Anda di halaman 1dari 22

Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Perspektif

Pancasila
1. Menguraikan 2(dua) faktor-faktor pelanggaran Hak Asasi Manusia(HAM)!

Setiap manusia pasti mempunyai hak asasi, akan tetapi hak asasi yang dimiliki oleh
manusia dibatasi oleh hak asasi manusia lainnya. Dengan demikian, tidak ada seorang
pun yang diperbolehkan untuk melanggar hak asasi orang lain. Akan tetapi, dalam
kenyataannya manusia suka lupa diri, bahwa di sekitarnya terdapat manusia yang
mempunyai kedudukan yang sama dengan dirinya. Namun dengan ketamakannya,
manusia sering melabrak hak asasi sesamanya dengan alasan yang tidak jelas.
Pelanggaran HAM disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
a. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal
dari diri pelaku pelanggar HAM, di antaranya sebagai berikut.

a) Ego yang tinggi dan selalu mementingkan diri sendiri.


Sikap egois dan mementingkan diri sendiri akan mengakibatkan seseorang lalai
dari kewajibannya dan selalu menuntut haknya dalam berbagai kepentingan.
Sikap ini juga akan menyebabkan seseorang memiliki hasrat yang besar untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan. Karena sikap buruk tersebut, akhirnya bukan
tidak mungkin seseorang akan menghalalkan segala cara agar haknya terpenuhi
walau caranya bisa melanggar hak orang lain.
a) Kesadaran akan HAM rendah
Tingkat kesadaran masing-masing orang memang berbeda-beda. Ada yang
sangat menghargai HAM dan ada juga yang sangat mengabaikan adanya HAM
tersebut. Rendahnya kesadaran HAM akan mengakibatkan seorang pelanggar
HAM berbuat semena-mena kepada orang lain. Pelanggar tidak mau tahu bahwa
orang lain juga mempunyai hak asasi manusia yang harus dijaga dan
dihormati. Sikap ini tentu akan berakibat penyimpangan terhadap Hak asasi
manusia. Semakin rendah kesadaran HAM seseorang, makin besar pula sikap
masa bodoh seseorang terhadap HAM.
b) Kurangnya sikap toleransi
Sikap tidak toleran akan mengakibatkan munculnya rasa saling tidak
menghormati dan menghargai atas keberadaan orang lain. Seakan-akan
kedudukan seseorang direndahkan dan dilecehkan. Pada akhirnya sikap ini akan
menjerumuskan seseorang untuk melakukan diskriminasi pada orang lain.

b. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong seseorang
atau sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, di antaranya sebagai berikut.
a) Penyalahgunaan kekuasan
Kekuasaan di dunia ada banyak sekali. Kekuasaan ini ada di lingkungan keluarga,
di lingkungan masyarakat atau pun dilingkungan bangsa dan negara. Kekuasaan
tidak selalu mengarah pada kekuasaan pemerintah, namun dalam bentuk
kekuasaan lain salah satunya kekuasaan di sebuah perusahaan. Para pengusaha
yang tidak memperdulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar HAM. Dapat kita
simpulkan bahwa setiap kekuasaan yang disalahgunakan akan mendorong
timbulnya pelanggaran HAM.

b) Ketidaktegasan aparat penegak hukum

Aparat penegak hukum yang tidak tegas dan klemar-klemer akan mengakibatkan
timbulnya banyak pelanggaran HAM yang akan terjadi. Kasus pelanggaran HAM
yang tidak diselesaikan secara tuntas tentu menjadi pemicu aksi pelanggaran
HAM lain yang mungkin lebih merugikan. Para pelanggar tidak akan merasa
jera/kapok untuk melakukan hal serupa jika tidak diberi hukuman setimpal
sesuai perbuatan yang dilakukannya. Aparat penegak hukum yang semena-mena
dalam mengambil keputusan juga merupakan bentuk pelanggaran HAM dan
menjadi contoh tidak baik, hal ini juga dapat menjadi pemicu terjadinya bentuk
pelanggaran HAM lainnya.
c) Teknologi yang disalahgunakan

