Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

PENGGUNAAN LASER PADA LESI HIPERPIGMENTASI


Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi
salah satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Islam Jemursari Surabaya

Disusun oleh:
Imam Dwi Wahyudi
6120018019

Pembimbing:
dr. Winawati Eka Putri ., Sp. KK

Departemen / SMF Dermatologi dan Venereologi


Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
RSI Jemursari Surabaya
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
Referat
PENGGUNAAN LASER PADA LESI HIPERPIGMENTASI

Oleh :
Imam Dwi Wahyudi

Referat “Penggunaan Laser Pada Lesi Hiperpigmentasi” ini telah


diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai salah satu tugas dalam rangka
menyelesaikan studi kepanitraan klinik di Bagian Dermatologi dan Venereologi
RSI Jemursari Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya.

Surabaya, 25 Juli 2019


Mengesahkan,
Dokter Pembimbing

dr. Winawati Eka Putri ., Sp. KK

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
CAHAYA LASER.............................................................................................. 2
INTERAKSI LASER DAN JARINGAN PADA KULIT BERPIGMEN .......... 2
PENGGUNAAN LASER PADA LESI HIPERPIGMENTASI ......................... 5
A. Laser yang Dapat Digunakan Untuk Pengobatan Lesi Hiperpigmentasi .... 5
B. Indikasi Laser Pada Lesi Hiperpigmentasi .................................................. 8
C. Kelainan Pigmen di Dermis Lainnya ........................................................... 9
D. Kontraindikasi Laser Pada Lesi Hiperpigmentasi ....................................... 10
E. Prosedur Laser, Perawatan Sebelum dan Pasca Tindakan Laser ................. 11
F. Komplikasi Penggunaan Laser .................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Hiperpigmentasi merupakan masalah yang sering terjadi pada


banyak individu. Penyebab hiperpigmentasi pada kulit bervariasi, dapat
disebabkan oleh pajanan sinar matahari, gangguan keseimbangan hormonal,
penyakit tertentu, dan respons terhadap terapi laser.1 Hiperpigmentasi
disebabkan oleh akumulasi melanin baik di epidermis, dermis, maupun
keduanya.1-3

Terdapat berbagai modalitas terapi untuk lesi hiper-pigmentasi, di


antaranya kuretase, elektrodesikasi, peeling kimia, krioterapi, eksisi,
dermabrasi, nitrogen cair, es CO2 padat.4,5 Salah satu modalitas terapi yang
banyak direkomen-dasikan saat ini untuk lesi hiperpigmentasi adalah dengan
light amplification by stimulated emission of radiation (laser).1,6,7 Karena
prinsip kerja fototermolisis selektif, laser menjadi pilihan terbaik untuk lesi
hiperpigmentasi di epidermis dan dermis karena selektifitasnya dapat
mengurangi risiko terjadinya parut dan hipopigmentasi setelah pengobatan1-4,6

Laser untuk pengobatan lesi hiperpigmentasi merupakan prosedur


yang dianggap aman dan efektif, namun tetap memiliki komplikasi dan tidak
semua lesi hiperpigmentasi dapat diobati dengan laser.6,8 Diperlukan
pengetahuan mengenai indikasi, kontraindikasi, efek samping serta
komplikasi pengobatan laser sebelum menganjurkan laser sebagai pilihan
terapi kepada pasien

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. CAHAYA LASER
a. Spektrum elektromagnetik
Wilayah kerja bedah laser berada dalam spectrum ultraviolet (UV,
10-400 nm), cahaya tampak (400-720 nm), dan infra merah (720-1000
nm/infra merah dekat, 1.000-1.000.000 nm/infra merah sedang dan jauh)
b. Karakteristik cahaya laser
Cahaya laser berbeda dengan jenis cahaya lainnyakarena memiliki 3
sifat khas, yakni :
1. Monokromasi ialah terdiri dari atas 1 macam panjang gelombang
atau warna.
2. Koheren ialah cahaya laser berjalan dengan tempo dan jarak yang
sama.
3. Kolimasi ialah cahaya berjalan pararel.
c. Sifat optik jaringan
Cahaya laser bila mengenai kulit atau jaringan maka akan mengalami:
1. Refleksi
2. Absorbs
3. Scattering (penghamburan)
4. Transmisi (diteruskan)

II. INTERAKSI LASER DAN JARINGAN PADA KULIT BERPIGMEN


Sinar adalah bagian dari spektrum radiasi elektro-magnetik, dengan
energi yang disebut foton, sedangkan molekul yang menyerap sinar disebut
kromofor.9-11 Bila sinar diserap oleh kromofor, energi ditransfer dari foton
yang masuk ke kromofor di kulit. Setelah energi ini diserap, sinar dapat
memulai reaksi fotokimia, dapat memanaskan jaringan hingga keadaan
koagulasi ataupun penguapan, dan dapat menghancurkan atau meledakkan
struktur jaringan melalui pemanasan lokal yang sangat cepat.4,10,12

