtikultur dan

pelatihan wirausaha ternak.

84
Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSP, maka diperoleh urutan

strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan dari yang nilai TAS - nya

paling tinggi hingga paling rendah dimana prioritas strategi ditekankan pada 3

prioritas strategi. Dari urutan tersebut dapat dihasilkan strategi yang paling

menarik untuk diimplementasikan di Desa Balansiku sesuai dengan kewenangan

para pengambil dan pelaksana kebijakan. Perumusan strategi ini hanya sampai

tahap formulasi strategi. Adapun hasil perhitungan mastriks QSP terdapat pada

lampiran 5, urutan strategi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Membentuk dan membina lembaga pendukung permodalan, aksebilitas,

dan pemenuhan kebutuhan dasar untuk membantu petani memperluas

usahatani dengan nilai TAS sebesar 5,784 (Strategi 4).

2) Mengkoordinasikan setiap petani dengan memanfaatkan kelompok tani

untuk meningkatkan kualitas SDM dan pemahaman tentang kebijakan

pemerintah dengan nilai TAS sebesar 5,718 (Strategi 7).

3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan tenaga pendamping

melalui pelatihan dengan nilai TAS sebesar 5,493 (Strategi 3).

85
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa potensi Desa Balansiku pada

sektor pertanian diantaranya (1) padi, (2) pisang kepok, (3) merica dan (4)

tanaman sayur – sayuran seperti cabe, kacang panjang, ketimun, sawi, dan

kangkung. Pada sektor perkebunan diantaranya (1) kelapa sawit, (2)

kelapa, dan (3) buah – buahan seperti durian, rambutan, duku dan jeruk

Sunkist Borneo. Pada sektor perikanan adalah nelayan tangkap dengan

hasil udang dan ikan serta nelayan budidaya tambak ikan bandeng dan

rumput laut. Pada sektor peternakan yaitu ternak sapi dan kambing yang

menjadi potensi.

b. Dari hasil pengidentifikasian dan analisa faktor internal dan faktor eksternal

perdesaaan, kegiatan agribisnis di Desa Balansiku dapat diketahui pada

faktor internal yang dimiliki oleh desa, yaitu: (1) luasnya lahan pertanian

dan mata pencarian utama di sektor pertanian, (2) adanya kelompok petani

sebagai wadah penyatu petani, (3) kebijakan pemerintah desa (visi dan

misi) mendukung agribisnis, (4) letak wilayah strategis. (5) rendahnya

kualitas SDM, (6) Akses jalan yang kurang memadai/tidak kondusif, (7)

Tidak adanya lembaga khusus yang mendukung usaha agribisnis dan (8)

Tidak adanya kadang ternak bagi peternak.

Pada faktor eksternal dari aspek peluang dan ancaman yang dimiliki oleh

desa, yaitu: (1) adanya program bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP)

dari pemerintah untuk usaha agribisnis, (2) adanya kerjasama dengan

pihak swasta dalam usaha pertanian budidaya bawang merah, (3) adanya

Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes), (4) adanya pendampingan Petugas Penyuluh

Lapangan (PPL), (5) stabilitas nilai tukar mata uang, (6) harga beli hasil

pertanian di tetapkan oleh tengkulak, (7) hama dan penyakit tanaman dan

peternakan, (8) Pola berfikir masyarakat petani terhadap dana bantuan

pemerintah yang masih berkutat dana hibah yang tidak wajib di bayar. Dari

analisis IFE dan EFE dihasilkan nilai rata – rata IFE sebesar 3,092 dan

EFE sebesar 2,917.

c. Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSP, diperoleh prioritas strategi

dengan nilai Total AS tertinggi yaitu (1) Membentuk dan membina lembaga

pendukung permodalan, aksebilitas, dan pemenuhan kebutuhan dasar

untuk membantu petani memperluas usahatani dengan nilai TAS sebesar

5,784 (Strategi 4), (2) Mengkoordinasikan setiap petani dengan

memanfaatkan kelompok tani untuk meningkatkan kualitas SDM dan

pemahaman tentang kebijakan pemerintah dengan nilai TAS sebesar 5,718

(Strategi 7), (3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan tenaga

pendamping melalui pelatihan dengan nilai TAS sebesar 5,493 (Strategi 3).

5.2. Saran

a. Desa Balansiku merupakan desa yang memiliki luas wilayah terluas

diantara desa lainnya untuk itu perlu adanya keseriusan pemerintah desa

dalam membuat kebijakan maupun program yang berpihak kepada

masyarakat dalam hal agribisnis dengan memanfaatkan kekuatan dan

peluang yang ada, disamping itu terkait dengan visi misi Desa Balansiku

yang mendukung pengembangan agribisnis di desa.