Majunya teknologi di jaman sekarang memberi dampak positif dan juga negatif.
Salah satu dampak positifnya kita dapat memperoleh informasi dengan mudah
melalui internet. Segudang manfaat yang ditawarkan dalam internet juga dapat
dipergunakan oleh pelaku kejahatan. Misalnya saja perampokan uang dalam
ATM oleh sekumpulan Hacker atau bisa juga penculikan seseorang melalui
jejaring sosial. Memang segala sesuatu yang menyimpang akan mengakibatkan
hal yang buruk. Jika teknologi tidak dipergunakan sesuai aturan maka yang
terjadi adalah timbul bentuk pelanggaran HAM. Namun, secara tidak langsung
juga kemajuan teknologi dapat berdampak negatif bagi banyak orang. Seperti
halnya sentra produksi pabrik yang mencemari lingkungan sehingga kesehatan
manusia terancam.
d) Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi
Ketidakseimbangan dan ketidakmerataan gaya hidup sudah mulai munjul di era
saat ini. Perbedaan tingkat kekayaan atau jabatan yang dimiliki seseorang
menjadi pemicu kesenjangan sosial dan ekonomi.Jika dibiarkan, bukan tidak
mungkin akan banyak terjadi pelanggaran HAM seperti perampokan,
perbudakan, pelecehan bahkan pembunuhan.

2. Kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia(HAM) yang pernah terjadi di


Indonesia !

Di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan


mengenai HAM namun pelanggaran HAM tetap selalu ada, baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri. Pelanggaranpelanggaran tersebut merupakan
cerminan telah terjadi kelalaian atas pelaksanaan kewajiban asasi manusia. Padahal, sudah
sangat jelas bahwa setiap hak asasi itu disertai dengan kewajiban asasi yaitu kewajiban
untuk menghormati hak asasi orang lain dan kewajiban untuk patuh pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Berikut ini beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di
Indonesia, antara lain :
1. Peristiwa Trisakti

Salah satu pelanggaran HAM di Indonesia yang paling terkenal adalah peristiwa
trisakti. Peristiwa ini adalah peristiwa penembakan mahasiswa Universitas
Trisakti yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998. Hal ini terjadi saat demonstrasi
mahasiswa yang menuntut Soeharto mundur dari jabatannya. Sebanyak 4 orang
mahasiswa tewas tertembak dan puluhan lainnya luka-luka saat melakukan unjuk
rasa.

2. Tragedi Semanggi I
Tragedi Semanggi I merupakan peristiwa protes masyarakat kepada pelaksanaan
serta agenda Sidang Istimewa MPR yang mengakibatkan tewasnya warga sipil.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 13 November 1998 dan menuntut pembersihan
orang-orang orde baru dari posisi pemerintahan dan militer. Setidaknya 5 orang
korban meninggal dunia akibat peristiwa ini dan puluhan lainnya luka-luka.

3. Tragedi Semanggi II

Sama seperti sebelumnya, tragedi Semanggi II juga terjadi akibat protes dan
demonstrasi masyarakat sipil. Tragedi Semanggi II terjadi pada tanggal 24
September 1999, selisih hampir satu tahun dengan tragedi Semanggi I yang terjadi
tahun 1998. Pada tragedi ini, sekurang-kurangnya 5 orang korban meninggal
dunia dan ratusan korban lainnya luka-luka.

4. Kasus Pembunuhan Munir

Contoh pelanggaran HAM di Indonesia lainnya adalah kasus pembunuhan Munir.


