Anda di halaman 1dari 95

LAPORAN

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN PENGENDALIAN AKAR


GADA PADA SAWI HIJAU (Brassica juncea L)
MENGGUNAKAN FUNGISIDA NABATI BAWANG PUTIH
(Allium sativum) DI KELOMPOK TANI MANDIRI SEJATI
DESA LAMPOKO KECAMATAN BAREBBO
KABUPATEN BONE

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ADE MILDA SUGIAKSA


04.01.18.119

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
LAPORAN
TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN PENGENDALIAN AKAR


GADA PADA SAWI HIJAU (Brassica juncea L)
MENGGUNAKAN FUNGISIDA NABATI BAWANG PUTIH
(Allium sativum) DI KELOMPOK TANI MANDIRI SEJATI
DESA LAMPOKO KECAMATAN BAREBBO
KABUPATEN BONE

Diajukan sebagai syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P)

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ADE MILDA SUGIAKSA


04.01.18.119

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
LEMBAR PERUNTUKAN
Bismillahirrahmanirrahim…
Ucapan Rasa Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
memberikan kekuatan dan kesehatan serta atas karunianya Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan dengan baik. Saya persembahkan Tugas Akhir ini kepada:

1. Diri saya sendiri yang telah mampu berjuang selama ini dalam keadaan
apapun sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
2. Teruntuk Bapak Sarmili dan Ibu Akidah yang selalu memberikan dukungan
baik berupa moral, materi serta tak lupa do’a yang selalu dipanjatkan untuk
saya. Terimalah persembahan ini sebagai bakti dari anakmu yang tercinta
ini.
3. Adik saya Ainun Darasari, Magfira Sri Ramadhana dan Muhammad
Adhyaksa S. yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta
do’anya.
4. Dosen pembimbing, Penguji dan Pengajar, Bapak Penyuluh penelitian
saya dan Kelompok Mandiri Sejati di tempat saya penelitian, yang selalu
memberikan waktu untuk mengajar dan membimbing saya dengan tulus
dan juga ikhlas yang tak ternilai berharganya. Terimakasih banyak.
5. Sahabat saya A. Dina, A. Mita, A. Abeng dan Gadis yang selalu
memberikan support dan doanya.
6. Teman-teman sekelas PPB 8B yang baik hati tidak sombong masuk surga
yang tak hentinya memberikan semangat untuk saya disaat sudah mulai
lelah dan selalu mendoakan kebaikan untuk saya.
7. Sahabat sedaerah saya sekaligus sekamar saya Faradhillah Tenripada
Bachrun dan Radhia Amin Dalle. Terimakasih atas segala kebaikan kalian
berikan semuanya yang terus membantu saya.
8. Teruntuk besti besti tercinta seperjuangan kuliah saya Yuni, Ama, Uli, dan
Julius. Terimakasih sudah menjadi penghibur di kala sedih, susah,
terimakasih sudah saling support, sukses selalu untuk kita semua semoga
kita bisa bertemu di ruangan rapat menteri pertanian.
9. Teman – teman seperjuangan yang selama ini memberikan dorongan
secara moral dan juga memberikan bantuan serta dukungannya. Tanpa
semua yang diberikan takkan mungkin sampai disini. Terimakasih
pengalaman, kenangan, canda tawa, tangis dan perjuangan kita bersama.
PERNYATAAN

ORISINILITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang

pengetahuan saya, didalam naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat Karya Ilmiah

yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk

memperoleh gelar akademik di Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan

dan daftar pustaka.

Apabila terdapat dalam naskah Tugas Akhir ini dibuktikan terdapat unsur-

unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar vokasi

yang telah saya peroleh (S. Tr. P) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang, 26 Juli 2022


Mahasiswa,

ADE MILDA SUGIAKSA


NIRM. 04.03.18.216
RINGKASAN

Ade Milda Sugiaksa, NIRM 04.01.18.119. Rancangan Penyuluhan


Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau (Brassica juncea L) Menggunakan
Fungisida Nabati Bawang Putih (Allium sativum) Di Kelompok Tani Mandiri Sejati
Desa Lampoko Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone. Pembimbing: Dr. Eny
Wahyuning P., SP, MP dan Ainu Rahmi, SP, MP.

Sawi merupakan jenis sayuran yang disukai oleh masyarakat karena banyak
memberikan manfaat dan juga salah satu sayuran daun yang memiliki nilai
ekonomis tinggi setelah kubis dan brokoli. Permasalahan terbesar yang sedang
dihadapi petani sayur di Kabupaten Bone salah satunya ialah penyakit Akar Gada
yang menyebabkan akar membusuk, kering dan layu, sehingga pertumbuhan
pada tanaman menjadi terhambat, apabila tanaman dicabut maka akan tampak
akar tanaman yang membengkak seperti berumbi. Bawang putih (Allium
sativum.) memiliki komponen penting lainnya yang bertanggung jawab atas
manfaat terapeutik seperti anti jamur adalah alixin, flavonooid dan saponin.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian fungisida nabati
terhadap penyakit akar gada pada tanaman sawi hijau. Lokasi kajian ini dilakukan
di Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, dengan
menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5
ulangan. Berdasarkan hasil yang di peroleh hasil terbaik adalah penrendaman
akar tanaman sawi hijau sebelum pindah tanam menggunakan larutan bawang
putih dengan konsentrasi 600ml air dengan 15 gr

Penyuluhan pertanian dilakukan di Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo,


Kabupaten Bone dengan rancangan penyuluhan yaitu memberikan
pengetahuan kepada sasaran mengenai pengendalian akar gada pada tanaman
sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang putih. Sasaran penyuluhan yaitu
anggota kelompok tani Mandiri Sejati Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo.
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LAPORAN TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN PENGENDALIAN AKAR GADA


PADA SAWI HIJAU (Brassica juncea L) MENGGUNAKAN
FUNGISIDA NABATI BAWANG PUTIH (Allium sativum) DI
KELOMPOK TANI MANDIRI SEJATI DESA LAMPOKO
KECAMATAN BAREBBO KABUPATEN BONE

ADE MILDA SUGIAKSA


04.01.18.119

Malang, 28 Juni 2022

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Eny Wahyuning P., SP, MP Ainu Rahmi, SP, MP


NIP 19770828 200604 2 001 NIP 19731019 200212 2 001

Mengetahui,

Direktur
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si


NIP 19690511 199602 1 001

i
LEMBAR PENGESAHAN PENYUJI
LAPORAN TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN PENGENDALIAN AKAR GADA


PADA SAWI HIJAU (Brassica juncea L) MENGGUNAKAN
FUNGISIDA NABATI BAWANG PUTIH (Allium sativum) DI
KELOMPOK TANI MANDIRI SEJATI DESA LAMPOKO
KECAMATAN BAREBBO KABUPATEN BONE

ADE MILDA SUGIAKSA


04.01.18.119

Malang, 28 Juni 2022

Menyetujui,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Eny Wahyuning P., SP, MP Ainu Rahmi, SP, MP


NIP 19770828 200604 2 001 NIP 19731019 200212 2 001

Penguji III,

Dr. Ugik Romadi, SST, M.Si


NIP 19820713 200604 1 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta
Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan “Tugas Akhir” yang berjudul
“Rancangan PenyuluhanPengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau (Brassica
juncea L) Menggunakan Fungisida Nabati Bawang Putih (Allium sativum) Di
Kelompok Tani Mandiri Sejati Desa Lampoko Kecamatan Barebbo Kabupaten
Bone”.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
berupa informasi dan bimbingan. Dengan itu penulis mengucapkan terima kasih
utamanya kepada :
1. Dr. Eny Wahyuning P. SP, MP., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua
Jurusan Pertaniandan Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian
Berkelanjutan
2. Ainu Rahmi, SP, MP., selaku Dosen Pembimbing II
3. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pr, M.Si., selaku Direktur Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang
4. Serta rekan dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan.
Demikian, semoga Allah S.W.T. memberikan balasan kepada semua pihak
yang membantu dalam penulisan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan masih banyak kekurangan oleh karena itu mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk memperbaiki dan menyempurnakan laporan
kedepannya.

Malang, ..................

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ 4
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
Kerangka Pikir ................................................................................................ vi
Denah Pengacakan ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan penelitian ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Peneliti Terdahulu ....................................................................................... 6
2.2 Landasan Teori (Aspek Teknis) ................................................................ 10
2.2.1 Sawi hijau............................................................................................ 10
2.2.2 Akar Gada........................................................................................... 13
2.2.3 Fungisida Nabati Bawang Putih ......................................................... 14
2.3 Aspek Penyuluhan .................................................................................. 16
2.3.1 Pengertian penyuluhan pertanian ...................................................... 16
2.3.2 Tujuan penyuluhan ............................................................................. 16
2.3.3 Sasaran penyuluhan ........................................................................... 17
2.3.4 Metode penyuluhan ............................................................................ 18
2.3.5 Materi penyuluhan .............................................................................. 19
2.3.6 Media penyuluhan .............................................................................. 19
2.3.7 Evaluasi penyuluhan .......................................................................... 20
2.4 Kerangka Pikir ........................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 23
3.1 Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 23
3.2 Metode Penelitian ...................................................................................... 23
3.2.1 Alat dan Bahan ................................................................................... 23
3.2.2 Rancangan penelitian ......................................................................... 23
3.2.3 Pelaksanaan kajian............................................................................. 24
3.2.4 Parameter Pengamatan ..................................................................... 26
3.2.5 Analisis Data ....................................................................................... 27

3.3 Metode Rancangan Penyuluhan............................................................... 29


3.3.1 Penetapan Tujuan Penyuluhaniii.......................................................... 29
3.3.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan ....................................................... 29
3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan ........................................................... 30
3.3.4 Penetapan Media Penyuluhan ........................................................... 30
3.3.5 Penetapan Metode Penyuluhan ......................................................... 30
3.4 Metode Implementasi ................................................................................ 30
3.4.1 Persiapan Penyuluhan ....................................................................... 30
3.4.2 Uji Validitas dan Reabilitas ................................................................. 31
3.4.3 Pelaksanaan Penyuluhan ................................................................... 31
3.5.1 Evaluasi Rencana Penyuluhan .......................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL KAJIAN ............................................... 32
4.1 Fungsi Bawang Putih ................................................................................ 32
4.2 Rata Rata Serangan .................................................................................. 32
4.3 Umur Sawi Rentan Terhadap Akar Gada ................................................. 34
4.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Akar Gada ............................... 34
4.5 Langkah Pencegahan Penyebaran Akar Gada ........................................ 35
BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ........................................... 36
5.1 Perancangan .............................................................................................. 36
5.1.1 Keadaan Wilayah ............................................................................... 36
5.1.2 Keadaan Penduduk ............................................................................ 37
5.1.3 Data Karakteristik Responden Penyuluhan ...................................... 39
5.1.4 Lokasi dan Waktu Perancangan ........................................................ 41
5.1.4 Perancangan Penyuluhan .................................................................. 41
5.1.5 Pelaksanaan Penyuluhan ................................................................... 42
5.1.6 Evaluasi Penyuluhan .......................................................................... 43
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................. 45
6.1 Pembahasan Hasil implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ................... 45
6.1.1 Implemntasi Penyuluhan Pertanian ................................................... 45
6.1.2 Evaluasi Penyuluhan .......................................................................... 46
6.2 Rencana Tindak Lanjut ............................................................................. 50
BAB VII PENUTUP .......................................................................................... 52
7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 52
7.2 Saran ......................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 54
LAMPIRAN....................................................................................................... 56

iv
DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1.1 Kandunga Gizi Sawi Hijau Segar per 100 Gram .................................. 13
4.1 Rata-Rata Pengaruh Perlakukan Terhadap Akar Gada Pada
Tanaman Sawi Sawi Hijau (Brassica Juncea L) ................................ 32
5.1 Penggunaan Lahan Desa Lampoko ..................................................... 35
5.2 Jumlah Penduduk dan Desa Lampoko Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37
5.3 Usia Responden Penyuluhan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 38
5.4 Sasaran Responden Penyuluhan berdasarkan Usia ........................... 39
5.5 Hasil Uji Validitas .................................................................................. 43
6.1 Distribusi Responden Menurut Umur.................................................... 44
6.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan .......................................... 45
6.3 Efektivitas Peningkatan Pengetahuan (EPP) Responden ................... 48

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Pikir ......................................................................................... 22
2. Denah Pengacakan................................................................................. 24
3. A.Tanaman Sehat ................................................................................... 27
B. Tanaman Terserang Akar Gada......................................................... 27
4. Grafik Hasil Evaluasi Penyuluhan ........................................................... 48

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Uji Anona dan Duncan ................................................................... 57


Lampiran 2 kuisioner ......................................................................................... 62
Lampiran 3. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) ............................................. 65
Lampiran 4 Rekapitulasi Data Responden ...................................................... 67
Lampiran 5 Sinopsis .......................................................................................... 66
Lampiran 6 Media Penyuluhan ......................................................................... 70
Lampiran 7 Matriks Analisa Penetapan Materi Penyuluhan ............................ 71
Lampiran 8 Matriks Analisa Penetapan Media Penyuluhan ............................. 72
Lampiran 9 Tabulasi Hasil Pre-Test.................................................................. 73
Lampiran 10 Tabulasi Hasil Post-Test .............................................................. 74
Lampiran 11 Uji Validitas Pengetahuan ............................................................ 75
Lampiran 12 Uji Reabilitas Pengetahuan ......................................................... 77
Lampiran 13 Daftar Hadir Penyuluhan ............................................................. 78
Lampiran 14 Berita Acara Penyuluhan ............................................................. 79
Lampiran 15 Dokumentasi Kegiatan ................................................................. 81

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sawi merupakan salah satu jenis sayur yang digemari oleh masyarakat

Indonesia. baik sebagai sayuran utama maupun sebagai bahan pelengkapnya.

Selain itu sawi memiliki kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat yang tinggi

(Nurshanti, 2009). Menurut Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal

Hortikultura (2016) konsumsi sawi per kapita terus mengalami peningkatan, dari

data tahun 2014 hingga 2015 mengalami peningkatan sekitar 46,89 % dan

konsumsi nasional tahun 2016 meningkat sebanyak 1,4 %, yang diperkirakan akan

terus meningkat tiap tahunnya. Sementara, produksi sawi dari tahun 2013, 2014,

2015, 2016 berturut-turut mengalami penurunan yaitu: 635.728, 602.478, 600.200

juta ton.

Sawi merupakan jenis sayuran yang disukai oleh masyarakat karena banyak

memberikan manfaat dan juga salah satu sayuran daun yang memiliki nilai

ekonomis tinggi setelah kubis dan brokoli. Tanaman sawi sebagai bahan makanan

sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi

sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Kandungan gizi yang

terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin

B, dan Vitamin C (Fahrudin, 2009). Mengingat nilai ekonomi dan manfaatnya bagi

kesehatan, maka upaya untuk meningkatkan produksi sawi harus dilakukan

(Siahan, 2012).