87
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dengan cara membuat

program workshop, pelatihan, studi banding poktan yang difasiltasi oleh

pemerintah atau swasta.

c. Sebaiknya dilakukan pembimbingan dan pengawasan secara bertahap dari

hasil alternatif strategi pemberdayaan agribisnis perdesaan di Desa

Balansiku sesuai dengan prioritas sehingga tujuan dari pelaksanaan

strategi tersebut dapat tercapai dan tepat sasaran.

d. Disarankan pada peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian

dengan topik yang sama maka diharapkan dapat mengkaji lebih dalam

masing-masing bagian dalam sistem agribisnis di desa.

88
DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja A. 2006. Sinar Tani: Prima Tani Membangun Agroindustri Pedesaan


dengan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis.
http://www.litbang.pertanian.go.id diakses tanggal 12 Maret 2018.

Arifin J. 2011. Agribisnis Pemberdayaan Perdesaan (Studi: Desa Tangkil dan


Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. [Indonesia]

Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi).


Rineka Cipta. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Penduduk Indonesia 15 Tahun Ke Atas yang
Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2013 – 2016.
http://www.bps.go.id 12 Maret 2018.

Bintarto R. 1989. Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya. Ghalia


Indonesia. Jakarta.

David FR. 2009. Manajemen Strategis Konsep Edisi 12. Salemba Empat.
Jakarta.

Downey WD, Erickson SP. 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga. Jakarta.

Feryanto WK. 2010. Peran Koperasi Sebagai Kelembagaan Agribisnis dalam


Peningkatan Posisi Tawar Petani. www.kompasiana.com diakses tanggal
27 Juli 2018.

Gamarudin O. 2009. Analisis Manfaat Bantuan Penguatan Modal Usaha Bagi


Kelompok Tani Agribisnis Kedelai di Kabupaten Keerom Provinsi Papua.
[Tesis]. Universitas Hasnuddin, Makassar. [Indonesia]

Gerungan. 2009. Psikologi Sosial. Rafika Aditama. Bandung.

Hariance R, Febriamansyah R, Tanjung F. 2016. Strategi Pengembangan


Agribisnis Kopi Robusta di Kabupaten Solok. AGRISEP 15 (1).

HAW Widjaja. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hidayati PI. 2017. Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Peternakan Ayam


Ras di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Jurnal OPTIMA 1 (1).

Juarsyah R, Muani A, Suyatno A. 2015. Kajian Pengembangan Agribisnis


Komoditas Unggulan Buah - buahan di Kabupaten Kubu Raya. Jurnal
Social Economic Of Agriculture 4 (1).

Junaidi. 2007. Pemahaman tentang Adopsi, Difusi dan Inovasi (Teknologi) dalam
Penyuluhan Pertanian. www.litbang.pertanian.go.id di akses tanggal 27 Juli
2018.

89
Juniarsih T. 2012. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor
Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Aceh. [Skripsi]. Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh. [Indonesia]

Kartasapoetra AG. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara.


Jakarta.

Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat; Memadukan


Pertumbuhan dan Pemerataan. Pustaka Cidesindo. Jakarta.

Kecamatan Sebatik. 2018. Keluarga Penerima Manfaat Bantuan Sosial Beras


Sejahtera. Kecamatan Sebatik. Nunukan.

Kenmore PE. 1987. IPM Means the Best Mix. Rice IPM Newsletter. VII (7). IRRI.
Manila, Philippines.

Lilis S Sirait. 2009. Beberapa Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi


Kesempatan Kerja, Produktivitas dan Pendapatan Petani Sayur Mayur di
Kabupaten Karo (Studi Kasus: Wortel, Tomat, atau Kol di Desa Merdeka,
Kecamatan Merdeka). [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara, Sumatera
Utara. [Indonesia]

Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Edisi 1 Cetakan 1. UNS


Press. Surakarta.

Mohamad M, Nur Alam M, Abd Rauf R. 2016. Strategi Pengembangan Agribisnis


Jagung di Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una. J.Agroland
23 (1).

Mosher AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Syarat – Syarat


Pokok Pembangunan dan Modernisasi. CV Yasaguna. Jakarta.

Notoatmodjo S. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta.


Jakarta.

Prapti L, Suryawardana E, Triyani D. 2015. Analisis Dampak Pembangunan


Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Kota
Semarang. Jurnal. Dinamika Sosbud 17 (2).

Prasetyo. 2015. Konsep dan Teori Pemberdayaan Masyarakat.


https://prasfapet.wordpress.com diakses pada 11 Maret 2018.

Ramdhani H, Nulhaqim SA, Fedryansyah. 2015. Peningkatan Kesejahteraan


Petani Dengan Penguatan Kelompok Tani. Prosiding Penelitian &
Pengabdian Kepada Masyarakat 2 (3). Universitas Padjajaran, Bandung.
[Indonesia]

Rangkuti F. 2016. Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus Bisnis, cetakan


kedupuluh dua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

90
Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang No 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Lembaran Negara RI Tahun
2013 No 131. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa.


Lembaran Negara RI Tahun 2014 No 7. Sekretariat Negara. Jakarta.

