Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PELAKSANAAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


(PKL)

PENGELOLA PERBEKALAN FARMASI

DI APOTEK KIMIA FARMA 152 PASAR MINGGU

17 JUNI-17 SEPTEMBER 2019

Laporan ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Mengikuti Ujian Nasional

(UN)

Disusun oleh :

No. Nama NISN Kelas

1. Ary Nursyahbana 00.15.81.2432 XII-FARMASI B


2. Diana Mutiara S 00.19.16.2440 XII-FARMASI B
3. Erika Tri Cahyani 00.20.45.0595 XII-FARMASI B

SMK 3 PERGURUAN “CIKINI”


JALAN SRENGSENG SAWAH NO.79 JAKARTA SELATAN
SEPTEMBER 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan PKL yang berjudul “ Pelayanan kefarmasian di Apotik Kimia Farma


152 Pasar Minggu” telah diujikan pada sidang tanggal 17 September 2019 dan
dinyatakan Lulus.

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Elizabeth A M, S.Farm, Apt Pembimbing Eksternal

Tia Anggraini, S.Farm, Apt Penguji 1

Dewi Mariyana, S.Pd Penguji 2

Pinkan Ilmal Fauziah, S.Pd Penguji 3

Jakarta,17 September 2019

Mengetahui,

Kepala SMK 3 Perguruan “Cikini” Pimpinan Perusahaan/industri

Gito Suroso.M.Si Elizabeth Anggiat Marito, S.Farm., Apt


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelsaikan Laporan
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Kimia Farma Pasar Minggu
dengan tempat waktu. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Nasional.

Kami menyadari laporan ini tidak akan tersusu deangan baik tanpa adanya
bantuan dan kerja sama dari pihak-pihak terkai.Oleh karena itu, pada
kesampatan ini, kami ngeucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam kegiatan PKL dan pembuatan laporan PKL,
terutam kepada:

1. Bapak Gito Suroso, M.Si, selaku Kepala Sekolah SMK 3 Perguruan


“Cikini"
2. Ibu Dewi Mariyana, S.Pd, selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum
3. Bapak Ahmad Faris, S.Pd, selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas,
Sarana & Prasarana
4. Ibu Siti Farida, M.Si, selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
5. Ibu Elizabeth Anggiat Marito, S.Farm., Apt, selaku pembimbing
eksternal
6. Ibu Tia Anggraini, S.Farm., Apt, selaku Kepala Kaprodi Farmasi
7. Ibu Pinkan Ilmal Fauziah, S.pd, selaku Guru Pembimbing Internal
8. Bapak/ibu guru dan staf karyawan SMK 3 Perguruan “Cikin”
9. Teman-teman seperjuangan yang memberikan bantuan moril maupun
spiritual
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karean itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurna laporan ini
Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penyusuan laporan ini terdapat
kesalahan / kekurangan. Semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulisan serta bagi siswa-siswi SMK 3 Perguruan “ Cikini”.
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................

Halaman Pengesahan ...............................................................................

Kata Pengantar ..........................................................................................

Daftar Isi .....................................................................................................

Daftar Gambar ...........................................................................................

Materi Laporan PKL ..................................................................................

Lampiran – lampiran .................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang PKL ....................................................................

1.2 Tujuan PKL ..................................................................................

1.3 Manfaat PKL ................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek ......................................................................

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek ..........................................................

2.3 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis


habis pakai ...................................................................................

2.4 Penggolongan Obat ....................................................................

2.5 Pelayanan Farmasi Klinik ...........................................................


2.6 Sarana dan Prasarana ................................................................

BAB III PROFIL INDUSTRI

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan ......................................................

3.2 Visi dan Misi Perusahaan ...........................................................

3.3 Struktrur Organisasi Perusahaan ..............................................

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..............................................

4.2 Alat dan Bahan ............................................................................

4.3 Bagan Kerja .................................................................................

4.4 Proses Pengerjaan ......................................................................

4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat .........................................

