Anda di halaman 1dari 20

REKSADANA SYARIAH DAN KONVENSIONAL

DIAJUKAN SEBAGAI SATU DIANTARA SYARAT MEMENUHI TUGAS


TERSTRUKTUR MATA KULIAH PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI

DOSEN PENGAMPU : DWI PRIHATINI, S.E, M.Sc.

WICKY PRATAMA PUTRA B1032171002

ADRIANUS WAHYUDI B1032171004

ANDRI TIANTO B1032171029

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA kami diberikan
kemudahan sehingga makalah yang berjudul “Reksadana Syariah dan Reksadana
Konvensional” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Pontianak, 24 Maret 2019

Peyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ............. . i


DAFTAR ISI.............................................................................................................. .. ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ........................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah................................................................................... 4
c. Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….... .. 5
a. Pengertian Reksadana ............................................................................. 5
b. Perbedaan Reksadana Syariah Dan Reksadana Konvensional ............... 6
c. Nilai Aktiva Bersih................................................................................. 8
d. Perbedaan Kinerja Reksadana Syariah Dan Reksadana Konvensional .. 10
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….... ... 16
a. Kesimpulan….......................................................................... .............. 16
b. Saran………………………………………………………………… .. 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….... ...... 17

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk
berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli
unit penyertaan reksa dana. Reksa dana sebagai wadah dimaksudkan dalam hal ini karena
reksa dana memiliki beberapa jenis, yaitu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, dan
reksa dana campuran. Investor dihadapkan oleh dua pilihan investasi reksa dana yang
memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Dua pilihan tersebut adalah reksa dana syariah
dan reksa dana konvesional. Pemilihan instrumen dan mekanisme investasi menjadi pembeda
dari kedua jenis reksa dana ini, dikatakan demikian karena jenis reksa dana syariah
pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam. Instrumen investasinya
yang dipilih dalam portofolionya haruslah yang dikategorikan halal.

Reksa dana syariah merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak mempunyai banyak keahlian dan waktu
untuk menghitung atas investasi mereka. Reksa dana syariah dirancang sebagi sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat hal tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan peran
pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Pesatnya pertumbuhan instrumen
reksa dana baik konvensional maupun syariah, masalah yang dihadapi oleh para investor
maupun investor potensial adalah bagaimana memilih alternatif reksa dana yang ada
berdasarkan kinerja portofolio. Pertanyaan tentang apakah manajer investasi reksa dana dapat
memberikan pengembalian (expected return) di atas rata-rata return pasar adalah isu yang
relevan bagi investor maupun investor potensial. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa
dana merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan. Reksa dana syariah
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan memperoleh
pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih yang dapat dipertanggungjawabkan
secara religius yang memang sejalan dengan prinsip syariah. Akad-akad yang terjadi dalam
melakukan transaksi di reksa dana syariah adalah akad wakalah dan mudharobah. Antara
pemodal dan manajer dan investasi dilakukan dengan sistem wakalah, dan antara manajer
inventaris dan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah. Pemilik dana reksa

1
dana syariah memberikan kepercayaan kepada manajer investasi yang memberi jasa untuk
menempatkan dana tersebut dalam suatu kegiatan dari pemilik usaha sesuai dengan pedoman
penempatan (investasi) yang disepakati. Seluruh bagi hasil (positif dan negatif) yang diterima
oleh manajer investasi dari pemilik usaha sebagai manfaat dari pemakaian dana dalam
kegiatan dari pemilik usaha tersebut adalah hak pemilik dana. Oleh karena manajer investasi
telah memberikan jasanya dalam mengelola dana dari investor maka berhak mendapat
imbalan (fee).

Prinsip operasional yang digunakan di reksa dana syariah adalah prinsip mudharabah
atau qiradh. Prinsip mudharabah diartikan sebagai sebuah ikatan atau sistem dimana
seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa
keuntungan yang diperoleh dari hasil pengelola tersebut dibagi antar kedua belah pihak sesuai
dengan syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak. Investasi yang dilakukan
manajemen investasi hanya pada instrumen keuangan yang sesuai dengan syariat Islam.
Sebagai konsekuensi logis dalam memperoleh keuntungan untuk menanggung resiko
kerugian. Demikian pula investasi yang terjadi di reksa dana syariah, pihak-pihak yang
terlibat kan memperoleh keuntungan atau menanggung resiko apabila investasi mengalami
kerugian.

