Anda di halaman 1dari 6

Asam Sialat Cerdaskan Anak

Salah satu alasan penting bayi wajib diberi Air Susu Ibu (ASI) karena mengandung asam sialat.
Zat ini berperan dalam meningkatkan kecerdasan anak dan imunitas, serta memperbaiki jaringan
yang rusak.

Kecerdasan memang sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan. Orangtua yang pintar dan
cerdas berpotensi besar untuk menghasilkan keturunan yang cerdas pula. Namun, faktor
keturunan (hereditas), bukan satu-satunya penentu.

Kecerdasan tak cukup diwariskan. Ada faktor lain yang berperan penting dalam membentuk
kecerdasan otak, yaitu lingkungan dan makanan bergizi. Kondisi ekonomi yang sulit serta
rendahnya pendidikan menyebabkan faktor gizi diabaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Mulai dari kehamilan

Anak yang cerdas sangat ditentukan oleh asupan zat gizi ibu di masa kehamilan. Banyak ibu baru
memperhatikan gizi ketika sudah hamil tua. Padahal, otak bayi mulai tumbuh dan berkembang
pesat sejak usia kehamilan 8 minggu.

Susunan saraf pusat atau otak merupakan organ yang pertama kali terbentuk, diawali
pembentukan lempeng saraf (neural plate) pada sekitar hari ke-16 kehamilan. Lempeng saraf ini
kemudian menggulung membentuk tabung saraf (neural tube) pada hari ke-22. Setelah itu,
mulailah diproduksi sel-sel saraf.

Pada hari ke-35 kehamilan atau sekitar minggu kelima, mulai terlihat cikal-bakal otak besar di
ujung tabung saraf. Selanjutnya terbentuklah batang otak, otak kecil, dan bagian lainnya. Mulai
usia delapan minggu kehamilan, terjadilah produksi sel saraf yang luar biasa cepatnya, kira-kira
250 ribu per detik.

Pertumbuhan dan perkembangan otak juga berlangsung cepat sekali, terutama mulai di trimester
ketiga, kira-kira saat kehamilan berumur 25 minggu hingga anak berusia 2 tahun. Karena itu,
asupan makanan bergizi harus dilakukan optimal untuk pertumbuhan otak yang optimal pula.
Makanan bergizi tidak harus mahal, yang penting berkualitas dan seimbang. Asupan yang
dianjurkan 50 persen karbohidrat, 30 persen protein, dan 20 persen lemak. Selain itu harus
didukung vitamin, mineral, dan komponen lainnya seperti kolin dalam jumlah cukup.

Demikian pula ketika buah hati sudah dilahirkan, asupan gizi ibu dan bayi harus diperhatikan
dengan seksama. Ibu tetap harus mengonsumsi makanan bergizi baik, supaya tubuhnya kembali
bugar dan menghasilkan ASI berkualitas. Sementara itu, pada empat bulan pertama, bayi harus
mendapat ASI eksklusif, yang artinya tanpa tambahan apa pun, hanya ASI. Selain karena sistem
pencernaannya belum sempurna, sehingga tidak dapat mencerna makanan berat, seluruh
komponen gizi yang sangat diperlukan bayi ada dalam ASI. Salah satunya adalah asam sialat
(sialic acid).

Komponen penting

Asam sialat merupakan komponen penting yang diperlukan untuk membentuk molekul
gangliosida pada membran sel otak. Molekul gangliosida berperan merangsang saraf, agar dapat
bekerja optimal dan membentuk memori otak jangka panjang.

Pada bayi terdapat dua periode peningkatan gangliosida otak. Periode pertama pada trimester
ketiga kehamilan, dan periode kedua setelah lahir sampai umur 8 bulan. Bagian otak yang
menyimpan memori adalah lobus temporalis yang memiliki dua bagian, yaitu hemisfer kanan
dan kiri. Hemisfer kiri untuk menyimpan memori verbal, hemisfer kanan untuk memori visual.
Proses pembentukan memori pada bayi berkaitan erat dengan proses pembentukan bagian dari
saraf yang disebut sinaps (synapse). Sinaps jumlahnya meningkat pesat pada bayi usia 2-4 bulan.
Semakin banyak terbentuk sinaps, semakin kompleks pula kemampuan menerima, mengolah,
menyimpan, dan menjawab rangsangan yang diterima oleh sel saraf. Karena itu, asupan makanan
kaya asam sialat sangat diperlukan agar pertumbuhan memori otak dapat berjalan dengan
optimal.