2
Laser adalah suatu peralatan yang menghasilkan berkas sinar dengan
panjang gelombang tertentu atau warna yang bersifat sangat sejajar dan
koheren.12 Panjang gelombang cahaya tersebut diabsorpsi secara maksimal
oleh komponen kulit yang akan diobati. Bila karakteristik absorpsi jaringan
target bertemu secara tepat dengan panjang gelombang yang paling ideal,
spesifisitas maksimal interaksi laser-jaringan akan muncul.9,12,13

Bila sinar laser mengenai kulit (gambar 1), sinar tersebut dapat
dipantulkan (4 – 6%), diserap (kira-kira 90% sinar akan diabsorbsi di
epidermis), dihamburkan, dan diteruskan.10,12

10
Gambar 1. Interaksi laser dengan jaringan

Anderson dan Parrish mengemukakan prinsip fototermolisis, yang


menyatakan bahwa kerusakan termal yang selektif terhadap lesi target dapat
diperoleh dengan menggunakan parameter laser yang sesuai.2,4,12
Fototermolisis selektif memerlukan panjang gelombang yang diabsorpsi
dengan baik oleh target, durasi pulse yang lebih pendek daripada waktu
relaksasi termal target (Tr = waktu yang diperlukan target untuk menjadi
dingin hingga 50%, dinyatakan dengan satuan µs), dan energi (fluence) yang
cukup tinggi untuk memperoleh efek jaringan yang diharapkan.2,4 Dengan
adanya konsep fototermolisis selektif, sinar dapat melewati kulit tanpa
menimbulkan efek hingga sinar tersebut diserap, dan membentuk panas hanya
pada target kromofor tertentu.4,12

3
Terdapat 3 kromofor utama pada kulit yaitu melanin, hemoglobin,
dan air.8 Melanin memiliki spektrum absorpsi yang luas pada sinar
ultraviolet, cahaya tampak, dan infra merah, namun absorpsinya menurun
dengan peningkatan panjang gelombang. Panjang gelombang yang diabsorpsi
terutama antara 600-1100 nm, yang disebut optical win-dow, cahaya tersebut
2,14
menembus dalam ke lapisan dermis. Target laser pada lesi
hiperpigmentasi dapat berupa melanosom (yang mengandung melanin) yang
terdapat di keratinosit, melanosom yang terdapat di melanosit, dan
melanosit.8

Melanosom memiliki Tr 0,5–1μs,14 sehingga ambang termal akan


muncul pada panjang gelombang dengan pulse laser kecil dari 1μs.
Penghantaran pulse laser dengan energi yang sangat tinggi dalam jangka
waktu ini akan menyebabkan melanin mengabsorbsi dan melokalisir sinar
laser dengan intensitas yang tinggi, sehingga menyebabkan perubahan
temperatur yang tajam antara melanosom dan struktur lain di sekitarnya.
Perubahan ini menyebabkan pembentukan gelombang akustik, yang secara
mekanik akan merusak sel yang mengandung melanosom.2,14 Kerusakan sel
tersebut mengakibatkan vakuolisasi pada sel yang mengandung pig-men pada
lapisan basal, keratinosit, dan melanosit mem-perlihatkan kondensasi pigmen
dan material inti pada bagian perifer sel yang disinari, dan vesikulasi
subepidermal pada tingkat lamina lusida. Hal ini menyebabkan munculnya
gam-baran sel cincin. Nekrosis dan regenerasi epidermis pada epi-dermis
yang mengandung pigmen terjadi 7 hari berikutnya.2,14

Penyembuhan jaringan setelah kerusakan melanosom akibat laser


memperlihatkan depigmentasi kulit sementara yang diikuti oleh repigmentasi
pada minggu berikutnya. Sel-sel pigmen yang nekrosis mengelupas dalam
bentuk skuama halus atau krusta selama beberapa minggu, diikuti oleh
hipopigmentasi sementara dan berangsur-angsur repig-mentasi tanpa
perubahan tekstur.14 Repigmentasi berasal dari migrasi melanosit residual di
dalam struktur adneksa atau dari kulit di dekatnya yang tidak terpapar.2

4
III. PENGGUNAAN LASER PADA LESI HIPERPIGMENTASI
A. Laser yang dapat digunakan untuk pengobatan lesi hiperpigmentasi
Laser untuk lesi hiperpigmentasi dapat dikategorikan ke dalam laser
nonselektif, misalnya CO2 (10.600 nm) dan erbium:YAG (2940 nm);2 laser
cukup selektif, misalnya laser argon, laser krypton (520-530 nm) dan copper
(511 nm);14 dan sangat selektif. Laser yang sangat selektif terhadap pigmen
dibagi menjadi:

