Ade Milda Sugiaksa - Tugas Akhir
Ade Milda Sugiaksa - Tugas Akhir
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
1. Diri saya sendiri yang telah mampu berjuang selama ini dalam keadaan
apapun sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
2. Teruntuk Bapak Sarmili dan Ibu Akidah yang selalu memberikan dukungan
baik berupa moral, materi serta tak lupa do’a yang selalu dipanjatkan untuk
saya. Terimalah persembahan ini sebagai bakti dari anakmu yang tercinta
ini.
3. Adik saya Ainun Darasari, Magfira Sri Ramadhana dan Muhammad
Adhyaksa S. yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta
do’anya.
4. Dosen pembimbing, Penguji dan Pengajar, Bapak Penyuluh penelitian
saya dan Kelompok Mandiri Sejati di tempat saya penelitian, yang selalu
memberikan waktu untuk mengajar dan membimbing saya dengan tulus
dan juga ikhlas yang tak ternilai berharganya. Terimakasih banyak.
5. Sahabat saya A. Dina, A. Mita, A. Abeng dan Gadis yang selalu
memberikan support dan doanya.
6. Teman-teman sekelas PPB 8B yang baik hati tidak sombong masuk surga
yang tak hentinya memberikan semangat untuk saya disaat sudah mulai
lelah dan selalu mendoakan kebaikan untuk saya.
7. Sahabat sedaerah saya sekaligus sekamar saya Faradhillah Tenripada
Bachrun dan Radhia Amin Dalle. Terimakasih atas segala kebaikan kalian
berikan semuanya yang terus membantu saya.
8. Teruntuk besti besti tercinta seperjuangan kuliah saya Yuni, Ama, Uli, dan
Julius. Terimakasih sudah menjadi penghibur di kala sedih, susah,
terimakasih sudah saling support, sukses selalu untuk kita semua semoga
kita bisa bertemu di ruangan rapat menteri pertanian.
9. Teman – teman seperjuangan yang selama ini memberikan dorongan
secara moral dan juga memberikan bantuan serta dukungannya. Tanpa
semua yang diberikan takkan mungkin sampai disini. Terimakasih
pengalaman, kenangan, canda tawa, tangis dan perjuangan kita bersama.
PERNYATAAN
pengetahuan saya, didalam naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat Karya Ilmiah
yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk
memperoleh gelar akademik di Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan
Apabila terdapat dalam naskah Tugas Akhir ini dibuktikan terdapat unsur-
unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar vokasi
yang telah saya peroleh (S. Tr. P) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan
Sawi merupakan jenis sayuran yang disukai oleh masyarakat karena banyak
memberikan manfaat dan juga salah satu sayuran daun yang memiliki nilai
ekonomis tinggi setelah kubis dan brokoli. Permasalahan terbesar yang sedang
dihadapi petani sayur di Kabupaten Bone salah satunya ialah penyakit Akar Gada
yang menyebabkan akar membusuk, kering dan layu, sehingga pertumbuhan
pada tanaman menjadi terhambat, apabila tanaman dicabut maka akan tampak
akar tanaman yang membengkak seperti berumbi. Bawang putih (Allium
sativum.) memiliki komponen penting lainnya yang bertanggung jawab atas
manfaat terapeutik seperti anti jamur adalah alixin, flavonooid dan saponin.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian fungisida nabati
terhadap penyakit akar gada pada tanaman sawi hijau. Lokasi kajian ini dilakukan
di Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, dengan
menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5
ulangan. Berdasarkan hasil yang di peroleh hasil terbaik adalah penrendaman
akar tanaman sawi hijau sebelum pindah tanam menggunakan larutan bawang
putih dengan konsentrasi 600ml air dengan 15 gr
Menyetujui,
Mengetahui,
Direktur
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang
i
LEMBAR PENGESAHAN PENYUJI
LAPORAN TUGAS AKHIR
Menyetujui,
Penguji III,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta
Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan “Tugas Akhir” yang berjudul
“Rancangan PenyuluhanPengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau (Brassica
juncea L) Menggunakan Fungisida Nabati Bawang Putih (Allium sativum) Di
Kelompok Tani Mandiri Sejati Desa Lampoko Kecamatan Barebbo Kabupaten
Bone”.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
berupa informasi dan bimbingan. Dengan itu penulis mengucapkan terima kasih
utamanya kepada :
1. Dr. Eny Wahyuning P. SP, MP., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua
Jurusan Pertaniandan Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian
Berkelanjutan
2. Ainu Rahmi, SP, MP., selaku Dosen Pembimbing II
3. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pr, M.Si., selaku Direktur Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang
4. Serta rekan dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan.
Demikian, semoga Allah S.W.T. memberikan balasan kepada semua pihak
yang membantu dalam penulisan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan masih banyak kekurangan oleh karena itu mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk memperbaiki dan menyempurnakan laporan
kedepannya.
Malang, ..................
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ 4
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
Kerangka Pikir ................................................................................................ vi
Denah Pengacakan ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan penelitian ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Peneliti Terdahulu ....................................................................................... 6
2.2 Landasan Teori (Aspek Teknis) ................................................................ 10
2.2.1 Sawi hijau............................................................................................ 10
2.2.2 Akar Gada........................................................................................... 13
2.2.3 Fungisida Nabati Bawang Putih ......................................................... 14
2.3 Aspek Penyuluhan .................................................................................. 16
2.3.1 Pengertian penyuluhan pertanian ...................................................... 16
2.3.2 Tujuan penyuluhan ............................................................................. 16
2.3.3 Sasaran penyuluhan ........................................................................... 17
2.3.4 Metode penyuluhan ............................................................................ 18
2.3.5 Materi penyuluhan .............................................................................. 19
2.3.6 Media penyuluhan .............................................................................. 19
2.3.7 Evaluasi penyuluhan .......................................................................... 20
2.4 Kerangka Pikir ........................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 23
3.1 Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 23
3.2 Metode Penelitian ...................................................................................... 23
3.2.1 Alat dan Bahan ................................................................................... 23
3.2.2 Rancangan penelitian ......................................................................... 23
3.2.3 Pelaksanaan kajian............................................................................. 24
3.2.4 Parameter Pengamatan ..................................................................... 26
3.2.5 Analisis Data ....................................................................................... 27
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Kandunga Gizi Sawi Hijau Segar per 100 Gram .................................. 13
4.1 Rata-Rata Pengaruh Perlakukan Terhadap Akar Gada Pada
Tanaman Sawi Sawi Hijau (Brassica Juncea L) ................................ 32
5.1 Penggunaan Lahan Desa Lampoko ..................................................... 35
5.2 Jumlah Penduduk dan Desa Lampoko Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37
5.3 Usia Responden Penyuluhan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 38
5.4 Sasaran Responden Penyuluhan berdasarkan Usia ........................... 39
5.5 Hasil Uji Validitas .................................................................................. 43
6.1 Distribusi Responden Menurut Umur.................................................... 44
6.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan .......................................... 45
6.3 Efektivitas Peningkatan Pengetahuan (EPP) Responden ................... 48
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Pikir ......................................................................................... 22
2. Denah Pengacakan................................................................................. 24
3. A.Tanaman Sehat ................................................................................... 27
B. Tanaman Terserang Akar Gada......................................................... 27
4. Grafik Hasil Evaluasi Penyuluhan ........................................................... 48
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Sawi merupakan salah satu jenis sayur yang digemari oleh masyarakat
Selain itu sawi memiliki kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat yang tinggi
Hortikultura (2016) konsumsi sawi per kapita terus mengalami peningkatan, dari
data tahun 2014 hingga 2015 mengalami peningkatan sekitar 46,89 % dan
konsumsi nasional tahun 2016 meningkat sebanyak 1,4 %, yang diperkirakan akan
terus meningkat tiap tahunnya. Sementara, produksi sawi dari tahun 2013, 2014,
juta ton.