Pengembangan budidaya sawi mempunyai prospek baik untuk mendukung

upaya peningkatan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, perluasan

kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, peningkatan pendapatan negara

melalui pengurangan impor dan memacu laju pertumbuhan ekspor. Kelayakan

1
2

pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya keunggulan

komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas

tersebut. Disamping itu umur panen sawi relatif pendek dan hasilnya memberikan

keuntungan yang memadai. tetapi tanaman yang dihasilkan umumnya masih

menggunakan pupuk anorganik sehingga belum berorientasi pada produk organik

yang harganya cukup mahal (Saranga, 2000).

Permasalahan terbesar yang sedang dihadapi petani sayur di Kabupaten

Bone salah satunya ialah penyakit Akar Gada yang menyebabkan akar membusuk,

kering dan layu, sehingga pertumbuhan pada tanaman menjadi terhambat, apabila

tanaman dicabut maka akan tampak akar tanaman yang membengkak seperti

berumbi.

Berbagai upaya pengendalian penyakit akar gada telah dilakukan petani tetapi

belum menunjukkan hasil yang memuaskan secara teknis maupun ekonomis.

Penggunaan pestisida sintetis di sentra produksi tanaman sayuran tergolong tinggi

karena berbagai jenis pestisida mudah di dapatkan dan zatnya lebih cepat bereaksi

pada tanaman yang di berikan pestisida. Menurut Annisa (2017) Penggunaan

pestisida sintetis secara terus menerus dan melebihi ambang batas dapat

mengakibatkan dampak negatif seperti resistensi hama, resurjensi, pencemaran

lingkungan dan adanya residu pada hasil panen.

Tingkat produksi tanaman sawi sering kali dipengaruhi oleh serangan patogen

P. brassicae yang menyebabkan bengkak pada akar. Pembengkakan pada jaringan

akar dapat mengganggu fungsi akar seperti translokasi zat hara dan air dari dalam

tanah ke daun. Keadaan ini mengakibatkan tanaman layu, kerdil, kering dan

akhirnya mati. Jika tanah sudah terinfestasi oleh P. brassicae maka patogen

tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budi daya tanaman famili

Brassicaceae karena patogen ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap
3

perubahan lingkungan dalam tanah. Berbagai upaya penanggulangan penyakit akar

gada telah dilakukan, antara lain perbaikan drainase, perlakuan tanah, perlakuan

benih, penggunaan varietas resisten, penggunaan bahan kimia, dan pemanfaatan

mikroorganisme antagonis.

Bawang putih (Allium sativum.) telah diketahui oleh warga Indonesia sebab

memiliki banyak khasiat baik dalam bidang industri ataupun kesehatan. Beberapa

manfaat bawang putih bagi kesehatan yang telah dipelajari antara lain sebagai

antifungi, antibakteri, antioksidan, antiprotzoa, serta memiliki potensi antitumor.

Salah satunya sebagai antifungi terhadap spesies Candida sp. Manfaat bawang

putih pula berhubungan erat dengan zat kimia yang di milikinya. Zat kimia tersebut

sebagian besar tercantum dalam kalangan minyak atsiri. Energi anti bakteri serta

antifungi dari minyak atsiri diakibatkan oleh terdapatnya senyawa fenol serta

turunannya yang bisa mendenaturasi protein sel jamur. Hendak namun komponen

minyak atsiri bagaikan antifungi diketahui jauh lebih besar dibanding potensinya

bagaikan antibakteri (Bintari, 2017).

Komponen penting lainnya yang bertanggung jawab atas manfaat terapeutik

seperti anti jamur adalah alixin, flavonooid dan saponin. Alixin muncul melalui

metabolisme oleh alinase ketika bawang putih mengalami kerusakan sel akibat

terpotong atau ditumbuk. Hal ini dapat menghambat secara total sintesis RNA sel

jamur dan menghambat DNA protein. Flavonoid salah satu senyawa yang dikenal

sebagai antioksidan. Flavonoid bekerja dengan cara mendenaturasi sel

proteinsehingga sel mikroorganisme menjadi terganggu. Sedangkan senyawa

saponin bekerja dengan mengubah permeabilitas struktur dan sel mikroba (Jeanna,

2015).

Disamping mengandung zat insektisida, umbi bawang putih mengandung zat

fungisida (Rismunandar, 2010). Oleh karena itu dilakukan kajian cara pengendalian

penyakit akar gada dengan menggunakan Bawang Putih karena pada bawang putih
4

mengandung senyawa anti bakteri dan anti jamur yang menekan pertumbuhan

spora patogen.Selain itu pengendalian penyakit akar gada menggunakan bawang

putih menjadi teknologi yang murah, mudah didapat, efektif dan praktis bagi petani.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana Efektivitas Pengendalian Akar Gada Pada Tanaman Sawi (Brassica

Juncea L) Menggunakan Fungisida Bawang Putih (Allium sativum) ?

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan tentang Pengendalian Akar Gada

Pada Sawi Hijau (Brassica juncea L) menggunakan Fungisida Nabati Bawang

Putih (Allium sativum) di Desa Lampoko Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone?

3. Bagaimana peningkatan pengetahuan sasaran tentang Pengendalian Akar

Gada Pada Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Menggunakan Bawang Putih

(Allium sativum) ?

1.3 Tujuan penelitian

1. Mengetahui Efektivitas Pengendalian Akar Gada Pada Tanaman Sawi (Brassica

Juncea L) Menggunakan Fungisida Bawang Putih (Allium sativum).

2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang Pengendalian Akar Gada Pada Sawi

Hijau (Brassicajuncea L) menggunakan Fungisida Nabati Bawang Putih (Allium

sativum) di Desa Lampoko Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone

3. Mengetahui peningkatan pengetahuan sasaran tentang Pengendalian Akar

Gada Pada Tanaman Sawi (Brassica Juncea L) Menggunakan Bawang Putih

(Allium sativum).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa

Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mahasiswa dalam

mengidentifiikasi sekaligus pemecahan masalah dilingkungan sekitarserta


5

mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh selama menjadi

mahasiswa Polbangtan Malang.

2. Bagi institusi

Sebagai media pengembangan inovasi untuk pedoman penelitian ditahun

– tahun berikutnya.

3. Bagi pihak lain

Penelitian yang telah dilakukan dapat membawa dampak positif bagi pihak

lain dalam memecahkan masalah yang sama yaitu pengendalian akar gada

pada tanaman sawi ( Brassica Juncea L) menggunakan bawang putih (Allium

sativum).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peneliti Terdahulu

Penelitian Harsita H. Pratiwi, A Sudjianto dan Rika Despita (2019) dengan

judul Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Pakcoy denganTrichoderma, Garam dan

Bawang Putih menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

efektivitas Trichoderma, garam dan bawang putih dalam pengendalian akar gada

pada sawi pakcoy.

Metode kajian adalah rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok

(RAK) dengan empat perlakuan. Perlakuan 1 (P1)= Tanpa perlakuan; Perlakuan 2

(P2) = Pemberian Trichoderma sp 100 mL; Perlakuan 3 (P3) = Pemberian larutan

garam 100 mL; Perlakuan 4 (P4) = Perendaman benih 100 mL larutan bawang putih.

Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali sehingga terdapat 24 satuan perlakuan.

Data hasil kajian yang dianalisis dengan menggunakan besar perbedaan dalam

hasil kajian maka dilakukan Uji F pada taraf kesalahan 5% dan untuk pembeda

nyata antara pengaruh yang diuji maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s

Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

Berdasarkan hasil kajian Pengendalian Akar Gada Pada Tanaman Sawi

Pakcoy (Brassica Rapa L) Dengan Trichoderma, Larutan Garam dan Bawang Putih

memberikan hasil yang nyata terhadap pengendalian penyakit Akar Gada Pada

Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica Rapa L) dengan Perlakuan terbaik adalah

pemberian Trichoderma (P2) dan bawang putih (P4) terbukti dapat meningkatkan

pertumbuhan (tinggi dan jumlah daun) dan produksi (bobot segar tanaman) Sawi

Pakcoy (Brassica Rapa L). Sedangkan pada perlakuan pemberian larutan garam

(P3) menunjukkan pertumbuhan pernyakit akar gada sehingga menghambat

pertumbuhan tanaman.

6
7

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu lokasi, metode, perlakuan

bahan yang digunakan, tanaman yang diamati dan beberapa variabel.

Penelitian Ni Putu Pandawani, I Ketut Widnyana dan I Ketut Sumantra

(2019) dengan judul Efektivitas Isolat Trichoderma Spp. Dalam Pengendalian

Penyakit Akar Gada (Plasmodiaphora brassicae Wor.) Pada Sawi Hijau (Brassica

rapa) menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui

evektivitas isolat trichoderma dalam pengendalian akar gada. Penelitian dirancang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan tiga ulangan (RAK

Faktorial 3x3x3). Perlakuan yang diteliti sebagai faktor pertama adalah dosis isolat

Trichoderma spp. (D) dan faktor kedua usia biakan isolat Trichoderma spp. pada

media beras (U). Faktor dosis isolat Trichoderma spp., terdiri dari 3 level yaitu: D0

(tanpa pemberian isolat Trichoderma spp.); D1(250 ml larutan biakan Trichoderma

spp); D2 (500 ml larutan biakan isolat Trichoderma spp). Faktor usia biakan isolat

Trichoderma spp. terdiri dari 3 level yaitu: U1(usia biakan 1 minggu); U2 (usia biakan

2 minggu); U3 (usia biakan 3 minggu). Dari faktor-faktor tersebut mendapatkan 9

perlakuan kombinasi. Setiap perlakuan kombinasi dalam setiap ulangan terdiri dari

5 pot, sehingga jumlah pot seluruhnya 135 pot.

Pemberian isolat Trichoderma spp. dosis 500 ml menghasilkan tinggi

tanaman 21,68% dan jumlah dauan 26,63 % nyata lebih tinggi dari tinggi tanan dan

jumlah daun pada perlakuan tanpa pemberian isolat Trichoderma spp. Pemberian

isolat Trichoderma spp. usia biakan 2 minggu menghasilkan tinggi tanaman 12,80

% dan jumlah daun 16,04% nyata lebih tinggi dari tinggi dan jumlah daun pada

perlakuan usia biakan isolat Trichoderma spp. 1 minggu. Persentase serangan

penyakit mencapai 0 % pada perlakuan kombinasai dosis biakan isolat Trichoderma

spp. 500 ml dengan usia biakan 2 minggu.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu lokasi, metode,

perlakuan bahan yang digunakan dan beberapa variabel.


8

Penelitian Juvri Verlando Sianturi (2017) dengan judul Potensi Ekstrak

Bawang Putih (Allium sativum)Sebagai Fungisida Alami Pada Jamur Botryodiplodia

theobromae Penyakit Tanaman Jeruk menunjukkan bahwa penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum)

sebagai fungisida alami dalam menghambat pertumbuhan jamur Botryodiplodia

theobromae yang menyebabkan penyakit tanaman jeruk, dan untuk mengetahui

konsentrasi optimum antifungi ekstrak bawang putih (Allium sativum) pada

pertumbuhan jamur Botryodiplodia theobromae. Desain penelitian menggunakan

RAL (Rancangan Acak Lengkap) yaitu enam perlakuan ekstrak bawang putih

dengan konsentrasi 30%, 40%, 50%, 60%, 70% dan kontrol dengan empat kali

pengulangan diuji efektivitasnya terhadap jamur Botryodiplodia theobromae dengan

menggunakan metode dilusi padat pada Potato Dextrose Agar (PDA) dan diamati

luas diameter koloni jamur Botryodiplodia theobromae.

Didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar

hambatan terhadap pertumbuhan jamur Botryodiplodia theobromae, pada

kosentrasi 50%, 60%, dan 70%, menujukkan tidak adanya pertumbuhan jamur

dengan rata-rata 0 mm. Berdasarkan analisis data dengan uji Kruskall-wallis dan uji

Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara berbagai

konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan jamur

Botryodiplodia theobromae. jadi dapat di simpulkan bahwa ekstrak bawang putih

berpotensi sebagai fungisida terhadap pertumbuhan jamur Botryodiplodia

theobromae.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu lokasi, metode,

perlakuan bahan yang digunakan, tanaman yang diamati dan beberapa variabel

Penelitian Diding Rachmawati dan Eli Korlina(2014) dengan judul Kajian

Penggunaan Pupuk Hayati Untuk Mengendalikan Penyakit Akar Gada

(Plasmodiophora brassicae) Pada Tanaman Sawi Daging menunjukkan bahwa


9

penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui dosis pupuk hayati yang

berpengaruh terhadap pengendalian akar gada pada tanaman sawi

daging.Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok, dengan 4

perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan terdiri dari :A = Pupuk hayati dosis 15 kg/ha, B

= Pupuk hayati dosis 30 kg/ha, C = Pupuk hayati dosis 45 kg/ha, D = Cara petani.

Perendaman bibit dengan menggunakan PGPR dosis 15 cc/liter dilakukan

selama 10 menit. Bibit ditanam dalam bedengan, ukuran bedengan 2 m x 2 m dan

jarak tanam 20 cm x 20 cm, bedengan diberi dolomit dengan dosis 1 ton per hektar

untuk meningkatkan pH dan pupuk kandang yang telah diperkaya dengan

trichokompos. Pemberian pupuk hayati dosis 45 kg/ha dapat memberikan

pertumbuhan yang baik terhadap tinggi tanaman (26,50 cm), jumlah daun (21

helai), lebar tajuk (33,25 cm), panjang akar (14,38 cm) dan bobot per tanaman

(380 g/tanaman). Persentase serangan penyakit akar gada terendah

ditunjukkan oleh pemberian pupuk hayati dosis 45 kg/ha, yaitu sebesar 1,75 %,

dengan tingkat penekanan penyakit sebesar 70,83 %.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu lokasi, metode,

perlakuan bahan yang digunakan, tanaman yang diamati dan beberapa variabel

Penelitian Sri Widadi, Z. Dj Fatawi dan H.S Gutomo (2009) dengan judul

Pengendalian Akar Gada Pada Tanah Terinfeksi Patogen Melalui Penyiraman

Dengan Larutan Garam Dapur Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Caisin

menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukann untuk mengetahui pengaruh

penyiraman air garam dapur terhadap pengendalian akar gada pada tanaman

caisin. Pada penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap faktorial

(RAL) faktorial dengan menggunakan 3 ulangan, faktor yang pertama adalah dosis

konsentrasi larutan garam NaCL dengan 5 taraf konsentrasi 0, 0.5, 1, 1.5, dan 2

persen. Faktor perlakuan kedua adalah frekuensi prlakuan dengan 4 taraf 0,1,2,3

dan 4 kali dengan selang waktu 7 hari dimulai 14 hari sebelum tanam. Adapun 1
10

unit perlakuan terdiri dari 12 pot polibag berukuran 15 x 20 cm (dxt) yang diisi 1 liter

tanah alamiah yang dicampur kompos dengan komposisi 2:3 dan ditanam 3 benih

caisin setelah satu minggu,satu benih yang tumbuhnya baik dipelihara dan yang

lainnya dimatikan.

Berdasarkan hasil penelitian hasil yang ditemukan,(1) aplikasi garam

NaCL dengan konsentrasi dan waktu serta frekuansi yang tepat akan sangat efektif

mengandalikan penyakit akar gada, (2) konsantrasi aplikasi NaCL 0,5-1% dapat

dipertimbankan untuk penyakit akar gada, (3) aplikasi satu atau dua minggu

sebelum tanam dapat dipertimbangkan dalam pengendalian akar gada dengan

penyiraman dengan larutan garam dapur NaCL.