1. Laser sinar hijau, terdiri atas sistem pulsed dan nonpulsed. Tidak
menembus dalam ke kulit karena panjang gelom-bangnya lebih
pendek, sehingga hanya efektif untuk pengobatan lesi hiperpigmentasi
di epidermis.14 Laser pulsed dye dengan panjang gelombang 504 nm
dan durasi pulse 300 nanodetik dapat mengangkat berbagai lesi
hiperpigmentasi jinak epidermis dengan sempurna, dengan
mengembalikan warna dan tekstur kulit normal.1
2. Laser sinar merah, terdiri atas sistem shortpulsed (Q-switched) dan
long-pulsed (normal-mode). Contoh laser shortpulsed untuk lesi
hiperpigmentasi adalah laser Q-switched ruby dan Q-switched
alexandrite. Panjang gelombang yang lebih besar pada laser ini
memungkinkan penetrasi yang lebih dalam ke dermis.2,12,14
3. Laser sinar near-infrared. Laser Q-switched Nd:YAG menghasilkan
sinar dengan panjang gelombang 1064 nm dengan durasi pulse 10
nanodetik.2,14 Melanin tidak mengabsorpsi dengan baik panjang
gelombang 1064 nm, sehingga tidak ideal untuk pengobatan lesi
hiper-pigmentasi jinak. Namun, karena mampu menembus lebih
dalam ke kulit (hingga 4-6 mm), laser ini bermanfaat untuk
pengobatan lesi pada individu dengan kulit lebih gelap.14
Saat ini sebagian besar ahli telah meneliti dan melaporkan efek yang
bagus pada laser Q-switched.8,14 Quality-switched (q -switched = QS) berarti
kemampuan untuk membentuk pulse yang sangat pendek (5-100 nanodetik)
dengan daya puncak yang sangat tinggi.2,6,9,12 Laser QS menghasilkan efek
fotoakustik, yang berasal dari pem-bentukan gelombang cepat setelah
penyinaran laser yang mengakibatkan kerusakan terhadap struktur selular dan

5
ruptur membran, yang akhirnya merusak melanosom, dengan kerusakan
minimal terhadap struktur selular disekitarnya.6,14
Ada beberapa jenis laser QS yang banyak digunakan saat ini (tabel
1), yaitu:

1. Laser Q-switched ruby (QSRL), memiliki panjang gelombang 694


nm, fluence 4–10 J/cm2, ukuran spot 5-7 mm, dan durasi pulse 28-40
nanodetik. Karena hanya menembus kurang dari 1 mm ke dalam
kulit QSRL digunakan untuk lesi superfisial.6,9,11,12,14-16 Karena
afinitasnya yang tinggi terhadap melanin dan kemung-kinan risiko
hipopigmentasi, QSRL tidak direkomen-dasikan untuk pasien
dengan tipe kulit gelap.6
2. Laser Q-switched alexandrite (QSA), memiliki panjang gelombang
755 nm, durasi pulse 50-100 nanodetik, diameter spot 3 mm, dan
fluence 4,5-8 J/cm2.2,6,8,12,14-18 Menembus lebih dalam dibandingkan
dengan QSRL karena memiliki panjang gelombang yang lebih besar
sehingga dapat digunakan untuk lesi di epidermis dan dermis.6
Karena memiliki durasi pulse dan panjang gelombang yang yang
besar, kecil kemungkinan terja-dinya pembentukan jaringan parut,
percikan jaringan, purpura, hipopigmentasi, dan hiperpigmentasi.
Efikasi dan keamanan laser QSA sangat mirip dengan laser QSR
kecuali hipopigmentasi sementara lebih jarang setelah pengobatan
dengan laser QSA.15
3. Laser Q-switched Nd:YAG, memancarkan sinar infrared pada
panjang gelombang 1064 nm, dapat menembus hingga 2 - 3 mm ke
dalam dermis sehingga cocok untuk pigmentasi yang lebih dalam di
dermis. Dengan menem-patkan kristal KTP (potassium–titanyl–
phosphate), panjang gelombang dapat dijadikan setengah menjadi
532 nm (sinar hijau), dan diperoleh durasi pulse 5-10 nanodetik..6,8,15

6
Tabel 1. Parameter pengobatan standar untuk lesi hiperpigmentasi2

Lesion Laser Spot size Fluence Retreatment interval

(mm) (J/cm2)