4.6 Manfaat Yang di Rasakan ...........................................................

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ..................................................................................

5.2 Saran ............................................................................................

Daftar Pustaka ...........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek kerja lapangan (PKL) adalah program khusus yang harus
dilaksanaakan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) sesuai dengan
kerikulum SMK.Program ini dilaksanakan di luar sekolah dalam bentuk
praktek kerja di dunia usaha/ industri (Instansi).
Praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan untuk melatih dan
memberikan pengajaran kepada siswa dalam dunia industri atau dunia
usaha yang relevan terkait deangan kefarmasian. Selain itu PKL juga
bertujuan untuk memberikan bekali ilmu dalam dunia kerja agar dimasa
mendatang paea siswa dapat bersaing dalam dunia industri yang semakin
ketat seperti saat ini, untuk mempersiapkan para siswa agar memiliki
kemampuan teknis dengan wawasan yang luas di era kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan, serta mengasah dan mengimplamasikan materi
yang diperoleh siswa dari SMK 3 Perguruan Cikini.
Praktek Kerja Lapangan dimaksudkan untuk mendekatkan siswa
kepada tuntutan kerja/ industri, yang sekaligus diharapkan mampu
memberikan umpan balik kepada pihak dunia usaha/ industri, maupun
sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan formal, sehingga
diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang standar kualifikasi lulusan
SMK yang sesuai kebutuhan pasar kerja di dunia usaha/ industri serta
masukan-masukan yang berarti bagi pengembangan mutu pendidikan
khususnya di SMK.
Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu
bentuk kegiatan dari sekian banyaknya visi dan misi SMK 3 Perguruan
Cikini dalam mempersiapkan siswa dan siswinya untuk memasuki dunia
industri dan dunia usaha nantinya. Dunia industri tersebut tentang tidak
dapat diperoleh deangan mudah, maka dari itu para siswa tidak hanya
pemahaman tentang lingkungan yang akan mereka hadapi setelah lulus
sekolah nanti.
Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang
berkaitan erat dangan prudok dan pelayanan produk untuk kesehatan.
Farmasi pada dasarnya merupakan sistem pengetahuan (ilmu, teknologi
dan sosial budaya) yang mengupayakan dan menyelanggaran jasa
kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam mendalami, memperluas dan
mengembangkan pengetahuan tentang obat dalam arti dampak obat
dalam arti yang seluas- luasnya serta efek dan pengaruh obat pada
manusia dan hewan.
Apotek adalah suatu tempat tertentu yang merupakan sarana
informasi obat, yaitu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat ( Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.1332/Menkes/SKIXI2002 ). Obat merupakan komoditi
khusus yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Walaupun obat
bukan merupakan kebutuhan pokok, tetapi pada saat – saat tertentu
penggunaannya tidak dapat ditunda, sehingga pada saat itu obat menjadi
kebutuhan primer.
Hal ini yang membuat penulis untuk melakukan praktek kerja
lapangan di apotek kimia farma 152 pasar mingguuntuk mengetahui lebih
banyak mengenai praktek kefarmasian yang sesungguhnya dan juga
pelayanan dan penggunaan obat dengan benar dan baik.Penulis
berharap, pembaca dapat mengetahui cara pelayanan dan penggunaan
obat dengan benar dan baik. Maka dari itu, setelah melaksanakan praktek
kerja lapangan penulis menuliskan laporan PKL.
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Tujuan praktik kerja lapangan adalah :


1. Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh siswa atau siswi disekolah
yang diaplikasikan dalam dunia kerja.
2. Menciptakan siswa atau siswi yang siap memahami dunia kerja.
3. Melatih siswa atau siswi menjadi Tenaga Teknis Kefarmasian
yang profesional.
4. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keahlian sebagai
bekal untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan keahlian
dari program pendidikan yang dipilih.
5. Untuk lebih mengetahui tata cara seluruh kegiatan kefarmasian
dalam dunia kerja seperti meracik, pengemasan, penyerahan,
obat serta mengetahui alur-alur pengadaan obat dan alat
kesehatan di apotek.
6. Mengetahui cara berinteraksi dengan pasien dalam dunia kerja.
7. Melatih ketelitian siswa atau siswi dalam mengerjakan resep untuk
pasien.
8. Mempersiapkan mental sebagai bekal untuk terjun dalam dunia
kerja.
1.3 Manfaat Peraktek kerja lapangan