Pembagian keuntungan di reksa dana syariah mengacu kepada prinsip operasional yang
digunakan. Oleh kerena prinsip mudharabah yang digunakan, maka pihakpihak yang terlibat
dalam reksa dana syariah sama-sama memperoleh keuntungan atau sama-sama menanggung
resiko (profit and loss sharing). Unsur terpenting yang terlibat dalam pembagian keuntungan
itu adalah emiten manajer investasi dan investor. Pertama-tama emiten yang mendapat
keuntungan, kemudian keuntungan itu dibagi secara profesional dengan investor melalui
manajer investasi, sedangkan manajer investasi mendapatkan fee dari investor

Syariah Islam belum dikenal lembaga badan hukum seperti sekarang. Tapi lembaga
badan hukum ini sebenarnya mencerminkan kepemilikan saham dari perusahaan yang secara
syariah diakui. Namun demikian, dalam hal reksa dana syariah, keputusan tertinggi dalam hal
keabsahan produk adalah Dewan Pengawas Syariah yang beranggotakan beberapa alim
ulama dan ahli ekonomi syariah yang direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dengan begitu proses didalam akan terus diikuti
perkembangannya agar tidak keluar dari jalur syariah yang menjadi prinsip investasinya.
Akad antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem mudharabah.

2
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut
bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Dalam hal transaksi jual beli, saham-saham dalam reksa dana syariah dapat diperjual belikan.

Saham-saham dalam reksa dana syariah merupakan yang harta (mal) yang dibolehkan
untuk diperjual belikan dalam syariah. Tidak adanya unsur penipuan (gharar) dalam transaksi
saham karena nilai saham jelas. Harga saham terbentuk dengan adanya hukum supply and
demand. Semua saham yang dikeluarkan reksa 5 dana tercatat dalam administrasi yang rapih
dan penyebutan harga harus dilakukan dengan jelas. Kegiatan investasi reksa dana syariah
dapat melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan syariah. diantara investasi
tidak halal yang tidak boleh dilakukan adalah investasi dalam bidang perjudian, pelacuran,
pornografi, makanan dan minuman yang diharamkan, lembaga keuangan ribawi dan lain-lain
yang ditentukan oleh Dewan Pengawas Syariah. Dalam kaitannya dengan sahamsaham yang
diperjual belikan di bursa saham, BEJ sudah mengeluarkan daftar perusahaan yang tercantum
dalam bursa yang sesuai dengan syariah Islam atau saham-saham yang tercatat di Jakarta
Islamic Index (JII). Dimana saham-saham yang tercantum didalam indeks ini sudah
ditentukan oleh Dewan Syariah. Transaksi reksa dana syariah tidak diperbolehkan melakukan
tindakan spekulasi, yang didalamnya mengandung gharar seperti penawaran palsu dan
tindakan spekulasi lainnya. Demikianlah uraian singkat mengenai reksa dana syariah dan
beberapa ketentuan serta prinsip yang harus dijalankan. Meskipun reksa dana syariah sudah
mulai bermunculan, namun dari segi komposisi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana
syariah masih jauh dari reksa dana konvensional. NAB itu sendiri adalah nilai yang
menggambarkan total kekayaan reksa dana setiap harinya. Nilai ini dipengaruhi oleh
pembelian dan penjualan reksa dana oleh para investor, selain dari harga pasar dari aset reksa
dana itu sendiri.

3
B. Rumusan Masalah
1. apa itu reksadana?
2. apa itu reksadana konvensional dan syariah?
3. Apa itu nilai aktiva bersih?
4. Bagaimana perbedaan kinerja reksa dana konvensional dan reksa dana syariah
dilihat dari return dan risikonya?
5. Bagaimana perbedaan kinerja reksa dana saham konvensional dan reksa dana
saham syariah diukur dengan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio?
6. Bagaimana perbedaan kinerja reksa dana pendapatan tetap konvensional dan
reksa dana pendapatan tetap syariah diukur dengan Sharpe Ratio, Treynor Ratio,
dan Jensen Ratio?
7. Bagaimana perbedaan kinerja reksa dana campuran konvensional dan reksa dana
campuran syariah diukur dengan Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen Ratio?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian reksadana
2. Mengehtahui perbedaan reksadana konvensional dan reksadana syariah
3. Mengetahui nilai aktiva bersih
4. Mengetahui perbedaan kinerja reksa dana konvensional dan reksa dana
syariah di Indonesia dilihat dari return dan risikonya.
5. Mengetahui perbedaan kinerja reksa dana saham konvensional dan reksa dana
saham syariah di Indonesia dilihat dari Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan Jensen
Ratio
6. Mengetahui perbedaan kinerja reksa dana pendapatan tetap konvensional dan
reksa dana pendapatan tetap syariah di Indonesia dilihat dari Sharpe Ratio,
Treynor Ratio, dan Jensen Ratio
7. Mengetahui perbedaan kinerja reksa dana campuran konvensional dan reksa dana
campuran syariah di Indonesia dilihat dari Sharpe Ratio, Treynor Ratio, dan
Jensen Ratio

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Reksadana

Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya
pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu
Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di
pasar modal Indonesia. Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam
portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)
didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi. Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama, adanya dana
dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan
Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada
dalam Reksa Dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi
adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.

Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa Dana, antara lain:

1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan
diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai
contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang
tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan Reksa Dana,
maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan
diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya
investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi.
2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal.
Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah,
namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua
pemodal memiliki pengetahuan tersebut.
3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana tersebut
dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu repot-repot
untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada

5
manajer investasi tersebut. Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping
mendatangkan berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai
peluang risiko, antara lain:

B. Perbedaan Reksadana Syariah Dan Konvensional


Reksadana syariah memiliki kebijaksanaan investasi yang berbasis instrumen
investasi pada portfolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika perusahaan
yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tidak melakukan riba atau membungakan
uang. Saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang dikeluarkan bukan perusahaan yang
usahanya berhubungan dengan produksi atau penjualan minuman keras, produk
mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat, perjudian, pornografi, dan
sebagainya. Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan
penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil
keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan manajer
investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki. Produk investasi ini bisa
menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat
ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil. Reksadana syariah memang sangat
sesuai untuk investasi jangka panjang seperti persiapan menunaikan ibadah haji atau
biaya sekolah anak di masa depan. Saat ini pilihannya pun semakin banyak. Saat ini
secara kumulatif terdapat 11 reksadana syariah telah ditawarkan kepada masyarakat.
Jumlah itu meningkat sebesar 233,33 persen jika dibandingkan dengan tahun 2003
yang hanya terdapat tiga reksadana syariah.
Perbedaan reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah dalam hal
operasionalnya, yang paling jelas adalah proses penyaringan (screening) dalam
menyusun portofolionya dan proses pemurnian pendapatan non halal. Proses
penyaringan menurut prinsip syariah akan mengeluarkan saham yang memiliki
aktivitas haram seperti riba, gharar, minuman keras, judi, daging babi, pornografi dan
senjata. Proses pemurnian dilakukan terhadap pendapatan dari perusahaan yang halal
akan tetapi terdapat keraguan atas pendapatan non halal. Proses pemurnian dilakukan
dengan mengeluarkan pendapatan non halal dari perusahaan halal sebagai amal
(charity). Proses penyaringan dan pemurnian ini dianggap sebagai ciri khas dari reksa
dana syariah. Investor learning model menyatakan bahwa investor reksadana
cenderung chase return, artinya mereka akan menyalurkan dananya dalam reksadana
yang memiliki kinerja yang lebih baik.

1. Reksa Dana Konvensional


Reksa dana konvensional merupakan reksa dana yang pengelolaannya tidak
berlandaskan prinsip-prinsip syariah atau syariat Islam. Unsur-unsur yang dikandung
oleh reksa dana konvensional yang tidak sesuai dengan syariat Islam antara lain dari
segi akad, operasi, investasi, transaksi dan pembagian keuntungannya. Reksa dana
konvensional bebas berinvestasi di berbagai instrumen investasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan dari berbagai bidang termasuk bidang perjudian, pelacuran,

6
pornografi, makanan dan minuman haram, lembaga keuangan ribawi, dan lain-lain
yang tidak sesuai dengan prinsip prinsip syariah. Meskipun demikian, dalam reksa
dana konvensional terdapat akad muamalah yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu
jual beli dan bagi hasil (mudharabah/ musyarakah). Dan di sana terdapat banyak
manfaat seperti memajukan perekonomian, meminimalkan risiko dalam pasar modal
dan sebagainya.
2. Reksa Dana Syariah
Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 Reksa Dana syariah
adalah reksa dana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang pasar modal dan
peraturan pelaksanaannya, yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip-
prinsip Syariah di Pasar Modal. Yang membedakan reksa dana syariah dan reksa dana
konvensional adalah reksa dana syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis
pada portofolio dengan kategori halal. Dikatakan halal apabila perusahaan yang
menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu,
dalam pengelolaannya, reksa dana ini tidak mengijinkan strategi investasi yang
menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut
dibagihasilkan diantara para investor dan Manajer Investasi sesuai dengan proporsi
modal yang dimiliki.

Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa No.20/DSN/-MUI/VI/2001. Fatwa


tersebut memuat antara lain :

1) Dalam reksa dana konvensional, masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan


dengan syariah,baik dari segi akad, pelaksana investasi, maupun dari segi pembagian
keuntungan.
2) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan
syariah, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian
deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bak
umum syariah dan surat utang sesuai syariah.
3) Jenis usaha emiten haruslah sesuai dengan syariah, antara lain tidak boleh melakukan
usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga ribawi, usaha memproduksi,
mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-
barang atau jasa-jasa merusak modal dan membawa keburukan. Pemilihan dan
pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tisak boleh
ada unsur yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran
palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading-menyebarkan informasi
yang salah dan menggunakan informasi orang dalam untuk keuntungan transaksi yang
dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat hutangnya lebih
dominan dari modalnya.
4) Emiten dinyatakan tidak layak diinvestasikan dalam reksa dana syariah jika struktur
hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari hutang, yang pada
intinya merupakan pembiayaanyang mengandung unsur ribawi. Emiten memiliki

7
nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82% (hutang 45%, modal 55%), manajemen
emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha yang Islami.
5) Mekanisme operasioanl reksa dana syariah terdiri dari: Wakalah antara Manajer
Investasi dan pemodal; serta Mudharabah antara Manajer Investasi dengan
penggunaan investasi.
6) Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh Manajer Investasi)
dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam
akad yang telah dibuat bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi
tertentu kepada si pemodal,
b. Pemodal menaggung risiko sebesar dana yang telah diberikan,
c. Manajer Investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko kerugian
atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.
7) Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam reksa dana syariah adalah:
a. Penghasilan dari saham berupa dividen, rights, dan capital gain.
b. Penghasilan dari obligasi yang sesuai syariah.
c. Penghasilan dari Surat Berharga Pasar Uang.
d. Penghasilan dari deposito.

C. Nilai Aktiva Bersih

NAB (Nilai Aktiva Bersih) per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu
Reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit
penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut.Nilai ini berubah-ubah
setiap harinya (hari transaksi Senin – Jumat). Nilai ini dipengaruhi oleh transaksian
pembelian dan penjualan Reksa Dana oleh para investor, harga pasar dari aset Reksa Dana
dan perubahan dana kelolaan (Asset Under Management – AUM).

a. Contoh NAB, UP, dan NAB/UP

Berikut ini contoh NAB, UP dan NAB/UP sebuah produk reksa dana di pasar. Contoh ini
tidak dimaksudkan untuk memberikan penilaian dan bukan untuk saran transaksi. Anda dapat
mengecek pada fund fact sheet reksa dana. Pada bagian Nilai Aktiva Bersih, dapat dilihat
bahwa NAB dari TRIM Kapital Plus pada Bulan Januari adalah 420,90 Milliar naik menjadi
Rp 445,87 Milliar pada Bulan Februari. Artinya total jumlah dana kelolaan yang mencakup
kas dan instrumen investasi bertambah pada bulan Februari sebesar 24.97 milliar atau 5.93%.

Nilai Aktiva bersih per Unit (NAB/UP) pada bulan Januari 2.667,41 dan naik menjadi
2.840,83 pada bulan Februari. Artinya investor yang membeli TRIM Kapital Plus pada Bulan

8
Januari dan menjualnya pada bulan Februari sudah mengalami keuntungan sebesar selisih
173,42 atau 6.50%.

Unit Penyertaan pada bulan Januari sebanyak 157.79 juta dan turun menjadi 156.95 juta pada
bulan Februari. Pada bulan Februari, investor banyak yang menjual investasinya
dibandingkan investor yang membeli investasi.Pada saat Kita membaca berita di koran
NAB/UP reksa dana Naik atau Turun, jangan panik. Kenaikan atau penurunan NAB/UP itu
tidak berarti KITA untung atau rugi. NAB/UP menunjukkan kenaikan atau penurunan jumlah
dana kelolaannya.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) juga tidak menunjukkan murah atau mahalnya suatu reksa dana.
Pada saat reksa dana dijual pertama kali nilai aktiva bersih (NAB) adalah Rp 1.000 per unit.
Seiring kenaikan asset dan dana kelolaan, maka NAB akan mengalami kenaikan
harga.Tingginya NAB suatu reksa dana disebabkan aset-aset reksa dana tersebut telah
mengalami kenaikan nilai.Contoh sejak diluncurkan Trim Kapital Plus telah mengalami
kenaikan dana kelolaan sebesar 184,08% (lihat tabel di atas). Harga perdana Rp 1.000, harga
per 28 Februari 2.840,83.

ontoh Pertama (membeli berdasarkan Rupiah)

Pada tanggal 5 Febuari 2015, Pak Ronald membeli Reksadana XYZ sebesar Rp 5.000.000.
NAB/unit Reksadana XYZ pada hari itu adalah Rp. 1.589,65. Maka unit penyertaan yang Pak
Ronald miliki adalah Rp 5.000.000/1.589,65 = 3.145,346 unit penyertaan.

