1
KESETIMBANGAN UAP – CAIR
Kompetensi
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu :
1. Merancang dan menjalankan eksprimen
2. Membuat dan menganalisis kurva kesetimbangan uap‐cair
3. Berperan serta dalam suatu tim
1.1 PENDAHULUAN
Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika yang diperlukan dalam
perancangan dan pengoperasian kolom‐kolom distilasi. Contoh nyata penggunaan data
termodinamika kesetimbangan uap cair dalam berbagai metoda perancangan kolom distilasi
packed column dan tray column dapat dilihat pada Treyball 1982 dan King 1980. Data
kesetimbangan uap cair dapat diperoleh melalui eksperimen dan pengukuran. Namun, percobaan
langsung yang betul‐betul lengkap baru dapat diperoleh dari serangkaian metoda pengukuran.
Percobaan langsung yang betul‐betul lengkap memerlukan waktu yang lama dan biaya yang
besar, sehingga cara yang umum ditempuh adalah mengukur data tersebut pada beberapa
kondisi kemudian meringkasnya dalam bentuk model‐model matematik yang relatif mudah
diterapkan dalam perhitungan‐perhitungan komputer. Pengembangan model matematik
tersebut juga harus memiliki landasan teoretik yang tepat sehingga penerapannya di luar batas‐
batas pengembangannya dapat dipertanggungjawabkan.
Percobaan ini bertujuan memperoleh data kesetimbangan uap cair sistem biner. Data yang
diperoleh dikorelasikan dalam bentuk model‐model termodinamik. Penaksiran parameter‐
parameter model dilaksanakan dengan regresi tidak linear berdasarkan criteria jumlah kuadrat
terkecil. Agar sasaran percobaan di atas dapat tercapai dengan baik, sebagai persiapan
pembicaraan awal praktikan harus menguasai materi sebagai berikut:
1. Teori kesetimbangan uap cair (Daubert 1985, Smith dan Van Ness 1987, Sandler
1989,Prausnitz dkk 1986, dan lain‐lain)
KESETIMBANGAN UAP‐CAIR 2
2. Teknik‐teknik pengukuran kesetimbangan uap cair (kesetimbangan fasa Walas 1985,Black
1987)
3. Pengujian konsistensi data kesetimbangan uap cair (Lu 1960)
4. Teknik minimasi multivariabel dengan menggunakan metoda Simpleks (Reklaitis 1982,
Edgar dan Himmelblau 1988)
5. Metoda analisis kromatografi gas dan index bias
1.2 DASAR TEORI
Kesetimbangan
Kesetimbangan mengandung pengertian bahwa suatu keadaan dimana tidak terjadi perubahan
sifat makroskopis dari sistem terhadap waktu. Untuk material dalam jumlah tertentu hal tersebut
dapat diartikan tidak ada perubahan sifat material tersebut dengan waktu. Keadaan setimbang
yang sebenarnya barangkali tak pernah tercapai. Suatu proses berlangsung karena ada gaya
penggerak dan selalu menuju ke titik kesetimbangan. Gaya ini merupakan selisih antara potensi
pada keadaan seketika dan keadaan setimbang. Semakin dekat keadaan sistem dengan titik
kesetimbangan, semakin kecil gaya penggerak proses semakin kecil pula laju proses dan akhirnya
sama dengan 0 bila titik kesetimbangan sudah tercapai.
Jadi titik kesetimbangan hanya bisa tercapai secara teoritis dalam waktu yang tak
terhingga. Pada prakteknya di dalam pekerjaan ilmiah suatu kesetimbangan dianggap tercapai
bila tidak ada lagi perubahan sifat/keadaan seperti yang ditunjukkan oleh alat pengukur yang
digunakan. Di dalam masalah rekayasa kesetimbangan dianggap ada bilamana sifat yang
ditunjukkan oleh praktek sama dengan sifat yang dihitung berdasarkan metoda yang
menggunakan anggapan kesetimbangan. Contoh komposisi pada pelat distilasi dibanding dengan
komposisi pelat teotitis.
