Studi Petrologi Dan Geokimia Batuan Metamorf Jalur Sungai Muncar, Desa Seboro, Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah
Studi Petrologi Dan Geokimia Batuan Metamorf Jalur Sungai Muncar, Desa Seboro, Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah
SARI
Batuan metamorf merupakan batuan yang penyebarannya terbatas di dunia dan menarik untuk diteliti
karena dapat memberikan informasi mengenai sejarah geologi di daerah tersebut, terutama dalam segi
evolusi metamorf dan batuan asal dari batuan metamorf. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
keterdapatan batuan metamorf adalah Sungai Muncar yang berada dalam Komplek Luk Ulo,
Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Batuan metamorf yang ditemukan sepanjang Sungai
Muncar memiliki variasi mulai dari batuan metamorf tekanan rendah hingga tekanan tinggi. Metode
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis petrografi dan geokimia yang dilakukan
pada sampel float batuan metamorf yang diambil secara sistematis sepanjang Sungai Muncar.Dari
hasil analisis petrografi, didapatkan variasi fasies batuan metamorf yang cukup beragam, yaitu fasies
sekis hijau (sekis kuarsa-klorit), fasies amfibolit (amfibolit garnet dan amfibolit epidot-turmalin), fasies
sekis biru (glaukofanit epidot, glaukofanit garnet dan glaukofanit turmalin), dan fasies eklogit (eklogit
fengit dan eklogit turmalin). Variasi fasies tersebut menunjukan bahwa batuan metamorf di Sungai
Muncar merupakan batuan metamorf dengan tipe metamorfisme orogenik yang terjadi akibat proses
subduksi.
Dari analisis geokimia yang dilakukan pada sampel eklogit turmalin, glaukofanit turmalin, dan
amfibolit epidot-turmalin didapatkan jenis batuan asal berupa andesit basalt dan sub-alkaline basalt
pada tatanan tektonik MORB, sedangkan pada sampel eklogit fengit didapatkan batuan asal alkali
basalt yang berasal dari tatanan tektonik within plate basalt (OIB).
512
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
terhadap penentuan sejarah geologi di petrografi dan geokimia. Dan yang terakhir
Daerah Karangsambung. adalah tahap penyusunan makalah.
Penelitian ini menggunakan sampel batuan
II. GEOLOGI DAERAH metamorf yang diambil secara sistematis
PENELITIAN sepanjang Sungai Muncar, setelah itu
dilakukan analisis petrografi pada 35 sayatan
Miyazaki dkk. (1998) mengemukakan tipis batuan dan analisis geokimia pada 4
bahwa pada Daerah Karangsambung sampel batuan. Penentuan jenis mineral
ditemukan batuan blok tektonik yang dalam sayatan tipis mengacu pada Kerr dkk.
berasosiasi dengan rekahan serpentinit, (1977) dan Nesse (2013).
batuan blok tektonik tersebut muncul
sepanjang Sungai Muncar diantara batuan IV. PERSEBARAN BATUAN
sekis derajat rendah dan batuan sedimen. METAMORF
Litologi dari blok tektonik tersebut berupa
garnet amfibolit, eklogit, lawsonit eklogit, Batuan metamorf yang terdapat sepanjang
glaukofanit, dan batuan jadeit-glaukofan- Sungai Muncar dapat dikelompokkan dan
kuarsa. Daerah penelitian sendiri termasuk ditentukan persebarannya berdasarkan fasies
dalam Komplek Mélange Luk Ulo yang batuan metamorf (Gambar 1 dan 2). Dari
tersusun oleh batuan-batuan Pra-Tersier di metode perhitungan sampel batuan tiap STA
Karangsambung. Komplek ini terdiri dari diperoleh kelimpahan jenis batuan metamorf
bermacam ukuran blok-blok batuan beku sepanjang Sungai Muncar. Yang pertama
basaltik (gabro dan basalt), batuan sedimen fasies sekis hijau memiliki kelimpahan yang
pelagik-hemipelagik (Greywacke dan cukup tinggi sepanjang Sungai Muncar dan
rijang), dan batuan metamorf (batuan ditemukan sebagai float sepanjang STA 1
metamorf bertekanan rendah hingga tinggi hingga STA 21, kelimpahan fasies ini sekitar
seperti filit, sekis kuarsa-mika, marmer, 2,7 % dari keseluruhan batuan tiap STA atau
sekis biru, batuan jadeit-kuarsa-glaukofan 30,0 % dari total batuan metamorfisme
dan eklogit) yang bercampur karena proses subduksi. Kemudian fasies amfibolit
tektonik pada matrik batuan pelitik (serpih memiliki kelimpahan yang sangat tinggi
hitam dengan struktur yang khas yaitu sepanjang Sungai Muncar dan ditemukan
terpotong oleh kekar-kekar gerus yang sebagai float sepanjang STA 1 hingga STA
arahnya tidak beraturan) (Asikin dkk., 21, kelimpahan fasies ini sekitar 6,0 % dari
1974). Batuan dasar sungai Muncar sendiri keseluruhan batuan tiap STA atau 59,4 %
merupakan lempung bersisik (Scaly clay) dari total batuan metamorfisme subduksi.