Contoh Kedua (membeli berdasarkan Unit) Pak Ronald ingin membeli reksa dana XYZ
sebanyak 3.000 unit. Maka uang yang harus diinvestasikan untuk membeli 3.000 unit reksa
dana XYZ adalah Rp 1.589,65 x 3.000 = Rp 4.768.950.

Secara teoritis memang memungkinkan untuk dua cara di atas, tetapi secara praktenya lebih
sering contoh pertama. Jika Anda membeli reksa dana sebelum jam 12 siang di hari Senin,
nilai NAB/UP baru keluar di hari Selasa. Kalau Anda transaksi lebih dari jam 12 siang di hari
Senin, nilai NAB/UP baru keluar di hari Rabu.

Pengertian investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan harapan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
mendatang. Investasi bisa berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset nyata seperti
tanah, emas, dan bangunan, maupun aset finansial seperti deposito, saham, dan obligasi.
Pihak – pihak yang melakukan investasi disebut sebagai investor. Investor pada umumya
dibagi menjadi dua, yaitu investor individual dan investor institusional. Investor individual
terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. sedangkan investor
institusional biasanya terdiri dari perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan
lembaga simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi. Tujuan
investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan yang dimaksud
adalah penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini dari pendapatan di masa
mendatang.

Sedangkan secara khusus, alasan orang untuk melakukan investasi antara lain adalah:

9
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
2. Mengurangi pengaruh inflasi atas kekayaan
3. Dorongan untuk menghemat pajak .

Proses Manajemen Investasi Tanpa melakukan pembedaan terhadap investor, Fabozzi


(1999: 2) membagi proses manajemen investasi menjadi lima yaitu:

1. Menetapkan sasaran investasi sasaran yang ingin dicapai tergantung institusi itu
sendiri. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan investasi yaitu:
tingkat pengembalian (return), risiko (risk), dan ketersediaan jumlah dana.
2. Membuat kebijakan investasi Penetapan kebijakan dimulai dengan keputusan alokasi
aktiva/aset. Investor akan memutuskan bagaimana mendistribusikan dana kepada
kelompokkelompok aktiva utama. Kelompok aktiva utama umumnya meliputi saham,
obligasi, real estat, dan sekuritas-sekuritas luar negeri.
3. Pemilihan strategi investasi Strategi portofolio dapat dibedakan menjadi strategi aktif
dan pasif. Strategi portofolio aktif menggunakan informasi-informasi yang tersedia
dan tehniktehnik peramalan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik dibandingkan
portofilio yang hanya dideversifikasikan secara luas. Portofolio pasif adalah strategi
yang melibatkan input ekspektasional minimal dan sebagai gantinya bergantung pada
diversifikasi untuk mencocokkan kinerja dari beberapa indeks pasar.
4. Memilih aktiva Proses ini membutuhkan evaluasi dari masing-masing sekuritas. Pada
tahap ini manajer investasi harus berusaha mencanangkan portofolio yang efisien
(portofolio yang memberikan pengembalian yang diharapkan terbesar untuk tingkat
resiko tertentu atau tingkat resiko terendah untuk tingkt pengembalian tertentu).
5. Mengukur dan mengevaluasi kinerja Ini merupakan langkah terakhir dalam proses
manajemen investasi, Langkah ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan
selanjutnya mengevaluasi kinerja tersebut secara relatif terhadap patok duga
(benchmark). Patok duga merupakan kinerja dari serangkaian sekuritas yang telah
ditentukan, diperoleh untuk tujuan perbandingan.

D. Perbedaan Kinerja Reksa Dana Konvensional

Dilihat dari asal katanya, reksa dana berasal dari kata reksa yang artinyajaga atau
pelihara dan dana yang artinya uang atau kumpulan uang. Jadi, reksa dana bisa diartikan
sebagai kumpulan uang yang dipelihara bersama untuk suatu kepentingan. Uang yang ada
dalam instrument reksa dana merupakan uang yang dikumpulkan dari sejumlah investor.
Umumnya, reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat investor untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, Ayat (27):
“Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi”.

Dari kedua definisi tersebut, maka setidaknya dalam pengertian reksa dana terdapat
unsur-unsur berikut

10
a. Wadah untuk menampung dana
b. Masyarakat pemodal (investor)
c. Portofolio efek
d. Manajer investasi

Klasifikasi Reksa Dana membedakan reksa


10 dana dengan melihat dari sudut pandang
diantaranya:

a. bentuk,
b. sifat,
c. portofolio investasi,
d. tujuan investasi.