Rohmah IL. 2012. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Praktik Manajemen


Pemeliharaan Sapi Perah Pada Peternak Pemasok Susu Segar Industri
Keju di Kabupaten Sukabumi. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[Indonesia]

Saragih B. 2010. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis


Pertanian. IPBpress. Bogor.

Sjarkowi F, Sufri M. 2004. Manajemen Agribisnis. Baldad Grafiti Press.


Palembang.

Soekartawi. 2005. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya (Agribusiness: Theory and


Practice). Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Solihin Ismail. 2012. Manajemen Strategik. Erlangga. Jakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.


Bandung.

Sulistiyani AT. 2004. Kemitraan dan Model – Model Pemberdayaan. Gaya Media.
Yogyakarta.

Sundari, A.Yusra AB, Nurliza. 2015. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap


Peningkatan Produksi Usahatani di Kabupaten Pontianak. Jurnal Social
Economic od Agriculture 4 (1).

Tarigan SD, Syumanjaya R. 2013. Analisis Pengaruh Kualitas Infrastruktur Jalan


Terhadap Harga-Harga Hasil Pertanian Di Kecamatan Dolok Silau. Jurnal
Ekonomi dan Keuangan 1 (6).

Wahyudy HA, Azharuddin, Asrol. 2015. Analisis Strategi Pengembangan


Agribisnis Karet Rakyat di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau.
Jurnal Dinamika Pertanian 30 (3).

Wahyuni W. 2018. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui


Pengembangan Agribisnis (Studi Kasus: Gapoktan Subur Desa Kedungjati
Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga). [Skripsi]. IAIN Purwokerto,
Purwokerto. [Indonesia]

91
Wibowo H, Nur Hayati. 2013. Strategi Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP) Dalam Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Berbasis Agribisnis (LKMA). Proceeding Seminar Nasional dan Call For
Papers Sancall. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI. Surakarta. 23 Maret
2013. [Indonesia]

Wijayanti R, Baiquni, Harini R. 2016. Strategi Penghidupan Berkelanjutan


Masyarakat Berbasis Aset di Sub DAS Pusur. Jurnal Wilayah dan
Lingkungan 4 (2).

Wuragian M. 2015. Strategi Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat


(Studi Bagi Masyarakat Petani Desa Basaan I Kecamatan Ratatotok).
[Skripsi]. Universitas Sam Ratulangi, Manado. [Indonesia]

92
Lampiran 1

Struktur Organisasi Desa Balansiku

Kepala Desa
H.Firman

Sekretaris Desa
Yuslan

Kasi Kasi Kasi Kaur Kaur Kaur


Kesejahteraan Pemerintahan Pelayanan Perencanaan Keuangan Umum & TU
Jumiati A. Hermawan Asrul Ibrahim Ayu Andira Rahmatan

K. Pelaksana
Kewilayahan
Dusun I,II,III

93
Lampiran 2

Kuisioner Terbuka

KUISIONER PENELITIAN

No. Informan kunci :

Tanggal Pengisian :

Kuisioner ini digunakan dalam penelitian sebagai informasi dalam penyusunan

skripsi yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Studi Kasus

: Desa Balansiku Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan)”.

Identitas Informan Kunci

1. Nama :

2. Alamat :

3. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

4. Usia anda saat ini :

a. 15-19 tahun c. 25-34 tahun e. 45-54 tahun g. ≥ 65

b. 20-24 tahun d. 35-44 tahun f. 55-64 tahun

5. Status pernikahan : a. Tidak menikah b. Menikah

6. Jumlah anggota keluarga : ………. Orang

7. Pendidikan Terakhir :

a. SD c. SMA/SMK e. Sarjana (S1/S2/S3)

b. SMP/SLTP d. Akademi (D1/D2/D3) f. Lainnya, sebutkan

8. Pekerjaan :

a. Pelajar/Mahasiswa c. Pegawai swasta e. Ibu Rumah Tangga

b. Pegawai Negeri d. Wiraswasta f. Lainnya, sebutkan

9. Rata-rata Pendapatan per-bulan (Rupiah):

a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000

94
b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 2.000.001 – Rp. 2.500.000

c. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 f. > Rp. 2.500.000

10. Rata-rata Pengeluaran untuk konsumsi (makanan dan minuman) per bulan

(Rupiah):

a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000

b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 2.000.001 – Rp. 2.500.000

c. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 f. > Rp. 2.500.000

Gambaran Umum Kondisi Agribisnis Di Desa

1. Bagaimana keadaan dan perkembangan usaha di sektor agribisnis di Desa

Balansiku ?

a. Sangat Baik c. Kurang Baik

b. Baik d. Buruk

2. Apa saja yang menjadi komoditas unggulan yang mayoritas dibudidayakan

dan diminati oleh masyarakat? Sebutkan!

