Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN PELAKSANAAN KULIAH KERJA NYATA MAHASISWA

“KKN TEMATIK SUMBER DAYA AIR”

GELOMBANG 102

KECAMATAN BANTIMURUNG

KABUPATEN MAROS

Disusun Oleh :

Muh. Lutfi Raiz. AM D11115014 Rizal D11116031

Eka Yuliana D11115002 Muhammad Syarif Setiawan D11115302

Halima Irianti P. D11116514 Fernando Magnis Gara D12116517

Tri Radinal Saputra D11115518 Adelya Yunanda Tezia M11116349

A. M. Imam Ardiansyah D11116034 Gamaliel Eqno Dwiyanto D11116026

Imam Hafiz Imran D12115307

PUSAT PENGEMBANGAN KULIAH KERJA NYATA (P2KKN)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Tema/Judul :

KKN Tematik Sumber Daya Air

Gelombang 102

Telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Bantimurung

Kabupaten Maros dari tanggal 25 Juni 2019.

Maros, 24 Juli 2019

Menyetujui :

Dosen Pembimbing KKN (DPK) Camat Bantimurung

Dr.Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T Asrul Rifai Rachman, S. Stp
NIP. 19670319 199203 2 010 NIP : 19800112 200012 1 001

Mengetahui :

Ketua LP2M Kepala P2KKN


Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Andi Alimuddin, M.Si Muhammad Kurnia, S.Pi, M.Sc, Ph.D
NIP. 19620818 198702 1 001 NIP. 19720617 199903 1 003

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.2 Tujuan............................................................................................................. 3
I.3 Sasaran ........................................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KECAMATAN
II.1 Kondisi Geografis .......................................................................................... 7
II.2 Jumlah Penduduk ......................................................................................... 10
II.3 Agama .......................................................................................................... 12
II.4 Suku Bangsa ................................................................................................. 13
II.5 Pendidikan .................................................................................................... 14
II.6 Kesehatan ..................................................................................................... 15
II.7 Mata Pencaharian ......................................................................................... 16
II.8 Pemerintahan ................................................................................................ 19
BAB III PELAKSANAAN PROGRAM KERJA KECAMATAN
III.1 Pemetaan dan Inventarisasi Kondisi Sungai, Bangunan Air, Sumber Air
dan Daerah Rawan Banjir Kecamatan Bantimurung .................................. 21
BAB IV EVALUASI UMUM PELAKSANAAN KEGIATAN PADA
KECAMATAN BANTIMURUNG
IV.1 Pembuatan Teknologi Tepat Guna ”Sprinkler” di Kelurahan
Kalabbirang ................................................................................................ 64
IV.2 Pembuatan Masterplan Kolam Wisata Desa Tukamasea .......................... 65
IV.3 Pembuatan Peta Administrasi Desa Tukamasea ........................................ 65

iii
BAB V HAMBATAN DAN MASALAH YANG DIHADAPI .............................. 67
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan ................................................................................................ 68
VI.2 Saran........................................................................................................... 69
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Geografis Kecamatan Bantimurung Menurut Tahun 2018 .......................... 7

Tabel 2.2 Status Daerah dan Topografi Kecamatan Bantimurung Tahun 2018 .......... 8

Tabel 2.3 Luas Desa dan Luas Lahan Kritis Kecamatan Bantimurung

Tahun 2018 .................................................................................................. 9

Tabel 2.4 Jarak dan Ketinggian dari Permukaan Laut di Tiap Desa di

Kecamatan Bantimurung Tahun 2018 ....................................................... 10

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut

Desa/Kelurahan Kecamatan Bantimurung Tahun 2018 ............................ 11

Tabel 2.6 Banyak Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dirinci Per Desa di

Kecamatan Bantimutung Tahun 2018 ....................................................... 12

Tabel 2.7 Banyaknya Fasilitas Tempat Ibadah Menurut Desa di Kecamatan

Bantimurung Tahun 2018 .......................................................................... 13

Tabel 2.8 Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Desa di Kecamatan

Bantimurung Tahun 2018 .......................................................................... 15

Tabel 2.9 Luas Lahan Sawah yang Diusahakan untuk Pertanian Menurut Desa di

Kecamatan Bantimurung Tahun 2018 ....................................................... 16

Tabel 2.10 Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Jenis Tanaman

Pertanian Menurut Desa di Kecamatan Bantimurung Tahun 2018 ........... 17

Tabel 2.11 Banyaknya Ternak dan Unggas Menurut Jenis Ternak di

Kecamatan Bantimurung Tahun 2018 ....................................................... 18

Tabel 2.12 Status Hukum, Status Wilayah Administrasi, Fasilitas BPD di

v
Kecamatan Bantimurung Tahun 2018 ....................................................... 19

Tabel 2.13 Jumlah Rukun Tetangga (RT), Dusun, dan Blok Sensus di Kecamatan

Bantimurung Tahun 2018 .......................................................................... 20

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Nama-nama Mahasiswa Peserta KKN per Desa/ Kelurahan

Lampiran II. Peta Wilayah Kecamatan

Lampiran III. Struktur Pemerintahan Kecamatan

Lampiran IV. Jumlah dan Nama Kepala Desa/Kelurahan

Lampiran V. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Lampiran VI. Foto-foto Kegiatan

Lampiran VII. Rincian Pengelolaan Dana Kecamatan

Lampiran VIII. Peta Kondisi Sumber Daya Air Kecamatan Bantimurung

vii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Salah satu Tridharma yang diemban perguruan tinggi selama ini adalah

pengabdian kepada masyarakat. Dalam rangka mewujudkan hal itu,

Universitas Hasanuddin beserta sejumlah perguruan tinggi lainnya menjadi

pelopor untuk mewujudkan Tridharma tersebut dalam kegiatan yang bernama

Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN merupakan kegiatan pengabdian kepada

masyarakat yang dilakukan dengan mengaplikasikan teori yang diperoleh di

perguruan tinggi yang diharapkan dapat membantu masyarakat untuk

menghadapi permasalahan yang terjadi. Pada intinya kegiatan KKN tidak

terlepas dari proses pembelajaran dan penelitian bagi mahasiswa bersangkutan

untuk memperkaya pengetahuan teori berdasarkan pengalaman di lapangan.

Dalam menjalani masa KKN mahasiswa akan mengamati, menganalisis dan

membuat suatu kesimpulan. Dari data yang diperoleh kemudian dirumuskan

pemasalahan yang dihadapi serta mengambil keputusan untuk memecahkan

permasalahan melalui berbagai metode alternatif berdasarkan kemampuan,

situasi serta kondisi wilayah pengabdian.

Pada KKN gelombang 102, Universitas Hasanuddin membuka jenis KKN

Tematik baru, yaitu KKN Tematik Sumber Daya Air yang bekerja sama

dengan Dinas PU Bidang Sumber Daya Air Kabupaten Maros. Hal yang

melatarbelakangi dibukanya KKN Tematik Sumber Daya Air yaitu karena

1
pentingnya permasalahan sumber daya air yang bukan hanya dirasakan di

beberapa daerah di Indonesia, namun dirasakan di berbagai penjuru dunia. Hal

ini dikarenakan air memiliki suatu persoalan, yaitu persoalan menyangkut 3

masalah klasik yang biasa disebut dengan 3T: too much, too little, too dirty.

Too much, berarti air dapat menjadi persoalan di suatu tempat dikarenakan

jumlahnya yang berlebih. Too little, berarti air juga dapat menjadi persoalan di

suatu tempat jika jumlahnya kurang. Dan too dirty, berarti air dapat menjadi

persoalan di suatu tempat jika air tersebut terlalu kotor. Masalah-masalah

tersebut tentunya tidak terlepas dari pengelolaan sumber daya air pada suatu

wilayah seperti badan air (sungai), bangunan-bangunan irigasi, bangunan-

bangunan sungai, bangunan-bangunan air baku (instalasi dan jaringan

distribusinya), dan lain-lain.

Mahasiswa dituntut untuk berperan nyata dalam pengelolaan sumber daya air

dengan mengumpulkan informasi terbaru terkait kondisi dan masalah-masalah

sumber daya air yang ada di Kabupaten Maros untuk kemudian diserahkan

dalam bentuk laporan (data dan peta) kepada Dinas PU Bidang Sumber Daya

Air Kabupaten Maros sehingga dapat ditindaklanjuti. Dipilihnya Kabupaten

Maros sebagai lokasi KKN Tematik Sumber Daya Air dikarenakan Kabupaten

Maros memiliki beberapa masalah-masalah sumber daya air yang mesti

diselesaikan misalnya saja kerusakan bangunan air, masalah pada badan air

(sungai), tidak optimalnya instalasi pengolahan air baku, dan permasalahan

banjir sebagai bagian dari daya rusak air yang puncaknya terjadi ketika banjir

2
merendam Kabupaten Maros pada Januari 2019 lalu. Lokasi pengabdian

mahasiswa KKN Tematik Sumber Daya Air gelombang 102 periode Juni -

Juli tahun 2019 salah satunya berlokasi di Kecamatan Bantimurung,

Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

1.2 Tujuan KKN

Adapun tujuan dilaksanakannya KKN Tematik Sumber Daya Air ialah:

1. Untuk melakukan pemetaan sumber daya air dan daerah rawan banjir di

Kecamatan Bantimurung

2. Untuk melakukan inventarisasi kondisi badan air (sungai), bangunan air, dan

sumber air di Kecamatan Bantimurung

1.3 Sasaran KKN

Pada dasarnya, KKN memiliki tiga kelompok sasaran yang masing-masing

akan memperoleh manfaat dari pelaksanaannya, yaitu:

a. Mahasiswa

1. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja

secara interdisipliner, sehingga dapat menghayati adanya

ketergantungan serta kerjasama antar sektor.

2. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang

pemanfaatan ilmu, teknologi, dan seni yang dipelajarinya bagi

pelaksanaan pembangunan.

3
3. Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap

kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan

pembangunan.

4. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa terhadap seluk

beluk keseluruhan dari masalah pembangunan dan perkembangan

masyarakat.

5. Mendewasakan cara berpikir serta mengingatkan daya penalaran

mahasiswa dalam melakukan penelaahan, perumusan, dan pemecahan

masalah secara pragmatis ilmiah.

6. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk melaksanakan

pembangunan dan pengembangan masyarakat berdasarkan IPTEKS

secara interdisipliner atau antar sektor.

7. Melatih mahasiswa sebagai dinamisator dan problem solver.

8. Memberikan pengalaman belajar dan bekerja sebagai kader

pembangunan sehingga terbentuk sikap dan rasa cinta terhadap

kemajuan masyarakat.

9. Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaahan,

merumuskan, dan memecahkan masalah secara langsung akan

menumbuhkan sifat profesionalisme dan kepedulian sosial dalam diri

mahasiswa dalam arti peningkatan keahlian, tanggung jawab, maupun

rasa kesejawatan.

4
b. Masyarakat dan Pemerintah Daerah

1. Masyarakat mendapat pemikiran, perkembangan IPTEKS sebagai

dasar dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan dan

pemberdayaan.

2. Pemerintah dan masyarakat memperoleh cara-cara inovatif yang

dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan, dan melaksanakan

pembangunan serta pemberdayaan.

3. Pemerintah memperoleh pengalaman dalam menggali serta

menumbuhkan potensi swadaya masyarakat sehingga mampu

berpartisipasi aktif dalam pembangunan.

4. Terbentuknya aktor pemberdayaan dan pembangunan di dalam

masyarakat.

5. Pemerintah dapat memperoleh input dari mahasiswa dan kampus

tentang program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

c. Perguruan Tinggi

1. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa

dengan proses pambangunan di tengah-tengah masyarakat, sehingga

kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang ada di

Perguruan Tinggi dapat disesuaikan dengan tuntutan nyata

pembangunan.

2. Memperoleh berbagai kasus yang berharga yang dapat digunakan

sebagai contoh dalam memberikan materi perkuliahan.

5
3. Melalui KKN, perguruan tinggi dapat menelaah dan merumuskan

keadaan atau kondisi nyata yang berguna bagi pengembangan

IPTEKS, serta dapat mendiagnosa secara tepat kebutuhan masyarakat,

sehingga IPTEKS yang diamalkan dapat sesuai dengan tuntutan nyata.

4. Meningkatkan, memperluas, dan mempererat kerjasama dengan

instansi serta departemen lain melalui rintisan kerjasama dari

mahasiswa yang melaksanakan KKN.

6
BAB II

GAMBARAN UMUM KECAMATAN BANTIMURUNG

2.1 Kondisi Geografis

Keadaan geografi Kecamatan Bantimurung merupakan daerah bukan

pantai yang sebagian besar berbentuk dataran. Dari delapan daerah wilayah

administrasi yang ada, mempunyai topografi dataran rendah dengan ketinggian

rata-rata 500 meter di atas permukaan laut. Luas Kecamatan Bantimurung

sekitar 173,70 Km2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Turikale dan

Kecamatan Lau, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cenrana, sebelah

Utara berbatasan dengan Kecamatan Bantimurung Utara dan Kabupaten

Pangkep serta sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simbang.

Tabel 2.1 Geografis Kecamatan Bantimurung Menurut Tahun 2018

Bukan Pantai

Desa/kelurahan Pantai Lembah/


Lembah Punggung Dataran
Bukit

(1) (2) (3) (4) (5)


1. Alatengae - - - √

2. Minasa Baji - - - √

3. Kalabbirang - - - √

4. Tukamasea - - - √

5. Mattoangin - - - √

7
6. Mangeloreng - - - √

7. Baruga - - - √

8. Leang-leang - - - √
Jumlah - - - 8
Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

Tabel 2.2 Status Daerah dan Topografi Kecamatan Bantimurung Tahun

2018

Status Daerah Topografi

Desa/keluraha Datara
n Dataran n
Desa Kota Renda
Tinggi h
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Alatengae  - - 

2. Minasa Baji  - - 

3. Kalabbirang  - - 

4. Tukamasea  - - 

5. Mattoangin  - - 

6. Mangeloreng  - - 

7. Baruga  - - 

8. Leang-leang  - - 
Jumlah 8 - - 8
Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

8
Tabel 2.3 Luas Desa dan Luas Lahan Kritis Kecamatan Bantimurung Tahun

2018

Luas
Luas Lahan Tidak Dapat Belum Berhasil
Desa/
Desa/Kel. Kristis Dihijaukan Dihijaukan Dihijau
kelurahan
(Km2) (Km2) (Km2) (Km2) kan (Km2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Alatengae 45,47 - - - -

2. Minasa Baji 5,23 - - - -

3. Kalabbirang 7,25 - - - -

1. 4. Tukamasea 23,68 - - - -

5. Mattoangin 20,14 - - - -

6. Mangeloreng 8,72 - - - -

7. Baruga 52,51 - - - -

8. Leang-leang 10,7 10 10 - -

Jumlah 173,7 1.000 1.000 - -

Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

9
Tabel 2.4 Jarak dan Ketinggian dari Permukaan Laut di Tiap Desa di

Kecamatan Bantimurung Tahun 2018

Jarak (Km)
Ketinggian
Desa/kelurahan (m)
Ibukota Ibukota
Kecamatan Kabupaten
(1) (2) (3) (4)

1. Alatengae 4 6 500

2. Minasa Baji 3 9 500

3. Kalabbirang 0 12 500

4. Tukamasea 8 19 500

5. Mattoangin 6 6 500

6. Mangeloreng 5 9 500

7. Baruga 12 15 500

8. Leang-leang 6 15 500

Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

2.2 Jumlah Penduduk

Penduduk Kecamatan Bantimurung Tahun 2017 sebanyak 30.036 jiwa,

yang erdiri dari laki - laki sebanyak 14.573 jiwa dan perempuan 15.463 jiwa.

Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) sekita 94, hal ini menunjukkan bahwa dari

setiap 100 orang perempuan terdapat 94 laki-laki. Penduduk terbanyak berada

10
di Desa Alatengae sebanyak 4.596 jiwa dan terkecil 2.347 jiwa berada pada

Desa Leang-Leang. Dan kepadatan penduduk kecamatan sebesar 173 jiwa/km2.

Struktur umur penduduk Kecamatan Bantimurung baik laki-laki

maupun perempuan terbanyak tersebar mulai pada kelompok umur antara 0-4

tahun sampai dengan 20-24 tahun.

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut

Desa/Kelurahan Kecamatan Bantimurung Tahun 2018

Jumlah Tingkat
Desa/ Penduduk Kepadatan
Penduduk
Kelurahan (Jiwa) (Jiwa/km2)

(1) (2) (3)


1. Alatengae 4 596 101

2. Minasa Baji 3 994 764

3. Kalabbirang 4 365 602

4. Tukamasea 3 936 166

5. Mattoangin 3 326 165

6. Mangeloreng 3 112 357

7. Baruga 4 360 83

8. Leang-leang 2 347 219


Jumlah 30 036 173
Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

11
Tabel 2.6 Banyak Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dirinci Per Desa di

Kecamatan Bantimutung Tahun 2018

Perempua
Desa Laki-Laki n Sex Rasio

(1) (2) (3) (4)


1. Alatengae 2 214 2 382 93

2. Minasa Baji 1 892 2 102 90

3. Kalabbirang 2 139 2 226 106

4. Tukamasea 1 926 2 010 96

5. Mattoangin 1 605 1 721 93

6. Mangeloreng 1 485 1 627 91

7. Baruga 2 154 2 206 98

8. Leang-leang 1 158 1 189 97

Jumlah 14 573 15 463 94

2.3 Agama

Mayoritas penduduk Kecamatan Bantimurung memeluk Agama Islam

dengan jumlah sarana ibadah Mesjid 62 buah dan Langgar/Surau/Mushallah 3

buah.

12
Tabel 2.7 Banyaknya Fasilitas Tempat Ibadah Menurut Desa di Kecamatan

Bantimurung Tahun 2018

Langgar/
Desa/
Mesjid Surau/ Gereja/
Pura Vihara
Kelurahan Kapel
Musallah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Alatengae 10 - - - -

2. Minasa Baji 1
9 - - -

3. Kalabbirang 2
9 - - -

4. Tukamasea -
6 - - -

5. Mattoangin -
6 - - -

6. Mangeloreng -
6 - - -

7. Baruga 1
10 - - -

8. Leang-leang -
6 - - -

Sumber : BPS Kabupaten Bantimurung, 2018

2.4 Suku Bangsa

Mayoritas penduduk Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros berasal dari

Suku/Etnis Bugis-Makassar.

13
2.5 Pendidikan

Peranan sektor pendidikan bagi suatu bangsa sangat menentukan, dalam

rangka mencapai kemajuan disemua bidang kehidupan, utamanya peningkatan

kesejahteraan rakyatnya. Keberadaan sekolah merupakan hal penting bagi

penduduk untuk memperoleh pendidikan formal.