Penulisan ini membahas mengenai perbandingan kinerja antara reksa dana


konvensional dan reksa dana syariah. Oleh karena itu penjelasan mengenai kedua sub reksa
dana tersebut juga akan ditambahkan dalam klasifikasi reksa dana.
Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 18 ayat (1), reksa
dana dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu:

1. Reksa dana berbentuk perseroan (corporate type)

Dalam bentuk reksa dana ini, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana
dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan
pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasarkan di pasar modal maupun pasar
uang. Reksa dana bentuk perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi reksa dana
Perseroan tertutup dan reksa dana Perseroan terbuka.

2. Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (contractual type)

Reksa dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank
Kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan, dimana manajer investasi diberi
wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi
wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk ini yang lebih populer dan
jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan reksa dana yang berbentuk Perseroan.
Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, seluruh reksa dana
yang ada di Indonesia saat ini berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Dilihat dari sifatnya,
reksa dana dapat dibedakan menjadi :

1) Reksa dana bersifat Tertutup (close-end fund)


Merupakan reksa dana yang tidak dapat membeli kembali unit penyertaan
yang telah dijual kepada investor. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual
kembali unit mereka kepada manajer investasi. Apabila investor hendak menjual unti
miliknya, maka penjualan tersebut harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat unit
reksa dana tersebut dicatatkan.
2) Reksa dana bersifat Terbuka (open-end fund)
Merupakan reksa dana yang unit penyertaan si investor dapat ditawarkan atau
dibeli kembali hingga mencapai hitungan modal yang telah dikeluarkan. Pemegang

11
unit jenis ini dapat menjual kembali unit penyertaannya setiap saat. Manajer Investasi
Reksa dana, melalui Bank Kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per unit
penyertaan pada saat itu.

Dilihat dari portofolio investasinya reksa dana dibedakan menjadi :

1. Reksa Dana Pasar Uang


Reksa dana jenis ini merupakan reksa dana yang hanya melakukan investasi
pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya
adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Jenis ini sangat cocok untuk
investor yang bersifat sangat konservatif.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap
Merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya minimal 80% dari
aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang. Reksa dana ini memiliki risiko yang
relatif lebih besar dari reksa dana pasar uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan
pengembalian yang stabil. Jenis ini cocok untuk investor yang bersifat konservatif.
3. Reksa Dana Saham
Merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya minimal 80% dari
aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada
saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksa dana sebelumnya, namun
menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Jenis ini cocok untuk investor yang
bersifat moderat.
4. Reksa Dana Campuran
Merupakan reksa dana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas
dan efek bersifat utang. Jenis ini sangat cocok untuk investor yang bersifat agresif

Dilihat dari tujuan investasinya dapat dibedakan atas :

1. Growth Fund
Reksa dana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana. Reksa
dana jenis ini biasanya mengalokasikan dananya pada saham.
2. Income Fund
Reksa dana yang mengutamakan pendapatan konstan. Reksa dana jenis ini
mengalokasikan dananya pada surat hutang dan obligasi.
3. Safety Fund
Reksa dana yang mengutamakan keamanan daripada pertumbuhan. Reksa dana jenis
ini umumnya mengalokasikan danannya di pasar uang, seperti deposito berjangka,
sertifikat deposito dan surat hutang jangka pendek.

Pengelola Reksa dana Pengeloaan reksa dana dilakukan oleh manajer investasi.

Manajer investasi merupakan perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah


(BAPEPAM) untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana melalui investasi di pasar modal.
Perorangan yang bekerja di perusahaan ini wajib lulus ujian Wakil Manajer Investasi (WMI)
yang diselenggarakan pemerintah. Pihak selanjutnya yang terlibat dalam pengelolaan reksa
dana adalah Bank Kustodian. Bank kustodian memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam

12
hal menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan
maupun penjualan kembali suatu reksa dana sesuai dengan kontrak investasi yang telah
ditetapkan dengan manajer investasi.

Undang-undang pasar modal pasal 25 ayat 1 menyebutkan bahwa kekayaan reksa


dana tidak boleh dipegang langsung oleh manajer investasi tetapi wajib disimpan dalam Bank
Kustodian yang tidak terafiliasi langsung dengan manajer investasi. Hal ini untuk
menghindari adanya kecurangan dalam pengelolaan kekayaan tersebut. Berbeda dengan
manajer investasi, izin Bank Kustodian hanya berlaku untuk perusahaan. Tidak ada izin
khusus untuk perorangan bekerja dalam Bank Kustodian. Saat ini ada 18 bank yang mendapat
izin untuk menjalankan usaha sebagai bank kustodian.

Hubungan return dan risiko reksa dana..