 Sektor Pertanian :

 Sektor Peternakan :

 Sektor Perikanan :

 Sektor Perkebunan :

 Sektor Kehutanan :

3. Apa saja hambatan, kendala dan permasalahan yang umum dan sering

dijumpai oleh para pelaku agribisnis di Desa Balansiku? Sebutkan!

95
4. Menurut anda apakah usaha di sektor agribisnis di Desa Balansiku

mempunyai prospek yang baik?

a. Sangat Baik c. Kurang Baik

b. Baik d. Buruk

5. Apakah ada perhatian serta peran dari pemerintah untuk memajukan kegiatan

di agribisnis di Desa Balansiku?

a. Ada b. Tidak ada

Jika ada, menurut anda apakah perhatian serta peran dari pemerintah terlaksana

dengan baik?

a. Sangat Baik b. Baik c. Kurang Baik d. Buruk

6. Menurut anda apakah harapan dan keinginan masyarakat untuk memajukan

sektor agribisnis di Desa Balansiku cukup tinggi?

a. Tinggi b. Biasa Saja c. Kurang d.Sangat Rendah

Analisis Lingkungan Internal Perdesaan

A. Sumber Daya Manusia

7. Keterampilan apa yang dimiliki oleh mayoritas masyarakat di Desa Balansiku?

Sebutkan!

8. Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat di Desa Balansiku?

a. Sangat Tinggi b. Tinggi c. Rendah d.Sangat Rendah

9. Pelatihan-pelatihan apa saja yang pernah diikuti oleh masyarakat khususnya

bagi para pelaku agribisnis di Desa Balansiku? Sebutkan beserta manfaatnya!

10. Bagaimana minat masyarakat untuk melakukan usaha di sektor agribisnis?

96
a. Sangat Berminat c. Kurang Berminat

b. Cukup Berminat d. Sangat Tidak Berminat

B. Keuangan

11. Dari mana saja sumber modal para pelaku agribisnis/usaha di Desa

Balansiku?

a. Modal Sendiri e. Tengkulak

b. Bank f. Rentenir

c. Koperasi g. Lembaga Simpan Pinjam

d. Program KUR h. Lainnya:

12. Berapa rata-rata jumlah modal awal anda sebagai pelaku usaha/agribisnis?

a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 3.000.001 – Rp. 5.000.000

b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000

c. Rp. 1.000.001 – Rp. 3.000.000 f. > Rp. 10.000.000

13. Bagaimana perkembangan modal anda sebagai pelaku usaha/agribisnis?

a. Sangat Berkembang c. Kurang Berkembang

b. Cukup Berkembang d. Sangat Tidak Berkembang

14. Bagaimana kondisi keuangan anda sebagai pelaku usaha/agribisnis?

a. Sangat Baik c. Sulit

b. Cukup Baik d. Sangat Sulit

Jelaskan Mengapa!

15. Berapa biaya rata-rata yang biasanya anda keluarkan sebagai pelaku

usaha/agribisnis?

97
a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 3.000.001 – Rp. 5.000.000

b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000

c. Rp. 1.000.001 – Rp. 3.000.000 f. > Rp. 10.000.000

C. Produksi dan Operasi

16. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana produksi on-farm dan off-

farmnya?

a. Sangat Baik c. Sulit

b. Cukup Baik d. Sangat Sulit

17. Bagaimana ketersediaan input pertanian (benih, bibit, pupuk, obat-obatan,

pestisida, alat mesin pertanian, dll) serta bahan baku lainnya?

a. Sangat Baik c. Sulit

b. Cukup Baik d. Sangat Sulit

18. Bagaimana ketersediaan tenaga kerja untuk kegiatan produksi dan operasi

di sektor agribisnis?

a. Sangat Banyak c. Kurang

b. Cukup Banyak d. Sangat Kurang

19. Bagaimana pengaruh perkembangan teknologi yang dimiliki dengan

perkembangan usahanya?

a. Sangat Berpangaruh c. Kurang Berpengaruh

b. Cukup Berpengaruh d. Sangat Kurang Berpengaruh

20. Bagaimana kualitas dari komoditas yang dihasilkan dari kegiatan

agribisnis/usaha di Desa Balansiku?

a. Sangat Baik c. Buruk

b. Cukup Baik d. Sangat Buruk

98
D. Pemasaran

21. Bagaimana harga jual komoditas yang pasarkan?

a. Sangat Baik c. Buruk

b. Cukup Baik d. Sangat Buruk

22. Bagaimana perkembangan pemasaran komoditas agribisnis atau usaha

yang anda lakukan?

a. Sangat Berkembang c. Kurang Berkembang

b. Cukup Berkembang d. Tidak Berkembang

23. Bagaimana cara para pelaku agribisnis/usaha memperoleh informasi pasar

yang dibutuhkan? Sebutkan!

24. Daerah mana saja yang dijadikan daerah pemasaran atas komoditas yang

dijual dari sektor agribisnis/usaha yang ada lakukan? Sebutkan!

