PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja yaitu faktor
fisik, faktor biologi, faktor faal ergonomi serta faktor psikososial. Salah satu faktor
Kasus gangguan paru yang disebabkan oleh paparan debu banyak ditemukan
di Indonesia, berbagai faktor dalam timbulnya gangguan saluran nafas akibat debu
yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimia serta
lama paparan, beberapa faktor dari karakteristi pekerja juga juga dapat mempengaruhi
atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit
yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan,
pernapasan akut (ISPA) pada tahun 2014 sebesar 27,8% urutan pertama dari 10 besar
Kampar, 2014).
1
Berdasakan fenomena diatas maka periu dikaji bagaimana pengaruh paparan
asap dan penggunaan APD dengan kejadian ISPA pada pegawai dapur RS Ibnu Sina.
Untuk memberikan informasi yang jelas tentang hal tersebut diatas maka perlu
II. TUJUAN
l) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
kasus ISPA).
III.MANFAAT
manfaat:
2
LAPORAN KASUS
DAN LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI
I. ANAMNESIS
A. Anamnesis Klinis
1) IdentitasPasien
- Nama : Ny.A
- Umur : 43 tahun
- Agama : Islam
2) Keluhan utama
Batuk
4) Anamnesis Sistemik
Anamnesis Okupasi
1. Jenis Pekerjaan
4
2. Uraian tugas
Pasien adalah seorang petugas di instalasi Laundry RS Ibnu sina Makassar
dengan jam kerja mulai pukul 08.00-14.00 wita atau sekitar 6 jam per hari.
Uraian Tugas Rutin (Shift pagi)
Jam 05.00-05.30 : Bangun, Solat Subuh
Jam 05.30-07.30 : Kegiatan rumah tangga
Jam 07.30-07.45 : Berangkat ke tempat kerja
Jam 08.00-10.00 : Penerimaan linen kotor
Jam 10.00-11.00 : Pemilahan linen infeksius dan non infeksius
Jam 11-00-13.00 : Proses pencucian linen
Jam 13.00-14.00 : Proses pengeringan linen
Jam 14.00-14.15 : Pulang ke rumah
Jam 14.15-21.00 : Kegiatan rumah tangga
Jam 21.00-05.00 : Istirahat
Jam 10.00-11.00
Jam 14.00-14.15 Jam 13.00-14.00 Jam 11-00-13.00 :
: Pulang : Proses : Proses Pemilahan linen
ke rumah pengeringan linen pencucian linen infeksius dan non
infeksius
Jam 14.15-21.00
Jam 21.00-05.00
: Kegiatan
: Istirahat
rumah tangga
5
3. Bahaya Potensial
Bahaya Potensial Gangguan Risiko
Urutan
kesehatan yang kecelakaan
kegiatan Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko mungkin kerja
Berangkat ke Bakteri, Posisi duduk
Asap Stress
tempat kerja Tertabrak, virus, yang salah Infeksi saluran Kecelakaan lalu
kendaraan akibat
(dengan sepeda getaran parasit, saat napas, myalgia lintas
bermotor kemacetan
motor) jamur berkendara
6
5. Body Discomfort Map
Keterangan :
1. Tanyakan kepada pekerja atau pekerja
dapat mengisi sendiri
2. Isilah : keluhan yang sering dirasakan oleh
pekerja dengan memberti tanda/mengarsir
bagian- bagian sesuai dengan gangguan
muskulo skeletal yang dirasakan
pekerja
Tanda pada gambar area yang dirasakan :
Kesemutan = x x x Pegal-pegal = / / / / /
Baal = v v v Nyeri = ////////
Gatal =
7
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
a. Nadi : 84x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 110/70 mmHg
2. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 165 cm Berat Badan : 56 Kg c IMT = 20,57 kg/m2
b. Lingkar perut : 78 cm d. Bentuk badan : Astenikus Atletikus Piknikus
8
4. Kelenjar Getah Bening jumlah, Ukuran, Perlekatan,
Konsistensi
a. Leher : Normal Tidak Normal