pada bagian hilir sungai, kemudian berubah Kemudian fasies sekis biru memiliki
menjadi rijang dan basalt pada bagian tengah kelimpahan yang rendah sepanjang Sungai
jalur sungai, dan pada bagian hulu sungai Muncar dan ditemukan sebagai float
didominasi oleh batuan dasar basalt. sepanjang STA 7 hingga STA 20,
kelimpahan fasies ini sekitar 2,0 % dari
III. METODE DAN SAMPEL keseluruhan batuan tiap STA atau 8,7 % dari
PENELITIAN total batuan metamorfisme subduksi.
Kemudian fasies eklogit memiliki
Metode penelitian ini dapat dibagi menjadi
kelimpahan yang sangat rendah sepanjang
empat tahap, yaitu tahapan observasi
Sungai Muncar dan ditemukan sebagai float
lapangan berupa pengamatan jumlah batuan
sepanjang STA 8 hingga STA 20,
dan pengambilan sampel batuan metamorf.
kelimpahan fasies ini sekitar 0,5 % dari
Berikutnya adalah tahap preparasi data, yaitu
keseluruhan batuan tiap STA atau 1,9 % dari
preparasi sampel batuan metamorf untuk
total batuan metamorfisme subduksi. Batuan
dilakukan analisis petrografi (dilakukan di
metamorf lain yang terdapat sepanjang
laboratorium pusat Teknik Geologi FT
Sungai Muncar antara lain, batuan
UGM) dan analisis geokimia dengan metode
metamorfisme kontak berupa kuarsit dan
ICP-AES dan ICP-MS (dilakukan di
marmer yang memiliki kelimpahan yang
laboratorium ALS Geochemistry,
cukup tinggi (3,4 dan 10,6 % dari total
Kamloops, Kanada). Tahapan berikutnya
seluruh jenis batuan) dan ditemukan mulai
adalah analisis dan interpretasi dari data
513
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
turmalin; dan (3) batuan asal andesite basalt memilki nilai yang hampir sama. Dari
dari amfibolit epidot-turmalin. diagram laba-laba dengan normalisasi
primitive mantle (Sun dan McDonough,
Kemudian penentuan tatanan tektonik 1995) yang dibandingkan dengan tipe
didapatkan dari pengeplotan diagram tatanan tektonik (Sun dan McDonough,
diskriminan, diagram pola REE, dan 1989) (Gambar 6. b),didapatkan pola tatanan
diagram laba-laba. Dari pengeplotan tektonik yang sama dengan normalisasi
diagram AFM (Gambar 5. b) didapatkan chondrite, yaitu OIB untuk sampel eklogit
bahwa afinitas magma batuan asal metamorf fengit dan N-MORB untuk sampel eklogit
berasal dari magma yang bersifat tholeiitic, turmalin, glaukofanit turmalin, dan amfibolit
yang menunjukan bahwa batuan berasal dari epidot-turmalin. OIB menunjukan pola garis
magma primitif (awal pembentukan yang cenderung menurun, sedangkan N-
vulkanisme) yang rendah akan kandungan K MORB menunjukan pola garis yang turun,
(Wilson, 1989).Dari hasil plot sampel batuan kemudian naik, dan mendatar.