Sawi merupakan jenis sayuran yang disukai oleh masyarakat karena banyak
memberikan manfaat dan juga salah satu sayuran daun yang memiliki nilai
ekonomis tinggi setelah kubis dan brokoli. Tanaman sawi sebagai bahan makanan
sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi
terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin
B, dan Vitamin C (Fahrudin, 2009). Mengingat nilai ekonomi dan manfaatnya bagi
(Siahan, 2012).
1
2
komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas
tersebut. Disamping itu umur panen sawi relatif pendek dan hasilnya memberikan
Bone salah satunya ialah penyakit Akar Gada yang menyebabkan akar membusuk,
kering dan layu, sehingga pertumbuhan pada tanaman menjadi terhambat, apabila
tanaman dicabut maka akan tampak akar tanaman yang membengkak seperti
berumbi.
Berbagai upaya pengendalian penyakit akar gada telah dilakukan petani tetapi
karena berbagai jenis pestisida mudah di dapatkan dan zatnya lebih cepat bereaksi
pestisida sintetis secara terus menerus dan melebihi ambang batas dapat
Tingkat produksi tanaman sawi sering kali dipengaruhi oleh serangan patogen
akar dapat mengganggu fungsi akar seperti translokasi zat hara dan air dari dalam
tanah ke daun. Keadaan ini mengakibatkan tanaman layu, kerdil, kering dan
akhirnya mati. Jika tanah sudah terinfestasi oleh P. brassicae maka patogen
tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budi daya tanaman famili
Brassicaceae karena patogen ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap
3
gada telah dilakukan, antara lain perbaikan drainase, perlakuan tanah, perlakuan
mikroorganisme antagonis.
Bawang putih (Allium sativum.) telah diketahui oleh warga Indonesia sebab
memiliki banyak khasiat baik dalam bidang industri ataupun kesehatan. Beberapa
manfaat bawang putih bagi kesehatan yang telah dipelajari antara lain sebagai
Salah satunya sebagai antifungi terhadap spesies Candida sp. Manfaat bawang
putih pula berhubungan erat dengan zat kimia yang di milikinya. Zat kimia tersebut
sebagian besar tercantum dalam kalangan minyak atsiri. Energi anti bakteri serta
antifungi dari minyak atsiri diakibatkan oleh terdapatnya senyawa fenol serta
turunannya yang bisa mendenaturasi protein sel jamur. Hendak namun komponen
minyak atsiri bagaikan antifungi diketahui jauh lebih besar dibanding potensinya
seperti anti jamur adalah alixin, flavonooid dan saponin. Alixin muncul melalui
metabolisme oleh alinase ketika bawang putih mengalami kerusakan sel akibat
terpotong atau ditumbuk. Hal ini dapat menghambat secara total sintesis RNA sel
jamur dan menghambat DNA protein. Flavonoid salah satu senyawa yang dikenal
saponin bekerja dengan mengubah permeabilitas struktur dan sel mikroba (Jeanna,
2015).
fungisida (Rismunandar, 2010). Oleh karena itu dilakukan kajian cara pengendalian
penyakit akar gada dengan menggunakan Bawang Putih karena pada bawang putih
4
mengandung senyawa anti bakteri dan anti jamur yang menekan pertumbuhan
putih menjadi teknologi yang murah, mudah didapat, efektif dan praktis bagi petani.
Gada Pada Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Menggunakan Bawang Putih
(Allium sativum) ?
(Allium sativum).
1. Bagi mahasiswa
2. Bagi institusi
– tahun berikutnya.
Penelitian yang telah dilakukan dapat membawa dampak positif bagi pihak
lain dalam memecahkan masalah yang sama yaitu pengendalian akar gada
sativum).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
judul Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Pakcoy denganTrichoderma, Garam dan
efektivitas Trichoderma, garam dan bawang putih dalam pengendalian akar gada
garam 100 mL; Perlakuan 4 (P4) = Perendaman benih 100 mL larutan bawang putih.
Data hasil kajian yang dianalisis dengan menggunakan besar perbedaan dalam
hasil kajian maka dilakukan Uji F pada taraf kesalahan 5% dan untuk pembeda
nyata antara pengaruh yang diuji maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s
Pakcoy (Brassica Rapa L) Dengan Trichoderma, Larutan Garam dan Bawang Putih
memberikan hasil yang nyata terhadap pengendalian penyakit Akar Gada Pada
pemberian Trichoderma (P2) dan bawang putih (P4) terbukti dapat meningkatkan
pertumbuhan (tinggi dan jumlah daun) dan produksi (bobot segar tanaman) Sawi
Pakcoy (Brassica Rapa L). Sedangkan pada perlakuan pemberian larutan garam
pertumbuhan tanaman.
6
7
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu lokasi, metode, perlakuan
Penyakit Akar Gada (Plasmodiaphora brassicae Wor.) Pada Sawi Hijau (Brassica
Faktorial 3x3x3). Perlakuan yang diteliti sebagai faktor pertama adalah dosis isolat
Trichoderma spp. (D) dan faktor kedua usia biakan isolat Trichoderma spp. pada
media beras (U). Faktor dosis isolat Trichoderma spp., terdiri dari 3 level yaitu: D0
spp); D2 (500 ml larutan biakan isolat Trichoderma spp). Faktor usia biakan isolat
Trichoderma spp. terdiri dari 3 level yaitu: U1(usia biakan 1 minggu); U2 (usia biakan
perlakuan kombinasi. Setiap perlakuan kombinasi dalam setiap ulangan terdiri dari
tanaman 21,68% dan jumlah dauan 26,63 % nyata lebih tinggi dari tinggi tanan dan
jumlah daun pada perlakuan tanpa pemberian isolat Trichoderma spp. Pemberian
isolat Trichoderma spp. usia biakan 2 minggu menghasilkan tinggi tanaman 12,80
% dan jumlah daun 16,04% nyata lebih tinggi dari tinggi dan jumlah daun pada
RAL (Rancangan Acak Lengkap) yaitu enam perlakuan ekstrak bawang putih
dengan konsentrasi 30%, 40%, 50%, 60%, 70% dan kontrol dengan empat kali
menggunakan metode dilusi padat pada Potato Dextrose Agar (PDA) dan diamati
kosentrasi 50%, 60%, dan 70%, menujukkan tidak adanya pertumbuhan jamur
dengan rata-rata 0 mm. Berdasarkan analisis data dengan uji Kruskall-wallis dan uji
theobromae.
