Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah tenaga kerja di seluruh penjuru dunia meningkat secara global.


Menurut organisasi perburuhan dunia atau international labour organization
(ILO) saat ini terdapat sekitar 2,6 milyar angkatan kerja (ILO, 2005)

Peningkatan jumlah tenaga kerja terjadi sebagai akibat meningkatnya


jumlah penduduk di dunia dan kebutuhan kebutuhan pekerja yang layak bagi
masyarakat. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang juga
mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja yang signifikan. Berdasarkan data
dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005, terdapat 101, 5 juta pekerja,
dengan jumlah perusahaan atau institusi kerja berjumlah 120.000.

Pekerja merupakan salah satu kelompok dalam masyarakat yang beresiko


mengalami berbagai masalah kesehatan. Menurut ILO (2005), terdapat ebih dari 2
juta kasus kematian tiap tahunnya karena kecelakaan penyakit akibat kerja (PAK)
yang fatal. Di Indonesia, angka kesakitan pekerja pada tahun yang sama adalah
8904 ribu. Sedangkan angka kematian pekerja adalah 1699 (Jamsostek, 2005).

Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan da keselamatan, pekerja


medapatkan perhatian dari seluruh dunia dengan di prioritaskannya Occupational
health atau kesehatan kerja dalam kebijakan Health people 2000. Kebijakan yang
bersifat global ini ditunjukan untuk memperbaiki status kesehatan pekerja,
mengurangi factor risiko di tempat kerja, memperbaiki dan meningkatkan
pelayanan kesehatan kerja, serta mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (Eigsti, Guire, & Stone, 2002).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan kesehatan kerja?
2. Bagaimana hubungan kegiatan dalam program keselamatan dan
kesehatan kerja?

1
3. Apa saja masalah kesehatan kerja yang menurunkan produktivitas
kerja?
4. Bahaya apa saja yang biasa mempengaruhi kesehatan pekerja?
5. Apa saja tingkatan pencegahannya?
6. Apa saja peran dan fungsi perawat kesehatan kerja?
7. Apa saja tujuan penerapan Keperawatan kesehatan Kerja?
8. Siapa saja pelaku OHN dan sasaran OHN?
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi keperawatan kesehatan kerja?
10. Apa yang dimaksud dengan praktik keperawatan kesehatan kerja ?
11. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan kesehatan kerja?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan kesehatan kerja.
2. Untuk mengetahui hubungan kegiatan dalam program keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Untuk mengetahui masalah kesehatan kerja yang dapat menurunkan
produktivitas kerja?
4. Untuk mengetahui bahaya apa saja yang biasa mempengaruhi
kesehatan pekerja.
5. Untuk mengetahui tingkatan pencegahannya keperawatan kesehatan
kerja.
6. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat kesehatan kerja.
7. Untuk mengetahui tujuan penerapan Keperawatan kesehatan Kerja.
8. Untuk mengetahui pelaku OHN dan sasaran OHN.
9. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keperawatan kesehatan
kerja.
10. Untuk mengetahui praktik- praktik keperawatan kesehatan kerja.
11. Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan kesehatan kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keperawatan Kesehatan Kerja

Keperawatan kesehatan kerja/ occupational health nursing (OHN) adalah


cabang khusus dari keperawatan komunitas yang merupakan aplikasi dari konsep
dan frame work dari berbagai disiplin ilmu (keperawatan, kedokteran, kesehatan
masyarakat, ilmu sosial dan perilaku, prinsip-prinsip manajemen) yang bertujuan
meningkatkan dan memelihara status kesehatan pekerja serta melindungi pekerja
dari kecelakaan kerja dan faktor risiko bahaya di tempat kerja (health hazards)
dalam konteks lingkungan kerja yang sehat dan aman (American Asscociation of
Occupational Health Nursing/ AAOHN dalam Nies & Swansons, 2002; Stanhope
& Lancaster, 2004).

Aplikasi dari asas- asas keperawatan dalam menangani kesehatan pekerja


pada seua jenis pekerjaan melalui promotif, kuratif, (penyakit dan kecelakaan)
yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan khusus dalam bidang pendidikan
kesehatan, bimbingan/ konseling, kesehata lingkungan, rehabilitasi dan hubungan
dengan manusia. Menyelenggarakan kesempurnaan, sehingga tercipta
“CONDITIO SINE QUANON” atau lebih meningkatkanefisiensi kerja dan lebih
menigkatkan produktifitas kerja.