metamorf pada diagram Nb-Zr-Y
(Meschede, 1986) (Gambar 5. c), VII. DISKUSI
didapatkan hasil tatanan tektonik within
plate alkali basalts untuk sampel eklogit Mineral turmalin merupakan mineral yang
fengit, kemudian tatanan tektonik berupa N- dapat ditemukan pada batuan metamorf
MORB didapatkan pada sampel glaukofanit sebagai produk dari metasomatisme boron
turmalin dan amfibolit epidot-turmalin. atau sebagai hasil rekristalisasi dari butiran
Terdapat satu sampel batuan yang tidak detrital material sedimen (Deer dkk., 1992).
masuk klasifikasi tatanan tektonik dalam Menurut Henry dan Guidotti (1985),
diagram ini, yaitu sampel eklogit turmalin, turmalin pada batuan metamorf berasal dari
plot sampel tersebut berada di batas E- batuan sedimen pelitik (mengandung boron)
MORB. Dari hasil plot sampel batuan yang terbentuk pada proses metamorfisme,
metamorf pada diagram Hf-Th-Ta (Wood, dimana boron tersebut berasal dari batuan
1980) (Gambar 5. d), didapatkan hasil sedimen argilaceous berukuran halus yang
tatanan tektonik alkali within plate basalts terkena kontak fluida (air laut) yang
untuk sampel eklogit fengit, tatanan tektonik kemudian mengalami metasomatisme.
berupa N-MORB didapatkan pada sampel
glaukofanit turmalin dan amfibolit epidot- Dari data geokimia terlihat bahwa sampel
turmalin, kemudian tatanan tektonik berupa yang mengandung turmalin terbentuk pada
E-MORB didapatkan pada sampel eklogit tatanan tektonik MORB.Hal dimungkinkan
turmalin. dapat terjadi karena batuan beku basalt yang
berasal dari MORB merupakan batuan
Dari diagram pola REE dengan normalisasi penyusun lantai dasar samudera, dimana di
chondrite (Sun dan McDonough, 1989) yang bagian tersebut dapat terendapkan material
dibandingkan dengan tipe tatanan tektonik sedimen berukuran halus yang kemudian
(Sun dan McDonough, 1989) (Gambar 6. a), akan bercampur dengan basalt pada saat
didapatkan 2 jenis tatanan tektonik. Yang subduksi berlangsung. Hal tersebut
pertama adalah oceanic island basalt (OIB), menyebabkan batuan beku basalt yang
lingkungan tektonik tersebut didapatkan tersubduksi akan memiliki kandungan unsur
pada sampel batuan eklogit fengit. Pola OIB boron yang akan membentuk mineral
menunjukan pola dimana unsur LREE (Light turmalin pada saat fase dekompresi batuan
rare earth elements) mengalami pengkayaan metamorf fasies eklogit. Sedangkan tidak
dibandingkan dengan HREE (Heavy rare terdapat interaksi antara material sedimen
earth elements). Kemudian tatanan tektonik dengan basalt yang terbentuk pada within
berikutnya adalah N-MORB, lingkungan plate basalt, sehingga tidak ditemukan
tektonik tersebut didapatkan pada sampel mineral turmalin pada batuan metamorf yang
batuan eklogit turmalin, glaukofanit berasal dari tatanan tektonik tersebut.
turmalin, dan amfibolit epidot-turmalin. Pola
N-MORB menunjukan pola dimana unsur
LREE mengalami pengurangan/depleted
dibandingkan dengan HREE yang relatif
516
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi Teori Tektonik -
Dunia yang Baru: PhD Thesis, Institut Teknologi Bandung, tidak dipublikasikan, 256 h.
Asikin, S., Handoyo, A., Busono, H., Gafoer, S., 1992, Geological Map Kebumen, Central Java, Scale
1:100.000, Pusat Riset dan Pengembangan Geologi, Indonesia.