Kriteria Kesetimbangan
Yang dimaksud di sini bukan sekedar kriteria yang berupa kesetimbangan termal dan mekanikal
secara internal yang biasa kita terjemahkan sebagai berlakunya T dan P yang uniform, melainkan
pembatasan‐pembatasan termodinamika pada sistem dengan fasa banyak dan komponen
banyak yang mengalami keadaan kesetimbangan. Sekalipun sudah ada kesetimbangan termal
dan mekanikal dalam sistem demikian masih dimungkinkan perpindahan massa antar fasa. Jadi
kriteria yang dimaksud di sini termasuk kesetimbangan antar fasa ditinjau dari segi kemungkinan
perpindahan antar fasa tersebut. Kriteria ini pertama kali diturunkan oleh Gibbs.
Dimisalkan bahwa sistem multi komponen yang tertutup yang terdiri dari sejumlah fasa
mempunyai temperatur dan tekanan yang uniform, akan tetapi pada keadaan awal tidak
setimbang ditinjau dari segi perpindahan massa. Setiap perubahan yang terjadi mesti bersifat
irreversible, yang mendekatkan sistem itu ke keadaan setimbang. Sistem itu di bayangkan
sebagai dikelilingi keadaan yang selalu setimbang secara termal dan mekanikal dengan sistem itu
(sekalipun perubahan terjadi dalam sistem). Karenanya pertukaran panas dan penuaian kerja
KESETIMBANGAN UAP‐CAIR 3
antar sistem dan sekeliling terjadi secara reversible. Dalam keadaan yang demikian perubahan
entropi dari sekeliling sistem :
dQsur
dSsur
Tsur (1)
Ditinjau dari sistem panas yang berpindah adalah –dQ yang mempunyai harga numerik
mutlak sama dengan dQsur. Selanjutnya Tsur = T dari sistem (setimbang secara thermal). Maka:
dQsur dQ
dSsur
Tsur T (2)
menurut hukum ke dua:
dS t dSsur 0 (3)
dimana St = entropy total dari sistem.
Gabungan dari persamaan (2) dan (3) menjadi:
dQ
dS t 0 atau dQ TdS t
T
Penerapan hukum pertama :
dU t dQ dW dQ PdV t atau
dQ dU t PdV t
jadi dU t PdV TdS t
atau dU t pdV t TdS t 0
(dS t )U t ,V t 0
(4)
Suatu sistem yang terisolasi mesti mempunyai syarat bahwa energi internal dan volume
tetap, maka untuk sistem semacam itu diketahui dari langsung dari hukum kedua bahwa
persamaan terakhir berlaku.
Dari perumpamaan sistem persamaan dU t PdV t TdS t 0 berlaku untuk T dan P
yang tetap. Persamaan itu bisa juga ditulis sebagai berikut:
dU t T , P (dPV t ) T , P (dTS t ) T , P 0 atau
d (U t PV TS t ) T , P 0
(5)
Persamaan terakhir penting mengingat T, P tetap merupakan persyaratan yang mudah di
atur.
KESETIMBANGAN UAP‐CAIR 4
Rumusan kriteria:
Keadaan setimbang dari sistem tertutup adalah keadaan yang energy bebas Gibbs totalnya
adalah minimum ditinjau dari segala perubahan pada T, P tertentu. Pada keadaan setimbang
variasi dalam kadar differensial dapat terjadi di dalam sistem pada T dan P yang tetap. Tanpa
mengakibatkan perubahan Gt.
Jadi :
dG t
T ,P 0
(6)
Untuk menerapkan kriteria ini pada kesetimbangan fasa, baiknya ditinjau sebuah sistem
tertutup yang terdiri dari dua fasa, dan . Setiap fasa dapat dianggap sebagai sistem terbuka
yang memungkinkan perpindahan massa dari fasa yang satu ke yang lain. Untuk masing‐masing
fasa berlaku:
Karena T dan P tetap maka penjumlahan ke dua persamaan menghasilkan
nG t
T ,P
i dni
i
dni
0 (8)
Di dalam sistem yang tertutup berlaku:
dni dni (9)
dn
i i i 0
Jadi (10)
Karena dni sembarang dan bebas maka satu‐satunya penyelesaian agar persamaan
terakhir sama dengan 0 adalah :
i i (11)
untuk sistem multi komponen
diketahui bahwa
di RT d ln fˆi (T tetap)
atau i RT ln fˆi
adalah tetapan integrasi harganya hanya tergantung pada T.