Manfaat praktik kerja lapangan adalah:

1. Penulis dapat mengetahui dan menambah pembelajaran tentang


pelayanan dan penggunaan obat dengan benar dan baikhingga dapat
disajikan kepada pembaca.
2. Penulis mendapatkansedikit gambaran tentang dunia kerja dalam dunia
kefarmasian
3. Penulis dapat memperjelas dunia kerja sebenarnya dengan
pendidikankefarmasian yang didapat dari sekolah SMK 3 Perguruan
Cikini
4. Penulis mendapat banyak sekali pengetahuan tentang dunia
kefarmasian yang sesungguhnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian apotek

Pengertian apotek menurut (Kepmenkes RI) No.


1332/MENKES/SK/X/2002, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarakat. Yang di maksud perkerjaan kefarmasian diantaranya pengadaan
obat, penyimpanan obat, pembuatan sediaan obat, peracikan, penyaluran dan
penyerahan perbekalan farmasi serta memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai perbekalan farmasi serta memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai perbekalan kefarmasian yang terdiri dari obat, bahan
obat, obat tradisional, alat kersehatan dan kosmetik.

2.2 Tugas Dan Fungsi Apotek

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan


sumpah jabatan Apoteker
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi anatara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusi atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep
dokter,pelayanan informasi obat, serta pengenembangan obat , bahan
obat dan obat tradisional.
2.3 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.

A. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.

B. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

D. Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat
nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapisecara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out)

E. Pemusnahan dan penarikan


1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan
cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
F. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

G. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota
atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan
lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan
lainnya.
2.4 Penggolongan Obat

1. Obat Bebas

Obat bebas adalah jenis obat yang kebanyakan beredar luas di pasaran.
Hal ini dikarenakan jenis obat bebas adalah obat yang telah
terstandarisasi dan aman untuk dijual dipasaran tanpa memerlukan
resep dokter.

Ciri khas dari jenis obat bebas ini adalah terdapat kode lingkaran
berwarna hijau atau dengan kode TC396 dengan lingkaran tepi
berwarna hitam. Karena dapat dijual bebas di pasaran, jenis obat bebas
ini mudah ditemukan dimana saja. sehingga tidak harus ke Apotik atau
Rumah Sakit untuk mendapatkan obat ini. Contoh dari jenis obat bebas
adalah Parasetamol, Vitamin-C, Obat Batuk Hitam (OBH) dan
sebagainya.

2. Obat Bebas Terbatas

Obat Bebas Terbatas adalah jenis obat yang hampir sama dengan obat
bebas. Karena jenis obat ini mudah ditemukan di supermarket, Apotik
dan bahkan warung-warung terdekat. Jenis obat bebas terbatas ini
masih aman dikonsumsi meskipun tanpa menggunakan resep dokter
waktu membeli obat.

Namun, yang harus diperhatikan adalah ketika mengkonsumsi jenis obat


ini harus memperhatikan dan membaca petunjuk atau aturan pakai.
Biasanya obat jenis bebas terbatas ini memiliki kode lingkaran
berwarna biru atau TC 308 dengan lingkaran tepi berwarna hitam.
Contoh dari jenis obat bebas terbatas ini adalah tablet obat flu, CTM atau
klotrimaleat, dan sebagainya.
3. Obat Wajib Apotek

Obat wajib apotek adalah jenis obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter,
namun biasanya hanya bisa dibeli di Apotek. Karena biasanya obat wajib
apotek ini adalah obat keras, sehingga perlu Apoteker untuk
menyerahkan obat ini ke konsumen. Hal ini dilakukan agar tidak ada
kesalahan dalam pemberian obat. Contoh obat wajib apotek ini adalah
Aminofilin yang berbentuk supositoria, bromheksin dan sebagainya.