b. Submandibula Normal Tidak Normal
c. Ketiak : Normal Tidak Normal
d. Inguinal Normal Tidak Normal
a. Persepsi Warna Normal Buta Warna Parsial Normal Buta Warna Parsial
Buta Warna Total Buta Warna Total
b. Kelopak Mata Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
c. Konjungtiva Normal Hiperemis Sekret Normal Hiperemis Sekret
Pucat Pterigium Pucat Pterigium
d.Kesegarisan / gerak bola mata Normal Strabismus Normal Strabismus
e. Sklera Normal Ikterik Normal Ikterik
f. Lensa mata tidak keruh Keruh tidak keruh Keruh
g. Bulu Mata Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
7. Hidung
9. Tenggorokan
a. Pharynx Normal Hiperemis Granulasi
9
11. Dada Keterangan
a. Bentuk Simetris Asimetris
b. Mammae Normal Tidak Normal Tumor : Ukuran
Letak
Konsistensi
c. Lain – lain
13. Abdomen
Keterangan
a. Inspeksi Normal Tidak Normal
b. Perkusi Timpani Redup
c. Auskultasi: Bising Usus Normal Tidak Normal
d. Hati Normal Teraba…….jbpx ……jbac
e. Limpa Normal- Teraba shoeffne …..
14. Genitourinaria
a. Kandung Kemih Normal Tidak Normal
b. Anus/Rektum/Perianal Normal Tidak Normal
Normal Tidak Normal
c Genitalia Eksternal
d. Prostat (khusus Pria) Normal Tidak Normal
Kanan Kiri
15a.Tulang / sendi Ekstremitas atas
- Gerakan Normal tidak normal Normal tidak normal
- Tulang Normal tidak normal Normal tidak normal
- Sensibilitas baik tidak baik baik tidak baik
- Oedema tidak ada ada tidak ada ada
- Varises tidak ada ada tidak ada ada
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- vaskularisasi baik tidak baik baik tidak baik
- kelainan Kuku jari tidak ada ada
tidak ada ada
Pemeriksaan Khusus :
Tes Range of Motion : (+)
Kanan Kiri
15b.Tulang / Sendi
Ekstremitas bawah
- Gerakan Normal tidak normal Normal tidak normal
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- Tulang Normal tidak normal Normal tidak normal
- Sensibilitas baik tidak baik baik tidak baik
- Oedema tidak ada ada tidak ada ada
10
- Varises tidak ada ada tidak ada ada
- vaskularisasi baik tidak baik baik tidak baik
- kelainan
tidak ada ada tidak ada ada
Kuku jari
Pemeriksaan khusus :
Tes Range of Motion: (+)
Tes Strength: a. Heel walking: (+) b. Toe walking: (+) c. Resistes great toe dorsoflexion: (+)
Tes Patrick: (+)
Tes Kontra patrick : (+)
11
didapatkan TD 110/70 N: 84x/mnt, R:20x/menit, S: 36,9° C. Pemeriksaan fisis
lainnya dalam keadaan normal.
V. DIAGNOSIS KERJA :
ISPA
12
Ergonomi Bekerja dengan gerakan repetitive, berdiri lama pergelangan tangan
fleksi, bagian ulna dan radial deviasi, pergelangan memutar, dan full
extended, jari- jari fleksi >45odan ekstensi >45o lengan terangkat
>45o, leher fleksi>30o , bahu terangkat, ekstensi kepala >20o
Psikososial Jarang berinteraksi sesama pegawai dapur
3 . Evidence Based Hubungan antara Paparan Asap di Lingkungan Tempat Kerja
(sebutkan secara teoritis) dan Penggunaan APD Masker terhadap Kejadian Ispa Pada
pajanan di tempat kerja Pegawai Laundry RS Ibnu Sina
yang menyebabkan Menurut Suma'mur 1998 menyatakan ada Lima faktor lingkungan
diagnosis klinis di langkah kerja yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja:
1. Dasar teorinya apa? Faktor fisik, faktor biologi, faktor faal ergonomi serta faktor
psikososial. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan pekerja adalah faktor lingkungan fisik yaitu ventilasi,
kelembababan, suhu, pencahayaan, debu.
