PARA
PEJUANG
REVALUASI
Kumpulan kisah-kisah revaluasi BMN 2017 - 2018
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
15. 1 Surat Tugas, 1 Satuan 94 Benedictus Deni Wahyudi 31. Suatu Hari Bersama Sang 186 Bram/Dian
Kerja, 1 Tim Melintasi 3 Sepatu
Provinsi
32. Melepas Penat Bersama 191 Fakhri Nurfaiz
16. Loyalitas Tanpa Batas 99 Taufik Afandy Hidayat & Sahabat
Revaluasi Demi Negeri M. Iqbal
33. Dari Pusat Kota Hingga 192 Mutiara Ursula
17. Integritas Tanpa Batas 103 Beta E. Adna Ujung Pantai
18. Nilai Untuk Perbatasan 110 Hanry Abi Himawan 34. Menghibur Diri Lewat 196 Sairin Al Brebesiy
Negeri Tertawa Demi Menyelesaikan
Reval
19. Berjuang Demi Reval 116 Y. Tri Astuti, Hesti Sari
Wijayanti, Ari Setiawan 35. Catatan Sebuah Pengabdian 203 Desi Ariyanti
20. Lelah Kami Untuk Negeri 121 Ari Setiawan 36. Hati Yang Cukup 214 Joko Juwiyanto
21. Sekali Dayung Dua Tiga 127 Adi Prabawa 39. Pahlawan BMN: Menilai 218 Apriliyanti Eka Subekti
Satker Terkunjungi Antero Nusantara Demi
Mengawal Aset Negara
22. Lembur Mengejar Start 132 Anggriyan Setyono
Reval 38. Yang Unik Yang Terkenang 224 Sayyidah Ustadza
23. My Reval My New 137 FMA/Farinisa 39. Sang Verifikator 227 Ari Fitri Mahesa
Experience
24. Cerita Revalku 142 Alpha Raditya Pemenang Cerita Revaluasi BMN
25. Belajar Ikhlas Dari Seorang 147 Yuniantoro Sudrajat III. Ketika Nyawa Bertarung 232 Yuantha Andriana
Sopir Dengan Laut Banda
26. Bertahan Dalam Badai 154 Sri Desyanti II. Sepenggal Kisah Dari 239 Gunawan Hartanto
Kepulauan Seribu Belitang Timur
27. Kapal Oranye Itu Ternyata 160 Yuantha Andriana I. Our Reval Our Adventure 246 Rendhy Widianto Pratama
Perahu Karet
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga Buku “Para Pejuang Revaluasi”
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui buku ini, kami juga ingin mengapresiasi ketangguhan dan keteguhan
para “pejuang” DJKN yang dalam dua tahun ini telah mencurahkan tenaga
dan pikirannya untuk melakukan revaluasi aset negara. Semangat inilah yang
kami harapkan dapat terbingkai dalam setiap cerita sehingga dapat ditularkan
kepada seluruh pembaca.
Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan Revaluasi aset negara. Terima kasih pula kepada para kontributor
dan tim redaksi yang telah berhasil menyusun buku ini.
Semoga kisah-kisah dalam buku ini dapat menjadi kenangan yang selalu
menginspirasi para penilai pada khususnya, dan seluruh pegawai DJKN pada
umumnya di masa yang akan datang. Tetap semangat dalam bekerja, jaga
integritas, dan jangan pernah lelah mencintai Negeri ini.
Isa Rachmatarwata
1.Menilai
Serpihan Eden
oleh: Andika Putra Bharata
KPKNL Padangsidimpuan
M
atahari mulai mengintip dan perlahan menyilaukan
pandangan dari ufuk timur. Di depan, saya sudah
melihat Kapal milik Distrik Navigasi Sibolga sudah
mulai mengangkat jangkar dari tambatannya. Hiruk pikuk Nahkoda,
Mualim kapal, serta anak buah kapal yang bermuatan 200 orang dengan
berat lebih dari 200 ton itu mulai menaikkan muatan tanda kapal siap
berlayar.
Di dalam anjungan kapal, saya dan Ali selaku tim dari KPKNL
Padangsidimpuan yang ditugaskan untuk melakukan penilaian kembali bawah. Saya yang masih gugup, menuruni ‘tangga’ tambang sepanjang
Menara Suar milik Distrik Navigasi Sibolga diberikan briefing singkat lima meter itu dengan lambat.
mengenai standar kemanan kapal, alur komunikasi dan rencana
“Jangan tegang bang, rileks saja!” Seru seorang ABK yang membantu
pelayaran yang akan menghabiskan total lima hari itu. Saya sendiri tidak
saya.
bisa berkonsentrasi saat briefing tersebut. Entah karena suara mesin
kapal yang terlalu bising dan masih asing di telinga saya, entah karena Namun dasar saya yang masih amatiran, tangga bergoyang ke kiri
memikirkan kenyataan harus hidup selama lima hari ke depan di atas dan ke kanan tanda tak stabil. Kaki saya tersangkut di salah satu tali,
sebuah kapal. Campur aduk rasanya saat itu. Satu-satunya hal penting di bawah ada kapal sekoci yang tak sepenuhnya merapat ke lambung
yang saya ingat adalah saya akan baik baik saja di lautan selama saya kapal utama.
memakai pelampung. Saya masih pakai pelampung, saya masih bisa selamat.
Pelayaran lima hari saya pun dimulai. Seru saya dalam hati berdoa untuk kemungkinan terburuk.
Diiringi oleh semilir angin laut dan suara mesin kapal yang “Jangan ditahan bang, berat badan bertumpu di pinggul”.
menderu, kami mulai berlayar ke arah barat laut. Setelah dua jam,
Mualim mengatakan bahwa kapal telah tiba di destinasi pertama yaitu Dan begitulah saya berhasil menuruni tangga menuju sekoci, lalu
Pulau Ujung Karang. kemudian disusul dengan pak Ali dan ABK serta Mualim yang turut
ikut menjadi pemandu kami di lapangan nanti.
Kejutan pertama pun muncul. Ternyata untuk turun ke daratan, kita
harus terlebih dahulu naik ke sekoci (semacam sampan kecil bermuatan Sesampainya di Pulau Ujung
5-6 orang), lalu dari sekoci kita akan secara bergantian menyeberang ke Karang, menara suar setinggi
bibir pulau. Karena jika kapal berbadan besar seperti ini dipaksa untuk 60 meter sudah berdiri dengan
menepi di bibir pantai, yang terjadi malah badan kapal akan bergesekan angkuh dan kokoh di tengah
dengan karang. pulau menyambut kami, tak
ketinggalan pasir putih dan
Saya kemudian serpihan kulit kerang yang sudah
diarahkan untuk menua menggelitik ujung jari
terlebih dahulu kaki.
turun dengan
menggunakan Didampingi oleh beberapa
tali tambang yang pegawai distrik navigasi
dijadikan seperti yang sudah saya sebutkan
tangga dari kapal sebelumnya, pengukuran dan
utama ke sekoci yang pengambilan data menara suar
Tim menaiki sekoci
sudah menunggu di Pulau Ujung Karang dapat Suar Pulau Ujung Karang
dilakukan dengan lancar. Tak sempat beristirahat, nahkoda sudah turun dari kapal menuju sekoci. Masih dengan sedikit kepayahan,
memberi perintah untuk kembali ke sekoci dan naik ke kapal untuk saya menuruni tangga tambang tersebut sambil membawa kamera,
segera berlayar lagi. distometer, buku catatan dan pulpen di dalam pouch. Setelah duduk di
sekoci saya baru sadar, betapa megah dan luasnya laut lepas itu. Rasanya
“Harus cepat, nanti terperangkap badai” serunya dalam bahasa
saya kepingin buru–buru nyebur ke dalamnya, memeluk setiap buih
Nias yang kental.
yang timbul dari deburan air berwarna biru khas yang menyentuh tubuh
Saya sendiri masih mencoba menarik logika bagaimana mungkin saya. Karena sungkan, saya memutuskan untuk sekedar menyibakkan
di tengah cuaca terik yang bahkan tanpa ada awan seperti ini akan ada tangan saya ke dalam aliran air yang beriak terkena hempasan laju
badai. sekoci.
Dan benar saja, di tengah perjalanan menuju pulau kedua, pulau Sepanjang perjalanan dari kapal menuju bibir pantai Pulau Wunga,
Wunga, badai datang. Dari dalam kabin, saya bisa merasakan kapal kami disuguhkan dengan pemandangan berbagai biota laut yang lalu
terombang ambing cukup keras ke kanan, ke kiri, naik ke atas, lalu lalang dan deretan karang laut indah yang berlenggok terkena ombak.
dibarengi suara ombak saat kapal terhempas kembali ke bawah. Dalam sekejap, ketakutan atas badai tadi malam menguap entah
Setelah dua jam dalam suasana mencekam seperti itu, akhirnya Mualim kemana tertimpa pesona yang seolah percikan surga ini.
memberitahu seluruh awak kapal bahwa kita sudah melewati wilayah
Sesampainya di bibir pantai, kami masih harus berjalan lagi selama
badai dan Pulau Wunga akan dapat ditempuh dalam waktu tujuh
kurang lebih lima menit untuk sampai area komplek Menara Suar
jam lagi. Waktu yang cukup untuk tidur sambil sedikit demi sedikit
Pulau Wunga. Disana kami disambut oleh empat orang yang tampak
melupakan trauma diterjang badai yang barusan saya alami.
sudah menanti kedatangan kami. Mereka adalah empat orang yang
Keesokan harinya, Pulau Wunga terlihat. Tim kembali bersiap ‘sengaja ditinggalkan’ untuk menjaga menara suar ini. Bukan hanya
Tim menuju lokasi objek penilaian satu atau dua minggu, melainkan selama enam bulan mereka harus
hidup di pulau kecil tanpa penduduk yang berjarak satu malam dengan
pulau berpenduduk terdekat. Kemudian, Setiap satu bulan sekali
Kapal Motor ini akan berkelilingi menghampiri pulau pulau terpencil
yang dihuni oleh penjaga mercusuar ini untuk memberikan logistik.
Itu artinya, setiap satu bulan sekali, para pelaut ini kemungkinan akan
menghadapi badai seperti tadi malam. Artinya lagi, kesampingkan soal
logistik yang terbatas, para penjaga ini hanya memiliki kesempatan satu
bulan sekali untuk dapat bertemu orang lain. Benar benar tidak bisa
saya bayangkan.
2. Bertaruh Nyawa
menikmati sedikit demi sedikit gurihnya daging ikan bakar serta
segarnya kelapa muda, tak ketinggalan ditemani semilir angin pantai,
terik panas matahari yang ramah, dan merdunya suara burung cemarai.
Simponi keindahan tersebut ditutup dengan mentari di ujung cakrawala Ke Pos Batang Long Apari
tanda bahwa kami harus segera kembali ke kapal dan mengubah haluan oleh: Slamet Trijendra
KPKNL Balikpapan
untuk kembali ke Dermaga Sibolga.
....
K
ami terkejut saat seseorang di ujung telpon menyebut angka
Dengan latar temaramnya senja dan riuh rendahnya ombak beradu,
Rp 28 juta saat menawarkan jasanya untuk mengantarkan
saya tersenyum. Ada berjuta rasa bangga yang bergemuruh dalam dada.
kami menuju Long Apari. Sebuah kampung paling ujung
di Kalimantan Timur berjarak sekitar 400 KM dari Barong Tongkok
ibu kota Kab. Kutai Barat dimana di situ terdapat Tanah TNI AD yang
di atasnya berdiri Pos Pengawas perbatasan Indonesia Malaysia. Tanah
tersebut tercatat pada Simak BMN Zidam VI/Mulawarman. Untuk
menuju ke lokasi tersebut lebih mudah dan dapat diperkirakan waktu
perjalanannya jika dilalui lewat jalan air. Jalur darat masih dalam tahap
pembukaan, sehingga masih jalan tanah. Saat itu, jadwalnya wilayah
Kodim Kutai Barat untuk dilakukan Revaluasi dimana wilayahnya
meliputi Kab. Kutai Barat dan Mahakam Hulu. Untuk Wilayah
Mahakam Hulu asetnya bertebaran di Desa Tepi Sungai Mahakam
dan yang terjauh adalah Desa Long Apari. Untuk menyusuri aset
menyebutnya riam panjang. Bila air sangat surut, maka riam panjang perahu mereka terbalik dan satu anggotanya hilang diseret arus
semakin sulit dilewati karena banyak batu-batu besar di dasar sungai.
Kembali perahu, kami melaju kencang menembus jeram ganas
menurut berita di internet pada tanggal 02 April 2018 ada kapal milik
tersebut. Perahu bergoyang ke kiri dan kanan. Tubuh terempas ke lantai
Pak Kacing karam terhantam batu di riam Panjang (http://kabarkubar.
perahu. Pakaian kembali basah kuyup terciprat air. Dalam ketegangan
com/tabrak-batu-di-riam-panjang-speedboat-ambo-dalle-karam/) ,
hanya berdoa dan berdoa terus saja yang bisa dilakukan sambil kembali
menjadikan hati kami lebih was was, karena kapal yang kami tumpangi
melihat raut muka sang motoris. Tidak ada raut ketegangan sang
juga kita sewa di Pak Kacing. Perahu kami melaju kencang menembus
motoris menjadikan kami cukup tenang mengarungi riam. Hati terasa
jeram ganas itu. Perahu bergoyang ke kiri dan kanan. Tubuh kembali
lega ketika telah berhasil melalui Riam tersebut dan akhirnya sampailah
terempas ke lantai perahu. Pakaian basah kuyup terciprat air. Dalam
kami di Pos Batas Ri Malaysia di Desa Long Apari. Desa ini pernah
ketegangan, hanya berdoa dan berdoa terus saja yang bisa dilakukan
mengancam pindah ke Malaysia karena merasa tidak diperhatikan.
sambil melihat raut muka sang motoris. Tidak ada raut ketegangan sang
Bensin sebagai bahan bakar perahu yang sangat vital yang meruapakan
motoris menjadikan kami cukup tenang mengarungi riam Panjang.
satu satunya alat transportasi sempat di harga Rp25 ribu mengakibatkan
Dan akhirnya, kami bisa bernapas lega setelah riam panjang bisa dilalui
harga kebutuhan pokok menjadi sangat mahal harga beras per 25 kg
dengan selamat. Sampailah kami di Long Pahangai untuk berlabuh
dibanderol harga Rp600 ribu. Dengan kebijakan pemerintah BBM
sebentar mampir di Koramil Long Pahangai untuk melakukan kegiatan
satu harga menjadikan harga bensin di pom bensin pertamina tepi
revaluasi terhadap beberapa aset di wilayah Koramil Long Pahangai.
sungai sama dengan harga BBM di Barong tongkok yaitu Rp6.500
Setelah selesai perjalanan dilanjutkan dan pada pukul 17.30 WITA,
sehingga menjadikan harga kebutuhan pokok dan barang barang ikut
sampailah kami di Tiong Ohang ibu kota Kec. Long Apari. Berhubung
waktu sudah malam maka diputuskan untuk menginap di Tiong
Ohang untuk kemudian besoknya dilanjutkan menuju pos Batas
Longapari yang masih dua jam perjalanan lagi. Di Tiong Ohang, kami
mampir ke Koramil Long Apari untuk melakukan revaluasi terhadap
aset tersebut. Ada suatu yang berbeda Di Tiong Ohang dimana jam
masih menggunakan Waktu Indonesia Tengah namun jam di HP
menggunakan Waktu Indonesia Barat. Listrik hanya hidup dari jam
17.00 s.d. 23.00 Wita.
turun drastis. sambil melongokan kepalanya keluar kapal, untungnya hujan deras
hanya sebentar. Semakin malam semakin gelap alur sungai Mahakam
Waktu menunjukan pukul 10.00 WITA, kami harus segera kembali
jika ada titik titik lampu rumah penduduk yang terlewati perasaan terasa
setelah melakukan kegiatan penilaian atas tanah pos batas tersebut
agak lega karena jika terjadi sesuatu pasti dekat perkampungan.
karena untuk menghindari malam di jalan. Jika malam masih di sungai
akan sangat berbahaya karena speed boat bisa menabrak batang kayu Dalam ketegangan, tiba tiba motoris membanting setir kekiri dan
yang hanyut tidak terlihat. Riam demi riam dan ketegangan demi memperlambat laju speed boat-nya, menjadikan sebagian penumpang
ketegangan bisa kami lalui lagi dan sampailah kami di Long Bagun titik berjatuhan, ternyata ada sebuah kapal tidak berlampu melintas
awal pemberangkatan ke Long Apari, disitulah kami istirahat dan ganti memotong jalur, beruntung sang pengemudi cekatan sehingga terhindar
speed boat yang lebih kecil menuju tering, waktu menunjukan pukul dari tabrakan. Suasana semakin mencekam sambil mengamati
15.00. Karena masih harus mengurus pembayaran dengan pemilik pergerakan kapal lewat aplikasi GPS melalui handphone, sambil
kapal, dengan salah satu anggota Tim keliling keliling mencari ATM berharap dan berdoa, semakin mendekati titik akhir semakin senang.
di long Bagun menjadikan kami harus berangkat pukul 16.00 sehingga Lebih senang lagi ketika sudah terlihat banyak kehidupan di tepi sungai
pasti kena malam di jalan. karena pertanda Pelabuhan Tering tempat awal pemberangkatan
sudah dekat. Dengan penuh rasa syukur yang tak terkira akhirnya kami
Dua jam perjalanan waktu menunjukan pukul 18.00 WITA hari
bisa mendarat di Pelabuhan Tering dengan selamat dan kembali ke
mulai gelap pemandangan di alur sungai sudah mulai temaram, motoris
penginapan di Barong Tongkok ibukota Kutai Barat.
sudah mulai menyalakan lampu depan speedboat agar bisa melihat
barangkali ada batang kayu yang hanyut. Hari semakin gelap angin
semakin kencang, tiba tiba sang pengemudi membantingkan setir ke kiri
sehingga sebagian penumpang terjerembab. Ada batang kayu nongol
tiba-tiba katanya, kami semua semakin tegang. Pelampung segera
dibagikan, bahkan pengemudi dan anggota TNI pun ikut memakainya
juga. Menurut motoris, ada 2 bahaya jika naik speed boat malam yaitu
batang pohon yang hanyut dan daratan sungai yang berbelok. Sang
motoris mengalami dilema dengan lampu. Jika lampu dinyalakan
maka tepian sungai tidak kelihatan sehingga jika tidak tahu jika sungai
berbelok, namun kalau lampu dimatikan maka kapal maupun batang
kayu yang ada di depannya tidk bisa terlihat, sehingga harus sekali
kali mematikan dan menyalakannya, terlebih lagi disertai hujan
deras menjadikan pemandangan semakin kabur. Suasana semakin
tegang masing masing terdiam dengan perasaan berdebar debar. Sang
pengemudi pun terlihat tegang agar tidak terlihat kabur ia mengemudi
3. Para “Penjaga” ternyata kambuh lagi. Aku minta diantar menuju kamar saja. Ternyata
sakit maagku ini lebih parah dari kejadian subuh tadi. Aku merasa
yang Mati di Tangan Pencuri meriang, keringat dingin dan gemetar hebat. Aan memaksaku minum
obat yang sudah kusiapkan dalam kantong plastik kecil di dalam
oleh: Muhiddin
KPKNL Ternate ranselku. Obat yang kuminum ada 3 jenis, tapi kumuntahkan kembali.
Lambungku tidak menerima. Aku cuma pasrah. Istrahat. Dengan
mengurangi gerakan berharap maagku tidak kumat.
H
ari itu Senin pagi, jam 7 lewat 5 menit, hilir mudik di beberapa kata umpatan dari rekan setimku, Luqe dan Aan ketika masuk
hadapanku para petugas Disnav Makassar sedang di dalam kamar yang baru saja tiba ke atas kapal dari melaksanakan
mempersiapkan pemberangkatan. Terdengar klakson survei. Ada apa? Tanyaku. Mereka menyesalkan bahwa ternyata di
kapal dan himbauan dari nakhoda kapal yang meminta agar awak pulau Bangkauluang lampu suarnya tidak berfungsi karena aki dan
kapal mempersiapkan pemberangkatan tanpa menanggalkan peralatan solar selnya dicuri orang. Bukan hanya di pulau Bangkauluang, ternyata
pengamanan. Aku tetap tak menghiraukan, dan sepertinya anggota hal yang sama terjadi juga sebelumnya di Pulau Lanyukang. Akinya
timku Luqe dan Aan begitu enjoy. Asik selfie dan upload status di
Tim merencanakan perjalanan
media sosial. Aku cuma duduk di dekat dermaga, tidak mau terlalu
banyak bergerak. Bukan karena berat melaksanakan tugas, tetapi perih
lambung yang amat terasa menyiksa beberapa waktu, terdengar lagi
bunyi klakson kapal, menandakan kapal harus siap untuk berangkat.
Aku tertegun sejenak membaca tulisan KN De Brill pada lambung
kapal. Nama kapalnya kok mirip bahasa Belanda yah? tanyaku dalam
hati sambil kunaiki anak tangga menuju ke anjungan karena di geladak
para ABK sedang sibuk mempesiapkan pelayaran. Angin di anjungan
cukup kencang. Gawat! Bukan masuk angin yang kutakutkan. Maagku
hilang dicuri. Menurut ke ground sebagai penangkal petir juga hilang. Nampak bekas-bekas
para penjaga menara dan gergajinya. Miris. Lagi-lagi menara suar tidak terjamin keamanannya
dibenarkan oleh teknisi walau dia berada di pulau yang berpenghuni. Malam harinya KN De
Disnav bahwa yang Brill melanjutkan perjalanan. Esok harus melakukan survei di Pulau
paling sering hilang dicuri Langkoitang.
adalah Aki. Menara suar
Pulau Langkoitang adalah pulau yg berpenghuni. Sama seperti pulau
yang berdiri diatas pulau
Kapoposang Bali. Saya tidak berharap banyak bahwa menara di Pulau
yang tak berpenghuni
ini bisa lebih baik dari Pulau Kapoposang Bali. Aku sempat bertanya
selalu dipastikan aki
ke salah satu ABK yang malam itu sedang asyik memancing dari atas
KN. De Brill dan solar selnya selalu
geladak. Katanya Pulau Langkoitang beda. Disana ada mitosnya. Aku
hilang. Pelakunya-pun
bertanya lebih lanjut. Mitos seperti apa?. Dia hanya tersenyum sambil
dipastikan dari para nelayan karena aki tersebut mereka dapat gunakan
mengatakan “lihat saja besok pak”. Aku tambah penasaran.
diatas kapal. Para pencuri yang egois mementingkan diri sendiri. Tidak
memahami pentingnya lampu suar yang memandu para nelayan pada Utuh. Ternyata komponen-komponen di menara suar ini tidak
malam hari sekaligus mengamankan navigasi kapal dari bahaya batu ada yang hilang. Cuma aki yang sudah kurang bagus sehingga perlu
karang. diganti lagi dengan aki yang baru. Setelah kukorek keterangan dari
aparat dan penduduk desa setempat, bahwa ada mitos yang selama
Destinasi selanjutnya adalah pulau Kapoposang Bali. Menjelang
ini masih diyakini penduduk setempat termasuk penduduk dari pulau
petang, KN De Brill melepas sauh di perairan dekat pulau Kapoposan
sebelah, bahwa siapa yang berani mendekati menara suar, maka
Bali. Dari kejauhan, nampak Gunung Rinjani. Pulau Lombok ternyata
resikonya adalah mati. Jangankan mencuri, mendekati saja bisa mati.
dekat. Hal yang paling menggembirakan adalah, setelah sepekan lebih
Mengapa mitos ini masih bertahan hingga sekarang?. Ternyata kejadian
telepon selulerku tidak tersambung dengan jaringan seluler, ternyata di
dalam beberapa tahun terakhir, setiap lampu tersebut menyala setelah
atas anjungan kapal berhasil menangkap jaringan walaupun sinyalnya
diperbaiki oleh teknisi navigasi dan apabila ada warga yang berani keluar
megap-megap. Malam ini harus istirahat. Besok survei lapangan kami
malam hari dan mendekat di sekitar menara, maka esok harinya akan
lanjutkan.
meninggal. Dan terbukti itu telah dialami oleh beberapa warga pulau.
Pulau Kapoposang Bali adalah pulau yang berpenghuni. Harapku Mitos mistis semakin kuat ditambah lokasi menara yang terletak di
adalah menara suar di pulau ini berfungsi dengan baik, karena samping pekuburan. Ternyata mitos mistis seperti ini turut membantu
pulaunya berpenghuni. Pencuri tidak akan berani beraksi di pulau mengamankan aset negara. Kebetulan yang menguntungkan.
yang ada penduduknya. Apa yang saya harapkan ternyata tidak sesuai
Masih berada di perairan Kabupaten Pangkep, destinasi selanjutnya
kenyataan. Pintu menara gemboknya sudah dirusak. Ketika kami naik
adalah di Pulau Jailamu. Dalam bahasa makassar berarti banyak
ke menara, yang utuh hanya lampu dan solar selnya. Sedangkan aki
nyamuk, dan memang sangat tepat menggambarkan bahwa di pulau ini
sudah hilang. Bahkan kabel tembaga yang berfungsi menghubungkan
merupakan pulau endemik malaria. Sama seperti dengan pulau-pulau
sebelumnya yang telah menuntaskan misi para petugas navigasi untuk melakukan perbaikan
Menara Suar Pulau Jailamu
kami kunjungi. Pulau terhadap rambu suar. Pencuri yang tega. Egois. Begitulah kira-kira
ini tidak berpenghuni, ungkapan kekesalan kami walau tidak ada yang mendengar selain kami
tetapi pemandangan tim penilai dan teknisi menara suar.
alamnya sungguh indah
Hal serupa kami temukan juga di pulau Belang-belang. Pulau
untuk dijadikan objek
yang tak berpenghuni. Bukan hanya aki yang hilang, tapi juga tangga
wisata pantai dan juga
serta pagar pengaman juga hilang oleh para pencuri. Terpaksa harus
sebagai objek fotografi.
menggunakan tali untuk naik ke pintu menara. Tapi teknisi disnav
Di pinggir pantai, berdiri
dapat melakukan perbaikan karena tangga yang berada di dalam
menara suar yang terbuat
menara tidak hilang.
dari pipe beacon. Aku
sudah memprediksikan sebelumnya bahwa pasti aki dan komponen- Menara suar dan rambu suar adalah penjaga. Aset negara yang
komponen rambu suar sudah hilang dicuri, sehingga kami beserta bertugas menjadi penjaga
Menara Suar
teknisi navigasi menurunkan semua spare part ke sekoci. Tapi alangkah keselamatan navigasi di laut. Patut De Brill
terkejutnya setiba di menara. Bukan karena pintu menara yang sudah disesalkan bila para penjaga ini
dirusak gemboknya. Juga bukan karena aki dan seluruh perlengkapan harus mati ditangan para para
rambu suar yang hilang. Tetapi tangga yang berada di dalam menara. pencuri yang tidak bertanggung
Tangga yang terbuat dari aluminium kurang lebih sepanjang sepanjang jawab.
18 meter juga hilang dicuri. Padahal tangga tersebut dipasang secara
permanen. Para pencurinya bukan hanya mahir menangkap ikan
De Brill
dengan jala, tapi juga lihai memotong tangga dengan gergaji.
Ditengah-tengah petualangan
Mau tidak mau, suka atau tidak suka lampu suar harus bisa
kami melaksanakan survei
menyala. Sumber energi yang berupa aki dan papan sirkuit solar cell
dan penilaian dari 21 pulau,
harus dipasang di menara, sehingga teknisi disnav pun kembali ke
kami menyempatkan untuk
kapal dengan menggunakan sekoci untuk mengambil tangga lipat,
mengunjungi salah satu menara
namun setelah dicoba ternyata, tangganya tetap tidak cukup panjang
suar tertua di Indonesia. Menara
untuk menjangkau hingga bagian atas menara. Cara lain pun telah
suar ini tidak berdiri di atas tanah,
dicoba, yaitu dengan menggunakan tali, tapi gagal karena menara
melainkan di atas batu karang
ini dirancang berbentuk seperti pipa dan terbuat dari fiber sehingga
sehingga bukan objek penilaian
tidak mendukung untuk menggunakan tali. Dengan perasaan kecewa,
yang harus kami lakukan
terpaksa kami hanya kembali menaiki sekoci dan menuju ke KN De
surveinya.
Brill dengan hanya menghasilkan berita acara survei, tanpa sekaligus
4. di Pulau Garam
Revaluasi BMN
Terjawab sudah pertanyaanku ketika diawal pemberangkatan,
bahwa nama kapal milik kantor Disnav Makassar KN De Brill
ternyata berasal dari menara suar yang bernama De Brill. Menara
suar legendaris yang didirikan sejak zaman kolonial Belanda tahun
1886. Menara yang berdiri di atas batu karang bernama Karang Taka oleh: Dwi Agung, Widhi, Hanif
Rewatayya. Menara yang kokoh berdiri dengan struktur baja yang kuat KPKNL Pamekasan
namun tidak mampu menyembunyikan betapa uzur usia menara ini.
Aku hanya bisa menduga, bahwa pastinya menara ini sangat penting
memberikan kontribusi demi keamanan navigasi laut. Bisa jadi telah
banyak kapal-kapal milik belanda yang karam karena keganasan Karang
Taka Rewatayya dalam misinya mengarungi jalur rempah-rempah di
bagian timur Nusantara sehingga Belanda harus membangun menara
suar di karang ini.
W
langit-langit dan rangkaian rangka baja. Jaringan seluler tidak tersedia. ilayah kerja KPKNL Pamekasan meliputi 4 (empat)
Yang ada hanya perangkat radio yang terhubung dengan kantor Disnav kabupaten di Pulau Madura antara lain Bangkalan,
di Makassar. Menurut cerita salah seorang penjaga menara, dahulu ada Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Terdapat
yang meninggal di menara, karena sulitnya komunikasi dan kondisi beberapa lokasi dengan aksesibilitas yang cukup sulit terutama di wilayah
gelombang laut yang ekstrim sehingga baru pada hari ke-3 jenazah kepulauan Kabupaten Sumenep yang meliputi Pulau Sapudi, Pulau
sang penjaga menara dapat dijemput oleh kapal. Bulan puasa hingga Raas, Pulau Gayam, Kepulauan Kangean dan Kepulauan Masalembu.
hari lebaranpun mereka jalani di menara. Para penjaga menara kadang Madura sejak dahulu terkenal dengan sebutan Pulau Garam dan daerah
memplesetkan istilah Menara De Brill bukanlah sebagai menara, tetapi yang kering, namun menyimpan potensi cukup besar antara lain berupa
Penjara De Brill. Sangat panjang apabila menguraikan cerita yang minyak dan gas alam yang sampai saat ini masih berproduksi antara lain
terjadi di De Brill. Butuh episode tersendiri untuk menceritakannya. di Pulau Pagerungan – Kepulauan Kangean. Kegiatan revaluasi BMN
Menara suar De Brill adalah aset negara yang berjasa menjaga oleh Tim Penilai KPKNL Pamekasan di Pulau Madura memanfaatkan
keselamatan navigasi laut dan juga sebagai aset cagar budaya yang harus sumber daya yang ada serta memitigasi permasalahan yang mungkin
tetap terpelihara. MARI JAGA ASET NEGARA !!!. muncul sehingga dapat berjalan lancar dan selesai tepat waktu. Banyak
cerita unik dan menarik dari Tim Penilai selama berlangsungnya
kegiatan tersebut yang sebagian dapat kami kemas dalam beragam
cerita sebagaimana disajikan di bawah ini:
Lupakan Apa yang Telah Anda Lihat merupakan target KPKNL Surabaya sedangkan bangunan menjadi
target KPKNL Pamekasan.
“LUPAKAN APA YG TELAH ANDA LIHAT”, slogan ini
mencuri perhatian Tim Penilai Revaluasi BMN pada saat akan BMN tersebut berdasarkan informasi dari satker merupakan bagian
meninggalkan Pangkalan & Gudang Senjata Arsenal TNI AL Batu dari alat vital pertahanan negara dan masuk kategori rahasia Negara
Poron, Bangkalan. Satuan Kerja Arsenal TNI AL Batu Poron adalah sehingga memerlukan proses tersendiri dalam pelaksanaan revaluasi
salah satu satker di wilayah kerja KPKNL Pamekasan yang terletak di BMN. Akibatnya, petugas satker tidak dapat menyampaikan data
Kabupaten Bangkalan. Satker tersebut menjadi target capaian kegiatan yang lengkap yaitu berupa foto objek penilaian sehingga Tim Penilai
Inventarisasi dan Penilaian Kembali BMN Tahun 2018. Pelaksanaan mengalami kesulitan dalam menentukan tipe atau jenis bangunan
revaluasi BMN pada Satker Arsenal TNI AL Batu Poron merupakan dalam menganalisis untuk memperoleh nilai wajarnya. Menghadapi
pengalaman tersendiri serta langka bagi Tim Penilai KPKNL Pamekasan permasalahan tersebut, atas persetujuan dari pihak satker, Tim
mengingat untuk dapat memasuki wilayah tersebut memerlukan Penilai diperkenankan untuk melihat langsung objek penilaian dalam
proses yang cukup panjang. Dimulai dari penyetoran daftar nama tim, radius wilayah terbatas dan mewawancari petugas pendamping untuk
penyampaian persyaratan antara lain fotokopi KTP dan pengisian form. mendeskripsikan objek penilaian lainnya. Tim Penilai harus membagi
Selanjutnya dilakukan proses ijin masuk (screening) dari Komandan waktu untuk kegiatan survei bangunan disela-sela kegiatan survei tanah
Armada Republik Indonesia Kawasan Timur TNI AL Tanjung Perak pada beberapa satker di wilayah Kabupaten Bangkalan mengingat untuk
Surabaya dan setelah mendapatkan persetujuan baru kegiatan dapat penilaian bangunan menggunakan metode desktop valuation yang tidak
dilaksanakan. Sungguh memerlukan proses yang cukup panjang untuk memerlukan survei lapangan, namun berdasarkan data pada form
suatu kegiatan di wilayah yang memang sifatnya terbatas. bangunan yang disampaikan petugas satker. Dengan keterbatasan dan
proses tersebut, akhirnya Tim Revaluasi BMN tetap dapat menyajikan
Barang Milik Negara pada Pangkalan & Gudang Senjata Arsenal
nilai BMN yang wajar dan akuntabel. (by : Dwi Agung)
TNI AL Batu Poron berupa tanah dan bangunan, namun untuk
BMN berupa tanah tercatat pada Satker Lantamal V Surabaya yang
Asapok Angin Abental Ombek
Wilayah Kabupaten Sumenep memang cukup unik karena di
samping memiliki wilayah di daratan Pulau Madura, terdapat wilayah
kepulauan dari Pulau Sekala di ujung timur yang berbatasan langsung
dengan wilayah Sulawesi Selatan sampai di Kepulauan Masalembu di
utara yang berbatasan dengan Kalimantan Selatan terhampar di tengah
Laut Jawa.