25. Bagaimana cara anda sebagai pelaku agribisnis/usaha untuk

mengembangkan produk/usaha anda? Sebutkan!

E. Penelitian dan Pengembangan

26. Apakah ada lembaga penelitian yang mendukung pengembangan dari

komoditas agribisnis/usaha yang dihasilkan di Desa Balansiku?

a. Ada b. Tidak ada

Jika ada, Sebutkan lembaga apa dan manfaat yang dirasakan!

99
27. Apakah ada inovasi atau aplikasi teknologi baru yang diterapkan di sektor

agribisnisi di Desa Balansiku?

a. Ada b. Tidak ada

Jika ada, Sebutkan teknologi apa dan manfaat yang dirasakan!

Analisis Lingkungan Eksternal Pedesaan

1. Apa makanan pokok di Desa Balansiku?

a. Roti d. Mie f. Jagung

b. Nasi e. Kentang g. Lainnya:

c. Umbi-umbian

2. Bagaimana bentuk perhatian dari pemerintah terhadap masyarakat di Desa

Balansiku? Jika ada jelaskan!

3. Bagaimana pola distribusi/pemasaran kegiatan agribisnis/usaha anda?

a. Pedagang pengumpul d. Kontrak kerjasama

b. Koperasi e. Langsung menuju pasar

c. Pelanggan tetap f. Lainnya:

4. Adakah pesaing yang harus dihadapi oleh anda sebagai pelaku

usaha/agribisnis?

a. Ada b. Tidak ada

apabila ada berapa kira-kira jumlahnya, sebutkan :

100
6. Apakah ada upaya dan strategi untuk mengatasi pesaing dalam usaha

anda? Jika ada jelaskan apa upaya dan strategi anda!

7. Menurut anda potensi di bidang agribisnis apa saja yang bisa dikembangkan

untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di Desa Balansiku, Sebutkan!

101
Kuisioner Strategi

KUESIONER PENELITIAN
PENENTUAN BOBOT DAN RATING
FAKTOR STRATEGI INTERNAL DAN EKSTERNAL

No. Informan Kunci :

Tanggal Pengisian :

Kuisioner ini digunakan dalam penelitian sebagai informasi dalam penyusunan

skripsi yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Studi Kasus

: Desa Balansiku Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan)”.

Identitas Informan Kunci

Petunjuk : Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut penilaian

anda paling sesuai

1. Nama :

2. Alamat :

3. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

4. Usia anda saat ini :

a. 15-19 tahun c. 25-34 tahun e. 45-54 tahun g. ≥ 65

b. 20-24 tahun d. 35-44 tahun f. 55-64 tahun

5. Status pernikahan : a. Tidak menikah b. Menikah

6. Jumlah anggota keluarga : ………. Orang

7. Pendidikan Terakhir :

a. SD c. SMA/SMK e. Sarjana (S1/S2/S3)

b. SMP/SLTP d. Akademi (D1/D2/D3) f. Lainnya, sebutkan

8. Pekerjaan :

a. Pelajar/Mahasiswa c. Pegawai swasta e. Ibu Rumah Tangga

102
b. Pegawai Negeri d. Wiraswasta f. Lainnya

9. Rata-rata Pendapatan per-bulan (Rupiah):

a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000

b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 2.000.001 – Rp. 2.500.000

c. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 f. > Rp. 2.500.000

10. Rata-rata Pengeluaran untuk konsumsi (makanan dan minuman) per bulan

(Rupiah):

a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000

b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 2.000.001 – Rp. 2.500.000

c. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 f. > Rp. 2.500.000

Penilaian Bobot Terhadap Faktor Strategi Internal dan Eksternal Perdesaan

Tujuan :

Mendapatkan penilaian dari para informan kunci mengenai faktor-faktor strategis

internal dan eksternal dengan cara pemberian bobot melalui seberapa besar nilai

faktor strategis tersebut dalam mempengaruhi atau menentukan keberhasilan

pengembangan agribisnis pedesaan.

Petunjuk pengisian :

1. Nilai berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap pengembangan

Agribisnis di Desa Balansiku. Untuk menentukan bobot setiap faktor

digunakan skala 1, 2, 3, dan 5 dengan keterangan skala adalah sebagai

berikut :

Nilai 1 : Jika indikator tidak penting

Nilai 2 : Jika indikator kurang penting

Nilai 3 : Jika indikator biasa saja

103
Nilai 4 : Jika indikator penting

Nilai 5 : Jika indikator sangat penting

2. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing informan kunci

terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal sektor agribisnis di

Desa Balansiku

A. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal (Kekuatan, Kelemahan)