Bardasarkan data dari dinas pendidikan Kecamatan Bantimurung, pada

Tahun 2017 di kecamatan ini terdapat 27 sekolah dasar, yang terdiri dari 12

sekolah dasar negeri dan 15 sekolah dasar inpres, dengan tenaga pengajar

sebanyak 323 orang yang diperuntukkan bagi 3 433 orang siswa

Pada Tahun 2017 di Kecamatan Bantimurung, terdapat enam sekolah

menengah pertama yang terdiri dari empat SMP Negeri dan dua SMP Swasta.

Tenaga pengajar yang disediakan berjumlah 145 orang dengan jumlah siswa 1

765 orang.

Pada Tahun 2017 di Kecamatan Bantimurung hanya terdapat satu

sekolah menengah umum yaitu SMU Negeri 4 Bantimurung yang berada di

Kelurahan Kalabbirang, dengan 43 orang tenaga pengajar bagi 871 orang siswa.

Selain itu, untuk mendukung fasilitas yang disediakan oleh Dinas

Pendidikan, masih ada fasilitas pendidikan yang disediakan oleh Departemen

Agama Kabupaten Maros di Kecamatan Bantimurung, yaitu dua Madrasah

Ibtidaiyah, satu Madrasah Tsanawiayah dan dua Madrasah Aliyah.

14
2.6 Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Bantimurung pada

Tahun 2017 sudah cukup memadai untuk memberikan pelayanan bagi

masyarakat, di delapan desa/kelurahan di Bantimurung terdapat 3 (tiga)

puskesmas pembantu (pustu) dan 3 (tiga) tempat prakter dokter serta satu

apotik/toko obat. Selain itu didukung juga dengan tersedianya tenaga-tenaga

kesehatan yang terdiri dari 4 (empat) orang dokter, 23 orang paramedis, 20

orang bidan dan 10 orang dukun bayi yang merupakan salah satu penolong

pertama dalam persalinan.

Tabel 2.8 Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Desa di Kecamatan

Bantimurung Tahun 2018

Puskes- Apotik/
Rumah Poskesdes Dokter
Desa mas/ Toko
Sakit Preaktek
Pustu Obat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Alatengae - - 1 1 -

2. Minasa Baji - 1 - 1 -

3. Kalabbirang - 1 - - 1

4. Tukamasea - 1 - - -

5. Mattoangin - - 1 - -

6. Mangeloreng - - 1 - -

7. Baruga - - 1 1 -

8. Leang Leang - - 1 - -

Jumlah - 3 5 3 1
Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

15
2.7 Mata Pencaharian

Sektor pertanian khususnya padi sawah masih menjadi mata

pencaharian utama bagi penduduk di Kecamatan Bantimurung. Dari luas

Kecamatan Bantimurung seluas 173,70 Ha terdiri dari lahan sawah yang dan

lahan bukan sawah. Lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian merupakan

sawah berpengairan Teknis 1 976 Ha, Non Teknis seluas 398,89 Ha dan lahan

sawah tadah hujan seluas 1 425,36 Ha Selebihnya lahan bukan sawah yang

terdiri dari Ladang/Tegal 2.023,85 Ha, Kebun 151,01 Ha, Hutan Rakyat 317,92

Ha dan lainnya 267,19 Ha. Selain lahan yang diusahakan untuk pertanian

terdapat 527,33 Ha digunakan sebagai perumahan/pemukiman, 459 Ha

industri/kantor/pertokoan, dan 6 492 Ha lainnya.

Tabel 2.9 Luas Lahan Sawah yang Diusahakan untuk Pertanian

Menurut Desa di Kecamatan Bantimurung Tahun 2018

Pengairan

Tadah
Desa/Kelurahan Semi Irigasi Hujan Jumlah
Teknis
Teknis Desa (Ha)
(Ha)
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (6)
1.Alatengae 314 131 314 445

2.Minasa Baji 488 29 488 517

3.Kalabbirang 90 208 298

4. Tukamasea 167 82 171 167 420

16
5. Mattoangin 489 489 489

6. Mangeloreng 88 49 480 88 617

7.Baruga 430 53 430 483

8.Leang-leang 178 354 178 532


Jumlah 2 154 221 1 425 3 800 3 800
Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

Tabel 2.10 Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Jenis Tanaman Pertanian

Menurut Desa di Kecamatan Bantimurung Tahun 2018

Luas Luas Rata-rata


Tanam Panen Produksi
Jenis
Tanaman Produksi
(Ha) (Ha) (Ton)
(Ton/Ha)

(1) (2) (3) (4) (5)

Padi sawah 3.800,25 3.800,25 24.873,97 7,14

Padi Ladang - - - -

Jagung 110,40 106,75 2.404.01 22.52

Ubi Jalar 63.50 63.50 2540 40

Ubi Kayu 9 9 81 9

Kacang Tanah
58,47 58,47 3418 58.47

17
Kacang
Kedelai 120 120 187.20 1.56

Kacang Hijau 57 53.35 421.465 7.90


Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

Tabel 2.11 Banyaknya Ternak dan Unggas Menurut Jenis Ternak di

Kecamatan Bantimurung Tahun 2018

Jumlah Petani Yg
Jumlah Ternak
Jenis Ternak (Ekor) Mengusahakan
(Orang)
(1) (2) (3)

1 Sapi 8.967 2.815

2 Kerbau 129 40

3 Kuda 425 75

4 Kambing 608 95

5 Ayam Petelur 500 -

6 Ayam Pedaging 14.465 85

7 Ayam Buras 53.465 4.420

8 Angsa 12 5

9 Itik 15.622 2.700

18
2.8 Pemerintahan

Untuk tingkatan administratif dari Kecamatan Bantimurung dimulai dari

tingkat Desa/Kelurahan adapun status dari wilayah (Desa/Kelurahan) tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.12 Status Hukum, Status Wilayah Administrasi, Fasilitas BPD di

Kecamatan Bantimurung Tahun 2018

Status Status Wil. Kategori Klasifikasi


Desa
Hukum Administrasi i LKMD Desa

(1) (2) (3) (4) (5)


1. Alatengae Definitif Desa 3 Swasembada

2. Minasa Baji Definitif Desa 3 Swasembada

3. Kalabbirang Definitif Kelurahan 3 Swasembada

4. Tukamasea Definitif Desa 3 Swadaya

5. Mattoangin Definitif Desa 3 Swadaya

6. Mangeloreng Definitif Desa 3 Swadaya

7. Baruga Definitif Desa 3 Swasembada

8. Leang-leang Definitif Kelurahan 3 Swadaya

Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

19
Tabel 2.13 Jumlah Rukun Tetangga (RT), Dusun, dan Blok Sensus di

Kecamatan Bantimurung Tahun 2018

Dusun/ Blok
Desa RT Lingkunga Sensus
n

(1) (2) (3) (4)


1. Alatengae 20 8 13

2. Minasa Baji 17 6 12

3. Kalabbirang 15 2 11

4. Tukamasea 12 5 10

5. Mattoangin 19 5 11

6. Mangeloreng 12 4 12

7. Baruga 12 5 11

8. Leang-Leang 11 2 8

Jumlah 118 37 88

Sumber : BPS Kabupaten Maros, 2018

20
BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM KERJA KECAMATAN

Kegiatan yang dilakukan pada lokasi KKN dibagi menjadi dua bagian, yakni

program kerja yang disesuaikan dengan tema ”Sumber Daya Air” dan permasalahan

yang ada dimasyarakat. Adapun program kerja yang telah dijalankan sebagai Program

Kerja Kecamatan maupun program kerja Desa/Kelurahan, yakni:

 Program Kerja Kecamatan

1. Pemetaan dan Inventarisasi Kondisi Sungai, Bangunan Air, Sumber

Air dan Daerah Rawan Banjir Kecamatan Bantimurung

 Program Kerja Desa/Kelurahan pada Kecamatan Bantimurung

1. Pengadaan Teknologi tepat guna “Sprinkler”di Kelurahan Kalabbirang

2. Pembuatan masterplan Kolam Wisata Desa Tukamasea

3. Pembuatan peta administrasi Desa Tukamasea

III.1 Pemetaan dan Inventarisasi Kondisi Sungai, Bangunan Air, Sumber Air

dan Daerah Rawan Banjir Kecamatan Bantimurung

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkini mengenai

kondisi sumber daya air di Kecamatan Bantimurung khususnya di Kelurahan

Kalabbirang, Kelurahan Leang Leang, dan Desa Tukamasea ke pihak

pemerintah sebagai acuan dalam penindak lanjutan terhadap masalah-masalah

yang ditemui pada Kecamatan Bantimurung. Kegiatan ini dimulai dari pekan

21
I hingga pekan III dengan cara observasi langsung ke lapangan. Keluaran

yang dihasilkan pada kegiatan ini berupa Peta dan Laporan Kondisi Sumber

Daya Air.

A. Kelurahan Kalabbirang

1. Rukun Warga 01 (Lingkungan Pakalu)

Hasil Observasi yang diperoleh pada lingkungan pakalu yakni :

a. Bendung Batubassi’

 Koordinat : 119o39’45.479”E, 5o1’10.091”S

 Waktu Survei : 27 Juni 2019 dan 6 Juli 2019

 Gambaran Umum :

Bendung batubassi berkapasitas ± 6000 m3 air dan dalam keadaan

normal, mampu mengairi lahan sawah mencapai 6.513 hektar.