2.2 Hubungan kegiatan dalam program keselamatan dan kesehatan kerja


1. Monitoring lingkungan
Evaluasi lingkungan kerja : identifikasi dan mengukur tingkat
keselamatan dan ancaman kesehatan, memperbaiki tindakan untuk
menghilangkan dan mengendalikan resiko/ bahaya
2. Survey kesehatan
Pemeriksaan karyawan, status kesehatan, masalah kesehatan dan
inisiatif dalam meningkatkan serta mempertahankan kesehatan kerja
3. Perawatan utama

3
Identifikasi pekerjaan, masalah PAK, diagnose dan intervensi
perawatan serta pengelolaan dan perawatan lanjut ambulatory dan
rehabilitatif
4. Pendidikan kaeyawan
Peningkatan pengetahuan karyawan dalam pencegahan dan
pengembangan kemampuan karyawan untuk bekerja aman dan sehat
produktif.
2.3 Masalah kesehata kerja yang menurunkan produktifitas kerja
1. Penyakit umum yang diderita pekerja seperti TBC, jantung dll
2. Penyakit-penyakit yang timbul akibat kerja
3. Keadaan gizi pekerja yang kurang baik
4. Lingkungan kerja yang kurang menunjang peningkatan poduksivitas
5. Kesejahteraan pekerja yang kurang memadai
6. Fasilitas kesehatan yang masih kurang
7. Penerapan perundang- undang yang belum dapat dilaksanakan
sepenuhnya
2.4 Tempat kerja yang biasa mempengaruhi kesehatan pekerja
Bahaya di tempat Pengaruh terhadap Pekerjaan dengan
kerja kesehatan bahaya yang timbul

Karbon monoksida Sakit kepala dan Pemadam kebakaran,


kejang mekanik kendaraan dan
teller bank

pelarut Infeksi kuit dan Pegawai


kanker pengecoran,pengecat
kayu, pekerja
drycleaning

lead Sakit perut, tekanan Pembuatan aki, pekerja


darah tinggi dan bagian peleburan,
perubahan tukang cat, pembuatan

4
tingkahlaku sepatu, pegawai pom
bensin

Asbes silicia, debu Bronchitis yang Pekerja dibidang isolasi,


batu bara kronis, empisema, pemasangan pipa,
kanker paru-paru pekerja di gelanggang
kapal

bensin Anemia, leukimia Penecat meeul, dan ahli


kimia

Virus hepatitis b hepatitis Pekerja layanan


kesehatan

Sinar matahari melanoma Petani, nelayan, pekerja


jalan raya

Pengangkatan barang Sakit pinggang, Pegawai ngengecoran


berat tegang urat dan dan bagian peleburan,
ketegangan pegawai lestoran,
pemadam kebakaran

getaran Sakit ginjal, kandung Pekerja layanan


kemih, sindrom kesehatan, pengemudi
terowongan earpal truk baik muatan penuh
atau kosong

Ketegangan sikap Pusing Pengemudi truk trailer,


tubuh operator, dan pegawai
alat pemotong beton

2.5 Tingkatan pencegahan gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat


kerja
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Perlindungan khusus (speaific protection)

5
3. Diagnose dini dan pengobatan yang tetap (early diagnostic and
promtratment)
4. Pencegahan kecacatan (disability limitation)
5. Pemulihan (rehabilitation)

2.6 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Kerja

Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Kerja Pada beberapa dekade


sebelumnya peran dan fungsi OHN hanya terfokus pada penanganan kasus
kegawatdaruratan dan penyakit akut yang dialami pekerja di tempat kerja maka,
saat ini peran dan fungsi OHN menjadi lebih luas dan kompleks (Nies &
Swansons, 2002). Lusk (1990, dalam Stanhope & Lancaster, 2004)
mengidentifikasi 8 peran OHN.

Kesehatan dan keselamatan pekerja dengan menekankan pada pencegahan


terhadap penyakit dan injuri melalui :

a. Pencegahan dan pengobatan yang bersifat emergency


b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan menurunkan
biaya/ dana yang berhubungan dengan kesehatan
c. Sebagai manager yang memberikan pelayanan langsung
berdasarkan fungsi evaluasi dan analisa terhadap keadaan yang
berhubungan dengan penyakit
d. Berpartisipasi dalam merumuskan protocol yag dibutuhkan dalam
profesionalisme.