4. Obat Keras

Obat keras adalah jenis obat yang hanya bisa diperoleh dengan
menggunakan resep dokter. Dimana obat ini merupakan obat dengan
golongan G yang artinya obat berbahaya. Oleh karena itu, penggunaan
obat ini harus dengan resep dokter. Obat keras biasanya ditandai
dengan ciri khas memiliki kode lingkaran merah dan ada huruf K dengan
tepi lingkaran berwarna hitam atau dengan kode TC 165. Contoh dari
obat keras adalah Amoksilin, Asam Mefenamat, dan sebagainya.

5. Obat narkotika

Menurut undang- undang Nomor 22 Tahun 1997 yang telah diperbaharui


dengan undang-undang narkotika nomor 35 tahun 2009, narkotika
adalah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilang rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
6. Obat psikotropika

Menurut undang-undang RI No. 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat


atau obat baik alamiah atau sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sistem saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

2.5 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari


Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep
2. Dispensing
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
4. konseling
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care)
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian


farmasetik dan pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi:
a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
b. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon dan paraf
c. tanggal penulisan Resep

Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:


a. bentuk dan kekuatan sediaan
b. stabilitas
c. kompatibilitas (ketercampuran Obat)

Pertimbangan klinis meliputi:


a. ketepatan indikasi dan dosis Obat
b. aturan, cara dan lama penggunaan Obat
c. duplikasi dan/atau polifarmasi
d. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping
Obat, manifestasi klinis lain)
e. kontra indikasi
f. interaksi

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian


maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan
Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
Petunjuk teknis mengenai pengkajian dan pelayanan Resep akan diatur
lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
2. Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian


informasi Obat.
Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai
berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep
b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa
dan keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. warna putih untuk Obat dalam/oral
b. warna biru untuk Obat luar dan suntik
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
Obat yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari
penggunaan yang salah.

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan


oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala
aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat
bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil
dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga,
sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain. Kegiatan Pelayanan
Informasi Obat di Apotek meliputi:

1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan


2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan)
3. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi
5. melakukan penelitian penggunaan Obat
6. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah
7. melakukan program jaminan mutu

4. Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan


pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami Obat yang digunakan.

5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat


melakukan Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang
dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi :
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di
rumah, misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan
Obat berdasarkan catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah
dengan menggunakan Formulir 8 sebagaimana terlampir

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien


mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat


yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

2. 6 Sarana Dan Prasarana

Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan


prasarana Apotek dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta kelancaran praktik
Pelayanan Kefarmasian. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
menunjang Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang
memiliki fungsi:
1. Ruang penerimaan Resep

Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat


penerimaan Resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta
1 (satu) set komputer.
Ruang penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling depan dan
mudah terlihat oleh pasien.

2. Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara


terbatas)

Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan


secara terbatas meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan.
Di ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan,
timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok Obat,
bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko
salinan Resep, etiket dan label Obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan
cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan
pendingin ruangan (air conditioner).

3. Ruang penyerahan Obat

Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat


yang dapat digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.

4. Ruang konseling

Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan


kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat
bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan
pengobatan pasien.
5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,


temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi
dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari
pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,
lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
BAB III

PROFIL INDUSTRI

3.1 Sejarah kimia farma

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia


yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama
perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp &
Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan
Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah
Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi
menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma.
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF
diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah
menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali


mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma
(Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan
dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek.

3.2 Visi Dan Misi Perusahaan

VISI:

Menjadi perusahaan health care pilihan utama yang terintregrasi dan


menghasilkan nilai yang berkesinambungan.