Bobot
No Faktor Internal
1 2 3 4 5
Kekuatan - - - -
Luasnya lahan pertanian dan mata pencarian utama di
1
sektor pertanian
Adanya kelompok petani sebagai wadah penyatu
2
petani
Kebijakan Pemerintah desa (visi dan misi) mendukung
3
agribisnis
4 Letak wilayah strategis
Kelemahan - - - - -
1 Rendahnya kualitas SDM
2 Akses jalan yang kurang memadai/tidak kondusif
Tidak adanya lembaga khusus yang mendukung
3
usaha agribisnis
4 Tidak adanya kadang ternak bagi peternak

B. Penilaian Bobot Strategi Eksternal (Peluang dan Ancaman)

Bobot
No Faktor Eksternal
1 2 3 4 5
Peluang - - - - -
Adanya program bantuan usaha ekonomi produktif
1
dari pemerintah untuk usaha agribisnis
Adanya kerjasama dengan pihak swasta dalam usaha
2
pertanian budidaya bawang
3 Adanya BumDes
4 Adanya pendampingan PPL
Ancaman - - - - -
1 Stabilitas nilai tukar mata uang
2 Harga beli hasil pertanian di tetapkan oleh tengkulak
3 Hama dan penyakit tanaman dan peternakan
Pola berfikir masyarakat petani terhadap dana
4 bantuan pemerintah yang masih berkutat dana hibah
yang tidak wajib di bayar

104
Pemberian Rating Terhadap Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Perdesaan

Tujuan :

Mendapatkan penilaian dari para key informan (informan kunci) mengenai

kemampuan yang ada di Desa Balansiku dalam menghadapi faktor-faktor

strategis internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan

pengembangan agribisnisnya.

A. Pemberian Nilai Rating Terhadap Faktor-Faktor Internal Di Desa

Balansiku

Petunjuk Pengisian

1. Tentukan nilai rating terhadap faktor-faktor kekuatan sektor agribisnis di

Desa Balansiku dengan memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu.

2. Pemberian nilai rating didasarkan pada keterangan berikut ini ;

Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis internal (kekuatan

dan kelamahan) adalah sebagai berikut :

1 = sangat lemah 3 = kuat

2 = lemah 4 = sangat kuat

Rating
No Faktor Internal
1 2 3 4
Kekuatan - - - -
Luasnya lahan pertanian dan mata pencarian utama di
1
sektor pertanian
2 Adanya kelompok petani sebagai wadah penyatu petani
Kebijakan Pemerintah desa (visi dan misi) mendukung
3
agribisnis
4 Letak wilayah strategis
Kelemahan - - - -
1 Rendahnya kualitas SDM
2 Akses jalan yang kurang memadai/tidak kondusif
Tidak adanya lembaga khusus yang mendukung usaha
3
agribisnis
4 Tidak adanya kadang ternak bagi peternak

105
B. Pemberian Nilai Rating Terhadap Faktor-Faktor Eksternal Di Desa

Balansiku

Petunjuk Pengisian

1. Tentukan nilai rating didasarkan pada kemampuan sektor agribisnis di Desa

Balansiku dalam meraih peluang yang ada berikut ini dengan memberikan

tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu.

2. Pemberian nilai rating didasarkan pada keterangan berikut ini :

Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategi eksternal (peluang

dan ancaman) adalah sebagai berikut :

1 = sangat lemah 3 = kuat

2 = lemah 4 = sangat kuat

Rating
No Faktor Eksternal
1 2 3 4
Peluang - - - -
Adanya program bantuan usaha ekonomi produktif dari
1
pemerintah untuk usaha agribisnis
Adanya kerjasama dengan pihak swasta dalam usaha
2
pertanian budidaya bawang
3 Adanya BumDes
4 Adanya pendampingan PPL
Ancaman - - - -
1 Stabilitas nilai tukar mata uang
2 Harga beli hasil pertanian di tetapkan oleh tengkulak
3 Hama dan penyakit tanaman dan peternakan
Pola berfikir masyarakat petani terhadap dana bantuan
4 pemerintah yang masih berkutat dana hibah yang tidak
wajib di bayar

106
KUESIONER PENELITIAN

PENENTUAN NILAI ALTERNATIF STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS

PERDESAAN DENGAN MATRIKS QSP

Tujuan :

QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa

jauh faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal dimanfaatkan atau

diperbaiki. QSPM secara objektif akan mengindikasikan alternatif strategi mana

yang terbaik untuk dilakukan.

Identitas Informan Kunci

Nama :

Pekerjaan :

Alternatif Strategi :

No Alternatif Strategi :
1. Mengoptimalkan penggunaan lahan dan jumlah input yang tersedia,
tenaga kerja produktif, dan teknologi budidaya
2. Meningkatkan hasil produksi usaha agribisnis dengan memanfaatkan
kebijakan dan bantuan modal dari pemerintah.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan tenaga pendamping
melalui pelatihan.
4. Membentuk dan membina lembaga pendukung permodalan, aksebilitas,
dan pemenuhan kebutuhan dasar untuk membantu petani memperluas
usahatani.
5. Pengembangan usaha dengan pemanfaatan bantuan modal
6. Meningkatkan kualitas secara dengan optimal dan menciptakan harga
yang stabil agar menghasilkan produk siap bersaing di pasar.
7. Mengkoordinasikan setiap petani dengan memanfaatkan kelompok tani
untuk meningkatkan kualitas SDM dan pemahaman tentang kebijakan
pemerintah
8. Pelatihan Pengendalian Hama Terpadu tanaman holtikultur dan pelatihan
wirausaha ternak.