Adapun 5 tugas utama:

1. Praktek mandiri
2. Mengkaji dan menemukan kasus di lapangan
3. manager
4. edukator
5. direktur yang berbadan hukum

6
Berdasarkan peran tersebut, maka fungsi OHN adalah

1. Melakukan supervisi terhadap kesehatan pekerja;


2. Melakukan surveilens terhadap lingkungan kerja;
3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja;
4. Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
5. Penatalaksanaan penyakit baik yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan, kecelakaan di tempat kerja, serta
pelayanan kesehatan dasar
6. Mengatur dan mengkoordinasikan upaya pertolongan pertama di tempat
kerja
7. Melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di tempat kerja
8. Melakukan konseling untuk pekerja
9. Melakukan upaya rehabilitasi untuk pekerja yang kembali bekerja setelah
mengalami kecelakaan atau dirawat di rumah sakit
10. Melakukan pencatatan dan pelaporan kesehatan kerja
11. Melakukan penatalaksanaan terhadap manajemen pelayanan kesehatan
kerja termasuk menetapkan perencanaan, pengembangan kebijakan,
pendanaan, staffing .
12. melakukan tugas admininstrasi di unit kesehatan atau klinik kesehatan
yang tersedia serta
13. melakukan riset keperawatan kesehatan kerja (AAOHN, 1994, dalam Nies
& Swanson, 2002, Dorward, 1993, dalam Oakley, 2004, Eigsti, Guire &
Stone, 2002, Stanhope & Lancaster, 2004, World Health Organisation,
1982, dalam Oakley, 2002).

2.7 Tujuan penerapan Keperawatan kesehatan Kerja


Tujuan kesehatan kerja dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
3. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.

7
4. Perlindungan bagi masyaeakat sekitar lingkungan kerja agar terhindar
dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh perusahaan
5. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan ( Suma’mur, 1995).
2.8 Pelaku OHN dan sasaran OHN
a. Pelaku OHN
Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang perawat hiperkes harus
dapat menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan semua pihak.
1. Dokter perusahaan
Perawat hiperkes harus dan wajib mendapat bimbigan dan pengawasan
dari dokter perusahaan adalah merupakan hukum dan etika kedokteran,
bahwa dokterlah yang bertanggung jawab atas kesehatan tenaga kerja.
Bila dokter hanya part time, maka perawat hiperkes harus
merundingkan danmenjalankan pedoman pekerjaan perawat yang
dibuat oleh dokter selama dokter tidak berada di tempat.
2. Pengusaha
Dalam hal dokter perusahaan full time, perawat hiperkes dalam
perusahaan bertanggung jawab kepadanya. Bila dokter hanya part
time, maka perawat hiperkes melaprokan segala sesuatu persoalan
kesehatan kepada dokter, dan persoalan administratif kepada
pengusaha.
3. Karyawan
Perawat hiperkes wajib setiap saat memelihara hubungan baik dan
kepercayaan dari karyawan dan organisasi karyawan, dan selalu
bersikap netral apabila terjadi perselisihan antara keryawan dan
pengusaha.
4. Dokter umum/ Spesialis
Dalam hal perlunya pengiriman pasien kepada dokter umum / spesialis
di luar perusahaan, perawat hiperkes juga harus membina hubungan
yang baik dengan dokter umum atau dokter spesialis.

8
5. Fasilitas kesehatan di luar perusahaan
Perawat hiperkes harus mengetahui fasilitas kesehatan yang ada di luar
fasilitas kesehatan yang ada di luar perusahaan serta
memanfaatkannya. Disamping itu juga dapat mengikuti kursus-kursus
yang diselenggarakan oleh Lembaga Nasional Higiene dan Keesehatan
Kerja.
6. Organisasi Keperawatan
Dianjurkan selal memelihara anggotanya dan berpartisipasi dalam
ikatan prawat yang ada.