perlakuan bahan yang digunakan, tanaman yang diamati dan beberapa variabel
penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui dosis pupuk hayati yang
perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan terdiri dari :A = Pupuk hayati dosis 15 kg/ha, B
= Pupuk hayati dosis 30 kg/ha, C = Pupuk hayati dosis 45 kg/ha, D = Cara petani.
jarak tanam 20 cm x 20 cm, bedengan diberi dolomit dengan dosis 1 ton per hektar
pertumbuhan yang baik terhadap tinggi tanaman (26,50 cm), jumlah daun (21
helai), lebar tajuk (33,25 cm), panjang akar (14,38 cm) dan bobot per tanaman
ditunjukkan oleh pemberian pupuk hayati dosis 45 kg/ha, yaitu sebesar 1,75 %,
perlakuan bahan yang digunakan, tanaman yang diamati dan beberapa variabel
Penelitian Sri Widadi, Z. Dj Fatawi dan H.S Gutomo (2009) dengan judul
penyiraman air garam dapur terhadap pengendalian akar gada pada tanaman
caisin. Pada penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap faktorial
(RAL) faktorial dengan menggunakan 3 ulangan, faktor yang pertama adalah dosis
konsentrasi larutan garam NaCL dengan 5 taraf konsentrasi 0, 0.5, 1, 1.5, dan 2
persen. Faktor perlakuan kedua adalah frekuensi prlakuan dengan 4 taraf 0,1,2,3
dan 4 kali dengan selang waktu 7 hari dimulai 14 hari sebelum tanam. Adapun 1
10
unit perlakuan terdiri dari 12 pot polibag berukuran 15 x 20 cm (dxt) yang diisi 1 liter
tanah alamiah yang dicampur kompos dengan komposisi 2:3 dan ditanam 3 benih
caisin setelah satu minggu,satu benih yang tumbuhnya baik dipelihara dan yang
lainnya dimatikan.
NaCL dengan konsentrasi dan waktu serta frekuansi yang tepat akan sangat efektif
mengandalikan penyakit akar gada, (2) konsantrasi aplikasi NaCL 0,5-1% dapat
dipertimbankan untuk penyakit akar gada, (3) aplikasi satu atau dua minggu
Sawi hijau (Brassica juncia L) adalah salah satu sayuran daun populer di
Indonesia. Nama lainnya adalah sawi bakso atau caisim merupakan tanaman yang
berasal dari benua asia tepatnya Tiongkok . Sayuran ini merupakan sayuran yang
kecuali akar, selain itu sawi sawi hijau tergolong tanaman yang mudah
sepanjang tahun serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Menurut klasifikasi dalam
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Papavorales
Genus : Brassica
11
Sawi masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis-bunga, broccoli dan lobak,
yakni famili Cruciferae (Brassicaceae). Oleh karena itu, sifat morfologis tanamannya
hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah
maupun bijinya.
a. Morfologi
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang dan cabang- cabang
akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada
kedalaman antara 30 – 50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun.
Sedangkan daun pada umumnya bersayap dan bertangkai panjang yang bentuknya
pipih.
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik di
dataran tinggi maupun di dataran rendah. Struktur bunga tersusun dalam tangkai
bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga
terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga yang
berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga
dua.
maupun tangan manusia. Hasil penyerbukan ini terbentuk buah yang berisi biji.
Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga.
Tiap buah (polong) berisi 2 – 8 butir biji. Biji sawi bentuknya bulat kecil, berwarna
b. Syarat tumbuh
Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis
mengandung liat perlu pengelolaan lahan secara sempurna, antara lain pengolahan
tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah tinggi.
Syarat tanah yang ideal untuk sawi adalah tanah harus subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam
Sawi dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub tropis),
tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang
suhu malam hari 15,6o C dan siang harinya 21,1o C serta penyinaran matahari
proses penanaman sawi. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air
oleh tanaman adalah sifat dari tanaman itu sendiri terutama pada akar dan
batangnya untuk menguatkan tanaman, dan jumlah air yang tersedia pada medium
sehari + 1 – 2 liter per tanaman, terutama bila keadaan tanah cepat keringdan pada
musim kemarau.
rendah (15o C) tanaman sawi akan cepat berbunga, sebaliknya pada suhu di atas
15o C tanaman sawi akan sulit ber-krop atau krop yang terbentuk ukurannya kecil-
tidak normal
13
dikalangan masyarakat adalah karena kandungan yang terdapat pada sawi hijau
dan berbagai manfaat didalamnya yaitu kandungan gizi antara lain protein, lemak,
C.Kandungan sawi dalam 100 gram dapat dilihat pada tabel berikut:
No Komposisi Jumlah
1 Protein 2,30 gram
2 Lemak 0,30 gram
3 Karbohidrat 4,00 gram
4 Kalsium (Ca) 220,50 mg
5 Fosfor (P) 38,40 mg
6 Besi (Fe) 2,90 mg
7 Vitamin A 1.940,0 mg
8 Vitamin B1 0,09 mg
9 Vitamin B2 0,10 mg
10 Vitamin B3 0,70 mg
11 Vitamin C 102,00 mg
12 Kalori 22,00 k
13 Serat 1,20 gram
(Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 2001)
2.2.2 Akar Gada
kerugian signifikan terhadap hasil panen. Penyakit ini disebabkan oleh patogen
berbagai cara atau perantara, misalnya perlengkapan usaha tani, bibit pada saat
pemindahan ke lapangan, hasil panen, air permukaan, angin dan melalui pupuk
kandang. Patogen juga dapat ditularkan oleh biji melalui konta-minasi permukaan
biji dengan tanah yang terinfeksi. Selain itu sejumlah tanaman cruciferae liar dan
beberapa tanaman inang lain yang rentan terhadap penyakit akar gada dapat
menjadi tempat bertahan hidup patogen pada saat tanaman budi daya tidak ada.