Petunjuk Pengisian :

Tentukan Attractive Score (AS) dari masing-masing faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) untuk masing-masing

107
alternatif strategi dengan nilai. Pilihan Attractive Score (AS) pada isian berikut

terdiri dari :

1 = tidak menarik 3 = menarik 2 = agak menarik 4 = sangat menarik

Strategi
Attractive Score (AS)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
Kekuatan - - - - - - - -
Luasnya lahan pertanian dan mata
1
pencarian utama di sektor pertanian
Adanya kelompok petani sebagai
2
wadah penyatu petani
Kebijakan Pemerintah desa (visi
3
dan misi) mendukung agribisnis
4 Letak wilayah strategis
Kelemahan - - - - - - - -
1 Rendahnya kualitas SDM
Akses jalan yang kurang
2
memadai/tidak kondusif
Tidak adanya lembaga khusus yang
3
mendukung usaha agribisnis
Tidak adanya kadang ternak bagi
4
peternak
Peluang - - - - - - - -
Adanya program bantuan produktif
1 dari pemerintah untuk usaha
agribisnis
Adanya kerjasama dengan pihak
2 swasta dalam usaha pertanian
budidaya bawang
3 Adanya BumDes
4 Adanya pendampingan PPL
Ancaman - - - - - - - -
1 Stabilitas nilai tukar mata uang
Harga beli hasil pertanian di
2
tetapkan oleh tengkulak
Hama dan penyakit tanaman dan
3
peternakan
Pola berfikir masyarakat petani
terhadap dana bantuan pemerintah
4
yang masih berkutat dana hibah
yang tidak wajib di bayar

108
Lampiran 3
Tabel Tabulasi Bobot Matriks IFAS
Bobot
Faktor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total
Internal Bobot
Kekuatan

1 0.133 0.100 0.143 0.111 0.154 0.115 0.100 0.115 0.103 0.156 0.091 0.138 0.125 0.147 0.138 1.870 0.125

2 0.133 0.133 0.143 0.111 0.115 0.154 0.167 0.154 0.138 0.094 0.152 0.138 0.156 0.147 0.172 2.107 0.140

3 0.167 0.133 0.114 0.111 0.115 0.115 0.133 0.115 0.138 0.125 0.152 0.103 0.063 0.147 0.103 1.836 0.122

4 0.133 0.100 0.086 0.111 0.115 0.115 0.100 0.115 0.138 0.125 0.091 0.103 0.094 0.088 0.103 1.619 0.108

Kelemahan

5 0.133 0.133 0.143 0.148 0.115 0.154 0.167 0.154 0.172 0.094 0.121 0.138 0.156 0.118 0.172 2.119 0.141

6 0.133 0.133 0.143 0.185 0.192 0.154 0.167 0.192 0.172 0.125 0.152 0.172 0.156 0.147 0.172 2.397 0.160

7 0.100 0.133 0.114 0.111 0.077 0.115 0.100 0.077 0.069 0.125 0.121 0.103 0.125 0.088 0.069 1.529 0.102

8 0.067 0.133 0.114 0.111 0.115 0.077 0.067 0.077 0.069 0.156 0.121 0.103 0.125 0.118 0.069 1.523 0.102

Total 1.000

109
Tabel Tabulasi Bobot Matriks EFAS

Bobot
Faktor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total
Eksternal Bobot
Peluang

1 0.154 0.139 0.135 0.154 0.115 0.138 0.154 0.154 0.121 0.120 0.125 0.156 0.133 0.143 0.129 2.070 0.138

2 0.154 0.139 0.135 0.115 0.115 0.138 0.115 0.115 0.152 0.120 0.094 0.125 0.167 0.143 0.097 1.924 0.128

3 0.115 0.111 0.135 0.115 0.115 0.138 0.115 0.115 0.091 0.120 0.156 0.094 0.133 0.143 0.097 1.795 0.120

4 0.115 0.139 0.135 0.115 0.154 0.103 0.115 0.154 0.121 0.120 0.156 0.156 0.133 0.114 0.161 1.994 0.133

Ancaman

5 0.077 0.111 0.108 0.115 0.077 0.103 0.077 0.077 0.091 0.120 0.063 0.094 0.100 0.114 0.097 1.424 0.095

6 0.115 0.111 0.135 0.077 0.115 0.103 0.115 0.154 0.152 0.120 0.125 0.094 0.100 0.114 0.129 1.760 0.117