2.2 Landasan Teori (Aspek Teknis)

2.2.1 Sawi hijau

Sawi hijau (Brassica juncia L) adalah salah satu sayuran daun populer di

Indonesia. Nama lainnya adalah sawi bakso atau caisim merupakan tanaman yang

berasal dari benua asia tepatnya Tiongkok . Sayuran ini merupakan sayuran yang

banyak diminati karena hampir seluruh bagian tanamannya dapat dikonsumsi

kecuali akar, selain itu sawi sawi hijau tergolong tanaman yang mudah

dibudidayakan tanpa bergantung pada musim tanam sehingga dapat dibudidayakan

sepanjang tahun serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Menurut klasifikasi dalam

tata nama (sistematika) tanaman, sawi termasuk kedalam :

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Papavorales

Famili : Cruciferae atau Brassicaceae

Genus : Brassica
11

Spesies : Brassica juncea L.

Sawi masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis-bunga, broccoli dan lobak,

yakni famili Cruciferae (Brassicaceae). Oleh karena itu, sifat morfologis tanamannya

hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah

maupun bijinya.

a. Morfologi

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang dan cabang- cabang

akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada

kedalaman antara 30 – 50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan

zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang

tanaman.Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak

kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun.

Sedangkan daun pada umumnya bersayap dan bertangkai panjang yang bentuknya

pipih.

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik di

dataran tinggi maupun di dataran rendah. Struktur bunga tersusun dalam tangkai

bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga

terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga yang

berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga

dua.

Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan bantuan serangga lebah

maupun tangan manusia. Hasil penyerbukan ini terbentuk buah yang berisi biji.

Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga.

Tiap buah (polong) berisi 2 – 8 butir biji. Biji sawi bentuknya bulat kecil, berwarna

coklat atau coklat kehitam-hitaman.


12

b. Syarat tumbuh

Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis

tanah lempung berpasir, seperti tanah Andosol. Pada tanah-tanah yang

mengandung liat perlu pengelolaan lahan secara sempurna, antara lain pengolahan

tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah tinggi.

Syarat tanah yang ideal untuk sawi adalah tanah harus subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam

tanah berjalan baik dan pH tanah antara 6 – 7.

Sawi dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub tropis),

tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang

dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai

suhu malam hari 15,6o C dan siang harinya 21,1o C serta penyinaran matahari

antara 10 – 13 jam per hari.Air merupakan syarat penting bagi berlangsungnya

proses penanaman sawi. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air

oleh tanaman adalah sifat dari tanaman itu sendiri terutama pada akar dan

batangnya untuk menguatkan tanaman, dan jumlah air yang tersedia pada medium

di sekitarnya.Pada fase awal pertumbuhan perlu penyiraman secara rutin 1 – 2 kali

sehari + 1 – 2 liter per tanaman, terutama bila keadaan tanah cepat keringdan pada

musim kemarau.

Temperatur merupakan syarat penting bagi penanaman sawi. Pada suhu

rendah (15o C) tanaman sawi akan cepat berbunga, sebaliknya pada suhu di atas

15o C tanaman sawi akan sulit ber-krop atau krop yang terbentuk ukurannya kecil-

kecil.Kebutuhan cahaya untuk tanaman sawi sangat mempengaruhi daur hidup

tanaman. Pencahayaan yang kurang akan mempengaruhi terhadap warnadaun

sehingga warna daun terlihat kekuning-kuningan dan mengakibatkan pertumbuhan

tidak normal
13

c. Kandungan sawi hijau

Salah satu alasan mengapa sawi hijau mengalami peningkatan permintaan

dikalangan masyarakat adalah karena kandungan yang terdapat pada sawi hijau

dan berbagai manfaat didalamnya yaitu kandungan gizi antara lain protein, lemak,

nabati, karbohidrat, serat, kalsium, magnesium, sodium, vitamin A dan vitamin

C.Kandungan sawi dalam 100 gram dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 kandungan gizi sawi segar per 100 gram

No Komposisi Jumlah
1 Protein 2,30 gram
2 Lemak 0,30 gram
3 Karbohidrat 4,00 gram
4 Kalsium (Ca) 220,50 mg
5 Fosfor (P) 38,40 mg
6 Besi (Fe) 2,90 mg
7 Vitamin A 1.940,0 mg
8 Vitamin B1 0,09 mg
9 Vitamin B2 0,10 mg
10 Vitamin B3 0,70 mg
11 Vitamin C 102,00 mg
12 Kalori 22,00 k
13 Serat 1,20 gram
(Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 2001)
2.2.2 Akar Gada

Penyakit akar gada adalah penyakit jamur yang menyerang tanaman

kubis,sawi dan merupakan penyakit yang umum di Indonesia yang menyebabkan

kerugian signifikan terhadap hasil panen. Penyakit ini disebabkan oleh patogen

Plasmodiophora brassicae.Patogen dapat terpencar di alam melalui tanah dengan

berbagai cara atau perantara, misalnya perlengkapan usaha tani, bibit pada saat

pemindahan ke lapangan, hasil panen, air permukaan, angin dan melalui pupuk

kandang. Patogen juga dapat ditularkan oleh biji melalui konta-minasi permukaan

biji dengan tanah yang terinfeksi. Selain itu sejumlah tanaman cruciferae liar dan

beberapa tanaman inang lain yang rentan terhadap penyakit akar gada dapat

menjadi tempat bertahan hidup patogen pada saat tanaman budi daya tidak ada.
14

Gejala penyakit akar gada kelayuan bibit atau tanaman adalah tanda pertama

dari infeksi. Hal inimenunjukkan bahwa akar telah rusak. Gejala pertama kali terlihat

padaakar adalah pembengkakan yang berkembang menjadi distorsi besar

atauseperti gada. Keseriusan bergantung kepada usia tanaman dan waktu

bersentuhan dengan penyakit tersebut.Gejala awal yang biasanyaterjadi

adalahtanaman tumbuh kerdil . Padatanaman di waktu-waktu selanjutnya, ladang -

ladang tanaman akan meluas hingga seluruh ladang terinfeksi. Semakin banyak

spora yang ada di dalam tanah, maka semakin parah gejalanya.Tanaman kubis

mungkin tumbuh tanpa kepala.

Penularan penyakit akar gada spora penyakit akar gada dapat bertahan

hidup di dalam tanah hingga 20 tahun. Ini berarti jika penyakit akar gada masuk ke

ladang hampir tidak mungkin untuk benar-benar menyingkirkannya.Spora bangun

dan kemudian berkecambah dengan hadirnya akar keluarga kubis. Mereka

mengeluarkan spora berenang yang tertarik ke akar kubis dan berenang ke arah

mereka ketika tanah sangat basah.Spora melekat pada akar di mana mereka

tumbuh dan menyebabkan pembengkakan.Penyakit akan memburuk dengan

meningkatnya kelembaban tanah dan suhu tanah naik di atas 20 °C.Kondisi ideal

untuk infeksi penyakit akar gada termasuk tanah asam (pH kurang dari 7), tanah

basah,suhu hangat (20-25°C) dan tanaman inang rentan.Penyebaran spora yang

dorman ke ladang adalah dengan obyek yang dapat membawa tanah yang

terkontaminasi, seperti alat pertanian, sepatu kotor, bibit terinfeksi, hewan pemakan

rumput dan air permukaan. Penyebaran jarak jauh pada umumnya adalah dengan

bibit ditanam di tanah pada tanah terkontaminasi.

2.2.3 Fungisida Nabati Bawang Putih

Bawang putih (Allium sativum) telah diketahui oleh warga Indonesia sebab

memiliki banyak khasiat baik dalam bidang industri ataupun kesehatan.Beberapa


15

manfaat bawang putih bagi kesehatan yang telah dipelajari antara lain sebagai

antifungi, antibakteri, antioksidan, antiprotzoa, serta memiliki potensi antitumor.

Salahsatunya sebagai antifungi terhadap spesies Candida sp.Manfaat bawang putih

pula berhubungan erat dengan zat kimia yang di milikinya. Zat kimia tersebut

sebagian besar tercantum dalam kalangan minyak atsiri. Energi antibakteri serta

antifungi dari minyak atsiri diakibatkan oleh terdapatnya senyawa fenol serta

turunannya yang bisa mendenaturasi protein sel jamur.Hendak namun komponen

minyak atsiri bagaikan antifungi diketahui jauh lebih besar dibanding potensinya

bagaikan antibakteri.

Komponen penting lainya yang bertanggung jawab atas manfaat terapeutik

seperti antijamur adalah alixin, flavonooid dan saponin. Alixin muncul melalui

metabolisme oleh alinase ketika bawang putih mengalami kerusakan sel akibat

terpotong atau ditumbuk. Hal ini dapat menghambat secara total sintesis RNA sel

jamur dan menghambat DNA protein. Flavonoid salah satu senyawa yang dikenal

sebagai antioksidan. Flavonoid bekerja dengan cara mendenaturasi sel protein

sehingga sel mikroorganisme menjadi terganggu. Sedangkan senyawa saponin

bekerja dengan mengubah permeabilitas struktur dan sel mikroba

Disamping mengandung zat insektisida, umbi bawang putih mengandung zat

fungisida. Oleh karena itu dilakukan kajian cara pengendalian penyakit akar gada

dengan menggunakan Bawang Putihkarena pada bawang putih mengandung

senyawa anti bakteri dan antijamur yangmenekan pertumbuhan spora patogen.

Disamping mengandung zat insektisida, umbi bawang putih mengandung zat

fungisida. Selain itu pengendalian penyakit akar gada menggunakan bawang putih

menjadi teknologi yang murah, mudah didapat, efektif dan praktis bagi petani.
16

2.3 Aspek Penyuluhan

2.3.1 Pengertian penyuluhan pertanian

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang

Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan, penyuluhan adalah

proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan

mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi

pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,

serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sedangkan sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan

kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku

usaha melalui penyuluhan.

2.3.2 Tujuan penyuluhan

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006

Tentang SP3K, Penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat,

kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerja sama, partisipatif,

kemitraan, berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat. Tujuan

dari dilakukkannya penyuluhan pertanian menurut UU SP3K Nomor 16 Tahun 2006

adalah sebagai berikut :

1. memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang

maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan

2. memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan

kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan

motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan

kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi


17

3. memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang

produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya,

bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan

lingkungan, dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya

pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan

4. memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku utama

dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi

penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan; dan

5. mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai

pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan

kehutanan.

2.3.3 Sasaran penyuluhan

Menurut UU SP3K no 16 tahun 2006, pihak yang memiliki hak mendapatkan

manfaat dari penyuluhan yakni sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama

yang dimaksud adalah pelaku utama dan pelaku usaha sedangkan sasaran antara

adalah pemangku kepentingan seperti lembaga atau kelompok pemerhati

pertanian, perikanan, dan kehutanan, generasi muda serta tokoh masyarakat.

Sedangkan menurut Totok Mardikanto dan Sri Utami (1982), sasaran penyuluhan

terbagi menjadi dua kelompok yaitu, sasaran utama dan sasaran penentu. Sasaran

utama yang dimaksud adalah sasaran penyuluhan yang terlibat langsung kedalam

kegiatan bertani dan mengolah usaha tani seperti petani dan keluarganya.

Sedangkan sasaran penentu adalah kelompok atau perorangan yang tidak terlibat

secara langsung kedalam kegiatan bertani dan usaha tani, namun terlibat dalam

penentun kebijakan pembangunan pertanian dan atau menyediakan sarana

prasarana yang diperlukan petani dalam usahataninya baik secara langsung

maupun tidak langsung.


18

2.3.4 Metode penyuluhan

Metode penyuluhan adalah cara penyampaiaan materi penyuluhan kepada

sasaran penyuluhan oleh penyuluh pertanian baik secara langsung maupun tidak

dengan cara yang efektif dan efisien. Menurut Mardikanto (1993), pemilihan metode

penyuluhan seharusnya disusun berdasarkan kebutuhan, karakteristik, sumber

daya dan kondisi lingkungan di lokasi sasaran. Menurut Alim (2010) terdapat

beberapa cara untuk membendingkan metode penyuluhan, yaitu :

1. Metode berdasarkaan teknik komunikasi. Metode ini dibedakan menjadi dua

yaitu secara langsung (face to face) dan secara tidak langsung (indirect

communication) yang disampaikan melalui perantara.

2. Metode berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi. Metode ini dibagi

mejadi, metode dengan hubungan perseorangan, metode dengan hubungan

kelompok dan metode dengan hubungan massal.

3. Metode berdasarkan indera penerima. Metode ini dibagi menjadi 3 yaitu,

metode yang dapat dilihat, metode yang dapat didengar dan metode yang

dapat dilihat dan didengar.

4. Metode penyuluhan yang efektif dan efisien. Metode penyuluhan dapat

dikatakann efisien apabila tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Unsur –

unsur yang terdapat pada kefektifitasan metode adalah tingkat kemampuan

penyuluh, keadaan alat bantu penyuluhaan, kesesuaian waktu dan tempat,

materi penyuluhan, kondisi dan tingkat adopsi petani, kesesuaian dengan

tujuan yang akan dicapai. Sedangkan efisien artinya adalah menggunakan

sumber daya seminim mungkin untuk mendapatkan hasil paling maksimal.

Dalam artian metode yang digunakan tidak banyak mengeluarkan biaya,

tenaga, waktu dan pikiran.


19

2.3.5 Materi penyuluhan

Berdaskan UU SP3K No 16 Tahun 2006 pasal 27, Materi penyuluhan dibuat

berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan

memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian, perikanan,

dan kehutanan. Mardikanto (1993) menyatakan bahwa materi penyuluhan adalah

semua bentuk pesan yng ingin disampikan penyuluh kepada sasaran penyuluhan

dalam upaya mewujudkan proses komunikasi pembangunan. Materi penyuluhan

yang disampaikan kepada sasaran berupa ilmu, teknik dan berbagai metode

pengajaran yang diharapkan dapat merubah perilaku petani dalam pemecaahan

masalah yang dihadapi. Materi yang disampaikan harus bersifat inofatif, informatif,

persuasif dan intertainment agar mampu mendorong terjadinya pembaharuan

dalam segala aspek kehidupan sasaran dan mendorong terjadinya perbaikan taraf

hidup masyarakat (Mardikanto, 1993)

2.3.6 Media penyuluhan

Media berasal dari bahasa latin yaitu kata “medius” yang bermakna “tengah,

perantara atau pengantar”. Menurut Hamidjojo dan Latuheru (1993), media adalah

semua bentuk perantara yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan atau

menyebarkan ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat

yang dikemukakan itu sampai kepada penerima. Media penyuluhan adalah alat

bantu penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan agar dapat merangsang sasaran

sehingga mampu menerima pesan penyuluhan yang disampaikan, media yang

digunakan seperti media tercetak, terproyeksi, visual ataupun audio-visual dan

komputer.Menurut Kartasapoetra (1994) media penyuluhan terbagi menjadi 2

kelompok yaitu media penyuluhan secara langsung dan tidak langsung. Media tidak

langsung menurut bentuknya dapat dibagi atas :

1. Media elektronik, yaitu TV, radio, film, slide

2. Media cetak, berupa pamflet, leaflet, folder, brosur, placard, dan poster.
20

Tanpa media penyuluhan yang digunakan maka penyuluhan tidak akan

mempunyai efektivitas yang dituntut oleh modernisasi saat ini, penggunaannya pun

juga memerlukan kemahiran serta keterampilan. Menurut Levis (1996), media

penyuluhan sangat diperlukan agar penyuluh dapat memberi manfaat kepada

sasaran sehingga penetapan bentuk penyuluhan dapat sesuai berdasarkan

pertimbangan waktu, penyampaian, isi, sasaran dan pengetahuan sasaran.