Panjang mercu bendung batubassi adalah 25 meter dengan

kedalaman 3,10 meter dan lebar 1,37 meter. Bendung batubassi

memiliki 2 bangunan intake yaitu intake kanan Bantimurung dan

intake kiri simbang.

 Kondisi :

Pada musim kemarau (Sekitar bulan Juli - Oktober), elevasi muka

air bendung terus mengalami penurunan. Pada tanggal 6 Juli 2019

elevasi muka air bendung sudah berada 23 cm dibawah puncak

mercu. Hal ini menyebabkan luas wilayah persawahann yang

22
mampu diairi menjadi berkurang (±3000 hektar). Kondisi bangunan

bendung sendiri masih dalam kondisi yang baik dan tidak terdapat

kerusakan. Namun, masih terdapat sejumlah sampah yang tertahan

pada pintu air. Pada tepi-tepi bendung terdapat dinding penahan

tanah seperti bronjong untuk mencegah erosi/longsor.

No. Dokumentasi Keterangan

Pada musim
kemarau elevasi
1 muka air berada
dibawah puncak
mercu

Pada bagian tepi


sungai bendung
2
terdapat dinding
penahan tanah

Terdapat
sejumlah sampah
3
yang tersangkut
pada pintu air

23
b. Irigasi Poros Bantimurung

 Koordinat : 119o39’45.479”E, 5o1’10.091”S hingga

119o38’35.327”E, 5o0’31.118”S

 Waktu Survei : 29 Juni 2019 dan 5 Juli 2019

 Gambaran Umum :

Daerah aliran sungai Bantimurung merupakan anakan sungai utama

dari sistem DAS Maros yang mencakup empat wilayah yaitu

Bantimurung, Cenrana, Tompobulu, dan Simbang. Luas baku

Daerah Irigasi Bantimurung 6.513 ha, mencakup enam kecamatan

yaitu Maros Baru, Lau, Bontoa, Simbang, Bantimurung, dan

Turikale. Debit irigasi poros bantimurung adalah 2,93 m 3/detik.

 Kondisi :

Secara keseluruhan kondisi irigasi poros bantimurung khususnya

pada wilayah kelurahan kalabbirang masih berfungsi dengan baik.

Pintu air juga masih dalam kondisi baik dan tidak mengalami

kerusakan. Permasalahan yang banyak ditemukan di irigasi ini

adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan

bagian tepi irigasi, banyak ditemukan sampah dan ranting pohon

yang menyangkut pada jembatan. Di salah satu titik irigasi terdapat

pohon yang tumbang dan menganggu aliran saluran irigasi. Karena

elevasi persawahan yang lebih tinggi dari saluran irigasi, sepanjang

24
saluran irigasi ini terdapat beberapa pompa yang dimanfaatkan

masyarakat untuk pengairan sawahnya.

No. Dokumentasi Keterangan

Pintu air dan


saluran irigasi
dapat berfungsi
1
dengan baik dan
tidak terdapat
kerusakan

Sepanjang saluran
irigasi terdapat
banyak sampah
2 pada tepi irigasi
dan ranting pohon
yang tertahan
pada jembatan

c. Irigasi Tompobalang II

 Koordinat : 119o39’48.979”E, 5o0’14.759”S

 Waktu Survei : 4 Juli 2019 dan 6 Juli 2019

25
 Gambaran Umum :

Berdasarkan pembagian wilayah administrasi kelurahan

kalabbirang, lokasi Irigasi tompobalang II masih terletak

dilingkungan pakalu (RW 01) dan menurut data yang diperoleh dari

website GIS irigasi Kabupaten Maros irigasi tompobalang II

memiliki luas fungsional 92.37 Hektar, luas potensial 70,15 Hektar

dan luas baku 22.22 Hektar. Irigasi ini memiliki panjang saluran

induk 325 meter dan saluran sekunder sepanjang 612 meter. Debit

irigasi Tompobalang II adalah 0,001864 m3/detik.

 Kondisi :

Wilayah disekitar irigasi tompobalang II dipenuhi dengan tanaman

rumbia dan tanaman liar. Hal tersebut menyebabkan irigasi

tompobalang II sulit untuk diakses. Tanaman liar tersebut juga

menyebabkan rusaknya dinding saluran irigasi dan mengganggu

aliran irigasi.

No. Dokumentasi Keterangan

Bendung irigasi
dipenuhi dengan
1 tanaman rumbia
dan tanaman liar
lainnya

26
No. Dokumentasi Keterangan

Disepanjang
saluran irigasi
juga dipenuhi
2
dengan tumbuhan
rumbia dan
tanaman liar.

Beberapa
kerusakan yang
terjadi pada
dinding saluran.
3
Dinding saluran
juga dipenuhi
dengan rumput
liar

d. Mata Air dan Tambak Ikan Uluwae-Balange I

 Koordinat : Mata Air : 119o39’47.288”E, 5o0’34.248”S

Tambak Ikan : 119o39’35.78”E, 5o0’38.77”S

 Waktu Survei : 13 Juli 2019

27
 Kondisi :

Mata air uluwae-balange memiliki volume/debit yang Paling besar

jika dibandingkan dengan mata air lain di kelurahan kalabbirang

walaupun pada musim kemarau. Akses menuju mata air dipenuhi

dengan tanaman liar dan pepohonan sehingga mata air ini agak sulit

untuk dikunjungi warga. Disekitar mata air ini terdapat banyak

lahan persawahan yang tidak difungsikan karena terbatasnya air

untuk mengairi lahan tersebut. Aliran mata air uluwae balange

dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai tempat budidaya ikan

dengan cara membuat tambak. Selain sebagai tambak, pada aliran

mata air uluwae balange ini juga ditemukan pompa yang digunakan

untuk mengairi persawahan warga.

No. Dokumentasi Keterangan


Luas mata air
uluwae dan
kondisi
disekitarnya yang
dipenuhi dengan
1
pepohonan dan
tanaman liar

28
Masyarakat
memanfaatkan
2
aliran sungai mata
air sebagai tambak

Aliran sungai
mata air ini juga
dimanfaatkan
untuk mengaliri
3
persawahaan
warga dengan
menggunakan
pompa

e. Mata Air Uluwae-Balange II

 Koordinat : 119o39’43.306”E, 5o0’42.886”S

 Waktu Survei : 13 Juli 2019

 Kondisi :

Pada aliran mata air uluwae terdapat sedimentasi dan bebatuan

besar. Debit mata air ini tidak terlalu besar, dan warga sekitar

memanfaatkan mata air ini untuk keperluan mandi dan mencuci.

29
No. Dokumentasi Keterangan
1

Pada lokasi sumber


mata air terjadi
sedimentasi yang
menyebabkan
aliran sungai mata
air terganggu

f. Mata Air Panganreang Jarang

 Koordinat : 119o40’2.017”E, 5o0’19.623”S

 Waktu Survei : 16 Juli 2019

 Kondisi :

Terletak berdekatan dengan irigasi tompobalang II, mata air

panganreang jarang juga dikelilingi oleh wilayah persawahan. Mata

air panganreang jarang adalah salah satu mata air yang belum

dimanfaatkan oleh masyarakat, hal ini dapat diliat dari lingkungan

disekitar mata air tersebut yang dipenuhi dengan tanaman liar,

lumpur dan pepohonan. Selain sedimentasi yang terjadi dimata air

ini, lumpur dan pohon-pohon yang tumbang mengakibatkan arah

30
aliran sungai ini terganggu sehingga aliran sungai menjadi berbelok

dan mengenai lahan persawahan warga.

No. Dokumentasi Keterangan

Mata air dipenuhi


dengan tanaman
1
liar dan ranting
serta dahan pohon

Disekitar mata air


ini juga dipenuhi
2
sejumlah lumpur
(sedimentasi)

Aliran mata air


yang berbelok
mengenai
persawahan warga
3 akibat tanaman
liar yang
menghalangi
aliran awal mata
air

31
g. Mata Air Goria

 Koordinat : 119o40’15.113”E, 5o0’30.989”S

 Waktu Survei : 16 Juli 2019

 Kondisi : Mata air goria berlokasi ±3 km dari jalan

lingkungan pakalu. Semak belukar serta lumpur yang berada

disepanjang akses jalan mata air goria menunjukkan bahwa mata air

tersebut jarang terjamah oleh masyarakat. Sama halnya dengan

mata air uluwae, disekitar mata air goria juga terdapat lahan

persawahan yang tidak difungsikan karena keterbatasan air untuk

mengairi lahan tersebut.

No. Dokumentasi Keterangan

Mata air dipenuhi


dengan tanaman
1
liar dan ranting
serta dahan pohon

Mata air juga


dipenuhi dengan
2
bebatuan dan
sedimentasi

32
3

2. Rukun Warga 02 (Lingkungan Tompobalang)

Hasil Observasi yang diperoleh pada lingkungan tompobalang yakni :

a. Mata Air Timpuseng

 Koordinat : 119o39’39.71”E, 4o59’55.236”S

 Waktu Survei : 28 Juni 2019 - 5 Juli 2019

 Kondisi :

Dibandingkan mata air yang lain, debit mata air timpuseng

merupakan yang paling kecil. Saat musim kemarau volume air pada

mata air ini berkurang. Pada mata air timpuseng terdapat beberapa

pompa air yang dialirkan ke rumah warga sekitar. Mata air ini

terletak di bawah kaki gunung dan tidak berada jauh dari jalan

33
lingkungan tompobalang serta dikelilingi oleh 11 Hektar lahan

persawahan.