KESETIMBANGAN UAP‐CAIR 5
Oleh karena pada kesetimbangan fasa semua fasa berada pada T yang sama, maka syarat
diatas dapat diganti:
fˆi fˆi fˆi (13)
Kesetimbangan Uap Cairan (KUC)
Jumlah derajat kebebasan F pada kesetimbangan adalah perbedaan antara jumlah variabel yang
diperlukan untuk karakterisasi keadaan intensif sistem dan jumlah persamaan bebas yang
menyatakan hubungan variable‐variable tersebut.
Didalam KUC dengan jumlah komponen n dan jumlah fasa 2 terdapat variabel T, P, N‐1
fraksi mol dalam cairan dan N‐1 fraksi mol dalam uap, jadi jumlah variabel adalah 2N. Persamaan
Gibbs‐Duhem sebagai kriteria kesetimbangan.
Memberikan N persamaan bebas sehingga jumlah variabel yang harus ditetapkan untuk
fixing sistem adalah N, y.i T atau P dan N –1 fraksi mol cairan atau uap N variabel yang lain
selanjutnya dapat dihitung menggunakan persamaan:
fˆi
ˆ i V yi P
V
(14)
fˆi
ˆ i L xi P
L
dan (15)
Gabungan persamaan (13a), (14) dan (15) ;
ˆ i L xi
ˆ iV yi
(16)
Didalam persamaan terakhir xi dan yi tidak berdiri explisit mengingat baik ̂ i maupun ̂ i
L V
adalah fungsi dari T, P dan komposisi; hubungan tersebut merupakan hubungan yang komplek.
Menyatakan hubungan antara ̂i dengan T, P dan komposisi memerlukan persamaan keadaan
yang menggambarkan secara teliti keadaan masing‐masing campuran uap dan cairan. Beberapa
kesukaran yang dihadapi dalam kaitan ini:
1. data biasanya tersedia untuk zat murni dan tidak ada aturan‐aturan yang berlaku secara
umum untuk campuran.
2. tidak ada persamaan keadaan yang secara umum berlaku untuk fasa cairan.
KESETIMBANGAN UAP‐CAIR 6
1. Bila fasa uap bersifat gas ideal:
ˆ iV 1
(17)
2. Bila fasa cairan merupakan larutan ideal:
ˆL L L
ˆ L f i xi f i f i
i
xi P xi P P (18)
3. Bila fugasitas cairan tidak peka terhadap tekanan:
fi fi
L sat
(19)
P
sat sat
Berdasarkan anggapan f i
sat
P
fi P ̂ i
L sat L
P
Hasil secara keseluruhan:
P sat
xi yi
P ; Pi yi P xi P sat (20)
Persamaan terakhir merupakan rumus hukum Raoult. Persamaan tidak realistik, disebabkan
terutama oleh asumsi kedua yang biasanya tidak berlaku, kecuali sistemnya terdiri dari komponen
yang serupa secara kimiawi dan dalam ukuran molekul. Sebagai koreksi terhadap keadaan
terakhir diintroduksikan koefisien aktifitas. Berikut ini diturunkan persamaan yang umum:
fˆi yi
ˆ iV P
V
untuk fasa uap dan
x i
L o
fi i fi untuk fasa cairan
xi i fi
ˆ iV yi P
o
(21)
Dengan persamaan terakhir penyelesaian KUC dilaksanakan melalui pendekatan:
KESETIMBANGAN UAP‐CAIR 7
1. untuk fasa uap digunakan konsep koefisien fugasitas yang dihitung dengan
menggunakan PVT data.