Kasus gangguan paru yang disebabkan oleh paparan debu banyak
ditemukan di Indonesia, berbagai faktor dalam timbulnya gangguan
saluran nafas akibat debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk,
konsentrasi, daya larut dan sifat kimia serta lama paparan, beberapa
faktor dari karakteristi pekerja juga juga dapat mempengaruhi
keadaan paru diantaranya, kebiasaan merokok, kebiasaan memakai
alat pelindung diri, kebiasaan olah raga dll (karbella 2011). Hasil
pemeriksaan kapasitas paru yang dilakukan Bapelkes Sulawesi
Selatan pada tahun 1999 terhadap 200 tenaga kerja diperoleh hasil
45% responden yang mengalami retriksi, 1% responden mengalami
obstruktive, 1% responden gabungan restriktif dan obstruktif. (Irga,
2009)
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013, prevalensi hipeksi Saluran Pemapasan Akut (ISPA) sebesar
25,0% . Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar
prevalensi insiden Infeksi saluran pemapasan akut (ISPA) pada
tahun 2014 sebesar 27,8% urutan pertama dari 10 besar penyakit
terbanyak di kabupaten Kampar ( Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Kampar, 2014 ). Diambil dari Jurnal FK Universitas Riau.
13
Analisis Pengaruh Kepadatan Debu dan Penggunaan APD
Pekerja Pabrik Pakan Ikan Terhadap Gangguan Fungsi Paru
Pada Pekerja Pabrik Pakan Ikan di Kecamatan XIII Koto
Kampar.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu
masalah kesehatan yang ada di negara maju dan berkembang. Hal
ini karena karena tingginya angka kesakitan dan kematian akibat
ISPA pada balita. Menurut laporan WHO, angka kesakitan akibat
infeksi saluran pernapasan akut mencapai 8,2%. Kunjungan
kesehatan akibat infeksi saluran pernapasan akut dilaporkan
sebanyak 20% di negara berkembang. Di Indonesia, infeksi saluran
pernapasan akut akut menempati urutan pertama pada tahun 2008,
2009, dan 2010 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan
di Indonesia.
Menurut hasil Riskesdes 2007 proporsi kematian balita karena
pneumonia menempati urutan kedua (13,2%) setelah diare. Dalam
perjalannya, penyakit infeksi saluran pernapasan akut dipengaruhi
oleh berbagai macam factor resiko. Secara umum terdapat tiga
factor resiko terjadinya ISPA, yaitu factor lingkungan, factor
individu serta farkor prilaku. Jenis penelitian ini adalah studi
analitik dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan
lingkungan fisik berupa ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban
rumah dan kepadatan hunian rumah serta tindakan pendudukan
berupa kebiasaan merokok, kebiasaan buka jendela dan penggunaan
bahan bakar rumah tangga dengan kejadia ISPA pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Tangah kota Padang.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan
quisioner dengan sampel sebanya 106 pada tahun 2013 yang di
kumpulkan secara ramndom sampling. Data yang dikumpukan
dianalisis secara univariat menggunakan statistik deskriptif dan
bivariate menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan
p<0,05 dan Coefficient contingency 0,2 < Cc < 1,0. Dari hasil
analisis statistik untuk hubunganantara penggunaan bahan bakar
14
rumah tanggadengan kejadian ISPA pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Buaya didapatkan nilai p<0.05(0.027) dan
nilai Cc = 0.210. Hal ini berarti terdapat hubungan yang lemah
antara penggunaan bahan bakar rumah tangga berupa bahan bakar
tradisional yakni kayu bakar dengan kejadian ISPA pada
balita. Bahan bakar rumah tangga yang berasal dari kayu /
tradisonal akan menghasilkan asap yang lebih banyak daripada
bahan bakar modern seperti kompor minyak ataupun kompor gas.