Berbagai penelitian menunjukkan, pemberian asam sialat dapat membantu perkembangan otak
balita. Selain itu, asam sialat jug berperan penting dalam perkembangan kognitif anak. Berbagai
riset juga membuktikan bahwa struktur dan fungsi otak dipengaruhi secara permanen oleh zat
gizi yang diberikan di usia dini, terutama pada masa bayi dan balita.
Penelitian Wang dkk (1998) menunjukkan kadar asam sialat pada saraf otak manusia jauh lebih
tinggi daripada mamalia, kadar asam sialat mamalia juga lebih tinggi daripada hewan lainnya. Itu
sebabnya, manusia jauh lebih pintar daripada mamalia, dan mamalia lebih pintar daripada hewan
lain. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan, asam sialat terbukti penting bagi
perkembangan otak, proses pembelajaran, serta pembentukan memori.

Tingginya kadar asam sialat diduga berkaitan erat dengan kompleksitas fungsi otak manusia.
Penelitian pada tikus dengan menyuntikkan asam sialat ke dalam rongga perutnya menunjukkan
peningkatan kadar asam sialat secara permanen di dalam gangliosida dan glikoprotein otak.
Kelompok tikus yang diberi asam sialat terbukti mengalami peningkatan kemampuan belajar
yang diuji dengan penggunaan rintangan. Para ahli menyimpulkan, asam sialat berperan penting
dalam pembentukan memori pada bayi melalui proses peningkatan pembentukan sinaps.

Tingkatkan kemampuan belajar

Menurut Schauer (1982), asam sialat sebenarnya terdapat di seluruh sel tubuh, tetapi paling
banyak di membran sel otak, yaitu hampir 20 kali dibandingkan membran lainnya. Berdasarkan
penelitian Morgan dan Winick, yang dipublikasikan dalam Journal Nutrition (1980), asam sialat
secara nyata dapat meningkatkan produksi gangliosida di dalam otak, yang akhirnya
meningkatkan kemampuan belajar secara nyata pula.

Penelitian Carlson dan Hause (1986) menunjukkan pemberian asam sialat pada tikus yang sudah
berumur, ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap perkembangan sel otaknya. Hal tersebut
mudah dimengerti, mengingat pertumbuhan otak yang maksimal terjadi ketika masih bayi.

Hati sebenarnya punya kemampuan mensintesis asam sialat, tetapi dalam jumlah relatif kecil,
sehingga memerlukan asupan dari luar seperti ASI.

Keunggulan asam sialat ialah kemampuannya bekerja secara sinergis dengan asam lemak
omega-3 (asam dokosaheksaenoat/ DHA) dan asam lemak omega-6 (asam arakhidonat/ARA).

Asam sialat, DHA, dan ARA merupakan zat pembangun independen jaringan saraf untuk fungsi
otak yang lebih baik.
Keuntungan Tak Diperoleh dari Susu Formula

Selain jumlah, asam sialat dalam ASI juga unggul kualitas. Ini karena lebih dari 75 persen asam
sialat dalam ASI berikatan dengan oligosakarida, sedangkan sebagian besar asam sialat dalam
susu sapi maupun susu kambing berikatan dengan glikoprotein. Ikatan dengan oligosakarida
membuat asam sialat bebas dari kerusakan selama berada di saluran pencernaan, sehingga
diserap lebih baik oleh usus halus.

Hasil penelitian Engfer dkk (2000), studi secara in vitro menunjukkan ikatan asam sialat dengan
aligosakarida tidak dirusak oleh enzim di saluran pencernaan. Di dalam usus halus, ikatan asam
sialat dan oligosakarida diserap masuk secara utuh. Di dalam sel epithelial usus, asam sialat
kemudian dilepas oleh enztm lysosomal sialidase, sehingga dapat sampai ke otak dengan
optimal. Ikatan asam sialat dengan oligosakarida bukan hanya baik untuk otak, tetapa juga untuk
saluran pencernaan. Ikatan oligosakarida dan asam sialat yang tidak berhasil diserap oleh usus
halus, tak akan terbuang secara sia-sia. Ikatan oligosakarida dan asam sialat dapat berfungsi
sebagai prebiotik untuk meningkatkan populasi bifidobacteria (bakteri baik) di dalam usus besar
(kolon). Peningkatan jumlah bakteri tersebut akan menekan pertumbuhan bakteri pembusuk yang
merugikan, yakni Escherichia coli dan Streptococcus faecalis. Keuntungan tersebut tidak didapat
dari konsumsi susu sapi karena asam sialat berikatan dengan glikoprotein. Ikatan asam sialat
dengan glikoprotein bersifat lebih lemah daripada dengan oligosakarida. Kondis ini
memungkinkan ikatan lebih mudah lepas oleh kerja saluran pencernaan. Akibatnya, sebagian
asam sialat dapat mengalami kerusakan sebelum sampai di usus halus. Selain itu, glikoprotein
merupakan komponen penyebab alergi pada beberapa bayi.