Penilai KPKNL melayani rute Sumenep – Raas hanya ada 1(satu) kapal dengan jadual
Pamekasan. biasanya 2 minggu sekali.
Tim kami yang Estimasi waktu tempuh perjalanan menuju Pulau Raas sekitar 5
beranggotakan Widhi jam mengarungi ombak laut lepas (Laut Jawa). Kami bersyukur selama
Prasetyo, Handexs dalam perjalanan, ombak bersahabat sehingga perjalanan relatif lancar
Kuswoyo, dan Dian dan tiba sesuai jadwal yang telah ditentukan. Pengalaman dari beberapa
Novianto mendapatkan penumpang kapal yang sempat kami tanya dalam perjalanan, bahwa
tugas melakukan survei pada bulan-bulan tertentu sangat susah menuju wilayah kepulauan
lapangan ke Pulau karena faktor cuaca dan ombak yang tinggi.
Tim penilai memasuki kapal
Talango, Pulau Raas,
Setibanya di Pulau Raas, kami disambut oleh anggota Polsek Raas
Pulau Sapudi, dan Pulau Gili Genting. Keempat pulau ini letaknya
dan mengantarkan kami menuju objek lokasi. Terdapat beberapa
memang berdekatan, namun membutuhkan persiapan yang cukup
objek revaluasi BMN yang harus kami survei pada satker antara lain
matang karena keterbatasan dan kondisi alam yang bisa saja berubah
UPP Sapudi, Polres Sumenep dan KUA Raas.
setiap saat. Sebagai langkah awal, tim melaksanakan koordinasi dengan
satker dan beberapa pihak untuk mencari berbagai informasi antara Selama menyusuri wilayah Pulau Raas, beragam hal yang kami
lain berupa informasi terkait transportasi ke lokasi dan informasi cuaca. jumpai saat itu. Sebagian besar kondisi lahan yang gersang tidak
Selain itu, dilakukan persiapan perbekalan termasuk di dalamnya alat produktif dan kondisi infrastruktur jalan yang rusak (berlubang) sehingga
keselamatan pendukung (pelampung) serta memastikan kesiapan sulit untuk dilalui kendaraan bermotor. Masyarakat pulau tersebut
petugas setempat dimana objek penilaian berada. Berdasarkan kebanyakan berprofesi sebagai nelayan yang ikan tangkapannya dijual
informasi bahwa untuk menuju ke wilayah kepulauan hanya dapat di di kota-kota yang ada di Pulau Bali karena selain jarak yang lebih dekat,
akses lewat laut menggunakan kapal penyeberangan (dengan jadwal harga jualnya juga lebih baik. Saat berjualan, mereka biasanya sekaligus
terbatas), atau menyewa perahu nelayan yang biasanya dengan tarif membeli barang-barang kebutuhan bahkan termasuk bahan untuk
cukup mahal. bangunan sehingga sering dijumpai bangunan rumah penduduk yang
kokoh dengan ornamen etnik khas Bali. Di pulau ini juga dijumpai
Pagi setelah subuh di Selasa, 23 April 2018 tim bergerak memulai
beberapa bangunan yang kosong tidak berpenghuni karena ditinggal
perjalanan. Diawali dari Kota Sumenep tempat kami bermalam
merantau bekerja di luar pulau untuk memperoleh kehidupan yang
menuju Pelabuhan Kalianget, tempat sandar kapal dan menyesuaikan
lebih baik. Salah satu kondisi Pulau Raas yang cukup ironis adalah
dengan jadual keberangkatan menuju Pulau Raas. Kapal yang kami
sampai saat ini belum tersentuh listrik dari PLN. Bila matahari mulai
naiki ternyata tidak hanya mengangkut penumpang tetapi berbagai
tenggelam, maka kesunyian sangat terasa karena penerangan yang tidak
macam barang bahkan harus berbagi tempat dengan hewan ternak
memadai. Dari sudut-sudut rumah hanya ada lampu tempel dan lampu
peliharaan (sapi, ayam, kambing, dll) dan kendaraan. Kapal penuh
penerang dari aki yang menerangi Pulau Raas. Di sini tidak ada suara
sesak disebabkan armada kapal penyeberangan yang tersedia untuk
bising kendaraan bermotor, tidak ada hiruk pikuk televisi atau suara
rambu suar dan pergantian personil jaga. besar berasal dari Pulau Sulawesi bahkan bahasa sehari-hari bukan
menggunakan bahasa madura tetapi bahasa Makasar (Buton, Bugis,
Dalam perjalanan menuju ke Pulau Sekala, kami sempat
Selayar, Makassar).
menghadapi situasi yang mencekam karena mesin kapal mati di selatan
Pulau Sepanjang bahkan beberapa panel pendukung pada kemudi Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya pernah sampai
kapal tidak berfungsi dengan baik serta ombak cukup besar dan ke salah satu pulau di ujung timur wilayah Kabupaten Sumenep.
dapat mengakibatkan kapal karam atau terbalik. Bagi kami yang tidak Sebagian orang Sumenep belum tentu pernah mengenal atau datang
terbiasa dengan kondisi tersebut hanya bisa terdiam bercampur gelisah, ke sini. Tempat yang jika dilihat dari peta wilayah Indonesia, mungkin
berharap segera bisa pulih kembali. Berkat Kapten dan Kru kapal lebih tepat masuk di zona Waktu Indonesia Tengah (WITA). Hal
yang berpengalaman serta lindungan dari Yang Maha Kuasa, akhirnya ini menyadarkan kita bahwa Indonesia memang bagaikan permadani
permasalahan dapat diatasi dan kami dapat melanjutkan perjalanan dengan pulau-pulau nan indah yang tersebar di dalamnya. Sudah
menuju ke lokasi tujuan. selayaknya kita menjaga dan memanfaatkannya untuk kemakmuran
rakyat Indonesia. (by : Hanif)
Setibanya di dekat Pulau Sekala, kapal tidak bisa sandar mengingat
tidak ada dermaga yang memadai, sehingga kapal berlabuh jauh di
lautan lepas sehingga Tim harus turun menggunakan sekoci. Kemudian
dilanjutkan berjalan dengan ketinggian air laut sepinggang orang dewasa
menuju pantai yang jaraknya mencapai kurang lebih 2km. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kerusakan sekoci karena kondisi pantai
yang banyak karang serta berbatu.
5. Harus Selesai
tanah mereka di wilayah Kutai Timur. Sampai di Samarinda perjalanan
kembali dilanjutkan menggunakan mobil sewa melewati Bontang dan
sampai di Sangatta yang dikenal sebagai ibu kota Kabupaten Kutai
Apapun Kondisi dan Rintangannya
Timur pada sore hari.
oleh: Cliff
KPKNL Balikpapan Beristirahat semalam di Sangatta, keesokan paginya Kodim
Sangatta menjadi tujuan pertama kami. Beruntung karena saat kesana
seluruh Danramil (Komandan Koramil) di wilayah Kodim Sangatta
sedang mengikuti upacara dipimpin oleh Dandim (Komandan Kodim)
Sangatta. Betul saja, kami mendapatkan sambutan dan kordinasi yang
baik dari Dandim. Sebaran aset TNI yang harus kami tinjau tersebar
di kecamatan Sangatta, Sangkulirang, Muara Wahau, Muara Ancalong
dan Muara Bengkal. Dari hasil kordinasi kami mengetahui medan yang
cukup sulit untuk ditembus dengan kendaraan yang kami pakai adalah
Kecamatan Muara Bengkal dan Muara Ancalong. “Jalan kesana sangat
rusak dan sebagian besar masih berupa tanah lumpur sehingga sulit
dilalui tanpa mobil dobel gardan,” seperti itu gambaran dari Danramil
berdasarkan pengalamannya. Beruntung pihak Kodim Sangatta
M
asih belum hilang lelah sejak perjalanan ke Samarinda bersedia memfasilitasi kendaraan tersebut dan hari itu disepakati
dan Kutai Kartanegara, kali ini kami harus kembali perjalanan akan dilanjutkan besok hari menuju Muara Bengkal dan
untuk melewati daerah tersebut untuk bisa sampai ke Muara Ancalong.
wilayah Kutai Timur, salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Waktu menunjukkan pukul satu siang kami pamit untuk
Kalimantan Timur, menyelesaikan target revaluasi aset di tahun meneruskan perjalanan ke Koramil Sangkulirang yang berjarak lima
2018. Tugas kali ini memang membutuhkan tenaga ekstra dalam jam perjalanan dari Sangatta. Kondisi jalan darat menuju Sangkulirang
pelaksanaannya mengingat objek revaluasi yang harus disurvei adalah terbilang relatif aman walaupun tidak dapat dibandingkan dengan jalan
aset tanah milik TNI yang berjumlah ribuan dan sebarannya yang perkotaan yang biasa dilalui pada umumnya. Sesekali jika kendaraan
sampai ke wilayah-wilayah pelosok. sedang dalam kecepatan lumayan tiba-tiba saja kami terkaget karena
Perjalanan dimulai Minggu pagi itu. Dari Balikpapan, kami bertiga kendaraan menginjak lubang. Menurut cerita yang kami dapatkan dari
yang tergabung dalam tim penilai bergegas untuk menempuh perjalanan masyarakat sekitar saat mampir di warung makan ketika beristirahat
darat menggunakan travel selama 3 jam menuju Samarinda. Samarinda jalan seperti ini karena mobil-mobil perusahaan yang bertonase besar
menjadi meeting point kami dengan tim dari Satuan Kerja Denzibang melintas sehingga mempercepat kerusakan jalan. Kami juga melewati
I Samarinda yang akan mendampingi kami menunjukkan lokasi aset beberapa jalan yang memang awalnya dirintis oleh perusahaan sawit
Sebanyak 4 lokasi tanah yang kami kunjungi di wilayah ini, salah sehingga sulit dilewati, kira-kira seperti itu penjelasan personel TNI
satunya berada di Desa Nehes Liah Bing, salah satu desa adat yang yang mendampingi kami sebelum mobil mulai jalan.
masih kental dengan budaya dan adat suku Dayak. Rumah dan
Perjalanan dimulai, tidak terasa dua jam berlalu walaupun
bangunan yang berada di desa ini tampak terlihat banyak dihiasi dengan
perjalanan tidak terasa nyaman karena getaran yang kuat di dalam
ukiran dan motif yang khusus menjadi ciri khasnya.
mobil akibat melewati jalan tanah yang tidak mulus dan bergelombang.
Setelah keempat lokasi tersebut kami selesaikan kami kembali ke Lalu tiba-tiba terjadilah mobil seperti perlahan kehilangan kecepatan
koramil Muara Wahau untuk memantapkan rencana kami, persiapan dan akhirnya berhenti, melihat kiri dan kanan serta tidak pasti sampai
untuk menempuh wilayah yang paling sulit untuk di tempuh di Kutai berapa kilometer lagi adalah kawasan hutan tanpa penghuni. Setelah
Timur yaitu Muara Bengkal dan Muara Ancalong. Lewat sambungan dicek kopling mobil ternyata blong akibat minyak/olinya tumpah keluar
telepon, kami mendapat informasi salah satu personel TNI sudah siap sehingga kopling tidak dapat berfungsi dan pasti mengakibatkan mobil
dengan mobil dobel gardan menunggu kami di Rantau Pulung yang tidak dapat jalan. Getaran yang kuat sepanjang perjalanan bisa jadi
juga merupakan salah satu kecamatan di Kutai Timur. penyebab kondisi ini menurut supir yang membawa kami.
Sampai di tempat pertemuan, kami meninggalkan mobil yang Pertolongan pertama yang terpikirkan adalah menelepon dan coba
kami kendarai sebelumnya dan diganti dengan mobil dobel gardan menghubungi bantuan terdekat, tetapi ternyata lokasi kami mogok saat
yang sudah disediakan pihak TNI. Jarak menuju Muara Bengkal dari ini tidak ada sinyal sama sekali. Ada masyarakat yang kebetulan lewat
Rantau Pulung masih sekitar lima jam lagi, dan sepanjang perjalanan kami mintai bantuan untuk membawa salah satu dari kami ke bengkel
melewati jalan rintisan perusahaan yang masih berupa tanah dan atau montir terdekat supaya bisa memperbaiki mobil kami, dan lagi-lagi
tidak mulus. Ada dua titik yang mesti kami waspadai di jalan yang usaha kami sia-sia karena peralatan dan alat untuk memperbaiki mobil
berlumpur itu. Kami siapkan stamina dan tenaga kalau-kalau mobil kami juga tidak tersedia di tempat yang dimaksud.
macet dilumpur karena kondisi cuaca yang kemarin baru saja hujan
Hari hampir gelap, belum ada kejelasan bagaimana cara melanjutkan
sehingga kemungkinan besar tanah menjadi basah dan berlumpur
perjalanan, komitmen kami bahwa apapun kondisi dan rintangan yang arah berlawanan terlihat mobil yang dipenuhi lumpur, pak Darmansyah
harus dilalui kami harus tetap dapat sampai ke Muara Bengkal untuk menyapa kendaraan tersebut sembari bertanya kondisi jalan. Jangan
menyelesaikan tugas revaluasi. Dari kejauhan terlihat ada kendaraan ke pinggir lebih aman ditengah, kira-kira seperti itu instruksi dan
berplat merah mendekat, ketika kami minta untuk menepi mobil jawaban yang kami dapatkan. Rupanya mobil yang dipenuhi lumpur
itu berhenti dan dari dalam turun bapak paruh baya mengenakan itu baru saja berhasil keluar setelah sebelumnya sempat terjebak di
topi. Sambil menanyakan kondisi kami, beliau terlihat khawatir dan lumpur. Bertanya-tanya dalam hati seperti apa jalan yang bakal kami
menawarkan tumpangan untuk ikut dengan mereka, tujuan mereka lewati nanti, tidak berselang 10 menit jalan tersebut ada di depan kami.
juga sama menuju kecamatan Muara Bengkal. Berhenti sejenak, Pak Darmansyah turun memastikan kondisi dan
mengambil ancang-ancang untuk melaju, memang keahlian berkendara
Rencana kami adalah dua orang ikut dengan mobil tersebut ke
saja tidak cukup melewati jalan ini, pengalaman juga menjadi kunci
Muara Bengkal untuk menyelesaikan tugas revaluasi, selain itu yang
utama untuk berhasil melewatinya. Roda mulai berputar dalam kabin
juga penting dapat segera menelpon bantuan ketika sampai ke daerah
terasa bergoyang ke kiri dan kanan, sempat kewalahan memutar
yang memiliki sinyal telepon atau handphone agar segera ke lokasi
kemudi dan mengatur kecepatan gas, syukurlah akhirnya mobil kami
tersebut dan menarik atau memperbaiki kendaraan yang kami pakai.
berhasil keluar dari jalan berlumpur itu. Waktu menunjukkan jam 9
Ada perasaan khawatir meninggalkan teman
malam kami sampai di Koramil Muara Bengkal, lalu segera mencoba
tim yang lain menunggu di tengah hutan
menelpon teman tim yang lain yang masih terjebak di tengah hutan.
tetapi sesuai kesepakatan dan komitmen
Sampai beberapa kali percobaan akhirnya sambungan telepon berhasil
bersama tugas revaluasi ini harus tetap selesai
masuk dan syukurlah mereka sudah beranjak dari lokasi awal dan
dilaksanakan dengan beragam pemecahan
saat ini berada di pemukiman penduduk setempat sambil menunggu
masalahnya di lapangan.
mekanik dari Sangatta datang dan memperbaiki mobil.
Sepanjang perjalanan dengan pak
Keesokan paginya, kami yang sudah sampai ke Muara Bengkal
Darmansyah (bapak yang memberi kami
segera menyelesaikan survei lapangan di Muara Bengkal dan Muara
tumpangan) banyak cerita dan pengetahuan
Ancalong. Rupanya dari informasi yang kami dapatkan dari pihak
baru yang kami dapatkan tentang Kutai Timur
Koramil dan mobil sewa dari Muara Bengkal sebetulnya ada jalur pintas
dan Kecamatan Muara Bengkal khususnya.
yang bisa ditempuh hanya selama kurang lebih lima jam melewati jalur
Banyak informasi yang beliau ketahui ini tidak
kawasan Hutan Tanaman Industri apabila kondisi cuaca sedang baik
terlepas dari jabatannya yang ternyata adalah
dan bisa langsung sampai ke Samarinda. Hal tersebut langsung kami
sebagai Camat Muara Bengkal dan itu alasan
kordinasikan dengan teman-teman tim yang lain, dan akhirnya pada
mobil yang beliau kendarai berplat merah.
sore hari kami semua berhasil berkumpul kembali di meeting point
Hari sudah gelap dan sesaat lagi kami kami awal di Samarinda untuk bersiap-siap pulang menuju Balikpapan.
mendekati titik jalan tanah berlumpur yang
Kondisi jalan lumpur yang harus dilalui tim sering membuat mobil sangkut di situ, dari
6. Sepenggal
pada posisi cukup terpencil dengan akses terbatas pada kendaraan
Kisah Reval udara. Untuk masuk ke lokasi dan keluar dari lokasi tersebut, belum
Puncak Papua
ada fasilitas jalanan darat yang terhubung dengan kabupaten lain,
sehingga dari informasi awal saya dapatkan bahwa lokasi tersebut masih
oleh: Yudithia Ariyadie cukup murni dan belum banyak pengaruh peradaban dari pendatang.
KPKNL Biak
Satu hari sebelum tanggal pelaksanaan tugas, saya sudah melakukan
persiapan dokumen dan peralatan untuk digunakan pada saat peninjauan
lokasi. Sebelum menuju ke arah Kabupaten Puncak, kami (saya dan
rekan kerja KPKNL Biak atas nama Asmatriadi Anwar) menginap
satu malam di Nabire untuk melakukan koordinasi pendahuluan
dengan Satuan Kerja Bandar Udara Nabire. Dalam pelaksanaan tugas
ini kami didampingi oleh Pengelola SIMAK atas nama Arwin, kami
lalu meminta gambaran awal mengenai lokasi di mana BMN yang
kami tinjau nanti berada. Dari penuturan Arwin, kami mendapatkan
informasi bahwa keseluruhan objek BMN yang kami perlu tinjau
secara garis besar terletak pada dua lokasi, yaitu di bandara dan di
wilayah pemukiman. Arwin juga menyarankan agar pelaksanaan tugas
P
dilakukan secepat mungkin agar tidak perlu menginap di Kabupaten
ada tanggal 15 Maret 2018, saya dan Asmatriadi Anwar, rekan
Puncak karena kondisi keamanan kurang dapat diprediksi mengingat
kerja di KPKNL Biak, melaksanakan peninjauan lapangan
karakter masyarakat setempat yang masih relatif belum bisa menerima
dalam rangka penilaian kembali BMN pada Satuan Kerja
pendatang.
Bandar Udara Illaga. Tugas ini menjadi salah satu pengalaman yang
paling berharga selama menjalankan dinas pada Direktorat Jenderal Untuk mencapai lokasi tersebut, kami harus menempuh perjalanan
Kekayaan Negara. udara dari Kabupaten Nabire ke Kabupaten Puncak dengan
menggunakan pesawat single engine. Melakukan penerbangan udara
Satu minggu sebelum pelaksanaan tugas, saya diinformasikan
dengan menumpang pesawat single engine dengan kapasitas 10 orang
bahwa menjadi bagian tim revaluasi BMN untuk satuan kerja Bandar
penumpang bukan hal yang baru bagi kami. Diawal tugas kami pada
Udara Illaga. Hal ini kemudian langsung saya tindaklanjuti dengan
KPKNL Biak, kami biasa melaksanakan dinas dengan jenis pesawat
melakukan riset kecil-kecilan tentang lokasi yang akan saya kunjungi.
tersebut. Hal yang menegangkan bagi kami adalah informasi bahwa
Saya mencoba menggali informasi dari beberapa pihak di luar KPKNL
kondisi lapangan udara yang sedikit tidak biasa, dan faktor cuaca yang
Biak, karena belum ada rekan di KPKNL Biak yang pernah sampai ke
sangat menentukan untuk keberhasilan proses take off dan landing
lokasi tersebut. Dari hasil penggalian informasi, saya dapatkan informasi
pesawat.
bahwa Kabupaten Puncak dimana Bandar Udara Illaga terletak, berada
Pagi hari keberangkatan kami pun tiba, pukul 05.30 WIT kami dengan perlengkapan perang berupa panah dan parang panjang yang
menuju ke bandara khusus penerbangan ke daerah pegunungan dalam dibawa masing-masing. Mereka sedang melakukan upacara bakar batu
kondisi hujan. Di sana kami telah ditunggu oleh Arwin, dia menyampaikan dan sedang bersitegang dengan pihak keamanan dari Paskhas TNI yang
informasi bahwa setelah melaksanakan proses peninjauan lapangan, bertugas mengamankan bandara.
kami akan keluar wilayah Kabupaten Puncak dengan menumpang
Tanpa membuang waktu, kami langsung bergegas ke arah wilayah
pesawat twin otter ke arah Timika pada pukul 11.00 WIT karena tidak
pemukiman di mana BMN berupa rumah dinas yang akan kami tinjau
ada penerbangan langsung ke Nabire dari Kabupaten Puncak pada hari
terletak. Kami menumpang mobil dinas Bandar Udara Illaga yang
itu. Pesawat yang kami tumpangi kemudian take off sekitar pukul 06.30
berupa mobil double gardan yang biasa digunakan di wilayah tersebut,
WIT menuju Kabupaten Puncak, dalam perjalanan kami menyusuri
mengingat keadaan jalan yang masih berupa perkerasan dan belum
bentangan hutan lebat dengan pemandangan udara khas Papua yang
ada jalan aspal. Sepanjang perjalanan menuju wilayah pemukiman
menakjubkan. Selama durasi sekitar 1 jam 20 menit menuju lokasi,
saya melihat keadaan sekitar yang masih betul-betul murni dan
keadaan cuaca berangsur-angsur membaik sehingga jarak pandang
belum terjamah akibat akses ke wilayah tersebut yang sangat terbatas.
menjadi cukup baik. Sesaat sebelum memasuki wilayah Kabuaten
Penduduk masih bermukim dirumah tradisional berbentuk lingkaran
Puncak, pesawat yang kami tumpangi melewati celah gunung cukup
dengan satu kubah dia tasnya, terbuat dari bahan-bahan alami khas
sempit, informasi dari pendamping beberapa waktu lalu ada kejadian
rumah penduduk asli pegunungan Papua. Sepanjang perjalanan kami
yang cukup menakutkan bahwa ada pesawat yang menabrak celah
melihat pemukiman masih didominasi oleh jenis hunian tradisional
gunung tersebut ketika mencoba terbang kearah Kabupaten Puncak.
tersebut, bangunan yang modern hanya terbatas pada rumah dinas
Pesawat yang kami tumpangi berhasil melewati celah tersebut karena
bupati dan puskesmas setempat.
kondisi angin yang cukup tenang.
Setelah menyelesaikan peninjauan lapangan terhadap BMN
Setelah kami berada di wilayah udara Kabupaten Puncak, tampak
dimaksud, kami menyempatkan diri beristirahat sejenak sebelum
jelas landasan yang sebentar lagi kami gunakan untuk mendarat.
melanjutkan tugas berikutnya di lokasi bandar udara Illaga. Kami singgah
Setelah melihat langsung dari atas, sekarang saya baru paham mengapa
di warung makan di pinggir jalan dan memesan mie instan sekedar
bandara ini menjadi momok bagi para pilot pesawat. Landasan pesawat
menghangatkan badan untuk mengimbangi udara dingin pegunungan.
tersebut relatif pendek dan berbentuk seperti meja dengan kedua ujung
Ketika selesai makan pagi, kami bergegas menuju ke lokasi terakhir
landasan berupa lembah dengan gunung yang tinggi terletak disisi
untuk menyelesaikan tugas peninjauan lapangan. Suasana di bandara
take off, cukup menakutkan. Saya tidak yakin bahwa pesawat kami,
makin ramai dengan kedatangan makin banyak penduduk asli ke lokasi
walaupun merupakan tipikal pesawat kecil yang tidak membutuhkan
bandara. Belakangan kami mendapatkan informasi bahwa keributan
landasan yang panjang, dapat landing dengan aman di landasan
yang terjadi di bandara disebabkan karena banyak penduduk asli
tersebut, terlebih saya melihat pilot dan co-pilot dalam keadaan sedikit
yang menginginkan difasilitasi terbang menuju Timika karena sedang
tegang. Sesaat setelah touch down dan landing dengan selamat, ketika
ada perang suku yang terjadi antara suku mereka dan suku lain. Yang
turun dari pesawat kami disambut pemandangan cukup menakutkan,
menjadi keributan antara penduduk asli dan pihak keamanan bandara,
di bandara sedang dipenuhi oleh penduduk asli setempat, lengkap
bahwa penduduk asli memaksakan naik ke pesawat dengan membawa hanya sekitar 150-200 meter. Aparat keamanan bandara kemudian
senjata perang berupa panah dan parang panjang. Situasi sangat tegang meminta saya untuk naik ke atas gedung tower pemantau bandara,
antara kedua belah pihak, penduduk asli sudah mulai berteriak dan untuk menghindari dampak keributan yang tidak diinginkan. Ketika
melakukan provokasi dan pihak keamanan berada dalam kondisi siaga, berada di tower pemantau bandara, petugas bandara menyampaikan
lengkap dengan baju dan helm pelindung untuk mengantisipasi kondisi bahwa rekan dari KPKNL dan pendamping dari Satuan Kerja Bandara
paling ekstrim yang mungkin terjadi. Illaga pulang lebih dahulu karena ada kursi kosong yang tersedia di
pesawat yang kebetulan sesaat lagi tinggal landas, selain karena alasan
Dalam waktu relatif singkat, sekitar dua jam, kami berhasil
keamanan.
menyelesaikan tugas peninjauan lapangan sehingga masih tersisa
sekitar satu jam dari jadwal pesawat menuju wilayah Timika yang Jam menunjukkan pukul 11.05 WIT ketika rekan dari KPKNL dan
akan kami tumpangi keluar dari wilayah Kabupaten Puncak. Sambil Pendamping dari Satuan Kerja telah tiba di Bandara Timika, mereka
menunggu waktu keberangkatan, kami diarahkan untuk mengamankan menghubungi saya via telepon menyampaikan bahwa akan ada pesawat
diri disekitar gedung tower pemantau bandara. Saat itu saya meminta terakhir yang akan take off dari Bandara Illaga menuju Timika. Jam
ijin untuk buang hajat di toilet gedung tersebut, saat baru memasuki operasional bandara setempat hanya sampai 11.30 WIT, durasi waktu
toilet saya mendengar pintu diketuk kencang dari arah luar, karena saya menunggu saat itu hanya 25 menit namun terasa seperti berjam-
masih sekitar 1 jam sebelum jadwal keberangkatan, saya awalnya jam lamanya. Jam menunjukkan pukul 11.25 WIT, namun landasan
mengira rekan KPKNL cuma bercanda, saya kemudian menyelesaikan bandara masih dalam keadaan steril, belum ada pesawat yang mendarat
hajat dengan santai. Ketika keluar dari toilet, saya baru sadar bahwa seperti yang diinfokan dari Timika. Saya mencoba untuk tetap tenang,
ketukan waktu saya masih di dalam toilet, ternyata panggilan serius. namun sudah membayangkan akan menginap di tower bandara pada
Saya melihat rekan dari KPKNL Biak beserta pendamping dari Satuan malam itu. Kurang lebih pukul 11.28 WIT, saya mendengar ada
Kerja telah naik di atas pesawat yang sementara melaju di landasan suara pesawat yang mendekat, benar saja kemudian ada pesawat yang
bandara bersiap untuk take off. Seketika pikiran saya langsung kosong, mendarat, saya kemudian bersiap-siap menuju landasan.
saya tinggal sendiri dibandara Illaga, tanpa membawa persiapan apa-apa
Sesampainya saya di landasan, saya kemudian melihat bahwa pesawat
karena backpack saya sudah dibawa lebih dulu ke Timika dan tanpa
yang baru saja mendarat adalah merupakan pesawat yang mengangkut
membawa uang ekstra, karena tidak ada skenario dari awal bahwa kami
material bahan bangunan. Pesawat tersebut hanya dikemudikan oleh
akan menginap di Kabupaten Puncak.
seorang pilot WNI, di mana lumrahnya jenis pesawat tersebut minimal
Keadaan semakin runyam karena keadaan di bandara makin dikemudikan oleh 2 orang yang biasanya WNA. Ada sedikit keraguan
memanas, sekelompok penduduk asli yang tadi bersitegang dengan di dalam diri saya untuk menuju Timika menumpangi pesawat
petugas keamanan bandara dari Paskhas TNI, sekarang mulai bertikai tersebut. Setelah material bahan bangunan telah dikeluarkan dari
dengan sesama penduduk asli yang datang belakangan yang mencoba pesawat, kemudian dipasang satu kursi penumpang untuk saya duduki,
menenangkan mereka. Hal ini membuat saya makin panik karena kemudian pesawat tersebut bersiap untuk take off menuju Timika. Ada
jarak antara lokasi pertikaian mereka dengan tempat saya berdiri sedikit ketegangan dalam pikiran saya ketika pesawat tersebut bersiap
take off, mengingat revaluasi BMN 2018 yang saya alami. Walaupun diawalnya sempat
jarak landasan ketika saya ragu mengenai penugasan ini karena kondisi lapangan yang
saya lihat dari udara ekstrim dan keadaan keamanan yang kurang menentu, namun karena
waktu bersiap landing semangat dan kekompakan dengan rekan di KPKNL Biak serta niat
cukup pendek. Ketika baik melaksanakan tugas secara maksimal, kesulitan yang dirasakan
pesawat tersebut berhasil menjadi lebih ringan. One team, One Spirit, One Goal, KPKNL Biak.
take off, dalam hati
saya bersyukur karena
telah melewati fase
yang cukup berbahaya
menurut saya pribadi.
Di dalam perjalanan
menuju Timika pesawat
yang saya tumpangi
melewati celah gunung
yang cukup sempit,
sesekali saya merasakan
bahwa pesawat tersebut
sedikit oleng karena
tiupan angin yang cukup
kencang. Yang membuat
saya lebih tegang,
dibeberapa spot pesawat
melewati gumpalan awan
tebal disertai hujan yang
membuat pandangan
Foto-foto di Bandara Illaga
dari kokpit blank, seolah
pilot hanya mengandalkan naluri dan menebak arah area bebas dari
celah gunung yang dilalui. Setelah melewati ketegangan melewati blank
spot di jalur keluar dari Kabupaten Puncak, dari kejauhan saya melihat
bandara Timika sehingga pikiran saya menjadi tenang kembali.
Pelajaran yang dapat kami ambil dari kejadian ini yaitu pentingnya
infrastruktur darat dan air era sekarang. Biaya transportasi akan meroket
kalau tidak ada infrastruktur darat dan tol air ke Long Apari. Hampir
saja Tim tidak jadi berangkat karena harga speed boat di luar perkiraan.
Tidak hanya sampai situ, Tim tidak ada yang membawa perlengkapan
B
safety yang memadai, hanya helm dan jaket biasa. “Baju safety yang
ertaruh nyawa menghadapi derasnya arus riam udang dan
dikenakan Tim hanya pelampung biasa dan hanya untuk memudahkan
riam panjang di Sungai Mahakam Hulu di Kabupaten
menemukan jenazahnya saja, tidak bisa untuk menyelamatkan karena
Long Apari, pengalaman yang tidak akan dilupakan oleh
arus riam sungai Hulu Mahakam luar biasa, batu-batu alam yang besar
Tim Penilai Revaluasi BMN Kanwil Kalimantan Timur dan Utara.
(objek wisata batu Tenyang), dan sangat dalam”, kata Komandan
Semua bersyukur karena Tim berhasil pulang dengan selamat ke
keluarga masing-masing. Rasa rindu kepada anak-anak dan istri seperti
sudah ratusan tahun tidak bertemu.
8. Di Pulau Terluar
Perjalanan Revaluasi
tersebut bertujuan untuk manifest penumpang jika terjadi sesuatu ketika
di perjalanan. Saat saya tanya kembali apakah ada asuransi, pegawai
tersebut menjawab tidak ada, hanya untuk data saja. Wow, tidak ada
asuransinya! Meskipun begitu, Tim tidak takut kalau asuransi tidak ada,
yang penting “DJKN Bravo” berkumandang di Sungai Mahakam Hulu, oleh: Kurdi
KPKNL Kupang
Long Apari.
R
sampai pagi listrik padam. evaluasi tahun 2017 – 2018, banyak cerita yang membekas
di benak para pelaku revaluasi. Cerita yang kami sampaikan
Perjalanan revaluasi sangat menegangkan, namun Tim berusaha
ini adalah baru sebagian kecil saja.
untuk tetap santai supaya kegiatan terasa menyenangkan. Tidak lupa,
Tim juga membawa bekal dan obat-obatan selama perjalanan. Makanan Perjalanan kali ini menggunakan Kapal KN Mina milik Distrik
dan alam yang indah membuat Tim merasa perjalanan yang seharusnya Navigasi (Disnav). Hari ini, Tim revaluasi KPKNL Kupang bersama
jauh terasa dekat. dengan Tim Revaluasi dari Satker Disnav Kelas II Kupang, berikut
beberapa kru perawatan menara suar telah memasuki hari kelima
Demikianlah cerita revaluasi “Bertaruh Nyawa Ke Long Apari”.
setelah berangkat dari pelabuhan Tenau kupang tanggal 11 Maret 2018.
Tentunya sangat disayangkan kalau tidak diceritakan dan diabadikan.
Pukul 12, matahari sangat bersemangat memancarkan sinarnya dan
Salah satu aspek penting untuk mendukung kelancaran Revaluasi
seolah menemani kami siang itu. Dari pulau Raijua Kapal berangkat
Aset Untuk Negeri di daerah terpencil adalah pentingya infrastuktur
agak siang karena harus melakukan perawatan di menara suar di pulau
di daerah.
tersebut. Selain itu kondisi perairan di wilayah kerja Disnav Kupang
juga terkenal dengan gelombang tingginya yang ganas. Bagaimana
tidak, laut Nusa menurunkan sekoci harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena
Tenggara Timur apabila ada kesalahan, bisa mengakibatkan resiko yang sangat besar.