Lentigines QS ruby 6.5 2.0 – 4.0 4 – 8 weeks


QA Nd: YAG (532
nm) 3 0.7 – 1.0
QS alexandrite 3 4.0 – 6.0
Pulsed dye (510 nm) 3 2.5
Café-au-lait macules QS ruby 6.5 3.0 – 4.5 4 – 8 weeks
QS Nd: YAG (532
nm) 3 1.0 – 1.5
QS alexandrite 3 2.5 – 3.5
Pulsed dye (510 nm) 5 2.0 – 3.5
Becker’s nevus QS ruby 6.5 3.0 – 4.5 4 – 8 weeks
QS Nd: YAG (532
nm) 3 1.5 – 1.8
QS Nd: YAG (1064
nm) 3 4.0 – 5.0
QS alexandrite 3 5.0 – 6.0
Nevus spilus QS ruby 6.5 3.0 – 4.5 4 – 8 weeks
QS Nd: YAG (532
nm) 3 1.5 – 2.0
QS Nd: YAG (1064
nm) 3 4.0 – 4.4
QS alexandrite 3 4.0 – 6.0
Nevus of Ota QS ruby 6.5 5.0 – 6.0 6 – 12 weeks
QS Nd: YAG (1064
nm) 3 4.0 – 5.0
QS alexandrite 3 5.5 – 6.5

7
B. Indikasi laser pada lesi hiperpigmentasi
1. Kelainan pigmen di epidermis
Sejumlah penelitian klinis telah melaporkan efikasi dan keamanan
laser Q-switched dan laser pulsed dye 510 nm pada pengobatan
berbagai lesi hiperpigmentasi di epidermis, contohnya efelid, lentigo,
makula café-au lait, keratosis seboroik, nevus spilus, dan nevus
Becker. Pigmen pada lesi di epidermis terletak superfisial, sehingga
panjang gelombang yang lebih pendek dapat digunakan secara
efektif.2 Lesi di epidermis membutuhkan 1-6 sesi pengobatan untuk
sembuh. Lesi tersebut mudah menga-lami kekambuhan dan dianjurkan
penggunaan tabir surya yang adekuat untuk pemeliharaan.6

a. Lentigo

Lentigo merupakan makula hiperpigmentasi yang sangat


sering dijumpai, sebagian besar disebabkan oleh pajanan
matahari yang kronik.2,4,8

Ketiga laser Q-switched dan laser pulsed dye sangat efektif


untuk pengobatan lentigo.8,19-21 Setelah satu kali pengobatan
diharapkan diperoleh penyem-buhan 50%, dan pengobatan
tambahan mungkin diperlukan untuk mengangkat sisa
pigmen.2,14,19,22

b. Makula café-au lait


Makula café-au lait adalah makula berwarna coklat terang
berbatas tegas yang dapat timbul sebagai lesi terisolasi pada
populasi umum atau sebagai lesi multipel yang berhubungan
dengan suatu sindrom, misalnya neurofibromatosis dan sindrom
Albright.2,23

Efikasi laser dalam mengangkat makula café-au lait


bervariasi, dan hasilnya sering tidak dapat dipre-diksi.6,15 Telah
dilaporkan penyembuhan sempurna makula café-au lait setelah 8

8
sesi pengobatan dengan laser pulsed dye 510 nm dan setelah 3-6
sesi pengo-batan dengan laser Q-switched Nd:YAG 532 nm.2,14

c. Lesi hiperpigmentasi di epidermis lainnya

Efelid (freckles) adalah makula hiperpigmentasi kecil yang


terdapat pada lokasi pajanan matahari.2,24 Lesi memberikan respons
yang baik terhadap 1 hingga 2 sesi pengobatan laser QS dan pulsed
dye 510 nm.25 Wang dkk. (Taiwan, 2006) melaporkan keberhasilan
pengobatan efelid dengan laser QSA dengan risiko hiperpigmentasi
pascainflamasi yang rendah.26

Keratosis seboroik yang datar juga memberikan respons yang


baik terhadap pengobatan laser, namun lesi yang lebih tebal
resisten dan harus diobati dengan cryosurgery.2 Kauvar dkk. (New
York, 2006) melaporkan keberhasilan pengobatan efelid dan
keratosis seboroik dengan pengobatan modifikasi laser pulsed dye
yang menggunakan panjang gelombang 595 nm.7

Nevus spilus dan nevus Becker, yang dapat mempunyai


kombinasi komponen epidermis dan dermis memiliki respons yang
bervariasi terhadap pengobatan laser.15

2. Kelainan pigmen di dermis


Pengobatannya relatif tidak efektif dan hampir selalu menyebabkan
terbentuknya jaringan parut atau perubahan pigmentasi.2

C. Kelainan pigmen di dermis lainnya


Kadar Melasma merupakan hipermelanosis wajah didapat yang paling
sering muncul di pipi, dahi, atas bibir, hidung, dan dagu, dengan warna
bervariasi dari coklat hingga biru abu-abu. Hiperpigmentasi pascainflamasi
merupakan suatu bentuk lain dari hipermelanosis didapat yang dapat timbul
setelah trauma atau proses inflamasi pada kulit.31 Secara histologi, 3 tipe
pigmentasi muncul pada kedua keadaan ini:2

 Tipe epidermal: terdapat peningkatan melanin di epidermis.