2.3.7 Evaluasi penyuluhan

Evaluasi adalah proses dalam menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan

dampak dari suatu kegiatan dengan tujuan yang hendak dicapai yang dilakukan

secara sistematis dan obyektif.Evaluasi penyuluhan pertanian adalah suatu proses

sistematis yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan

perkembangan sejauh mana tujuan penyuluhan dapat terwujud sehingga dapat

ditarik kesimpulan yang kemudian digunakan dalam pengambilan keputusan dalam

menetapkan program pertanian. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh evaluator dengan

cara mengumpulkan dan menganalisa informasi terkait perencanaan, pelaksanaan,

hasil, dan dampak kegiatan untuk menilai suatu relevansi, efektivitas, efisiensi

pencapaian hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan lebih

lanjut. Tujuan dari dilakukannya evaluasi adalah untuk menentukan sejauh mana

tujuan penyuluhan pertanian dapat tercapai hingga dapat dilakukan penyusunan

langkah selanjutnya. Hasil evaluasi harus dapat menjawab 4 pertanyaan yaitu :

seberapa besar perubahan perilaku pada petani, apa saja hambatan yang dihadapi

petani, seberapa jauh efektifitas program yang telah dilakukan, sejauh mana

pemahaman masalah dan penyempurnaan kebijakan penyuluhan (Rifda, 2021).

Tahapan dari evaluasi penyuluhan adalah sebagai berikut :

1. Memahami apa itu tujuan penyuluhan pertanian yaitu upaya pemecahan

masalah dalam penyuluhan pertanian


21

2. Menetapkan indikator meliputi indikator perubahan kognitif (pengetahuan),

indikator perubahan afektif (sikap) dan indikator perubahan psikomotorik

(keterampilan)

3. Membuat alat ukur atau instrumen berupa kuesioner yang berisi beberapa

pertanyaan yang akan dijawab oleh sasaran yang disebut responden.

4. Melakukan sampling atau pengumpulan data dengan cara wawancara tatap

muka, membagikan kuesioner untuk diisi oleh responden, membagikan

kuesioner melalui media sosial, menyebarkan kuesioner melalui pos,

mengajukan pertanyaan melalui saluran komunikasi (hp atau telepon)

5. Melakukan analisis dan interpretasi data melalui tahapan mengelompokkan

data, melakukan tabulasi dan melakukan analisis data

6. Pelapor
22

2.4 Kerangka Pikir

Identifikasi Potensi dan Masalah

Keadaan Sekarang Keadaan yang Diharapkan


1. Petani belum mengetahui cara pengendalian 1. Petani dapat mengetahui cara pengendalian
penyakit akar gada menggunakan fungisida penyakit akar gada dengan menggunakan
nabati pada tanaman sawi hujau. fungisida nabati pada tanaman sawi hijau.
2. Petani belum mengetahui dan menerapkan 2. Petani dapat mengetahui teknik budidaya
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada yang tepat dalam Pengendalian Hama
tanaman sawi hijau. Terpadu (PHT)
3. Petani masih menggunakan bahan kimia untuk 3. Petani dapat beralih dari penggunaan bahan
pengendalian hama dan penyakit tanaman kimia ke bahan organik dalam pengendalian
sawi hijau. hama dan penyakit tanaman sawi hijau.

Tujuan
1. Mengetahui Efektivitas Pengendalian Akar
Gada Pada Tanaman Sawi (Brassica Juncea
L) Menggunakan Bawang Putih (Amilum
sativum .)
2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang
Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau
(Brassica juncea L) Menggunakan Fungisida
Nabati Bawang Putih (Amilum sativum ) di
Kajian Desa Lampoko Kecamatan Barebbo
Kabupaten Bone
PENGENDALIAN AKAR GADA PADA SAWI HIJAU 3. Mengetahui peningkatan pengetahuan
(Brassica juncea L) MENGGUNAKAN BAWANG FUNGISIDA sasaran tentang Efektivitas Pengendalian
PUTIH (Allium sativum) Akar Gada Pada Tanaman Sawi (Brassica
Juncea L) Menggunakan Bawang Putih
(Amilum sativum ).

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan ini
menggunakan Rancangan
Metode Penelitian Acak Lengkap (RAL) dengan Parameter Analisis Data
Metode kuantitatif 3 perlakuan dan 5 ulangan. Pengamatan 1. Analisis data kajian
karena data penelitian P0= Tanpa perlakuan Persentase menggunakan sidik ragam
berupa angka – angka dan (ANOVA) dengan taraf
P1= perendaman benih serangan nyata 0,5%
untuk menguji pengaruh dengan bawang putih sebelum 2. Analisis data penyuluhan
satu atau lebih variabel semai menggunakan skala
terhadap variabel lain. Guttman
P2= perendaman bibit
larutan setelah semai
P3=Penyraman
menggunakan fungisida Design
bawang putih Penyuluhan Hasil Kajian

Sasaran Tujuan Materi Metode Media


Kelompok Tani Mandiri Sejati, Menedeukasi Pengaruh Ceramah folder
Desa Lampoko, Kecamatan Pengaruh pemberian pemberian bawang dan diskusi
bawang putih putih terhadap
Barebbo, Kabupaten Bone, terhadap dan penyakit akar gada
Sulawesi Selatan penyakit akar gada pada tanaman sawi
tanaman sawi hijau. hijau

Evaluasi Rencana Tindak Lanjut

Gambar 1. Kerangka Pikir


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian tentang “Rancangan Penyuluhan Pengendalian Akar Gada

Pada Sawi Hijau (Brassica juncea L) Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum)

di Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone. Waktu pelaksanaan

penelitian yaitu pada bulan April sampai dengan Mei 2022. Lokasi pelaksanaan

penyuluhan dan evaluasi akan dilaksanakan di Kelompok Tani Mandiri Sejati Desa

Lampoko, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone pada bulan Juni 2022.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam proses penelitian “Pengendalian Akar Gada Pada

Sawi Hijau (Brassica juncea l) Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum)” adalah

bak penampung larutan bawang putih, tray, alat ukur (penggaris dan timbangan),

alat tulis (bolpoin dan buku) dan kamera. Bahan yang digunakan adalah benih sawi

hijau, polibag, bawang putih dan air.

3.2.2 Rancangan penelitian

Pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode Rancangan Acak

Lengkap (RAL) karena tanaman sawi dibudidayakan dalam bedengan yang bersifat

homogen.

Metode RAL 4 perlakuan x 5 ulangan, unit percobaan adalah bedengan.

Terdapat 20 bedengan. Masing- masing berukuran 1m x 3m , dengan jarak tanam

30cm x 30cm tiap bedengan terdapat 27 tanaman, tanaman sampel yang diamati

20 per-bedengan. penentuan tanaman sampel dilakukan secara acak, dengan tidak

memperhitungkan tanaman border.

susunan sebagai berikut :

1. P0 = tanpa perlakuan (tanpa perendaman)

23
24

2. P1 = perendaman benih sebelum semai

3. P2 = perendaman akar bibit setelah semai

4. P3 = Penyiraman tanaman

Ulangan pada RAL:

Diperoleh dari derajat bebas galat RAL ≥15

t (n-1) ≥15

t = banyaknya perlakuan

n = banyaknya ulangan

t (n – 1) ≥ 15

4 (n – 1) ≥ 15

4n – 4 ≥ 15

4n ≥ 19

n = 19/4 = 4,75

Dibulatkan menjadi 5

Gambar 1. Denah Pengacakan

3.2.3 Pelaksanaan kajian

1. Penyemaian dan penanaman benih sawi hijau (brassica juncea l).

2. Proses persemaian benih sawi hijau hingga pindah tanam pada bedengan

1) Benih sawi hijau direndam dalam air hangat selama 15 menit, benih yang

mengapung dibuang dan hanya digunakan benih yang tenggelam.

2) Pada perlakuan P0 benih sawi langsung disemai pada tray


25

3) Pada perlakuan P1 bawang putih dihaluskan sebanyak 15 gram, kemudian

dicampurkan dengan air 600ml, lalu direndam P1 selama 3 menit, kemudian

disemai dalam tray menggunakan media tanah.

4) Pada perlakuan P2, bibit sawi hijau yang telah disemai selama 14 hari dan siap

pindah tanam dicabut dari media, kemudian direndam akarnya kedalam fungisida

bawang putih selama 3 menit

5) Pada perlakuan P3 bibit sawi yang telah pindah tanam pada bedengan disiram

dengan fungisida nabati pada saat 14 hst dan 28 hst sebannyak 100ml tiap

tanaman dengan konsentrasi 600ml air dengan 15 gram bawang putih tiap pagi

dan sore

3. Persiapan Bedengan

Langkah pertama adalah menggemburkan tanah dengan cara mencangkul

maupun menggunakan traktor. Kemudian bentuk bedengan dengan gundukan

tanah setinggi 10 cm dengan lebar 1m panjang 3m . Sedangkan jarak antar bedeng

adalah 50 cm sejumlah 20 bedengan.

4. Perawatan Tanaman

1. Penyiraman, penyiraman tanaman dilakukan tiap hari pagi dan sore hari.

2. Pada P3 lakukan penyiraman menggunakan fungisida bawang putih pada umur

14 hst dan 28 hst.

3. Penyulaman, penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang rusak

atau gagal tumbuh agar seluruh unit percobaan pertumbuhaannya dapat

seragam. Penyulaman dilakukan pada usia tanaman maksimal 1 mst.

4. Pemeliharaan dari serangan hama dilakukan secara manual dengan

pengawasan setiap harinya.

5. Penyiangan, penyiangan tanaman dilakukan apabila ada rumput atau gulma

yang tumbuh di sekitar tanaman sawi hijau.


26

5. Panen dan pasca panen

Sawi hijau (Brassica juncea L.) dapat dipanen ketika berusia 25 – 45 hst.

Sebelum dilakukan pemanenan harus melakukan pengecekan terhadap bentuk fisik

tanaman terlebih dahulu. Pemanenan dilakukan dengan mencabut tanaman sawi

hijau perlahan dari bedengan, berikut tahapan pasca panen sawi hijau(Brassica

juncea L):

1. Tanaman sawi hijau yang telah dipanen kemudian dicuci bersih seluruh

bagiannya, batang, daun dan akar.

2. Trimming adalah proses pembersihan tanaman dari bagian – bagian yang tidak

diperlukan, seperti bagian daun terluar. Bagian daun yang dibuang adalah bagian

daun yang rusak akibat serangan hama atau kesalahan mekanis selama

perawatan.

3.2.4 Parameter Pengamatan

Pada penelitian “Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau (Brassica

juncea l) Menggunakan Bawang Putih (Allium sativum)” parameter yang diamati

adalah sebagai berikut :

Penghitungan jumlah tanaman yang terserang penyakit akar gada dilakukan

dengan memperhatikan gejala serangan, sebagai berikut:

1) Pada cuaca panas daun berwarna hijau kebiru dan layu seperti kekurangan air,

dan akan segar kembali pada malam dan pagi hari.


27

2) Pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan kerdil.

A B

Gambar 4. Contoh Gambar 4. Contoh


Tanaman Sehat (A) Tanaman Terserang
akar gada (B)

3) Dalam lingkungan basah, akar akan diserang jasad sekunder sehingga

membusuk.

4) Akar membengkak seperti umbi.

Menghitung persentase serangan dengan rumus:


A
P= x 100%
B

Keterangan :

P = Persentase Serangan (%)

A = Jumlah tanaman yang terserang

B = Jumlah keseluruhan tanaman yang ditanam

3.2.5 Analisis Data

Hasil pengamatan berupa data – data akan diolah menggunakan analisis

sidik ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf signifikan 5%.

Menurut Donald H Saunders dalam buku Comparison of Three or More

Sample Means: Analysis of Variance (1990) ada asumsi yang harus dipenuhi untuk

melakukan uji Anova yaitu: Random sampling: sampel bersifat independen dan

bebas, artinya individu sampel diambil secara acak (random) dari masing-masing
28

populasi atau kelompok data. Multivariate normality: distribusi gejala tiap populasi

atau kelompok data adalah normal. Untuk mendapat data dengan distribusi normal,

jumlah sampel bisa diperbanyak atau bisa dilakukan tes normalitas terlebih dahulu.

Homogenity of variance: setiap populasi memiliki kesamaan variansi, jika

berbedapun hendaknya tidak terlalu signifikan. Kesamaan variansi dapat diketahui

melalui pengujian variansi.

Uji Anova berfungsi untuk membandingkan rata-rata populasi untuk

mengetahui perbedaan signifikan dari dua atau lebih kelompok data. Anova satu

arah berfungsi menganalisis data yang hanya memiliki satu variabel bebas atau

karena satu faktor. Tujuan Anova adalah untuk mengambil kesimpulan dengan cara

menemukan kelompok data yang berbeda.

3.3 Definisi Operasional

1. Sawi yang digunakan adalah sawi varietas pertiwi

2. Trimming adalah proses pembersihan tanaman dari bagian – bagian yang tidak

diperlukan, seperti bagian daun terluar. Bagian daun yang dibuang adalah

bagian daun yang rusak akibat serangan hama atau kesalahan mekanis selama

perawatan.

3. Persentase Serangan: Penghitugan jumlah tanaman yang terserang penyakit

akar gada dilakukan Dengan memperhatikan gejala serangan,pada cuaca

panas daun berwarna hijau kebiru dan layu seperti kekurangan air, dan akan

segar kembali pada malam dan pagi hari Pertumbuhan tanaman menjadi lambat

dan kerdil, dalam lingkungan basah, akar akan diserang jasad sekunder

sehingga membusuk akar membengkak seperti umbi.

4. Uji Anova membandingkan rata-rata populasi untuk mengetahui perbedaan

signifikan dari dua atau lebih kelompok data. Anova satu arah berfungsi

menganalisis data yang hanya memiliki satu variabel bebas atau karena satu
29

faktor.