(NTT) yang sudah Saat perjalanan di pulau Rote terjadi insiden pada saat menurunkan
sangat terkenal sekoci, tali yang digunakan untuk mengikat sekoci ke crane tiba-tiba
selain keindahannya putus. Untungnya tidak ada korban jiwa, hanya saja bagian depan sekoci
juga tersohor akan menabrak dinding kapal, sehingga pecah dan harus segera diperbaiki.
keganasannya. Pada
Begitu sekoci berhasil diturunkan dan diikat di lambung kapal,
waktu dan musim-
4 orang tim perawatan orang segera menurunkan aki, lampu dan
Kapal KN. Mina musim tertentu,
peralatan perbaikan lainnya ke dalam sekoci. Karena telah biasa,
gelombang di laut NTT bisa mencapai ketinggian antara 4 hingga 5
mereka melompat dari atas kapal ke sekoci dengan ketinggian sekitar
meter. Ketinggian ombak tersebut mampu membuat kapal-kapal
1,5 meter. Sedangkan kami turun ke sekoci sambil duduk agar sekoci
motor kecil nyaris berdiri tegak. Beruntung perjalanan kali ini tidak
tidak goyang dan tidak jatuh ke dalam lautan. Tak lupa juga baju
mengalami hambatan. Ombak cukup bersahabat, laut hanya sedikit
pelampung kami bawa dari atas kapal.
bergelombang. Perjalanan dengan jarak dari pelabuhan Raijua sekitar
45 km dapat ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam. Pulau Ndana merupakan pulau kosong yang tidak berpenghuni.
Pulau ini terletak di sebelah barat daya pulau Sabu. Meskipun kosong,
Pulau Ndana yang kami kunjungi kali ini memiliki nama yang sama
penduduk asli Sabu Raijua masih menganggap pulau ini sebagai bagian
dengan pulau paling selatan Indonesia, yaitu pulau Ndana yang ada di
dari kebudayaan mereka. Dari cerita penduduk ketika melakukan
Kabupaten Rote Ndao. Untuk membedakan, kami biasanya menyebut
survey di pulau raijua, mereka memberikan saran-saran yang mungkin
sebagai pulau Ndana Sabu karena pulau in berada di Kabupaten Sabu
agak susah dinalar. Untuk memasuki pulau Ndana harus mematuhi
Raijua. Mendekati pulau Ndana, kondisi laut masih sangat bersahabat,
aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar. Diantaranya adalah ketika
KN Mina, kapal milik Distrik Navigasi Kupang yang kami pergunakan
turun di pasir pantai,
tidak dapat mendekat ke pulau karena tidak terdapat dermaga. Hampir
kami dilarang
di setiap perjalanan, Kapal hanya berlabuh di tengah laut. Sedangkan
untuk berteriak
untuk menuju daratan, dipergunakan sekoci kayu untuk mengantar
atau bicara keras-
awak kapal atau tim yang akan melakukan perawatan. Setelah
keras. Dan kami
mengantar penumpang, sekoci akan segera kembali ke kapal lagi untuk
juga dilarang untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
menginap di pulau
Begitu kapal menurunkan jangkar, Tim perawatan menara suar lebih dari 3 hari,
segera bersiap dan mempersiapkan peralatan dan barang-barang yang karena menurut
akan dibawa. Anak Buah Kapal (ABK) yang bertugas juga menurunkan kepercayaan
Awak kapal menurunkan sekoci
sekoci yang disimpan di atas kapal dengan menggunakan crane. Proses mereka, orang
Sebagaimana pada saat kami mendarat, untuk naik sekoci kami pun
harus masuk ke air dulu. Kami bergantian melompat dan segera keluar
dari pulau tersebut.
9. Akan Kami Nilai karakteristik yang berbeda dibanding dengan kementerian lain.
Sebagaimana diketahui bahwa untuk memasuki area milik TNI tidak
Walau ke Perbatasan Negara dapat dilakukan oleh sembarang orang karena terkait dengan sistem
oleh: Bayu Setiaji pertahanan dan keamanan negara, nah hal itu menjadi salah satu dari
LMAN beberapa keistimewaan lainnya dari pengalaman menilai aset TNI.
T
eringat kutipan pidato Menteri Keuangan pada upacara Sebagai unit yang bertugas “rahasia” maka sebagian besar asetnya
hari Oeang ke 72 di mana beliau merasa bangga atas pun tidak memiliki plang (papan nama) yang menunjukan BMN
upaya Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang telah ini milik Bais TNI. Walaupun agak ragu karena memang saat itu
menyelesaikan kegiatan penilaian kembali aset negara (revaluasi BMN). kondisi badan saya yang kurang sehat namun karena surat tugas sudah
Pencapaian tersebut merupakan hasil jerih payah rekan-rekan KPKNL diterbitkan maka Bismillah mari kita berangkat. Tim terdiri dari 3
di seluruh Indonesia yang telah berupaya secara optimal melakukan orang penilai KPKNL Jakarta V dan 1 orang pegawai dari Bais TNI.
penilaian BMN pada seluruh Kementerian/Lembaga.
Perjalanan di mulai dengan penerbangan dari Soekarno-Hatta
Saya yang baru saja kembali bekerja di KPKNL Jakarta V setelah Jakarta menuju Pontianak pada pagi hari dan tim sampai di Pontianak
menyelesaikan tugas belajar turut dilibatkan untuk ikut berkontribusi pada siang hari. Perjalanan tidak dapat langsung dilanjutkan ke lokasi
melakukan penilaian bersama rekan-rekan penilai lainnya. Untuk tahun karena secara hitung-hitungan matematika waktunya tidak akan terkejar
2018 ini, KPKNL Jakarta V fokus menilai BMN pada Kementerian karena mobil yang kita kendarai harus menumpangi kapal ferry untuk
Pertahanan/TNI. Namun demikian, walaupun hanya 1 kementerian menyeberangi sungai sebanyak 2 kali dan kapal tersebut terbatas jam
tetapi sudah menjadi rahasia umum bahwa Kementerian Pertahanan/ pelayanannya. Kendaraan yang kami sewa pun tidak sembarangan yaitu
TNI merupakan salah satu kementerian dengan jumlah BMN terbesar. dobel gardan karena medan yang akan kami lalui cocok untuk shooting
acara “my trip my adventure”. Oleh karena itu, kami memutuskan
BMN pada Kementerian Pertahanan/TNI diantaranya terdiri
untuk bersilaturahmi ke rekan-rekan kami di KPKNL Pontianak pada
dari Mabes TNI, TNI AD, TNI AU dan TNI AL sehingga memiliki
hari pertama sekaligus mencari info kondisi riil di lapangan khususnya daerah ini lebih dekat dengan negara Malaysia dibanding dengan Kota
desa Temajuk yang menjadi target lokasi terjauh kami. Perjalanan dari Pontianak.
Pontianak ke Sambas kami lalui kurang lebih selama 7 jam. Kami
Setelah penyeberangan sungai yang kedua, kami mulai memasuki
memutuskan untuk beristirahat sejenak di rumah makan di sekitaran
daerah perbatasan dengan kondisi jalan yang cukup sepi. Jalannya
terminal Sambas. Dikarenakan kondisi badan yang memang kurang
masih berupa jalan tanah liat yang dipinggirnya ditumbuhi rumput
sehat sebelumnya, saya mengalami diare sepanjang perjalanan pada
ilalang. Di tengah perjalanan tersebut terdapat satu aset tanah yang
saat itu sehingga hampir setiap berhenti di perjalanan maka saya selalu
harus kami nilai. Setibanya di lokasi aset, yang kami lakukan pertama
mencari kamar kecil terdekat.
kali adalah mencari patok beton yang menjadi penanda yang saat itu
Perjalanan dari Sambas kami lanjutkan ke Desa Temajuk yang perlu rupanya telah tertutup rumput ilalang yang cukup tinggi. Untuk hal
menyeberangi 2 sungai. Salah satu semangat untuk melaksanakan tugas ini, kami benar-benar memastikan bahwa tanah yang kami nilai itu
ini adalah karena menurut cerita teman-teman di KPKNL Pontianak benar adanya karena harus ditentukan titik koordinat untuk menjamin
dan info dari “mbah google” bahwa Desa Temajuk memiliki potensi akuntabilitas laporan penilaian yang akan kami susun.
wisata yang luar biasa bagi Kabupaten Sambas jika dikembangkan.
Setelah kami rasa data yang didapat telah cukup, kami melanjutkan
Diantara kota Sambas menuju ke Temajuk, kami menelurusi jalan yang
perjalanan menuju aset yang Patung Bung Karno
bernama Jalan Tanah Hitam dan benar saja jika melihat ke pinggir jalan
terakhir yaitu di Desa Temajuk.
tanahnya memang dominan berwarna hitam. Jalanan tersebut ibarat
Kurang lebih 30 menit dari lokasi
jalanan tak berujung karena sampai saya jenuh berganti-ganti posisi
aset pertama tibalah kami di
duduk tetap saja belum sampai tujuan.
tugu perbatasan Desa Temajuk
Satu lagi pengalaman baru menurut kami adalah saat mobil Kabupaten Sambas yang berdiri
sewaan kami harus menaiki kapal ferry untuk menyeberangi dua tegap patung Bung Karno yang
sungai yang sangat lebar sehingga terasa seperti menyeberangi laut. mengarahkan jari telunjuknya
Pada saat itu saya berpikir mungkin ini maksud Pak Presiden Jokowi ke arah negara Malaysia. Ini
untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur di Indonesia salah satu hasil mengagumkan
yaitu untuk menyambungkan daerah-daerah yang memiliki akses dari pembangunan infrastruktur
kurang baik. Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang yang mungkin hanya diketahui
terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau oleh sebagian kecil masyarakat
Rote. Keterbatasan akses antar daerah perlu diperbaiki, sehingga Indonesia. Kami berempat
pembangunan infrastruktur menjadi suatu keniscayaan. merasa bangga dengan tugu
perbatasan RI yang dibangun
Perjalanan menelusuri Jalan Tanah Hitam membuat kami teringat
kokoh di daerah remote area
akan serial kartun Upin Ipin karena bentuk rumah yang kami temui di
oleh Badan Nasional Pengelola
sepanjang jalan ibarat gambaran riil dari cerita tersebut. Memang posisi
10. Way Rarem Lolos dari Jalur Maut kendaraan roda dua sekalipun,” kata mereka. Mereka memberitahu
secara spesifik lokasi tanah yang mana saja yang sulit dijangkau.
N
amaku Aceng. Lengkapnya Aceng Saeful Anwar. Aku untuk menuntaskannya. Ini adalah tantangan. Dan sebagai anak sulung
ditempatkan tugas di KPKNL Bandar Lampung sejak dalam keluarga, aku sangat tertantang. Saat itu kuputuskan untuk
tahun 1913 eh maaf 2013. Aku adalah seorang penilai. melalui seluruh akses jalan inspeksi tersebut dengan tujuan agar tidak
Sebagai penilai, aku punya cerita tentang tugas revaluasi BMN 2018 ada lagi kudengar cerita bahwa masih ada akses yang sulit untuk dilewati
menilai aset tanah yang dimiliki Saluran Bendung Way Rarem. Aku kendaraan. Namun aku bisa saja salah.
ingat betul kejadian sore pada bulan itu, tepatnya Kamis 15 Februari Dengan tekad bulat untuk melaksanakan yang terbaik demi revaluasi
2018. Saat itu mendung gelap menyertai tugasku ke Way Rarem, BMN 2018, aku pegang stir dan maju mengendarai kendaraan. Kami
Lampung Utara. Sebagaimana bulan Februari pada umumnya, hujan memutuskan untuk terus. Di depan kami ada harapan berupa muara
deras menjadi pemandangan sehari-hari. Tak ada masalah dengan itu. jalan besar yang tidak mengharuskan aku untuk mengambil jalan
Dan memang hujan turun dengan derasnya saat aku dan rekan-rekan putar balik. Setelah anggota tim yang jalan kaki di depan memberitahu
satu tim tiba di Way Rarem. bahwa ternyata di depan pada sekitar jarak 300 meteran setelah
Dalam tugas itu, kami didampingi petugas pendamping dari Satuan beberapa belokan ada jembatan penyeberangan, aku memutuskan
Kerja BBWS Mesuji Sekampung. Di awal perjalanan, para pendamping untuk melanjutkan perjalanan tanpa harus memutar balik kendaraan.
sudah mengingatkan bahwa akses jalan ke setiap lokasi objek penilaian Menurut perhitungkanku, sudah begitu jauh kami masuk ke jalan
tidak seluruhnya mulus. “Masih banyak akses yang sulit dilewati oleh inspeksi ini dan seandainya harus memutar balik, maka akan memakan
ke dalam saluran air irigasi. Rekan-rekan memutuskan untuk berjalan Esa, dalam tempo singkat aku mampu berhasil melewati cerukan jalan
kaki menuju akses jalan besar dan mencoba mangambil peruntungan yang begitu menakutkan tersebut dengan susah payah dan berhasil
dengan memanggil bala bantuan kepada siapa saja yang sanggup selamat. Semua tampak lega. Ternyata riwayat kami belum berakhir.
menolong kami, mendorong kendaraan kami untuk keluar dari situasi Mungkin teman-teman masih menjuluki saya pengemudi Tasik rasa
sulit seperti itu. Medan, ya sudahlah ya.. itu kan teman yang ingin menjuluki, sah sah
saja, yang jelas saya adalah pengemudi Tasik yang sudah jinak.
Hanya aku yang ada di mobil itu, yang lainnya turun dan memilih
jalan kaki. Aku mengerti apa yang mereka pikirkan. Tak mungkin
pula aku memaksakan seluruh telur masuk dalam satu keranjang.
Dan beberapa menit kemudian, mobil terjebak di lumpur. Mesin
menderu-deru, namun tak kemana-mana. Kami terjebak di tengah
antah barantah.
11. Reval Bukan Sekedar Tugas kali ini tak seperti biasanya karena lokasi objek penilaian
yang terpencar di segala penjuru Ketapang. Sangat berat jika dipikirkan
karena Kabupaten Ketapang luasnya hampir sama dengan luas Provinsi
Jawa Tengah, terlebih lagi dengan waktu yang sangat terbatas. Kami
oleh: Aan Kurnianta berangkat ke Ketapang melalui jalur udara dengan Wings Air, sebuah
KPKNL Surabaya
pesawat ATR yang memuat 60 penumpang. Dikesempatan pertama ke
Polres Ketapang, kami langsung berkoordinasi dan menyusun strategi
urutan jalur yang harus dilewati. Koordinasi itu sangat penting, apalagi
Ketapang sangat luas namun akses jalan yang ada masih sangat terbatas.
R
ke Ketapang tentu saja dia akan makan disana dan lidahnya tak bisa
evaluasi BMN tahun 2017 sangat berkesan bagiku, karena
berhenti mengecap. Kami masih sempat pulang sebelum senja untuk
tepat saat aku baru saja selesai dari Tugas Belajar S2 di
dapat menikmati indahnya matahari terbenam dari Greenville Sky
Universitas Jember. Aku ditugaskan sebagai ketua tim
Lounge di balkon lantai empat Hotel Asana Nevada. Senja yang
penilai III KPKNL Pontinak dengan Aby dan Edi sebagai anggotanya.
kemerahan mengingatkanku pada senja di pelabuhan Kaimana, salah
Penugasan terakhir kami di tahun 2017, melakukan revaluasi BMN
satu Kabupaten di Provinsi Papua Barat. Waktu itu aku pernah bekerja
pada satker Polres Ketapang. Ketapang merupakan salah satu
di KPKNL Sorong dan berkesempatan bertugas Ke Kaimana.
kabupaten di Kalimantan Barat yang menyimpan banyak misteri. Aku
teringat saat pertama kali tugas ke Ketapang, Ibu kos berpesan dengan Keadaan itu tak bertahan lama, ekspedisi ke daerah terpencil
wajah serius “Ati-ati An neng kono, kotane jek peteng. Jika bertamu pun dilakukan. Karena lokasi objek tidak hanya di Polsek, namun
dan disuguhi makanan, tidak usah dimakan, dijamah jak”. Dijamah terdapat juga objek yang berada diwilayah desa binaan, sentuhan dan
atau dicicipi sedikit, adalah salah satu budaya melayu, dengan begitu pantauan. Ekspedisi berikutnya kami menuju Kecamatan Tumbang
kita dianggap tetap menghormati tuan rumah. Titi dan Kecamatan Jelai Hulu. Beruntung di hari itu, hujan tidak
mengguyur Ketapang, membantu Juli dan Aby menyeberangkan para pengendara motor.
hanya terlihat sisa-sisa air
Kami menunggu selama berjam-jam, namun hanya beberapa
hujan di kubangan jalan
mobil yang terlihat parkir di dua arah yang berlawanan karena tidak
yang sedikit berlumpur.
bisa menyeberang. Kami menunggu truk atau setidaknya mobil dobel
Namun siapa sangka
gardan yang akan mampu menarik pickup yang terjebak itu. Juli pun
saat menuju Kecamatan
bertanya pada salah satu pengendara motor, “Pak, tadi keliatan ada truk
Sungai Laur, kami terhenti
tadak?”. Sayangnya ternyata tidak ada tanda-tanda truk yang lewat, jadi
karena sebagian jalan
Juli berpesan pada beberapa pengendara motor, jika berpapasan atau
tergenang lumpur yang
ketemu truk agar untuk disuruh ke lokasi.
Jalan lumpur menuju objek penilaian cukup dalam dan sebagian
lagi ada pickup yang terperosok kedalam lumpur. Sialnya sisi jalan Hingga akhirnya beberapa pengemudi nekad untuk menyeberangkan
yang seharusnya bisa dilewati hanyalah sisi dimana pickup itu terjebak. mobilnya, disitulah mulai terbuka jalur. Kami berkerja sama menimbun
Jangankan mobil, motorpun tak bisa lewat Kawan. Habis jatuh tertimpa lubang-lubang lumpur yang dalam dengan kayu dan batu-batu. Akhirnya
tangga pula, daerah itu termasuk terpencil, jarang dilewati orang dan setelah beberapa saat, kami berhasil menyeberang. Kemudian ada truk
sinyal handphone pun lenyap. datang mengevakuasi mobil yang terjebak di lumpur. Perjalanan pun
terus berlanjut, track yang sulit pun tak mematahkan semangat kami.
Mas Juli sebagai aparat kepolisian, dengan sigap turun dan membantu
Objek demi objek tanah kami survei hingga malam, dan sampailah
para pengendara sepeda motor untuk menyeberang. Aby yang merasa
kami ke Polsek Jelai Hulu.
iba, seakan jiwa sosialnya bangkit dan ikut membantu. Awalnya aku
enggan karena kami tidak berencana menginap waktu itu, jadi tidak Kami mengecek kondisi mobil dan baru tersadar ternyata plat
membawa baju ganti. Saya berfikir, “bagaimana nanti aku sholat jika nomornya lepas, jatuh entah dimana? Tidak menunda lama, kami
baju-bajuku kotor?”. Seperti saat sebelumnya menjalankan dinas langsung ke objek penilaian dan melakukan survei seperti biasanya
revaluasi BMN di Kabupaten Landak, di mana mayoritas adalah Suku dalam kegelapan malam. Tak lama kemudian kami memutuskan
Dayak sehingga sulit mencari masjid untuk bersholat. Aku pun bersuci untuk kembali ke Ketapang. Melihat mata sayu Edi yang kelelahan
dalam debu, begitulah setelah nyopir seharian,
Mas Edi menyebut saya pun tak tega, “Mas,
tayamum, dan sholat kene tak setiri, matamu
didalam kendaraan. garek limang watt” kataku
Namun sungguh Alloh sambil meminta kontak
Maha Besar, kubulatkan mobil. Namun kali ini kami
tekadku, kulepas tidak melalui jalur yang
sepatuku, cincing kami lewati saat berangkat,
Polisi membantu warga melewati lumpur celanaku dan turut melainkan melalui jalur Kondisi mobil yang ditumpangi tim
perkebunan sawit. Bibit Wahyudi, Kanit Reskrim Polsek Jelai Hulu mobil ke Simpang Hulu dan menuju objek di Desa Sekucing Labai,
menyuruh anggotanya, memandu kami hingga keluar desa Jelai Hulu, satu tim menggunakan kendaraan bermotor menuju arah Desa Tanjung
dipersimpangan arah jalan perkebunan sawit. “Nanti pokok bujur jak, Beringin.
tak usah belok-belok” katanya sambil bersalaman.
Aku bersama Juli didampingi Brigpol Eri Rachmat menggunakan
Kami tak bisa mengandalkan Gmaps karena sinyal tak cukup motor untuk menuju Tanjung Beringin, karena tidak dapat dijangkau
kuat untuk itu, apalagi di tengah hutan belantara. Modal nekad dan dengan mobil. Untuk mempersingkat waktu, kami memutuskan untuk
“Bismillah” kami memberanikan diri untuk meniti jalan yang belum melewati jalan pintas. Dari jalan yang sempit dan terjal, hingga jalanan
pernah kami lewati. Rembulan seolah mengintai kami dari atas langit, penuh lumpur memaksaku untuk turun dan mendorong motor.
yang terkadang bersembunyi dibalik awan. Tak ada satupun rumah Tanjung Beringin, seakan terisolir, tidak ada transaksi jual beli tanah
penduduk yang kami temui, hanya pohon-pohon hutan dan terkadang disana, sempat membuat saya bingung mencari data pembanding.
sawit namun tak terlihat jelas. Hingga akhirnya setelah beberapa jam, Menjelang petang kami kembali ke Sei Laur, melewati beberapa
kami berhasil keluar dari hutan dan perkebunan sawit. Aku dan Juli permukiman penduduk yang berada didalam hutan. Saat melewati
pun sudah mulai hafal jalan pulang. Tidak terasa malam mulai larut dua permukiman penduduk, berturut-turut seekor kucing mendadak
dan penumpang pun mulai tertidur satu persatu meninggalkan sopir menyeberang dan berhenti ditengah jalan, tepat di depan roda motor
sendirian memainkan kaki dan tangannya mengemudikan mobil. kami dan seolah kami tak boleh kembali.
Saat melintasi padang dua belas daerah yang terkenal paling angker Perasaanku pun mulai tak enak, teringat rombongan Aby dan Edi,
di Ketapang, aku teringat kisah Rhoma Irama di Ketapang. Suatu saat dia seraya memanjatkan do’a semoga mereka baik-baik saja. Sesaat sebelum
diundang ke Ketapang untuk konser. Dari bandara dia dijemput oleh mencapai pusat Sei Laur, kami melewati beberapa jembatan sungai
rombongan mobil, dia takjub dengan keadaan Ketapang yang sudah kecil, dan disitu tercium aroma yang sangat harum, membuat bulu
ramai dan sangat maju, “Tak kalah dari Jakarta” pikirnya. Namun suatu kudukku merinding. Sesampainya di Sungai Laur, Eri mengundang
saat dia kembali ke Ketapang, begitu kagetnya dia karena Ketapang yang kami kerumahnya untuk makan dan istirahat sambil menunggu tim
sekarang tidak seramai dulu. Lalu kemanakah dia (Rhoma Irama) pada satunya yang hilang kontak. Setelah makan malam, aku pun mencoba
waktu itu? Wallohu a’lam bishshowab. Akhirnya kami sampai ke hotel untuk memejamkan mata, namun tidak bisa. Jam sepuluh malam
hampir jam setengah tiga pagi. Bukan main badan ini memberontak, mereka menghubungi lewat WA, dan akhirnya jam sebelas malam
tak kuat menahan semangat kami menuntaskan revaluasi BMN untuk kami kembali bertemu dan memutuskan untuk mencari hotel terdekat
negeri kita tercinta ini. Hari berikutnya kami memutuskan untuk off di Sandai. Malam itu kabut begitu pekat hingga jalanan yang kami lewati
dulu, mengistirahatkan badan yang serasa seberat satu ton. Namun tak begitu mampak. Ditengah perjalanan menuju hotel Edi bercerita,
kami tetap membantu Juli menyiapkan form pendataan di Hotel. “Mau arep nyemplung jurang, lha kabute pekat banget, jalane jyan
gak kethok. Pas budale tak pikir Aby ngrokok kethok seko spion
Perjalanan berikutnya ke arah Nanga Tayap, Sandai, Sei Laur, dan
ngarep. Pas Aby noleh ternyata bola api terbang melintas belakang
Simpang Hulu, kembali menyusuri ketapang yang begitu luasnya. Di
mobil”. Astaghfirullohal’azhim… Kami pun tak banyak bicara hingga
Sei Laur, disana kami pecah menjadi dua tim. Satu tim menggunakan
12. Rindu
akhirnya sampai ke Hotel di Sandai dan beristirahat. Suasana pagi
dihotel sungguh memukau, pemandangan belakang hotel dengan latar
Di Lore Rindu
pegunungan yang hijau, sinar matahari pagi yang mencoba menembus
kabut pun tampak begitu indah. Kami bekerja, namun kami juga
manusia yang butuh penyegaran rohani untuk memupuk semangat oleh: Rinaldo Alexandro Palit
kami. Tak ada salahnya sembari bekerja, juga menikmati perjalanan. KPKNL Manado
My Job My Adventure.
Setelah selasai survei lapangan kami kembali ke Pontianak. Saya
berdo’a suatu saat nanti fasilitas di Ketapang menjadi lebih baik.
Revaluasi kali ini bukan sekedar reval biasa, banyak pengorbanan
namun banyak juga hikmah yang kami dapatkan. (Teks: Aan, Foto:
Aan & Aby)
M
anado, Jumat 6 Juli 2018, saya bersama Tim Penilaian
KPKNL Manado bertolak dari Bandara Sam Ratulangi
Manado menuju ke Palu. Tim Penilaian KPKNL
Manado harus menuju ke sana dalam rangka Penilaian Aset BMN
milik Kodam XIII/Merdeka yang wilayahnya mencakup Provinsi
Sulawesi Tengah. Dengan pembagian tugas yang ada, kebetulan tim
saya kebagian aset yang berada di Kabupaten Poso, sempat kaget,
rasa takut bercampur rasa penasaran ada di kepala saya, mengapa
tidak?! Tempat yang belum pernah saya kunjungi, namun juga pernah
mengalami konfilk di tahun 1998 sampai dengan tahun 2000, sungguh
kengerian ceritanya masih terngiang sampai saat ini. Saya sempat
berdiskusi dengan beberapa teman yang berasal dari daerah sana,
katanya, “daerah Poso itu sudah aman saat ini, apalagi nanti di dampingi
oleh TNI, kamu tenang saja”, berbekal informasi dari teman, hati saya
pun lega. Tak lupa pun sebelum datang ke Palu dan selanjutnya ke
Poso, saya mencoba mencari informasi di internet akan objek wisata tersisa, dan aktivitas mereka terjadi kalau hari sudah gelap” kata anggota
yang ada di sana, dan ternyata objek-objek wisata yang ada di Sulawesi TNI tersebut sambil mempercepat laju kendaraan. Ketua Tim saya
Tengah sungguh layak untuk dikunjungi. langsung bertanya, “Bapak bawa senjata?” kata anggota TNI tersebut
“tidak pak”. Mendengar jawaban itu rasanya jantung ini mau copot,
Kami pun tiba di Kota Palu ketika terik matahari masih membakar
“pikir saya, kalau disergap sama anggota begal, melihat seorang anggota
tubuh. Didampingi oleh pihak TNI satu orang, kami pun selanjutnya
TNI bersama kami, pastilah tidak berani, sebaliknya kalo disergap oleh
siap melanjutkan perjalanan di petang hari menuju ke Poso. Sebelum
teroris, pasti tidak ada satupun dari kami yang hidup”, didalam hati ini
ke Poso, tim saya harus singgah di Desa Napu (terletak di tengah
cuma bisa berdoa memohon perlindungan kepada Tuhan sepanjang
jalur alternatif antara Kota Palu-Poso dan bukan merupakan jalan
perjalanan kami. Ketika hati terasa takut, rasanya melewati hutan itu,
utama perjalanan antara Palu-Poso), karena terdapat satu aset BMN
sangatlah lama sekali, seakan tidak ada ujungnya.
milik Koramil Napu. Letaknya harus mengitari Taman Nasional Lore
Lindu yang merupakan lokasi perlindungan hayati Sulawesi. Taman Syukurlah, pada pukul 23.00 malam, akhirnya kami sampai di
Nasional Lore Lindu terdiri dari sebagian besar hutan dan pegunungan. Poso, kami pun selanjutnya mencari penginapan dan beristirahat untuk
Perjalanan yang kami lalui untuk sampai di tempat ini kira-kira tiga melaksanakan tugas di esok hari. Rute perjalanan yang kami lalui pada
sampai dengan empat jam jarak tempuh dari Kota Palu. Sungguh hari pertama adalah objek BMN
Palindo megalith Lembah Bada
cukup melelahkan karena jaraknya yang cukup jauh, berkelok-kelok, di titik terjauh yaitu, Desa Gintu,
dan harus melalui medan yang terjal, namun cerita yang mendebarkan perjalanan dari Poso ke Desa
jantung ini tidak berhenti sampai disini, ini barulah permulaan. Gintu kurang lebih memakan
waktu empat jam dan melewati
Setelah sampai di Napu pada petang hari, kami pun segera
Tentena, perjalanan ini harus
melaksanakan tugas kami dengan terburu-buru karena hari yang beranjak
melewati dataran tinggi dan
gelap. Kami pun harus melanjutkan perjalanan ke Poso, perjalanan yang
kembali memasuki kawasan hutan
akan dilalui masih berkisar empat jam lagi, dan harus melewati tengah
Taman Nasional Lore Lindu
hutan bahkan jalanan yang masih rusak, membayangkannya saja, saya
dari jalur yang berbeda daripada
sudah mulai mual karena mabuk perjalanan. Awalnya, perjalanan dari
jalur ke Desa Napu. Perjalanan
Desa Napu ke Poso biasa saja, tetapi ketika hari sudah mulai gelap dan
kami pun harus dimulai ketika
kendaraan kami mulai masuk ke tengah hutan dimana aspal perjalanan
fajar mulai menyapa, rasa takut
rusak parah, anggota TNI yang bersama kami mulai bercerita, katanya,
semalam pun sirna diganti
“Pak di hutan ini, sisa anak buah dari kelompok teroris Santoso masih
rasa penasaran, karena yang
ada lho, bahkan masih memegang senjata AK-47”, sontak saja, suasana
memberikan semangat kepada
yang dari biasa-biasa saja, menjadi menegangkan. “Yang benar saja
saya untuk pergi ke Desa Gintu
pak?, gak bercanda kan?” kata saya, “nggak pak! Karena beberapa
adalah sekaligus mengunjungi
waktu lalu kami menembak mati beberapa anggotanya, masih ada yang
objek wisata di Lembah Bada,
dimana terdapat Perjalanan dalam rangka revaluasi aset BMN di Sulawesi Tengah
sisa peradaban sangatlah berkesan di hati bagi setiap kami yang ke sana, cerita suka
Megalitikum dan duka dalam perjalanan menuju lokasi-lokasi revaluasi aset BMN,
tertua setelah objek-objek wisata yang dikunjungi, bahkan kehabisan tiket pesawat
yang ada di Pulau untuk kembali ke Manado. Perjalanan ini memberikan rasa rindu
Paskah. “Situs namun juga pilu mengingat rekan-rekan saudara-saudari kami pada
yang mendunia Jumat, tanggal 28 September 2018 mengalami musibah gempa di
ini telah berdiri Kota Palu dan sekitarnya. Hotel Roa-roa tempat dimana kami pernah
kurang lebih menginap sewaktu bertugas di Kota Palu, luluh lantah dan rata dengan
2000 tahun tanah. Semoga mereka disana yang mengalami musibah dapat terus
Air terjun Saluopa, Tentena sebelum Masehi” diberi ketabahan, kekuatan dan semangat untuk berdiri tegak kembali.
tutur kata seorang tour guide yang berpapasan dengan kami pada waktu “Majulah Bangsaku, Jayalah Negeriku, Indonesia Raya”
mengunjungi tempat tersebut. Sungguh perjalanan yang terbayarkan
“Cerita ini juga didedikasikan untuk rekan, sahabat dan keluarga di
dengan dapat mengunjungi daerah tersebut. Namun untuk mencapai
Kota Palu dan sekitarnya yang mengalami bencana Gempa.”
lokasi Desa Napu tidaklah semudah yang dibayangkan, karena pada
hari ketika kami bermaksud mengunjungi tempat tersebut, mobil yang
membawa kami tiba-tiba mogok dan kami harus menunggu beberapa
jam untuk mendapatkan pertolongan dari mobil lain yang lewat. Dan
juga jalan yang akan kami lalui terhalang oleh kabut tebal pada daerah
pegunungan di sana, sehingga jarak pandang hanya berkisar satu
sampai dengan dua meter ke depan, dengan berat hati, kami terpaksa
mengurungkan niat untuk melaksanakan revaluasi Aset BMN di desa
Napu pada hari itu.
13. Semangat, Sebenarnya kondisiku saat berangkat agak sakit, tapi pesan
Kakanwil membuat aku semangat untuk tetap berangkat. “Bu Sovi...
kira kira berapa lama jarak tempuh normal kalau menggunakan
Kunci Utama Sukses Reval mobil roda empat?” tanyaku. “Sekitar 5-6 jam pak!!” kata Sovi sambil
oleh: Sovi Soviati tersenyum simpul. Hmmm lumayan juga ya pasti jalannya berkelok
KPKNL Tasikmalaya
kelok...bismillah gumamku.
“
Tidak ada instansi atau kantor lain yang bisa melakukan Bandung yang merupakan wilayah Kerja KPKNL Bandung. Rute
revaluasi aset selama dua tahun berturut turut kecuali DJKN” yang kami lalui adalah melalui Cipatujah-Pameungpeuk-Rancabuaya-
kata-kata itu yang selalu terngiang dalam pikiranku. Kata- kata Bungbulang dan Cisewu.
itu pula yang membuat Aku lebih bangga menjadi bagian dari DJKN.
P
ditemani Sovi, yang
ada tahun 2017 melalui Peraturan Presiden Nomor 75
terus memberikan
Tahun 2017 tentang Penilaian Kembali Barang Milik
semangat kepadaku.
Negara/Daerah, DJKN melaksanakan Revaluasi BMN
Tim beristirahat di simpang Rancabuaya-Bungbulang Dan perlahan tapi
terhadap tanah dan bangunan, jalan, irigasi serta jembatan. Setelah
pasti akhirnya sampai
bebrapa kali mengalami pengunduran jadwal, akhirnya secara resmi
di KPKNL Tasikmalaya dihari yang sudah gelap. Sovi berkali kali
Revalusasi BMN 2017 dimulai pada bulan September 2017. KPKNL
mengatakan “Bapak mau ke dokter? Saya anterin ya”. “Saya ke tukang
Ternate mendapat target NUP sebanyak 4.675 barang yang tersebar
pijit aja Kepala, sing penting semangat dan ingat kata bu kanwil serta
di 10 kabupaten dan kota yang ada di wilayah Maluku Utara. Kondisi
ikhlas menjalankannya insya Allah besok saya sehat lagi” kataku
geografis yang berupa kepulauan membuat mayoritas perjalanan reval
meyakinkan Sovi.
kami harus ditempuh via laut.