Munir Said Thalib merupakan aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus
pelanggaran HAM. Pria asal Malang ini meninggal dunia pada tanggal 7 September
2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika Munir sedang melakukan
perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Penyebab tewasnya tidak diketahui,
namun banyak berita yang menyebutkan ia tewas diracun. Hingga kini belum ada
titik temu mengenai kasus pembunuhan Munir ini.

5. Kasus Pembunuhan Marsinah

Kasus pembunuhan Marsinah terjadi pada tanggal 3-4 Mei 1993. Marsinah
merupakan seorang pekerja dan aktivis wanita yang bekerja di PT Catur Putera
Surya Porong. Berawal dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh
lainnya yang menuntut kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK
mereka tanpa alasan. Setelah aksi demo tersebut, Marsinah yang menjadi aktivis
buruh malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di kawasan hutan
Wilangan, Nganjuk dalam kondisi mengenaskan. Kasus pelanggaran HAM ini pun
belum bisa diselesaikan dan masih menjadi misteri sampai sekarang.

6. Peristiwa Tanjung Priok

Peristiwa Tanjung Priok merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran HAM di
Indonesia yang cukup terkenal. Kasus ini terjadi tahun 1984 antara aparat dengan
warga sekitar. Pemicu peristiwa terjadi akibat masalah SARA dan unsur politis.
Warga sekitar melakukan demonstrasi pada pemerintah karena menolak
pemindahan makam keramat Mbah Priok. Hal ini memicu bentrok antara warga
dengan anggota polisi dan TNI. Diperkirakan ratusan korban meninggal dunia
akibat kekerasan dan penembakan akibat bentrok yang terjadi.
7. Kasus Dukun Santet di Banyuwangi

Peristiwa ini terjadi di Banyuwangi pada tahun 1998. Saat ini marak terjadi
pembunuhan guru ngaji dan tokoh agama akibat praktek santet di desa-
desa. Warga sekitar mulai melakukan kerusuhan berupa penangkapan serta
pembunuhan terhadap orang yang dituduh sebagai dukun santet. Orang yang
diduga sebagai dukun santet pun langsung dibunuh secara sepihak. Polisi dan
TNI langsung mengamankan orang yang dituduh sebagai dukun santet untuk
menghindari amukan warga. Masih menjadi misteri siapa dalang pembunuhan
tokoh agama yang marak terjadi sebelumnya.

8. Peristiwa di Abepura, Papua

Salah satu contoh kasus pelanggaram HAM di Papua terjadi di daerah Abepura
pada tahun 2003. Saat itu pelanggaran HAM yang dipicu oleh penyerangkan
Mapolsek Abepura. Setelah itu terjadi penyisiran yang membabi buta terhadap
pelaku yang diduga melakukan penyerangan MapolsekAbepura. Peristiwa ini
tercatat sebagai contoh pelanggaran HAM di Papua.
9. Penculikan Aktivis Pro Demokrasi

Pelanggaran HAM ini terjadi akibat adanya kasus penculikan aktivis pro-
demokrasi pada tahun 1997 dan 1998. Sekitar 23 aktivis diculik dan menghilang
tanpa penyebab yang diketahui, bahkan diketahui ada yang sampai dibunuh.
Sampai sekarang ada 13 aktivis yang masih tidak diketahu kejelasannya. Banyak
orang berpendapat bahwa mereka diculik dan disiksa oleh para anggota militer.
Peristiwa ini menjadi contoh kasus pelanggaran HAM pada masa Orde Baru.

10. Kasus Bulukumba

Kasus Bulukumba merupakan kasus yang terjadi pada tahun 2003. Pemicu kasus
pelanggaran HAM ini adalah perusahaan PT. London Sumatra (Lonsum) yang
ingin melakukan perluasan area perkebunan, namun ditolak oleh warga sekitar.
Aksi demonstrasi yang dilakukan warga berujung pada bentrok dengan polisi.
Akibatnya terdapat beberapa korban tewas. Persengkataan lahan antara
perusahaan Lonsum dan warga sekitar terkait tanah dan lahan menjadi pemicu
pelanggaran HAM ini.
11. Kasus Penganiayaan Wartawan

Kasus ini terjadi pada tahun 1996, tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1996.
Seorang wartawan bernama Fuad Muhammad Syafruddin atau biasa dipanggil
Udin tewas setelah dianiaya di Yogyakarta. Udin dikenal sebagai wartawan yang
kritis dan sering mengkritik kebijakan pemerintah Orde Baru. Ia diduga diculik,
dianiaya dan dibunuh oleh orang tak dikenal.