10 pekerjaan yang berperan dalam OHN: dokter, manajer khusus,


korrdinator, menejer, perawat, direktur perusahaan, spesialis promosi
kesehatan, pendidik, konsultan, dan peneliti.

b. Sasaran OHN
Bagian dari usaha kesehatan masyarakat, ditunjukan kepada :
 Masyarakat pekerja
 Masyarakat sekitar perusahaan
 Masyarakat umum yang menjadi konsumen

Sehinnga terhindar dari gnggusn kesehatan yang diakibatkan pekerjaan


dan lingkungan pekerjaan, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan

Sifat Hygiene perusahaan

 Sasarannya : lingkungan kerja dan bersifat teknis

Sifat kesehatan kerja

 Sasarannya : dan bersifat medis


Contohnya :
Sasaran pembiaan upaya kesehatan kerja oleh puskesmas
ditunjukan kepada :
 Kelompk tani

9
 Kelompok nelayan
 Elompok industri kecil/ pengrajin
2.9 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja

Berdasarkan aplikasi model epidemologi , hubunganantara pekerja


dan statuskesehatan dilihat berdasarkan 3 faktor yang paling
mempengaruhi , yaitu pekerja (host) , lingkungan ( environment) dan
health hazards (Stanhope & Lancaster, 2004). Ketiga faktor yangsaling
berpengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) PEKERJA (HOST)

Pekerja merupakan host pada populasi pekerja. Host memiliki


karakteristik yang berhubungan dengan meningkatnya resiko untuk
terpaparbhelth hazards di tempat kerja. Karakteristik tersebut meliputi :

1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Memiliki atau tidak memiliki penyakit kronis
4) Aktifitas ditempat kerja
5) Status immunologi
6) Etnik
7) Gaya hidup
(Stanhope & Lancaster ,2004)

Sebagai contoh pekerja yang memiliki risiko tinggi mengalami


kecelakaan di tempat kerja adalah laki laki yang berusia antara 18-30 thn ,
memiliki pengalaman kerja kurang dari 6 bulan . karakteristik host seperti
usia , jenis kelamin, dan pengalaman kerja meningkatkan risikountuk
mengalami kecelakaan kerja akibat kurangnya pengetahuan dan
kemampuan mengatasi resiko helath hazars serta keterampilan kerja yang
masih rendah. Agregat pekerja ini juga beresiko mengalami penyakit
kronis akibat gaya hidup yang kurang sehat seperti perokok,minum

10
alcohol, kurang berolahraga (Stanhope & Lancaster, 2004 hitchock ,
Schubert ,& Thomas 2004 : Oakley ,2002)

2) Faktor resiko bahaya ditempat kerja

Health hazards berupa faktor kimia , fisik biologi,enviromechanical


dan psikologi, terdapat pada hamper semua bentuk institusi kerj. tanpa
memandang jenis institusi Kerja bersifat trdisional atau modern yang
menggunakan tekhnologi tinggi . perusahaan yang mengelola jasa
(bank,institusipelayanan kesehatan, hotel dan restoran ) juga tidak luput
dari bahaya health hazards bagi pekerja (denakerrans RI,2006)

AAOHN (1995 dalam nies & swanson 2002 ) menyatakan health


hazards kimia berupa debu , asbestos , merkuri dan xat kimia lainnya
masuk ketubuh manusia melalui saluran pernafasan , saluran pencernaan ,
absorpsi kulit , dan absorpsi system penglihatan. Pengaruh terhadap
kesehatan manusia adalah gejala sakit kepala, gangguan system syaraf
pusat , ataksia , luka bakar gangguan system produksi serta penyakit
keganasan. Health hazards fisika berupa kebisingan ,radiasi ,getaran suhu
panas dan dingin serta gelombang elektro magnetic . health hazards fisika
menimbulkan kerusakan pada sitem reproduksi , penyakit keganasan,
dehidrasi serta serangan panas.

Health hazards biologi berupa bakteri pathogen, jamurdan virus


masuk ke tubuh manusia melalui system pernafasan , kontak langsung
dengan kulit , system pencernaan , penglihatan . dampak terhadap
kesehatan adalahmengalami penyakit infeksi virus , bakteri, jamur seperti
penyakit hepatitis B , kulit, infeksi yang menyerang system organ
manusia.

Sedangkan health hazards enviromechanical adalah segala sesuatu


yang berpotensi menimbulkanpenyakit atau kecelakaan di tempat kerja .
faktor risiko bahaya ini berhubungan dengan proses kerja atau kondisi

11
lingkungan kerja yang berpengaruhterhadap kesehatan ketika aktivitas
kerja tertentu di laksanakan secara berulang – ulang.

Kategori health hazards enviromechanical berisiko menimbulkan


masalah gangguan tulang dan persendian , cidera punggung serta
gangguan tidur. Selain itu faktor psikologidi tempat kerja seperti stress
kerja dan hubungan yang kurang harmonisdengan atasan dan sesame
pekerja dapat ,menimbulkan health hazards psikososial . kategori ini dapat
menimbulkan masalah psikososial kecemasan ,konflik ditempat kerja ,
stress kerja serta penyakit psikosomatik yang menganggu aktivitas kerja.