9
 Tipe dermal: melanofag ditemukan di dermis superfisial dan mid
dermis.
 Kombinasi tipe dermal dan epidermal.

Laser QS tidak efektif untuk pengobatan melasma dan hiperpigmentasi
pascainflamasi, bahkan meningkatkan melanofag dermis dan memperparah
hiperpigmentasi.2,32 Laser CO2 atau erbium:YAG resurfacing merupakan
modalitas alternatif untuk melasma, namun hiperpigmentasi pascainflamasi
hampir selalu timbul setelah operasi. 2

Fractional skin resurfacing (Fraxel SR)® merupakan suatu


perkembangan baru yang menggunakan laser dengan panjang gelombang 1540
nm yang menciptakan bercak mikroskopik trauma termal yang dikelilingi oleh
jaringan kulit sehat. Karena daerah trauma termal sangat kecil, migrasi lateral
keratinosit terjadi sangat cepat, yang menyebabkan reepitelisasi komplit
epidermis dalam 24 jam.32,33 Saat ini, fractional resurfacing telah dilaporkan
sebagai pengobatan yang efektif untuk melasma berdasarkan prinsip kerjanya
tersebut, juga karena kerusakan sementara pada fungsi sawar epidermis
menyebabkan absorpsi yang lebih baik untuk obat bleaching topikal.32

D. Kontraindikasi laser pada lesi hiperpigmentasi6


1. Absolut

a. Penyakit kulit yang diperberat oleh sinar dan penyakit sistemik,


misalnya SLE

b. Pengobatan pada daerah dengan infeksi kulit yang aktif, misalnya


herpes labialis, infeksi stafilokokus, dll
c. Vitiligo dan psoriasis. Koebnerisasi sering terjadi pada pasien vitiligo
dan psoriasis, sehingga lesi dapat muncul pada daerah trauma akibat
panas yang dihasilkan oleh sinar laser.

10
2. Relatif

a. Keloid dan kecenderungan terjadinya keloid.


b. Pasien dalam pengobatan dengan isotretinoin.
c. Riwayat herpes simpleks atau herpes dengan risiko reaktivasi yang
tinggi.
d. Pasien yang tidak kooperatif atau memiliki peng-harapan yang tidak
realistis.

E. Prosedur laser, perawatan sebelum dan pasca tindakan laser


Perawatan sebelum dan pasca tindakan merupakan kunci keberhasilan
pengobatan laser pada lesi pigmentasi.34 Tahap pengobatan:

1. Menentukan tipe kulit


2. Membuat diagnosis yang tepat dan melakukan biopsi bila dicurigai
keganasan.
3. Memulai proses skin conditioning Skin conditioning bertujuan
mengatur fungsi sel kulit dan perbaikan sirkulasi dan hidrasi,
meningkatkan kualitas dan penampilan kulit, serta mempecepat fase
penyembuhan setelah prosedur.34

Prosedur laser

1. Persiapan operator
Pelindung mata khusus (laser safety goggles) perlu digunakan,
termasuk oleh seluruh orang dalam ruangan selama tindakan laser dan
pemakaian pelindung, sarung tangan dan masker.

2. Persiapan ruangan
Laser harus digunakan pada daerah yang aman dari
kemungkinan gangguan. Penerangan harus secukup mungkin dan
meja/kursi operasi harus senyaman mungkin. Ruangan tidak boleh
memiliki cermin dan bahan metalik yang dapat memantulkan sinar
laser. Sistem pendingin harus tersedia untuk setiap mesin dan tombol

11
emergensi harus tersedia untuk mematikan seluruh sistem jika terjadi
kecelakaan atau masuknya orang yang tidak berkepentingan.

3. Persiapan pasien
Harus dicatat riwayat kesehatan, pengobatan terakhir, riwayat
alergi, tindakan bedah sebelumnya, kecenderungan mengalami
perdarahan dan bagaimana penyem-buhan luka (sembuh dengan
hiperpigmentasi atau hipo-pigmentasi). Pasien harus dijelaskan
mengenai semua hal tentang prosedur laser. Diharuskan membuat foto
lesi dan memperlihatkan kepada pasien foto lesi yang sama sebe-lum
dan setelah pengobatan serta hasil akhir. Beberapa persiapan
preoperatif yang perlu diperhatikan adalah:

a. Tanning: harus dipastikan pasien tidak melakukan tanning,


karena melanin yang dihasilkan oleh pajanan sinar UV yang
mengganggu pengobatan laser dan meningkatkan risiko
pembentukan jaringan parut, hipopigmentasi, atau
hiperpigmentasi. Pasien dengan tipe kulit gelap dan mengalami
tanning dianjurkan untuk mengoleskan hidrokuinon (2-4%)
sebelum operasi untuk mengurangi risiko hiperpigmentasi
pascainflamasi.
b. Retinoid sistemik: pasien yang meminum retinoid oral tidak
boleh menjalani pengobatan laser untuk lesi hiperpigmentasi
selama 6-12 bulan setelah penghen-tian obat karena memiliki
risiko pembentukan keloid dan jaringan parut yang lebih tinggi.
c. Test spots: dianjurkan terutama bagi pemula untuk melakukan
laser test spots pada semua pasien sebelum mengobati seluruh
lesi, karena tipe dan warna kulit tidak selalu dapat
memprediksikan dengan sempurna respons terhadap
pengobatan. Lakukan evaluasi pasien 4-8 minggu setelah test
spots.

12
4. Teknik operasi

Pengobatan laser dilakukan dengan cara alat dipegang tegak


lurus terhadap lesi. Laser QS akan menghasilkan pemutihan segera
pada lesi. Titik perdarahan dapat muncul bila menggunakan fluence
yang sangat tinggi. Bunyi letusan akan terdengar pada setiap
tembakan laser ketika sel-sel yang mengandung melanin meledak.
Jaga agar daerah tetap dingin dengan kantong es/pendingin udara
sebelum dan sesudah pulse laser untuk menghindari penyebaran
panas.6

Lesi di epidermis rata-rata memerlukan 1 hingga 2 kali


pengobatan, lesi di dermis memerlukan 4 hingga 6 atau lebih sesi
pengobatan. Pengobatan harus dilakukan dengan interval 6 hingga 8
minggu. Interval pengobatan dapat diperpanjang untuk pengobatan
nevus Ota (interval dapat hingga 6 bulan). Penyem-buhan lesi
disebabkan oleh pengangkatan pigmen oleh makrofag dan limfatik
yang terjadi di antara pengobatan.6

5. Perawatan pasca pengobatan yang harus dilakukan adalah:6,34


a. Segera setelah tindakan laser kompres dingin dengan batu es
b. Pemberian salap antibiotik dan perban plastik anti lengket hingga
proses reepitelisasi selesai. Antibiotik oral dapat diberikan bila
dianggap perlu, namun tidak wajib. Anti inflamasi mungkin
dibutuhkan pada lesi yang luas.
c. Tabir surya berspektrum luas yang melindungi terha-dap
UVA/UVB digunakan sebelum dan selama perio-de pengobatan.
Pasien harus menghindari pajanan cahaya matahari dan pemakaian
kosmetik pada daerah yang diobati.
d. Obat-obat pemutih dapat digunakan setelah krusta berkurang
e. Follow up pada hari ke-7

13
F. Komplikasi Penggunaan Laser

Energi yang diabsorpsi bertanggung jawab pada efek klinis karena


diubah menjadi energi termal akibat absorpsi panas oleh kromofor.
Komplikasi disebabkan oleh kerusakan kolateral yang terjadi bila energi
untuk kromofor target secara tidak selektif berdifusi ke/dan diabsorpsi oleh
jaringan di sekitarnya. Misalnya hiperpigmentasi dan hipopigmentasi setelah
pengobatan dengan laser berhubungan dengan kerusakan melanosit yang
menguap bersama keratinosit dan fibroblas yang ditargetkan di epidermis dan
dermis. Sebagian besar laser yang digunakan saat ini memanfaatkan prinsip
fototermolisis selektif yang meminimalisir kerusakan kola-teral tersebut dan
berusaha untuk membatasi durasi kontak sinar laser dengan jaringan.32

Walaupun laser QS sejauh ini lebih aman dibandingkan dengan modalitas


pengobatan laser yang tidak selektif pigmen maupun bedah, pengobatan
dengan laser tetap memiliki risiko. Secara umum, karena pengobatan lesi
dermal lebih agresif, risiko efek sampingnya lebih tinggi dibandingkan
dengan lesi di epidermis.2

Komplikasi tersering adalah perubahan pigmen. Hiperpigmentasi sering


ditemukan pada pasien dengan tipe kulit gelap, namun hampir selalu sembuh
sejalan dengan waktu.32,35 Pasien yang baru saja melakukan tanning juga
berisiko lebih tinggi.32 Penggunaan krim hidrokuinon topikal dapat
membantu mempercepat penyembuhan. Pasien dengan risiko tinggi
hiperpigmentasi harus menghindari pajanan matahari dan menggunakan tabir
surya UVA/UVB SPF 30 atau lebih selama beberapa bulan setelah
pengobatan.2,32