14
Gejala penyakit akar gada kelayuan bibit atau tanaman adalah tanda pertama
dari infeksi. Hal inimenunjukkan bahwa akar telah rusak. Gejala pertama kali terlihat
ladang tanaman akan meluas hingga seluruh ladang terinfeksi. Semakin banyak
spora yang ada di dalam tanah, maka semakin parah gejalanya.Tanaman kubis
Penularan penyakit akar gada spora penyakit akar gada dapat bertahan
hidup di dalam tanah hingga 20 tahun. Ini berarti jika penyakit akar gada masuk ke
mengeluarkan spora berenang yang tertarik ke akar kubis dan berenang ke arah
mereka ketika tanah sangat basah.Spora melekat pada akar di mana mereka
meningkatnya kelembaban tanah dan suhu tanah naik di atas 20 °C.Kondisi ideal
untuk infeksi penyakit akar gada termasuk tanah asam (pH kurang dari 7), tanah
dorman ke ladang adalah dengan obyek yang dapat membawa tanah yang
terkontaminasi, seperti alat pertanian, sepatu kotor, bibit terinfeksi, hewan pemakan
rumput dan air permukaan. Penyebaran jarak jauh pada umumnya adalah dengan
Bawang putih (Allium sativum) telah diketahui oleh warga Indonesia sebab
manfaat bawang putih bagi kesehatan yang telah dipelajari antara lain sebagai
pula berhubungan erat dengan zat kimia yang di milikinya. Zat kimia tersebut
sebagian besar tercantum dalam kalangan minyak atsiri. Energi antibakteri serta
antifungi dari minyak atsiri diakibatkan oleh terdapatnya senyawa fenol serta
minyak atsiri bagaikan antifungi diketahui jauh lebih besar dibanding potensinya
bagaikan antibakteri.
seperti antijamur adalah alixin, flavonooid dan saponin. Alixin muncul melalui
metabolisme oleh alinase ketika bawang putih mengalami kerusakan sel akibat
terpotong atau ditumbuk. Hal ini dapat menghambat secara total sintesis RNA sel
jamur dan menghambat DNA protein. Flavonoid salah satu senyawa yang dikenal
fungisida. Oleh karena itu dilakukan kajian cara pengendalian penyakit akar gada
fungisida. Selain itu pengendalian penyakit akar gada menggunakan bawang putih
menjadi teknologi yang murah, mudah didapat, efektif dan praktis bagi petani.
16
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
kehutanan.
manfaat dari penyuluhan yakni sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama
yang dimaksud adalah pelaku utama dan pelaku usaha sedangkan sasaran antara
Sedangkan menurut Totok Mardikanto dan Sri Utami (1982), sasaran penyuluhan
terbagi menjadi dua kelompok yaitu, sasaran utama dan sasaran penentu. Sasaran
utama yang dimaksud adalah sasaran penyuluhan yang terlibat langsung kedalam
kegiatan bertani dan mengolah usaha tani seperti petani dan keluarganya.
Sedangkan sasaran penentu adalah kelompok atau perorangan yang tidak terlibat
secara langsung kedalam kegiatan bertani dan usaha tani, namun terlibat dalam
sasaran penyuluhan oleh penyuluh pertanian baik secara langsung maupun tidak
dengan cara yang efektif dan efisien. Menurut Mardikanto (1993), pemilihan metode
daya dan kondisi lingkungan di lokasi sasaran. Menurut Alim (2010) terdapat
yaitu secara langsung (face to face) dan secara tidak langsung (indirect
2. Metode berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi. Metode ini dibagi
metode yang dapat dilihat, metode yang dapat didengar dan metode yang
berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan
semua bentuk pesan yng ingin disampikan penyuluh kepada sasaran penyuluhan
yang disampaikan kepada sasaran berupa ilmu, teknik dan berbagai metode
masalah yang dihadapi. Materi yang disampaikan harus bersifat inofatif, informatif,
dalam segala aspek kehidupan sasaran dan mendorong terjadinya perbaikan taraf
Media berasal dari bahasa latin yaitu kata “medius” yang bermakna “tengah,
perantara atau pengantar”. Menurut Hamidjojo dan Latuheru (1993), media adalah
semua bentuk perantara yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan atau
menyebarkan ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat
yang dikemukakan itu sampai kepada penerima. Media penyuluhan adalah alat
kelompok yaitu media penyuluhan secara langsung dan tidak langsung. Media tidak
2. Media cetak, berupa pamflet, leaflet, folder, brosur, placard, dan poster.
20
mempunyai efektivitas yang dituntut oleh modernisasi saat ini, penggunaannya pun
dampak dari suatu kegiatan dengan tujuan yang hendak dicapai yang dilakukan
hasil, dan dampak kegiatan untuk menilai suatu relevansi, efektivitas, efisiensi
lanjut. Tujuan dari dilakukannya evaluasi adalah untuk menentukan sejauh mana
seberapa besar perubahan perilaku pada petani, apa saja hambatan yang dihadapi
petani, seberapa jauh efektifitas program yang telah dilakukan, sejauh mana
(keterampilan)
3. Membuat alat ukur atau instrumen berupa kuesioner yang berisi beberapa
6. Pelapor
22
Tujuan
1. Mengetahui Efektivitas Pengendalian Akar
Gada Pada Tanaman Sawi (Brassica Juncea
L) Menggunakan Bawang Putih (Amilum
sativum .)
2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang
Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau
(Brassica juncea L) Menggunakan Fungisida
Nabati Bawang Putih (Amilum sativum ) di
Kajian Desa Lampoko Kecamatan Barebbo
Kabupaten Bone
PENGENDALIAN AKAR GADA PADA SAWI HIJAU 3. Mengetahui peningkatan pengetahuan
(Brassica juncea L) MENGGUNAKAN BAWANG FUNGISIDA sasaran tentang Efektivitas Pengendalian
PUTIH (Allium sativum) Akar Gada Pada Tanaman Sawi (Brassica
Juncea L) Menggunakan Bawang Putih
(Amilum sativum ).
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan ini
menggunakan Rancangan
Metode Penelitian Acak Lengkap (RAL) dengan Parameter Analisis Data
Metode kuantitatif 3 perlakuan dan 5 ulangan. Pengamatan 1. Analisis data kajian
karena data penelitian P0= Tanpa perlakuan Persentase menggunakan sidik ragam
berupa angka – angka dan (ANOVA) dengan taraf
P1= perendaman benih serangan nyata 0,5%
untuk menguji pengaruh dengan bawang putih sebelum 2. Analisis data penyuluhan
satu atau lebih variabel semai menggunakan skala
terhadap variabel lain. Guttman
P2= perendaman bibit
larutan setelah semai
P3=Penyraman
menggunakan fungisida Design
bawang putih Penyuluhan Hasil Kajian
Pada Sawi Hijau (Brassica juncea L) Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum)
penelitian yaitu pada bulan April sampai dengan Mei 2022. Lokasi pelaksanaan
penyuluhan dan evaluasi akan dilaksanakan di Kelompok Tani Mandiri Sejati Desa
Alat yang digunakan dalam proses penelitian “Pengendalian Akar Gada Pada
Sawi Hijau (Brassica juncea l) Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum)” adalah
bak penampung larutan bawang putih, tray, alat ukur (penggaris dan timbangan),
alat tulis (bolpoin dan buku) dan kamera. Bahan yang digunakan adalah benih sawi
Lengkap (RAL) karena tanaman sawi dibudidayakan dalam bedengan yang bersifat
homogen.