ˆ iV P, T , yi , y N 1
(22)
2. untuk fasa cair digunakan konsep koefisien aktifitas. Konsep ini menggantikan konsep
koefisien fugasitas yang tidak bisa diterapkan karena tidak ada persamaan keadaan
yang berlaku secara untuk cairan.
i P, T , x1 , x2 xN 1)
(23)
Dua konsep itu terpisah satu sama lain. Dalam arti kata ̂ i tidak dipengaruhi oleh
V
komposisi cairan dan sebaliknya i tidak dipengaruhi oleh komposisi uap.
Telah diuraikan bahwa untuk sistem N komponen dan dua fasa ada N derajat kebebasan,
artinya N variabel dapat ditentukan secara bebas sedang N variabel yang lain merupakan variabel
tak bebas dan dapat dihitung. Beberapa bentuk persoalan dalam KUC:
1. Menghitung T dan yi pada titik gelembung, bila ditentukan P dan xi (i=1,2,…N‐1)
2. Menghitung P dan yi pada titik gelembung, bila ditentukan T dan xi (i=1,2,…N‐1)
3. menghitung T dan xi pada titik embun, bila ditentukan P dan yi (i=1,2,…N‐1)
4. menghitung P dan xi pada titik embun bila ditentukan T dan yi (i=1,2,…N‐1)
Untuk menentukan tekanan uap murni komponen dapat didekati dengan persamaan Antoine
yaitu:
B
ln P sat A
T C (24)
Untuk memprediksikan tekanan uap etanol :
3803,98
ln P sat 18,9119
T 41,68 (25)
Untuk memprediksikan tekanan uap air :
3816,44
ln P sat 18,3036
T 46,13 (26)
Psat dan T pada persamaan (25) dan (26) dalam satuan mmHg dan derajat kelvin.
KESETIMBANGAN UAP‐CAIR 8
Konstanta kesetimbangan uap cair dapat ditentukan dari persamaan (20)
hukum Raoult:
sat
Pi y
K i (27)
P xi
1.3 PERCOBAAN
3.1. Tujuan
Membuat kurva kesetimbangan uap‐cair
3.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah etanol dan air.
3.2 Alat
Alat yang dipakai merupakan rangkaian alat kesetimbangan yang terdiri dari : labu 100 ml, Labu
pendingin, termometer dan pengambil sampel uap yang terkondensasi.
3.3 Gambar alat
3.4 Prosedur Percobaan
Pengukuran konsentrasi etanol dalam campuran etanol air pada percobaan ini menggunakan
Hand Refractometer. Satuan pengukuran Hand Refractometer adalah derajat Brix (oBrix). Sebelum
KESETIMBANGAN UAP‐CAIR 9
percobaan KUC dimulai terlebih dahulu dilakukan pengukuran hubungan konsentrasi etanol
dengan oBrix. Adapun urutan perlakuan pearcobaan adalah sebagai berikut:
a. Susun rangkaian peralatan KUC seperti Gambar 1.
b. Isi labu 100 ml dengan 50 ml campuran etanol‐air dengan komposisi tertentu.
c. Tutup labu tersebut dengan memasang rangkaian kondenser dengan pengambil
sampel kondensat dan pengambil sampel cairan.
d. Nyalakan ketel pemanas dan aliran air pendingin sekaligus.
e. Amati kenaikan suhu dan tunggu sampai kondisi setimbang pada temperatur tetap.
f. Ambil sejumlah sampel uap yang terkondensasi dan juga sampel cair dengan waktu
yang bersamaan.
g. Analisa konsentrasi masing‐masing sampel tersebut dengan handrefractometer.
h. Ulangi percobaan tersebut dengan komposisi etanol yang berbeda.
4. Hasil dan Perhitungan
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
Buatlah grafik komposisi uap (yD) dan cair (xw) versus temperatur pada kondisi
kesetimbangan.
Hitung konstanta kesetimbangan uap cair etanol‐air hasil percobaan dan
bandingankan dengan konstanta kesetimbangan uap cair etanol‐air literatur.
Buatlah pembahasan dari percobaan yang telah anda kerjakan.