3.3 Metode Rancangan Penyuluhan

3.3.1 Penetapan Tujuan Penyuluhan

Penetapan tujuan penyuluhan pertanian berguna untuk menetapkan target

yang akan dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian pada periode

waktu tertentu. Langkah penetapan tujuan penyuluhan pertanian adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan identifikasi potensi wilayah (IPW)

Identifikasi potensi wilayah dilakukan dilokasi penelitian yaitu di desa Lampoko,

Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone

2. Menggali permasalahan dari hasil kajian yang telah dilakukan

Berdasarkan hasil identifikasi potensi wilayah didapatkan masalah yaitu belum

optimalnya petani dalam pengendalian akar gada pada tanaman sawi hijau

dengan menggunakan fungisida nabati bawang putih

3. Penyusunan tujuan penyuluhan

Adapun desain tujuan sementara yaitu untuk mengetahui peningkatan

pengetahuan petani sawi hijau di Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo,

Kabupaten Bone terhadap inovasi pengendalian akar gada pada sawi hijau

menggunakan fungisida bawang putih

3.3.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan

Penetapan sasaran penyuluhan bertujuan untuk menentukan siapa yang

hendak diberikan manfaat penyuluhan pertanian. Sasaran penyuluhan pada

penelitian ini adalah petani sawi hijau yang bertempat tinngal di Desa Lampoko,

Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone.


30

3.3.3 Penetapan Materi Penyuluhan

Penetapan materi penyuluhan bertujuan untuk menentukan suatu hal (pesan)

yang hendak disampaikan kepada sasaran pada kegiatan penyuluhan pertanian.

Materi penyuluhan brdasarkan pada kebutuhan dan katrekteristik petani sawi hijau

di Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone. Sehingga materi

prnyuluhan mudah dipahami dan dilaksakan. Materi pnyuluhan sendiri dengan

mengoptimalkan pengembangan usaha tani yakni penegndalian penyakit akar gada

pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang putih

3.3.4 Penetapan Media Penyuluhan

Penetapan media penyuluhan pertanian bertujuan untuk menentukan alat

bantu yang digunakan dalam penyampaian materi penyuluhan pertanian sesuai

dengan kondisi sasaran penyuluhan. Media penyuluhan ini menggunakan folder.

3.3.5 Penetapan Metode Penyuluhan

Penetapan metode penyuluhan pertanian bertujuan untuk menentukan teknik

penyampaian pesan penyuluhan pertanian kepada sasaran penyuluhan pertanian.

Metode penyuluhan menggunakan ceramah dan diskusi .

3.4 Metode Implementasi

3.4.1 Persiapan Penyuluhan

Sebelum dilakukannya penyuluhan harus dilakukan koordinasi dengan

lembaga atau pihak terkait seperti BPP, Ketua Kelompok Tani Mandiri Sejati,

anggota Kelompok Tani Mandiri Sejati, PPL setempat, pembimbing eksternal dan

mahasiswa yang terlibat. Koordinasi dengan pihak terkait dilakukan untuk

menentukan waktu dan lokasi dilaksanakannya penyuluhan. Tahap selanjutnya

adalah menyusun lembar persiapan menyuluh (LPM) agar kegiatan penyuluhan

berjalan dengan terstruktur dan terencana.


31

3.4.2 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam

pengukuran. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat

ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten

jika pengukuran tersebut diulang. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05)

maka instrumen atau pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total

(dinyatakan valid). Jumlah pertanyaan yang terlampir dalam kuesioner adalah 20

soal. Uji valiliditas dan reabilitas dilakukan di kelompok tani Sipakario, Desa

Lampoko, Kecamatan Barebbo.

3.4.3 Pelaksanaan Penyuluhan

Pelaksanaan rancangan penyuluhan akan dilaksakan setelah penelitian selesai

hingga didapatkan hasil olahan data yang terbaik dalam penelitian sehingga dapat

dijadikan sebagai materi penyuluhan. Penyuluhan dilaksanakan di saung milik salah

satu anggota Kelompok Tani Mandiri Sejati Desa Lampoko Kecamatan Barebbo

Kabupaten Bone.

3.5.1 Evaluasi Rencana Penyuluhan

Evaluasi dilakukan dengan tujuan mengukur tingkat pengetahuan anggota

Kelompok Tani Mandiri Sejati terhadap “Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau

(Brassica juncea L) Menggunakan Fungisida Nabati Bawang Putih (Allium sativum

)”. Metode evaluasi yang digunakan adalah metode kuantitatif yaitu Evaluasi

penyuluhan dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan yaitu

dengan menyebarkan kuesioner pre- test dan post- test.Setelah dilakukannya

penyebaran kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan sasaran maka data

yang diperoleh dianalisia menggunakan skala guttman dengan jawaban benar

bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0.


BAB IV
PEMBAHASAN HASIL KAJIAN

4.1 Fungsi Bawang Putih

Umbi bawang putih mempunyai potensi sebagai agen antimikrobia.

Kemampuannya menghambat pertumbuhan mikrobia sangat luas, mencakup virus,

bakteri, protozoa, dan jamur (Yin et al., 2002). Senyawa bawang putih adalah

senyawa sulfida merupakan senyawa - senyawa disebut dengan alicin

(Agnetha,2014). Kandungan senyawa bawang putih yaitu alliin sebagai antifungi

yang disintesis dari asam amino sistein. Apabila bawang putih dihancur- kan atau

dipotong-potong maka allinase akan mengkonversi alliin menjadi allicin (Syamsiah,

2003). Allicin adalah senyawa anti jamur, jadi apabila mengestrak bawang putih

dapat dijadikan sebagai fungisida.

4.2 Rata Rata Serangan

Pengaruh serangan penyakit akar gada terhadap tanaman sawi hijau

(Brassica juncea L) pada perlakuan P0 yaitu, tanpa perlakuan, P1 yaitu,

perendaman benih sebelum semai, P2 yaitu, perendaman akar bibit setelah semai

dan P3 yaitu, penyiraman tanaman. Memberikan hasil yang berbeda nyata pada

semua waktu pengamatan. Pengaruh serangan penyakit akar gada terhadap

tanaman sawi hijau (Brassica juncea L) dengan berbagai perlakuan disajikan pada

Tabel 4.1 Rata-Rata Serangan Akar Gada Pada Tanaman Sawi Hijau di Setiap
Perlakuan
Rata- Rata Serangan (%)
Perlakuan Ulangan
1 MST 2 MST 3 MST
P2 5 0,50 a 0,50 a 0,50 a
P3 5 2,50 a 4,50 a 15,50 b
P1 5 1,50 a 3,50 a 3,50 a
P0 5 6,50 b 29,50 b 82,50 c
Keterangan:
1. Angka yang diikuti huruf (notasi) yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan (α=5%)
2. Data telah ditransformasi (n+0,5)

32
33

Rata- rata serangan akar gada pada tanaman sawi hijau menunjukan adanya

perbedaan pada pengamatan minggu 1, minggu 2 dan minggu 3 menunjukan beda

nyata dalam setiap perlakuan. Adapun hasil terbaik pada rata-rata perlakuan

terhadap serangan akar gada yaitu perlakuan P2 yaitu, perendaman akar bibit

setelah semai dengan notasi serangan akar gada sangat rendah dibandingkan

perlakuan lainnya ini terjadi karena sebelum tanaman sawi di tanam akarnya

direndam terlebuh dahulu sehingga lebih resisten terhadap jamur penyebab akar

gada.Pengendalian akar gada menggunakan bawang putih dengan cara

merendam akar bibit sebelum di tanam, karena pada bawang putih mengandung

senyawa anti bakteri dan anti jamur yang menekan pertumbuhan spora patogen.

Disampingmengandung zat insektisida, umbi bawang putih mengandung zat

fungisida (Rismunandar, 2010).

Pada perlakuan P2 yaitu, perendaman akar bibit setelah semai memberikan

hasil terbaik, yaitu rendahnya serangan akar gada pada tanaman di setiap

minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa perendaman akar bibit setelah semai

menggunakan bawang putih (Allium sativum) berpengaruh nyata terhadap

serangan akar gada, bahwa serangan penyakit tersebut terhadap perendaman akar

bibit setelah semai akan tampak bila digunakan jenis, dosis, waktu, dan cara

pemberian yang tepat.

Sementara pada perlakuan P0 perbedaan yang signifikan dilihat dari hasil

notasi pada pengamatan minggu 1, minggu 2 dan minggu 3 menunjukan perbedaan

nyata dari perlakuan lainnya. Adapun perlakuan P0 yaitu, tanpa perlakuan dengan

notasi serangan akar gada sangat tinggi dibandingkan dari perlakuan lainnya

karena perlakuan P0 tidak diberikan fungisida sehingga tanaman sawi tidak

memiliki anti fungi.

Maka dari itu perendaman akar bibit setelah semai yang tepat mempengaruhi

serangan akar gada pada tanaman sawi hijau. Sementara pada perlakuan yang
34

lainnya, serangan akar gada pada perlakuan P1 dan P3 memiliki peredaan yang

tidak terlalu signifikan dari perlakuan P2. Bawang putih yang bersifat sebagai anti

bakteri dan anti jamur (Londhe, 2011) diduga juga sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga tidak adanya gangguan pada

wilayah perakaran sehingga tanaman dapat tumbuh secara normal dan sehat.

4.3 Umur Sawi Rentan Terhadap Akar Gada

P. brassicae menginfeksi tanaman kubis sejak awal pra pembentukan krop

(0 - 49 hst). Infeksi patogen akan meningkat pada kondisi tanah yang masam.

Gejala bengkak pada akar sudah terlihat 10 hari setelah inokulasi.Gejala

serangan P. brassicae tampak jelas pada keadaan cuaca panas atau siang hari

yang terik. Daun berwarna hijau-biru dan layu seperti kekurangan air, pada malam

hari atau pagi hari akan segar kemba.

4.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Akar Gada

Apabila suatu lahan telah terinfeksi oleh penyakit ini, maka dalam waktu kurang

lebih 30 tahun penyakit ini bertahan dalam bentuk spora, selama kurun waktu

tersebut. Sawi lebih tahan terhadap serangan P. brassicae pada lingkungan yang

mempunyai intensitas cahaya rendah tapi di Desa Lampoko intensitas cahaya pada

lahan pertanian cukup tinngi hingga mempercepat serangan akar gada . Hal ini

dapat disebabkan karena banyak terbentuknya spora istirahat yang kembali aktif.

Infeksi patogen tersebut pada tanaman inangnya ditemukan pada kisaran suhu 9-

30 derajat celcius sedangkan suhu di Desa Lampoko berada dalam 26 derajat

celcius sampai dengan 34 derajat celcius . Gejala tanaman kubis akan nampak pada

siang hari yang terik atau pada cuaca panas (Djatnika, 1993).

Abadi (2003) menyatakan keasaman (pH) tanah adalah penting dalam kejadian

dan keparahan penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen tanah tertentu.

Sebagai contoh, akar gada pada Cruciferae yang disebabkan oleh P. brassicae

akan sangat didukung dan parah pada pH sekitar 5,7-6,2 dan akan berhenti secara
35

total pada pH 7,8. Sedangkan pH rata-rata pada tanah pertanian di desa Lampoko

Adalah 4,5- 6,5.

4.5 Langkah Pencegahan Penyebaran Akar Gada

Penyakit akar gada pada sawi dapat dikendalikan dengan berbagai cara,

yaitu meliputi pola tanam, waktu tanam, penggunaan bibit sehat dan pengelolaan

air. Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan

mengendalikan (meminimalisir) serangan penyakit akar gada pada sawi

1). Penggunaan bibit sehat dan tahan terhadap patogen

2). Pengapuran pada lahan masam (ber pH rendah < 5,5) dengan dolomit atau

kaptan (kapur pertanian) sebanyak 2-4 ton per hektar. Dilakukan 10 – 15 hari

sebelum tanam

3). Menggunakan tanah dan pupuk kandang yang steril untuk persemaian

4). Memusnahkan tanaman yang terinfeksi

5). Rotasi tanaman untuk memutus siklus patogen

6). Mengatur drainase untuk mencegah genangan air ketika musim hujan

7). Menjaga kebersihan kebun


BAB V
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
5.1 Perancangan

5.1.1 Keadaan Wilayah

A. Letak Geografis

Secara geografis letak dan luas wilayah secara administratif pemerintah

Desa Lampoko berada dalam wilayah Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone,

Provinsi Sulawesi Selatan dengan batas wilayah,Sebelah Utara Desa Congko,

Sebelah Selatan Desa Bacu, Sebelah Barat, Desa Cingkang, Sebelah Timur Desa

Cinnnong dan Desa Wellangi

Keberadaan Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo ini disekitarnya dikelilingi

oleh gunung-gunung kapur dan sawah-sawah. Masyarakat Desa Lampoko

sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai petani tanaman pangan,

hortikultura, peternakan, serta sebagian kecil perkebunan. Luas Desa Lampoko

6,00km2 , persentase luas wilayah 6,13%, jarak dari kota Kecamatan 5,25km

sedangkan jarak dari kota Kabupaten 1km dengan tinngi dari permukaan laut 166

mdpl

B. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Desa Lampoko digunakan sebagai lahan pertanian

maupun lainnya. Penggunaan lahan Desa Sugiale dapat dilihat pada Tabel 5.2

Tabel 5.1 Penggunaan Lahan Desa Lampoko

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)


1 Sawah 294,10
2 Tegalan 89,00
3 Perkebunan 53,90
Jumlah 437,0
(Sumber: Data Programa, 2021)

Tabel menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Lampoko memiliki

lahan sawah yang ditanami dengan tanaman pangan dan hortikultura. Komoditas

yang dibudidayakan di Desa Lampoko adalah sawi hijau, cabe rawit, kacang

36
panjang, kangkung dan bayam tapi sebagian besar membudidayakan sawi hijau.

C. Karakteristik Lahan dan Iklim

Jenis tanah di wilayah Desa Lampoko merupakan tanah mediteran merah

kuning. Kondisi agroklimat secara umum memiliki ciri iklim tropis di mana

temperatur udara rata-rata berada dalam interval 26 oC-34 oC. Pergantian musim

terjadi antara bulan April-September yang merupakan musim penghujan dan bulan

Oktober-Maret yang merupakan musim kemarau dengan jumlah bulan basah

berkisar antara 5-6 bulan.

Sebagian besar desa/kelurahan di kecamatan Barebbo terletak di daerah

dataran dan sebagian kecil terletak di lereng/punggung bukit. Desa Cempaniga

merupakan desa tertinggi dengan 190 meter di atas permukaan laut, sedangkan

desa Kading merupakan desa terendah dengan ketinggian 10 meter di atas

permukaan laut.

5.1.2 Keadaan Penduduk

A. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo berdasarkan angka

sebanyak 1625 jiwa, yang terdiri dari 760 laki-laki dan 865 perempuan dan

memiliki struktur penduduk homogen yang didominasi oleh suku Bugis.

B. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Umur

Jumlah penduduk di Desa Lampoko Kecamatan Barebbo berdasarkan umur

di dominasi oleh penduduk usia muda. Hal ini terlihat pada tabel di mana terlihat

usia 0 – 24 tahun jumlahnya lebih besar, dengan tingkat pertumbuhan yang rendah

dibandingkan tahun sebelumnya.