MISI:

1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,


perdagangan dan jaringan distribusi, retail farmasi dan layanan
kesehatan serta optimalisasi aset.
2. Mengelola perusahaan secara good corporate governance dan
operational excellence didukung oleh sdm profesional
3. Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder

3.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur Organisasi Kimia Farma 152 Pasar Minggu

Elizabeth Anggiat Marito, S.Farm.,Apt

Kepala Apoteker

Rina Fitriana, S.Farm.,Apt Nurlaela Purba, S.Farm.,Apt

Pendamping Apoteker 1 Pendamping Apoteker 2

Asisten Apoteker

1. Mimi Hartuti
2. Anisa Amalia
3. Aprilia Kartini
4. David Malik
5. Ibrohim

SPG SATPAM
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktik kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 3 bulan,
yaitu dari tanggal 17 Juni – 17 September 2019. Adapun tempat
dilaksanakannya diapotik Kimia Farma 152 Pasar Minggu Jakarta
Selatan yang berada di Jalan Raya Pasar Minggu Km.13 no. 3 E-F
Hari Jam Masuk Jam istirahat Jam pulang
Senin 08.00 WIB 12.00-13.00 WIB 15.00 WIB
Selasa 08.00 WIB 12.00-13.00 WIB 15.00 WIB
Rabu 08.00 WIB 12.00-13.00 WIB 15.00 WIB
Kamis 08.00 WIB 12.00-13.00 WIB 15.00 WIB
Jumat 15.00 WIB 19.00-20.00 WIB 22.00 WIB
Sabtu 15.00 WIB 19.00-20.00 WIB 22.00 WIB

4.2 Alat dan Bahan


Pada praktikum ini kami membuat sediaan berupa salep atau
cream, bedak, kapsul dan serbuk terbagi (puyer) dengan menggunakan :
1. Salep
a) Alat
 Lumpang dan alu
 Sudip
 Pot plastik sebagai wadah
 Etiket sebagai aturan penggunaan
b) Bahan
 Vaselin
 Ichtyol
 Etanol
 Acid salicyl
 LCD (Liquor Carbonas Ditergen)
2. Bedak
a) Alat
 Lumpang dan alu
 Dus bedak
 Etiket
b) Bahan
 Etanol
 Talkum
 Acid salicyl
 Zinci oxyd

3. Kapsul

a) Alat
 Lumpang dan alu
 Sudip
 Kertas perkamen
 Sendok tanduk untuk mengambil bahan bahan obat yang di
butuhkan
 Pot plastik atau plastik klip sebagai wadah
 Etiket
b) Bahan
 Cangkang kapsul, nomor 4, 3, 2, 1, 0, 00
 Paracetamol
 CTM
 Prednison

4. serbuk terbagi (puyer)

a) Alat
 Lumpang dan alu
 Sudip
 Sendok tanduk
 Kertas perkamen
 Sealing Machine
b) Bahan
 Ambroxol
 Dexamethason
 Cetirizine
4.3 Gambar Kerja