Di dalam tubuh, asam sialat bukan hanya menaikkan memori otak, tetapi juga dapat
meningkatkan imunitas tubuh. Sebuah penelitian di Australia yang dipublikasikan dalam Protein
Science, April 2001, menunjukkan asam sialat juga dapat berfungsi sebagai agen antiflu karena
kemampuannya menghambat pertumbuhan virus influenza A dan B.

Sebuah studi pada tahun 1995 menunjukkan asam sialat memiliki kemampuan 1.000 kali lebih
efektif untuk melawan influenza daripada obat flu yang beredar di pasaran. Berbagai penelitian
kini diarahkan untuk melihat kemampuan asam sialat dalam melawan berbagai virus yang
selama ini sering menggerogoti kesehatan manusia, seperti hepatitis.

Perbaiki Jaringan Tubuh

Asam sialat dapat memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, seperti penyakit kulit. Beberapa
penelitian menunjukkan, asam sialat juga bisa mencegah penggumpalan darah berlebihan dan
membantu menurunkan kadar kolesterol jahat LDL. Senyawa ini mampu mencegah infeksi
saluran pernapasan. Anak yang mengalami gangguan metabolisme asam sialat, termasuk asupan
ASI yang kurang, akan mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan, wajah pucat, serta
kegagalan produksi pigmen kulit dan rambut.

Hasil riset di Kumamoto University Jepang menunjukkan, asam sialat bisa mencegah penyerapan
protein histamin. Protein histamin adalah protein alergen yang mempunyai kemampuan
menyebabkan asma.

Hingga kini belum ada data mengenai anjuran konsumsi asam sialat. Namun, yang jelas, asam
sialat sangat diperlukan bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan.

Saat ini sudah banyak susu formula yang menambahkan asam sialat. Sebaiknya susu formula
diberikan setelah bayi berusia empat bulan, mengingat saluran pencernaannya belum optimal,
sehingga belum dapat mencerna makanan berat, termasuk susu formula.

Ibu hamil dianjurkan minum susu sapi, susu kambing, atau susu formula yang diperkaya asam
sialat, untuk memenuhi kebutuhan asam sialat janin.

ASI yang Terbaik

Asam sialat paling banyak terdapat dalam ASI. Penelitian Nakano, Sugawara, dan Kawakami
dari Nutritional Science Laboratory Jepang menunjukkan, kadar asam sialat dalam ASI mencapai
0,3-1,5 mg/ml. Asam sialat juga terdapat pada susu sapi dan susu kambing segar, tetapi
jumlahnya sangat sedikit.
Hasil riset Puente dkk. dari Universidad de Salamanca, Spanyol, susu kambing segar
mengandung asam sialat 1.147 mg/kg. Namun, setelah diolah, tinggal 190-200 mg/kg susu.

Penelitian Martin-Sosa dari Universidad de La Rioja, Spanyol, menunjukkan kandungan total


asam sialat dalam susu kambing segar lebih baik daripada susu sapi segar.

Kandungan asam sialat dalam ASI yang berfungsi untuk otak juga diungkapkan Garry
Wainscott, pakar gizi dari Australia. Garry melakukan studi bedah otak pada penderita SIDS
(sudden infant death syndrome) atau sindroma bayi meninggal mendadak. Bayi yang
memperoleh ASI memiliki jumlah DHA, asam sialat, dan total asam lemak omega-3 pada
gangliosida frontal cortex otak jauh lebih besar daripada bayi yang diberi susu formula.

Pada semua sampel otak yang diteliti, ikatan asam sialat pada gangliosida sangat berkaitan
dengan DHA gangliosida dan total asam lemak omega-3.

Kandungan asam sialat dalam ASI lebih baik dari susu sapi karena protein whey ASI lebih tinggi
bila dibandingkan dengan whey susu sapi. Whey adalah protein utama pada susu yang berbentuk
cair, sedangkan kasein adalah protein utama pada susu yang berbentuk gumpalan. Perbandingan
whey dan kasein pada ASI 65:35, sedangkan susu sapi 20:80. Penelitian Bing Wang dkk di
University of Sydney (2001) menunjukkan, susu formula yang memiliki rasio whey dan kasein
60:40 punya kandungan asam sialat dua kali lebih banyak daripada susu formula yang memiliki
rasio whey dan kasein 20:80.

Anda mungkin juga menyukai