“I Love Reval, I Love DJKN”
Tim 2 yang terdiri dari Faisal, Ambi Gultom, dan saya, Irawan Ciputra
kebagian wilayah kerja di Kabupaten Kepulauan Sula dan Kabupaten
Taliabu. Kedua lokasi ini menjadi titik terjauh dari pelaksanaan reval
yang dilaksanakan oleh KPKNL Ternate. Untuk mencapai Kab.
Kepulauan Sula sebenarnya bisa ditempuh dengan 2 cara, yaitu via
udara dengan menggunakan pesawat dan via laut menggunakan kapal, Akan tetapi keringat mengucur makin deras dan mual semakin terasa
tergantung hari keberangkatan. Hanya saja, ketersediaan tiket pesawat seiring dengan gelombang yang semakin kencang menghantam kapal.
sangat terbatas sehingga tim harus menggunakan kapal untuk kesana. Alhasil saya tidak mampu menahan rasa mual sehingga muntah di
kamar mandi kapal.
Setelah persiapan matang, tim berangkat pada hari Senin 18
September 2017 menggunakan kapal dari Pelabuhan A Yani dengan Selesai dari kamar mandi, saya masuk kamar dan memutuskan
ditemani operator BMN dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea untuk langsung tidur. Kamar kapal yang hanya berukuran sekitar 2 m x
Cukai Ternate dan Pengadilan Negeri Labuha yang mempunyai aset di 2 m bisa ditempati oleh 2 penumpang dengan tempat tidur bertingkat.
Kabupaten Kepulauan Sula. Kapal berangkat sekitar pukul 17.00 WIT Setelah minum obat anti mabuk, saya pun bisa tidur sepanjang
dan dijadwalkan tiba pukul 08.00 WIT. Kurang lebih selama 14 jam perjalanan itu. Akan tetapi, saya masih bisa merasakan goncangan
penumpang akan terapung-apung di lautan. Jika beruntung, menjelang ombak yang tidak pernah berhenti sepanjang perjalanan. Bahkan
matahari terbenam para penumpang bisa melihat sekawanan lumba- sekitar tengah malam Bang Ambi yang tidur sekamar dengan saya harus
lumba yang berenang di samping kapal. Akan tetapi bukannya lumba- muntah juga. Saat itu saya hanya bisa berdoa agar kami semua diberi
lumba, tetapi malah ombak besar yang mengiringi perjalanan malam keselamatan sampai tujuan. Kami pun melanjutkan tidur kembali.
itu. Goyangan ombak sudah terasa sejak kapal masih besandar di
Pukul 06.00 WIT kami keluar kamar dan melihat pemandangan
pelabuhan. Beberapa penumpang kapal mengatakan bahwa pada
matahari terbit yang sangat indah. Dari kejauhah Pulau Sula mulai
Agustus sampai September memang menjadi puncak ketinggian
terlihat jelas. Artinya kapal bisa berlabuh sesuai jadwal. Akhirnya pukul
gelombang di perairan menuju ke Kabupaten Kepulauan Sula dan
08.00 WIT kami turun dari kapal dan langsung menuju hotel untuk
Kabupaten Taliabu. Semua orang hanya bisa berdoa dan berharap
beristirahat dan menghilangkan efek mabuk laut.
semoga laut bersahabat pada kami malam itu.
Selepas dzuhur kami mulai bergerak. Ada 13 Satuan Kerja
Kapal bergerak pelan meninggalkan Pelabuhan A Yani tepat pukul
yang menjadi target reval kami selama di Kabupaten Kepulauan
17.00 WIT. Belum satu jam kapal berjalan, ombak mulai menerjang
Sula dan Kabupaten Taliabu; Kejaksaan Negeri Sanana, Lembaga
kapal. Saat itu kapal belum terlalu jauh meninggalkan Pulau Ternate.
Pemasyarakatan Sanana, Kantor Pelayanan Penyuluhan Dan Konsultasi
Kapal mulai miring ke kanan dan ke kiri mengikuti goncangan ombak.
Perpajakan Sanana, Pengadilan Negeri Labuha, Kantor Pengawasan
Meskipun tim terbiasa melaksanakan dinas dengan perjalanan laut,
dan Pelayanan Bea Cukai Ternate, Balai Karantina Pertanian Kelas II
ombak kali ini terasa lebih kuat dari apa yang biasa dirasakan.
Ternate, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku Utara, Badan
Mual dan keringat dingin mulai saya rasakan saat itu. Saya berkata Pusat Statistik Kab. Kepulauan Sula, KPU Kabupaten Kepulauan Sula,
dalam hati agar jangan sampai mabuk, karena perjalanan akan semakin Stasiun Meteorologi Sanana, Sekjen Kankemenag Kab. Kepulauan
menyiksa bila sudah mabuk laut. Bang Ambi yang baru pertama Sula, Polres Kepulauan Sula, dan Bandar Udara Emalamo Sanana.
berlayar ke Kabupaten Kepulauan Sula memilih untuk masuk kamar Kami targetkan waktu 3 minggu untuk menyelesaikan reval di Pulau
dan tidur lebih awal. Saya masih berusaha menahan rasa mual dengan Sula, dan setelahnya kami akan menyeberang lagi ke Pulau Taliabu.
banyak mengobrol dengan Pak Faisal serta beberapa penumpang lain.
Beberapa kendala kami alami selama melaksanakan reval
di Kabupaten Kepulauan Sula dan Kabupaten Taliabu, seperti kerja Sekjen Kankemenag Kab. Kepulauan Sula, kami harus menuju
ketidaksiapan satker, lokasi objek yang berjauhan, hingga kendala ke lokasi KUA di Desa Kabau Darat Kecamatan Sulabesi Barat.
seperti sulitnya jarigan komunikasi dan internet. Bahkan listrik juga Perjalanan menuju ke lokasi memakan waktu sekitar 4 jam dari pusat
sering mati sehingga cukup merepotkan kami dalam berkerja. Dari Kota Sanana. Dengan ditemani oleh operator Sekjen Kankemenag,
beberapa objek yang kami nilai, ada 2 satuan kerja lokasi asetnya sulit kami menggunakan mobil menuju ke lokasi KUA. Sekitar satu jam
dijangkau, yaitu Polres Kepulauan Sula dan Sekjen Kankemenag Kab. perjalanan sinyal handphone mulai menghilang, dan pada akhirnya
Kepulauan Sula. perjalanan kami lanjutkan tanpa sinyal di HP. Kami pun berdoa supaya
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di sepanjang perjalanan kami.
Berdasarkan data aset di aplikasi SIMAK, terdapat tanah milik
Polres Kepulauan Sula yang berada di perbukitan dan berupa semak Medan yang kami lalui utuk menuju ke lokasi KUA mayoritas
belukar. Letaknya persis di belakang Satuan Brimob Kepulauan Sula. berupa hutan dengan beberapa kali diselingi pemukiman penduduk.
Kasat Brimob yang kami temui Jalan berupa aspal juga mulai tidak
memberi pesan kepada kami agar rata begitu meninggalkan kota.
selalu waspada selama menyusuri Beberapa kali mobil sempat turun
semak-semak, karena masih banyak ke sungai untuk menyeberang
babi hutan yang berkeliaran di karena jembatan yang putus.
lokasi objek tersebut. Oleh karena Untungnya kondisi sungai sedang
itu, Kasat Brimob menurunkan kering, jadi relatif lebih aman untuk
satu regu pasukan yang terdiri dari diseberangi. Selanjutnya jalan
sekitar 10 orang untuk menemani yang kami lalui adalah jalan tanah
perjalanan kami. Benar saja, selama dengan hutan di sebelah kanan
perjalanan kami menemukan dan laut di sebelah kiri tanpa ada
banyak jejak babi hutan di atas tanah. rumah penduduk di sepanjang
Tapi kami cukup tenang karena jalan, jadi seandainya ada kendala
bersama pasukan yang membawa di perjalanan entah bagaimana
senjata untuk berjaga-jaga. Setelah kami harus melanjutkan perjalanan.
sampai ke batas-batas tanah dan Empat jam pun berlalu dan kami
mengambil beberapa foto kami pun tiba di desa Kabau Darat. Akan
pun kembali ke markas. Medan tetapi perjuangan belum berakhir
hutan dan bukit pun berhasil kami disitu, kami masih harus naik
taklukkan dengan sukses. motor untuk sampai ke lokasi KUA
dikarenakan harus menyeberangi
Selanjutnya untuk satuan
Foto-foto perjalanan revaluasi BMN Tim 2 jembatan kayu yang hanya bisa Foto-foto perjalanan revaluasi BMN Tim 2
dilewati motor saja. Sesampainya di lokasi kami berkoordinasi dengan kembali ke Kota Ternate. Akan tetapi, kami mendapat info bahwa
Kepala KUA dan mengambil foto serta data yang diperlukan. Setelah pesawat mengalami kendala sehingga tidak memungkinkan untuk
cukup kami pun segera kembali ke kota agar tidak kemalaman di jalan, beroperasi. Akhirnya, lagi-lagi kami harus menempuh jalur laut untuk
karena hampir tidak ada lampu kami temukan di sepanjang jalan. kembali ke Kota Ternate. Segera terbayang di benak kami akan perjalan
kami ketika berangkat. Tapi mau tidak mau memang hanya kapal
Tiga minggu berjalan, semua objek yang berada di Pulau Sula sudah
yang bisa kami pakai pada saat itu. Beruntung, kondisi laut berbeda
berhasil kami datangi. Selanjutnya kami berangkat ke Pulau Taliabu.
180 derajat saat perjalaan pulang. Ombak cukup tenang sehingga kami
Perjalanan memakan waktu sekitar 12 jam dari pelabuhan Sanana.
dapat menimati perjalanan dengan melihat pemandangan matahari
Perairan disini jauh lebih berbahaya dibandingkan rute Ternate-Kep.
tenggelam dengan cantiknya dari tengah laut.
Sula. Selain karena tipe perairan yang lebih tinggi gelombangnya, juga
terdapat selat Capalulu. Selat ini diapit oleh dua buah pulau yaitu pulau
Mangole dan Taliabu. Selat sempit ini ternyata salah satu selat dengan
arus laut terkuat di Indonesia. Kami sempat mencari tahu sedasyat apa
pusaran air di selat Capalulu melalui youtube. Melihat hal tersebut
sempat membuat kami merasa khawatir terhadap keselamatan kami,
namun setelah berkonsultasi dengan beberapa orang yang sudah
berpengalaman melewati selat tersebut, akhirnya kami sepakat untuk
tetap berangkat ke Pulau Taliabu.
Kegiatan reval kami jalani dengan semangat juang yang tinggi dan
militan. Mengingat lokasi yang terpencil dan waktu yang terbatas,
kami harus mengoptimalkan waktu perjalanan dan memilih tempat
menginap dengan matang. Terkadang perjalanan darat tersebut kami
tempuh non stop dari subuh sampai menjelang tengah malam, karena
S
elalu ada kejadian menarik saat penugasan dalam rangka tidak adanya penginapan di sekitar obyek reval sehingga kami harus
revaluasi aset BMN, salah satunya pada saat KPKNL menuju ke kota terdekat yang terdapat penginapan. Dengan kondisi
Mamuju mendapatkan tugas Bantuan Kendali Operasi medan yang berat tersebut, tim dari KPKNL Mamuju bersama dengan
(BKO) dari KPKNL Makassar untuk melaksanakan revaluasi BMN satker BKSDA saling menguatkan sepanjang perjalanan dengan
tahun 2017. KPKNL Mamuju yang baru berdiri pada bulan Juli 2017 saling berbagi pengalaman dalam menjaga dan mengelola aset tanah
siap mendukung penuh pelaksanaan revaluasi BMN sebagai program BKSDA yang terletak di dalam hutan/pedalaman. Dari hasil diskusi
nasional DJKN. tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan BMN perlu perhatian
Tugas revaluasi BMN yang tim kami laksanakan lumayan menantang dan sense of belonging dari pimpinan sampai bawahan. Selain itu,
yaitu tiga satuan kerja yaitu BKSDA Sulawesi Selatan, Balai Diklat dibutuhkan juga edukasi yang berkesinambungan kepada satker
Kehutanan Makassar dan Otoritas Pelabuhan Makassar dengan waktu untuk mengadministrasikan maupun mengoptimalkan pemanfaatan
pelaksanaan dari tanggal 15 s/d 30 Oktober 2017. Satker BKSDA aset BMN sehingga dapat memberikan kontribusi penerimaan ke kas
memiliki aset BMN berupa tanah yang tersebar di tiga Provinsi yaitu Negara.
Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar, Soppeng, Pare-Pare, Bulukumba, Pengalaman tugas revaluasi BMN satker BKSDA Sulawesi Selatan
Takalar, Palopo), Provinsi Sulawesi Barat (Mamuju, Polewali Mandar), tersebut sangat membekas dalam memori kami. Dengan berbekal satu
dan Provinsi Sulawesi Tengah (Luwuk Timur). Mayoritas aset BKSDA surat penugasan, kami mengelilingi aset yang tersebar di 3 provinsi
tersebut rata-rata berada di tengah hutan atau bukit, dan/atau jauh dari Sulawesi dengan kondisi medan yang berat. Sepanjang perjalanan, kami
pemukiman warga karena sebagian difungsikan sebagai pos penjagaan/ bahkan tidak mengetahui bahwa salah satu anggota tim dari KPKNL
pemantauan.
Mamuju sedang sakit bisul yang letaknya tepat di bagian yg diduduki. BMN, sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan Tim.
Tanpa disadari, akibat lamanya perjalanan dan kondisi medan yang Mahiyar mengarahkan Tim untuk bertemu langsung dengan kepala
berat bisul tersebut akhirnya pecah menjelang tugas berakhir. Bandara, hampir setengah jam kami menunggu, namun Tim tidak
sempat bertemu dengan kepala Bandara dikarenakan beliau bersiap-
siap untuk ke Jakarta.
Kiat Sukses Tugas Perdana Revaluasi BMN
Kami meminta pihak satker untuk mendampingi ke lokasi objek
Di Tanah Mandar
penilaian berupa tanah yang berada di lokasi yang sama dengan
Tim Penilai KPKNL Mamuju mempunyai pengalaman sendiri Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Tampa Padang di Desa
dalam pelaksanaan penilaian kembali BMN Tahun 2018. Pada hari Sinyonyoi Selatan, Kecamatan Kalukku, Mamuju, namun Pihak satker
Selasa tanggal 23 Januari 2018, salah satu Tim KPKNL Mamuju menyampaikan bahwa saat ini banyak pesawat yang akan take off
mendapat tugas untuk melakukan penilaian kembali BMN terhadap 3 sehingga sulit buat tim untuk ke lokasi dan pihak satker berjanji akan
(tiga) Satuan kerja (Satker) yaitu : Kantor Unit Penyelenggara Bandar mengirimkan foto objek penilaian sore ini juga ke KPKNL Mamuju,
Udara Tampa Padang Mamuju, Stasiun Karantina Pertanian Kelas II dengan kejadian ini tim memutuskan untuk tetap menunggu sampai tim
Mamuju, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Belang-Belang, mulai dapat meninjau lokasi objek penilaian, kurang lebih satu jam menunggu
tanggal 24 Januari s.d. 02 Februari 2018. akhirnya kami dapat meninjau lokasi. Sesampai di lokasi, kami baru
Koordinasi dengan ketiga satker dimaksud dilakukan oleh tim, mengetahui alasan pihak satker menghalangi tim ke lokasi, hal ini
namun hanya dua satker yang telah melengkapi dan menyerahkan dilakukan untuk menghindari amukan warga yang mengklaim tanah/
formulir data tanah maupun data untuk penilaian BMN yang objek penilaian tersebut adalah miliknya. Satker meminta kami untuk
menggunakan metode on desk valuation, sedangkan satker Kantor melihat dan memotret objek dari kejauhan dari dalam kendaraan,
Unit Penyelenggara Bandar Udara Tampa Padang Mamuju belum dengan kemampuan dan pengalaman tim di lapangan, kami dapat
memberikan respon terkait formulir data dan pendampingan survey meyakinkan pihak satker untuk diijinkan melihat objek penilaian lebih
lapangan atas objek tanahnya. dekat dan Alhamdulillah seluruh tugas penilaian dapat berjalan dengan
baik dan lancar.
Tim kembali menghubungi satker Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Tampa Padang Mamuju, namun petugas yang menangani Pengalaman ini dapat dijadikan pelajaran bagi tim penilai lainnya,
BMN sedang bertugas ke luar kota sehingga tim menyelesaikan seluruh ketika akan melakukan penilaian BMN. Pertama komunikasi dengan
penilaian BMN satker lainnya baik di dalam wilayah Kab. Mamuju satker harus jelas, sehingga satker dapat memberikan informasi yang
maupun di luar Kab. Mamuju. Setelah beberapa kali Tim menghubungi lengkap, apalagi lagi jika objek tersebut diklaim kepemilikannya oleh
petugas satker Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Tampa pihak ketiga. Satker akan berterus terang dan terbuka dan tidak terkesan
Padang Mamuju, Tim memutuskan untuk langsung mendatangi satker menghindar karena ketidakjelasan maksud dan tujuan tim melakukan
dimaksud dan sesampainya di Kantor Bandar Tampa Padang Mamuju penilaian. Kedua, tim harus lebih aktif berkoordinasi dengan satker
kami bertemu dengan Bapak Mahiyar Kepala Sub Seksi Pengelolaan sehingga mengetahui kendala yang dihadapi satker dan mencari solusi
D
ua tahun ini merupakan masa yang cukup sibuk
bagi intansi kami dalam mengemban amanah untuk
melaksanakan penilaian kembali barang milik negara
atau yang kita sebut Revaluasi BMN. Sampai saat ini aku masih menjadi
pendukung tim reval dengan membatu melakukan administrasi berkas
karena statusku yang masih sebagai CPNS.
Pada akhir tahun 2017, diriku masih berada di salah satu KPKNL
di jakarta. Semua tim menjadi semakin sibuk, aku yang sebelumnya
hanya membantu menjadi semakin giat dengan menyelesaikan satu
proses siklus revaluasi dengan berkoordinasi dengan pegawai seksi
lainnya. Di hari-hari sebelumnya, kami mengerjakan administrasi
hingga malam demi tercapainya target yang telah ditentukan. Penilaian
Kembali BMN yang dikerjakan saat itu adalah Penilaian Kembali
BMN intansi yang berpengaruh untuk keamanan negara. Banyak aset
berupa tanah dan bangunan, tapi kami tidak mengetahui lokasinya,
bahkan untuk administrasi koordinat lokasi tidak diberikan sesuai lagi laptop dan juga seluruh file yang harus aku masukkan. Waktu terus
aslinya. Pegawai di instansi itu mengatakan bahwa barang-barang milik berjalan semakin malam dan tak terasa jam sudah menunjukkan pukul
intansi semuanya bersifat rahasia dan membutuhkan waktu yang lama 12 malam, perutku meraung-raung kelaparan. Kuambil mie instan di
serta upaya yang lebih karena lokasinya berada di pelosok. Untuk lemari dan ku remuk sebagai cemilan untuk mengerjakan tugas. Waktu
melaksanakan survei lapangan saja mereka didampingi dengan tim dari pun masih terus berjalan, tapi tugas belum kunjung kelar, untungnya
instansi tersebut dengan alat lengkap dan tim hanya dapat memperoleh secangkir kopi tadi ampuh membuat diriku tetap terjaga.
informasi yg boleh diberikan menurut tim dari instansi tersebut. Aku
Semalaman mengerjakan tugas itu sampai tak terasa sudah pukul
sempat bingung, saat itu aku bisa memegang berkas rahasia dari instansi
4 pagi, alhamdulillah akhirnya kelar juga. Sambil menunggu adzan
yang memang terkenal namanya tapi tidak tahu gerak geriknya.
subuh, kulepas sedikit kepenatan dengan mencari acara yang menarik
Hari itu merupakan Jumat keempat di Desember 2017. Hari itu di televisi. Setelah sholat, ternyata keluargaku ada yang mengajak ke
adalah kesempatanku untuk pulang kampung setelah wisuda dan masuk tempat pemandian air panas pagi itu, walau sebenarnya aku sudah
kerja sekitar 2,5 bulan. Kesempatan libur Natal yang membuatku dapat mengantuk dan letih, tapi untuk penyegaran badan setelah begadang,
berlibur untuk bisa berkumpul dengan keluarga di rumah. Ketika jam akhirnya aku ikut pergi.
menunjukkan pukul 5 tepat, aku meninggalkan teman-teman yang
Masa revaluasi BMN masih berjalan dan hal ini terulang kembali
masih mengerjakan tugas di kantor untuk bergegas ke stasiun agar tidak
di tahun 2018. Kali ini aku tak pulang kampung, tetapi sedang
ketinggalan kereta. Sebagai penebus rasa bersalah karena meninggalkan
mengerjakan tugas revaluasi BMN instansi yang menjaga negara ini,
mereka, akhirnya sebagian dari tugas aku bawa untuk dikerjakan di
inilah terget revalku kali ini.
rumah.
Pada hari itu aku dan teman-teman menunggu satker itu datang.
Perjalanan pulang serasa masih belum lega karena membawa tugas,
Sambil menunggu, kita masih mengerjakan berkas-berkas yang belum
isitirahat perjalan pulang dalam semalam pun tidak tenang. Keesokan
selesai. Cukup lama kita menunggu satker itu sampai kita sudah cukup
harinya teman-teman yang tidak pulang melanjutkan tugasnya bersama
banyak menyelesaikan sisa laporan dari tahun lalu. Ketika satker itu
pegawai yang menjadi tim reval. Diriku yang masih dalam perjalanan
datang, mereka tak hanya membawa berkas pendukung BMN itu, tetapi
pulang juga ingin segera bergegas menyelesaikan tugas ini agar beban
juga termasuk komputer di ruangannya, alhasil pegawai satker itu juga
ini bisa dihapuskan. Sesampainya di rumah, setelah membersihkan
mengerjakan di kantor. Di situlah kita ditantang untuk memberikan
diri, aku mulai menyelesaikan tugas ini. Sejak mulai mengerjakan
pelayanan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan dari penilaian
tugas hingga adzan isya berkumandang, aku masih terlalu santai
kembali ini, akhirnya kita harus mengerjakan lagi form pendataan
mengerjakannya, maklum masih letih karena perjalanan jauh.
bersama subsatkernya agar sesuai dengan ketentuan.
Sejak itu aku mulai mempersiapkan untuk melanjutkan pekerjaan
Jumlah BMN milik satker ini banyak, tapi jika tidak dikerjakan
tadi. Teman-teman di kantor masih bersemangat untuk mengerjakan
pasti tidak akan selesai. Kami pun mulai mengerjakan semuanya. Saat
tugas tersebut, aku tidak boleh kalah. Secangkir kopi menjadi teman
mengerjakan rasanya seperti ditunggui bodyguard spesial, yah mau
untuk mengerjakan sisa tugas karena kemalasanku tadi. Mulai kubuka
gimana lagi? Kami ditemani oleh mereka sampai selesai mengerjakan
17.Integritas
semua. Mungkin rasanya aneh ketika mengerjakan, kita mengerjakan
semua sampai malam bahkan berganti hari, ditemani oleh pegawai
Tanpa Batas
satker pelindung negara, tapi mungkin inilah bentuk loyalitas mereka
kepada instansinya yang dapat kami contoh.
Hari terus berjalan dan semua ada waktunya masing-masing. Meski oleh: Beta E. Adna
Kanwil DJKN Kalsel dan Kalteng
masih berstatus CPNS, tetapi banyak hal yg telah aku pelajari. Momen-
momen kecil itulah yang dapat aku rasakan sebagai pegawai baru di
sini, mungkin biasa saja, tapi kejadian-kejadian yang baru aku alami
itulah yang membuat spesial. Kesempatanlah yang membuat diriku
dapat merasakan semua ini. Jadi ambilah kesempatan yang diberikan
padamu dan yakinlah kamu bisa, karena di balik setiap kesempatan
yang kita ambil, terdapat kesempatan-kesempatan lain yang bermanfaat
untuk kita dan memberikan pengalaman terbaik untuk hidup kita.
2018.
J
am dinding belum genap menunjukkan pukul 08.30 WITA
pagi itu. Saya dan tim revaluasi sudah berkumpul di halaman
Polres Banjar bersiap menuju ke Daerah Peramasan, untuk
melakukan penilaian kembali Barang Milik Negara (revaluasi BMN).
Kami mengecek motor trail yang akan dikendarai hasil kordinasi tim
revaluasi dengan Polres Banjar, mereka menjelaskan medan yang akan
ditempuh hanya bisa dilalui dengan motor trail. “…jadi, hanya motor
trail yang bisa kesana, waspadalah…” jelas Pak Polisi. “Seperti apa
sih medannya?” tanya saya dalam hati. Belum tuntas rasa ingin tahu
saya pada medan hari itu, saya lihat Pak Polisi yang ikut mendampingi
revaluasi berpakaian seragam lengkap dan satu orang polisi membawa
senjata laras panjang. Tergelitik benak saya dan memberanikan diri
bertanya “Untuk apa bawa senjata, pak?” Tanpa sepatah kata, Pak
Polisi hanya tersenyum penuh makna.
bangga muncul dalam menurun serta menikung dalam kondisi jalan yang licin. Dalam briefing
diri saya bisa ikut itu, motor trail akan diisi bahan bakar di rumah warga terakhir yang
dalam iring-iringan itu jauhnya sekitar 15 km dari posisi saat itu. Ada satu hal dalam briefing
sambil sesekali waktu yang membuat jantung saya berdetak kencang, “Kita harus segera
saya membunyikan mencapai Desa Peramasan sebelum air sungai meluap karena hujan
sirine agar kendaraan deras” kata Pak Polisi.
yang berada di depan
Kami pun melanjutkan perjalanan. Hujan turun begitu lebat
memberi jalan pada
membuat jarak pandang kami sangat terbatas. Lebih parah lagi,
kami.
helm yang saya gunakan berembun. Beberapa kali saya kehilangan
Tim penilai bersiap melaksanakan revaluasi BMN
Setelah berkendara keseimbangan dan hampir terjatuh. Hujan merubah tanah menjadi
kurang lebih 10 km, kami berbelok ke kanan keluar dari jalan aspal. berlumpur, lembek, dan licin, seolah-olah siap menghisap benda
Jalannya hanya ada bebatuan dan terkadang tanah bahkan kami yang berjalan di atasnya, sungguh tidak bersahabat. Batu-batu di jalan
melintas di atas rumput dan jalan setapak. Tak hanya itu, jalan mulai membuat ban motor saya terpeleset berulang kali. Jas hujan pink itu
bergelombang dan berlubang. Bebatuannya tajam sangat tidak ramah pun seperti tidak berfungsi karena pakaian yang saya kenakan sudah
untuk ban motor trail kami. Sepanjang jalan yang kami lewati terhampar basah kuyup bahkan beberapa Pak Polisi sudah melepas jas hujannya.
kebun-kebun karet dan sawit diselingi oleh beberapa rumah warga. Namun, saya tidak menghiraukannya karena kami semua harus
Sesekali kami melewati jembatan kayu yang sempit sehingga saya pun bergegas sesegera mungkin mencapai lokasi agar tidak terhalang oleh
harus terampil menjaga keseimbangan. Jalan offroad itu masih sangat sungai yang meluap.
asing bagi saya. Pak Polisi begitu mahir dalam mengemudi motor
Tibalah kami di rumah warga yang menjual bahan bakar. “Ini
trail. Mereka melaju dengan kencang, melibas semua tikungan. Tanpa
rumah warga terakhir, selanjutnya hutan belantara, isi bensin full”
mengurangi kecepatan, saya melihat mereka mengendarai motor sambil
perintah Pak Polisi. Sambil merapikan jas hujan dan membersihkan
berdiri beberapa kali. Ya, berdiri! Layaknya film laga Hollywood.
sepatu dari lumpur, saya melirik jam tangan saya yang menunjukkan
Tak lama berselang, hujan deras yang mengguyur memaksa kami pukul 11.30 WITA. Saat itu hari sangat gelap, awan hitam menutupi
segera berteduh di rumah warga. Satu per satu kami menerima jas matahari. Saya menyempatkan berdiskusi kecil dengan Pak Polisi
hujan yang sudah disiapkan. Walaupun warna jas hujan yang dibagikan bagaimana jika memang sungai sudah meluap. “Kita lihat kondisi nanti
pink dan sangat tipis, kami tetap gagah melintas dengan motor trail. saja pak” jawabnya lirih. Seakan-akan Pak Polisi tak tahu apa yang
Sebelum melanjutkan perjalanan, seorang dari polisi memberikan bakal terjadi. Setelah mengisi bahan bakar kami pun bersiap memasuki
briefing kepada kami. “Harap berhati-hati dalam mengendarai motor kawasan yang tak berpenghuni.
trail karena hujan mengakibatkan jalan sangat licin” jelasnya. Kami
Perjalanan revaluasi dilanjutkan. Hujan tak menunjukkan tanda-
dianjurkan sedikit menggunakan rem dan lebih banyak “bermain
tanda mereda. Sepanjang mata memandang hanya pohon-pohon besar
gigi persneling” karena jalan yang akan dilintas mulai menanjak dan
nan rimbun yang menjulang tinggi disertai semak belukar. Tak ada satu
pun lagi rumah warga. Saat sedang konsentrasi memacu kendaraan, Ternyata perjalanan
tiba-tiba saya terkaget oleh sekelebat penampakan anak babi hutan yang revaluasi saat itu masih
berlari menjauh. “Oh, ternyata senjata laras panjang yang dibawa Pak harus melewati sekitar
Polisi itu untuk melindungi kami dari babi hutan” gumam saya dalam lima belas sungai yang kian
hati. Tak lama berselang, bukit-bukit yang kami lewati kian berbatu tajam bertambah kedalamannya.
dan berlumpur. Kondisi jalan semakin banyak tanjakan dan kelokan. Bertemu dengan sungai
Licin, tapi kami tidak bisa mengurangi kecepatan laju kendaraan. kedua, saya bersiap
Sungguh sial! Skenario agar sesegera mungkin sampai ke lokasi pun mengambil ancang-ancang
gagal terjadi. Ban belakang motor trail yang saya kendarai kempes Seorang polisi berusaha membuang air dari knalpot
dan menarik gas motor trail
di tengah hutan. Sudah tak ada pilihan lagi selain tetap melanjutkan dengan kencang. Byuurrr!
perjalanan walaupun dengan kecepatan yang lambat. Tak lama ... dan saya pun tercebur. Tiap sungai berikutnya, saya mempersilakan
kemudian, tali gas motor trail yang dikendarai seorang polisi putus. Di Pak Polisi untuk menyeberang lebih dulu sambil mengumpulkan sisa-
tengah hujan deras, kami semua berhenti karenanya. Beruntung, rekan- sisa keberanian yang sebagian hanyut bersama derasnya aliran sungai.
rekan revaluasi dari polisi sangat well prepared sudah menyiapkan tali Ketika menyeberangi sungai-sungai itu, tidak sedikit Pak Polisi yang
untuk menarik motor yang mogok. Praktis kami bertujuh meneruskan juga terjatuh. Dasar sungai yang tidak rata, berbatu, dan berlumpur
perjalanan dengan kecepatan yang sangat rendah. membuat ban terganjal dan motor terhenti, bahkan beberapa sungai
bagaikan menelan ban motor kami. Arus sungai yang deras dengan
Hujan sedikit mereda. Kami tetap melaju walau dengan perlahan.
mudah menyeret motor hingga terjatuh, menyebabkan beberapa motor
Sampailah kami pada sebuah sungai yang jembatannya sudah tenggelam,
mogok kemasukan air.
tak terlihat lagi. Salah seorang dari polisi turun dari motor menuju
sungai untuk mengukur seberapa dalam sungai itu. “Selutut !” teriaknya. Tantangan yang terberat adalah dua sungai yang dalamnya
Satu per satu motor melintas, tak terkecuali motor yang ditarik tali dan sepinggang Pak Polisi dan lebarnya 12 meter. Di sungai itu bukan kami
motor yang saya yang menaiki motor tapi justru motor yang menaiki kami. Kami harus
kendarai dengan bergotong royong mengangkat satu per satu motor untuk melintasi
ban kempes. sungai-sungai itu. Saya pun sempat mengabadikan momen yang sangat
langka dalam hidup saya itu, bahkan mungkin itulah satu-satunya
Saya berhasil
kegiatan revaluasi BMN yang menyeberang sungai dengan memanggul
melewati sungai
motor trail. Setelah sungai terakhir berhasil kami seberangi, motor-
pertama. “Ah,
motor harus dijungkirkan ke belakang untuk membuang air dalam
gampang… tinggal
knalpot. Butuh beberapa saat sebelum kami siap meneruskan
gas doang, tidak
perjalanan kembali.
seseram yang saya
bayangkan!” Perjalanan kami lanjutkan, sampailah kami di sebuah dusun
Anggota tim mendorong motor melewati arus sungai
terpencil. Saat itu, pukul 14.30 bersedia bersusah payah demi “Nilai untuk Negeri”. Hal itu sudah
WITA, namun matahari nyaris menjadi tugas dan tanggung jawab kami sebagai tim revaluasi. Yang
tak terlihat, bersembunyi di penting bagi kami adalah data yang disajikan teruji validitasnya sehingga
balik gelapnya awan. Kami nilai yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan. Lebih dari itu,
singgah di warung kecil pengecekan fisik itu perlu dilakukan agar tidak diserobot oleh pihak
beratapkan pelepah daun yang tidak bertanggung jawab karena objek revaluasi belum bersertifikat
kelapa yang kadang air hujan dan jauh dari pantauan. Baru saya sadari bahwa tingkat kesulitan
menetes di beberapa sudutnya. Foto penulis perjalanan revaluasi saat itu semakin meningkat yang harus dihadapi
Kami menyempatkan makan dengan mental yang kuat dan fisik yang prima. Untungnya, Pak Polisi
siang dan sholat sambil memperbaiki motor. Hanya ada jajanan khas bersedia mendampingi tim revaluasi. “Siap 86 !” tegas mereka.
buatan penduduk setempat dan teh panas yang disajikan kepada kami.
Setelah menunaikan sholat maghrib dan mampir di warung kopi,
Dengan pakaian yang basah kuyup dan sepatu penuh lumpur, kami
kami pun bergegas kembali ke Polres Banjar melalui jalan memutar,
menikmati tiap teguk teh itu. Pak Polisi bahu membahu memperbaiki
jalan aspal. Jalan yang awalnya kami hindari karena jarak tempuh yang
motor yang dilakukan dengan alat seadanya, dengan bantuan beberapa
jauh dan jadwal revaluasi yang padat. Tidak mungkin kami melewati
alat yang dipinjamkan warga setempat. Hampir dua jam berselang,
jalan pintas saat berangkat tadi karena air sungai sudah sangat meluap
semua motor selesai diperbaiki dan hujan pun kembali turun dengan
dan hari sudah gelap. Di bawah guyuran hujan, kami berjalan beriringan
deras
dan sekali lagi saya membunyikan sirine meminta kendaraan di depan
seperti tiada kunjung berakhir. Setelah membersihkan sepatu dari kami untuk sedikit menepi agar kami dapat lewat. Tepat pukul 02.00
lumpur, dengan tenaga dan asa yang tersisa, kami bulatkan tekad untuk WITA dini hari, kami tiba di halaman Polres Banjar. “What an amazing
mencapai lokasi objek revaluasi. moment” bisik saya dalam hati tersenyum bangga sambil mengeluarkan
air hujan dari sepatu saya.