3) LINGKUNGAN

Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang


mempengaruhiinteraksi antara host dan agent dan dapat menjadi antara
host dan agent. Lingkungan digolongkan menjadi fisik dan psikologis .
lingkunagna fisik berupa panas ,bau, ventilasi , ventilasi yang
mempengaruhi interaksi host dan agent . lingkungan fisik yang kurang
nyaman menimbulkan ketegangan bagi pekerja seta memperberat risik
interaksi negative antara host dan agent. Misalnya pekerja yang terpapar
health hazards kimia berada di lingkungan kerja panasdan kurang ventilasi
maka akan memperberat risiko timbulnya masalah kesehatan
pekerjatersebt. Adapun lingkungan psikologiberhubungan dengn
karakteristik tempat kerja meliputi hubungan interpersonaldan
karakteristik pekerjaan , berupa rendahnya otonomi , tingkat kepuasan
kerja , serta pengawasan yang berlebihan (eigisti, guire & stone 2004:
Oakley,2002.

2.10 Praktik Keperawatan Kesehatan Kerja


Praktik keperawatan kesehatan kerja menekankan pada pengambilan
keputusan otonom, praktek mandiri, pencegahan dan promosi kesehatan,
keterampilan analitik dan investigasi, manajemen dan pengembangan

12
kebijakan. Hal ini berhubuungan berat dengan keperawatan kesehatan
masyarakat dengan menggunakan pengetahuan dari keperawatan, social,
dan ilmu kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan
masyaeakat adalah suatu proses yang sistematis dimana :
1. Kebutuhan kesehatan dan perawatan kesehatan suatu populasi dinilai
untuk mengidentifikasi sub-populasi , keluarga, dan individu yang akan
mendapat manfaat dari promosi kesehatan atau yang beresiko sakit,
cedera, cacat, atau kematian dini.
2. Sebuah rencana untuk intervensi dikembangkan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada
, berbagai kegiatan yang berkonstribusi terhadap kesehatan dan
pencegahan penyakit, cedera, cacat, atau kematian dini.
3. Rencana tersebut dilaksanakan secara efektif, efisien dan adil
4. Evaluasi dilakukan untuk menentukan sejauhmana intervensi
berdampak pada status kesehatan individu
5. Hasil dari proses tersebut digunakan untuk mempengaruhi dan
perawatan langsung,penyebaran sumber daya kesehatan dan
pengembangan local, regional, egara dan lebijakan kesehatan nasional
dan penelitian untuk meingkatkan ksehatan danmencegah penyakit.

Adapun beberapa cakupan perawatan kesehatan kerja diantaranya :

a) Worker place assessment and surveliance


Perawat kesehatan kerja haeus memiliki pengetahuan yang luas
tentang pekerjaan/ proses bekerja, mengerti lingkungan kerja,
mempunyai larakteristik kerja cepat sehingga bias memberikan
intervensi yang tepat pada klien.
b) Occupational health and primary care
Diberikan kepada pekerja dengan penyakit injuri akibat kerja
maupun non kerja. Perawatan ini dilakukan melalui kolaborasi
pendekatan multidisiplin. Perawatan langsung diberikan kepada

13
pekerja demgan penyakit ataupun injuri yang mengancam nyawa,
penyakit akut dam imjuri yang berhubungan dengan pekerjaan.
c) Case management
Merupakan kompenen integral dalam manajemen keperawatan
kesehatan kerja yang melibatkan kondisi yang dialami baik yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun tidak. Koordinasi dan
manajemen biaya perawatan kesehatan kerja yang efektif sesuai
dengan penyakit ataupun injuri yang terjadi untuk meningkatkan
proses penyembuhan yang optimal, olehkarna itu diperlukan
intervensi dini dan evaluasi terhadap aoutcome meliputi
penghematan biaya merupakan kompenen esensial dalam
mengidentifikasi masalah yang dialami pekerja dan menentukan
rencana tindakan sampai tercapai kesembuhan.
d) Health promotion
Dilakukan dengan cara meningkatkan level kesehatan menjadi lebih
optimal. Aktivitas tersebut boleh diterapkan oleh individu,
kelompok maupun populasi melalui pendidikan, prilaku dan
lingkungan. Healt promotion dapat disebut juga prilaku pencegahan
untuk mempertahankan dan melindungi individu ataupun kelompok
dalam melawan penyakit dan injuri.
2.11 Proses asuhan keperawatan pada kelompok kerja
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian perawat menumpulkan data yang bertujuan untuk
mengidentifikasi data yang penting mengenai klien.
 Biodata : individu, keluaga, karyan lain
 Riwayat : kesehatan lalu, kesehatan sekarang, pekerjaan tentang,
survey riwayat pekerja, menentukan sumber penerapan, identifikasi
bahaya dengan orang dan lingkungan.
 Pengkajian fisik (head to toe)
 Pemeriksaan penunjang : lab, x-ray dll
2. Diagnosa keperawatan