37
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Barebbo

Kelompok
No Laki-laki Perempuan Jumlah
umur
1 0–4 1.278 1.192 2.470
2 5–9 1.317 1.312 2.629
3 10 – 14 1.241 1.246 2.487
4 15 – 19 1.196 1.195 2.391
5 20 – 24 1.068 1.105 2.173
6 25 – 29 970 1.034 2.004
7 30 – 34 863 1.081 1.944
8 35 – 39 919 1.036 1.955
9 40 – 44 844 938 1.792
10 45 – 49 769 1.036 1.805
11 50 – 54 624 897 1.521
12 55 – 59 544 753 1.297
13 60 – 64 521 721 1.242
14 65 – 69 350 480 830
15 70 -74 255 391 646
16 75 + 258 454 712
Jumlah 13.017 14.881 27.898
(Sumber: Data Programa Kecamatan Barebbo, 2021)

C. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di kecamatan Barebbo masih cukup rendah

terutama untuk tingkat SLTA ke atas. Hal ini dikarenakan pelayanan pendidikan

belum merata dan belum menjangkau semua wilayah, sarana dan prasarana

pendidikan yang belum memadai dan kurangnya akses masyarakat untuk

melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Sumber daya manusia

berdasarkan mata pencaharian masyarakat di DesaLampoko, Kecamatan Barebbo

sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan hanya sedikit yang

memiliki pekerjaan di luar pertanian seperti PNS, ABRI, nelayan, pedagang,

pensiunan, swasta, dan buruh. Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan

angkatan kerja adalah pengangguran, hal ini disebabkan karena ketidak

seimbangan penyerapan tenaga kerja dengan lapangan kerja yang tersedia. Hal ini

berdampak pada ketergantungan yang cukup besar terhadap sektor pertanian

sehingga peranan sektor pertanian menjadi penting, karena merupakan kegiatan

utama dalam menggerakkan kegiatan ekonomi di wilayah kecamatan Barebbo.

38
5.1.3 Data Karakteristik Responden Penyuluhan

Penyuluhan yang dilaksanakan di desa Lampoko Kecamatan Barebbo

Kabupaten Bone dengan metode anjangsana dilakukan kepada 20 orang

ressponden kelompok tani Mandiri Sejati . Data karakteristik responden penyuluhan

di sajikan pada uraian dibawah.

1. Responden Menurut Usia

Usia Responden Penyuluhan Menurut Depkes RI (2009) kategori

umur seseorang sebagai berikut:

Tabel 5.3 Usia Responden Penyuluhan

No Kategori Kisaran Jumlah Presentase


Usia (Orang) Responden
%
1 Masa Balita 0 - 15 -
2 Masa Kanak – 6 - 11 -
Kanak
3 Masa Remaja Awal 12 – 16 -
4 Masa Remaja 17 – 25 -
Akhir
5 Masa Dewasa 26 – 35
Awal 2 30
6 Masa Dewasa 36 – 45 4
Akhir
7 Masa Lansia Awal 46 – 55
6 70
8 Masa Lansia Akhir 56 – 65 8
9 Masa Manula 65 – atas -
Jumlah 100
(Sumber : Data Analisa Petani Responden, 2022)

Dari tabel 5.3 disajikan umur responden penyuluh data yang diperoleh

dengan jumlah presetase 30 % dimana responden berumur 26 – 45 tahun masuk di

masa dewasa awal sampai akhir dengan perolehan jumlah frekuensi orang

sebanyak 6 dan presentase terbesar di usia 46 – 65 tahun masukpada masa lansia

awal hingga akhir sebanyak 14 orang. Dapat disimpulkan bahwasannya jumlah

responden penyuluhan sebanyak 20 orang memiliki umur dimasa usia dewasa dan

masa lansia. Responden terbanyak pada masa lansia diketahui bahwa semakin tua

umur petani menandakan kemampuan dan pengetahuan petani tentang budidaya

39
tanaman lebih handal. Dan untuk petani yang umur muda menjadikan peluang

bagi penyuluhan dikarenakan umur muda cenderung lebih mudah mengadopsi

inovasi dan pemikiran yang lebih keingin tahu menjadikan petani usia muda

responden yang efektif dalam penyuluhan.

1. Responden Penyuluhan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden penyuluhan yang dimaksud adalah petani. Pada tabel 6.8 akan

menyajikan tingkat pendidikan petani sebagai responden penyuluhan.

Tabel 5.4 Sasaran Responden Penyuluhan Berdasarkan Tingkat


Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi (orang) Presentase %
1 SD 12 60
2 SLTP 6 30
3 SLTA 2 10
Jumlah 20 100
(Sumber : Data Analisa Petani Responden, 2022)

Dari tabel 5.4 diatas disajikan tabel tingkat pendidikan petani sebagai

responden penyuluhan dengan berbagai macam tamatan sekolah mulai dari SD

sampai dengan Perguruan Tinggi. Presentase terbesar diperoleh dari tamatan SD

dengan nilai 60 % hampir setengah persen dari jumlah responden sebanyak 12

orang. Sedangkan tamatan SLTA hanya 2 orang dengan presetase 10% Tingkat

pendidikan rata – rata petani sebagai responden penyuluhan yang dilaksanakan

di desa Lampoko didominasi tamatan SD dan SLTP. Kita ketahui bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi kemampuan tingkat pengetahuan

petani. Hal ini dapat memudahkan proses adopsi inovasi saat penyuluhan

berlangsung dan semakin mudah diterima oleh petani sebagai responden

penyuluhan.

2. Responden Penyuluhan Berdasarkan Lama Berusaha Tani

Lama berusaha tani responden penyuluhan dapat menjadi tolak ukur

sebuah keberhasilan penyuluhan lama berusaha tani petani sebagai responden

penyuluhan. Dari hasi tabel tersebut dapat dilihat bahwa seluruh responden

40
penyuluhan sebanyak 20 orang lama berusaha tani diatas 10 tahun dengan

presentase 100 % dengan artian bahwa para petani sebagai responden

penyuluhan sudah berpengalaman dibidang pertanian karena rata – rata diatas 10

tahun pengalaman berusaha tani. Semakin lama petani berusaha tani maka 70

semakin banyak pengalaman yang petani miliki sehingga memudahkan dalam

proses penyuluhan berlangsung karena petani memiliki masalah yang terjadi di

lapangan yang dapat diselesaikan melalui penyuluhan.

5.1.4 Lokasi dan Waktu Perancangan

Perancangan kegiatan penyuluhan tentang pengendalian akar gada pada

sawi hijau menggunakan fungisida bawang putih dilaksanakan di rumah ketua

kelompok tani Mandiri Sejati Desa Lampoko berlangsung selama 1 bulan yaitu pada

bulan Juni 2022. Sumber data sekunder yang digunakan untuk bahan penyusunan

rancangan penyuluhan diperoleh dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

Kecamatan Barebbo.

5.1.4 Perancangan Penyuluhan

a. Menetapkan Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan

fungisida bawang putih adalah semua anggota Kelompok Tani Mandiri Sejati, Desa

Lampoko, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone yang berjumlah 20 orang.

Penentuan sampel dalam kegiatan evaluasi menggunakan sampel jenuh yaitu

seluruh populasi dijadikan sebagai responden.

b. Menetapkan Tujuan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan pertanian bertujuan untuk mengetahui peningkatan

pengetahuan petani tentang pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan

fungisida bawang putih.

c. Menetapkan Materi Penyuluhan

Menetapkan materi penyuluhan dilakukan berdasarkan hasil kajian yang telah

41
dilaksanakan. Materi yang diberikan pada kegiatan penyuluhan adalah

pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan fungisida bawang putih.

Hasil kajian terbaik dari 4 perlakuan ditentukan berdasarkan data rata-rata

produksi tertinggi, hasil kajian terbaik yaitu pada perlakuan perendaman benih sawi

hijau sebelum dilakukan penyemaian. Materi penyuluhan yang disampaikan disusun

dalam bentuk sinopsis yang berisikan materi secara singkat dan sistematis. Materi

penyuluhan yang disampaikan diharapkan sesuai dengan kebutuhan petani dan

mengatasi permasalahan yang dihadapi petani serta dapat menjadi informasi bagi

petani agar menggunakan bahan nabati dalam menggendalikan akar dalam

budidaya sawi hijau.

d. Menetapkan Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan

berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, materi yang ada serta berdasarkan

kondisi dan karakteristik sasaran, sehingga metode yang digunakan dalam

penyuluhan adalah metode ceramah dan diskusi.

e. Menetapkan Media Penyuluhan

Menetapkan media penyuluhan dilakukan berdasarkan karakteristik dan

kondisi sasaran penyuluhan. Media penyuluhan yang digunakan adalah folder.

Folder berisi informasi singkat, padat dan jelas sehingga mudah dibaca dan

dipahami. Folder dapat disimpan sebagai pengingat dalam jangka waktu yang

panjang.

5.1.5 Pelaksanaan Penyuluhan

Pelaksaan penyuluhan memuat penyuluhan dari awal dimulai , inti acara,

hingga penyuluhan selesai.

1. Persiapan Penyuluhan

Persiapan penyuluhan dimulai dari koordinasi dengan ketua Kelompok Tani

Mandiri Sejati, Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone,

42
pemberitahuan kepada anggota kelompok tani. Dari koordinasi tersebut disepakati

waktu dan teknik penyuluhan hingga lokasi penyuluhan. Kemudian secara

administrasi juga perlu disiapkan oleh pemateri seperti lembar persiapan

penyuluhan (LPM), sinopsis, daftar hadir, alat tulis, kuisioner, kamera dan media

penyuluhan.

2. Pelaksanaan Penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan dilakukan pada hari selasa 05 Juli 2022, yang

berlokasi dirumah bapak Jamal selaku ketua kelompok tani Mandiri Sejati. Kegiatan

penyuluahn dihadiri oleh 20 responden serta didampingi oleh bapak Sucipto selaku

PPL kelompok tani Kelompok Tani Mandiri Sejati, Desa Lampoko, Kecamatan

Barebbo, Kabupaten Bone. Acara dimulai pada pukul 18.30 sampai 19.30 media

yang digunakan adalah folder dan benda sesungguhnya.

Rangkaian acara dimulai dari pengisian daftar hadir, pembacaan doa,

sambutan oleh PPL, acara inti (Penyampaian materi, pembagian folder, diskusi dan

tanya jawab, pengisian kuisioner, kesimpulan) pembagian konsumsi, Penutupan

dan foto bersama. Kegiatan penyuluhan juga tidak lepas dari patuhnya anggota

kelompok tani terhadap prokes, seperti memakai masker dan cuci tangan sebelum

penyuluhan dan setelah penyuluhan berlangsung.

5.1.6 Evaluasi Penyuluhan

1. Responden

Dalam kegiatan evaluasi ini ditetapkan responden sebanyak 20 orang yang

dipilih secara purposive sampling dengan ketentuan responden adalah kelompot

tani muktisari yang telah mengikuti penyuluhan

2. Skala Pengukuran

Pengetahuan petani dalam evaluasi ini diukur dengan menggunakan skala

Guttman. Berdasarkan skala Guttman alternatif skor yang terdiri dari 2 poin yaitu ya

43
(1) dan tidak (0). Jumlah kuisioner yang disebarkan pada kegiatan evaluasi ini terdiri

dari 20 butir pernyataan aspek pengetahuan.

3. Uji Validitas dan Reabilitas

Kuisioner yang dibagikan kepada responden sebelumnya sudah dilakukan uji

validitas dan reabilitas. Hasil uji validitas 20 butir pertanyaan kuisioner dinyatakan

valid karena nilai signifikan >0.05. Sedangkan nilai cronbach alpha adalah

0.665≥0.6 maka reliable. Dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini.

Tabel 5.6 Hasil Uji Validitas

Variabel Nomor R Hitung R Tabel Keterangan


Soal
Pengetahuan 1 0.522 0.444 Valid
2 0.522 0.444 Valid
3 0.787 0.444 Valid
4 0.787 0.444 Valid
5 0.545 0.444 Valid
6 0.545 0.444 Valid
7 0.545 0.444 Valid
8 0.866 0.444 Valid
9 0.545 0.444 Valid
10 1.000 0.444 Valid
11 1.000 0.444 Valid
12 0.545 0.444 Valid
13 0.545 0.444 Valid
14 1.000 0.444 Valid
15 1.000 0.444 Valid
16 0.471 0.444 Valid
17 1.000 0.444 Valid
18 1.000 0.444 Valid
19 0.545 0.444 Valid
20 1.000 0.444 Valid
(Sumber : Data Penyuluhan, 2022)

44
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil implementasi dan Evaluasi Penyuluhan

6.1.1 Implemntasi Penyuluhan Pertanian

Pelaksanaan penyuluhan pertanian telah dilaksanakan pada tanggal 05 Juli

2022 dirumah bapak Jamal selaku ketua kelompok tani Mandiri Sejati pada pukul

18.30-19.30 WITA. Dengan jumlah sasaran atau audience sebanyak 20 orang.

Penyuluhan pertanian dilakukan agar anggota kelompok tani Mandiri Sejati

mengetahui pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati

bawang putih. Media penyuluhan yang digunakan adalah folder dan bendah

sesungguhnya dengan metode yang ditetapkan adalah ceramah dan diskusi.

Berdasarkan hasil tabulasi data penyuluhan pertanian yang telah dilakukan

di kelompok tani Mandiri Sejati, didapatkan distribusi responden penyuluhan

pertanian berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 6.1 sebagai berikut :

Tabel 6.1 Distribusi Responden Menurut Umur

No Kategori Interval Jumlah (orang) Persentase


1 Dewasa Awal 26-35 2 10%
2 Dewasa Akhir 36-45 4 20%
3 Lansia Awal 46-55 6 30%
4 Lansia Akhir 56- 65 8 40%
Jumlah 20 100%
(Sumber : Data Penyuluhan, 2022)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwasannya responden penyuluh

data yang diperoleh dengan jumlah presetase 30 % dimana responden berumur 26

– 45 tahun masuk di masa dewasa awal sampai akhir dengan perolehan jumlah

frekuensi orang sebanyak 6 dan presentase terbesar di usia 46 – 65 tahun masuk

pada masa lansia awal hingga akhir sebanyak 14 orang. Dapat disimpulkan

bahwasannya jumlah responden penyuluhan sebanyak 20 orang memiliki umur

dimasa usia dewasa dan masa lansia. Responden terbanyak pada masa lansia

45
46

diketahui bahwa semakin tua umur petani menandakan kemampuan dan

pengetahuan petani tentang budidaya tanaman lebih handal. Dan untuk petani

yang umur muda menjadikan peluang bagi penyuluhan dikarenakan umur muda

cenderung lebih mudah mengadopsi inovasi dan pemikiran yang lebih keingin tahu

menjadikan petani usia muda responden yang efektif dalam penyuluhan.

Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 6.2 sebagai

berikut:

Tabel 6.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan

No Kategori Jumlah (orang) Persentase


1 SD 12 60%
2 SMP 6 30%
3 SMA 2 10%
Jumlah 20 100
(Sumber: Data Penyuluhan, 2022)

Pendidikan petani sebagai responden penyuluhan dengan berbagai macam

tamatan sekolah mulai dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Presentase

terbesar diperoleh dari tamatan SDdengan nilai 60 % hampir setengah persen dari

jumlah responden sebanyak 12 orang. Sedangkan tamatan SLTA hanya 2 orang

dengan presetase 10% Tingkat pendidikan rata – rata petani sebagai responden

penyuluhan yang dilaksanakan di desa Lampoko didominasi tamatan SD dan

SLTP. Kita ketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi

kemampuan tingkatpengetahuan petani. Hal ini dapat memudahkan proses adopsi

inovasi saatpenyuluhan berlangsung dan semakin mudah diterima oleh petani

sebagai responden penyuluhan.