12. Tragedi Bom Bali

Peristiwa bom bali terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan di kawasan
Legian Kuta, Bali oleh sekelompok jaringan teroris. Akibatnya ratusan korban
meninggal dunia dan ratusan lain luka-luka, baik warga lokal atau pun turis
mancanegara. Aksi bom bali menjadi salah satu aksi terorisme terbesar yang
pernah terjadi di Indonesia dan tragedi ini diberitakan di seluruh dunia.

13. Kasus Pemberontakan GAM

Pelanggaran HAM di Aceh ini terjadi sejak tahun 1976. Pemberontakan di Aceh
dikobarkan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang bertujuan untuk
memperoleh kemerdekaan dari Indonesia. Gerakan ini pertama dibentuk pada
tanggal 4 Desember 1976. Konflik antara pemerintah dan GAM yang diakibatkan
perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976. Total puluhan ribu
korban tewas akibat konflik ini.
14. Kasus Pengkhianatan G 30S/PKI

Peristiwa Gerakan 30 September PKI (G 30S/PKI) adalah peristiwa


pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan menculik dan
membunuh beberapa perwira dan jenderal militer pada tanggal 30 September
1965. PKI menculik dan membantai 10 perwira jenderal dan mayatnya dibuang
di sumur lubang buaya. Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi kelam dalam
sejarah bangsa Indonesia. PKI kemudian ditetapkan sebagai partai terlarang
karena dianggap melakukan pemberontakan dan pengkhianatan terhadap
negara.

15. Kasus Pembantaian Massal Anggota PKI

Usai melakukan pengkhianatan, keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI) pun


dilarang. Pemerintah dan pihak militer pun melakukan operasi pembantaian pada
sisa-sisa anggota PKI. Pembantaian ini merupakan peristiwa pembunuhan dan
penyiksaan terhadap orang yang dituduh sebagai anggota PKI di Indonesia.
Diperkirakan sekitar 1 juta lebih anggota PKI meninggal atau menghilang usai
operasi militer ini.

16. Konflik Sampit (Suku Dayak dan Madura)

Konflik dan tragedi Sampit ini terjadi pada tahun 2001 setelah sebelumnya
terjadi konflik serupa di tahun 90an. Konflik terjadi akibat perbedaan ras antara
penduduk ras Dayak dengan ras Madura yang merupakan pendatang.
Banyak rumor dan isu beredar mengenai pemicu konflik ini yang kemudian
menyebabkan banyak korban jiwa yang tewas mengenaskan.

17. Kasus Pembantaian Rawagede

Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi akibat


penembakan dan pembunuhan penduduk kampung Rawagede yang sekarang
dikenal sebagai Desa Balongsari, Rawamerta di Karawang. Pembantaian
dilakukan oleh tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan dengan
Agresi Militer Belanda I. Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara
Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas.