30cm x 30cm tiap bedengan terdapat 27 tanaman, tanaman sampel yang diamati
23
24
4. P3 = Penyiraman tanaman
t (n-1) ≥15
t = banyaknya perlakuan
n = banyaknya ulangan
t (n – 1) ≥ 15
4 (n – 1) ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 19
n = 19/4 = 4,75
Dibulatkan menjadi 5
2. Proses persemaian benih sawi hijau hingga pindah tanam pada bedengan
1) Benih sawi hijau direndam dalam air hangat selama 15 menit, benih yang
4) Pada perlakuan P2, bibit sawi hijau yang telah disemai selama 14 hari dan siap
pindah tanam dicabut dari media, kemudian direndam akarnya kedalam fungisida
5) Pada perlakuan P3 bibit sawi yang telah pindah tanam pada bedengan disiram
dengan fungisida nabati pada saat 14 hst dan 28 hst sebannyak 100ml tiap
tanaman dengan konsentrasi 600ml air dengan 15 gram bawang putih tiap pagi
dan sore
3. Persiapan Bedengan
4. Perawatan Tanaman
1. Penyiraman, penyiraman tanaman dilakukan tiap hari pagi dan sore hari.
Sawi hijau (Brassica juncea L.) dapat dipanen ketika berusia 25 – 45 hst.
hijau perlahan dari bedengan, berikut tahapan pasca panen sawi hijau(Brassica
juncea L):
1. Tanaman sawi hijau yang telah dipanen kemudian dicuci bersih seluruh
2. Trimming adalah proses pembersihan tanaman dari bagian – bagian yang tidak
diperlukan, seperti bagian daun terluar. Bagian daun yang dibuang adalah bagian
daun yang rusak akibat serangan hama atau kesalahan mekanis selama
perawatan.
1) Pada cuaca panas daun berwarna hijau kebiru dan layu seperti kekurangan air,
A B
membusuk.
Keterangan :
sidik ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf signifikan 5%.
Sample Means: Analysis of Variance (1990) ada asumsi yang harus dipenuhi untuk
melakukan uji Anova yaitu: Random sampling: sampel bersifat independen dan
bebas, artinya individu sampel diambil secara acak (random) dari masing-masing
28
populasi atau kelompok data. Multivariate normality: distribusi gejala tiap populasi
atau kelompok data adalah normal. Untuk mendapat data dengan distribusi normal,
jumlah sampel bisa diperbanyak atau bisa dilakukan tes normalitas terlebih dahulu.
mengetahui perbedaan signifikan dari dua atau lebih kelompok data. Anova satu
arah berfungsi menganalisis data yang hanya memiliki satu variabel bebas atau
karena satu faktor. Tujuan Anova adalah untuk mengambil kesimpulan dengan cara
2. Trimming adalah proses pembersihan tanaman dari bagian – bagian yang tidak
diperlukan, seperti bagian daun terluar. Bagian daun yang dibuang adalah
bagian daun yang rusak akibat serangan hama atau kesalahan mekanis selama
perawatan.
panas daun berwarna hijau kebiru dan layu seperti kekurangan air, dan akan
segar kembali pada malam dan pagi hari Pertumbuhan tanaman menjadi lambat
dan kerdil, dalam lingkungan basah, akar akan diserang jasad sekunder
signifikan dari dua atau lebih kelompok data. Anova satu arah berfungsi
menganalisis data yang hanya memiliki satu variabel bebas atau karena satu
29
faktor.
yang akan dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian pada periode
berikut :
optimalnya petani dalam pengendalian akar gada pada tanaman sawi hijau
Kabupaten Bone terhadap inovasi pengendalian akar gada pada sawi hijau
penelitian ini adalah petani sawi hijau yang bertempat tinngal di Desa Lampoko,
Materi penyuluhan brdasarkan pada kebutuhan dan katrekteristik petani sawi hijau
lembaga atau pihak terkait seperti BPP, Ketua Kelompok Tani Mandiri Sejati,
anggota Kelompok Tani Mandiri Sejati, PPL setempat, pembimbing eksternal dan
ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten
jika pengukuran tersebut diulang. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05)
soal. Uji valiliditas dan reabilitas dilakukan di kelompok tani Sipakario, Desa
hingga didapatkan hasil olahan data yang terbaik dalam penelitian sehingga dapat
satu anggota Kelompok Tani Mandiri Sejati Desa Lampoko Kecamatan Barebbo
Kabupaten Bone.
Kelompok Tani Mandiri Sejati terhadap “Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau
)”. Metode evaluasi yang digunakan adalah metode kuantitatif yaitu Evaluasi
bakteri, protozoa, dan jamur (Yin et al., 2002). Senyawa bawang putih adalah
yang disintesis dari asam amino sistein. Apabila bawang putih dihancur- kan atau
2003). Allicin adalah senyawa anti jamur, jadi apabila mengestrak bawang putih
perendaman benih sebelum semai, P2 yaitu, perendaman akar bibit setelah semai
dan P3 yaitu, penyiraman tanaman. Memberikan hasil yang berbeda nyata pada
tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan berbagai perlakuan disajikan pada
Tabel 4.1 Rata-Rata Serangan Akar Gada Pada Tanaman Sawi Hijau di Setiap
Perlakuan
Rata- Rata Serangan (%)
Perlakuan Ulangan
1 MST 2 MST 3 MST
P2 5 0,50 a 0,50 a 0,50 a
P3 5 2,50 a 4,50 a 15,50 b
P1 5 1,50 a 3,50 a 3,50 a
P0 5 6,50 b 29,50 b 82,50 c
Keterangan:
1. Angka yang diikuti huruf (notasi) yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan (α=5%)
2. Data telah ditransformasi (n+0,5)
32
33
Rata- rata serangan akar gada pada tanaman sawi hijau menunjukan adanya
nyata dalam setiap perlakuan. Adapun hasil terbaik pada rata-rata perlakuan
terhadap serangan akar gada yaitu perlakuan P2 yaitu, perendaman akar bibit
setelah semai dengan notasi serangan akar gada sangat rendah dibandingkan
perlakuan lainnya ini terjadi karena sebelum tanaman sawi di tanam akarnya
direndam terlebuh dahulu sehingga lebih resisten terhadap jamur penyebab akar
merendam akar bibit sebelum di tanam, karena pada bawang putih mengandung
senyawa anti bakteri dan anti jamur yang menekan pertumbuhan spora patogen.
hasil terbaik, yaitu rendahnya serangan akar gada pada tanaman di setiap
minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa perendaman akar bibit setelah semai
serangan akar gada, bahwa serangan penyakit tersebut terhadap perendaman akar
bibit setelah semai akan tampak bila digunakan jenis, dosis, waktu, dan cara
nyata dari perlakuan lainnya. Adapun perlakuan P0 yaitu, tanpa perlakuan dengan
notasi serangan akar gada sangat tinggi dibandingkan dari perlakuan lainnya
Maka dari itu perendaman akar bibit setelah semai yang tepat mempengaruhi
serangan akar gada pada tanaman sawi hijau. Sementara pada perlakuan yang
34
lainnya, serangan akar gada pada perlakuan P1 dan P3 memiliki peredaan yang
tidak terlalu signifikan dari perlakuan P2. Bawang putih yang bersifat sebagai anti
bakteri dan anti jamur (Londhe, 2011) diduga juga sebagai salah satu faktor yang
wilayah perakaran sehingga tanaman dapat tumbuh secara normal dan sehat.