No. Dokumentasi Keterangan

Mata air
timpuseng juga
1 dipenuhi dengan
ranting /
dedaunan pohon

Terdapat pompa
yang mengalir ke
2 rumah warga
disekitar mata air
ini

b. Bak Penampungan PNPM

 Koordinat : 119o39’58.996”E, 4o58’44.885”S

 Waktu Survei : 28 Juni 2019 dan 2 Juli 2019

 Gambaran Umum :

34
Bak penampungan yang dibuat pada tahun 2011 dengan tinggi

2,363 meter ini merupakan bantuan dari Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan dikelola secara swadaya

oleh masyarakat untuk mengatasi keterbatasan air baku di wilayah

tompobalang. Sumber air dari bak penampungan ini adalah sungai

leang-leang yang ditampung ke bak dengan menggunakan pompa.

Pada awal pembuatannya, bak ini berfungsi dengan baik dan dapat

mengalir ke setiap rumah warga melalui pipa yang terhubung

langsung dengan bak.

 Kondisi :

Penampungan ini kini menjadi terbengkalai karena tidak lagi

difungsikan oleh warga. Terbengkalainya bak tersebut diakibatkan

oleh hilangnya pompa yang digunakan untuk menaikan air ke bak

penampungan. Selain pompa, beberapa pipa penyaluran air ke

rumah warga juga hilang.

No. Dokumentasi Keterangan

Keadaan wilayah
sekitar bak
1
penampungan
yang terbengkalai

35
Sungai leang-
leang dan sumur
2 yang menjadi
sumber bak
penampungan

c. Irigasi Tompobalang I (Uluwae)

 Koordinat : 119o40’18.935”E, 4o59’2.978”S

 Waktu Survei : 27 - 28 Juni 2019

 Gambaran Umum :

Berdasarkan data yang diperoleh dari website GIS irigasi

Kabupaten Maros, irigasi tompobalang I memiliki luas fungsional

41,55 Hektar, luas potensial 266,91 Hektar dan luas baku 308,46

Hektar. Irigasi ini memiliki panjang saluran induk 339 meter dan

saluran sekunder sepanjang 2700 meter. Debit irigasi Tompobalang

I adalah 0,01961 m3/detik.

36
 Kondisi :

Sepanjang saluran irigasi tompobalang I terdapat beberapa

kerusakan. Kerusakan yang terjadi umumnya berupa rusaknya

dinding saluran irigasi. Saluran irigasi juga dipenuhi dengan

tanaman liar yang mengganggu aliran saluran irigasi.

No. Dokumentasi Keterangan

Bendung irigasi
tompobalang I
tidak mengalami
1 kerusakan dan
masih dapat
berfungsi dengan
baik

Beberapa
kerusakan yang
terjadi pada
dinding saluran.
2
Dinding saluran
juga dipenuhi
dengan rumput
liar

37
B. Kelurahan Leang Leang

Bendung Leang-Leang

 Koordinat : 119o40’18.935”E, 4o59’2.978”S

 Waktu Survei : 27 - 28 Juni 2019

 Gambaran Umum :

Berdasarkan data yang diperoleh dari website GIS irigasi

Kabupaten Maros, irigasi tompobalang I memiliki luas fungsional

41,55 Hektar, luas potensial 266,91 Hektar dan luas baku 308,46

Hektar. Irigasi ini memiliki panjang saluran induk 339 meter dan

saluran sekunder sepanjang 2700 meter. Debit irigasi Tompobalang

I adalah 0,01961 m3/detik.

 Kondisi :

Sepanjang saluran irigasi tompobalang I terdapat beberapa

kerusakan. Kerusakan yang terjadi umumnya berupa rusaknya

dinding saluran irigasi. Saluran irigasi juga dipenuhi dengan

tanaman liar yang mengganggu aliran saluran irigasi.

C. Desa Tukamasea

1. Dusun Bungaeja

Dusun Bungaeja dilalui oleh satu sungai yaitu Sungai Cambajawa. Di

dusun ini juga terdapat dua mata air yang digunakan oleh masyarakat untuk

38
kebutuhan air irigasi. Mata air tersebut terletak di Gunung Dolli yang berada

tepat disebelah tempat rencana pembuatan kolam wisata desa, dan yang kedua

berada di Gua Bungaeja. Kemudian untuk kebutuhan air baku, setiap

masyarakat menggunakan sumur yang berada di samping rumah masing-

masing. Di Dusun Bungaeja terdapat PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum

dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) namun tidak difungsikan lagi dikarenakan

terjadi kerusakan pada pompa airnya. Masyarakat sekitar lebih memilih untuk

beralih menggunakan sumur masing-masing yang memiliki jumlah air yang

cukup saat musim kemarau dibanding mengupayakan perbaikan pompa air

PAMSIMAS. Hal ini juga dikarenakan sumber air yang digunakan oleh

PAMSIMAS bukanlah sumber air yang besar, sehingga tidak ada inisiatif dari

masyarakat untuk melakukan perbaikan.

a. Sungai Cambajawa

Koordinat : E = 795013.60 m

N = 9452606.4 m

Z = 55.2 m

Dimensi : Kedalaman = 0.3 m

Lebar = 3.4 m

Debit : 0.34332 m3/dtk

39
 Masalah

Di tengah-tengah Sungai Cambajawa yang melalui Dusun Bungaeja

terdapat kumpulan tanah yang membentuk pulau kecil. Pulau kecil ini

menghalangi aliran air sungai yang berasal dari hulu sungai. Sehingga

ketika intensitas hujan tinggi, aliran air sungai meluap sehingga

menyebabkan banjir disekitar sungai.

No. Dokumentasi Keterangan

Kumpulan
tanah yang
membentuk
1
pulau di tengah
sungai

40
 Solusi Yang Ditawarkan

Sebaiknya dilakukan pengerukan kumpulan tanah yang membentuk

pulau kecil yang berada di tengah sawah

b. Mata Air Dolli

Koordinat : E = 794373.86 m

N = 9452288.0 m

Z = 73.19 m

 Kondisi

Mata air Dolli adalah salah satu mata air yang terdapat di Dusun

Bungaeja. Mata air ini digunakan sebagai sumber irigasi persawahan

di sekitar gunung Dolli. Rencananya mata air ini juga akan digunakan

sebagai sumber air objek wisata Kolam Wisata Desa.

2. Dusun Bontokappong

Dusun Bontokappong juga dilalui oleh Sungai Cambajawa, dimana di

dusun ini aliran Sungai Cambajawa dibendung oleh Bendung Cambajawa.

Adapun sumber air baku yang digunakan masyarakat di dusun ini yaitu

berasal dari sumur masing-masing. Kelangkaan air saat kemarau tidak terjadi

di dusun ini.

41
a. Bendung Cambajawa

Koordinat :E = 792322.57 m

N = 9451904.0 m

Z = 73.4 m

Dimensi : Panjang mercu = 11.93 m

Lebar intake = 0.8 m

Lebar pintu darurat =1m

Lebar atas saluran primer = 2.87 m

Lebar bawah saluran primer = 2.25 m

Kedalaman air s. primer = 0.52 m

Daerah Irigasi : 1000 ha

Tanaman yang diairi : Padi (2 kali tanam/tahun)

Palawija (1 kali/tahun)

Debit Saluran Primer : 0.34517 m3/dtk

Kondisi : Rusak ringan

 Masalah

Pada Bendung Cambajawa terjadi pendangkalan akibat sedimen yang

terkumpul di belakang mercu. Kebanyakan sedimen yang terkumpul

adalah hasil pengikisan sisi sungai oleh aliran air. Hal ini

menyebabkan daerah sekitar sungai terjadi banjir yang merendam

rumah warga ketika intensitas hujan tinggi serta menyebabkan sawah

42
di sekitar sungai rusak. Terdapat banyak bebatuan dan bekas bendung

lama yang telah rusak di sungai setelah bendung.

No. Dokumentasi Keterangan

Bekas bendung

lama yang telah


1
rusak

Pendangkalan
akibat
sedimentasi
2 menyebabkan
sungai mudah
meluap jika
terjadi hujan

43
Banyaknya
sampah yang
3
menumpuk pada
pintu air.

 Solusi Yang Ditawarkan

1. Pada Bendung Cambajawa kiranya dapat dilakukan

pengerukan pada daerah di belakang mercu. Sehingga

kemungkinan meluapnya air saat intensitas hujan tinggi akibat

pendangkalan dapat diminimalisir.

2. Pada daerah sisi sungai sebaiknya dibangun perkuatan tanah

atau pelindung sisi sungai seperti beronjong, sehingga

kemungkinan terkikisnya sisi sungai akibat aliran air juga

dapat diminimalisir.

44
 Saran

Sebaiknya pintu penguras sedimen rutin dibuka oleh operator

bendung, sehingga sedimen tidak terkumpul terus-menerus dan

menyebabkan pendangkalan.