18. Penembakan Misterius 1982-1985

Kasus penembakan misterius (biasa disebut Petrus) terjadi di antara tahun 1982
sampai 1985. Peristiwa ini adalah peristiwa penculikan, penganiayaan dan
penembakan terhadap para preman yang sering menganggu ketertiban
masyarakat. Tidak diketahui siapa pelakunya sampai sekarang. Banyak korban
penembakan misterius yang ditemukan meninggal dengan keadaan tangan dan
lehernya diikat dan dibuang di hutan. Diperkirakan ada ratusan korban
penembakan misterius ini.
19. Kasus Pembantaian Santa Cruz

Kasus pembantaian Santa Cruz termasuk salah satu contoh kasus pelanggaran
HAM di Indonesia. Kasus ini terjadi area Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor
Timur pada 12 November 1991. Terjadi peristiwa pembantaian oleh anggota
militer pada warga sipil. Puluhan pelajar dan warga sipil meninggal dunia akibat
peristiwa pembantaian ini yang kemungkinan diakibatkan faktor politik.

20. Peristiwa Kudatuli

Peristiwa Kudatuli ini terjadi pada tanggal 27 Juli 1996 dimana para pendukung
Megawati Soekarno Putri menyerbu dan mengambil alih kantor DPP PDI di
Jakarta Pusat. Massa terlibat bentrok dengan anggota polisi dan tentara hingga
meluas ke jalanan. Banyak bangunan dan fasilitas jalan yang rusak. Dikabarkan 5
orang meningal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.

21. Kasus Pembunuhan Salim Kacil

Kasus pelanggaran HAM terbaru di Indonesia terjadi tahun 2015 lalu di


Lumajang, Jawa Timur. Bermula pada aktivitas penambangan pasir Pantai Watu
Pecak secara ilegal, seorang aktivis bernama Salim Kancil berusaha untuk
menghentikannya. Namun Salim Kancil kemudian diikat oleh gerombolan orang
dan kemudian dipukuli dan dibunuh dengan kejam. Terdapat 22 pelaku yang
terlibat dalam peristiwa pembunuhan Salim Kancil ini dan sudah ditangani oleh
kepolisian.

22. Konflik Berdarah Poso

Konflik Poso ini terjadi sejak tahun 1998 sampai tahun 2000 di Poso, Sulawesi
Tengah. Diawali oleh pemilihan bupati yang dilandasi oleh sentimen keagamaan.
Adanya perbedaan agama, politik, sosial dan budaya pun melandasi terjadinya
konflik dan kerusahaan. Pembunuhan dan pembantaian pun terjadi di Poso yang
mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang meninggal dunia.

3. Upaya penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM)!

1. Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM


Semua negara di dunia sepakat untuk menyatakan penghormatan terhadap nilai-
nilai hak asasi manusia yang universal melalui berbagai upaya penegakan HAM. Akan
tetapi, pelaksanaan hak asasi manusia dapat saja berbeda antara satu negara dengan
negara lain. Ideologi, kebudayaan, dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu bangsa akan
memengaruhi sikap dan perilaku hidup berbangsa. Misalnya di Indonesia, semua
perilaku hidup berbangsa diukur dari kepribadian Indonesia yang tentu saja berbeda
dengan bangsa lain. Bangsa Indonesia dalam proses penegakan HAM tentu saja
mengacu pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 serta peraturan perundang-undangan lainnya.
Selain mengacu pada peraturan perundang-undangan nasional, proses penegakan
HAM di Indonesia juga mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum internasional
yang pada dasarnya memberikan wewenang luar biasa kepada setiap negara. Berkaitan
dengan hal tersebut, Idrus Affandi dan Karim Suryadi menegaskan bahwa bangsa
Indonesia dalam proses penegakan HAM sangat mempertimbangkan dua hal di bawah
ini.
a. Kedudukan negara Indonesia sebagai negara yang berdaulat baik secara hukum,
sosial, maupun politik harus dipertahankan dalam keadaan apa pun sesuai dengan
prinsip-prinsip yang dianut dalam piagam PBB.
b. Dalam pelaksanaannya, pemerintah harus tetap mengacu kepada ketentuan-
ketentuan hukum internasional mengenai HAM. Kemudian menyesuaikan dan
memasukkannya ke dalam sistem hukum nasional serta menempatkannya
sedemikian rupa sehingga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
hukum nasional.