(0 - 49 hst). Infeksi patogen akan meningkat pada kondisi tanah yang masam.
serangan P. brassicae tampak jelas pada keadaan cuaca panas atau siang hari
yang terik. Daun berwarna hijau-biru dan layu seperti kekurangan air, pada malam
Apabila suatu lahan telah terinfeksi oleh penyakit ini, maka dalam waktu kurang
lebih 30 tahun penyakit ini bertahan dalam bentuk spora, selama kurun waktu
tersebut. Sawi lebih tahan terhadap serangan P. brassicae pada lingkungan yang
mempunyai intensitas cahaya rendah tapi di Desa Lampoko intensitas cahaya pada
lahan pertanian cukup tinngi hingga mempercepat serangan akar gada . Hal ini
dapat disebabkan karena banyak terbentuknya spora istirahat yang kembali aktif.
Infeksi patogen tersebut pada tanaman inangnya ditemukan pada kisaran suhu 9-
celcius sampai dengan 34 derajat celcius . Gejala tanaman kubis akan nampak pada
siang hari yang terik atau pada cuaca panas (Djatnika, 1993).
Abadi (2003) menyatakan keasaman (pH) tanah adalah penting dalam kejadian
dan keparahan penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen tanah tertentu.
Sebagai contoh, akar gada pada Cruciferae yang disebabkan oleh P. brassicae
akan sangat didukung dan parah pada pH sekitar 5,7-6,2 dan akan berhenti secara
35
total pada pH 7,8. Sedangkan pH rata-rata pada tanah pertanian di desa Lampoko
Penyakit akar gada pada sawi dapat dikendalikan dengan berbagai cara,
yaitu meliputi pola tanam, waktu tanam, penggunaan bibit sehat dan pengelolaan
air. Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
2). Pengapuran pada lahan masam (ber pH rendah < 5,5) dengan dolomit atau
kaptan (kapur pertanian) sebanyak 2-4 ton per hektar. Dilakukan 10 – 15 hari
sebelum tanam
3). Menggunakan tanah dan pupuk kandang yang steril untuk persemaian
6). Mengatur drainase untuk mencegah genangan air ketika musim hujan
A. Letak Geografis
Sebelah Selatan Desa Bacu, Sebelah Barat, Desa Cingkang, Sebelah Timur Desa
6,00km2 , persentase luas wilayah 6,13%, jarak dari kota Kecamatan 5,25km
sedangkan jarak dari kota Kabupaten 1km dengan tinngi dari permukaan laut 166
mdpl
B. Penggunaan Lahan
maupun lainnya. Penggunaan lahan Desa Sugiale dapat dilihat pada Tabel 5.2
lahan sawah yang ditanami dengan tanaman pangan dan hortikultura. Komoditas
yang dibudidayakan di Desa Lampoko adalah sawi hijau, cabe rawit, kacang
36
panjang, kangkung dan bayam tapi sebagian besar membudidayakan sawi hijau.
kuning. Kondisi agroklimat secara umum memiliki ciri iklim tropis di mana
temperatur udara rata-rata berada dalam interval 26 oC-34 oC. Pergantian musim
terjadi antara bulan April-September yang merupakan musim penghujan dan bulan
merupakan desa tertinggi dengan 190 meter di atas permukaan laut, sedangkan
permukaan laut.
sebanyak 1625 jiwa, yang terdiri dari 760 laki-laki dan 865 perempuan dan
di dominasi oleh penduduk usia muda. Hal ini terlihat pada tabel di mana terlihat
usia 0 – 24 tahun jumlahnya lebih besar, dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
37
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Barebbo
Kelompok
No Laki-laki Perempuan Jumlah
umur
1 0–4 1.278 1.192 2.470
2 5–9 1.317 1.312 2.629
3 10 – 14 1.241 1.246 2.487
4 15 – 19 1.196 1.195 2.391
5 20 – 24 1.068 1.105 2.173
6 25 – 29 970 1.034 2.004
7 30 – 34 863 1.081 1.944
8 35 – 39 919 1.036 1.955
9 40 – 44 844 938 1.792
10 45 – 49 769 1.036 1.805
11 50 – 54 624 897 1.521
12 55 – 59 544 753 1.297
13 60 – 64 521 721 1.242
14 65 – 69 350 480 830
15 70 -74 255 391 646
16 75 + 258 454 712
Jumlah 13.017 14.881 27.898
(Sumber: Data Programa Kecamatan Barebbo, 2021)
terutama untuk tingkat SLTA ke atas. Hal ini dikarenakan pelayanan pendidikan
belum merata dan belum menjangkau semua wilayah, sarana dan prasarana
sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan hanya sedikit yang
pensiunan, swasta, dan buruh. Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan
seimbangan penyerapan tenaga kerja dengan lapangan kerja yang tersedia. Hal ini
38
5.1.3 Data Karakteristik Responden Penyuluhan
Dari tabel 5.3 disajikan umur responden penyuluh data yang diperoleh
masa dewasa awal sampai akhir dengan perolehan jumlah frekuensi orang
responden penyuluhan sebanyak 20 orang memiliki umur dimasa usia dewasa dan
masa lansia. Responden terbanyak pada masa lansia diketahui bahwa semakin tua
39
tanaman lebih handal. Dan untuk petani yang umur muda menjadikan peluang
inovasi dan pemikiran yang lebih keingin tahu menjadikan petani usia muda
Responden penyuluhan yang dimaksud adalah petani. Pada tabel 6.8 akan
Dari tabel 5.4 diatas disajikan tabel tingkat pendidikan petani sebagai
orang. Sedangkan tamatan SLTA hanya 2 orang dengan presetase 10% Tingkat
di desa Lampoko didominasi tamatan SD dan SLTP. Kita ketahui bahwa semakin
petani. Hal ini dapat memudahkan proses adopsi inovasi saat penyuluhan
penyuluhan.
