BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan sindroma yang terdiri dari banyak gangguan. Penyakit
sistemik ini sampai sekarang menjadi masalah kesehatan seluruh dunia. Diabetes Mellitus atau
penyakit gula atau penyakit kencing manis diketahui sebagai penyakit yang disebabkan oleh
adanya gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak dan protein di
dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan kurang produksi hormon insulin yang
diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesa lemak. Bila terjadi
gangguan pada kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas, keseimbangan tersebut akan
terganggu, dan kadar glukosa darah akan cenderung naik Karena kadar glukosa darah
meningkat, kelebihan glukosa tersebut akan dikeluarkan melalui urin, sehingga terjadilah
menegakkan diagnosa berbagai macam penyakit. Adanya gula dalam urin menyebabkan berat jenis
urin menjadi lebih besar dan akan menambah tekanan osmotik dalam urin tersebut.
(Pusdiknakes, 1985).
Pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan
untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin
dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin
2
dan pH serta suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis
glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan
protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan, mulai dari metode uji millon
sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara
akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya
dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, specifik dan sensitif
yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak
pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri
menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada
urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa,
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti
galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik
mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat
terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas
intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal
1.2.Perumusan masalah
Apakah terdapat perbedaan akurasi antara metode carik celup dengan metode
1.3.Tujuan penelitian
Slamet Garut
4
Garut.
1.4.Manfaat penelitian
pemeriksaan glukosa urin dengan metoda carik celup dan benedict pada
1.4.4. Sebagai masukan pada petugas laboratorium dalam memilih metode yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Pustaka
Diabetes mellitus adalah istilah kedokteran untuk sebutan penyakit yang di Indonesia
kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing manis. Istilah diabetes mellitus berasal dari
bahasa Yunani. Diabetes yang berarti "sypon " menunjukan pembentukan urin yang
berlebihan, yang menjadi ciri penyakit ini. Mellitus berasal dan kata "meli" yang berarti
madu. Kedua istilah tersebut menunjukan keadaan tubuh penderita yang sering kencing dan urin
Penyebeb penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan
saja, tetapi juga dipengaruhi faktor lain yang disebut faktor resiko, misalnya kegemukan, pola
makan yang salah, minum obat-obatan yang bisa menaikan kadar darah, proses menua, stress,
kehamilan dll.
6
Gejala khas Diabetes Mellitus dikenal dengan istilah 3P yaitu Poliuria (banyak
disebabkan kadar gula dalam darah berlebihan, sehingga merangsang tubuh untuk berusaha
b. Polidipsia
Merupakan akibat dari banyaknya kencing tersebut, untuk menghindari tubuh kekurangan
cairan, maka secara otomatis akan timbul rasa haus, sehingga timbul keinginan untuk minum.
c. Polipagia
Merupakan gejala yang tidak menonjol kejadian ini disebabkan karena habisnya
Gejala lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal-gatal, mata
secara kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah
hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga
kehilangan elektrolid.
Terjadi pada penderita diabetes dan juga bukan pada penderita diabetes.
Asidosis ini disertai oleh suatu kesenjangan anion dan peningkatan kadar asam laktat.
8
Katarak lebih sering ditemukan pada penderita diabetes dalam usia muda dari pada
bukan penderita diabetes dan terjadinya dapat diperlambat atau dicegah dengan memperbaiki
menahun seperti lemas, mual, pucat, sampai keluhan sesak napas akibat penimbunan cairan.
Neuropati perifer dan otonom sering menjadi komplikasi diabetes dan sangat
mengganggu pasien. Keluhan yang sering ditemukan pada neuropati perifer adalah berupa
kesemutan dan rasa lemah. Pada pasien dengan neuropati otonom dapat dijumpai gejala yang
umumnya berupa mual, rasa kembung, muntah dan diare terutama pada malam hari. (Watts,
David. H, 1984)
gemuk dan mudah menjadi koma yang umumnya ditemukan pada dewasa
atau zat kimia tertentu serta sindrom genetic yang tidak menentu
keadaan dimana kadar glukosa dalam darah tinggi yang merupakan gambaran
glukosa oleh hepar kedalam sirkulasi darah. Bila kadar glukosa diatas 160
mg/dl, tubulus ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang
Ekskresi glukosa lewat ginjal memerlukan ekskresi air secara bersamaan sehingga
serum yang merangsang pusat haus di hipotalamus. Tiga gejala "poli" yang klasik pada
Diabetes Mellitus (poliuria, polidipsia, dan polipagia) menjadi jelas dengan memperlihatkan
sejumlah besar air dan glukosa dari dalam tubuh yang membawa kompensasi
a) Makanan
Pencenraan dari karbohirat sudah dimulai di mulut dengan pertolongan enzim ptyalin,
suatu amilase yang dibuat oleh glandula parotis. Didalam usus kecil hampir
dan galatoksa. Glukosa terjadi sebagai berikut : (Karbohidrat di dalam usus kecil di
hidrolisir oleh amilase (dikeluarkan bagian eksokrin dari penkreas) menjadi maltosa
dengan pertolongan maltosa (suatu enzim dari usus kecil) menjadi glukosa. Ketiga
heksosa ini di dalam usus kecil di absorsbsi dan masuk ke peredaran darah.