3. Dusun Manarang

Dusun Manarang juga dilalui oleh Sungai Cambajawa. Dimana di

dusun ini Sungai Cambajawa di bendung oleh Bendung Manarang. Terdapat

beberapa permasalahan pada bendung dan jaringan irigasinya, serta pada

Sungai Cambajawa itu sendiri.

a. Bendung Manarang

Koordinat :E = 791751.777 m

N = 9450255.289 m

Z = 66.21 m

Dimensi : Lebar mercu 1 = 29 m

Lebar mercu 2 = 7,7 m

Daerah Irigasi : 165 ha

Tanaman yang diairi : Padi (2 kali tanam/tahun)

Kondisi : Rusak berat

Volume Kerusakan : +/- 24,325 m3

Bendung Suplesi Manarang adalah bendung yang dibangun untuk

membantu fungsi bendung Cambajawa yang berada di dusun

45
Bontokappong. Pada Bendung Manarang terdapat dua buah Mercu untuk

melimpahkan aliran air ke sungai. Mercu yang pertama memiliki panjang

29 m, dan mercu kedua memiliki panjang 7,7 m.

 Masalah

1. Pada mercu pertama di Bendung Manarang terjadi kebocoran

di bagian bawah Mercu yang menyebabkan air yang

terbendung mengalir sedikit demi sedikit melalui bagian bawah

Mercu.

2. Pada mercu yang kedua, sekitar 1 meter lebar bagian mercu

dihancurkan oleh warga sampai ke dasar mercu saat intensitas

hujan tinggi pada awal tahun 2019 dan setelah hujan reda air

ditahan menggunakan pintu kayu buatan warga. Inisiatif warga

ini mereka lakukan dikarenakan pada saat intensitas hujan

tinggi air meluap dan menyebabkan banjir merendam sawah di

samping kanan dan kiri bendung, sehingga untuk mempercepat

46
keluarnya air dari bendung, mereka menghancurkan bagian

dari Mercu kedua tersebut. Bagian mercu yang dihancurkan

digolongkan sebagai bagian rusak dari bendung.

3. Di daerah setelah Mercu 1 terdapat bekas bendung lama yang

dimanfaatkan sebagai jalan tani. Bekas bendung lama ini

menyebabkan air limpasan dari Mercu pertama terhalang untuk

menuju sungai. Air yang harusnya langsung melimpas dari

Mercu ke sungai malah terhalang oleh bekas bendung lama dan

hanya diberi semacam pintu keluar bagi air di bagian kiri yaitu

tepat setelah Mercu kedua. Inilah yang diyakini memperlambat

waktu pelimpasan air dari bendung ke sungai saat intensitas

hujan tinggi sehingga menyebabkan air meluap dan terjadi

banjir.

47
4. Di tengah bendung (bagian sebelum mercu) ditumbuhi banyak

tumbuhan yang disekitarnya berkumpul banyak sedimen.

Bagian dari bendung yang harusnya menahan air malah terjadi

pendangkalan diakibatkan tingginya vegetasi dan sedimentasi.

Ditambah pada bendung ini tidak terdapat pintu penguras,

sehingga tentu sedimen terus-menerus berkumpul. Inilah juga

yang menyebabkan air mudah meluap saat intensitas hujan

tinggi.

48
5. Hal lain yang menarik dari bendung manarang yaitu,

sebagaimana yang diketahui bahwa bendung dibangun untuk

menaikkan elevasi muka air sungai agar dapat dialirkan

menuju sawah. Namun elevasi bendung ini hanya lebih tinggi

dari sawah yang ada di sebelah kanan bendung, sedangkan

elevasi bendung masih lebih rendah dibanding sawah yang

berada di sebelah kiri bendung. Hal ini menyebabkan petani

mengairi sawah yang ada di sebelah kiri bendung

menggunakan pompa air, tidak menggunakan saluran irigasi

yang memanfaatkan gravitasi. Adapun untuk sawah di sebelah

kanan bendung tidak diambil melalui saluran intake

(pengambilan) di samping bendung melainkan oleh warga

dibuatkan saluran langsung (pengambilan bebas) dari sungai

pada jarak belasan meter sebelum bendung. Hal ini

dikarenakan pintu air intake bendung mengalami kerusakan.

49
Sawah di sebelah kiri bendung

Pintu Intake Yang Rusak

6. Pada Bendung Manarang pernah terdapat pintu penguras

sedimen yang telah rusak dan diganti oleh warga dengan pintu

kayu biasa yang fungsinya kini hanya untuk menahan air di

samping mercu. Selain itu posisi dari pintu penguras yang ada,

hanya terdapat pada mercu 2 (bagian kiri). Yang mana panjang

mercu 2 lebih kecil dibanding mercu 1. Sedangkan pada mercu

1 tidak terdapat pintu penguras sehingga menyebabkan

50
sedimen terkumpul di belakang mercu dan menyebabkan

pendangkalan.

7. Kerusakan lain pada Bendung Manarang

51
 Solusi Yang Ditawarkan

1. Terkait masalah bekas bendung lama yang juga dimanfaatkan

untuk jalan tani, sebaiknya bangunan tersebut dihancurkan saja

sehingga limpasan air dari mercu dapat langsung teralirkan ke

sungai.

2. Pada mercu pertama yang terjadi kebocoran sebaiknya

dilakukan perbaikan material. Begitupun dengan Mercu kedua

yang dihancurkan oleh warga, sebaiknya diperbaiki kembali

setelah bekas bendung lama telah dihancurkan, sehingga tidak

lagi menggunakan pintu kayu sementara yang tentunya

beresiko jebol saat intensitas hujan tinggi. Serta bagian-bagian

bendung lain yang mengalami kerusakan hendaknya

diperbaiki.

3. Terkait masalah sedimentasi, sebaiknya dilakukan pengerukan

dan pengangkutan sedimen dan kumpulan tanah beserta

vegetasinya. Kemudian setelah itu, hendaknya pada bendung

52
dibuatkan pintu penguras sedimen. Sehingga diharapkan

setelah hal tersebut dilakukan, sedimentasi dapat di minimalisir

begitupun dengan meluapnya air (banjir).

4. Jika memang dilakukan perbaikan besar-besaran pada bendung

Manarang, maka sebaiknya elevasi muka air rencana bendung

dinaikkan. Sehingga air dapat dialirkan ke sawah-sawah

sekitar, terutama sawah di sebelah kiri bendung melalui saluran

yang memanfaatkan gaya gravitasi (tidak lagi menggunakan

pompa air).

5. Pintu pengambilan air (intake) hendaknya diperbaiki atau

diganti yang baru. Sehingga sawah di sebelah kanan bendung

dapat teraliri dengan baik.

b. Sungai Cambajawa

Koordinat : E = 791236.085 m

N = 9450982 m

Z = 79.64 m

 Masalah

Di tengah-tengah Sungai Cambajawa yang melalui Dusun

Manarang terdapat beberapa batuan besar. Jumlahnya sekitar 3

batuan besar yang berada pada jarak tertentu. Batuan tersebut

menghalangi aliran air sungai yang menyebabkan air sungai

53
meluap ketika intensitas hujan tinggi baik hujan terjadi di daerah

Dusun Manarang ataupun aliran air sungai dalam jumlah besar

datang dari hulu sungai. Hal ini membuat daerah di sekitar Sungai

Cambajawa merupakan daerah rawan banjir. Puluhan rumah warga

terendam banjir setiap kali intensitas hujan tinggi.

54
 Solusi Yang Ditawarkan

Hendaknya sungai dibersihkan dengan menghancurkan batuan-

batuan besar yang ada di tengah sungai dengan menggunakan

penghancur batuan. Sehingga aliran air sungai tidak terhalang dan

resiko terjadinya banjir terminimalisir.

c. Jaringan Irigasi Bendung Cambajawa

Koordinat :E = 792165.285 m

N = 9451204.993 m

Z = 59.29 m

 Masalah

Pada jaringan irigasi tersier Bendung Cambajawa yang berada di

Dusun Manarang, terjadi kerusakan pada pintu air dan kebocoran pada

saluran irigasi, tepatnya pada bangunan bagi sadap. Hal ini

menyebabkan walaupun pintu air ditutup, air akan terus mengalir pada

saluran tersier dan air yang harusnya dapat dialirkan ke saluran kuarter

menjadi berkurang. Akhirnya warga mengambil inisiatif menggunakan

55
pompa air untuk mengalirkan air ke sawah. Pada beberapa titik di

saluran tersier terdapat banyak sampah berserakan

 Solusi Yang Ditawarkan

Hendaknya pintu air yang rusak dan saluran irigasi yang mengalami

kebocoran diperbaiki, agar suplai air ke saluran kuarter tercukupi dan

warga tidak lagi menggunakan pompa air (yang tentunya

menggunakan bahan bakar) untuk mengairi sawah.

4. Dusun Pajjaiang

Dusun Pajjaiang merupakan dusun yang berada di jalan poros jika

ingin menuju ke Desa lain ataupun ke pusat pemerintahan kabupaten.

Dusun ini tidak dilalui oleh sungai dan juga tidak terdapat bendung.

56
Sumber air warga berasal dari sumur masing-masing dan belum pernah

terjadi kekurangan air saat kemarau.

5. Dusun Amessangeng

Dusun Amessangeng merupakan pemekaran dari Dusun

Bontokappong, sehingga daerahnya relatif kecil. Di dusun ini tidak dilalui

oleh sungai dan tidak terdapat bendung. Sumber air baku warga berasal

dari sumur masing-masing. Pada tahun 2017, sempat terjadi kekurangan

air saat musim kemarau yang membuat warga membeli air jirigen untuk

kebutuhan air. Walaupun elevasi dusun ini termasuk yang paling tinggi

dibandung dusun-dusun lain yang ada di Desa Tukamasea, namun akses

air baku perlu direncanakan ke dusun ini misalnya saja jaringan distribusi

PAMSIMAS. Namun perencanaan pembuatan PAMSIMAS harus

memiliki analasis kelayakan yang baik misalnya sumber air yang

digunakan mesti memiliki tampungan air yang besar.