6.1.2 Evaluasi Penyuluhan

Pada kegiatan evaluasi pengetahuan sasaran dalam kegiatan penyuluhan

dilakuakan menggunakan kuisioner pre-test. Pengukuran tersebut bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengetahuan petani terhadap pemanfaatan fungisida

bawang putih dalam mengendalikan akar gada pada tanaman sawi hijau.
47

Pada setelah kegiatan penyuluhan, diberikan kuisioner post-test yang

bertujuan mengukur peningkatan pengetahuan petani dari hasil kajian teknis yang

terbaik. Kemudian setelah melakukan post-test dilakukan rekapitulasi dan scooring

hasil dari peningkatan pengetahuan petani.

1. Analisis Data Pre-Test

Analisis data dilakukan sebelum dilakukan penyuluhan. Analisis dengan

penghitungan rerata jawaban berdasarkan skoring mengenai pengendalian akar

gada pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang putih yaitu sebagai

berikut:

1) Skor Maksimum = 1 x 20 (Pernyataan) x 20 Responden = 400

2) Skor Minimum = 0 x 20 (Pernyataan) x 20 Responden =0

3) Skor Yang Diperoleh = 168

Jumlah Skor Yang Diterima


Angka Presentase = x 100%
Skor Maksimal

168
= x 100%
400

= 42%

Keterangan:

SR : Sangat Rendah (Angka 0% - 20%)


R : Rendah (Angka 21% - 40%)
C : Cukup (Angka 41% - 60%)
T : Tinggi (Angka 61% - 80%)
ST : Sangat Tinggi (Angka 81% - 100%)

Berdasarkan data diatas hasil presentase pengetahuan pada anggota

kelompok tani Mandiri Sejati dapat dilihat berada pada nilai 42% yang berarti

“cukup” karena berada pada angka 41%-60%.


48

2. Analisis Data Post-Test

Analisis data dilakukan sesudah dilakukan penyuluhan. Analisis dengan

penghitungan rerata jawaban berdasarkan skoring mengenai pengendalian akar

gada pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang putih yaitu sebagai

berikut:

4) Skor Maksimum = 1 x 20 (Pernyataan) x 20 Responden = 400

5) Skor Minimum = 0 x 20 (Pernyataan) x 20 Responden =0

6) Skor Yang Diperoleh = 390

Jumlah Skor Yang Diterima


Angka Presentase = x 100%
Skor Maksimal

390
= x 100%
400

= 97,5%

Keterangan:

SR : Sangat Rendah (Angka 0% - 20%)


R : Rendah (Angka 21% - 40%)
C : Cukup (Angka 41% - 60%)
T : Tinggi (Angka 61% - 80%)
ST : Sangat Tinggi (Angka 81% - 100%)
49

Berdasarkan data diatas hasil presentase pengetahuan pada anggota

kelompok tani Mandiri Sejati dapat dilihat berada pada nilai 97,5% yang berarti

“sangat tinggi” karena berada pada angka 81%-100%.

Hasil Evaluasi Penyuluhan


100%
90%
80%
70%
Presentase

60%
50% 97,5%
40%
30%
20% 42%
10%
0%
Pre-Test Post-Test

Gambar 5. Grafik Hasil Evaluasi Penyuluhan

Sedangkan untuk Pengukuran efektifitas peningkatan pengetahuan menurut

Ginting (1991) dapat dihitung dengan rumus yaitu:

Peningkatan Pengetahuan
Efektifitas Peningkatan Pengetahuan (EPP) = x 100%
Kesenjangan

390 - 168
= x 100%
400 - 168

222
= x 100%
232

= 95,68%

Keterangan:

Peningkatan pengetahuan = ∑posttest - ∑pretest


Kesenjanga = target - ∑pretest
Target = nilai maksimal 1 soal x jumlah soal x jumlah
responden
50

Sehingga dapat diketahui efektivitas peningkatan pengetahuan responden adalah:

Tabel 6.3 Efektivitas Peningkatan Pengetahuan (EPP) Responden

Efektivitas
Jummlah Jumlah Nilai Pre- Nilai Nilai Peningkatan
Responden Soal Test Post-Test Maksimal Pengetahuan
(EPP)
20 20 168 390 400 95,68%
(Sumber: Data Penyuluhan, 2022)

Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa efektivitas peningkatan

pengetahuan responden evaluasi sebesar 95,68% dan masuk pada kategori cukup

efektif. Hal tersebut sesuai dengan kriteria efektifitas menurut Ginting (1991) yaitu :

Kriteria efektifitas sebagai berikut:

Efektif = > 66,66%

Cukup efektif = 33,33 – 66,66%

Kurang efektif = < 33,33%

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam

kegiatan penyuluan yang telah dilaksanakan berhasil untuk meningkatkan

pengetahuan kelompok tani Mandiri Sejati sebesar 55,5% dan tingkat

keefektifannya yaitu sebesar 95,68%.

6.2 Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut yang didapat berdasarkan hasil penyuluhan dan hasil

evaluasi peningkatan pengetahuan tentang mengetahui pengendalian akar gada

pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang putih di kelompok tani

Mandiri Sejati, Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone sebagai

berikut :

1. Menyarankan petani untuk pengendalian akar gada pada sawi hijau

menggunakan fungisida nabati bawang putih.


51

2. Menerapkan pembuatan fungisida nabati bawang putih untuk pengendalian akar

gada pada sawi hijau kepada petani.


BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian dilapangan dan hasil pelaksanaan penyuluhan

dapat disimpulkan bahwa:

1. Evektifitas pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan fungisida

nabati bawang putih dapat dilihat pada perlakuan terbaik yaitu, perendaman

akar bibit setelah semai memiliki presentase rata-rata 4,83% dengan notasi

serangan akar gada sangat rendah dibandingkan dari perlakuan lainnya.

2. Rancangan penyuluhan yang disusun adalah tentang pengendalian akar gada

pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang putih,media yang

digunakan yaitu folder dan metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi.

3. Kegiatan evaluasi penyuluhan menggunakan kuisioner dengan skala Guttman.

Peningkatan pengetahuan sasaran tentang pengendalian akar gada sebesar

55,5 % yang berarti kegiatan penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuaan

petani kategori efekif.

7.2 Saran

1. Bagi petani

Petani diharapkan dapat menerapkan pengendalian akar gada pada sawi hijau

menggunakan fungisida nabati bawang putih dengan cara merendam terlebih

dahulu akar dari bibit tanaman.

2. Bagi penyuluh

Penyuluh diharapkan mampu mendampingi petani dalam implementasi

pengendalian akar gada pada sawi hijau menggunakan fungisida nabati bawang

putih.

52
3. Bagi institusi

Politeknik Pembangunan Pertanian perlu menjadi wadah utama dalam

penderasan informasi terkait pengendalian akar gada pada sawi hijau

menggunakan fungisida nabati bawang putih melalui program

pendampingan/pengabdian masyarakat.

53
DAFTAR PUSTAKA
Dandan, H. 2011. Cara Mempersiapkan Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Cianjur.
Diakses: 13 Februari 2022
Darmianti, N.N., Sudarman, I.M. 2017. Keragaman Mikoflora Tanah Supresif dalam
Mengemdalikan Penyakit Akar Gada pada Tanaman Kubis (Brassicia
oleracea L.). Ecotrophic Vol. 11 No 1
Dubey, N.K., R. Shukla, A. Kumar, P. Singh, & B. Prakash. (2010). Prospects of
botanical pesticides in sustainable agriculture. Current Science. 4(25): 479-
480.
Erwin, 2012. Mengevaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian. Jambi: Balai
Pelatihan Pertanian.
Faradiba, S. 2014. Efektivitas bawang putih (Allium sativum) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Disertasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Jakarta.
Hajoeningtijas, O.D., dan G.P. Budi. 2005. Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskula
sebagai Alternatif Pengendali Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora
brassicae Worr.) pada Tanaman Caisin (Brassicae campestris L.). Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.
Hasanuddin. 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme dalam Sistem
Pengendalian Penyakit Tumbuhan secara Terpadu. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Uatara.
Kementan, 2013. Materi Penyuluhan, Modul Diklat Penyuluhan Pertanian. STPP
Magelang
Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga Pengenbangan
Pendidikan. Banjarmasin.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Pandawani, N.P. Widnyana, I.K. Sumantra, I.K. 2020. Evektivitas Isolat Trichoderma
spp. Dalam Pengendalian Penyakit Akar Gada (Plasmodhiaphora
brassuisae Wor.) Pada Sawi Hijau (Braccia rapa). Agrikultural Vol 3. No. 1:
38-51
Pratiwi H. Harista, Sudjinto A, Despita Rika. 2019. Penegndalian Akar Gada Pada
Sawi Pakcoy dengan Trichoderma, Garam dan Bawang Putih. Agritensia Vo,
8 No. 2
Rahamawati, D. Korlina, E. Kajian Penggunaan Pupuk Hayati untuk Mengendalikan
penyakit akar gada (Plasmodiphora brassicae) pada Tanaman Sawi Daging.
Agrovigor Vol. 9. No. 1
Safithri, M. 2004. Aktivitas anti bakteri bawang putih (Allium sativum) terhadap
bakteri mastitis subklinis secara in vitro ambing tikus putih, Bogor: Sekolah
pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sastrosiswojo, Sudarwohadi,. Tinny S. Uhan,. Rachmat Sutarya. 2005. Penerapan
Teknologi PHT pada Tanaman Kubis. Balai Penelitian Tanaman Sayuran;
Monografi No. 21. Bandung.

54
55

Semangun H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Ed ke-


2. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soedarmanto. 2001. Dasar-Dasar dan Pengelolaan Penyuluhan Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung.
Alfabeta
Sulastri, E., 2010. Penurunan Intensitas Akar Gada Dan Peningkatan Hasil Kubis
Dengan Penanaman Caisin Sebagai Tanaman Perangkap Patogen.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).
Sundari, dkk. 2015. Peran Penyuluhan Pertanian Terhadap Peningkatan Produksi
Usaha tani di Kabupaten Pontianak. Jurnal Social Economic of Agriculture,
4(1), 26-31.
Suryana & Kurniasih, N. 2019. “K. Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Dalam
Teori (Buku). Universitas Borneo Tarakan.” (February).
Widadi, Sri., Z.Dj. Fatawi., dan H.S. Gutomo. 2009. Pengendalian Penyakit Akar
Gada Pada Tanah Terinfeksi Patogen Melalui Penyiraman Dengan Larutan
Garam Dapur dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Caisin. Caraka
Tani XXIV. Vol 24, No 1.
Widodo, Sinaga MS, Anas I, Mahmud M. 1993. Penggunaan Pseu do mo nas spp.
Kelompok fluoresen untuk pengendalian penyakit akar gada
(Plasmodiophora brassicae Wor.) pada caisin (Bras sica campetris L.var.
chinensis (Rupr.) Olson). Bul. HPT 6(2):94-105.
Yudha, M.K., L. Soesanto., E. Mugiastuti. 2016. Pemanfaatan empat isolat
Trichoderma sp. untuk mengendalikan penyakit akar gada pada tanaman
caisin. Jurnal Kultivasi Vol.15 Hal.3
LAMPIRAN

56
57

Lampiran 1. Uji Anova dan Duncan

MINGGU 1

Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 0 P0 5
1 P1 5
2 P2 5
3 P3 5
Ulangan 1 U1 4
2 U2 4
3 U3 4
4 U4 4
5 U5 4

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Total
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 146.250a 7 20.893 3.235 .036
Intercept 151.250 1 151.250 23.419 .000
Perlakuan 103.750 3 34.583 5.355 .014
Ulangan 42.500 4 10.625 1.645 .227
Error 77.500 12 6.458
Total 375.000 20
Corrected Total 223.750 19
a. R Squared = .654 (Adjusted R Squared = .452)

Post Hoc Tests

Perlakuan

Homogeneous Subsets

Total
Duncana,b
Subset
Perlakuan N 1 2
P2 5 .5000
P1 5 1.5000
P3 5 2.5000
P0 5 6.5000
Sig. .259 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 6.458.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
b. Alpha = 0,05.
58

Ulangan
Homogeneous Subsets

Total
Duncana,b
Subset
Ulangan N 1
U4 4 .5000
U3 4 1.7500
U5 4 3.0000
U1 4 4.2500
U2 4 4.2500
Sig. .081
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
6.458.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
b. Alpha = 0,05.

UNIANOVA Total BY Perlakuan Ulangan


/METHOD=SSTYPE(3)
/INTERCEPT=INCLUDE
/POSTHOC=Perlakuan Ulangan(DUNCAN)
/CRITERIA=ALPHA(0.05)
/DESIGN=Perlakuan Ulangan.

MINGGU 2

Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 0 P0 5
1 P1 5
2 P2 5
3 P3 5
Ulangan 1 U1 4
2 U2 4
3 U3 4
4 U4 4
5 U5 4

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Total
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2802.500a 7 400.357 27.066 .000
Intercept 1805.000 1 1805.000 122.028 .000
Perlakuan 2710.000 3 903.333 61.070 .000
59

Ulangan 92.500 4 23.125 1.563 .247


Error 177.500 12 14.792
Total 4785.000 20
Corrected Total 2980.000 19
a. R Squared = .940 (Adjusted R Squared = .906)

Post Hoc Tests


Perlakuan
Homogeneous Subsets
Total
Duncana,b
Subset
Perlakuan N 1 2
P2 5 .5000
P1 5 3.5000
P3 5 4.5000
P0 5 29.5000
Sig. .143 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 14.792.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
b. Alpha = 0,05.

Ulangan
Homogeneous Subsets
Total
Duncana,b
Subset
Ulangan N 1
U4 4 6.7500
U1 4 8.0000
U3 4 9.2500
U5 4 10.5000
U2 4 13.0000
Sig. .057
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
14.792.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
b. Alpha = 0,05.

UNIANOVA Total BY Perlakuan Ulangan


/METHOD=SSTYPE(3)
/INTERCEPT=INCLUDE
/POSTHOC=Perlakuan Ulangan(DUNCAN)
/CRITERIA=ALPHA(0.05)
60

/DESIGN=Perlakuan Ulangan.

MINGGU 3

Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 0 P0 5
1 P1 5
2 P2 5
3 P3 5
Ulangan 1 U1 4
2 U2 4
3 U3 4
4 U4 4
5 U5 4

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Total
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 22502.500a 7 3214.643 70.458 .000
Intercept 13005.000 1 13005.000 285.041 .000
Perlakuan 22290.000 3 7430.000 162.849 .000
Ulangan 212.500 4 53.125 1.164 .374
Error 547.500 12 45.625
Total 36055.000 20
Corrected Total 23050.000 19
a. R Squared = .976 (Adjusted R Squared = .962)

Post Hoc Tests

Perlakuan

Homogeneous Subsets

Total
Duncana,b
61

Subset
Perlakuan N 1 2 3
P2 5 .5000
P1 5 3.5000
P3 5 15.5000
P0 5 82.5000
Sig. .496 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 45.625.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
b. Alpha = 0,05.