Kami melanjutkan perjalanan, kali ini dengan laju kendaraan yang
lebih cepat. Kami tiba di lokasi persis adzan maghrib berkumandang.
Pak Polisi sempat bingung dan hampir tidak mengenali objek revaluasi
karena lokasi penuh dengan semak belukar. Setelah mengonfirmasi
dengan penduduk setempat, tim revaluasi memiliki keyakinan letak
objek revaluasi berikut data pembandingnya.
Objek revaluasi BMN itu adalah satu NUP berupa tanah kosong
di Desa Peramasan, Kecamatan Peramasan, Kabupaten Banjar. Tanah
itu merupakan hibah dari masyarakat yang digunakan sebagai pos polisi
pada tahun 2000 dan saat ini sudah tidak digunakan lagi.
Meski hanya satu objek dan nilai wajarnya kecil, kami siap dan
18.Nilai
melakukan penilaian pada aset yang kondisi dan bentuknya sama sekali
tidak dapat dibayangkan. Hatiku pasrah berusaha ikhlas menerima
tugas ini, aku hanya terus mencoba mengingat pesan Menteri Keuangan
Untuk Perbatasan Negeri untuk jangan pernah lelah mencintai negeri ini. Mungkin sudah takdir
oleh: Hanry Abi Himawan dari Allah SWT, untuk bukti baktiku pada negeri ini dalam menyajikan
Sekretariat DJKN
nilai terbaik untuk negeri. Kuberanikan diri untuk menjalani tugas yang
memaksaku hidup selama tujuh hari penuh diatas samudra yang luas
melawan ganasnya alam.
Tibalah saatnya bagi kami tiga orang Tim Penilai DJKN dari
KPKNL Dumai untuk mengaplikasikan ilmu membentang kebaikan
untuk menyajikan nilai wajar untuk aset yang menjadi target kami. Aku
pun akan menempuh perjalanan menuju ke berbagai pulau di pelosok
perbatasan negeri. Kami menyebut tugas ini sebagai mission impossible,
seperti di dalam film yang diperankan oleh aktor tampan, Tom Cruise.
S
udah satu tahun waktu berlalu, tak terasa namun kenangan dipersenjatai dengan sebuah kapal tua, kapal buatan jepang pada tahun
manis itu tak akan pernah pudar di ingatanku. Mataku 1980 dengan kru tidak kurang berjumlah 23 orang yang akan menemani
terbelalak, hatiku memberontak, batinku bergejolak ketika perjalanan kami selama 7 hari mendatang, old but gold begitulah aku
mendapatkan tugas untuk melaksanakan penilaian kembali (revaluasi) menyebut kapal ini. Kapal ini selain mempunyai misi mengantarkan
Barang Milik Negara (BMN) satuan kerja Distrik Navigasi Kelas I Dumai. kami untuk melaksanakan Revaluasi BMN, sekaligus menyuplai Bahan
Kantor Distrik Navigasi sendiri adalah sebuah Lembaga pemerintah Bakar Minyak (BBM) ke pelosok perbatasan negeri ini.
yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan dan
Setelah briefing, kami pun diberangkatkan dan menempuh
memiliki kewenangan untuk menjalankan dan melakukan pengawasan
perjalanan lebih dari 12 jam menuju tujuan pertama kami yakni, Pulau
terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
Jemur. 12 jam yang terasa seperti 12 hari bagiku yang tidak terbiasa
menjamin keselamatan pelayaran.
hidup diombang ambing oleh lautan, apalagi pada malam pertama di
Kembali ke masalah tugas yang dengan berat hati aku terima, kapal kami langsung disambut oleh badai laut.
melihat daftar aset yang harus dilakukan Revaluasi BMN tidak tanggung-
Barulah keesok harinya sekitar pukul 07.15 WIB kami sampai
tanggung hingga ke pelosok perbatasan negeri ini. Tidak terbayangkan
di Pulau Jemur dan kapten kapal menginstruksikan kepada para kru
bagaimana cara menuju ke sana, apa yang ada di sana dan bagaimana
termasuk kami bertiga untuk menunggu hingga air laut pasang agar
pulau ini tidak terjangkau sinyal oleh operator seluler apapun yang hanya mengelilingi pulau
Menara suar Pulau Mandi
dimiliki negeri ini. Ketika ada kabar duka dari keluarga di kampung, tersebut untuk memberikan
tak jarang mereka tidak dapat hadir mengingat kesulitan komunikasi kesempatan kepada
dan transportasi. Miris mendengarnya, di mana kami di kota begitu kami dalam melakukan
sangat dimanjakan oleh fasilitas ternyata di pelosok negeri ini masih pengamatan jarak jauh dan
banyak daerah yang tertinggal dalam segala hal. tagging lokasi GPS.
Cerita dari para pejuang perbatasan negeri membuatku terinspirasi. Begitulah cerita awal
Pengabdian kami selama ini kepada ibu pertiwi ternyata tidaklah perjuangan kami dalam
seberapa jika dibanding dengan perjuangan mereka yang harus hidup menyajikan nilai untuk
penuh dengan keterbatasan segala fasilitas. Malu rasanya saat mengingat negeri, tidak lama memang
pada awalnya sangat berat menerima tugas ini. kami di sana namun
menjadi sebuah cerita yang
Mereka sangat senang kami kunjungi dan menitipkan pesan kepada
sangat berkesan dan tak
kami untuk tidak pernah menyerah mencintai negeri ini. Disinilah
terlupakan. Pengalaman
tempat kita hidup dan mencari nafkah. "Semoga langkah kecil kami
ini membuat langkah
bermanfaat dan bisa menjadi perhatian lebih pemerintah. Sepenuh hati
kami dalam melanjutkan
kami untuk menjaga perbatasan negeri”, tutup mereka diplomatis.
perjuangan Revaluasi BMN
Setelah itu, kami pun berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. untuk menuju ke pulau selanjutnya menjadi lebih ringan.
Pulau yang menjadi tujuan kedua kami adalah Pulau Batu Mandi.
Mendengar namanya saja sudah terbanyang keunikan dan keindahan
pulau tersebut. Pulau ini hanya berjarak sekitar 50 menit dari Pulau
Jemur yang ditempuh menggunakan kapal. Namun imanijasi kami
buyar begitu sampai ke lokasi, bayangan kami akan keindahan pantai
yang sepi dan pasir yang menghampar luas seperti di Pulau Jemur tidak
dapat kami temukan di Pulau Batu Mandi.
19.Berjuang
dapat kami petik hikmahnya dari seluruh rangkaian kegiatan revaluasi
BMN tersebut yaitu bahwa dedikasi, keikhlasan, tanggung jawab,
Demi Reval
keseriusan, kekompakan dan semangat dalam menjalankan tugas
adalah modal utama dibalik sebuah kesuksesan.
oleh: Y.Tri Astuti, Hesti Sari Wijayanti, Ari Setiawan Ada satu cerita dari kegiatan reval kami yang mungkin dapat
KPKNL Pekalongan
menjadi salah satu inspirasi bahkan mungkin motivasi bagi kita semua
dalam berkarya.
D
ari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018, Direktorat berkurang. Lelah dan capek menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Jenderal Kekayaan Negara telah melaksanakan hajat Sedikit kami beri gambaran bahwa kegiatan reval tidak semata-mata
besar yaitu Revaluasi (Penilaian Kembali) Barang Milik hanya tugas administrasi saja namun juga melaksanakan tugas lapangan
Negara. Penilaian kembali aset Negara ini telah memberikan kontribusi yaitu melakukan survei tanah ke lokasi di mana barang milik satker
yang sangat berarti bagi Republik tercinta. Kesuksesan ini dapat diraih berada, dan itu sangat menguras tenaga. Oleh karena itu menjaga
berkat kerja keras para punggawa DJKN diseluruh tanah air termasuk kesehatan menjadi sesuatu yang wajib dilakukan.
kami yang berada di baris terdepan KPKNL Pekalongan ikut terlibat Kami sebagai manusia biasa tentu saja memiliki keterbatasan.
di dalamnya. Kesehatan kami agak terganggu, terutama salah seorang teman satu tim
Tidak ada cerita khusus yang dapat disampaikan oleh tim kecil kami Ari namanya. Di tengah. jadwal reval yang padat teman kami itu
kami. Semua biasa saja, sama dengan kantor lainnya. Kegiatan yang jatuh sakit karena kelelahan dan kurang istirahat. Typusnya kumat dan
sama seperti membimbing satker dalam melakukan inventarisir Barang dokter telah menyarankan kepadanya untuk istirahat total di rumah
Milik Negara, melakukan survei lapangan, mencari data pembanding, sakit, akan tetapi dia menolaknya dan memilih untuk obat jalan saja.
membuat perhitungan nilai dan laporan penilaian, input SIP Reval, Teman kami bermaksud untuk tetap dapat bekerja meskipun sakit.
input SIMAN, dan lain-lain merupakan hal yang biasa kami lakukan. Sungguh luar biasa semangatnya. Perjalanan dari rumah ke kantor
Namun dibalik rutinitas yang biasa itu ada pelajaran luar biasa yang saja harus dia tempuh dengan menggunakan kereta. Maklum tempat
tinggalnya bersama keluarga berada di Semarang sedangkan kantor Kabupaten Kendal dan memutuskan untuk menginap. Kebiasaan setelah
kami ada di Pekalongan. Keadaanlah yang mengharuskan dia pulang dari lapangan, malamnya kami merekapitulasi dan mengelompokkan
pergi Semarang – Pekalongan. data untuk memudahkan kami dalam membuat laporan. Masing-
masing mengerjakan bagian sendiri-sendiri. Kebetulan sekali malam itu
Pada hari disaat dia sakit, kami sedang melaksanakan tugas reval
hujan deras mengguyur Kendal sehingga kami cukup makan malam
bersama satker Polres Kendal. Berhubung Kendal berada di tengah-
di Restoran Hotel. Saat makan malam baru kami tahu bahwa teman
tengah antara Semarang dan Pekalongan, maka kami berangkat
kami sedang sakit setelah melihat dia minum obat. Ya Tuhan pantas
terpisah. Kami para wanita berangkat naik kereta dari Pekalongan dan
seharian kelihatan pucat dan selalu gagal fokus. Ternyata dia sakit.
Ari berangkat naik mobil dinas dari Semarang. Hari itu kami akan
Dan dia pun kemudian bercerita bahwa sakit typhusnya kambuh dan
melaksanakan tugas reval berkeliling Kabupaten Kendal dalam rangka
seharusnya istirahat total atas saran dokter. Perasaan bersalah segera
survei lokasi aset milik Polres Kendal.
menyergap, kami pun menyarankan agar dia besok tidak usah ikut ke
Sepanjang hari kami lalui dengan penuh semangat dan keceriaan. lapangan, namun dengan tegas dia menolak. Dia bersikeras untuk ikut
Tawa canda selalu ada di sela-sela kesibukan baik di dalam mobil menuntaskan pekerjaan yang memang seharusnya selesai besok.
dinas yang dikendarai oleh Ari maupun saat di lokasi. Kami sama
Singkat cerita, akhirnya tim berhasil menyelesaikan tugas hingga
sekali tidak tahu bahwa teman kami sedang sakit. Pandai sekali dia
tuntas. Dan setelah semua pekerjaan selesai, teman kami mengajukan
menyembunyikan. Kami tidak menyadarinya walaupun beberapa kali
cuti untuk istirahat total di rumah.
mobil kami hampir menabrak pengendara lain. Kami cuma mengira
kalau teman kami hanya mengantuk karena kurang tidur. Syukurlah Demikianlah cerita suka duka reval di tim ini. Sebenarnya banyak
kegiatan hari ini berjalan lancar. Kami telah menyelesaikan kunjungan lagi cerita di tim-tim yang lainnya dan yang paling seru adalah cerita
di tiga Polsek. Memang cukup jauh jarak antar Polsek yang satu dari Tim BKO KPKNL Pekalongan yang diperbantukan ke KPKNL
dengan yang lainnya. Sengaja kami rencanakan mengambil rute yang Yogyakarta di mana mereka harus menghadapi medan survei yang
terjauh dahulu. Rute yang cukup berat karena harus naik ke daerah cukup berat yaitu harus menyusuri lokasi sungai-sungai dari pinggir laut
pegunungan. Jalan menanjak dan berkelak kelok. Capek sekali bagi sampai atas gunung. Selain medannya yang mengharuskan tim turun ke
seorang driver. Tak terbayangkan bagaimana menyetir dalam kondisi sungai dengan kondisi jalan setapak yang licin dan berbatu, juga cuaca
sakit dan dalam waktu yang lama? Wow, sungguh salut ketika tahu yang saat itu sangat ekstrim, hujan deras tiap hari, bahkan sempat terjadi
waktu itu teman kami sedang sakit. Belum lagi saat tiba di setiap lokasi, banjir bandang di beberapa titik wilayah.
kami harus melakukan pengecekkan fisik aset, melakukan pencatatan–
Cerita di atas mungkin kurang menarik untuk disimak, namun kami
pencatatan, pengukuran dan pemotretan. Setelah itu mencari data
berharap agar pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut
pembanding. Kami harus berkeliling lagi mencari tahu harga tanah
yaitu :
yang telah terjual di sekitar lokasi. Itu baru satu lokasi, bagaimana kalau
banyak lokasi ? “Seberat apapun pekerjaan yang diberikan dan sesulit apapun tan-
tangan yang dihadapi harus kita laksanakan dan kita tuntaskan dengan
Selesai dari lapangan, kami menuju salah satu hotel ternama di
penuh tanggung jawab, ikhlas dan jujur berlandaskan nilai-nilai Kemen-
“
Revaluasi Untuk Negeri“ mendengar kalimat di atas telah
mengingatkan kita bahwa betapa kayanya negeri ini, betapa
banyaknya aset-aset yang kita miliki, dan apabila semua
aset ditransformasikan dalam bentuk angka, maka akan terlihat
betapa dasyatnya kekuatan kita, kekayaan bangsa dan kekokohan
INDONESIA.
Kami sebagai bagian dari DJKN telah ikut serta dalam Revaluasi
Aset Negara tersebut. Banyak pengalaman yang telah kami peroleh.
Suka Duka Revaluasi BMN sudah menjadi bagian dari “Resiko
Pekerjaan”.
Pada tahun 2017 yang lalu, kami berempat dari KPKNL Pekalongan turun ke lokasi” teriak Usman. Kami pun bergegas masuk hutan
diminta untuk membantu KPKNL Yogyakarta melakukan Revaluasi dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak para penebang kayu.
BMN terhadap satker SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA) Sempat pula berpapasan dengan para pencari kayu itu. “ Mau kemana
dan SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA) Serayu – pak?” sapa mereka. “ Mau ke sungai di bawah ” jawabku. “Hati-hati
Opak di wilayah kerja KPKNL Yogyakarta. pak, hujan sebentar lagi turun. Jalanan licin..” tegur mereka sambil
tersenyum.
Aset yang harus kami nilai dan kami survei adalah tanah dan
bangunan air sepanjang aliran sungai serayu dan sungai opak yang Benar juga... angin tiba-tiba bertiup kencang, suara petir
membentang dari Gunung Kidul hingga Banyumas, dibawah naungan menyambar terdengar keras. “Subhanallah...” teriak kami. Kami segera
Gunung Merapi, Sindoro, dan Sumbing. mempercepat langkah menuruni lembah yang cukup curam. Harus
berhati-hati dalam menapakkan kaki sebab tanah dan bebatuan begitu
Kegiatan Revaluasi BMN ini kami laksanakan dari bulan Oktober
licin dan berlumut. Tangan kami harus mencari pegangan sebatang
hingga Nopember 2017 di mana saat itu kondisi cuaca tidak bersahabat,
pohon atau akar di sekitar agar tidak terpeleset jatuh. Angin bertambah
sering hujan lebat disertai angin kencang. Kondisi cuaca ekstrim ini
kencang... air hujan mulai menetes sedikit demi sedikit. Alhamdulillah
menjadi tantangan tersendiri bagi kami mengingat lokasi yang kami
kami telah berada di bawah lembah, namun masih harus berjalan
tuju sebagian besar berada di tengah hutan, gunung, lembah, dan
menuju sungai. Hujan semakin deras, kami berlari kecil menuju
pedesaan. Sangat menantang karena lokasinya yang sulit dijangkau
sebuah pohon besar di pinggir sungai, untuk berteduh di bawah pohon
dan mengharuskan kami untuk berjalan kaki menuju tempat-tempat
besar itu. Hujan bertambah deras dan angin bertambah kencang. Kami
tersebut.
harus menunggu beberapa saat sebelum melakukan tugas karena jarak
Banyak pengalaman yang dapat kami ceritakan untuk kalian. Pernah pandang hanya sejauh 4 sampai 5 meter saja. Kami telah berada di
suatu pagi kami berencana melakukan survei di salah satu obyek yang lokasi dan melakukan beberapa hal tapi lupa satu hal yaitu membawa
letaknya cukup jauh di kaki gunung Merapi. Persiapan sejak terbit fajar payung atau jas hujan. Ya Allah.... kok bisa lupa ya...? Untungnya kami
telah kami lakukan. Baterai kamera telah kami isi penuh, Distomat membawa Survival Tools sehingga bisa memotong daun pisang yang
telah siap di kantong jaket, dokumen dan peralatan lain juga sudah banyak tumbuh di sekitar
siap. Jam 8 tepat sehabis sarapan kami meluncur meninggalkan hotel lokasi untuk melindungi
tempat kami menginap dengan mengendarai Mobil Dinas Kantor. tubuh dan peralatan kami dari
Cuaca pagi itu mendung namun belum terlalu pekat. Kami berkendara basah.
sekitar 2 jam lamanya dengan rute naik dan berkelak kelok merambat
Setelah hujan agak mereda
di kaki gunung Merapi. Semakin naik mendung semakin pekat, Mobil
dan jarak pandang kembali
berbelok memasuki sebuah desa dan berhenti di pinggir hutan. Turun
normal, di bawah lindungan
dari mobil, angin sejuk pegunungan menerpa wajah kami. Kami lihat
daun pisang, kamera Nikon
langit bertambah hitam dan anginpun bertambah kencang. “Celaka...
Coolpix dropingan dari
Hujan mau turun..” dalam hati kami bergumam. “ Ayo kita segera Tim menggunakan daun pisang sebagai pelindung dari air hujan
Kantor Pusat aku mainkan untuk mengambil gambar obyek. Usman menyusuri sepanjang Mobil tim dicegat penambang pasir
Semua suka duka yang kami alami itu tidaklah seberapa Dua Tiga Satker Terkunjungi
dibandingkan tujuan dan hasil yang kami capai yaitu “Revaluasi Untuk
oleh: Adi Prabawa
Negeri” KPKNL Tasikmalaya
K
ala itu dipagi yang cerah dengan penuh semangat kami
berangkat menuju satker yang lokasinya tidak diketahui.
Meskipun tujuan kami antah berantah, namun dengan
penuh keyakinan, kami pacu mobil plat merah uzur itu. Hanya berbekal
aplikasi navigasi Google Maps dengan keywords “MIN Cikarees” kami
dapatkan rute sejauh 61 km dengan waktu tempuh 2 jam 43 menit.
dalam 400 meter kedepan. Setelah beberapa detik kami menemukan melintasi jalan itu. Alhamdulillah kutemukan pelepah daun kelapa, aku
jalan bercabang, Cabang ke kanan masih terusan jalan yang kami lalui letakkan sejajar dilajur yang akan dilintasi ban yang nyaris gundul kami.
sebelumnya namun menanjak curam, cabang yang kekiri turun landai
“Bismillahirrohmanirrohim…” sepatah kata yang mungkin menjadi
memasuki jalan desa.
kata terakhir yang terucap dibibirku karena jika gagal melewati tanjakan
“It’s ok” gumanku, toh ada mbak-mbak dengan suara merdunya licin itu, mobil akan selip mundur dan dimangsa tebing jurang yang
memandu kami. Dengan sedikit ragu-ragu kami turuti perintah suara menganga dibelakang kami. Jegleg… tangan kiriku menggenggam
robot mbak-mbak itu. Menyusuri jalan cor semen yang masih tampak mantab tuas dan mengarahkan ke gigi 1.
baru dan hanya cukup dilalui 1 mobil itu pelan-pelan. Wow! Rasa
“Jika kau mati, insya Allah surga adalah ganjaranmu, karena kau
kagum dan bangga terbersit di benak kami, karena telah menjadi saksi
telah berjihad dalam menafkahi keluargamu” bisikku meyakinkan ke
keberhasilan program dana desa yang dicetuskan pemerintah.
dalam hati.
Tiga puluh menit berlalu, kami belum juga menemukan tanda-
“Telpon Maman biar ngonsepin SK anumerta kita hahaha…”
tanda akan menemukan peradaban, keresahan hati mulai merebak
candaku ke rekan tim sambil membayangkan wajah polos pegawai
ketika jalan cor semen mulai menemukan ujungnya. Kami mulai tegang
KPKNL Tasikmalaya yang mengurusi kepegawaian itu, walau garing
dan berdoa ketika melewati jalur off road yang sangat berbahaya. Jalan
namun cukup ampuh mengurangi keteganganku. Ngruuuuung….. deru
makadam berlubang-lubang yang tinggal menyisakan bebatuan sebesar
kasar mesin diesel itu akhirnya menandai keberhasilan kami melewati
kepala orang, licin bekas guyuran tangisan alam dan tebing jurang
tantangan itu.
menganga di sebelah kiri seakan menanti untuk memangsa kaleng plat
merah yang mulai ajrut-ajrutan. Jalan itu terus menuntun kami memasuki hutan jati, tak lagi nampak
bekas tapak ban di jalan yang kami lewati. Rambatan mobil terhenti
“Belok kanan” Suara mbak-mbak itu mengejutkan kami, suara yang
ketika jalan didepan kami mengecil, benar-benar mengecil sampai tak
tadinya terdengar merdu itu namun kali ini terdengar seperti bisikan
mampu lagi jalan itu mengakomodasi lebar mobil plat merah uzur ini.
setan yang terkutuk.
Kami turun lagi sambil menunggu siapa tahu ada orang melintas
”OMG…. Embak sehat???” tanyaku didalam hati. Panduan itu
dan dapat ditanyai kemana lagi kami harus melangkah. Kususuri jalan
mengarahkan kami untuk berbelok kanan, jalan setapak licin menanjak
setapak itu, Ya Allah nyata benar kami tersesat, aku ambil HP, cekrek...,
dipenuhi rerumputan. Aku melompat turun, mengamati apakah masih
foto kukirim di grup WA reval dengan caption “Alhamdulillah nemu
memungkinkan untuk menuruti panduan seperti pemandu lagu yang
death end” tidak ketinggalan tiga emoticon tertawa terguling-guling
mulai menyesatkan itu.
melengkapi.
“It’s ok” sekali lagi gumamku, toh masih ada rumput rubuh bekas
Kulihat Yuliyanto, ketua tim kami berdiri bersandar di pintu mobil,
lindasan ban.
dari mimik wajahnya terlihat serius menelpon satker untuk menanyakan
“Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara a…a…” lirih ku ancer-ancer namun tampak sia-sia karena dia juga tak mampu
bersenandung sambil mencari benda benda yang dapat membantu menjelaskan di mana kami berada. Salut punya ketua tim seperti dia,
tak sedikitpun dia menunjukkan aura negatif, setiap keresahan mampu ditunjukkan rute yang menurut dia lebih cepat meskipun jalan sedikit
dia rubah menjadi humor yang membangkitkan kembali semangat rusak.
kami.
Selepas mahgrib kami mohon diri, kami pasrah, dan lagi lagi
Tak lama kemudian muncul pria paruh baya dengan golok mempercayakan hidup dan mati ini kepada tutur lembut mbak-mbak
tersandang dipinggangnya, namun raut wajah lugunya meyakinkan yang berbisik berisik melalui kotak berukuran 5,5 inci.
kami bahwa dia bukanlah seorang penjahat. Dia tuturkan, jalan didepan
Lima menit kami menyusuri aspal “kota” yang hanya ditandai
kami hanya dapat dilewati dengan berjalan kaki. Dia sarankan untuk
dengan Kantor Desa dan sekolahan MAN ini, kemudian gelap...
berbalik arah.
tidak ada lagi lampu-lampu rumah penduduk yang menyinari jalanan,
“Ya Tuhan.... ujian apa lagi yang akan kau berikan...” gumamku. bintang pun enggan berpijar, hanya lampu mobil yang menemani kami.
Untuk menggeser mobil sedikit ke kanan atau kekiri saja sudah mustahil,
Jalan makadam kembali menyapa kami, meski sekarang lebih lebar
ini harus dipaksa untuk balik arah. Mau tak mau aku mundurkan mobil
namun lubang-lubang menganga siap memangsa mobil ini. Gedebuk...
pelan-pelan sampai menemukan tanah yang sejajar jalan untuk bisa
pletak.... berkali-kali bagian bawah mobil terbentur batu jalanan. Laju
berbalik arah.
mobil hanya bisa tiarap merayap, sinyal GPS mulai hilang, hijrah
Tepat pukul 16.20 WIB akhirnya kami sampai juga, namun bukan entah kemana ga pulang-pulang, kami nekat meskipun si mbak-mbak
di MIN Cikarees tetapi di MAN 2 Pangkalan yang letaknya sudah mulai ngaco. Keteguhan hati kami berbuah manis, dijung jalan sana
berdekatan. Berhubung di MIN Cikarees tidak ada NUP tanah yang terkerlip lampu rumah penduduk. Semakin mendekat semakin meriah
wajib disurvey, kami minta petugas pendamping dari MIN Cikarees tarian-tarian lampu itu, seakan menjadi lampu disco perayaan sweet
dan MIN Pangkalan untuk datang ke MAN 2 Pangkalan dengan seventeen. Peradaban itu mengakhiri 5 km jalan makadam yang kami
membawa data-data aset yang berupa bangunan untuk kami lakukan tempuh hampir dalam waktu 2 jam perjalanan.
desk valuation.
“50 meter belok ke kiri dan anda sudah sampai. Belok kiri, belok
Meskipun MAN 2 Pangkalan tidak masuk dalam surat tugas kali kiri, pak belok kiri. Bapak malah belok ke kanan ke rumah janda.
ini, namun masuk dalam target satker yang harus kami reval minggu Bapak mau ngapain? Anak bini nungguin di rumah," suara robot
berikutnya. Saat itu juga form pendataan aset MAN 2 Pangkalan kami Google Maps hasil rekayasa nitizen yang sempat viral beberapa waktu
bawa pulang. lalu seakan menjadi obat penghilang stres bagi tim reval kami sewaktu
kesasar dalam mencari lokasi satker.
Apakah perjalanan pulang kami sudah menemukan shiratal
mustaqim? Ternyata Tuhan memberikan hikmahnya, sekali dayung dua tiga
satker terkunjungi hahaha....
Sambil menikmati hidangan makan malam yang seharusnya sudah
kami santap tadi siang, kami menanyakan rute perjalanan terbaik yang “My reval... My Adventure...”
nanti akan kami lalui.
22. Lembur
aset tetap yang menjadi objek revaluasi BMN ialah tanah, gedung,
bangunan, menara, jalan, jalan rel kereta api, landasan pacu pesawat
Mengejar Start Reval terbang, jembatan, dermaga, bendungan, bendung, saluran air, dan
bangunan air lainnya pada kementerian/lembaga yang diperoleh sampai
oleh: Anggriyan Setyono dengan tanggal 31 Desember 2015. Total aset BMN yang dinilai yaitu
Direktorat Penilaian
sebanyak 945.460 Nomor Urut Pendaftaran (NUP). Bisa dibayangkan
kan, gimana beratnya kegiatan ini? Dengan jumlah yang sangat banyak,
aset tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia, baik di perkotaan
maupun di pedesaan, baik di gunung maupun di pulau besar dan kecil.
A
lhamdulillah wa syukurillah. Akhirnya kita memasuki mengusulkan agar kegiatan revaluasi ini menggunakan metode desktop
tahun baru 2017. Itulah suara batinku ketika memasuki valuation atas objek revaluasi berupa selain tanah. Metode ini tidak
tahun 2017. Aku tergabung pada Subdirektorat mengharuskan penilai untuk melakukan survei lapangan. Sedangkan
Standarisasi Penilaian Properti yang baru saja menyelesaikan pekerjaan aset BMN berupa tanah, penilai harus tetap melakukan survei lapangan
berat di tahun 2016 yaitu penilaian BUMN dalam rangka perpajakan. dalam kegiatan penilaiannya.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu dari paket ekonomi jilid 5 Kami di subdit standarisasi peraturan di bidang Penilaian menjadi
Pemerintahan Joko Widodo. DJKN telah menyelesaikan penilaian garda terdepan suksesnya kegiatan revaluasi aset BMN ini karena kami
pada beberapa BUMN antara lain PT Inalum, PT KAI, BULOG, PT harus segera menyiapkan peraturan-peraturan dan petunjuk teknis
Taspen, BPJS Ketenagakerjaan, Airnav, dan Hotel INA. yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan revaluasi BMN ini. Menteri
Memasuki awal tahun 2017, kami mendapat tantangan yang Keuangan telah mentargetkan bahwa kegiatan revaluasi BMN ini
lebih besar lagi yaitu melakukan revaluasi aset Barang Milik Negara dilakukan selama dua tahun yaitu mulai dari awal tahun 2017 dan selesai
(BMN). Yah begitulah hidup, apabila telah selesai dari satu urusan pada akhir tahun 2018. Awal tahun 2017 pun kami segera mengadakan
maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Adapun rapat pembahasan persiapan penyusunan peraturan dan petunjuk
teknis untuk kegiatan revaluasi kali ini. Adapun salah satu hasilnya ialah mudah sudah dapat memperoleh besaran penyusutan atas aset tersebut.
kami harus mengganti Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
Akhirnya, draft petunjuk teknis kegiatan revaluasi pun hampir
166 Tahun 2015 tentang Penilaian Barang Milik Negara dan membuat
selesai. Kami lalu mengadakan rapat untuk finalisasi. Guna memenuhi
Kepdirjen baru tentang petunjuk teknis penilaian kembali BMN. Selain
target penyelesaian, maka kami berkomitmen untuk membahas hingga
itu, kami diharuskan membuat modelling baru terhadap objek revaluasi
selesai. Pembahasan draft tersebut dimulai dari jam 17:00 WIB sampai
BMN selain tanah sehingga penilaian dapat cepat dilakukan.
jam 05:00 WIB. Satu subdirektorat komplit rapat bersama dari malam
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, kami hingga pagi alias semalam suntuk. Malam itu begitu sunyi, hanya
mempelajari peraturan-peraturan dan petunjuk teknis penilaian yang suara-suara pembahasan mengenai draft peraturan reval. Serius, canda,
sudah ada. Rapat demi rapat intens dilakukan agar menghasilkan suatu ngantuk, kopi, teh manis, martabak, pizza, ayam bakar menemani kami
model yang ringkas dan mudah dipahami untuk para penilai DJKN. di ruang rapat malam itu.
Itu kami lakukan karena kami cinta penilai DJKN, ciieeeee... Bukan
Final draft petunjuk teknis pun kami serahkan ke Direktorat Hukum
hanya di dalam rapat, kami pun intens berdiskusi di luar forum seperti
dan Hubungan Masyarakat untuk direview kembali. Alhamdulillah
di ruangan kerja termasuk di dalam grup WhatApp subdirektorat
tahapan review pun selesai dilakukan sehingga draft tersebut naik
SPP. Siang dan malam, dalam kondisi apapun kami berdiskusi di grup
ke level Direktur Jenderal untuk dapat ditetapkan. Maka lahirlah
tersebut membahas peraturan yang akan kami release. Ketika makan,
Kepdirjen Nomor 246/KN/2016 tentang Petunjuk Teknis Penilaian
kami diskusi, nonton tv, kami diskusi bahkan sambal lari, kami diskusi
Tanah, Gedung dan Bangunan, Jalan, Jembatan, Bangunan Air, dan
di WhatApp. Hehehe....lebay. Kami juga mengundang beberapa
Penyusunan Laporan Penilaian dalam Rangka Penilaian Kembali
ahli dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Barang Milik Negara yang ditetapkan pada tanggal 30 Agustus 2017.
Kementerian Perhubungan, dan Kantor Jasa Penilai Publik. Pokoknya
pihak-pihak yang terlibat dan ahli dalam mensukseskan revaluasi ini, Sebelum Kepdirjen tersebut ditetapkan, kami pun membahas
kami akan undang. penggati PMK Nomor 166 Tahun 2015 tentang Penilaian Barang Milik
Negara. Dengan diskusi yang panjang baik siang maupun malam, baik
Setelah melakukan diskusi yang panjang kami pun mulai membuat
di kantor maupun di luar kantor akhirnya PMK Nomor 111 Tahun
modelling perhitungan baru. Terhadap aset gedung, jalan, landasan
2017 tentang Penilaian Barang Milik Negara dapat ditetapkan pada
pacu pesawat terbang, dan dermaga menggunakan square meter method
tanggal 1 Agustus 2017, sebagai pengganti PMK Nomor 166 Tahun
sedangkan aset menara, jalan rel kereta api menggunakan meter length
2015.
method. Adapun terhadap aset bangunan lainnya dan bangunan air
menggunakan meter cubic method. Dengan menggunakan metode Setelah peraturan dan petunjuk teknis terbit, perjuangan ternyata
tersebut para penilai sangat dengan mudah menghasilkan New belum selesai. Kami harus melaksanakan beberapa rangkaian sosialisasi
Replacement Cost (NRC) atas aset tersebut. Kami juga menyiapkan peraturan kepada para penilai, baik di kantor pusat maupun di daerah.
tabel-tabel penyusutan terhadap aset-aset tersebut. Dengan cukup Kamipun harus memastikan bahwa para penilai mengerti dan dapat
mengetahui umur efektif dan kondisi aset maka para penilai dengan mengimplementasikan petunjuk teknis tersebut di lapangan. Setiap
hari Direktorat Penilaian di Kantor Pusat harus menjawab berbagai
23. My Reval
pertanyaan dari teman-teman penilai di daerah. Setiap hari yang
dibahas revaluasi BMN sampai-sampai terbawa mimpi. Mimpi sedang
My New Experience
rapat revaluasi BMN, mimpi membuat model perhitungan dan mimpi
sosialisasi peraturan. Alhamdulillah sekarang kegiatan revaluasi telah
selesai. Berbagai upaya perbaikan kualitas laporan penilaian pun terus oleh: FMA/Farinisa
Kanwil DJKN Kalimantan Barat
dilakukan. Semoga kita mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun
2018. Aamiin.
4
Desember 2018 merupakan pengalaman pertama saya,
perjalanan baru untuk saya menghadapi dunia baru. Dunia
kerja di tempat baru yang jauh dari keluarga dan berbeda
pulau, tepatnya di Pontianak merupakan jalan awal saya untuk mengabdi
kepada negara. Pertama kalinya, saya melihat dari atas pesawat terdapat
banyak sekali hutan dan rawa katanya, tapi saya pikir itu adalah sungai.