Pemerintah Indonesia dalam proses penegakan HAM ini telah melakukan langkah-
langkah strategis, di antaranya sebagai berikut.
a. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM dibentuk pada 7 Juni 1993 melalui Keppres Nomor 50 Tahun 1993.
Keberadaan Komnas HAM selanjutnya diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asas Manusia pada pasal 75 sampai dengan pasal 99. Komnas
HAM merupakan lembaga negara mandiri setingkat lembaga negara lainnya yang
berfungsi sebagai lembaga pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan
mediasi HAM. Komnas HAM beranggotakan 35 orang yang dipilih oleh DPR berdasarkan
usulan Komnas HAM dan ditetapkan oleh presiden. Masa jabatan anggota Komnas HAM
selama lima tahun dan dapat diangkat lagi hanya untuk satu kali masa jabatan.
Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut.
a. Melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah.
b. Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi.
c. Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
pemerintah dan DPR untuk ditindaklanjuti.
d. Memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan
sengketa di pengadilan.
Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan
pengaduan kepada Komnas HAM. Pengaduan tersebut harus disertai dengan alasan,
baik secara tertulis maupun lisan dan identitas pengadu yang benar. Selain Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia, di Indonesia juga terdapat komisi nasional lainnya yang
berkaitan dengan HAM yaitu Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komisi
Nasional Anti Kekerasaan terhadap Perempuan, dan Komite Nasional Perlindungan
Konsumen dan Pelaku Usaha, serta Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Nasional
(KKRN).
b. Pembentukan Instrumen HAM.
Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan
penegakan hak asasi manusia. Instrumen HAM yang berupa peraturan perundang-
undangan dibentuk untuk menjamin kepastian hukum serta memberikan arahan dalam
proses penegakan HAM. Adapun peraturan perundang-undangan yang dibentuk untuk
mengatur masalah HAM sebagai berikut.
1) Pada amandemen kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 telah ditetapkan satu bab tambahan dalam batang tubuh yaitu bab XA yang
berisi mengenai hak asasi manusia, melengkapi pasal-pasal yang lebih dahulu
mengatur mengenai masalah HAM.
2) Dalam Sidang Istimewa MPR 1998 dikeluarkan Ketetapan MPR mengenai hak asasi
manusia yaitu TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998.
3) Ditetapkannya Piagam HAM Indonesia pada tahun 1998.
4) Diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, yang diikuti dengan dikeluarkannya Perpu Nomor 1 Tahun 1999 tentang
pengadilan HAM yang kemudian ditetapkan menjadi sebuah undang-undang, yaitu
Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
5) Ditetapkannya peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak.
6) Meratifikasi instrumen HAM internasional selama tidak bertentangan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Pembentukan Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun
2000. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat
yang diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia, baik perseorangan maupun
masyarakat. Pengadilan HAM menjadi dasar bagi penegakan, kepastian hukum, keadilan
dan perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat. Pengadilan HAM bertugas
dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia
yang berat. Di samping itu, berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh warga negara Indonesia dan terjadi di luar batas teritorial
wilayah Indonesia.
2. Upaya Penanganan Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
a. Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Pernyataan itu tentunya sudah sering
kalian dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses penegakan HAM.
Tindakan terbaik dalam penegakan HAM adalah dengan mencegah timbulnya semua
faktor penyebab pelanggaran HAM. Berikut ini tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran HAM.
1) Menegakkan supremasi hukum dan demokrasi. Pendekatan hukum dan pendekatan
dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum harus memenuhi
kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat,
memberikan perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan
menghindari tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan
hukum.
2) Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk
pelanggaran HAM oleh pemerintah.
3) Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap
setiap upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
4) Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui
lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun non-formal (kegiatan-
kegiatan keagamaan dan kursus-kursus
5) Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam
masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat
masing-masing

4. Contoh perilaku tentang HAM di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat,


bangsa dan negara!