Alur Penerimaan Resep

Resep Kredit Resep Tunai

Pemeriksaan Kelengkapan Pemeriksaan Kelengkapan


Administrasi Administrasi dan Diberikan

Pemberian Nomor Urut Pasien Membayar Di Kasir


dan Diberikan Nomor Resep

Bagian Percikan

Obat Paten Obat Racikan

Pemberian Obat

Pemeriksaan Kesesuaian
Obat

Penyerahan Obat

Obat Diterima Oleh Pasien Obat Diterima Oleh Pasien


dan Resep Diarsipkan Dan Resep Disimpan
4.4 Proses Pengerjaan
4.4.1 Resep Kredit
Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada
suatu instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah
mengadakan kerja sama dengan apotek yang sering disebut dengan
Ikatan Kerja Sama (IKS), pembayaran dilakukan dalam jangka waktu
tertentu berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama. Apotek
bekerja sama dengan beberapa instansi seperti PLN, BPJS, INHEALTH,
ADMEDIKA, dll.
Alur penerimaan dan pelayanan resep kredit dimulai dari
pemeriksaan kelengkapan administrasi seperti nomor antrian,
kelengkapan resep (keaslian resep, SIP, alamat dokter, tanggal
penulisan, paraf dokter, nama dan umur pasien, berat badan pasien, dan
jumlah obat yang diminta), skrining farmasetik (bentuk sediaan), skrining
klinis (cara pemakaian obat). Pada resep kredit tidak dilakukan
penetapan harga tetapi pasien langsung diberikan nomor urut. Lalu
asisten apoteker pada bagian peracikan atau penyiapan obat akan
meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan resep. Setelah selesai
diracik atau disiapkan, obat tersebut diberi eriket sesuai dengan resep
dan dikemas untuk diserahkan kepada pasien.
Sebelum diserahkan kepada pasien, obat diperiksa kesesuaiannya
antara obat, etiket, dan resep. Yang melakukan pengecekan kembali
adalah petugas lain. Lalu obat diserahkan kepada pasien dan disertai
dengan permberian informasi cara pemakaian, kegunaan obat, dan cara
penyimpanan obat tersebut. Setelah obat diterima oleh paisen, resep
diarsipkan.
4.4.2 Resep Tunai
Resep tunai adalah resep yang dilakukan terhadap pasien yang
datang langsung ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan
dibayar secara tunai.
Alur penerimaan dan pelayanan resep dimulai dari kasir atau petugas
lain menerima resep pasien, lalu dilakukan pemeriksaan kelengkapan
resep (keaslian resep, SIP, alamat dokter, tanggal penulisan, paraf
dokter, nama dan umur pasien, berat badan pasien, dan jumlah obat
yang diminta), dilakukan juga pemeriksaan administrasi yang diberikan,
setelah itu paisen membayar kepada kasir, alamat serta nomor telepon
pasien dicatat dan pasien diberikan nomor resep. Resep asli diserahkan
ke bagian peracikan. Bila obat hanya diambil Sebagian maka asisten
apoteker membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya dan
diserahkan kepada pasien, lalu asisten apoteker pada bagian peracikan
atau penyiapan obat akan meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan
resep dan dikemas untuk diserahkan kepada pasien. Sebelum
diserahkan kepada pasien, obat diperiksa sesuai resep. Setelah selesai
diracik dan disiapkan, obat tersebut diberi etiket. Yang melakukan
pengecekan kembali adalah petugas lain. Lalu obat diserahkan kepada
pasien dan disertai dengan pemberian informasi cara pemakaian,
kegunaan obat tersebut, dan cara penyimpanan obat tersebut. Setelah
obat diterima oleh paisen resep asli disimpan terpisah .
4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat

4.5.1 Faktor Pendukung

Fasilitas dan peralatan yang ada pada apotik kimia farma 152 sangatlah
lengkap dan fasilitas tersebut adalah faktor pendukung praktik kami di
apotik kimia farma 152, fasilitas fasilkitas tersebut adalah :

a) Etalase : pada apotik kimia farma 152 terdapat banyak etalase


yang memenuhi kebutuhan di apotik, etalase tersebut disusun
sesuai dengan jenis obatnya. Pada etalase tersebut obat obat
disusun secara alfabetis. Contoh : etalse untuk antiobiotik, etalase
untuk swalayan, etalase untuk penyimpanan obat digudang dan
lain lain.
b) Lemari pendingin : lemari pendingin ini berfungsi untuk
menyimpan obat obat yang di khususkan pada suhu lemari
pendingin seperti insulin, supossitoria dan lain lain.
c) Kartu stock : di setiap dus obat yang terdapat pada etalase akan
di sediakan kartu stock. Kartu stock digunakan untuk menghitung
dan mendata jumlah obat dan pengeluaran obat.
d) Mesin press perkamen : pada apotik kimia farma 152 terdapat
mesin press perkamen, mesin klip tersebut digunakan untuk
mempererat perkamen dengan cara di panaskan.
e) Ruang tunggu pada apotik kimia farma 152 cukup luas, terdapat
ruang praktik dokter, tempat administrasi dan kasir, ruangan
peracikan dan lain lain.
f) Apotik kimia farma 152 terletak pada tempat yang cukup strategis
dan sangat mudah dijangkau oleh kendaraan umum.
g) Karyawan apotik kimia farma 152 sangatlah ramah, mereka
membantu kami dan membimbing kami dengan sangat baik.
Mereka selalu memberitahu dan mengajarkan hal hal tentang
kefarmasian yang tidak kami ketahui.
4.5.2 Faktor penghambat
Ada bebarapa hambatan yang mungkin menjadi penghambat praktik
kami di apotik kimia farma 152, yaitu:
a) Ruang racik yang kurang luas.
b) Ketidak sesuaian kartu stock dengan stock yang ada di komputer.