Ya...mungkin saya masih tidak bisa membedakan, pikirku saat itu.
“Yes, saatnya pengalaman baru, saatnya melihat budaya baru, pasti
kamu bisa,” itu kata-kata semangat yang terpikir kala itu
Saat saya penempatan di kantor ini, DJKN sedang melakukan namun perjalananya
revaluasi BMN atau revaluasi aset yang bertujuan untuk menghasilkan pun menantang, tanah
laporan BMN yang akuntabel. Untuk melakukannya, dibutuhkan yang berada wilayah
form pendataan juga survey ke daerah tersebut. Saat itu, menurut daerah tersebut masih
perkiraan, saya tidak akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan tanah kuning, banyak
revaluasi ini. Namun, pucuk dicinta ulam pun tiba. Saya ditawari untuk sekali lubang pada jalan
melakukan revaluasi di daerah Kalimantan salah satunya di Sekadau tersebut. Cuaca yang
dan Landak. Wow....saatnya travelling. Lets Go, itulah pikiran pertama ada terlihat mendung
saya ketika mendapatkan tugas ini. Lokasi jalan menuju lokasi objek penilaian
karena sebelumnya
curah hujan lumayan
Perjalanan pertama saya yaitu ke Sekadau. Kotanya lumayan
tinggi, jadi saat itu saya merasa sedang offroad benar-benar berasa
bagus dan jalannya luas, jarak antara satu kantor ke kantor lain kalau
seolah-olah my trip my adventure.
jalan kaki lumayan untuk membakar kalori cocok untuk saya diet.
Saat melakukan reval, saat itu rasanya ingin membawa tower untuk Semakin menantang, saya kira hanya jalan datar saja yang seperti
jaringan internet. lamanya bola kecil itu berputar untuk menyelesaikan itu, namun jalan yang menanjak dan juga menurun. Jalur ini dilewati
pekerjaan, terdapat banyak sekali BMN yang harus terselesaikan, dan dua arah, dan warga di sini saling menunggu dan membantu apabila
harus berbekal kata sabar. kesusahan. Sepertinya, menurut perkiraan saya warga di sini sudah
terbiasa dan expert dalam hal seperti ini. Saat itu, perasaan saya sudah
Hari berikutnya medan perjalanan saya semakin menantang. Saya
campur aduk, bagaimana kalau jatuh, bagaimana kalau terjatuh bersama
harus menempuh perjalanan panjang ke Sekadau Hilir dan Sekadau
mobil yang saya tumpangi. Jalanan yang ada licin, sudah pasrah dengan
Hulu. Di sepanjang perjalanan, pemandangan yang terlihat adalah
semuanya yang akan terjadi kala itu, hanya berbekal doa semoga selamat
hutan, rawa, dan sungai. Saat itu, tim kami harus menyeberangi sungai,
sampai akhir. Mungkin memang terlihat lebay, namun memang track
namun harus menggunakan sampan atau rakit. Banyak sekali truck
pada jalanan itu agak curam dan menakutkan.
sawit yang ikut bersama kami. Dalam perjalanan, saya takjub ketika
menyaksikan ibu-ibu Di daerah sini, seringkali ada ular yang melintas. Kalau di kota
yang terlihat biasa manusia takut dengan ular, di sini kebalikannya. Ular sering di buru dan
menyeberang sungai di makan, waktu saya berhenti di kantor yang menjadi objek kegiatan
menggunakan sampan penilaian. Saya menemukan kulit ular yang telah berganti, ukurannya
tersebut. lumayan panjang. Wah, ngeri juga kalau ketemu aslinya, itu pikiran
saya kala itu. Syukur perjalanan saya ke Sekadau dari awal sampai akhir
Bukan hanya akses
tidak mengalami hambatan dan selamat sampai akhir. Dari perjalanan
ke Sekadau Hulu dan
itu saya berpikir betapa sulitnya mereka mendapatkan sumber daya,
Hilir yang menurut
betapa sulitnya menuju satu kota ke kota lain. Namun yang selalu
saya menantang, Tim menggunakan rakit menuju lokasi objek penilaian
bikin saya takjub, saya melihat anak kecil, keluarga, tetangga mereka tersebut dan ternyata juga ada yang merantau dari Jawa datang ke lokasi
bercanda bersama, dan tetap kelihatan bahagia dengan semua kondisi tersebut.
yang ada, benar benar bersosial bukan terpaku dengan namanya gadget.
Banyak sekali perumahan yang terpisah dengan yang lainnya, kenapa
Perjalanan yang menurut saya tidak kalah menarik adalah revaluasi mereka tidak pindah ke tempat dimana banyak orang berkumpul,
ke Landak. Di sini mungkin berbeda dengan yang sebelumnya, jalanan apakah mereka aman dari gangguan binatang dengan pohon pohon
sudah bagus namun tetap di sekitarnya banyak pemandangan pohon yang mengelilinginya. Namun, saat saya menanyakan hal tersebut
berciri khas Kalimantan Barat. Di sini cukup ramai penduduk, namun jawabannya adalah “mereka sudah terbiasa”, “itu rumah peninggalan
yang mungkin saya jarang temui saat di Jawa adalah banyaknya babi di turun temurun dan sudah nyaman di daerah tersebut”. Saat itu, rasanya
sekitar sini. seperti tertampar oleh sesuatu.
Babi di sini berwarna hitam dari berbagai ukuran mulai dari yang Kemudian saya berpikir, mereka saja dengan kondisi seperti itu
kecil, sedang, sampai besar. Mereka bebas berkeliaran dan bahkan masih bisa tersenyum bahagia, terus apa yang saya pantas keluhkan.
bermain dengan anak anak di sini. Dulu, ada cerita kalau menabrak Kenapa kita tidak banyak bersyukur atas apa yang kita dapatkan, jangan
babi di sini, wajib mengganti ganti rugi atas babi tersebut bahkan terlalu banyak lihat ke atas namun juga lihatlah ke bawah. Dari revaluasi
hitungannya sampai ke keluarga babi. Pemandangan yang benar benar ini banyak sekali pemandangan dan pengalaman yang saya dapatkan.
baru saya lihat pertama kali dan jarang saya temui di pulau Jawa. Semangat bekerja, Semangat mengabdi, lakukan perubahan, lakukan
terobosan untuk membangun negeri. Jangan pernah lelah untuk
Saat revaluasi di Landak, kebetulan saya adalah one and only girl
menuntut ilmu dan Jangan pernah lelah mencintai negeri ini.
in this group, saat itu kami menginap di penginapan yang menurut saya
agak seram. Kondisi saat itu, hujan deras serta banyak sekali gangguan
yang saya terima, mulai dari tv yang volume suaranya sering berubah
rubah, di samping kamar sering tiba tiba ada bunyi “tok-tok”, di luar
banyak suara anjing, dan yang lebih parahnya adalah sering mati lampu.
Saat sebelumnya saya mendatangi satker untuk pelaksaan revaluasi, ia
menyampaikan bahwa di daerah sini memang sering terjadi mati lampu.
Sinyal juga agak sulit di jangkau pada lokasi ini, namun yang saya
senang dalam perjalanan ini adalah saya mengenal orang orang baru,
saya mengenal daerah baru dan bagaimana saya harus bersyukur atas
apa yang telah diberikan kepada saya.
Karena saya masih muda, banyak sekali petuah petuah yang saya
dapatkan saat reval. Semuanya ramah, dan siap membantu apabila
kita kesusahan. Mereka menceritakan pengalaman saat kerja di daerah
24.Cerita
Sebelum benar-benar melaksanakan revaluasi aset, saya beserta
tim diminta untuk melakukan kegiatan pendahuluan yaitu melakukan
Revalku
pendataan harga tanah di sekitar wilayah Jakarta Barat. Dikarenakan
objek pendataan yang cukup banyak dan waktu pendataan yang diberikan
oleh: Alpha Raditya terbatas, saya bersama rekan melaksanakan pendataan tersebut dengan
KPKNL Jakarta III mengendari kendaraan roda dua. Cuaca yang cukup terik di siang hari
tidak menyurutkan niat kami untuk melakukan pendataan tersebut, ya
dengan semangat untuk melaksanakan revaluasi, kami selalu semangat
mengerjakan tugas apapun yang diberikan kepada kami.
Masih teringat dalam benak saya, kala pertama kali bergabung di tim
reval KPKNL Jakarta III tepatnya Tim 2 (dua) langsung melaksanakan
revaluasi aset Kantor Pusat BPK RI, di mana kami harus menilai seluruh
aset yang dimiliki oleh Kantor Pusat BPK RI termasuk asetnya yang
berada di Banda Aceh dan Magelang. Di BPK pusat sendiri kami harus
menaiki tangga teratas untuk menilai komponen yang ada di gedung
tersebut. Bagaimana dengan Banda Aceh dan Magelang? Jujur saja ini
pengalaman pertama kali saya menginjakkan kaki di Serambi Mekah,
sebuah pengalaman berharga sekaligus bernilai historis karena selain
B
erbicara soal reval, saya punya cerita tersendiri. Oh ya menilai aset BPK RI di sana saya juga berkesempatan mengunjungi
sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri terlebih beberapa tempat yang menjadi saksi Kuasa Tuhan saat tsunami terjadi
dahulu. Nama saya Alpha Akbar Radytia, asal dari di tahun 2014. Di Magelang sendiri, saya berkesempatan mengunjungi
Lampung dan saat ini bertugas di Seksi Piutang Negara KPKNL Jakarta Museum BPK RI, yang menjadi tonggak sejarah pendirian BPK RI. Pasti
III. Saya sendiri diangkat menjadi Penilai Pemerintah sejak tahun 2013, banyak yang bertanya mengapa Museum BPK RI berada di Magelang?
selain juga bertugas menjadi Juru Sita Piutang Negara sejak tahun 2011. Ya, Ibukota RI pernah dipindahkan sementara ke Jogjakarta, maka tak
Meskipun sehari-hari saya disibukkan dengan pekerjaan pengurusan heran jika BPK sendiri menyimpan banyak kenangan di kota tersebut.
piutang negara, namun Alhamdullilah saya turut diberikan kepercayaan Saat berkunjung ke Jogkakarta pun saya tak lupa mampir ke Objek
untuk menjadi bagian dari Tim Revaluasi Aset. Ya, revaluasi dimulai Wisata Punthuk Setumbu dan Candi Borobudur selepas melaksanakan
sejak tahun 2017 dan saya beruntung karena ikut serta mennyukseskan tugas negara.
revaluasi dengan berkeliling ke beberapa daerah. Sebuah pengalaman
Adapun daerah lain yang saya kunjungi dalam rangka menjalankan
yang membanggakan karena turut memberikan andil bagi negeri dan
tugas reval tersebut adalah Provinsi Bengkulu dan Curup. Pengalaman
saya bersyukur bergabung di tim yang hebat dan tidak mengenal lelah
yang mengesankan karena saya harus melaksanakan revaluasi
dalam melaksanakan tugas revaluasi aset tersebut.
bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan tepatnya lima hari menjelang dilalui pengendara. Kami
perayaan Idul Fitri . Kota Curup sendiri adalah salah satu kota di berserta rombongan
Provinsi Bengkulu yang dapat ditempuh dengan tiga jam perjalanan Kementetrian PU berangkat
dengan menggunakan jalur darat. Tak seperti Kota Bengkulu yang dari pukul sembilan pagi dan
ramai penduduk, Kota Curup sendiri tampak sepi penduduk terutama menyusuri panjangnya jalan
saat Bulan Ramadhan dan kami cukup kesulitan mencari makan sahur. tol tersebut hingga malam
Terlebih, hotel tempat kami menginap tidak menyediakan fasilitas hari. Hal tersebut kami
makan sahur karena memang hotel disana sangat jarang dan rata-rata lakukan selama dua hari
Jalan Tol Semarang-Solo
tidak menyediakan fasilitas makan sahur, akhirnya berbekal makanan dari titik awal Tol Semarang
seadanya kami menunaikan ibadah makan sahur tersebut. Hal tersebut hingga titik akhir Tol Solo. Untungnya, semesta berpihak kepada
tentu tidak masalah bagi kami karena selain diniatkan untuk ibadah kami dalam melaksanakan kegiatan tersebut karena kami tidak dapat
juga dalam rangka kami melaksanakan tugas revaluasi aset yang membayangkan seandainya saat itu hujan, tentu pekerjaan pengukuran
diamanahkan oleh negara kepada kami. Di Curup sendiri terdapat jalan tol tersebut tidak dapat dilakukan dengan maksimal.
objek wisata yang sayang untuk dilewatkan saat bertandang kesana. Kami
Pengalaman menjadi Tim Revaluasi Aset juga mengantarkan saya
pun sempat mandi sejenak di
mengalami peristiwa religius. Hal ini terjadi saat saya melaksanakan
Pemandian Air Panas Suban
penilaian aset pembebasan lahan untuk jalan tol di Provinsi Lampung.
sebelum melaksanakan tugas
Salah satu daerah yang akan dibebaskan tersebut ternyata berupa lahan
revaluasi dan tentu saja Danau
untuk pemakaman berupa 1000 makam yang harus dipindahkan.
Dendam Tak Sudah, Benteng
Menurut keterangan pegawai Kementerian PU dan pegawai kantor
Rotterdam serta Pantai Panjang
kelurahaan setempat, mereka sempat didatangi lewat mimpi oleh
di Provinsi Bengkulu tak lupa
salah satu wali yang diyakini masyarakat sekitar turut dimakamkan
kami sempatkan untuk singgah
di lokasi tersebut. Bahkan salah satu pejabat perangkat desa tersebut
barang sejenak.
dikabarkan mengundurkan diri dikarenakan selalu didatangi lewat
Pengalaman lainnya yang tak Penulis di Pantai Panjang, Bengkulu mimpi oleh wali tersebut. Percaya tidak percaya bahkan saat makam
kalah berkesan saat harus melakukan penilaian jalan tol di sepanjang wali tersebut dipindahkan, jasad wali tersebut masih utuh meskipun
Jalan Tol Semarang - Solo yang merupakan aset Kementerian Pekerjaan sudah dimakamkan puluhan tahun lamanya. Wali tersebut meminta
Umum (PU). Layaknya pegawai PU, kami pun memakai baju khusus untuk dipindahkan ke lokasi tertentu dan memang saat permintaan wali
berupa rompi untuk bebas berkeliling di Jalan Tol. Hampir setiap 1 tersebut dipenuhi, maka dengan sendirinya perangkat desa tersebut tidak
(satu) km mobil yang kami tumpangi selalu berhenti untuk mengukur lagi didatangi melalui mimpi. Sayang saat pemindahan ribuan makam
jalan tol tersebut. Sungguh suatu pengalaman yang unik, belum lagi kami tersebut kami hanya ditunjukkan melalui media foto oleh pegawai PU
harus berhati-hati melakukan pengukuran jalan tersebut dikarenakan tersebut dikarenakan jadwal penilaian revaluasi aset tersebut dilakukan
kendaraan yang melaju di jalan tol tersebut sangat cepat dan ramai setelah proses pemindahan makam selesai. Hal lain yang kami dapati
P
wisata kulinernya. Saya yang hobi menikmati warisan kuliner nusantara agi hari yang begitu cerah dan matahari masih malu
pun mencoba masakan khas setiap daerah yang saya kunjungi saat menampakkan sinarnya, disaat itulah aku melangkahkan
melaksanakan tugas negara tersebut. Sebagai contoh, menikmati kakiku di bumi ini untuk mencari nafkah demi
sajian Mie Aceh lengkap dengan kepitingnya dan bumbu khas kari menghidupkan istri dan anakku. Pada tanggal 23 Juni 2018, bertepatan
yang melekoh serta tak lupa mencicipi martabak khas Aceh dan Kopi dengan hari kelahiranku, Kami ,Tim 5 dari KPKNL Jember bersiap-siap
Gayonya. Singkat kata, pengalaman melaksanakan tugas revaluasi aset untuk berangkat ke kota Probolinggo untuk melakukan tugas revaluasi.
mengingatkan saya akan kayanya negara Indonesia kita tercinta ini, Kami bertiga bersiap menjalani pagi ini menuju kota yang berjarak 100
semoga hasil revaluasi aset tersebut dapat mencerminkan kekayaan km dari kota Jember. Pagi itu, kami berharap menyelesaikan tugas ini
Indonesia itu sendiri dan meningkatkan daya saing Bangsa Indonesia dengan cepat sehingga dapat berangkat dan pulang ketika nanti fajar
sehingga menarik minat investor asing untuk menanamkan investasinya meredupkan sinarnya. Aku berharap tidaklah banyak rezeki yang ku
ke Indonesia. dapatkan, tetapi rasa syukur atas rezeki yang ku dapatkan menjadikan
kenikmatan tersendiri untuk ku, istri dan anakku. Pagi itu sambil
menikmati perjalanan alam yang indah sang fajar mulai naik, tidak
lupa aku untuk singgah ke masjid untuk menunaikan shalat dhuha menyewa lima unit
dua rakaat yang setiap paginya kutunaikan dan setiap doa kupanjatkan motor dan menempuh
kepada Allah SWT dengan hati yang ikhlas dan sabar serta tidak lupa perjalanan sekitar 30
kuberdoa untuk keselamatan tim kami yang berada dalam perjalanan. menit, dan kamipun telah
tiba di KUA Lumbang.
Matahari telah naik tinggi dengan sinarnya yang menembus
Kamipun turun dari motor
kulitku, akhirnya perjalanan kami telah sampai ditujuan yakni Kantor
dan segera melakukan
Kemenag Probolinggo. Tugas kami hari itu ialah melakukan penilaian
penilaian dan inventarisasi
aset-aset berupa tanah dan bangunan yang ada Wilayah Kabupaten Foto KUA Kecamatan Lumbang, Probolinggo
aset tersebut. Tak terasa
Probolinggo. Setelah ramah tamah sebentar dengan pimpinan di sana,
waktu telah beranjak pukul 11.30 siang dan kulihat Pak Bidin masih
kami lanjutkan perjalanan menuju KUA Kecamatan Lumbang yang
setia untuk menunggu kami di luar kantor.
berjarak 50 km dari pusat kota Probolinggo. Kami diantar oleh seorang
sopir Kantor Kemenag yang bernama Bidin. Sepanjang perjalanan saya Panas matahari mulai menyengat kian terasa lelah sekali raga ini,
berbincang dan bicara banyak dengan beliau. Beliau hanyalah seorang kami pun merasa tugas reval ini begitu berat dengan beban puluhan
sopir yang masih berstatus tenaga kontrak. Sambil membahas obyek satker dan ratusan NUP bidang tanah dan bangunan yang harus segera
reval dengan tim, saya melihat wajah Pak Bidin yang begitu semangat kami selesaikan, letih terasa menyelimuti hati kami. Bagaimanapun,
dan sumringah mengantar kami di usia yang sudah setengah abad ini. juga tetap kujalani amanah tugas yang mulia ini, yang penting usaha,
Kelihatan hidupnya usaha, usaha, tawakkal, sabar dan semangat, hanya itulah kunci usaha
tanpa beban dan yang aku jalani. Keringat pun bercucuran membasahi badanku, walau
selalu bahagia. lelah ku dapatkan, tetapi tidak membuatku patah semangat mencari
Setelah menempuh nafkah demi istri dan anakku. Ku jadikan pekerjaan yang aku jalani
perjalanan kira-kira sebagai ikhtiar kepada Allah juga sebagai peningkat iman dan kesabaran,
satu jam dengan karena aku yakin Allah Maha Mencintai orang yang sabar dan selalu
medan yang begitu bersama orang yang sabar.
berat dan curam
Adzan Dzuhur telah berkumandang dan tugas kami pun masih
karena letak KUA
belum usai, aku tinggalkan sejenak pekerjaan untuk menunaikan
Lumbang berada
shalat dzuhur. Sambil kulihat Pak Bidin juga bersiap melaksanakan
dilereng Gunung
sholat juga. Usai aku menunaikan shalat kupanjatkan doa kepada yang
Bromo, sehingga
Mahakuasa “Ya Allah Yang Maha Pengasih, kasihilah aku dengan
perjalanan harus
kasih-Mu yang lembut, sayangilah aku dengan sayang-Mu yang tulus,
dilanjutkan dengan
Engkau Dzat Yang Mahaagung, Engkau Dzat Yang Mahatinggi, Engkau
naik sepeda motor.
Dzat Yang Mahanyata, Engkau Dzat Yang Mahatahu, Engkau Dzat
Medan menuju KUA Kecamatan Lumbang
Akhirnya kami
Yang Mahakaya, Engkau Dzat Yang Mahakuasa dan Berkendak, kerja keras dengan penuh keiklasan dan kesabaran dalam mencari
Engkau Dzat Yang Maha Penyantun, sungguh tiadalah tempatku nafkah mungkin ini lah doa yang di ijabah Allah SWT. Sungguh Allah
meminta, hanya Engkaulah sebaik-baik penolong, berilah pertolongan Mahakaya dan tepatlah janjinya yang menyertai orang-orang yang sabar.
serta kelancaran dalam aku mencari nafkah untuk menghidupkan aku, Wow, bagai disambar petir, rasanya saya tidak percaya dengan ucapan
istri dan anakku, sungguh Engkaulah Yang Maha Kaya, lancarkanlah Pak Bidin tersebut. Pembicaraan kami pun terputus ketika petugas
rezeki ku, mudahkanlah rezeki ku, berkahilah rezeki ku, jauhkanlah KUA mempersilahkan kami untuk menikmati makan siang yang sudah
aku dari rezeki yang haram dekatkanlah aku dengan rezeki yang halal”. disiapkan tersebut walaupun dengan menu makanan yang sederhana.
Itulah doa yang selalu kupanjatkan tiada henti dengan penuh kesabaran
Setelah itu, kami pun pulang menuju kota Probolinggo. Di tengah
diiringi dengan usaha dan kerja keras semoga tim kami pun kembali
perjalanan banyak hal yang kami bicarakan dengan Pak Bidin. Tak
dengan selamat ke rumah masing-masing tanpa halangan apapun.
terasa sampailah, kami di depan Kantor Kemenag Probolinggo.
Setelah itu, kami kembali ke kantor sambil bersiap untuk makan Sambil pamit pulang, sebagai rasa terima kasih saya selipkan uang lelah
siang, saya ngobrol dengan Pak Bidin. Masih kulihat wajah yang untuk pak Bidin dengan uang 100.000 rupiah dan Pak Bidin berkata
masih segar berseri dan tak terlihat capek sedikitpun walau kami telah “ini terlalu besar Pak Yori, saya tidak pantas untuk menerimanya ”.
menempuh perjalanan yang cukup jauh. Kemudian sambil saya dekati Saya hanya tersenyum dan berkata “bapak sudah membantu kami,
beliau, saya mengeluh dengan tugas ini karena panas yang semakin mengantar kami ke tempat yang jauh , jika saya tidak bertemu bapak,
terik, tetapi tetap bekerja dengan sekuat tenaga dan semangat selain dan tidak datang melaksanakan tugas dengan baik, saya tidak dapat
itu pekerjaan yang kian menumpuk dan tidak selesai-selesai. Sambil melaksanakan tugas reval ini dengan baik, ini hanya sebagai tanda
tersenyum, Pak Bidin mulai bercerita tentang kehidupannya , tugasnya terimakasih saya kepada bapak yang telah membantu kami”. Dia pun
sebagai sopir kontrak sudah dilakoninya sejak 20 tahun dan beliau tetap keukeh menolaknya dan bergegas masuk ke dalam kantor untuk
bekerja mulai pagi sampai malam hari, dengan gaji yang masih setara melaksanakan tugasnya selanjutnya yaitu mencuci mobil-mobil lain,
UMR, dia harus membiayai istri dan kelima orang anaknya. Anak- sungguh tiada kusangka masih ada sosok manusia seperti Pak Bidin
anaknya yang paling besar berusia 16 tahun dan masih sekolah dibangku yang penuh dengan usaha, kesabaran, ikhlas, ikhtiar, semangat dan
SMA dan keempat adiknya masih sekolah dibangku SMP dan SD doa. Semoga Allah selalu bersama orang yang sabar.
sedangkan yang paling kecil kembar dan sama-sama masih berumur
Sembari menikmati perjalanan balik ke Jember, tak lupa selalu
satu tahun dan semuanya terkena penyakit hidrosepalus atau kepala
kupanjatkan syukur kepada Allah atas rezeki yang telah diberikan,
yang membesar akibat kebocoran cairan di otak dan membutuhkan
kepada kami, hari ini, lelah, keringat, semuanya sudah terbalaskan.
biaya yang sangat besar untuk pengobatan. Selain sebagai sopir, pak
Sudah hampir seharian kami berkeliling menjalani tugas ini, hari pun
Bidin bercerita, bahwa selepas magrib biasanya lanjut bekerja sebagai
semakin sore. Sambil merenung, saya berfikir kalau tugas yang kami
tukang becak motor dan profesi ini dilakoninya hampir selama 10
jalankan hari ini yang terasa sangat berat dan melelahkan tidaklah
tahun. “Gimana mau cukup Pak dengan gaji sebagai sopir padahal
sebanding dengan beban hidup dan penderitaan yang dijalani oleh
biaya untuk anak istri saya sangat besar apalagi untuk biaya berobat”
Pak Bidin, namun beliau tetap tegar dan tegak menghadapi cobaan
pungkas Pak Bidin. Yang penting tetap ikhtiar doa serta usaha dan
Allah yang begitu berat dan tidak ada satu pun kata untuk berkeluh tersendiri dalam menolong hamba-hambanya yang mau berusaha dalam
kesah. Tak terasa Adzan Maghrib telah berkumandang dan segera kesulitannya, itu kalimat terakhir yang diucapkan oleh almarhum. Dan
kami bergegas ke masjid untuk melaksanakan kewajiban dan atas kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba. Keikhlasan
rasa syukur dari rezeki yang telah Allah berikan. Usai melaksanakan akan dibalas dengan keindahan yang begitu besar dari Allah. " Kun
shalat kami melanjutkan perjalanan ke kota Jember yang semakin lama Faayakun." Semoga kita semua bisa berperilaku seperti almarhum Pak
semakin gelap. Bidin walaupun kita belajar dari seorang sopir.
Sejak kejadian itu, saya mulai belajar dari almarhum Pak Bidin,
apa arti suatu keihklasan, ketulusan, tanpa mengeluh akan tugas yang
begitu berat, tanpa menyalahkan orang lain, Ikhlas menerima apapun
ketetapan dari Allah dan ikhlas membantu sesamanya tanpa berfikir
dia akan mendapatkan imbalan yang lebih besar. Allah punya cara
26.Kepulauan Seribu
Bertahan Dalam Badai berupa kapal speedboat yang bertolak dari Dermaga Marina Ancol,
Jakarta Utara pada pukul 08.00 WIB. Kapal speedboat perlahan
melaju ke Pulau Pramuka sebagai destinasi pertama kami. Ombak
laut yang tenang cukup menenteramkan hati kami, mengingat biasanya
oleh: Sri Desyanti di bulan November ombak di perairan Laut Jawa biasanya susah
KPKNL Jakarta II untuk diprediksi. Tidak banyak yang bisa kami lakukan di atas kapal
speedboat, kecuali menikmati indahnya pemandangan sepanjang satu
jam perjalanan kami menuju Pulau Pramuka. Deburan ombak yang
pecah diterjang laju speedboat seolah menjadi pertanda dimulainya
perjalanan Revaluasi Untuk Negeri. Pukul 09.00 WIB, tim dengan
selamat berlabuh di Pulau Pramuka.
P
data pembanding. Pulau Pramuka yang terletak di kawasan kepulauan
erjalanan menyelesaikan tugas Revaluasi BMN banyak
Seribu dan masuk di wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan
menorehkan kenangan yang tak terlupakan. Ceritanya bisa
Seribu, Propinsi DKI Jakarta, bisa dibilang masih tertinggal jauh dengan
menjadi pengingat tentang suka dan duka pelaksanaan
wilayah administratif lainnya di propinsi DKI Jakarta. Kelangkaan
Revaluasi BMN. Seperti cerita yang kami alami dalam pelaksanaan
data pembanding yang akan digunakan dalam perhitungan nilai
revaluasi BMN Balai Nasional Kepulauan Seribu yang terletak di
wajar tanah, mendorong Tim Penilai untuk mencari cara mengatasi
Kepulauan Seribu yang dilaksanakan pada awal bulan November 2017
permasalahan tersebut. Mengingat waktu yang sangat terbatas, Tim
beserta tim pendamping dari Taman Nasional Kepulauan Seribu.
Penilai memutuskan memisahkan diri dari rombongan pendamping
Diketuai oleh Muhammad Syarif, Penilai senior yang sudah banyak dari satker, dan menuju rumah ketua RT dan sebagian ke warung
makan asam garam dalam penilaian, bersama saya dan Wahyu Bintoro, warung untuk mendapatkan data/informasi mengenai transaksi atau
kami ditugaskan untuk melaksanakan revaluasi BMN Balai Nasional penawaran tanah yang berlokasi di sekitar objek penilaian.
Kepulauan Seribu yang terletak di 3 pulau di Kepulauan Seribu, yaitu
Di sela kesibukan melaksanakan revaluasi BMN, kami tidak
Pulau Pramuka, Pulau Harapan dan Pulau Kelapa Dua.
melewatkan begitu saja keindahan dan keasrian Pulau Pramuka.
Berangkat pada pagi buta tanggal 14 November 2017 sebelum Berdasarkan informasi dari pegawai Balai Taman Nasional
jadwal penyeberangan ke Pulau tersebut. Pada pukul 7 WIB kami Kepulauan Seribu yang berada di Pulau Pramuka, kami mengetahui
sudah bertemu dengan Tim dan pendamping. Kami melalui Laut Jawa bahwa mereka membudidayakan penyu sebagai cara pelestarian
dengan menggunakan moda trasportasi kapal penyeberangan umum
habitat penyu di Pulau Pramuka. Penyu tersebut dibudidayakan dari Nasional Kepulauan Seribu bahwa penduduk Pulau Kelapa Dua
sejak menetas sampai dengan penyu tersebut siap untuk dilepaskan sebagian besar berasal dari Bugis, terlihat dari logat bahasa nya yang
liar di laut bebas. Penyu-penyu pun menjadi objek foto untuk kenang- kami dengar sepanjang jalan sehingga suasananya seperti di Sulawesi.
kenangan kami. Menjelang siang kami pun melanjutkan kembali Jumlah penduduk di Pulau Kelapa Dua lebih sedikit dibandingkan di
perjalanan ke objek penilaian berikutnya yaitu Pulau Harapan. Untuk Pulau Pramuka dan Pulau Harapan.
menuju Pulau Harapan kami menggunakan kapal milik Balai Taman
Tak terasa hari sudah merangkak senja ketika tim menyelesaikan
Nasional Kepulauan Seribu dengan waktu tempuh sampai ke Pulau
tugas melaksanakan revaluasi BMN di tiga Pulau sekaligus. Kami pun
Harapan sekitar 30 menit. Selama perjalanan kami merasakan hal tidak
memutuskan untuk menginap di Pulau Kelapa Dua di mess Kantor
ternilai yang kami dapatkan sebagai hadiah saat pelaksaan tugas yaitu
Balai Taman Kepulauan Seribu. Kondisi air di Pulau Kelapa umumnya
menikmati keindahan alam yang luar biasa yang dimiliki oleh Negeri
asin/payau sehingga jika hujan penduduk biasanya menampung air
Indonesia.
hujan kedalam toren untuk dipakai mandi, dan keperluan lainnya.
Objek revaluasi di Pulau Harapan masih sama seperti objek Belum lama saya dan Tim berpisah menuju kamar masing-masing
penilaian di Pulau Pramuka yaitu berupa tanah dan bangunan. Kendala untuk melepas lelah, Pulau Kelapa mulai diguyur hujan lebat dengan
yang sama juga dihadapi oleh Tim Penilai mengingat keterbatasan angin dan petir bersahut-sahutan, cuaca yang sepertinya tidak pernah
transaksi jual beli tanah yang terjadi di Pulau Harapan. Namun dengan kami alami selama di Jakarta. Dalam 10 menit, segera suasana berubah
tetap bersemangat Tim juga bisa mendapatkan data pembanding yang semakin menegangkan karena padamnya listrik ditengah hujan angin
dapat digunakan untuk menyelesaikan penilaian atas objek revaluasi di membuat gelap gulita dan suasana bertambah mencekam.