Hipopigmentasi sementara juga sering terjadi namun depigmentasi sangat


jarang. Biasanya hipopigmentasi terjadi setelah pengobatan multipel dan
lebih sering pada pasien tipe kulit gelap.32 Risiko hipopigmentasi bergantung
pada panjang gelombang, peralatan dengan panjang gelombang lebih pendek
seperti QSRL memiliki risiko lebih tinggi sehubungan dengan trauma yang
lebih besar terhadap melanosit epidermis.2 Pada fractional skin resurfacing

14
juga dapat timbul hipopigmentasi persisten bila terjadi trauma termal yang
berlebihan pada saat pengobatan.33 Hipo-pigmentasi pascainflamasi dapat
bertahan beberapa minggu hingga beberapa bulan dan sulit untuk untuk
diobati. Foto-terapi dapat digunakan untuk mengobati hipopigmentasi ini.6

Risiko pembentukan jaringan parut dengan laser yang spesifik terhadap


pigmen sangat jarang terjadi. Bila menggu-nakan parameter yang tepat, risiko
pembentukan jaringan parut pada pengobatan lesi epidermis dapat dihindari.2
Pembentukan jaringan parut terjadi bila menggunakan fluence yang sangat
tinggi yang mengakibatkan luka bakar, yang apabila mengalami infeksi akan
berisiko tinggi untuk terbentuknya jaringan parut.6 Foto preoperatif
merupakan dokumentasi yang penting.2

Untuk menghindari komplikasi infeksi, salap anti-biotik dan perban anti


lengket harus digunakan, dan pasien harus dijelaskan mengenai perawatan
luka yang tepat.6

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Tan OT, Morelli JG, Kurban AK. Pulsed dye laser treatment of benign
cutaneous pigmented lesions. Lasers in Surgery and Medicine. 1992; 12:538-
42.
2. Dover JS, Arndt KA, Ort RJ. Lasers in the treatment of pigmented lesion.
Dalam: Kaminer MS, Arndt KA, Dover JS, editor. Principles and practices in
cutaneous laser surgery. Edisi pertama. Philadelphia: Harcourt Saunders;
2002. h. 489-503.
3. Chapas AM, Geronimus RG. Cosmetic applications of non-ablative lasers
and other light devices. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw-Hill; 2008. h. 2372-7.
4. Sakamoto FH, Wall T, Avram MM. Anderson RR. Lasers and flashlamps in
dermatology. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi
ke-7. New York: Mc Graw-Hill; 2008. h. 2263-79.
5. Duke DD, Byers R, Sober AJ, Anderson RR, Grevelink JM. Treatment of
benign and atypical nevi with the normal-mode ruby laser and the Q–
switched ruby laser. Arch Dermatol. 1999;135: 290-6.
6. Aurangabadkar S, Mysore V. Standard guidelines of care: Lasers for
a. tattoos and pigmented lesions. 2009; 75 (Suppl 2): 111-26.

7. Ngan V. Lasers in dermatology. Diakses dari: www.dermnetznz.org. Disitasi


pada tanggal 14 Juni 2008.
8. Drijono AL. Laser treatment of pigmented lesions: Clinical indications.
Seminar laser in pigmented lesions. Semarang 1 Agustus 2009
9. Wheeland RG. Clinical uses of lasers in dermatology. Lasers in Surgery and
Medicine. 1995; 16: 2-23.
10. Nelson JS. An introduction to lasers and laser–tissue interactions in
dermatology. Dalam: Kaminer MS, Arndt KA, Dover JS, editor. Principles
and practices in cutaneous laser surgery. Edisi pertama. Philadelphia:
Harcourt Saunders; 2002. h. 59-77.

16
11. Arimuko A. Fisika dasar laser. Seminar basic laser dermatology dan
comprehensive CO2 laser. Jakarta 21 Februari 2009.
12. Sudharmono A. Laser tissue interaction. Seminar basic laser dermatology dan
comprehensive CO2 laser. Jakarta 21 Februari 2009.
13. Brauner GJ. Cutaneous laser surgery: Historical perspectives. Dalam: Kaminer
MS, Arndt KA, Dover JS, editor. Principles and practices in cutaneous laser
surgery. Edisi pertama. Philadelphia; Harcourt Saunders; 2002. h. 3-57.
14. Scheinfeld NS, Goldberg D. Laser treatment of benign pigmented lesions.
Diakses dari: www.emedicine.com. Disitasi pada tanggal 14 Maret 2008.
15. Jones CE, Nouri K. Laser treatment for pigmented lesions: a review.
16. J Cos Dermatol. 2006; 5: 9–13