7 0.115 0.111 0.108 0.154 0.154 0.138 0.115 0.115 0.121 0.120 0.125 0.125 0.100 0.114 0.129 1.846 0.123

8 0.154 0.139 0.108 0.154 0.154 0.138 0.192 0.115 0.152 0.160 0.156 0.156 0.133 0.114 0.161 2.187 0.146

Total 1.000

110
Lampiran 4

Tabel Tabulasi Rating Matriks IFAS

Rating
Faktor Rata - Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Internal rata Skor
Kekuatan

1 3 4 3 2 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 2 3.133 0.391

2 3 4 3 2 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3.133 0.440

3 4 2 3 2 2 3 3 3 4 2 3 2 3 4 2 2.800 0.343

4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 2.867 0.309

Kelemahan

5 4 3 4 3 2 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 3.267 0.461

6 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3.533 0.565

7 2 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 3 4 2 2.800 0.285

8 2 3 3 2 3 4 4 3 3 2 4 4 3 2 2 2.933 0.298

Total 3.092

111
Tabel Tabulasi Rating Matriks EFE

Rating
Faktor Rata - Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Eksternal rata Skor
Peluang

1 3 3 4 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3.000 0.414

2 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 4 2 4 4 3.067 0.393

3 3 3 3 2 2 4 4 4 2 3 2 2 4 3 2 2.867 0.343

4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3.200 0.425

Ancaman

5 2 3 3 3 4 3 3 2 4 3 2 3 3 3 4 3.000 0.285

6 2 2 3 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2.400 0.282

7 2 3 3 2 2 1 2 3 3 2 4 3 3 3 4 2.667 0.328

8 4 3 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 4 4 3.067 0.447

Total 2.917

112
Lampiran 5

Tabel Tabulasi Matriks QSP

Alternatif Strategi

Fator Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

1 0.125 3.00 0.37 3.00 0.37 2.33 0.29 3.00 0.37 2.67 0.33 3.00 0.37 2.67 0.33 3.00 0.37

2 0.140 3.00 0.42 2.33 0.33 3.33 0.47 3.00 0.42 2.33 0.33 3.00 0.42 3.67 0.52 3.67 0.52

3 0.122 2.67 0.33 2.67 0.33 2.33 0.29 3.00 0.37 2.67 0.33 2.67 0.33 3.33 0.41 2.33 0.29

4 0.108 3.33 0.36 2.67 0.29 1.67 0.18 2.67 0.29 2.00 0.22 2.33 0.25 2.00 0.22 2.33 0.25

5 0.141 3.00 0.42 2.00 0.28 3.67 0.52 2.33 0.33 2.00 0.28 2.33 0.33 3.00 0.42 3.00 0.42

6 0.160 2.33 0.37 2.00 0.32 2.00 0.32 2.33 0.37 2.33 0.37 2.00 0.32 2.33 0.37 2.00 0.32

7 0.102 2.67 0.27 3.33 0.34 3.00 0.31 3.33 0.34 3.33 0.34 3.33 0.34 3.00 0.31 2.67 0.27

8 0.102 3.00 0.30 3.00 0.30 3.00 0.30 3.67 0.37 3.33 0.34 2.67 0.27 2.33 0.24 3.33 0.34

9 0.138 3.00 0.41 3.67 0.51 3.00 0.41 3.00 0.41 3.00 0.41 2.33 0.32 3.33 0.46 3.00 0.41

10 0.128 3.33 0.43 3.00 0.38 3.33 0.43 2.33 0.30 2.00 0.26 3.00 0.38 3.00 0.38 3.00 0.38

11 0.120 2.33 0.28 3.00 0.36 2.67 0.32 3.33 0.40 2.00 0.24 2.33 0.28 2.33 0.28 1.67 0.20

12 0.133 2.67 0.35 2.33 0.31 3.00 0.40 3.00 0.40 2.00 0.27 3.33 0.44 2.67 0.35 3.00 0.40

113
Alternatif Strategi

Fator Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

13 0.095 1.67 0.16 2.33 0.22 2.00 0.19 2.67 0.25 2.33 0.22 2.33 0.22 2.33 0.22 2.00 0.19

14 0.117 2.33 0.27 2.67 0.31 2.67 0.31 3.67 0.43 3.00 0.35 3.00 0.35 3.00 0.35 2.00 0.23

15 0.123 3.00 0.37 2.00 0.25 3.00 0.37 2.33 0.29 2.00 0.25 2.67 0.33 3.00 0.37 3.33 0.41

16 0.146 2.00 0.29 3.00 0.44 2.67 0.39 3.00 0.44 2.00 0.29 2.00 0.29 3.33 0.49 2.00 0.29

Total 5.423 5.340 5.493 5.784 4.823 5.256 5.718 5.304

Prioritas
IV V III I VIII VII II VI
Strategi

114
Lampiran 6

Dokumentasi Kondisi di Desa Balansiku

115
116

Anda mungkin juga menyukai