Hal ini akan mempengaruhi kondisi udara dalam rumah. Asap yang
berasal dari hasil pembakaran kayu mengandung banyak karbon
monoksida. Bayi dan anak yang sering menghisap asap tersebut di
dalam rumah lebih mudah terserang ISPA.
Diambil dari Jurnal FK Universitas Andalas. Hubungan
Lingkungan Fisik dan Tidakan Penduduk dengan Kejadian
ISPA pada Balita di Wiliayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya
tahun 2013.
4. Apakah pajanan cukup Ya
Masa kerja 20 Tahun
Jumlah jam terpajan/ hari 6 jam/hari
Pemakaian APD Sarung tangan lateks, Celemek, Masker
Konsentrasi pajanan Sulit dinilai
Lainnnya........... -
Kesimpulan jumlah pajanan -
dan dasar perhitungannya
5. Apa ada faktor individu Ada, yaitu lingkungan disekitar rumahnya yang merupakan
yang berpengaruh thd kepadatan penduduk dan lingkungan yang kurang bersih karena
timbulnya diagnosis klinis? saluran air (got) yang kotor.
Bila ada, sebutkan.
6 . Apa terpajan bahaya Tidak ada
potensial yang sama spt di
langkah 3 luar tempat
kerja?
Bila ada, sebutkan
7 . Diagnosis Okupasi ISPA dan merupakan Penyakit Diperberat Oleh Kerja
15
Apa diagnosis klinis
initermsk penyakit akibat
kerja?
Bukan penyakit akibat kerja
(diperberat oleh pekerjaan/
bukan sama sekali PAK)_
Butuh pemeriksaan lbh
lanjut)?
IX. PROGNOSIS
klinik : ad vitam :bonam
ad sanasionam : bonam
ad fungsionam : bonam
Okupasi (bila ada d/ okupasi): bonam
16
X. PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN
Jenis Rencana Tindakan (materi & metoda); Tatalaksana
No permasalahan medikamentosa; non medika mentosa(nutrisi, Target Hasil yang
Medis & non olahraga, konseling dan OKUPASI) waktu diharapkan
medis dll)
1. ISPA dan Okupasi: Segera Keluhan
berkurang
Penyakit Akibat - Eliminasi: sulit dilakukan
- Subsitusi: sulit dilakukan
Kerja
- Isolasi : sulit dilakukan
- Engineering control: tidak memungkinkan
- Administrative control: memberikan edukasi ke
management agar dilakukan rotasi kerja
- APD: diperlukan penggunaan masker saat
bekerja
Terapi Medikamentosa:
- Cefadroksil 500 mg 2 x l
- Ambroxol 3x1
- Vitamin C 1x1
Terapi non medikamentosa
Five level of prefentif:
1. Promosi kesehatan
- Memberikan edukasi tentang menjaga
kebersihan diri
- Menjelaskan kepada pasien tentang
penyakitnya
2. Spesifik protection
- Menggunakan masker saat bekerja
3. Early diagnositic
- Melakukan check up rutin 6 bulan sekali
4. Disability limitation
- Memberi tahu pasien untuk minum obat secara
teratur
5. Rehabilitasi
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing :Dr.dr.H. Sultan Buraena, MS,Sp.OK
Tanda Tangan :
17
BAB III
PEMBAHASAN
DEFINISI
atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit
yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan,
INSIDEN
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pemapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi
pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan
pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu
penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama
adalah pada usia muda dan usia lanjut, serta orang dengan penunman kekebalan
tubuh. Sementara infeksi saluran pemapasan atas sering terjadi namun tidak
Insiden dari infeksi saluran pemapasan akut pada anak-anak di bawah 5 tahun
industry. Kebanyakan kasus terjadi di India (43 juta kasus), Cina (21 juta kasus).