Deer, W.A., Howie, R.A., Zussman, J., 1992, An Introduction to the Rock-Forming Minerals, 2nd
Edition: Edinburg, Pearson UK, 912 p.
Henry, D.J. dan Guidotti, C.V., 1985, Tourmaline as A Petrogenetic Indicator Mineral: An Example
from The Staurolite-grade Metapelites of NW Maine, American Mineralogist, Vol. 70, h. 1-15.
Irvine, T.N. dan Baragar, W.R.A., 1971, A guide to the chemical classification on the common volcanic
rocks, Canadian Journal of Earth Sciences, Vol. 8, No. 5, h. 523-548.
Kerr, P.F., 1977, Optical Mineralogy: New York, McGraw-Hill Inc, 492 h.
McDonough, W.F. dan Sun, S.-s., 1989, Chemical And Isotopic Systematics Of Oceanic Basalts:
Implications For Mantle Composition And Processes, in: Magmatism in the Ocean Basins,
A.D. Saunders and M.J. Norry, eds.: Geological Society Special Publication, No. 42, h. 313-
345.
McDonough, W.F. dan Sun, S.-s., 1995, The Composition of the Earth : Chemical Geology, Elsevier
Science B.V., h. 223-253.
Meschede, M., 1986, A method of discriminating between different types of mid-ocean ridge basalts
and continental tholeiites with the Nb-Zr-Y diagram, Chemical Geology, Vol. 56, h. 207-218.
Miyashiro, A., 1973. Metamorphism and Metamorphic Belt. The Gresham Press, Old Woking, Surrey,
492 h.
517
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Miyazaki, K., Sopaheluwakan, J., Zulkarnain, I., dan Wakita, K., 1998, A Jadeite-quartz-glaucophane
Rock From Karangsambung, Central Java, Indonesia: The Island Arc 7, h. 223-230.
Nesse, W.D., 1987, Introduction to Optical Mineralogy Fourth Edition: New York, Oxford University
Press, 361 h.
Parkinson, C.D., Miyazaki, K., Wakita, K., Barber, A.J., Carswell, A., 1998, An Overview and Tectonic
Synthesis of the pre-Tertiary Very-high-pressure Metamorphic and Associated Rocks of Java,
Sulawesi and Kalimantan, Indonesia, The Island Arc, Vol. 7, h. 184-200.
Setiawan, N.I., Osanai, Y., Nakano, N., Adachi, T., Yonemura, K., Yoshimoto, A., Setiadji, L.D.,
Mamma, K., dan Wahyudiono, J., 2012, Geochemical Characteristic of Metamorphic Rock
From South Sulawesi, Central Java, South and West Kalimantan in Indonesia. Asian
Engineering Journal Part C, Vol.3 No.1, h 107-125.
Setiawan, N.I., Osanai, Y., Nakano, N., Adachi, T., Yonemura, K., Yoshimoto, J., dan Mamma, K.,
2013, An Overview of Metamorphic Geology From Central Indonesia: Importance of South
Sulawesi, Central Java and South-West Kalimantan Metamorphic Terranes: Bulletin of
Graduate School of Social and Culture Studies, Kyusu Uniiversity, vol.19, h.39 – 55.
Whitney, D.L., Evans, B.W., 2010, Abbreviations for Names of Rock-forming Minerals, American
Mineralogists, Vol. 95, pp. 185-187.
Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis, Dordrecht, Springer, 480 h.
Winchester, J.A. dan Floyd, P.A., 1977, Geochemical Discrimination Of Different Magma Series And
Their Differentiation Products Using Immobile Elements, Chemical Geology, Vol. 20, h. 325-
343.
Winter, J., 2001. An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology. Prentice-Hall, 738h.
Wood, D.A., 1980, The Application Of A Th-Hf-Ta Diagram To Problems Of Tectonomagmatic
Classification And To Establishing The Nature Of Crustal Contamination Of Basaltic Lavas
Of The British Tertiary Volcanic Province, Earth and Planetary Science Letters, Vol. 50, h.
11-30.