penyuluhan. Dari hasi tabel tersebut dapat dilihat bahwa seluruh responden
40
penyuluhan sebanyak 20 orang lama berusaha tani diatas 10 tahun dengan
tahun pengalaman berusaha tani. Semakin lama petani berusaha tani maka 70
kelompok tani Mandiri Sejati Desa Lampoko berlangsung selama 1 bulan yaitu pada
bulan Juni 2022. Sumber data sekunder yang digunakan untuk bahan penyusunan
Kecamatan Barebbo.
fungisida bawang putih adalah semua anggota Kelompok Tani Mandiri Sejati, Desa
pengetahuan petani tentang pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan
41
dilaksanakan. Materi yang diberikan pada kegiatan penyuluhan adalah
pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan fungisida bawang putih.
produksi tertinggi, hasil kajian terbaik yaitu pada perlakuan perendaman benih sawi
dalam bentuk sinopsis yang berisikan materi secara singkat dan sistematis. Materi
mengatasi permasalahan yang dihadapi petani serta dapat menjadi informasi bagi
berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, materi yang ada serta berdasarkan
Folder berisi informasi singkat, padat dan jelas sehingga mudah dibaca dan
dipahami. Folder dapat disimpan sebagai pengingat dalam jangka waktu yang
panjang.
1. Persiapan Penyuluhan
42
pemberitahuan kepada anggota kelompok tani. Dari koordinasi tersebut disepakati
penyuluhan (LPM), sinopsis, daftar hadir, alat tulis, kuisioner, kamera dan media
penyuluhan.
2. Pelaksanaan Penyuluhan
berlokasi dirumah bapak Jamal selaku ketua kelompok tani Mandiri Sejati. Kegiatan
penyuluahn dihadiri oleh 20 responden serta didampingi oleh bapak Sucipto selaku
PPL kelompok tani Kelompok Tani Mandiri Sejati, Desa Lampoko, Kecamatan
Barebbo, Kabupaten Bone. Acara dimulai pada pukul 18.30 sampai 19.30 media
sambutan oleh PPL, acara inti (Penyampaian materi, pembagian folder, diskusi dan
dan foto bersama. Kegiatan penyuluhan juga tidak lepas dari patuhnya anggota
kelompok tani terhadap prokes, seperti memakai masker dan cuci tangan sebelum
1. Responden
2. Skala Pengukuran
Guttman. Berdasarkan skala Guttman alternatif skor yang terdiri dari 2 poin yaitu ya
43
(1) dan tidak (0). Jumlah kuisioner yang disebarkan pada kegiatan evaluasi ini terdiri
validitas dan reabilitas. Hasil uji validitas 20 butir pertanyaan kuisioner dinyatakan
valid karena nilai signifikan >0.05. Sedangkan nilai cronbach alpha adalah
0.665≥0.6 maka reliable. Dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini.
44
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil implementasi dan Evaluasi Penyuluhan
2022 dirumah bapak Jamal selaku ketua kelompok tani Mandiri Sejati pada pukul
mengetahui pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati
bawang putih. Media penyuluhan yang digunakan adalah folder dan bendah
pertanian berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 6.1 sebagai berikut :
– 45 tahun masuk di masa dewasa awal sampai akhir dengan perolehan jumlah
pada masa lansia awal hingga akhir sebanyak 14 orang. Dapat disimpulkan
dimasa usia dewasa dan masa lansia. Responden terbanyak pada masa lansia
45
46
pengetahuan petani tentang budidaya tanaman lebih handal. Dan untuk petani
yang umur muda menjadikan peluang bagi penyuluhan dikarenakan umur muda
cenderung lebih mudah mengadopsi inovasi dan pemikiran yang lebih keingin tahu
Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 6.2 sebagai
berikut:
terbesar diperoleh dari tamatan SDdengan nilai 60 % hampir setengah persen dari
dengan presetase 10% Tingkat pendidikan rata – rata petani sebagai responden
SLTP. Kita ketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi
bawang putih dalam mengendalikan akar gada pada tanaman sawi hijau.
47
bertujuan mengukur peningkatan pengetahuan petani dari hasil kajian teknis yang
gada pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang putih yaitu sebagai
berikut:
168
= x 100%
400
= 42%
Keterangan:
kelompok tani Mandiri Sejati dapat dilihat berada pada nilai 42% yang berarti
gada pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang putih yaitu sebagai
berikut:
390
= x 100%
400
= 97,5%
Keterangan:
kelompok tani Mandiri Sejati dapat dilihat berada pada nilai 97,5% yang berarti
60%
50% 97,5%
40%
30%
20% 42%
10%
0%
Pre-Test Post-Test
Peningkatan Pengetahuan
Efektifitas Peningkatan Pengetahuan (EPP) = x 100%
Kesenjangan
390 - 168
= x 100%
400 - 168
222
= x 100%
232
= 95,68%
Keterangan:
Efektivitas
Jummlah Jumlah Nilai Pre- Nilai Nilai Peningkatan
Responden Soal Test Post-Test Maksimal Pengetahuan
(EPP)
20 20 168 390 400 95,68%
(Sumber: Data Penyuluhan, 2022)
pengetahuan responden evaluasi sebesar 95,68% dan masuk pada kategori cukup
efektif. Hal tersebut sesuai dengan kriteria efektifitas menurut Ginting (1991) yaitu :
Rencana tindak lanjut yang didapat berdasarkan hasil penyuluhan dan hasil
pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang putih di kelompok tani
berikut :
7.1 Kesimpulan
nabati bawang putih dapat dilihat pada perlakuan terbaik yaitu, perendaman
akar bibit setelah semai memiliki presentase rata-rata 4,83% dengan notasi
digunakan yaitu folder dan metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi.
7.2 Saran
1. Bagi petani
Petani diharapkan dapat menerapkan pengendalian akar gada pada sawi hijau
2. Bagi penyuluh
pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang
putih.
52
3. Bagi institusi
pendampingan/pengabdian masyarakat.
53
DAFTAR PUSTAKA
Dandan, H. 2011. Cara Mempersiapkan Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Cianjur.
Diakses: 13 Februari 2022
Darmianti, N.N., Sudarman, I.M. 2017. Keragaman Mikoflora Tanah Supresif dalam
Mengemdalikan Penyakit Akar Gada pada Tanaman Kubis (Brassicia
oleracea L.). Ecotrophic Vol. 11 No 1
Dubey, N.K., R. Shukla, A. Kumar, P. Singh, & B. Prakash. (2010). Prospects of
botanical pesticides in sustainable agriculture. Current Science. 4(25): 479-
480.
Erwin, 2012. Mengevaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian. Jambi: Balai
Pelatihan Pertanian.
Faradiba, S. 2014. Efektivitas bawang putih (Allium sativum) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Disertasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Jakarta.
Hajoeningtijas, O.D., dan G.P. Budi. 2005. Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskula
sebagai Alternatif Pengendali Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora
brassicae Worr.) pada Tanaman Caisin (Brassicae campestris L.). Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.