Pulau Harapan. Meskipun lelah, hal yang membuat Tim terhibur dan
Angin menderu semakin kencang seolah membawa seluruh kekuatan
kembali bersemangat ternyata Pulau Harapan menyimpan taman biota
alam. Saya sendiri yang perempuan dalam penugasan ke Pulau kecil itu
laut tempat penangkaran penyu yang terdiri dari 3 kolam penyu. Decak
sehingga di kamar saya tinggal sendiri, suasana mencekam itu membuat
kagum selalu mengiringi langkah kami ketika melihat lucunya kepik-
jantung tidak berhenti berdegup kencang. Tiba-tiba braak... suara
kepik yang berenang kesana kemari di kolam penangkaran.
seperti pohon tumbang, ternyata suara itu berasal dari robohnya tiang
Mendekati sore kami pun melanjutkan perjalanan ke pulau Kelapa listrik disamping mess. Gulita membuat suasana bertambah mencekam
Dua. Untuk menuju Pulau Kelapa Dua dari Pulau Harapan hanya disusul dalam hitungan detik pintu menyeruak terbuka lebar dihantam
memerlukan waktu sekitar 10 menit dengan menggunakan perahu dari angin dari luar, air pun deras mengalir masuk karena tampias terbawa
Taman Nasional. Di Pulau Kelapa Dua, kami disambut dengan suguhan kencangnya angin. Dengan susah payah dan keadaan gelap gulita saya
pemandangan yang sangat cantik yaitu keindahan pohon mangrove yang mencari mencari sesuatu yang cukup besar dan menemukan sofa besar
tertata apik, ditambah tempat biota laut berupa penangkaran penyu yang sekuat tenaga saya dorong untuk mengganjal pintu mess agar pintu
sebelum dilepaskan ke laut. Setelah melakukan survei lokasi atas objek dapat tertutup dan mampu menahan terjangan angin.
revaluasi, tim melanjutkan kembali mencari data pembanding transaksi
Entah berapa lama hujan dan badai angin yang terus menerjang
tanah disekitar lokasi. Berdasarkan informasi dari pegawai Balai Taman
gelap malam disertai suara petir yang silih berganti, rasanya malam
bertambah panjang dan semakin menegangkan. Dalam Keadaan saja semalam angin puting beliung memporak-porandakan kampung
seperti itu diperparah dengan sinyal yang seakan lenyap terbawa angin, halaman mereka. Pukul 07.30 WIB kami tiba di Pulau Harapan dan
diantara Tim kami tidak bisa berkomunikasi. Hanya doa yang mampu kami langsung membeli tiket menuju Muara Angke, Jakarta. Jadwal
saya panjatkan kehadirat Allah SWT agar angin kencang dan hujan keberangkatan kapal menyesuaikan cuaca yang baik dan memerlukan
yang sangat deras segera reda, dan saya bersama Tim Penilai segera waktu kurang lebih 3 jam untuk sampai Muara Angke.
bertemu dengan rekan pendamping dari Taman Nasional dalam
Sepanjang perjalanan kami bertukar cerita tentang peristiwa hujan
keadaan selamat. Setelah cuaca berangsur membaik, menyisakan
dan badai angin puting beliung di pulau Kelapa Dua yang bagi saya
gerimis yang masih menemani kegelapan Pulau Kelapa Dua malam itu,
pribadi sangat mencekam, karena baru saya alami secara langsung di
saya mengumpulkan keberanian yang tersisa untuk berlari ke Kantor
tengah laut dan jauh dari keluarga. Sungguh pengalaman yang sangat
Taman Nasional.
mendebarkan. Kami menjadi lebih memahami bahwa terkadang
Sepanjang jalan dari mess sampai kantor yang jaraknya tidak begitu pengabdian kepada Negara mengalami halangan dan rintangan, namun
jauh, banyak pohon terlihat tumbang akibat diterjang angin. Mengingat yang terpenting adalah tetap memohon perlindungan dari Allah SWT
padamnya lampu belum bisa diperkirakan sampai kapan dan dengan agar dengan ikhtiar untuk mencapai tujuan secara konsisten didapatkan
pertimbangan faktor keamanan dan keselamatan Tim, saya yang telah hasil yang terbaik. Dan dibalik cerita menegangkan tersebut, kami
bertemu dengan Tim Penilai dan pendamping dari Taman Nasional yakin bahwa perjuangan kami untuk menuntaskan revaluasi BMN yang
bersepakat untuk menginap di kantor, sebagian tidur di atas sofa dan berkualitas merupakan wujud bakti kami untuk Negeri.
sebagian tidur beralaskan karpet seadanya.
Jam tiga sore kami dijemput Danpos AL Calabai, Serda Ilyas, dan
P
perjalanan dilanjutkan ke Calabai. Rupanya Pak Ilyas (begitu kami
erjalanan Revaluasi kali ini dimulai dari Kota Mataram,
sebut) tidak sendirian. Ia mengajak pegawai Kantor Kelautan Perikanan
NTB. Sebelum Adzan Subuh, saya dan Ketua Tim Penilai,
Dompu, sebut saja Mas Kris. Menyusuri kaki gunung Tambora,
Bang Rene (sebut saja demikian) bergegas menuju Bandara
pemandangan terlihat sungguh menakjubkan, hamparan rumput yang
Lombok Praya. Persis pukul 6 WITA pesawat kecil berbaling-baling
sangat indah yang lebih dikenal dengan nama “Padang Savanna Doro
atau biasa dikenal dengan sebutan Pesawat ATR mengantar kami
Ncanga” dan ratusan sapi liar yang saling bercengkerama membuat
menuju Kota Bima, NTB.
sang perut lupa berkontraksi sekalipun jalanan masih berkelok-kelok.
Dua lokasi objek penilaian yang berjarak sekitar 150 km dengan
Tepat jam setengah tujuh sore kami tiba di Pos AL Calabai.
jalanan berkelok harus kami lalui untuk survei tanah yang tercatat di
Setelah survei, suguhan kopi hitam yang dibuatkan langsung oleh Pak
Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Mataram ini. Lokasi pertama berada
Ilyas menjadi obat lelah sore itu. Ngobrol ngalor ngidul lalu Pak Ilyas
di Sape, Bima yang berada di sisi Timur Pulau Sumbawa sedangkan
bertanya dimana kami bermalam, “Kami harus ke Mataram malam
lokasi satunya di Calabai Kabupaten Dompu, NTB yang berada di sisi
ini juga Pak,” jawab Bang Rene. Memang benar, kami harus kembali
Barat Laut Pulau Sumbawa.
ke Mataram karena masih banyak aset yang akan dinilai di wilayah
Disambut Komandan Pos AL Bima, sebelum ke Sape kami Pulau Lombok. Rencana semula kami memang minta diantar sampai
menyantap sarapan sejenak di Rumah Makan “Hidayah” yang Dompu. Mengingat sudah tidak ada lagi angkutan umum dari Calabai
menyediakan makanan khas daerah tersebut, yakni “Bandeng Tulang ke Kota Dompu. Lalu perjalanan dilanjutkan ke Sumbawa Besar,
Lunak.” Selesai sarapan, perjalanan dilanjutkan menuju Sape. Dua tepatnya ke Pelabuhan Poto Tano yang memakan waktu hampir 9 jam-
setengah jam berlalu tibalah di lokasi survei. Foto-foto, tagging koordinat an. Itu pun dengan resiko tidak bisa mengejar kapal penyeberangan
lokasi, mencari data pembanding dan selesailah tugas di Sape.
dari Poto Tano ke Pelabuhan Kayangan di Lombok Timur, karena jerigen berisi bensin. Bergegas kami berempat menuju bibir pantai.
setiap harinya hanya satu kali penyeberangan di malam hari. Sungguh terkejut saya dan Bang Rene ketika akan menuruni tembok
batas pantai setinggi satu meter, terlihat perahu karet yang berwarna
Tiba-tiba Ilyas dan Kris menawarkan untuk mengantarkan kami
orange pula. Rupanya perahu karet tersebut berada di samping kapal
menggunakan jalur laut menggunakan kapal milik KKP. Dilema
besar yang berwarna orange. Sama-sama terkejut, saya dan Bang Rene
mulai menghinggapi pikiran saya dan Bang Rene. Satu bulan sebelum
saling berpandangan layaknya ABG yang lagi pacaran. “Tha jangan-
penugasan ini, kami juga melakukan revaluasi di wilayah Pulau Alor.
jangan itu kapalnya ya,” kata Bang Rene sambil menunjuk perahu karet
Perjalanan laut kala itu cukup mencekam dan membuat kami trauma
orange tersebut. Saya hanya bisa nyinyir mendengar omongan Bang
untuk melakukan perjalanan laut lagi. Namun jika berpikir agar
Rene. Tidak berbasa-basi lagi Mas Kris langsung menuangkan bensin
kami bisa cepat sampai ke Pulau Sumbawa untuk mengejar kapal
yang dibawanya tadi ke mesin perahu karet itu. Jlebb!!!! terasa sesak
penyeberangan, usulan mereka kami anggap lebih efektif. Akhirnya
dada ini, karena sudah pasti perahu karet itu lah yang akan kami naiki
kami putuskan untuk mengiyakan usulan mereka. “Nanti kita pakai
menuju Sumbawa. “Kirain kapal yang besar itu Tha,” Bisik Bang Rene
kapal orange pak,” sebut Pak Ilyas.
lagi di kuping saya. Takutnya menyinggung perasaan Pak Ilyas dan Mas
Kami berempat berlalu meninggalkan Pos AL menuju Pelabuhan Kris, kami pun mengiyakan saja ketika mereka menyuruh kami untuk
Calabai. Tiba di area parkir pelabuhan yang jaraknya masih 50 meteran naik perahu karet tersebut.
dari bibir pantai. Betapa senangnya saat itu, karena satu-satunya kapal
Tanpa rasa malu, saya bilang ke Pak Ilyas dan Mas Kris “Saya tidak
yang terlihat adalah kapal besar berwarna orange. “Tha kapalnya
bisa berenang Pak, jika ada apa-apa tolongin saya dulu ya. ” Keduanya
besar, Tha” sebut Bang Rene dengan sumringah meyakinkan saya
pun menganggukkan kepala tanda mengiyakan permintaan saya.
sambil menunjuk kapal orange itu. Ya, kapal besar dirasa sangat aman
Sebetulnya saya bisa berenang sih namun hanya bisa gaya “Dadah”
dibandingkan dengan perahu kecil milik nelayan Alor waktu tugas
sambil teriak tolong…tolong... (Bukan “dada” ya).
terakhir, pikir saya dalam hati. Di Alor saat itu kami bertugas revaluasi
aset Kodam IX Udayana. Keterbatasan transportasi laut mengharuskan
kami berangkat dengan perahu seadanya milik nelayan dan berjuang
melawan ganasnya laut Banda. Hal itu yang masih membuat trauma
untuk melakukan perjalanan laut lagi.
Tidak lama kemudian, Kris tiba dengan menenteng dua buah Tim berfoto di depan perahu karet
Bang Rene mengambil posisi duduk di sisi kiri perahu. Ilyas dan
Kris di samping kanan kiri dekat dengan mesin. Saya Kebingungan
karena takut terjengkang jika duduk seperti mereka. Akhirnya saya
paksakan duduk di lantai perahu dengan sedikit perjuangan menahan
perut yang temen-temen bilang agak sedikit buncit (sedikit ya... ga
banyak). Mulai rasa waswas muncul di benak saya “seandainya perahu
menghantam kayu atau benda tajam pasti langsung gembos dan saya
pasti tenggelam,” gumam saya dalam hati.
fungsi (tusi), lintas generasi dengan beradu argumentasi antar Kepala dengan membuat tiket namun ada delapan proses yang harus dilalui dari
Seksi. sinkronisasi, tiket, inventarisasi, revaluasi, Laporan Hasil Inventarisasi
dan Penilaian, koreksi, sinkronisasi revaluasi dan yang terakhir Berita
Sebagai Kepala Seksi Pelayanan Penilaian (PP) terhitung sejak
Acara Rekonsiliasi. Semuanya harus dilalui untuk dinyatakan selesai
Revaluasi BMN 2017 dimulai, yang sebelumnya bertugas sebagai Kepala
melaksanakan Revaluasi, apalagi dengan adanya kategori barang yang
Seksi Pelayanan Lelang (PL) selama 18 bulan lamanya membuat tusi
dinyatakan berlebih atau tidak ditemukan akan memilki konsekuensi
sebagai Penilai tidak pernah dijalani karena sibuk berjibaku dengan
tersendiri. Apabila barang dinyatakan berlebih akan dinilai namun tidak
dunia pelelangan yang menyimpang dari latar belakang pendidikan yang
demikian dengan barang tidak ditemukan. Semakin banyak barang
dimiliki. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama Surat Keputusan
tidak ditemukan dinyatakan akan semakin mempercepat Revaluasi
(SK) Mutasi keluar dan membuat kembali ke habitat sebagai Penilai
diselesaikan. Revaluasi BMN tahun 2017 KPKNL Purwokerto selesai
Pemerintah yang bertugas menjadi Kepala Seksi PP. Sejalan dengan
tepat waktu berkat sinergi team work seluruh Tim maupun rekan kerja
teori dari Russel Poldrack yang menyatakan bahwa jangan menjalani
serta Kepala Kantor yang selalu mencemaskan ranking saban hari naik
multitasking pada saat mempelajari sesuatu yang baru yang diharapkan
turun sesuai dengan amal perbuatan Tim Revaluasi.
untuk diingat. Manusia tidak tercipta untuk bekerja multitasking. Kita
benar-benar diciptakan untuk fokus demikian wejangan dari sang Keberhasilan Revaluasi BMN 2017 menjadi cambuk bagi kami
Profesor. untuk menyukseskan kembali Revaluasi 2018. Berbekal pengalaman
sebelumnya yang terpenting adalah bagaimana mengkondisikan
Dengan demikian SK mutasi mengembalikan sesuai khittahnya
bekerja dengan bahagia, nyaman, menikmati dalam kondisi penuh
menjadi Kepala Seksi PP yang akan menyelesaikan Revaluasi BMN.
tekanan. Sesuai dengan teori Michael G. Aamodt yang menyatakan
Selain sebagai ujung tombak Revaluasi juga menyandang gelar Ketua
bahwa karakteristik penyebab stress dalam organisasi adalah orang,
Tim I Revaluasi BMN 2018 yang beranggotakan Fikri Setiawan (staf
aturan, pengawasan, hubungan serta perubahan organisasi itu sendiri.
Sub Bagian Umum) dan Nur Abadhi (staf Seksi PL). Tim lintas seksi,
Jadi pekerjaan yang penuh tekanan tidak akan menimbulkan stres
lintas generasi, lintas tusi yang membuat semua yang duduk di dalamnya
apabila orang-orang merasa bahagia, aturan dipahami, pengawasan
untuk saling memahami, saling mengerti, saling mengisi, dan bersinergi
sesuai prosedur, komunikasi hubungan yang jelas, dan perubahan
demi Revaluasi untuk Negeri.
dapat dikendalikan.
Menjadi Kepala Seksi PP jaman Revaluasi di mana sebelumnya
Dalam Revaluasi BMN 2018 Tim I dibebani target 73 NUP tanah,
sempat menghilang dari dunia penilaian membuat keadaan menjadi
519 NUP bangunan, dan 100 NUP jalan irigasi jembatan pada 14 satker
“job lag”. Tanggung jawab mendadak harus menyelesaikan Revaluasi
sekitar Cilacap, perbatasan Jawa Barat sampai Pacitan, Jawa Timur.
BMN yang penuh tekanan dan sensasi, tayangan ranking Revaluasi yang
Wilayah tersebut berupa dataran rendah, pantai dan pegunungan
naik turun membuat pimpinan meragukan kemampuan kami bekerja
tempat Madrasah Ibtidaiyah Negeri, Kepolisian Resor (Polres),
sesuai tusi. Padahal yang terjadi hanya sebuah strategi membuatkan
Bandara Tunggul Wulung, maupun mercu suar milik Distrik Navigasi
tiket untuk semua satker yang dimilki tanpa peduli proses selanjutnya
(Disnav) berada. Dari 14 satker yang dimiliki Tim I terdapat dua satker
terhenti atau bisa dilalui. Proses revaluasi BMN tidak cukup hanya
yang perlu perhatian khusus yaitu Polres dan Disnav Cilacap. Dengan Menjalani Revaluasi BMN Disnav bersama dengan Pak Parmadi
berbagai pertimbangan Polres Cilacap dilaksanakan terlebih dahulu menjadi tidak terasa berat. Perjalanan dari barat mulai Pulau Cimanuk
daripada Disnav. Salah satu pertimbangannya adalah petugas BMN sampai ke Pacitan sangat mengesankan. Pemandangan alam pantai,
kooperatif, baik hati, dan tidak sombong yaitu Brigadir Irwantaka, polisi dari yang berpasir putih sampai hitam, pegunungan cadas sampai
jaman now yang tegas tapi tidak keras, sepertinya sosok petugas BMN kawasan hutan harus dilalui untuk mendapatkan foto objek penilaian.
dambaan setiap insan. Sebagai petugas BMN beliau mampu menyajikan Ibarat pepatah “lautan ku sebrangi gunung tinggi kan ku daki” demi
data dengan sempurna, bersedia mendampingi Tim di mana pun BMN Revaluasi untuk Negeri benar-benar terjadi. Menyusuri pantai selatan
berada. Pada suatu saat bersama Tim beliau berkomentar tentang dari barat sampai ke timur, mendaki tiga gunung cadas dan kawasan
pekerjaan Reval yang menurut pandangannya susah jadi Penilai harus hutan lindung dijalani dengan semangat tinggi, lupa bahwa usia tidak
tanya sana sini, sok kenal sok dekat sama orang di sekitar dan pemberi lagi muda terutama Ketua Tim yang jelita alias menjelang empat
harapan palsu (PHP) orang jual tanah. Itulah strategi Tim Penilai yang lima dan Pak Parmadi yang usianya menjemput pensiun. Berbagai
kerjaannya sok kaya telpon tanya harga, PHP in broker, developer, kejadian dan peristiwa dialami, salah satunya pada saat objek penilaian
untuk mendapatkan data pembanding. Kebahagiaan kami saat itu berada di kawasan Cagar Alam Geologi Gunung Batur, Balong,
jika melihat tulisan “TANAH DIJUAL”. Jurus terakhir kami adalah Gunungkidul. Seperti biasa Tim dan pengawal berangkat pagi menuju
mendatangi Pak Lurah untuk mendapatkan informasi jual beli tanah lokasi dan langsung menyambangi Pak Lurah Balong terlebih dahulu.
di lokasi objek penilaian. Namun sayang terlalu pagi Pak Lurah dan stafnya belum datang dan
hanya ditemui penjaga malam. Kami menuju lokasi terlebih dahulu
Berbeda lagi pengalaman Revaluasi BMN bersama Disnav yang
sebelum Pak Lurah berhasil ditemui. Lokasi objek yang berada di
bertugas menjaga Mercu Suar dan rambu perairan laut. Banyak
ujung pegunungan pelosok kelurahan tersebut melewati jalan berliku,
pengalaman lucu para pegawai Disnav yang menjadi penjaga Mercu
berbatu, sampai pada jalan buntu dan berjudul Cagar Alam Geologi
Suar diceritakan. Kebetulan pengawal Tim kami Tomo dan Suparmadi
Gunung Batur. Tim memastikan kebenaran rute yang harus ditempuh
khususnya pernah menjaga Mercu Suar di pulau terluar kawasan
berupa gunung berbatu terjal ini karena khawatir tersesat dan harus naik
Papua yang langsung berbatasan dengan Samudera Pasifik lima tahun
turun gunung lagi. Kami berlima siap menaiki gunung berbatu terjal
lamanya. Pak Parmadi sapaan beliau menceritakan selama di sana tidak
untuk mendapatkan foto objek penilaian. Ternyata tingkat kemiringan
pernah potong rambut dan kapal pemasok logistik hanya bersandar
gunung hampir 90 derajat untuk mencapai lokasi berupa jalan naik
setiap tiga bulan sekali. Apabila kondisi cuaca tidak memungkinkan
berbatu cadas dan jurang sebelah kanan kiri. Betapa mengerikannya
maka waktu bertemu dengan kapal menjadi enam bulan lamanya. Bisa
lokasi kali ini, ekstra energi dan doa dalam hati menyertai pendakian
dibayangkan hidup di pulau terpencil tanpa ada manusia lain kecuali
gunung batu yang licin menguji nyali kami, berjuang sekuat tenaga
mereka, bertahan hidup dengan makan apa adanya dan tetap bahagia.
sampai dengan selamat di lokasi.
Ketika mendengar cerita itu rasa syukur membuncah dari dasar lubuk
hati betapa kami pegawai DJKN masih mendapat penghidupan yang Mendapatkan foto objek penilaian tepat di lokasi merupakan
layak, tidak lebih menderita daripada penjaga Mercu Suar yang jasanya kepuasan tersendiri. Tidak terbayangkan usaha untuk medapatkan foto
tiada tara menerangi samudera. tersebut harus terlebih dahulu menaiki gunung cadas terjal yang cukup
Daftar Pustaka :
29. Lembah Napu Hantu Manado - Palu (transit Gorontalo) dilanjutkan perjalanan darat menuju
Poso. Kurang lebih dua jam pesawat ATR-600 Wings Air membawa
kami meninggalkan Manado sebelum akhirnya menginjakkan kaki di
Kota Palu.
oleh: Kuntoro
Kanwil DJKN Jawa Timur Selepas sholat Jumat perjalanan darat ke Poso dimulai. Setelah
mampir ke warung makan untuk mengisi perut, kami melanjutkan
perjalanan menuju Poso. Mobil yang kami sewa berisi tiga orang, aku,
Aldo dan seorang prajurit Kodim Palu sebagai pengemudi. “Kopral
Indratmoko..” demikian prajurit itu memperkenalkan diri. Sosoknya
berusia 25-an tahun dengan badan tegap khas prajurit TNI. Disela rasa
kantuk yang mulai menyerang aku mencoba berbasa-basi membuka
percakapan. “Poso aman Mas Indra,” tanyaku. Sambil menoleh
menatap wajahku Indra berkata pendek, “Aman Pak, Operasi Camar
Maleo dan Operasi Tinombala sudah selesai, Kota Poso sekarang sudah
kondusif.” Alhamdulillah, batinku, apa yang menjadi kekhawatiran
sebelum berangkat tidak terbukti.
S
uatu sore di awal Juli selepas Ashar saat Ipul dan Aldo, teman dalam Operasi Camar Maleo dan Tinombala, cerita seru yang
seruanganku, menghampiri sambil berkata, “Pak, minggu sebenarnya membuatku miris. Betapa tidak, pengalaman mengejar
depan kita tugas reval Kodam XIII Merdeka di Poso.” Santoso dan anggota jaringannya dengan medan berupa hutan lebat
Setengah mengantuk aku menjawab sekenanya. “Serius? memang tidak yang selalu diselimuti kabut, perbekalan terbatas yang seringkali habis,
ada yang lebih jauh lagi apa.” Sambil terkekeh mereka ngeloyor pergi, desingan peluru yang bisa tiba-tiba datang semua diceritakan seolah-
tahu kalo mood-ku lagi jelek. Sepeninggal mereka, aku tergerak juga olah perjalanan rekreasi yang menyenangkan.
untuk mencari informasi tentang Poso. Santoso, Operasi Camar Maleo,
“Sebenarnya yang kami takutkan bukan Santoso dan jaringannya
Tinombala berada pada deretan paling atas yang kemudian muncul di
pak, ada sesuatu yang lebih kami khawatirkan selama bertugas di Poso,
layar laptopku. Sudahlah Poso kan sudah kondusif, Operasi Camar
terutama lembah Napu.” lanjut Indra. Kalimat datar yang keluar dari
Maleo dan Tinombala sudah selesai seiring ditangkapnya Santoso dan
mulut Indra seketika terdengar bagai petir menggelegar menyambar
anggota jaringannya, kututup laptop sambil melupakan ucapan Aldo
pendengaranku. Napu, bukankah itu daerah yang akan kami kunjungi
dan Ipul.
karena ada satu objek reval disitu, Koramil Napu. Ada apa gerangan di
Jum’at 6 Juli 2018 pukul 06.05 WIB, akhirnya aku bersama tim reval Napu, kenapa prajurit-prajurit TNI itu begitu khawatir dengan Napu.
berangkat juga ke Poso. Perjalanan dengan pesawat mengambil rute Kalau Santoso beserta anggota jaringannya tidak bisa menggentarkan
hati prajurit TNI, apakah gerangan yang bisa membuat nyali prajurit- “Sebenarnya kami tidak takut dengan keongnya, tapi keong Napu itu
prajurit perkasa ini ciut di Napu. terinfeksi larva cacing yang bisa masuk ke pori-pori manusia atau hewan
yang menyentuh air yang tercemar keong. Kalau sudah masuk ke pori-
Rupanya perubahan raut wajahku terbaca oleh Indra, sambil
pori, larva itu bisa mengikuti aliran darah dan menempel di organ-organ
tersenyum simpul Indra berkata pendek, “Yang kami takutkan di
tubuh manusia atau hewan dan berkembang menjadi cacing dewasa.
lembah Napu itu keong pak.” sambungnya. Belum hilang keherananku
Walaupun larva Keong Napu hanya bisa hidup di air yang menggenang
saat Indra melanjutkan ucapannya. “Bapak pasti tidak percaya, tapi
dan tidak terkena sinar matahari, tetap saja menakutkan buat kami.”
memang itulah yang kami takutkan di Napu. Nanti bapak juga bakal
lanjutnya.
tahu sendiri alasannya.” pungkas Indra mengakhiri pembicaraan.
Sambil menatap serius Komandan Koramil itu melanjutkan, “Yang
Akhirnya perjalanan kami lanjutkan dengan saling terdiam dengan
lebih menakutkan, proses masuk ke tubuh sampai berkembang menjadi
pikiran di benak masing-masing.
cacing dewasa itu tidak ada tanda-tanda khusus. Tanda yang muncul
Empat jam berlalu saat kami sampai di tujuan pertama, Koramil saat cacing sudah dewasa dan menggerogoti organ tubuh yang ditandai
Napu. Masih dengan pikiran berkecamuk tentang Keong Napu aku dengan air seni berwarna merah dan saat buang air besar bercampur
mulai berbicara dengan Komandan Koramil Napu. Seperti sudah darah. Kalo sudah begitu sudah parah mas, bisa berakibat kematian.”
otomatis, meluncur dari mulutku dan Aldo kalimat-kalimat yang “Lha memang tidak ada obatnya pak?” potong Aldo. “Obatnya ada
sudah kami hafal luar kepala tentang reval. Sambil manggut-manggut tapi efek samping dari obat itu sendiri tidak kalah seramnya. Orang
Komandan Koramil itu menyahut “Kami di Napu ini sebernarnya tidak yang terpapar keong napu, setelah minum obat akan merasakan sakit
butuh banyak mas, dengan adanya reval ini kami berharap jaringan kepala hebat karena cara kerja obat itu adalah mengikuti aliran darah,
selular dan internet bisa stabil dan cepat itu akan sangat membantu membersihkan darah termasuk aliran darah yang menuju ke otak,
kami. Selama ini jangankan berinternet, untuk nelpon atau sms saja membunuh larva cacing di dalam darah dan juga cacing dewasa. Sakitnya
susah. Jadi setelah kunjungan reval ini kami berharap jaringan selular luar biasa, bisa dua hari tidak hilang. Telinga mendenging dan menjadi
menjadi bagus.” sambungnya. Aku dan Aldo saling pandang, tidak tahu tuli sementara, saya pernah merasakannya sendiri. Bagi kami di Napu
harus menjawab apa, sampai akhirnya aku menjawab, “Akan kami ini lebih baik bertemu dengan hantu daripada berurusan dengan Keong
informasikan kepada pihak yang berkompeten Pak, semoga jaringan Napu.” pungkasnya. Merinding aku mendengar penuturan komandan
selular di tempat ini bisa lebih baik.” itu. Oh berarti ini hantu lembah Napu yang sangat ditakuti para prajurit.
Selesai melakukan reval, dengan ditemani Komandan Koramil dan Akhirnya pertanyaan-pertanyaan yang dari tadi menggelayuti pikiranku
beberapa petugas piket, kami menyandarkan punggung di dinding teras mulai terjawab.
Mako sekedar melepas lelah. Aku kembali membuka pembicaraan, Selepas Maghrib kami melanjutkan perjalanan menujut Kota Poso
“Bapak pernah denger cerita tentang Keong Napu?”. Sambil menoleh menuju objek reval berikutnya. Pukul sepuluh malam akhirnya kami
Komandan Koramil itu menjawab, “Orang yang tinggal di lembah masuk Kota Poso. Masih penasaran dengan penjelasan Komandan
Napu pasti tahu apa itu Keong Napu mas, itu yang sangat kami takuti.” Koramil tadi akhirnya aku mencari informasi di internet tentang keong
Setelah terdiam sesaat Komandan Koramil melanjutkan ucapannya, Napu.
Dahulu kala saat benua Asia masih menyatu, di Sungai Mekong berkembang biak di genangan air yang tidak mengalir dan tidak terkena
purba hidup keong yang bernama latin Oncomelania. Karena sinar matahari. Apakah aku terpapar Keong Napu ?. Sekembalinya
pengaruh pergerseran lempeng India yang bertubrukan, benua Asia dari toilet kucoba merebahkan badan di tempat tidur diikuti rasa
terpecah menjadi beberapa pulau. Seiring pecahnya benua Asia keong penyesalan yang terbersit ke benakku, harusnya kutolak saja penugasan
Oncomelania terlanjur menyebar mengikuti aliran sungai Mekong ini, toh masih banyak pegawai lain yang bisa ditugaskan.
purba dari daratan Tiongkok, melewati, Jepang, Philipina, Vietnam Tidak berselang lama perutku semakin terasa mual. Karena tidak
dan berakhir di Napu Sulawesi. Keong Napu menjadi sangat berbahaya kuat menahan mual ditambah nyeri di kepala terasa semakin menghebat
karena terjangkiti parasit cacing spesies Schistosoma Japonicum. aku paksakan untuk bangun dari tempat tidur mencoba berjalan kamar
Monster kecil itu begitu menakutkan karena menyebabkan penyakit mandi. Mungkin karena sudah tidak bisa menahan nyeri di kepala,
schistosomiasis, keong yang terinfeksi akan membawa larva cacing tahu-tahu pandanganku terasa gelap, tubuhku terasa limbung dan…..
di dalam air dan bisa menginfeksi manusia dengan cara masuk ke Braaaak. Tiba-tiba aku tersadar merasakan benturan dan merasa
pori-pori mengkuti peredaran darah. Naudzubilah minzalik, ternyata sekelilingku terasa terang sekali. Sambil memicingkan mata aku melihat
dibalik keindahan alam Napu berdiam monster kecil yang demikian sekeliling, lha kenapa aku jadi berbaring di lantai ? Astagfirullah
menakutkannya. ternyata aku terjatuh dari tempat tidur, dan semua kejadian perut mual,
sakit kepala hebat dan air seni merah darah itu semua hanya mimpi.
Di hotel pagi hari selesai mandi aku menuju tempat sarapan. Ketemu
Sambil meraba kepalaku yang terantuk lantai, aku mengucap syukur.
Aldo yang sudah menunggu di meja makan. Sambil berbincang-bincang
Alhamdulillah yaa Allah semua ini hanya mimpi, badanku masih segar
ringan kami memulai aktivitas sarapan kami. “Bapak gak enak badan
yaa, wajah Bapak keliatan pucat” tiba-tiba Aldo menyela. “Kurang tidur
sepertinya Do, nanti juga baikan, aku bawa suplemen kok.” jawabku.
Percakapan kami terhenti saat Indra masuk bersama dengan prajurit
dari Kodim Poso. Hari itu kami menyelesaikan reval di jajaran Kodim
Poso, sebelum akhirnya sore hari kembali ke hotel untuk istirahat.
Entah pukul berapa malam itu aku merasakan sakit perut dan nyeri
hebat di kepala. Saat ke toilet seperti disambar petir rasanya saat kulihat
air seni yang keluar berwarna kuning pekat kemerah-merahan. Astaga
kenapa denganku, aku membatin ketakutan. Seketika kelebatan-
kelebatan kejadian seharian tadi berkecamuk dalam benakku. Satu
hal yang membuatku merinding saat teringat bahwa tadi di Koramil
Napu sepatu kets yang kupakai basah setelah terperosok genangan air
selokan kecil di samping koramil. Seketika wajahku pucat pasi teringat
ucapan Komandan Koramil tadi siang kalau larva cacing Keong Napu
Penulis bersama Kopral Indratmoko, Lembah Napu
H
alo Sobat Kaen! Kemarin, 1 November aku ulang tahun
yang ke 12. Tidak terlalu meriah memang. Bahkan
aku sendiri baru ingat ulang tahunku ketika hari sudah
sore. Padahal sudah jauh jauh hari aku siapkan feed untuk update di
Instagram dan Twitter. Ibuku sendiri baru memberikan selamat ketika
sudah keesokan harinya.
Dua belas tahun yang lalu aku lahir di Indonesia. Aku memiliki
kepala yang berpusat di Jakarta, sedangkan anggota badanku tersebar
di seluruh penjuru Indonesia. Aku adalah anak bungsu di Kementerian
Keuangan. Kakak-kakakku yang berumur dekat denganku hanya
berada di Jakarta, sedangkan kakak-kakak yang juga memiliki anggota
badan yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia jauh lebih tua dariku.
nama kakak-kakak dan sepupu-sepupuku, aku punya nama gaul ibu pertiwi sebanyak 271% atau kira-kira 1800-an triliun rupiah. Itu pun
DitjenKN. Nama gaul itu kupakai di Instagram dan Twitter, jangan ternyata baru sekitar 37% dari target Revaluasi BMN secara keseluruhan.
lupa di-follow ya, hehe. Para follower-ku biasa kupanggil dengan Sobat Belum lagi kalau dihitung aset-aset selain tanah, bangunan, jalan, irigasi,
Kaen. Kali aja kita bisa jadi sahabat ya kan. dan jembatan, termasuk aset berwujud dan tidak berwujud maupun
aset bergerak dan tidak bergerak. Sungguh kaya ibu pertiwi kita.
Sebagai bungsu, aku dibebankan dengan banyak harapan, baik itu
dari kakak-kakak, ibu, sepupu-sepupu, paman, bibi, sampai ibu pertiwi. Dibalik nilai yang telah didapat, ada banyak tantangan dan
Aku diberikan tugas seperti yang tersemat pada nama lengkapku, pengorbanan dari perjalanan Revaluasi BMN dua tahun ini. Tanah,
Kekayaan Negara. Mengelola dan menjaga kekayaan negara adalah bangunan, jalan, irigasi, dan jembatan yang dinilai merupakan aset ibu
tugas utamaku. Secara core business tugasku dibagi dalam empat pertiwi yang diatasnamakan anak-anaknya. Kemudian anak-anaknya
bidang yaitu pengelolaan kekayaan negara, piutang negara, lelang, memberikan aset tersebut kepada anak-anak mereka dan diatasnamakan
dan penilaian. Selain itu banyak juga mandat dari ibu pertiwi yang anak-anak tersebut. Jadi ibu, paman, dan bibiku menyerahkan aset
memperluas wilayah kerjaku. Semoga Tuhan menguatkanku dalam yang diberikan ibu pertiwi kepada sepupu-sepupuku untuk digunakan
menjalankan tugas-tugas ini. dalam tugas dan fungsi mereka.
Dua tahun terakhir kepalaku cukup pusing dan badanku sering Sepupu-sepupu yang kumiliki jumlahnya sangat banyak. Dengan
pegal-pegal. Ibu dan ibu pertiwi memberikan PR rutin 10 tahun sekali karakter dan keunikannya masing-masing aku harus siap menghadapi
yang disebut Revaluasi BMN. Saat berumur 1 tahun aku sudah pernah segala kemungkinan. Banyak diantara sepupu-sepupuku itu sangat baik
mengerjakannya, namun saat itu aku masih terlalu muda dan polos. dan suportif terhadap tugas-tugas yang kukerjakan. Tapi banyak juga
Kali ini aku sudah lebih matang walaupun masih banyak kekurangan. sepupu-sepupuku yang suka nakal dan usil kepadaku. Bahkan kakakku
Terkadang kedewasaan menjadi beban tersendiri dalam kehidupan. sendiri kadang suka nakal, mentang-mentang aku anak bungsu, huft.
Tapi aku tetap ingin menjadi dewasa dan matang daripada nantinya
Ibu dan ibu pertiwi sebenarnya sudah mengamanatkan pada
hanya tua dan beruban.
keluarga besar ini untuk mendukung tugas yang sedang kukerjakan.