518
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL
Tabel 1. Representatif kelimpahan mineral dalam batuan metamorf sepanjang Sungai Muncar
Komposisi
No STA No. Sampel Nama petrografi Fasies Mineral mayor Mineral minor Mineral sekunder
Grt Omp Tur Ph Ep Zo Jd Gln Hbl Ms Srp Rt Ttn Pl Zeo Qz Cpx Chl Opq Clay Cal Tlc
1 20 160528KSF6 Sekis klorit Sekis hijau
2 6 160328KSF01A Sekis kuarsa-klorit Sekis hijau
3 20,2 160604KSF18B Granofels muskovit-epidot Sekis hijau
4 12 160504KSF07A Epidosit garnet Sekis hijau
5 7 150419KSF06G Metagabro Sekis hijau
6 8 160211KSF03J Amfibolit epidot Amfibolit
7 20 160528KSF4 Amfibolit epidot-turmalin Amfibolit
8 9 160328KSF04A Amfibolit epidot-garnet Amfibolit
9 9 160328KSF04G Amfibolit garnet Amfibolit
10 9 160328KSF04H Amfibolit zoisit Amfibolit
11 10 160504KSF05K Glaukofanit epidot Sekis biru
12 12 160504KSF07E Glaukofanit fengit-garnet Sekis biru
13 20,3 160604KSF18C Glaukofanit garnet Sekis biru
14 18 160604KSF20C Glaukofanit turmalin Sekis biru
15 8 160527KSF2 Sekis kuarsa–glaukofan Sekis biru
16 20 150418KSF02B Granofels jadeit-kuarsa-glaukofan Sekis biru
17 8 160211KSF03E Eklogit fengit Eklogit
18 20,2 160604KSF18A Eklogit turmalin Eklogit
19 10 160504KSF05I Granofels omfasit-epidot Eklogit
20 9 160328KSF04E Kuarsit Hornfels
21 1 160505KSF17C Marmer Hornfels
22 8 160211KSF03G Serpentinit Serpentinit
23 2 160505KS16A Zeolit Zeolit
Keterangan: = melimpah (>30 %) = umum (20 – 30 %) = sedang (10 – 20 %) = jarang (5 – 10 %) = sangat jarang (< 5 %)
= tidak hadir
519
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Tabel 2. Tabel hasil analisis geokimia pada 4 sampel batuan metamorf Sungai Muncar
520
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
GAMBAR
Gambar 1. Peta geologi regional daerah penelitian (Asikin dkk., 1974) dan peta lintasan daerah
penelitian.
521
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 2. Diagram persebaran batuan (batuan beku, sedimen, dan metamorf) tiap STA di daerah
penelitian.
522
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 2 (lanjutan). Diagram persebaran batuan (batuan beku, sedimen, dan metamorf) tiap STA di
daerah penelitian.
523
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Qz Hbl Zo
Ep Ms Ep
Chl Qz
1 mm 1 mm
(c) Amfibolit epidot (d) Amfibolit epidot-turmalin
Hbl Hbl
Rt Ep Hbl
Rt
Chl
Ep
Ph Tur
Hbl
1 mm 1 mm epidot
(e) Amfibolit epidot-garnet (f) Glaukofanit
Rt Grt
Rt Chl
Ph Chl
Ep
Hbl Grt
Ph
Ep Hbl Gln
1 mm 1 mm
Gambar 3. Gambar mikroskopis sayatan petrografi batuan: (a) Sekis kuarsa-klorit dengan komposisi
mineral kuarsa, klorit, epidot, dan kalsit; (b) Granofels muskovit-epidot dengan komposisi
mineral muskovit, epidot, zoisit, klorit, dan mineral opak; (c) Amfibolit epidot dengan
komposisi mineral hornblenda, epidot, fengit, dan rutil; (d) Amfibolit epidot-turmalin
dengan komposisi mineral hornblenda, epidot, klorit, turmalin, dan klorit; (e) Amfibolit
epidot-garnet dengan komposisi mineral hornblenda, epidot, fengit, klorit, garnet, dan rutil;
(f) Glaukofanit epidot dengan komposisi mineral glaukofan, fengit, epidot, garnet, dan
rutil.