D. Konservasi Sumber Daya Air

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Air, maka Konservasi sumber daya air ditujukan

untuk menjaga keberlangsungan, daya dukung, daya tamping, dan fungsi

sumber daya air.

57
Manfaat pepohonan di daerah tropis kering musiman bagi masyarakat di

dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak dan beragam. Pepohonan juga

mendukung pengendalian erosi dan mitigasi perubahan iklim. Berbicara

masalah lingkungan mungkin tak ada habisnya, selama ini kita sering dilanda

kemarau yang berkepanjangan, berbagai keluhan bermunculan. Hasil panen

para petani gagal disebabkan kurangnya pasokan air karena debit air di sungai

yang menurun. Mata air mengecil, air sumur mengering, air untuk konsumsi

juga harus dibeli dengan harga yang melambung tinggi. Bukan karena hujan

yang tak turun, panasnya matahari bukan penyebab keringnya air, akan tetapi

semua itu karena ulah manusia yang serakah dengan menebang kayu di hutan

sehingga kekeringan melanda tanah kita, bencana pun datang melanda bumi,

banjir dan tanah longsor disana sini. Sehinga perlu kesadaran dari kita untuk

menanggulangi bencana dan kekeringan dengan melakukan peremajaan pohon

atau menanam kembali pohon yang banyak menyimpan air sehingga

keseimbangan alam tetap terjaga. Berikut beberapa jenis pohon yang banyak

menyimpan air antara lain :

58
1. Beringin (Ficus benjamina)

Pohon beringin dapat menjamin pasokan air karena kemampuannya

menyimpan cadangan air pada musim hujan dengan baik dan

mengeluarkannya pada musim kemarau secara teratur. Selain memiliki

manajemen pengairan yang baik, beringin merupakan penguat lereng

alami. Pohon ini dapat mencegah erosi karena akar-akarnya yang kuat dan

mampu tumbuh bahkan di atas batu sekalipun. Struktur perakaran dalam

dan akar lateralnya mampu mencengkram tanah dengan baik.

 Klasifikasi :

 Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

59
Genus : Ficus

Spesies : Ficus benjamina

2. Pohon Trembesi (Albizia saman)

Pohon trambesi (Samanea saman) merupakan pohon yang

pertumbuhannya cepat. Dengan batang berukuran besar pohon trambesi

mampu menyerap hingga 28 Ton CO2 pertahun. Pohon ini juga mampu

menyimpan 900 meter kubik air dan bisa menyalurkan hingga 4.000 liter

air perhari. Saat musim hujan datang salah satu dampaknya adalah banjir

yang mengenang di suatu kawasan. Banjir dapat terjadi karena aliran

sungai yang tidak lancar yang disebabkan oleh sampah yang berserakan.

Pohon trembesi sangat cepat dalam menyerap air sehingga saat musin

hujan banjir dapat diatasi.

60
 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Albizia

Spesies : Albizia saman

3. Bambu (Bambusa spp.)

Bambu sebagai pilihan utama untuk reboisasi pada daerah aliran

sungai terutama lokasi sumber tangkapan air, karena memiliki kemampuan

mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil yang mampu

meningkatkan aliran air bawah tanah. Bambu sering di Sandingkan dengan

sarang ular atau binatang berbahaya lain, tapi jika kita menatanya dengan

baik , bambu merupakan tanaman penghijauan yang istimewa. Walaupun

dia termasuk dalam jenis rerumputan dengan batang berongga , beruas-ruas

61
dan berakar serabut. Namun bambu adalah penyerap polutan yang handal,

pengikat dan pemfilter air yang baik , dan yang pasti juga penghasil

oksigen yang besar. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat

tanah dan air dengan baik. Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya

menyerap air hujan 35-40% air hujan, bambu dapat menyerap air hujan

hingga 90 %.

 Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Cyperales

Famili : Poaceae

Genus : Bambusa

Spesies : Bambusa sp

E. Partisipatif Masyarakat

Masyarakat memiliki peran yang penting dalam kegiatan pengelolaan

sumber daya air. Keberhasilan pembangunan sumber daya air dan

kelestariannya sangat bergantung pada sejauh mana keterlibatan masyarakat

dalam setiap tahap kegiatannya. Salah strategi pemberdayaan dan peningkatan

peran serta masyarakat dalam pola pengelolaan sumber daya air yaitu dapat

62
dilakukan dengan pembentukan kelembagaan terkait konservasi hutan, tanah

dan air.

Dari hasil observasi yang telah kami lakukan di Kecamatan Bantimurung

khususnya di Kelurahan Kalabbirang,Kelurahan Leang-leang, dan Desa

Tukamasea, belum terdapat lembaga konservasi air atau aktivitas semacam

komunitas peduli sunga. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya kepekaan

sosial Masyarakat dalam membentuk sebuah komunitas/organisasi.

63
BAB IV

EVALUASI UMUM PELAKSANAAN KEGIATAN PADA KECAMATAN

BANTIMURUNG

Adapun program kerja yang telah dijalankan di Desa/Kelurahan merupakan

permintaan oleh masyarakat berdasarkan masalah yang ada di daerah setempat.

IV.1 Pembuatan Teknologi tepat guna “Sprinkler”di Kelurahan Kalabbirang

a. Deskripsi Kegiatan : Membuat Teknologi tepat guna Sprinkler

sebagai solusi alat penyiram kebun.

b. Tujuan : Memberikan edukasi pada masyarakat

mengenai cara penyiraman kebun / tanaman

yang efisien dan efektif

c. Sasaran : Masyarakat Kelurahan Kalabbirang

d. Waktu Pelaksanaan : Rabu, 10 Juli 2019

e. Dana : Rp. 150.000,-

f. Perlengkapan : Gergaji Besi, Lem Pipa, Penutup Pipa, Pipa

½” (20 cm, 7 cm) , Pipa 1”, Pipa T (8 cm)

g. Realisasi : Terlaksana dengan baik

h. Fakor Penghambat : -

i. Faktor pendukung : Antusiasme masyarakat dalam pembuatan alat

dengan memberikan bantuan dana.

64
IV.2 Pembuatan Masterplan Kolam Wisata Desa Tukamasea

a. Deskripsi
a. Kegiatan : Pembuatan Masterplan berupa visualisasi tiga

dimensi (3D) dan dua dimensi (2D)

menggunakan aplikasi SketchUp dan Autocad.

b. Tujuan : Memberikan gambaran pengerjaan Kolam

Wisata Desa Tukamasea

c. Sasaran : Masyarakat Desa Tukamasea

d. Waktu Pelaksanaan : 27 Juni 2019 - 15Juli 2019

e. Dana : -

f. Perlengkapan : Laptop, Aplikasi Autocad, dan Aplikasi

Sketchup

g. Realisasi : Terlaksana dengan baik

h. Fakor Penghambat : Beberapakali terjadi perubahan desain karena

menyesuaikan dengan pelaksanaan di lapangan

i. Faktor pendukung : Antusiasme dari kepala desa untuk membantu

menyelesaikan Masterplan Kolam Wisata

IV.3 Pembuatan Peta Administrasi Desa Tukaamasea

a. Deskripsi
b. Kegiatan : Pembuatan Peta Administrasi dengan dilakukan

pengambilan ulang koordinat lokasi dan tempat

penting yang ada di Desa Tukamasea,

65
koordinat-koordinat tersebut dimasukkan ke

aplikasi pembuatan peta (Google Earth dan

ArcGIS).

b. Tujuan : Menampilkan

c. Sasaran : Masyarakat Desa Tukamasea

d. Waktu Pelaksanaan : 26 Juni 2019 – 10 Juli 2019

e. Dana : -

f. Perlengkapan : Laptop, Aplikasi Google Earth, Aplikasi

ArcGIS

g. Realisasi : Terlaksana dengan baik

h. Fakor Penghambat : Pengambilan kordinat yang bertahap sehingga

membutuhkan waktu

i. Faktor pendukung : Adanya aplikasi yang membantu pembuatan

peta

66
BAB V

HAMBATAN DAN MASALAH YANG DIHADAPI

Selama Proses pelaksanaan KKN Tematik Sumber Daya Air di Kecamatan

Bantimurung Kabupaten Maros kami memiliki beberapa hambatan dan masalah

antara lain :

1. Kurangnya Alat yang memadai yang digunakan pada saat melakukan Observasi

di wilayah sungai dan sumber mata air sehingga mempengaruhi keakuratan data

koordinat yang kami plot.

2. Kurangnya Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sungai sehingga

memicu terjadinya masalah banjir di wilayah sungai .

3. Adanya aktifitas penambangan yang memberikan dampak di wilayah sungai

seperti transportasi sedimen hasil penambangan sehingga menjadi pemicu sungai

mengalami pendangkalan.

4. Kurangnya Sosialisasi pemerintah mengenai daerah sempadan sungai sehingga

banyak warga yang mendirikan bangunan di daerah bantaran sungai, hal ini tentu

akan menimbulkan masalah yang dapat menurunkan fungsi sungai.

67
BAB VI

PENUTUP

VI.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan laporan ini adalah

sebagai berikut :

1. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Sumber Daya Air adalah salah satu

bentuk pendidikan yang memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa

untuk memperoleh pengalaman dilapangan. Kemampuan yang dimiliki oleh

setiap mahasiswa KKN yang berada ditengah masyarakat dalam

menyelesaikan permasalahan mengenai sumber daya air di lingkungan

masyarakat.