14
Masalah yang ada di komunitas atau kelompok dan analisa data
setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang
dicari, maka kemudian dikelompokan dan dianalisa seberapa besar
stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang
tmbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat
disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari : masalah
kesehatan, karakteristik populaasi, karakteristik lingkungan.
Diagnose yang sering muncul :
 Absentisme s/d reaksi akibat penyakit ringan ditandai dengan :
absen hari jumat dan senin, berpura-pura, sulit menyesuaikan diri
 Lesu kerja (burnout) sehubungan dengan ; kehabisan motivasi
untuk elanjutkan kinerja, kecewa
3. Perencanaan (intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan
menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam
upaya promotif , preventif , kurativ, dan rehabilitative, langkah utama
dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran
kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai
dengan diagnose keperawatan. Dalam meentukan tahap berkutnya
yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua factor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana
tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/ potensi masyarakat seperti
dana sarana, prasarana, tenaga yang tersedia.

1) pendekatan individu

 Penyuluhn kesehatan
 Brosur
 Konseling
 Pemeriksaan fisik periode
2) Pendekatan organisasi kepada / tentang:
 Sruktur organisasi

15
 Gaya komunikasi
 Proses pengambilan keputusan
 Peran dan fungsi kerja
 Metode seleksi
 Pelatihan karyawan tentang : ergonomic, quality circle
 kepemimpian dengan hubungan industrial pancasila meliputi:
 sikap mental ikut memiliki , bertanggung jawab dan
mawas diri
 memanusiakan manusia: manusia punya martabat,
bertanggung jawab dan wawas diri
 meningkatkan derajat, maetabat, haega diri dan
kesejahteraan
4. Pelaksanaan (implementasi)
Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan.
5. Evaluasi
Merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk
modifikasi rencana berikutnya.
A. Kelompok pekerja sakit
1. Bagaimana/ apakah sudah masuk kerja?
2. Bagaimana etos kerja dan hasil kerja?
3. Apakah terjadi/ terkena resiko/ PAK yang lain?
B. Kelompok pekerja beresiko
1. Berapa kadar pemaparan?
2. Apakah bahan tersebut dapat menimbulkan petaka?
3. Adakah factor lain yang merusak derajat pemaparan?
4. Apakah sudah diperiksa kesehatan?

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perawatan kesehatan kerja merupakan pelayanan kesehatan yang bertujuan


untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap tenaga kerja atau kelompok
tenaga kerja serta meningkatkan kualitas hidup tenaga kesehatan kerja. Bentuk
pelayanan kesehatan diwujudkan melalui pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan
asupan makanan yang bergizi. Peran perawat kesehatan kerja yaitu meliputi
praktek mandiri, mengkaji dan menemukan kasus di lapangan, manager, educator,
direktur yang berbadan hokum.

3.2 Saran

Sebagai perawat kesehatan kerja harus memiliki kemampuan dan


pengetahuan konseling yang spesifik seperti pengenalan masalah, membangun
dukungan, kepercayaan, dan hubungan confidential, pendekatan krisis, dan
pengetahuan tentang sumber komunitas untuk mendapatkan informasi yang
efektif bagi para pekerja. Banyak beberapa masalah di keperawatan kesehatan
kerja yang muncul di Indonesia contohnya saja tidak ada waktu untuk
memberikan sosialisasi terhadap pekerja, sehingga dengan adanya masalah
tersebut sebaiknya keperawaran tenaga kesehatan kerja harus bisa meningkatkan
straregi khusus untuk dapat melakukan pendidikan.

17

Anda mungkin juga menyukai