17. Kono T, Manstein D, Chan HH, Nozaki M, Anderson RR. Q-Switched ruby
versus long-pulsed dye laser delivered with compression for treatment of
facial lentigines in Asians. Lasers in Surgery and Medicine. 2006; 38: 94–7.
18. Goldberg DJ. Laser treatment of pigmented lesions. Dermatol Clinic. 1997;
15: 397-407.
19. Zhong L, Lihua F, Sheng J, Wen H, Junpang C, Xiasheng W. Treatment of
522 patients with nevus of Ota with Q-switched alexandrite laser. Chinese
Med J. 2003; 116 (2): 226-30.
20. Todd MM, Rallis TM, Gerwels JW, Hata TR. A comparison of 3 lasers and
liquid nitrogen in the treatment of solar lentigenes. Arch Dermatol. 2000;
136: 841-6.
21. Kaufmann R, Beier C. Lasers. Dalam: Gilchrest BA, Krutmann J,
22. editor. Skin aging. Edisi pertama. New York: Springer-Verlag Berlin
Heildelberg; 2006. h. 185-94.

23. Taylor SC. Photoaging and pigmentary changes of the skin. Dalam: Burgess
CM, editor. Cosmetic dermatology; edisi pertama. New York: Springer-
Verlag Berlin Heildelberg; 2005. h. 29-51
24. Li Y, Yang K. Comparison of the frequency-doubled Q-switched Nd:YAG
laser and 35% trichloroacetic acid for the treatment of face lentigines.
Dermatol Surg. 1999; 25: 202–4

17
25. Sánchez RL, Raimer SS. Pigmentary disturbances and melanocytic tumors.
Dalam: Sánchez RL, Raimer SS, editor. Dermatopathology. Edisi pertama.
Texas: Landes Bioscience; 2001. h. 271-92.
26. Hunter JAA, Savin JA, Dahl MV. Disorders of pigmentation. Dalam: Stuart T,
editor. Clinical dermatology, edisi ke-3. Minnesota: Blackwell Science; 2003.
h. 242-52.
27. Kauvar ANB, Rosen N, Khrom T. A newly modified 595-nm pulsed dye
laser with compression handpiece for the treatment of photodamaged skin.
Laser in Surgery and Medicine. 2006; 38: 808-13.
28. Wang CC, Sue YM, Yang CH, Chen CK. A comparison of Q-switched
alexandrite laser and intense pulsed light for the treatment of freckles and
lentigenes in Asia persons: a randomized, physician-blinded, split-face
comparative trial. J Am Acad Dermatol. 2006; 54: 804-10.
29. Lapeere H, Boone B, Schepper SD, Verhaeghe E, Ongenae, Geel NV, dkk.
Hypomelanoses and hypermelanoses. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw-Hill; 2008. h. 622-40.
30. Kono T, Nozaki M, Chan HH, Mikashima Y. A retrospective study looking at
the long-term complications of Q-switched Ruby laser in the treatment of
nevus of Ota. Lasers in Surgery and Medicine. 2001; 29:156-9
31. Chan HHL, King WWK, Chan ESY, Mok CO, Ho WS, Krevel CV,dkk. In
vivo trial comparing patients tolerance of Q-switched alexandrite (QS Alex)
and Q-switched neodymium:Yttrium-Aluminum-Garnet (QS Nd:YAG) lasers
in the treatment of nevus of Ota. Lasers in Surgery and Medicine. 1999; 24:
24–8
32. Kishi K, Okabe K, Ninomiya R, Konno E, Hattori N, Katsube K, dkk. Early
serial Q-switched ruby laser therapy for medium-sized to giant congenital
melanocytic naevi. Br J Dermatol. 2009; 1: 1-7
33. Macedo FS, Kaminsky SK, Bagatin E, Hassun KM, Talarico S. Melasma: a
comparative study of the combination of glycolic acid and hydroquinone in
association with glycolic acid peelings. Med Cutan Iber Lat Am. 2006; 34(1):
11-6

18
34. Chan HLL. Effective and safe use of lasers, light sources, and radiofrequency
devices in the clinical management of Asian patients with selected
dermatoses. Lasers in Surgery and Medicine. 2005; 37: 179–85.
35. Willey A, Anderson RR, Azpiazu JL, Bakus AD, RJ Barlow, Dover JS, dkk.
Complications of laser dermatologic surgery. Lasers in Surgery and
Medicine. 2006; 38:1–15
36. Sudharmono A. Pre and post care, the key of pigmented laser treatments
success. Seminar laser in pigmented lesions. Semarang 1 Agustus 2009.
37. Sadighha A, Saatee S, Muhaghegh-Zahed G. Efficacy and adverse effects of
Q-switched ruby laser on solar lentigines: A prospective study of 91 patients
with Fitzpatrick skin type II, III, and IV. Dermatol Surg. 2008; 34: 1465–8.

19

Anda mungkin juga menyukai