Pada umumnya tujuan investor berinvestasi adalah memperoleh keuntungan (return),


tanpa melupakan risiko yang mungkin dihadapi. Hubungan return dengan risiko merupakan
hubungan yang searah dan linier. Artinya, makin tinggi risiko suatu aset maka makin tinggi
pula return atas aset itu, begitu juga sebaliknya. Reksadana syariah memiliki kebijaksanaan
investasi yang berbasis instrumen investasi pada portfolio yang dikategorikan halal.
Dikatakan halal, jika perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak
melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tidak melakukan riba atau
membungakan uang. Saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang dikeluarkan bukan
perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau penjualan minuman keras,
produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat, perjudian, pornografi, dan
sebagainya. Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan
penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan
investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan manajer investasi sesuai dengan
proporsi modal yang dimiliki. Produk investasi ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk
menggantikan produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif
kecil. Reksadana syariah memang sangat sesuai untuk investasi jangka panjang seperti
persiapan menunaikan ibadah haji atau biaya sekolah anak di masa depan. Saat ini pilihannya
pun semakin banyak. Saat ini secara kumulatif terdapat 11 reksadana syariah telah
ditawarkan kepada masyarakat. Jumlah itu meningkat sebesar 233,33 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya terdapat tiga reksadana syariah.

Perbedaan reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah dalam hal


operasionalnya, yang paling jelas adalah proses penyaringan (screening) dalam menyusun
portofolionya dan proses pemurnian pendapatan non halal. Proses penyaringan menurut
prinsip syariah akan mengeluarkan saham yang memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar,
minuman keras, judi, daging babi, pornografi dan senjata. Proses pemurnian dilakukan
terhadap pendapatan dari perusahaan yang halal akan tetapi terdapat keraguan atas
pendapatan non halal. Proses pemurnian dilakukan dengan mengeluarkan pendapatan non
halal dari perusahaan halal sebagai amal (charity). Proses penyaringan dan pemurnian ini
dianggap sebagai ciri khas dari reksa dana syariah. Investor learning model menyatakan

13
bahwa investor reksadana cenderung chase return, artinya mereka akan menyalurkan dananya
dalam reksadana yang memiliki kinerja yang lebih baik.

Kebijakan Investasi Reksa Dana Syariah

Kebijakan investasi reksa dana syariah yakni hanya berinvestasi pada perusahaan
dengan kategori halal, dan memenuhi rasio keuangan tertentu. Halal yang dimaksud adalah
tidak perusahaan tersebut tidak memproduksi atau menjual sesuatu yang haram menurut
Islam, seperti menjual daging babi, minuman keras, bisnis hiburan maksiat, judi, pornografi,
dsb, tidak merugikan orang banyak, tidak merugikan orang dan bersifat mudarat (rokok),
tidak boleh investasi pada portfolio yang yang bersifat riba (Adanya bunga), bukan judi
(maysir), perdagangan yang tidak disertai penyerahan barang, perdagangan dengan
penawaran dan permintaan palsu (bay al najsy), jual beli mengandung ketidakpastian (gharar)
dan spekulatif, serta transaksi suap (risywah).

Memenuhi rasio keuangan tertentu, maksudnya total utang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82 persen (delapan puluh dua per seratus)
yang berarti modal 55 persen dan utang 45 persen, total pendapatan bunga dan pendapatan
tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan
lain-lain tidak lebih dari 10 persen.

Kebijakan Investasi reksadana syariah hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang
sesuai dengan Syari’ah Islam meliputi:

1) Efek Pasar Modal Syariah:


 Obligasi Syariah (Sukuk) : Saham-saham yang masuk dalam DES (Daftar
Efek Syariah), serta efek surat hutang lainnya yang sesuai dengan prinsip
syariah.
2) Instrumen Pasar Uang Syariah:
 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
 Sertifikat Investasi Mudharabah Antar-Bank (SIMA)
 Certificate of Deposit Mudharabah Mutlaqah (CD Mudharabah Mutlaqah)
 Certificate of Deposit Mudharabah Muqayyadah (CD Mudharabah
Muqayyadah).

Keterkaitan Konsep Ekonomi Islam dengan Pembentukan Reksa Dana Syariah

Islam sebagai agama wahyu merupakan sumber pedoman hidup bagi seluruhumat
manusia. Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilakukan dalam bidang ekonomi Islam
mengutamakan metode pendekatan sistem nilai sebagaimana yang tercantum dalamsumber-
sumber hukum Islam yang berupa:

 Al Quran
 Sunnah
 Ijma
 Ijtihad

14
Sistem nilai tersebut diharapkan dapat membentuk suatu sistem ekonomi Islam yang
mampu mengentaskan kehidupan manusia dari ancaman pertarungan serta timbulnya
perpecahan akibat adanya persaingan dan kegelisahan yang menyebabkan 3 keserakahan
sebagai bentuk krisis dari sistem ekonomi kapitalis individualistik danmarxis sosialistik
(Muhamad, 2000 : 14-16). Islam menginginkan suatu ekonomi pasar yang dilandaskan pada
nilai-nilai moral. Segala kegiatan ekonomi harus berdasarkan padaprinsip kerjasama dan
prinsip tanggung jawab (Setiyono, 2003 : 21).