2. Hasil dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sumber Daya Air yaitu pemetaan

sumber daya air dan daerah rawan banjir dan inventarisasi kondisi badan air

(sungai), bangunan air, dan sumber air di Kecamatan Bantimurung.

3. Pemetaan sumber daya air dapat digunakan sebagai media informasi sumber

daya air dan daerah rawan banjir, sehingga memudahkan masyarakat

kecamatan bantimurung untuk memperoleh informasi tersebut.

4. Inventarisasi kondisi badan air (sungai), bangunan air, dan sumber air ini akan

memudahkan pemerintah dalam melakukan rehabilitasi/rekonstruksi mengenai

permasalahan sumber daya air dan pemanfaatan potensi sumber daya air di

kecamatan bantimurung.

68
VI.2 SARAN

Setelah pelaksanaan program kerja KKN Tematik Sumber Daya Air

Gelombang 102 Tahun 2019 Universitas Hasanuddin di Kelurahan

Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi

Selatan yang berlangsung sekitar 30 hari terhitung dari tanggal 25 Juni 2019

– 25 Juli 2019 maka ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Mahasiswa

 Membangun komunikasi yang baik melalui pendekatan kepada

masyarakat dan perangkat desa/kelurahan agar ditemukan

permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi serta solusi yang

diharapkan

 Memberikan inovasi-inovasi yang dapat mengatasi permasalahan

yang terjadi serta mengajak masyarakat untuk berperan aktif

terhadap masalah yang dihadapi

b. Masyarakat :

 Perlunya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga kebersihan

lingkungan khususnya drainase, sungai dan bangunan air seperti

irigasi dan bendung agar sungai maupun bangunan air itu sendiri

tetap berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak menimbulkan

masalah seperti banjir ataupun kerusakan bangunan air

69
 Menumbuhkan rasa kepercayaan pada pemerintah agar dapat

terjalin hubungan kerja sama dan komunikasi yang baik antara

masyarakat dengan pemerintah

 Menumbuhkan rasa gotong royong antar masyarakat agar masalah

yang dihadapi dapat diatasi bersama secara mandiri oleh

masyarakat

c. Pemerintah

 Melakukan pengerukan serta pembangunan embung dan irigasi

pada mata air yang memiliki potensi

 Membangun komunikasi yang lebih intens dengan masyarakat agar

terjalin hubungan kerja sama yang baik antara masyarakat dengan

pemerintah

 Pemetaan yang telah dibuat oleh mahasiswa KKN diharapkan dapat

ditindaklajuti oleh Pemerintah PUPR melihat potensi dari beberapa

mata air yang ditemukan

 Pemerintah Kelurahan/Desa diharapkan dapat mengembangkan

program kerja yang telah dibuat oleh Mahasiswa KKN seperti

sprinkler agar dapat bermanfaat secara berkelanjutan bagi

masyarakat

70
Lampiran I
Nama Mahasiswa Peserta KKN Tematik Sumber Daya Air Gelombang 102
Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
a. Kelurahan Kalabbirang
No Nama L/P NIM Faklutas Jurusan

1 Muhammad Syarif Setiawan L D11115302 Teknik T. Sipil

2 Gamaliel Eqno Dwiyanto L D11116026 Teknik T. Sipil

3 Halima Irianti Puspita Sari P D11116514 Teknik T. Sipil

4 Fernando Magnis Gara L D12116517 Teknik T.

Lingkungan

5 Adelya Yunanda Tezia P M11116349 Kehutanan Kehutanan

b. Desa Tukamasea
No Nama L/P NIM Faklutas Jurusan

1 Muh. Lutfi Raiz Am. L D11115014 Teknik Teknik Sipil

2 A. M. Imam Ardiansyah L D11116034 Teknik Teknik Sipil

3 Eka Yuliana P D11115002 Teknik Teknik Sipil

4 Tri Radinal Saputra L D11115518 Teknik Teknik Sipil

5 Rizal L D11116031 Teknik Teknik Sipil

T.
6 Imam Hafidz Imran L D12115307 Teknik
Lingkungan
Lampiran II
Peta Wilayah Kecamatan Bantimurung
Lampiran III
Struktur Pemerintahan Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros
CAMAT

ASRUL RIFAI RACHMAN,S.STP


PANGKAT: PEMBINA
NIP . 19800112 200012 1 001

SEKERTARIS CAMAT

Drs. MUHAMMADONG
PANGKAT : PEMBINA
NIP : 19651231 199205 1 123

SUBBAGIAN PERENCANAAN SUBBAGIAN UMUM,ASET


DAN KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN

MUHAMMAD HASAN,SE MOHAMAD NUZULY RAS, SE


PANGKAT : PENATA MUDA Tk.1 PANGKAT : PENATA
NIP . 19760428 200801 1 012 NIP : 19790810 200903 1 002

SEKSI PELAYANAN SEKSI KETENTRAMAN & SEKSI PEMBERDAYAAN SEKSI


UMUM KETERTIBAN UMUM MASYARAKAT PEMERINTAHAN SEKSI EKONOMI DAN KESRA

FAISAL, S.Ag PALATEHANG, SH A R I F I N, S.Sos ABD . RAZAK , S.Pd MUHAMMAD ABRI HARUN, SE
PANGKAT : PENATA PANGKAT : PENATA PANGKAT : PENATA Tk.I PANGKAT : PENATA Tk.I PANGKAT : Penata Tk. I
NIP. 19720403 200701 1 030 NIP. 19790407 200701 1 017 NIP. 19650717 198903 1 018 NIP . 19610912 198903 012 NIP. 19671004 198703 1 002
Lampiran IV

Jumlah dan Nama Kepala Desa/Kelurahan

Nama Desa/Kelurahan Nama Kepala Desa/Kelurahan


NO.

Alatengae ABD. AZIZ, SE


1

Minasa Baji UMAR BAKKARA, S.IP


2

Kalabbirang IBRAHIM, S.Sos


3

Tukamasea MAKMUR, SE.


4

Mattoangin AMIRUDDIN
5

Mangeloreng MUHAMMAD DARWIS, SE


6

Baruga ILYAS TOMPO


7

Leang Leang BURHAN. B


8
Lampiran V
Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Kecamatan : Bantimurung
Kabupaten : Maros
Jumlah Mahasiswa : 11

RENCANA SUMBER DANA (Rp.) JUMLAH


NO. DESA/KELURAHAN KETERANGAN
SWADAYA PEMDA LAIN-LAIN (Rp.)
1 2 3 4 5 6 7
1 Kelurahan Kalabbirang 150,000 - - 150,000
2 Desa Tukamasea - - - -
TOTAL 150,000 - - 150,000

Menyetujui : Menyetujui:
SUPERVISOR, CAMAT BANTIMURUNG Koord. Kecamatan

Dr.Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T Asrul Rifai Rachman, S. Stp Muh. Lutfi Raiz. AM
NIP. 19670319 199203 2 010 NIP : 19800112 200012 1 001 STB. D11115014
Lampiran VI

Foto-foto kegiatan Kecamtan

 Observasi Lokasi Kolam Wisata Desa Tukamasea

 Observasi Mata Air Dolli Desa Tukamasea


 Pengukuran Debit saluran Primer Bendung Cambajawa

 Pengukuran Debit Sungai Cambajawa


 Pengukuran Volume Kerusakan Bendung Manarang

 Observasi Bendung Leang Leang


 Observasi Bendung Manarang

 Observasi Mata air Goria


 Observasi Irigasi Poros Bantimurung

 Observasi Irigasi Tompobalang I


 Observasi Mata Air Timpuseng

 Pembuatan Teknologi Sprinkle


 Pembuatan Peta Kondisi Sumber Daya Air

 Pembuatan Masterplan Kolam Wisata Desa Tukamasea


Lampiran VII

Rincian Pengelolaan Dana Kecamatan

TANGGAL NAMA DEBIT KREDIT SALDO


Rincian Dana Seminar Program Kerja Kecamatan
7 Juli 2019 Swadaya Mahasiswa Rp 450,000 Rp 450,000
8 Juli 2019 Stempel Kegiatan Rp 120,000 Rp 330,000
8 Juli 2019 Spanduk Rp 60,000 Rp 270,000
8 Juli 2019 Konsumsi Rp 175,000 Rp 95,000
9 Juli 2019 Foto copy Rp 40,000 Rp 55,000
9 Juli 2019 Amplop Rp 20,000 Rp 35,000
9 Juli 2019 Dos Kue Rp 35,000 Rp -
Rincian Dana Sprinkle
8 Juli 2019 Bantuan dana warga Rp 150,000 Rp 150,000
10 Juli 2019 Pipa 1/2 Inch Rp 30,000 Rp 120,000
10 Juli 2019 Pipa Sambungan Rp 15,000 Rp 105,000
10 Juli 2019 Pipa 1 Inch Rp 35,000 Rp 70,000
10 Juli 2019 Lem Pipa Rp 20,000 Rp 50,000
10 Juli 2019 Lem Korea Rp 10,000 Rp 40,000
10 Juli 2019 Amplas Rp 10,000 Rp 30,000
10 Juli 2019 Akomodasi Rp 30,000 Rp -
Lampiran VIII

Peta Kondisi Sumber Daya Air Kecamatan Bantimurung

Anda mungkin juga menyukai