Hasanuddin. 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme dalam Sistem
Pengendalian Penyakit Tumbuhan secara Terpadu. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Uatara.
Kementan, 2013. Materi Penyuluhan, Modul Diklat Penyuluhan Pertanian. STPP
Magelang
Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga Pengenbangan
Pendidikan. Banjarmasin.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Pandawani, N.P. Widnyana, I.K. Sumantra, I.K. 2020. Evektivitas Isolat Trichoderma
spp. Dalam Pengendalian Penyakit Akar Gada (Plasmodhiaphora
brassuisae Wor.) Pada Sawi Hijau (Braccia rapa). Agrikultural Vol 3. No. 1:
38-51
Pratiwi H. Harista, Sudjinto A, Despita Rika. 2019. Penegndalian Akar Gada Pada
Sawi Pakcoy dengan Trichoderma, Garam dan Bawang Putih. Agritensia Vo,
8 No. 2
Rahamawati, D. Korlina, E. Kajian Penggunaan Pupuk Hayati untuk Mengendalikan
penyakit akar gada (Plasmodiphora brassicae) pada Tanaman Sawi Daging.
Agrovigor Vol. 9. No. 1
Safithri, M. 2004. Aktivitas anti bakteri bawang putih (Allium sativum) terhadap
bakteri mastitis subklinis secara in vitro ambing tikus putih, Bogor: Sekolah
pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sastrosiswojo, Sudarwohadi,. Tinny S. Uhan,. Rachmat Sutarya. 2005. Penerapan
Teknologi PHT pada Tanaman Kubis. Balai Penelitian Tanaman Sayuran;
Monografi No. 21. Bandung.
54
55
56
57
MINGGU 1
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 0 P0 5
1 P1 5
2 P2 5
3 P3 5
Ulangan 1 U1 4
2 U2 4
3 U3 4
4 U4 4
5 U5 4
Perlakuan
Homogeneous Subsets
Total
Duncana,b
Subset
Perlakuan N 1 2
P2 5 .5000
P1 5 1.5000
P3 5 2.5000
P0 5 6.5000
Sig. .259 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 6.458.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
b. Alpha = 0,05.
58
Ulangan
Homogeneous Subsets
Total
Duncana,b
Subset
Ulangan N 1
U4 4 .5000
U3 4 1.7500
U5 4 3.0000
U1 4 4.2500
U2 4 4.2500
Sig. .081
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
6.458.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
b. Alpha = 0,05.
MINGGU 2
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 0 P0 5
1 P1 5
2 P2 5
3 P3 5
Ulangan 1 U1 4
2 U2 4
3 U3 4
4 U4 4
5 U5 4
Ulangan
Homogeneous Subsets
Total
Duncana,b
Subset
Ulangan N 1
U4 4 6.7500
U1 4 8.0000
U3 4 9.2500
U5 4 10.5000
U2 4 13.0000
Sig. .057
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
14.792.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
b. Alpha = 0,05.
/DESIGN=Perlakuan Ulangan.
MINGGU 3
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 0 P0 5
1 P1 5
2 P2 5
3 P3 5
Ulangan 1 U1 4
2 U2 4
3 U3 4
4 U4 4
5 U5 4
Perlakuan
Homogeneous Subsets
Total
Duncana,b
61
Subset
Perlakuan N 1 2 3
P2 5 .5000
P1 5 3.5000
P3 5 15.5000
P0 5 82.5000
Sig. .496 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 45.625.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
b. Alpha = 0,05.
Ulangan
Homogeneous Subsets
Total
Duncana,b
Subset
Ulangan N 1
U1 4 23.0000
U4 4 23.0000
U5 4 24.2500
U3 4 25.5000
U2 4 31.7500
Sig. .120
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
45.625.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
b. Alpha = 0,05.
62
Lampiran 2. kuisioner
KUISIONER PENGETAHUAN
PENGENDALIAN AKAR GADA PADA SAWI HIJAU (Brassica juncea L)
MENGGUNAKAN BAWANG PUTIH (Allium sativum) DI KELOMPOK TANI
MANDIRI SEJATI DESA LAMPOKO KECAMATAN BAREBBO KABUPATEN
BONE
PETUNJUK PENGISIAN
Mohon memberi tanda (√) pada jawaban yang menurut dianggap paling sesuai.
YA = (1)
TIDAK = (0)
JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
A Pengetahuan
Pokok Waktu
Uraian Kegiatan Ket.
Kegiatan (Menit)
a. Pembukaan
b. Perkenalan
Pendahuluan 15
c. Penyampaian Tujuan Penyuluhan
d. Pre test
a. Penyampaian Pengendalian Akar Gada Pada Sawi
Hijau (Brassica Juncea L) Menggunakan Bawang
Putih (Allium Sativum)
b. Penyampaian alat dan bahan pembuatan fungisida
nabati bawang merah
Isi/Materi 30
c. Penyampaian cara pembuatan fungisida nabati
bawang merah pada tanaman sawi hijau
d. Cara pengaplikasian fungisida nabati bawang merah
pada tanaman sawi hijau
e. Diskusi
a. Evaluasi kegiatan/kesimpulan
Penutup b. Post test 15
c. Penutup
Lampiran 2. Sinopsis
SINOPSIS
kerugian signifikan terhadap hasil panen. Penyakit ini disebabkan oleh patogen
berbagai cara atau perantara, misalnya perlengkapan usaha tani, bibit pada saat
pemindahan ke lapangan, hasil panen, air permukaan, angin dan melalui pupuk
kandang. Patogen juga dapat ditularkan oleh biji melalui konta-minasi permukaan
Fungisida Nabati umbi bawang putih mengandung zat fungisida. Oleh karena
itu cara pengendalian penyakit akar gada dengan menggunakan Bawang Putih
karena pada bawang putih mengandung senyawa anti bakteri dan anti jamur yang
Untuk membuat fungisida nabati bawang putih, diperlukan beberapa alat dan
bahan yang mudah untuk didapatkan dan terdapat disekitar kita, yaitu:
1. Alat
1) Pisau
2) ember
3) Timbangan
2. Bahan
1) Bawang putih
2) Air
68
Cara pengaplikasian :
1) Benih sawi hijau direndam dalam air hangat selama 15 menit, benih yang
2) Bibit sawi hijau yang telah berusia 1-2 minggu disemai ke dalam media
sebanyak 15 gram, kemudian dicampurkan dengan air 600 ml, lalu direndam
Perendaman akar bibit setelah semai dengan notasi serangan akar gada
semai memiliki presentase rata-rata 4.83% dengan notasi serangan akar gada
sangat rendah dibandingkan dari perlakuan lainnya. Bawang putih yang bersifat
sebagai antibakteri dan antijamur diduga juga sebagai salah satu faktor yang
wilayah perakaran sehingga tanaman dapat tumbuh secara normal dan sehat.
69
Pearson Correlation 1
P20 Sig. (2-tailed)
20
N
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.981 20
77