Karakteristik utama dari sistem ekonomi Islam adalah digunakannya konsepsegitiga


(triangle concept ) yang memiliki tiga elemen dasar. Adapun ketiga elemen dasar tersebut
adalah Allah SWT, manusia dan alam. Dalam melaksanakan segala aktivitas ekonomi, maka
manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya (hablumminannaas). Sedangkan
elemen alam pada konsep segitiga dimaksudkan sebagai wahana atau tempat yang mampu
memberikan dan mencukupi kebutuhan seluruh mahluk hidup, khususnya umat manusia.
Namun demikian, manusia yang telah ditakdirkan sebagai mahluk hidup yang diberikan akal
memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian dankelangsungan hidup dari alam tersebut.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Reksa Dana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (shabul mal) untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi sebagai wakil shahibul mal menurut ketentuan
dan prinsip syariah Islam.

Terkait dengan karakteristiknya sebagai suatu lembaga investasi syariah,maka setiap


kebijakan investasi reksa dana syariah yang dirumuskan oleh manajer investasi sebagai harus
berpedoman dan tidak boleh menyimpang dari prinsip-prinsip investasi syariah sebagaimana
yang diatur dalam hukum ekonomi Islam.Oleh karena itu, manajer investasi juga dituntut
untuk dapat lebih memahami prinsip-prinsip invetasi syariah. Selain itu, eksistensi reksa dana
syariah jugamembutuhkan lembaga yang bertugas melakukan pengawasan atas implementasi
kebijakan investasi oleh manajer investasi. Oleh karena itu maka muncul beberapa
permasalahan terkait dengan uraian sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, yaitu :

1. prinsip-prinsip hukum ekonomi islam yang bagaimanakah yang diaplikasikan dalam


perumusan kebijakan dan pengelolaan investasi dalam reksadana syariah ?
2. Siapakah yang memiliki kewenangan untuk melakukanpengawasan terhadap
operasionalisasi kegiatan reksa dana syariah ?

Kebijakan investasi reksa dana syariah yakni hanya berinvestasi pada perusahaan
dengan kategori halal, dan memenuhi rasio keuangan tertentu. Halal yang dimaksud adalah
tidak perusahaan tersebut tidak memproduksi atau menjual sesuatu yang haram menurut
Islam, seperti menjual daging babi, minuman keras, bisnis hiburan maksiat, judi, pornografi,
dsb, tidak merugikan orang banyak, tidak merugikan orang dan bersifat mudarat (rokok),
tidak boleh investasi pada portfolio yang yang bersifat riba (Adanya bunga), bukan judi
(maysir), perdagangan yang tidak disertai penyerahan barang, perdagangan dengan
penawaran dan permintaan palsu (bay al najsy), jual beli mengandung ketidakpastian (gharar)
dan spekulatif, serta transaksi suap (risywah).

B. SARAN

Dari penulisan yang telah dilakukan penulis ingin memberikan saran untuk penelitian
yang akan datang agar penulisan ini lebih baik. Investor yang akan menginvestasikan
uangnya pada reksa dana disarankan untuk melihat risiko dan return masa lalu reksa dana
tersebut dan memilih reksa dana yang dikatagorikan layak karena tidak semua reksa dana
dikatagorikan layak. Reksa dana syariah bisa menjadi pertimbangan bagi para investor,
khususnya investor Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Reksa dana syariah akan
memberikan kenyamanan kepada investor karena manajer investasi menginvestasikan dana
masyarakat/investor pada produk-produk yang sesuai ketentuan Islam.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bodie, Kane & Marcus. 1993 . Investment. 3'd edition. New Jersey: Prentice Hall

Fabozzi, Frank 1995. Investment Management. New Jersey: Prentice - Hall.

Gitman, at all .. 2003. Principles ofManagerial Finance, loth Edition. New Jersey: John Wiley
and Sons.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi 3.
Jogjakarta: KPP-AMP

Pratomo, Eko Priyo & Nugraha Ubaidillah. 2001. Reksa Dana: Solusi Perencanaan Investasi
di Era Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, Singgih. 2000. SPSS Pengolahan Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elex
Media Komputindo.

Sharpe, W.F., Alexander G.J., & Bailey, J.Y. (1997) Investment, New Jersey, Prentice - Hall

Tendi Haruman dan Haryandi Hasby. Edisi Februari 2005. Jurnal Usahawan.

WWW.lnvestorindonesia.com

www.idx.co.id

www.bapepam.go.id

17

Anda mungkin juga menyukai