mendadak.
c) Glukoneogenesa
1976)
1. Insulin
insulin yang dihubungkan oleh peptida C. Kerja dan hormon insulin ini
protein.
2. Glukagon
lemak).
3. Somastotatin
Adanya glukosa dalam urin, dapat diperiksa dengan berbagai cara antara
lain :
cupri oleh glukosa, pemeriksaaan ini mudah dan murah serta dapat
b. Tes Enzimatis
Dasar tes ini adalah glukosa oksidasi suatu enzim pemecah gula, reaksi ini
Sehingga kelemahan seperti reaksi benedict dapat dikurangi, dan tes ini
antara 60-180 mg/dl, angka di atas nilai glukosa segera keluar bersama
urin,jadi bila
Jadi hasil pemeriksaan mulai bermakna bila reduksi positif dua. Bila
hanya berpegang pada tes di atas, salah satu tafsir sering terjadi pada orang tua,
akibatnya reduksi masih negatif pada kadar glukosa yang tinggi. Untuk
dilakukan.(Ranakusuma, 1987)
2.2.Kerangka Konsep
2.3.Kerangka Pemikiran
Diabetes Mellitus merupakan sindroma yang terdiri dari banyak gangguan. Penyakit
sistemik ini sampai sekarang menjadi masalah kesehatan seluruh dunia. Diabetes Mellitus atau
penyakit gula atau penyakit kencing manis diketahui sebagai penyakit yang disebabkan oleh
adanya gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak dan protein di
dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan kurang produksi hormon insulin yang
15
diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesa lemak. Bila terjadi
gangguan pada kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas, keseimbangan tersebut akan
terganggu, dan kadar glukosa darah akan cenderung naik Karena kadar glukosa darah
meningkat, kelebihan glukosa tersebut akan dikeluarkan melalui urin, sehingga terjadilah
pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri
menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada
urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa,
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti
galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik
mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar
2.4.Hipotesis
2.3.1 Ho : tidak ada perbedaan yang signifikan antara akurasi metode carik
2.3.2 Ha : terdapat perbedaan yang signifikan antara akurasi metode carik celup
Metode
2. Metode Benedict pemeriksaan Dilihat Perubahan 0=negatif, Ordinal
glukosa urin perubahan warna jika
dengan cara warna yang tidak
mereduksi ion larutan terjadi ada
cupri menjadi perubah
cupro dengan an
penambahan warna
benedict dan
pemanasan 1=positif,
jika ada
perubah
an
warna
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
bersifat deskriptif Analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang
1998:5).
3.2.1. Populasi
3.2.2. Sampel
Garut.
18
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Data
diperoleh dengan cara melakukan pemeriksaan glukosa urin dari sampel urin
pasien diabetes melitus pasen rawan jalan di BP RSUD dr. Slamet Garut.
Pemeriksaan proteinuri ini menggunakan dua metode, yaitu tes strip urin dan
menjadi negatif (-) dan positif saja (+). Data yang sudah diperoleh kemudian
3.5.1.3.Entry data
Data yang telah diberi kode selanjutnya dimasukkan ke program yang akan
3.5.1.5.Mendeskripsikan Data
Data yang telah diolah selanjutnya disajikan dengan menyusun data hasil
penelitian agar lebih mudah dipahami dan dimengerti yaitu dalam bentuk
3.5.2.1.Analisis Univariat
3.5.2.2.Analisis Bivariat
mencari hubungan antara metode carik celup dengan metode benedict pada
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal X X
2 Penyusunan Instrumen X
3 Uji Pendahuluan X X
4 Pengumpulan Data X X X
5 Pengolahan Data X X
6 Analisis Data X X
7 Penyusunan Laporan X X
21
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta.
Desember 2009).
Press.
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/laporan-praktikum-
dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma Bagian Patologi Klinik Fakultas