524
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Ph Gln
Rt
Ep Grt
Tur
Chl
Rt Ep
1 mm 1 mm
(i) Sekis kuarsa-glaukofan (j) Eklogit fengit
Chl
Ep
Cal Opq Gln
Omp
Gln Ph
Pl
Grt
Qz
1 mm 1 mm
(k) Eklogit turmalin (l) Granofels omfasit-epidot
Tur Rt
Omp Omp
Ep
Grt
Ph Ph
Ttn
1 mm Opq 1 mm Pl
Gambar 3 (lanjutan). Gambar mikroskopis sayatan petrografi batuan: (g) Glaukofanit garnet dengan
komposisi mineral glaukofan, epidot, fengit, garnet, klorit, dan rutil; (h)
Glaukofanit turmalin dengan komposisi mineral glaukofan, turmalin, epidot,
fengit, dan rutil; (i) Sekis kuarsa-glaukofan dengan komposisi mineral kuarsa,
glaukofan, klorit, dan kalsit; (j) Eklogit fengit dengan komposisi mineral
Omfasit, garnet, fengit, epidot, glaukofan, dan plagioklas sekunder; (k) Eklogit
turmalin dengan komposisi mineral omfasit, garnet, fengit, turmalin, rutil, dan
mineral opak; (l) Granofels omfasit-epidot dengan komposisi mineral omfasit,
epidot, fengit, dan plagioklas sekunder.
525
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Hem
Rt Ep
Grt
Ep
Srp
Zo
Srp
Tlc
Chl
1 mm 1 mm
(o) Kuarsit (p) Marmer
Cal
Cal
Qz
Gr
Qz
1mm
1mm
(q) Metagabro (r) Zeolit
Zo Clay
Qz
Srp
Cal Zeo
Cpx Zeo
Ep Opq
Opq
1 mm 1 mm
Gambar 3 (lanjutan). Gambar mikroskopis sayatan petrografi batuan: (m) Epidosit garnet dengan
komposisi mineral epidot, zoisit, garnet, klorit, dan rutil; (n) Serpentinit
dengan komposisi mineral Serpentin, talk, dan hematit; (o) Kuarsit dengan
komposisi mineral kuarsa, kalsit dan grafit; (p) Marmer dengan komposisi
mineral kalsit dan kuarsa; (q) Metagabro dengan komposisi mineral epidot,
zoisit, epidot, serpentin, klinopiroksen, dan mineral opak; (r) Zeolit dengan
komposisi mineral zeolit, mineral lempung, mineral opak, kalsit, dan kuarsa.
526
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 4. Diagram harker dari batuan metabasa di daerah penelitian. Diagram ini menggunakan plot SiO2 pada sumbu x dan oksida mayor lain pada
sumbu y.
527
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 5. Plot diskriminan diagram batuan metamorf dari protolith batuan metabasa. (a) Plot
pada diagram Zr/Ti dan Nb/Y (Winchester dan Floyd, 1977), didapatkan batuan asal
berupa andesit basalt, subalkaline basalt, dan alkali basalt; (b) Plot pada diagram
AFM (Irvine dan Baragar, 1971), didapatkan afinitas asal magma yang tholeiitic;
(c) Plot pada diagram Nb-Zr-Y (Meschede, 1986), didapatkan tatanan tektonik
berupa within plate basalt dan N-MORB sedangkan 1 sampel lainnya tidak
terklasifikasikan pada diagram ini; (d) Plot pada diagram Hf-Th-Ta (Wood, 1980),
didapatkan tatanan tektonik berupa within plate basalt, E-MORB, dan N-MORB.
528
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 6. Plot diagram pola REE dan laba-laba batuan metamorf dari protolith batuan
metabasa. (a) Plot pada diagram pola REE dengan normalisasi chondrite (Sun dan
McDonough, 1989), didapatkan pola unsur REE yang mirip dengan tatanan
tektonik OIB dan N-MORB; (b) Plot pada diagram laba-laba dengan normalisasi
primordial mantle (Sun dan McDonough, 1995), didapatkan pola unsur yang mirip
dengan tatanan tektonik OIB dan N-MORB.
529