No. Lingkungan Contoh Perilaku


1. Keluarga  Menghormati dan menyayangi semua
anggota keluarga
 Mematuhi perintah dan nasehat orang tua
 Tidak memaksakan kehendak pada anggota
keluarga
 Tidak membeda-bedakan anak(pilih kasih)
2. Sekolah  Mematuhi tata tertib sekolah
 Tidak memaksakan kehendak
 Tidak membeda-bedakan teman dalam
bergaul
 Saling menyayangi antar teman dan tidak
boleh bersikap egois dalam bergaul
 Tidak memusuhi teman
 Tidak mengejek teman dikarenakan adanya
perbedaan suku, ras, warna kulit maupun
agama
 Saling toleransi antar warga sekolah
 Menghormati seluruh warga sekolah
terutama guru

3. Masyarakat  Membantu tetangga yang sedang mengalami


kesusahan
 Tidak menyinggung tetangga
 Menghargai pendapat warga saat rapat
RT/RW
 Melakukan gotong royong
 Berperilaku yang baik antar sesama warga
masyarakat

4. Berbangsa dan  Memahami dan menaati peraturan setiap


bernegara instrumen
 Memberikan pelayanan yang baik
 Mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh
pemerintah

5. Bagaimana keterkaitan antara HAM dengan Kewajiban Asasi Manusia !

Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, kewajiban asasi dapat
diartikan sebagai kewajiban dasar setiap manusia. Ketentuan pasal 1 ayat (2) Undang-
Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan, kewajiban
dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak
memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia. Hak dan kewajiban
asasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keduanya memiliki hubungan
kausalitas atau hubungan sebab-akibat. Seseorang mendapatkan haknya dikarenakan
dipenuhinya kewajiban yang dimiliki.
Hak dan kewajiban asasi juga tidak dapat dipisahkan, karena bagaimana pun dari
kewajiban itulah muncul hak-hak dan sebaliknya. Akan tetapi, sering terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Misalnya, setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, akan tetapi,
pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupannya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara
hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada maka akan terjadi kesenjangan
sosial yang berkepanjangan.

6. Mengapa antara HAM dengan Kewajiban Asasi Manusia dalam perwujudan


harus diharmonisasikan?
Makna dari Hak Asasi Manusia sendiri adalah hak yang sudah semestinya kita
dapatkan dari orang lain, sedangkan Kewajiban Asasi Manusia bermakna tindakan yang
sudah semestinya kita berikan kepada orang lain dalam rangka menghargai haknya.

Alasan mengapa Hak Asasi Manusia danKewajiban Asasi Manusia perlu


diharmonisasikan atau diselaraskan, agar nantinya tidak ada ketimpangan dalam
kehidupan bermasyarakat guna menjaga kerukunan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Contoh ketimpangan Hak dan Kewajiban secara sederhana semisal ada orang yang
merokok didalam angkutan umum, sang perokok menganggap bahwa merokok adalah
haknya, sedangkan disatu sisi ia tidak menjalankan kewajibannya untuk memberikan
hak kepada orang lain untuk menghirup udara segar. Maka dari itu Hak Asasi Manusia
dan Kewajiban Asasi Manusia perlu dijalankan secara selaras.

7. Uraikan jaminan Hak Asasi Manusia (HAM) yang terdapat pada pancasila !

Pancasila merupakan ideologi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusian. Pancasila


sangat menghormati hak dan kewajiban asasi setiap warga negara maupun bukan
warga negara Indonesia. Bagaimana Pancasila menjamin itu semua? Pancasila
menjamin hak dan kewajiban asasi manusia melalui nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Nilai-nilai Pancasila dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu nilai dasar, nilai
instrumental, dan nilai praksis. Ketiga kategori nilai Pancasila tersebut mengandung
jaminan atas hak asasi manusia, sebagaimana dipaparkan berikut ini.