4.6 Manfaat Yang Dirasakan

Setelah melaksanakan praktik selama 2 bulan di kimia farma 152,


kami merasakan banyak hal, seperti bertambahnya ilmu pengetahuan kami
tentang obat obatan, macam macam penyakit, dan cara menanganinya,
dan masih banyak lagi. Kami dapart belajar percaya diri dan
bertanggungjawab. Kami juga dapat belajar disiplin, trepat waktu, terhadap
profesi kami. Kami mendapartkan banyak sekali ilmu pengetahuan dan
wawasan tentang profesi yang kami jalani
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tenaga teknis kefarmasian ternyata tidak hanya bertugas untuk
mengerjakan resep, memberi harga obat, meracik dan menyerahkan obat,
tetapi juga bertugas untuk menerima barang, pencatatan dan menstok,
menangani retur dan pelaporan. Tenaga teknis kefarmasian harus mempunyai
tanggung jawab cukup tinggi dalam segala hal terutama terhadap keluar
masuknya obat, serta ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam segala hal
terutama dalam menyerahkan obat kepada pasien, karena pekerjaan ini
berhubungan dengan nyawa manusia. Untuk itu setiap personil harus mampu
bekerja sama dengan baik misalnya dalam pembacaan resep yang kurang
jelas, pengecekan jumlah obat untuk resep puyer, cara pakai obat, selalu
melakukan pengecekan ulang sebelum obat diberikan kepeda pasien oleh
Tenaga Teknik Kefarmasian senior atau apoteker untuk meminimalisir
kesalahan.
Selain itu Tenaga Teknik Kefarmasian harus mempunyai pengetahuan
dan keahlian yang tinggi dari segi kefarmasian seperti indikasi, dosis, cara
pemakaian, cara penyimpanan, efek samping obat dan mampu mengelola
instalasi farmasi. Tenaga Teknik Kefarmasian juga harus mempunyai sikap
ramah, murah senyum, jujur, cekatan, dan sabar agar pasien merasa dihargai,
Oleh karena itu Tenaga Teknik Kefarmasian harus siap dalam
menghadapi segala masalah dalam dunia kerja, serta mempunyai bekal yang
cukup untuk menjalankan tugasnya di bidang kefarmasian. Agar calon Tenaga
Teknik Kefarmasian siap dan mempunyai Bekal yang cukup untuk terjun di
bidang kefarmasian perlu dibekali ilmu pengetahuan dan keahlian khusus. Jika
semua bekal sudah cukup di harapkan dapat tercipta Tenaga Teknik
Kefarmasian yang handal dan professional.
5.2 Saran
a. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan maka perlu tambahan tenaga
farmasi guna mengoptimalkan kegiatan pelayanan
b. Sebaiknya setelah mengambil obat yang diperlukan segera diletakkan
kembali sesuai dengan tempat dan urutan obat tersebut
c. Perlu diingatkan kembali ketelitian tenaga tekhnis kefarmasian pada
saat menyerahkan obat ke pasien agar tidak terjadi kesalahan
d. Adanya ruang konseling untuk pasien untuk memberi pelayanan
informasi tentang obat yang disampaikan oleh Apoteker
e. Saran untuk sekolah agar menambah lama waktu PKL dan tidak hanya
di satu tempat, sehingga ilmu yang didapat lebih maksimal

Anda mungkin juga menyukai