Ulangan

Homogeneous Subsets

Total
Duncana,b
Subset
Ulangan N 1
U1 4 23.0000
U4 4 23.0000
U5 4 24.2500
U3 4 25.5000
U2 4 31.7500
Sig. .120
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
45.625.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.
b. Alpha = 0,05.
62

Lampiran 2. kuisioner

KUISIONER PENGETAHUAN
PENGENDALIAN AKAR GADA PADA SAWI HIJAU (Brassica juncea L)
MENGGUNAKAN BAWANG PUTIH (Allium sativum) DI KELOMPOK TANI
MANDIRI SEJATI DESA LAMPOKO KECAMATAN BAREBBO KABUPATEN
BONE

1. WAKTU DAN LOKASI SURVEI

Waktu Survei : Tanggal ... Bulan ........ Tahun .........


Desa :
Kecamatan :
2. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama responden : .............................
2. Usia : ............ tahun
3. Jenis Kelamin :L/P
4. Pendidikan terakhir : (lingkari jawaban sesuai)
1. Tidak tamat/sekolah SD
2. SD
3. SLTP
4. SLTA
5. Perguruan Tinggi
5. Status pekerjaan : (lingkari jawaban sesuai)
1. Petani
2. Pegawai
3. Pensiunan
4. Pedagang
5. Ibu rumah tangga
63

PETUNJUK PENGISIAN

Mohon memberi tanda (√) pada jawaban yang menurut dianggap paling sesuai.

Keterangan jawaban dan skor :

YA = (1)

TIDAK = (0)

JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
A Pengetahuan

1 Akar gada adalah penyakit yang menyerang tanaman sawi

Penyakit akar gada dapat dikendalikan menggunakan


2
bawang putih

3 Pengendalian akar gada menggunakan bawang putih

4 Penularan akar gada melalui alat pertanian

Membersihkan alat pertanian setelah digunakan dapat


5
menghindari penyakit akar gada

6 Tanaman yang terserang akar gada tumbuh kerdil

Pegendalian penyakit akar gada menggunakan bawang


7
putih

8 akar gada menyerang akar sawi

9 usia panen sawi hijau 25- 40 hst

sayuran yang dapat terserang akar gada adalah kubis-


10
kubisan

Pestisida nabati aktifnya berasal dari tanaman atau


11
tumbuhan dan bahan organik
64

Peunggulan dalam menggunakan pestisida Nabati adalah


12
tidak mencemarkan lingkungan

Kelemahan pestisida Nabati adalah daya kerja lambat


13
sehingga perlu aplikasi yang lebih sering

14 Tanaman yang terserang akar gada layu pada siang hari

persemaian dilakukan 14 hari hingga bibit dapat dipindah


15
tanam

Tanaman yang terserang akar gada akarnya akan


16
membengkak seperti umbi

Tanaman yang terserang akar gada akarnya akan


17
membusuk pada lingkungan yang basah

18 Bawang putih mengandung fungisida

19 Akar gada diakibatkan oleh jamur

20 Akar gada tidak hanya menyerang tanaman sawi


65

Lampiran 3. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)

Judul : Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau (Brassica Juncea L)


Menggunakan Bawang Putih (Allium Sativum)
Metode : Ceramah dan Diskusi
Sasaran : Kelompok Tani Mandiri Sejati
Media : Folder
Waktu : 60 menit
Tempat : Rumah Ketua Kelompok Tani

Pokok Waktu
Uraian Kegiatan Ket.
Kegiatan (Menit)
a. Pembukaan
b. Perkenalan
Pendahuluan 15
c. Penyampaian Tujuan Penyuluhan
d. Pre test
a. Penyampaian Pengendalian Akar Gada Pada Sawi
Hijau (Brassica Juncea L) Menggunakan Bawang
Putih (Allium Sativum)
b. Penyampaian alat dan bahan pembuatan fungisida
nabati bawang merah
Isi/Materi 30
c. Penyampaian cara pembuatan fungisida nabati
bawang merah pada tanaman sawi hijau
d. Cara pengaplikasian fungisida nabati bawang merah
pada tanaman sawi hijau
e. Diskusi
a. Evaluasi kegiatan/kesimpulan
Penutup b. Post test 15
c. Penutup

Bone 1 Juli 2022

Ade Milda Sugiaksa


66

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Responden


NO NAMA UMUR PENDIDIKAN JENIS PEKERJAAN
KELAMIN

1 JAMAL 35 SMA LAKI-LAKI PETANI

2 ACOK 37 SMA LAKI-LAKI PETANI

3 BUDI 42 SMP LAKI-LAKI PETANI

4 AMRI 38 SMP LAKI-LAKI PETANI

5 TAWEK 45 SMP LAKI-LAKI PETANI

6 AMIR 48 SMP LAKI-LAKI PETANI

7 BAHA 48 SMP LAKI-LAKI PETANI

8 ABDUL 51 SMP LAKI-LAKI PETANI

9 ADI 32 SD LAKI-LAKI PETANI

10 SIKKI 52 SD LAKI-LAKI PETANI

11 RUSTAM 54 SD LAKI-LAKI PETANI

12 ABU 53 SD LAKI-LAKI PETANI

13 RUSLI 57 SD LAKI-LAKI PETANI

14 YUNUS 58 SD LAKI-LAKI PETANI

15 MAIL 60 SD LAKI-LAKI PETANI

16 SUPRI 63 SD LAKI-LAKI PETANI

17 ARIF 64 SD LAKI-LAKI PETANI

18 ABBAS 63 SD LAKI-LAKI PETANI

19 HASAN 58 SD LAKI-LAKI PETANI

20 ALIMUDDIN 56 SD LAKI-LAKI PETANI


67

Lampiran 2. Sinopsis

SINOPSIS

Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Hijau (Brassica Juncea L) Menggunakan

Bawang Putih (Allium Sativum)

Penyakit akar gada adalah penyakit jamur yang menyerang tanaman

kubis,sawi dan merupakan penyakit yang umum di Indonesia yang menyebabkan

kerugian signifikan terhadap hasil panen. Penyakit ini disebabkan oleh patogen

Plasmodiophora brassicae.Patogen dapat terpencar di alam melalui tanah dengan

berbagai cara atau perantara, misalnya perlengkapan usaha tani, bibit pada saat

pemindahan ke lapangan, hasil panen, air permukaan, angin dan melalui pupuk

kandang. Patogen juga dapat ditularkan oleh biji melalui konta-minasi permukaan

biji dengan tanah yang terinfeksi.

Fungisida Nabati umbi bawang putih mengandung zat fungisida. Oleh karena

itu cara pengendalian penyakit akar gada dengan menggunakan Bawang Putih

karena pada bawang putih mengandung senyawa anti bakteri dan anti jamur yang

menekan pertumbuhan spora patogen.

Untuk membuat fungisida nabati bawang putih, diperlukan beberapa alat dan

bahan yang mudah untuk didapatkan dan terdapat disekitar kita, yaitu:

1. Alat

1) Pisau

2) ember

3) Timbangan

2. Bahan

1) Bawang putih

2) Air
68

Cara pengaplikasian :

1) Benih sawi hijau direndam dalam air hangat selama 15 menit, benih yang

mengapung dibuang dan hanya digunakan benih yang tenggelam.

2) Bibit sawi hijau yang telah berusia 1-2 minggu disemai ke dalam media

tanam sebelum dipindahkan ke bedengan, bawang putih dihaluskan

sebanyak 15 gram, kemudian dicampurkan dengan air 600 ml, lalu direndam

akar P2 selama 3 menit kemudian ditanam pada bedengan.

Perendaman akar bibit setelah semai dengan notasi serangan akar gada

sangat rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Perendaman akar bibit setelah

semai memiliki presentase rata-rata 4.83% dengan notasi serangan akar gada

sangat rendah dibandingkan dari perlakuan lainnya. Bawang putih yang bersifat

sebagai antibakteri dan antijamur diduga juga sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga tidak adanya gangguan pada

wilayah perakaran sehingga tanaman dapat tumbuh secara normal dan sehat.
69

Lampiran 3. Media Penyuluhan


70

Lampiran 7. Matriks Analisa Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian

MATRIKS ANALISA PENETAPAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN


Kegiatan Penyuluhan : Melaksanakan Penyuluhan Pertanian
Tujuan Penyuluhan : Mengetahui Peningkatan Pengetahuan Sasaran Terhadap Materi Penyuluhan
Materi Penyuluhan : Pengendalian Akar Gada pada Tanaman Sawi Hijau Menggunakan Fungisida Nabati Bawang Putih
Analisis Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian Keputusan
Metode dan Teknik Pemilihan
Penyuluhan Pertanian Karakteristik Tujuan Materi Media Pendekatan Tingkat Metode
Sasaran Penyuluhan Penyuluhan yang Psiko-Sosial Adopsi Prioritas
(P/S) Digunakan
1. Diskusi √ √ √ √ √ √ I
2. Anjangsana √ - - - - - III
3. Demonstrasi Cara √ √ - - - - II
4. Demonstrasi Hasil √ - - - - -
5. Demonstrasi Plot - - - - - - Metode yang
6. Temu Akrab √ √ - - - - II dipilih
7. Demonstrasi Area √ - - - - - III berdasarkan
8. Demonstrasi Unit √ - - - - - III karakteristik
9. Pameran - - - - - - dan kondisi
10. Sekolah Lapang - - - - - - lapangan yaitu
11. Temu Wicara - - - - - - metode
12. Temu Usaha - - - - - - diskusi, dan
13. Temu Karya - - - - - - ceramah.
14. Temu Lapang √ - - - - - III
15. Mimbar Sarasehan √ - - - - - III
16. Kursus Tani - - - - - -
17. Ceramah √ √ √ - √ √ I
71

Lampiran 8. Matriks Analisa Penetapan Media Penyuluhan Pertanian

MATRIKS ANALISA PENETAPAN MEDIA PENYULUHAN PERTANIAN

Kegiatan Penyuluhan : Melaksanakan Penyuluhan Pertanian


Tujuan Penyuluhan : Mengetahui Peningkatan Pengetahuan Sasaran Terhadap Materi Penyuluhan
Materi Penyuluhan : Pengendalian Akar Gada pada Tanaman Sawi Hijau Menggunakan Fungisida Nabati Bawang Putih
Analisis Penetapan Media Penyuluhan Pertanian
Metode dan Karakteristik Tujuan Materi Pendekatan Tingkat Prioritas Keputusan
Teknik Penyuluhan Sasaran Penyuluhan Penyuluhan Psiko-Sosial Adopsi Kondisi Pemilihan
Pertanian (P/S) Metode
1. Poster √ √ - - √ - II
2. Video √ √ √ - - - II
3. Benda √ - √ - - √ II
Sesungguhnya
4. Booklet - - - - - -
5. Komik - - - - - -
6. Brosur √ √ √ - - √ II
7. Peta Singkap - - - - - - Pemilihan media
8. Papan Panel - - - - - - yang tepat
9. Slide √ √ √ - - - II berdasarkan
10. Foto √ √ - - - III karakteristik
11. Model √ - - - - - IV sasaran dan
12. Papan Tulis √ - - - - IV kondisi yang ada
13. Audio Visual - - - - - - yaitu folder
14. Folder √ √ √ √ √ √ I
15. Leaflet √ √ - √ √ √ II
16. Diagram - - - - - -
17. Grafik - - - - - -
72

Lampiran 9. Tabulasi Hasil Pre-Test


NO NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
1 JAMAL 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
2 ACOK 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
3 BUDI 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
4 AMRI 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
5 TAWEK 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
6 AMIR 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
7 BAHA 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
8 ABDUL 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
9 ADI 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
10 SIKKI 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
11 RUSTAM 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
12 ABU 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
13 RUSLI 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
14 YUNUS 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
15 MAIL 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
16 SUPRI 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
17 ARIF 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
18 ABBAS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
19 HASAN 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
20 ALIMUDDIN 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
73

Lampiran 10. Tabulasi Hasil Post-Test


NO NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
1 JAMAL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 ACOK 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 BUDI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 AMRI 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 TAWEK 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 AMIR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 BAHA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
8 ABDUL 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 ADI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 SIKKI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
11 RUSTAM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
12 ABU 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 RUSLI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 YUNUS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
15 MAIL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 SUPRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 ARIF 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
18 ABBAS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
19 HASAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 ALIMUDDIN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
74

Lampiran 11. Uji Validitas Pengetahuan

Item Pertanyaan Correlation Skor

Pearson Correlation .522*


P1
Sig. (2-tailed) .018
N 20
Pearson Correlation .522*
P2
Sig. (2-tailed) .018
N 20

Pearson Correlation .787**


P3 .000
Sig. (2-tailed) 20
N
Pearson Correlation .787**
P4 Sig. (2-tailed) .000
N 20

Pearson Correlation .545*


P5 Sig. (2-tailed) .013
N 20

Pearson Correlation .545*


P6 Sig. (2-tailed) .013
N 20

Pearson Correlation .545*


P7 Sig. (2-tailed) .013
N 20

Pearson Correlation .866**


P8 Sig. (2-tailed) .000
N 20

Pearson Correlation .545*


P9 Sig. (2-tailed) .013
N 20

Pearson Correlation 1.000**


P10 Sig. (2-tailed) .000
N 20

Pearson Correlation 1.000**


P11 Sig. (2-tailed) .000
N 20
75

Pearson Correlation .545*


P12 Sig. (2-tailed) .013
N 20

Pearson Correlation .545*


P13 .013
Sig. (2-tailed)
20
N

Pearson Correlation 1.000**


P14 .000
Sig. (2-tailed)
20
N

Pearson Correlation 1.000**


P15 Sig. (2-tailed) .000
N 20

Pearson Correlation .471*


P16 .036
Sig. (2-tailed)
20
N

Pearson Correlation 1.000**


P17 .000
Sig. (2-tailed)
20
N

Pearson Correlation 1.000**


P18 .000
Sig. (2-tailed)
20
N

Pearson Correlation .545*


P19 .013
Sig. (2-tailed)
20
N

Pearson Correlation 1
P20 Sig. (2-tailed)
20
N

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
76

Lampiran 12. Uji Reabilitas Pengetahuan

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.981 20
77

Lampiran 13. Daftar Hadir Penyuluhan


78

Lampiran 14. Berita Acara Penyuluhan


79
80

Lampiran 15. Dokumentasi Kegiatan

1. Kordinasi bersama PPL BPP 2. Benih yang digunakan


Barebbo

3. Perendaman Benih 4. Pembuatan Fungisida

5. Perendaman Benih dengan 6. Penyemaian

Fungisida Bawang Putih


81

7. Pembuatan Bedengan 8. Perendaman Bibit dengan


Fungisida Bawang Putih

9. Penanaman 10. Penyiraman Tanaman dengan


Fungisida Bawang Putih

11. Tanaman Sehat 12. Tanaman Terserang Akar Gada


82

13. Persiapan Penyuluhan 14. Pembagian Kuesioner Pre- Test

15. Pelaksanaan Penyuluhan 16. Pembagian Kuesioner Post- Test

17. Dokumentas Bersama Petani

Anda mungkin juga menyukai