1. Hak dan kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Dasar Pancasila


Hubungan antara hak dan kewajiban asasi manusia dengan Pancasila dapat
dijabarkan secara singkat sebagai berikut.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,
melaksanakan ibadah dan kewajiban untuk menghormati perbedaan agama.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama
untuk mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
c. Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu di antara warga
negara dengan semangat gotong royong, saling membantu, saling menghormati, rela
berkorban, dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Hal ini sesuai dengan prinsip hak asasi manusia bahwa
hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.

2. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Pancasila


Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila. Nilai
instrumental sifatnya lebih khusus dibandingkan dengan nilai dasar. Dengan kata lain,
nilai instrumental merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila Pancasila. Perwujudan
nilai instrumental pada umumnya berbentuk ketentuan-ketentuan konstitusional mulai
dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sampai dengan
peraturan daerah. Hak dan kewajiban asasi manusia juga dijamin dan diatur oleh nilai-
nilai instrumental Pancasila. Adapun, peraturan perundang-undangan yang menjamin
hak asasi manusia di antaranya sebagai berikut.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terutama Pasal 28 A –


28 J.
b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Di dalam Tap
MPR tersebut terdapat Piagam HAM Indonesia.
c. Ketentuan dalam undang-undang organik, yaitu:
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak
Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia.
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
Hak Asasi Manusia.
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik.
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang Kovenan
Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
d. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor
1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
e. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah.
1) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan
terhadap Korban dan Saksi dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi,
Rehabilitasi terhadap korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat.
f . Ketentuan dalam Keputusan Presiden (Kepres).
1) Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia.
2) Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor
87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan untuk Berorganisasi.
3) Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan
HAM pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan
Negeri Medan, dan Pengadilan Negeri Makassar.

3. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila
Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai praksis Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat
dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai perkembangan zaman dan aspirasi
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan ideologi yang terbuka.

Hak asasi manusia dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila nilai-nilai dasar
dan instrumental Pancasila itu sendiri dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
oleh seluruh warga negara. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila setiap warga negara
menunjukkan sikap positif dalam kehidupan sehari-hari.
8. Sekarang ini begitu sering terjadi peristiwa pelanggaran HAM di masyarakat
seperti pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan sebagainya. Mengapa hal
tersebut dapat terjadi? Siapa yang paling bertanggung jawab untuk mengatasi
persoalan tersebut? Apa peran kalian untuk menyelesaikan persoalan tersebut?

Yang bertanggungjawab untuk mencegah terjadinya pelanggaran HAM adalah


pemerintah, maka di bentuklah oleh pemerintah lembaga penegakan HAM untuk
meminimalisir terjadinya pelanggaran HAM di Indonesia lebih tepatnya KOMNASHAM
dan pihak KEPOLISISAN, namun peran masyarakat juga dibutuhkan. Untuk itu
sosialisasi adanya HAM itu penting untuk masyarakat dan akan membuat masyarakat
kita menyadari betapa pentingnya HAM. Solusi mencegah pelanggaran HAM :

1. Adanya Pendidikan karakter yang dilakukan oleh rumah sekolah dan lingkungan
sekitar di rumah peran orang tua sangat mempengaruhi tingkah laku anaknya
sementara di sekolah dan di lingkungan pun juga mempengarauhi karakter anak.

2. Mempelajari segala sesuatu tentang HAM dan hukum yang berlaku, apabila terjadi
pelanggaran HAM sebagai warga negara yang baik yang menjunjung tinggi rasa
keadilan dan kemanusiaan kita harus melaporkan pada pihak yang berwajib.

3. Bersikap jujur apabila ada orang yang melanggar HAM, sebaiknya kita tegur atau
kita laporkan pada pihak yang berwajib.

4. Bersikap toleransi dan menaati hukum dan aturan yang berlaku.

5. Menghargai perbedaan yang ada, tidak bersifat rasis

Anda mungkin juga menyukai