18
Pakistan (10 juta kasus), Bangladesh, Indonesia dan Nigeria (masingmasing 56
kasus). 21 % dari seluruh kematian pada anak-anak di bawah lima tahun disebabkan
oleh pneumonia, yang diperkirakan dari sedap 1000 kelahiran hidup, 12-20 akan
pemapasan akut di Indonesia mencapoai 6 kasus di antara 1000 bayi dan balita.1
ETIOLOGI
pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh bakteri. Laporan
5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya,
tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya,
% .Namun demikian, patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah vims,
penyebab penyakit yang serius pada anak-anak. Selain pada anak-anak, RSV juga
19
memiliki peranan penting penyebab penyakit pada orang tua dan orang dewasa.
Hampir semua infeksi RSV simptomatik dan cenderung menyebabkan morbiditas dan
FAKTOR RESIKO
infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang
disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum; dan karakteristik patogen,
seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi (misalnya, gen penyandi toksin),
mikroba spesifik. Misabya perokok dan penderita PPOK lebih memiliki risiko tinggi
KLASIFIKASI ISPA
berikut:
20
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia. 6
GEJALA KLINIK
(pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bcmapas. Infeksi saluran pemapasan akut
dapat terjadi dengan berbagai gejala klinis. Gejala klinik yang membedakan apakah
PENGOBATAN
oksigendan sebagainya.
simptomatik.
Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk yang
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Uji klinik
dari manfaat Zinc, Vitamin C, dan terapi alternative Iain tidak mempunyai manfaat
21
Pemberian antibiotik yang tidak sesuai untuk infeksi saluran pemapasan akut
setengah dari selumh pemberian resep antibiotic untuk ISPA tidak perlu karena
infeksi ini lebih sering disebabkan oleh virus dan tidak memerlukan antibiotik.
Mengetahui apakah ISPA yang teijadi ini karena infeksi bakteri atau virus sangatlah
Sebelum hasil kultur keluar, maka antibiotic yang dapat diberikan adalah
antibiotic spectrum luas, yang kemudian sesuai hasil kultur diubah menjadi kltur
dan/atau bakteriemi, beratnya penyakit pada onset terapi dan perjalanan penyakit
pasien. Umumnya terapi diberikan selama 7-10 hari. Ketentuan untuk memberikan
makrolid pada pasien pneumonia komunitas berat di daerah Asia perlu penditian lebih
makrolod dan tidak diberika makrolid tidak didapatkan perbedaan manfaat yang
bermakna.Hal ini berkaitan dengan perbedaan jenis dan kepekaan patogen penyebab
pneumonia komunitas.10
PENCEGAHAN
meliputi pengenalan pasien secara dini dan cepat, pelaksanaan tindakan pengendalian
infeksi rutin untuk semua pasien , tmdakan pencegahan tambahan pada pasien tertentu
22
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
kebersihan pemapasan dan etika batuk dan tindakan pengobatan agar pasien tidak
infeksius.8
2. Pengendalian administrarif
berkelanjutan, kebijakan yang jelas mengenai pengenalan dini ISPA yang dapat
kesehatan. 8
23
ventilasi Imgkungan yang memadai (>. 12 ACH) dan pemisahan tempat (>1 m) antar
pasien. Untuk agen infeksius yang menular lewat kontak, pembersihan dan disinfeksi
pajanan terhadap risiko biologis. Karena itu, untuk lebih mengurangi risiko ini bagi
petugas kesehatan dan orang lain yang berinteraksi dengan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan, APD harus digunakan bersama dengan strategi di atas dalam
situasi tertentu yang menimbulkan risiko penalaran patogen yang lebih besar.
Penggunaan APD harus didefinisikan dengan kebijakan dan prosedur yang secara
isolasi). Efektivitas APD tergantung pada persediaan yang memadai dan teratur,
pelatihan staf yang memadai, membersihkan tangan secara benar, dan yang lebih
24
DAFTAR PUSTAKA
Pelayanan Kesehatan.2007.
www.who.int/vaccine_rcsearch/diseases/ari/en/print.html
Napas Akk Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Rawat Jalan di Puskesmas I
www.nejm.org.
http://library.usu.ac.id/
25