Revaluasi BMN ini merupakan tugas besar dari anggota badanku Karena sebenarnya kegiatan Revaluasi BMN ini pada alur kegiatannya
yang menjadi pengelola BMN dan penilai di lingkunganku. Kami harus membutuhkan banyak proses yang harus dikejakan oleh para pengguna
memastikan setiap tanah, bangunan, jalan, irigasi, dan jembatan milik aset tersebut. Kali ini juga ada paman pengawas yang memberikan
ibu pertiwi yang diatasnamakan anak-anaknya telah tercatat dengan rapi pengawasan khusus pada kegiatan Revaluasi BMN ini. Karena takut
dan dinilai sesuai kewajaran nilainya saat ini. Dengan kekayaannya, ibu dengan paman pengawas, sepupu-sepupuku yang nakal pun akhirnya
pertiwi juga punya aset di luar negeri yang juga harus kami reval. Walau jadi lebih manut, haha. Semoga selanjutnya tanpa diawasi pun mereka
penilai-penilaiku pergi ke luar negeri untuk me-reval aset ibu pertiwi, bisa lebih patuh.
saking sibuknya mereka tidak sempat untuk jalan-jalan menikmati
Menjelang akhir tahun 2018 ini, paman pengawas mulai intens
keindahan negara lain. Sungguh kasihan, malang.
masuk untuk memeriksa hasil pekerjaan kami. Kemarin paman
Hasil Revaluasi BMN tahun kemarin telah meningkatkan nilai aset mengirimkan surat yang mengatakan akan memeriksa beberapa
daerah dari ujung barat hinga ujung timur ibu pertiwi. Beberapa bagian Aset Negara (SIMAN) dan Sistem Informasi Penilaian (SIP) modul
badanku di daerah yang diperiksa paman pengawas terasa lebih pegal Revaluasi BMN. Meskipun masih banyak perbaikan dan penambahan
akhir-akhir ini. Sepupu-sepupuku yang suka nakal terlihat panik dan dalam perjalanannya, aplikasi ini cukup efektif dan efisien membantuk
khawatir. Sepupu-sepupuku yang baik dan suportif dengan percaya tim reval bekerja.
diri menyambut paman pengawas untuk memeriksa dan melihat-lihat.
Itulah ceritaku si bungsu Kementerian Keuangan. Ceritaku kali
Yang kasihan, ada sepupuku yang masih sangat kecil dan tidak mengerti
ini mungkin hanya sedikit dari sekian banyak yang bisa kuceritakan
banyak tentang tugas dari ibu dan ibu pertiwi. Aku sudah berusaha
tentang Revaluasi BMN. Selain Revaluasi BMN jangan lupa kalau aku
seoptimal mungkin mengajarinya, namun tetap saja banyak kekeliruan
masih punya banyak tugas dari ibu dan ibu pertiwi. Terutama yang
yang dilakukan si bocah itu.
menyangkut core business-ku yaitu pengelolaan kekayaan negara,
Ibu pernah memberitahuku tentang pentingnya Revaluasi BMN ini. piutang negara, lelang, dan penilaian. Lain kali aku akan cerita-cerita
Beliau mengatakan nilai wajar yang dihasilkan dari aset ibu pertiwi akan lagi ya. Hingga waktunya tiba kalian bisa lihat-lihat kegiatanku di
menambah kredibilitas laporan keuangan kita. Selain itu, Aset-aset websiteku djkn.kemenkeu.go.id atau di Instagram dan Twitter dengan
tersebut juga akan menjadi underlying asset untuk penerbitan sukuk nama akun @ditjenKN.
negara. Seperti Sukuk Tabungan seri ST-002 yang baru diterbitkan
Sampai jumpa, Sobat Kaen!
oleh kakakku, kak DJPPR. Sobat Kaen jangan lupa beli yaa!
*cerita ini merupakan cerita fiksi yang dibuat sebagaimana pengetahuan
Selain penilaian, Revaluasi BMN juga merupakan kegiatan
penulis tentang DJKN dan Revaluasi BMN. Jika terdapat banyak
inventarisasi pada aset tanah, bangunan, jalan, irigasi, dan jembatan.
kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi.
Aset-aset tersebut didata dan dicatat dalam aplikasi (software). Dari
pendataan dan pencatatan tersebut, aku banyak menemukan aset-
aset sepupu-sepupuku yang berlebih ataupun tidak ditemukan.
Huft, memanglah sukanya terus-terusan minta uang ke ibu tapi aset
belanjaannya tidak diurus dengan benar.
31. Sang Sepatu Suatu Hari Bersama Lantunan adzan subuh telah terdengar ketika sepasang sandal jepit
bersalip-salipan menuju ke pelataran masjid. Tak lama setelahnya
sang Sepatu menggantikan sandal tersebut menjadi alas kaki si
Pemakai. Jarum jam menunjuk pukul 04.45 WIB ketika sang sepatu
oleh: Bram/Dian ini sudah berada di pelat bordes lantai Kereta Api jurusan Malang –
KPKNL Malang Tulungagung. Dingin dan membosankan pikir sang sepatu, selama
satu jam di atas bordes tak banyak gerakan yang dilakukan, mungkin si
pemakai tertidur. Sepasang sepatu memang tak butuh istirahat, tapi lain
cerita dengan si Pemakai yang sudah berbulan-bulan selalu ada dalam
perjalanan panjang yang terkadang tak jelas apakah uang dinasnya bisa
dicairkan. Letih pasti yang dirasa oleh si Pemakai.
Satu jam berlalu, udara pagi masih sejuk dan matahari belum begitu
tinggi, sang sepatu berpindah kendaraan, dari kereta berganti mobil
dinas dari satuan kerja salah satu pelabuhan di Pulau Jawa. Tak begitu
membosankan kali ini, si pemakai membuat sang sepatu saling beradu
dengan lantai membetuk irama tersendiri saat menikmati musik dari
N
radio. Si Pemakai selalu melakukannya saat hatinya riang, tak peduli
amanya si Pemakai, pegawai KPKNL Malang sekaligus
seberapa lelah yang dirasakan, membuat sang Sepatu tak pernah
Penilai DJKN. Salah satu pegawai di seksi Pelayanan
setengah hati menemaninya selama ini.
Penilaian yang memegang amanah untuk melaksanakan
Penilaian Kembali Barang Milik Negara. Turun dari mobil, bersalaman dan memperkenalkan diri. Rutinitas
itu yang selalu dilakukan si Pemakai setiap kali berkunjung ke satuan
Namanya sang Sepatu, sepatu boots dari kulit sapi merk lokal kota
kerja. Pembawaannya yang ramah dan informatif membuatnya banyak
setempat yang dibeli oleh si Pemakai karena kecintaannya terhadap
disukai satuan kerja, tak hanya satuan kerja di bawah targetnya namun
produk lokal, atas rekomendasi rekan sekantor yang telah memiliki
juga satuan kerja di bawah target tim lain. Kata teman sang Sepatu,
sepatu merk serupa selama lima tahun. Agak berat dipakai, namanya
si sepatu fantofel, mungkin ada baiknya direkam saja perkenalan si
saja sepatu kulit namun cukup dapat diandalkan. Sang sepatu biasanya
Pemakai ini karena harus selalu mengulang kalimat yang sama, kadang
dipakai saat si Pemakai ditugaskan di sawah atau lapangan yang penuh
lima kali dalam sehari jika banyak satuan kerja yang harus dikunjungi
ilalang, melindunginya dari ular atau benda-benda tajam yang tak
dalam sehari.
terlihat. Namun selama pelaksanaan Penilaian Kembali Barang Milik
Negara, sang Sepatu selalu menemani si Pemakai kemanapun dia pergi Paham akan kerumitan satuan kerja ini, si Pemakai tak berlama-
karena si Pemakai tak pernah tahu kapan medannya tak bersahabat. lama berkenalan kali ini. Waktu kira kira menunjukkan jam sembilan
pagi dan sang sepatu telah berlumuran debu akibat mondar-mandir di
Dan cerita ini tentang perjalanan mereka suatu hari.
antara semak belukar. Si pemakai sedang mencari titik yang pas untuk menuju tanah berpasir
menghitung titik ujung dari bangunan yang menjadi batas tanah. Hal lembap. Deburan ombak
ini biasa dilakukan si Pemakai untuk mengukur panjang dan lebar sesekali membasahi
bangunan ketika distometer tidak dapat ditempel pada ujung tembok solnya, hari ini benar-
bangunan. Kali ini si pemakai sepatu menggunakan metode ini karena benar naas kata sang
bangunan dikelilingi ilalang setinggi dada. Selesai mengukur, si pemakai Sepatu dalam hati. Kali
nampak mengelilingi tanah untuk mengambil gambar. ini si Pemakai terlihat
menggoyang-goyangkan
Selalu ada bersama pemakai membuat sepatu mulai hafal istilah Si Pemakai dan pendamping dari satuan kerja
alat GPS yang ada di
istilah asing yang sebelumnya tak pernah didengarnya. Termasuk
tangannya, mungkin cara itu bisa membantunya mencari sinyal yang
mengerti kegalauannya akan satuan kerja ini sejak si Pemakai tahu dia
lebih akurat. Cara yang tentunya tak berhasil, karena sesaat kemudian
akan menilai satuan kerja tersebut, “bangunannya tidak standar” kira-
si Pemakai bergerak lebih maju lagi untuk mendapatkan tagging GPS
kira begitu kalimat si Pemakai. Sang sepatu tahu bahwa itu bukan tugas
tanah reklamasi yang lebih akurat, kembali memaksa sang sepatu harus
si Pemakai maupun timnya untuk mengukur bangunan, namun apa
terendam lebih dalam lagi di dalam air asin.
daya, saat satuan kerja tak mampu melakukannya, si pemakai harus
membantu melakukan tugas itu atau tugasnya sendiri tak kan selesai. Selesai tagging, si Pemakai tampak dimintai bantuan petugas satuan
kerja untuk mengukur volume dermaga apung. Dermaga ini sangat
Jarum jam pendek dan panjang bertumpuk menunjuk angka 12
unik, ketika air laut pasang maka dermaga akan terangkat mengkuti
ketika sang sepatu telah berganti tempat, yaitu berada di antara kotoran
tingginya air laut, begitupun sebaliknya ketika air surut. Keadaan ini
sapi yang masih basah. Andaikan diijinkan, sang sepatu mungkin sudah
membuat sang sepatu harus bergerak maju lagi dan berendam air
memakai masker respirator dobel atau mungkin meminta sepatu boots
asin karena air sedikit pasang, dan kali ini si celana pun juga terpaksa
lain menggantikan tempatnya yang agak naas. Kotoran sapi? Jangankan
menemaninya berendam. Nasib menemani orang baik, komentar si
sang sepatu, keadaan ini lebih membuat bingung si pemakai yang saat
celana saat hampir tenggelam.
ini sedang membaca salinan sertipikat hak pakai dan cetak biru sebuah
bangunan mess. Usut punya usut ternyata bangunan mess tersebut Satu setengah jam sang sepatu bersama celana terendam air asin.
telah berubah menjadi kandang sapi milik penduduk sekitar. Hal ini Untungnya sebelum
mau tidak mau membuat sang sepatu harus menuruti langkah pemakai lem sang Sepatu mulai
untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam kandang mencari batas-batas menunjukan tanda-tanda
bekas pondasi mess yang sudah rata dengan tanah. Dengan tergesa si mulai menyerah, dia
pemakai menyelesaikan tugasnya, mungkin dia mendengar jeritan hati mendapat kesempatan
sang sepatu. untuk berjemur dan
mengeringkan diri.
Setelah beristirahat sebentar di halaman masjid, saat si pemakai
Ditemani dengan senja
menunaikan kewajibannya, sang sepatu mulai bergerak lagi, kali ini Si Pemakai mengukur volume dermaga apung
32. Melepas
yang diwarnai sinar lembayung senja dan desiran ombak, sendu seperti
perasaan si sepatu yang meratapi nasibnya hari ini. Penat
Sendu juga menghampiri si Pemakai yang mulai kelelahan, namun
tetap dengan ceria beramah tamah dengan petugas satuan kerja yang Bersama Sahabat
tak kalah lelah. Obrolan pun saat ini lebih hangat daripada obrolan oleh: Fakhri Nurfaiz
KPKNL Banda Aceh
tentang harga tanah, analisis pasar sekitar objek, maupun jarak pusat
keramaian dengan objek yang terdengar silih berganti seharian tadi.
K
Kali ini tentang keluarga, tentang tempat asal, tentang kehidupan di luar
PKNL Banda Aceh memiliki cakupan wilayah kerja
Penilaian Kembali Barang Milik Negara.
yang luas yaitu 3 kota dan 10 kabupaten dengan jumlah
Yang tak disadari kemudian oleh si pemakai dan petugas satuan stakeholder yang beragam pula. Salah satu inovasi layanan
kerja adalah, kini sang sepatu tak ada lagi di tempatnya, pergi melarikan yang ditawarkan ialah Rekonsiliasi Filial, yang merupakan upaya
diri. (Bram/Dian) untuk memudahkan dan meningkatkan efektivitas Rekonsiliasi BMN
bersinergi dengan Kantor Kementerian Keuangan lain yang ada di
wilayah tersebut.
Ada empat anak yang tetap menunggu di pantai, kalau tidak bisa
main bola, asalkan bersama teman, sekedar bermain air di pinggir
pantaipun menyenangkan.
Balik lagi ke Bekasi, pasti tidak ada yang menyangka kalau Bekasi
juga punya pantai, “Apa kamu bilang? pantai? Di sebelah mana nya?”,
pasti banyak kan yang bertanya-tanya seperti itu. Nah, saya juga baru
oleh: Mutiara Ursula tahu kalau di Bekasi ada pantainya setelah mengunjungi salah satu aset
KPKNL Bekasi
satuan kerja (satker) dalam rangka revaluasi BMN milik Polres Bekasi
yang salah satu kantornya terletak di Jalan Raya Muara Gembong No.
10, RT 02 / RW 01, Muara Gembong, Pantai Mekar, Muara Gembong,
Bekasi, Jawa Barat. Kegiatan Revaluasi BMN menuntut Tim Reval
KPKNL Bekasi untuk turun langsung mengecek kondisi terkini dari
aset yang digunakan oleh satker khususnya aset berupa tanah dan /
atau bangunan. Menilai kembali aset yang digunakan Polsek Muara
Gembong ini menjadi salah satu yang berkesan karena kondisi jalan
untuk sampai ke lokasi yang cukup menantang. Siapa yang menyangka
kalau di Bekasi masih bisa ditemukan sawah!
B
ekasi, salah satu kota yang berlokasi di pinggiran Jakarta.
Kota yang sering di bully kalau mau ke Bekasi harus pakai Cuaca mendung mengiringi langkah kami memulai perjalanan
paspor atau UFO saking “jauh”- nya alias macet!. Nah kali menuju lokasi, sampai akhirnya membuat perjalanan kami diguyur
ini KPKNL Bekasi sebagai salah satu kantor vertikal dari DJKN mau hujan deras sampai kami tiba di desa sukabudi. Mobil yang membawa
berbagi cerita tentang kegiatan Revaluasi Barang Milik Negara (BMN) kami terjebak tanah berlumpur di tengah hamparan sawah. Selama
tahun 2017-2018 yang terakhir pernah dilakukan oleh DJKN 10 tahun kurang lebih 10 menit roda mobil ini tidak mampu bergerak keluar dari
yang lalu. Revaluasi BMN itu apa sih? Berikut pengertian Revaluasi kubangan lumpur. Hal ini membuat kami cukup khawatir jikalau kami
BMN secara singkat yaitu penilaian kembali aset yang dimiliki suatu harus turun untuk mendorong mobil. Beruntung setelah beberapa
entitas sehingga mencerminkan nilai aset sekarang.dan diharapkan saat, salah satu anggota tim yang bertugas memegang kemudi bisa
dapat menciptakan aset register. Nah, dengan adanya aset register, membawa mobil melalui kubangan lumpur tersebut. Tak hanya sampai
histori BMN akan terlihat mulai dari perolehan sampai kondisi terkini. disitu, ibarat pepatah, lepas dari mulut buaya, masuk kandang singa,
Ketika sudah memiliki database dengan nilai wajar terkini maka mudah pemandangan yang mengerutkan dahi kembali harus dihadapi tim dan
bagi Kementerian Keuangan c.q. DJKN sebagai pengelola barang sang pemegang kemudi, banjir setinggi lutut orang dewasa kembali
untuk mengelola BMN, sesuai dengan tugas DJKN yakni mengelola mengganggu pergerakan tim menuju lokasi objek penilaian. Tim
dan mengoptimalkan aset negara. Ada dua pedoman yang digunakan sempat ragu apakah mobil plat merah yang dikendarai bisa menerjang
terkait revaluasi aset ini yakni Peraturan Presiden Nomor 75 tahun 2017 banjir ini tanpa mogok.
tentang Penilaian Kembali Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Tapi dengan keyakinan dan semangat Revaluasi BMN untuk negeri,
sambil berdoa dalam hati jangan sampai mobil yang kami kendarai Revaluasi BMN selama tahun 2017 sampai dengan tahun 2018, kami
mogok di tengah jalan, kami beranikan diri untuk menerjang banjir berharap semoga para pembaca mendapatkan tambahan informasi dan
dengan berjalan pelan namun pasti. juga terhibur saat membaca kisah ini. Sampai bertemu di lain cerita! –
Salam.
Setelah berkendara kurang lebih tiga jam, akhirnya kami sampai
juga di tempat tujuan yakni Polsek Muara Gembong. Polsek yang
terletak diujung utara Bekasi ini memiliki wilayah kerja yang mencakup
garis pantai yang cukup luas. Oleh karena itu mereka juga memiliki
armada air yang digunakan secara rutin untuk patroli air guna menjaga
keamanan dan ketertiban di Muara Gembong.
34.
Sembilan Naga. ‘sebagian temen – temen sembilan naga sedang ke
Menghibur Diri Lewat Tertawa lapangan nih Pak. Mengejar. Menyelesaikan revaluasi Barang Milik
Demi Menyelesaikan Reval Negara (BMN)’, ujar Pak Ali, Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL) Medan menjelaskan. Saat di tanya penuh
oleh: Sairin Al Brebesiy
KPKNL Medan selidik oleh Pak Eko. Pada kemana nih anggota Tim Reval lain nya.
Tim Sembilan Naga. Entah dapat ilham dari mana, Pak Ali dapat
istilah itu. Saat itu, akhir Maret, menjelang April. Seluruh pegawai
‘jangan lupa untuk bahagia!’, itulah sekelumit kalimat yang terlibat langsung dengan tim reval dikumpulkan di ruang rapat.
yang terucap dari mulut Pak Eko Prasetyo. Tenaga Pengkaji Monitoring dan evaluasi semacam ini memang rutin di gelar. Cukup
Optimalisasi Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Kekayaan broadcast di WAG KPKNL. ‘temen – temen yang terlibat di Tim,
Negara. Saya merasa, seakan - akan nasehat itu ditujukan untuk nanti siang jam 14.00 kita kumpul ya. Don’t miss it’. Saat rapat tiba, di
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan. tulisnya di whiteboard total target. Di garis lurus ke bawah. Ditulis lagi
Khususnya Tim 9 (Sembilan) Naga. capaian reval terakhir. Angka – angka. Jumlah NUP itu pun di tulis
gesit. Tidak lupa capaian dalam presentase. Lengkap. Paket komplit.
.....
‘Wah kalau kayak gini ceritanya, gak bakalan terkejar nih sampe
Y
a. Entah kenapa kalimat itu keluar. Pas arek Malang akhir agustus. 100 persen’ ujarnya, sambil pasang muka setengah
siaran langsung. Video Conference. Meng-interview cemberut. Mimik wajah serius. Peserta rapat terdiam. Angka – angka
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Propinsi itu tertulis jelas di whiteboard. Masih banyak satuan kerja yang kecil,
Sumatera Utara. Dan di saluran seberang sana. Dijawab Kepala Kantor tapi capaian sangat minim. Sementara ada 1 (satu) satuan kerja targetnya
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan, ‘siap Pak’. hampir 23 ribu NUP, namun realisasinya tertulis jelas. Masih sangat
kecil. ‘kita rombak tim lagi aja ya temen – temen. Harus ada 1 (satu) tim
Kalau tidak salah. Kurang lebih 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan
khusus yang ngerjain PJPA. NUP nya 22.985 item. Saya maunya setiap
video conference itu, Pak Eko dan tim melakukan kunjungan pembinaan
orang di tim ini bisa bekerja dari awal sampai akhir. Tahu aplikasi.
ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan.
Tim Sembilan Naga,’ lanjutnya panjang lebar. Sambil pasang muka
Dan pada momen itulah, Pak Eko di kenalkan dengan sebutan Tim
tersenyum. Itulah salah satu meme yang langsung beredar di WAG Tim
Sembilan Naga. Yang baru dibentuk. Saling menguatkan. Saling
T e r s e n y u m.
menghibur. Karena kami tak ingin lupa bahagia.
Ini yang saya perhatikan yang tidak pernah lepas dari wajah Pak Ali.
Penginapan Kecil tempat kami menginap. Hampir sebulan kami
Seberat apapun masalah didepan. Seterjal apapun jalan di muka.
disini. Lumayan murah. Lumayan bersih dan yang penting dapat
T e r s e n y u m. sarapan. Menu sarapan nya tetap. Saling berganti. Hari ini lontong sayur.
selalu menghiasi. Bisa dipastikan besoknya kepala ikan. Dan kami sudah hapal betul.
Variasi menu sarapan nya. Teman – teman sebagian senang manakala
.....
pake lontong sayur. Ketimbang menu kepala ikan. Karena kepala ikan
Gerak cepat. Tim Sembilan Naga pun koordinasi internal. Bagi nya kebangetan. Benar – benar kepala ikan. Tanpa daging sedikitpun.
– bagi tugas. Siapa mengerjakan apa. Rinci. Detail. Setiap personal Kayaknya yang motong jago. Pas digaris perbatasan ‘pundak’ ikan.
mendapatkan tugas masing – masing. Bukan cuma berbagi tugas. Juga Tak terikut daging nya sedikit pun. Bahkan mengingat hampir sebulan
berbagi reval dari saku masing-masing. Untuk akomodasi, makan, disitu. Ada temen yang mogok sarapan. Ketika tiba giliran kepala ikan
minum. Ya. Kami sepakat. Tidak mengambil uang muka ke bendahara. (gak disentuh sedikitpun). Menemani pagi kami sebelum bekerja.
Biarpun di bolehkan. ‘biar lebih terasa pukulan nya nanti’, seloroh
Syahdan. Bulan puasa pun tiba, cobaan hidup kami pun bertambah,
salah satu anggota.
karena menu sarapan itu dimajukan. Bukan untuk sarapan lagi. Tapi
Waktu keberangkatan pertama pun tiba. Mobil dinas yang kami untuk variasi menu sahur. Kalau tidak lontong sayur, ya kepala ikan
tumpangi di penuhi berkotak – kotak kertas. Printer. Scanner. Binder. yang kebangetan itu.
Klip kertas. Pulpen. Pensil. Lakban hitam. Kertas sampul. Dan aneka
Menjelang tidur pun saya berdoa khusuk. Semoga nanti malam
ATK yang lainnya. Kami bertekad. Berangkat bawa kertas kosong
menu sahurnya lontong sayur yang lumayan nikmat itu. Saya berdoa,
berkardus – kardus. Pulang membawa ratusan laporan penilaian yang
sekiranya dilindungi dari godaan ikan yang kebangetan. Naas. Pas
sudah dijilid rapi. Dan berkadus – kardus.
bangun sahur, saya beranjak ke meja di teras kamar. Dan ternyata Allah
Pematang Siantar. Kota yang kami tuju. Target satuan kerja PJPA mengabulkan doa menjelang tidur saya, bukan nasi ditemani kepala
yang dibebankan ke pundak Tim Sembilan Naga, sebagian besar ikan. Dan ternyata bukan pula lontong sayur. Tapi sepotong roti,
memang berada di kisaran Pematang Sianta. Berjumlah hampir 23.000 ditemani secangkir teh manis panas. Gak kebayang tabungan tenaga
NUP. Tepatnya 22.985 NUP. Dua puluh dua ribu sembilan ratus dari sepotong roti dan secangkir teh itu, akan bertahan lama. Mengingat
delapan puluh lima item. Waktu itu awal bulan April. Dikasih tenggat kerja reval yang lumayan keras. Tapi saya selalu ingat, agar jangan lupa
akhir Agustus HARUS kelar. Berarti ada waktu hanya lima bulan. Itu untuk bahagia. Saya ambil sepotong roti itu, saya gigit pelan – pelan,
artinya kami mesti menyelesaikan dalam satu bulan 4.597 NUP. Rerata dikunyah 30x, seraya berdoa, Ya Rabb kuatkan hamba menjalani
sehari harus melahap 153 NUP. ibadah puasa ini……
‘If not now then when, if not us then who….’ Dan….gegara sepotong roti itu. Ada teman dari PUPERA yang gugur
saat puasa. Tidak kuat. Saat itu cuaca memang panas memanggang. Siang itu, kamar saya diketok keras oleh ketua tim.
Ditambah mesti berjalan puluhan kilometer. Menyusuri jalan setapak.
Ayo kita antar Iwan ke rumah sakit. Seharian dia gak sadar. Mata
Mencari saluran air. Dan juga bendung yang sudah lama dibangun.
tertutup. Badan diselimuti karena kedinginan. Sedikit kaku badannya.
“tapi sial mas, yang ada cuma sekedarnya plus air putih lha wong Tidak sadar, vertigo akutnya kambuh.
tidak ada warung makan sepanjang jalan”, cerita teman PUPERA itu
Ya….Iwan, rekan dari PUPERA itu seperti orang sudah koma.
saat berkumpul. Berbuka puasa.
Kami pun berenam rame – rame mengangkat Iwan ke mobil dari
Jangan lupa untuk bahagia….. kamar. Dan badannya terbujur kaku, tidak sadar sama sekali. Sepanjang
mengangkat itu, diantara kami saling memandang, muka kami pun
Ya …gimana kami tidak bahagia, setiap saat diisi bahan bercandaan, tak
muka penuh menahan beban. Busyet. Terlihat kurus postur tubuh
lepas dari tertawa….
Iwan, tapi kami mengangkatnya terasa sangat berat.
Saat itu, tim yang tidak survei ke lapangan bekerja juga di teras lobi
Begitu tubuhnya tiba di mobil, dan meluncur ke rumah sakit, kami
hotel. Tim sekre kami menyebutkan. Meja dan kursi di lobi itu kami atur
ber enam pun tertawa berjamaah. Karena sama persis apa yang ada
selayaknya di ruang kelas. Berjejer. Masing – masing menghitung nilai
dipikiran kami. Lumayan berat….
wajar. Sesuai data yang dikumpulkan tim surveyor sehari sebelumnya.
Jangan lupa untuk bahagia…. Iwan terbaring di rumah sakit
Saya duduk di jejeran belakang. Di depan saya duduk teman
seangkatan. Sebut saja Kumbang. Saya ingat betul, dia minum Vitamin Ya, bagaimana kami tidak
C dosis tinggi. Biar daya tahan tubuh kuat, katanya. Setiap sehabis bahagia, apalagi 23.000 NUP
minum satu tegukan, botol itu ia taruh di sisi kanan laptopnya. Dan itu telah selesai semua di
lanjut bekerja, serius, fokus, di depan laptopnya. Saat ia serius kerja – BAR- kan. Dalam waktu
itulah, saya buka tutup botol vitamin C itu, dan saya tuangkan air kurang lebih 5 (lima) bulan.
mineral. Saya kocok – kocok. Dan ternyata mas kumbang tidak
Jangan lupa untuk bahagia…
menyadari, tetap minum, lanjut fokus kerja. Sesaat ia sibuk kerja, lagi
– lagi saya isi ulang dengan air mineral. Tidak lupa saya kocok – kocok Ya, bagaimana kami tidak
lagi. Dan dia masih belum sadar. Tetap meminumnya. Di belakangnya, bahagia, terlebih saat nama
saya sudah tidak kuat menahan tawa. Kejadian isi ulang ini sampai yang kami. Satu persatu dipanggil.
keempat kalinya… Kumbang baru menyadarinya. Kok lain rasanya, Oleh bendahara. Ah kalau
kok gak habis – habis. Dan saya pun sudah lari keluar hotel. Ketawa kayak gini sudah jelas lah…
sepuasnya…ah memang lah…kami tidak lupa untuk bahagia… Jangan lupa untuk bahagia….
Jangan lupa untuk bahagia..... Ya, bagaimana saya tidak
Ya…bagaimana tidak bahagia. Karena disaat genting saja kami masih bahagia, alhamdulilah,
menghadapi nya dengan tertawa kok…. setelah dipanggil bendahara
35. Catatan
saat itu. Saya bisa bikin pagar rumah dan kanopi baru…
Jangan - jangan, kebahagian itu bisa makin bertambah. Seandainya Sebuah Pengabdian
setelah dipanggil bendahara bukan saja bisa mendapatkan kanopi baru. oleh: Desi Ariyanti
Tapi juga Kak Nopi baru…. Upssss…….. Kanwil DJKN Sulseltrabar
.....
“Ccrrrrrrttttt...cuitcucuit..cuiittt...swiiiiiiswwiii....rrrrrttttt...
cuitcucuit..cuiittt...swiiiiiiswwiii...” Sahut sahutan burung walet menari,
menyanyi dan melenggak-lenggok di atas kepala. Tangannya yang
sepanjang sayapnya menyapa riang teman-teman sebangsa. Sssttt..
mereka sedang bermain. Sambil menunggu mentari tenggelam diufuk
barat. Riang burung walet, menandakan bahwa senja sudah hampir
beradu dengan malam. Bidadari jingga sudah hampir bertahta di
peraduan.
“Ayo-ayo bergegas..jangan buang-buang waktu. Setelah selesai ambil disebelahnya. Jadilah jalanan ‘jadi-jadian’ hasil tumpahan keruk gunung
data, segera lanjutkan perjalanan pulang”. Suara lelaki berpakaian oleh buldoser. Gak kebayang kalo hujan turun. Kemungkinan warga
loreng hijau memekik, memecah lamunanku akan burung walet. tidak akan bisa melewatinya. Bersyukur ini musim kemarau, bukan
Sambil bergerak cepat masuk di mobil, pak Sudin memberi aba-aba jalanan lumpur yang ada, namun jalanan debu halus tak terkirakan.
untuk lanjutkan perjalanan. Tak mau ketinggalan, langsung ku berlari Sebagian jalanan sudah disiram ciping batu gunung, sebagian lagi masih
menuju pintu mobil bagian kiri depan. Masuk dan mobil segera melaju alami dari hasil tumpahan gunung yang dikeruk.
dengan cepat.
Dua ratus meter berjalan, pandangan itu mulai redup. Sayup
Baru ku ingat, bahwa rute yang sebelumnya ditempuh adalah rute terdengar suara adzan dari kejauhan. Entah di mana sumber suara,
yang tidak biasa. Dan yang akan dilalui ini adalah lebih tidak biasa, yang jelas sangat jauh. Mobil mulai menanjak. Iqbal, menyetir
begitu kata pak Sudin, Petugas pendamping Reval dari TNI Yonif mobil dengan tenang. Sepertinya ia menikmati perjalanan. Sudin di
Kendari. Benar, alur yang tidak biasa. Konawe Utara adalah kabupaten belakangku sepertinya agak resah. Terlihat sesekali kepalanya nongol
yang berada dibalik bukit. Jika pemerintah tidak membuka lahan disela-sela kursi sopir dan kursiku. Sementara Rahman, yang duduk
sebagai aksesbililtas, tentu wilayah tersebut adalah wilayah terisolasi berdampingan dengan Sudin sedang mengamati dan mengagumi
tanpa mampu dijamah orang. ‘kerusakan’ alam yang diakibatkan ulah manusia. Sudin menunjuk
ke sebuah lembah, “sebelah sana (menunjuk kanan jalan) terdapat
“Mba desi penugasan kemana?” Tanya Pak Lukman, kepala
pemukiman yang dihuni oleh beberapa orang saja. Penduduk asli yang
KPKNL Kendari yang menyapaku saat pagi-pagi hendak berangkat ke
tidak berhubungan dengan masyarakat luas. Suku Landawe, sebuah
lokasi.
suku di daerah Konawe Utara yang hampir tidak terdeteksi. Jumlahnya
“Konawe Utara pak.” Jawabku dengan sedikit diplomatis. (eeaa’.. yang sedikit, dan mengasingkan diri di suatu tempat yang jauh dari
pen) warga kebanyakan. Suku ini terkenal fisiknya yang istimewa. Tinggi,
“Lhoo..kenapa perempuan ke Konawe Utara? Kenapa bukan besar, putih dan cantik. Banyak bangsawan yang mencarinya dulu.
laki-laki saja? Bagaimana mobil rentalnya? Bagus, jie? Perhatikan ban Sekarang suku ini sudah tak kelihatan lagi, meski bukan berarti habis”
nya. Cari mobil rental yang ban nya masih bagus. Jangan yang udah Sudin seperti guide yang memandu perjalanan kami, tim reval.
lama? Bisa pecah itu kalo lewati jalan Konawe Utara.” Pak lukman Satu jam telah berlalu, kesunyian mulai menunjukkan jati dirinya.
menjelaskan secara detail sekaligus memberi wejangan untuk berhati- Tepat pukul 19.55 WITA. Sudin mulai lebih intensif melongokkan
hati. kepalanya diantara kursiku dan kursi sopir. Ku pikir, Sudin mau cerita
Memori percakapan dengan Pak Lukman di atas, (sebelum lagi tentang sebuah suku yang lain, ternyata ia menceritakan yang
berangkat ke Konawe Utara) terbukti sudah. Seratus meter perjalanan lainnya.
dilalui, kerikil-kerikil tajam menyapa ban mobil bergeletak. Terlihat “Disini, banyak sekali orang sakti. Kesaktiannya terlihat dengan
pemandangan coklat kemerahan dimana-mana. Sebuah gunung yang banyaknya orang yang mendatangi tempat ini untuk mencari kesaktian”.
sementara dikeruk oleh alat berat, dipake untuk menimbun tempat
“Kesaktian bagaimana Pak Sudin?” aku mulai tertarik.
“Gak mempan tebasan parang. Gak bisa dikejar kalo ketahuan “Haaaa???? Kenapa bapak gak bilang kalo sejauh itu? Waktu kita
mencuri dll, begitu ya pak sudin?” Mas Rahman menimpali. berangkat tadi, emang lewat sini?” Protes Iqbal.
“Iya, bahkan ada yang bisa menghilang..” Jelas pak Sudin. “Tidak lewat sini pak. Tadi kita memotong lebih 50 kilo, lewat jalan
pintas.” Kata pak Sudin.
“Wooww...hebat yach” Aku antusias
“Sebenernya tadi saya mau ajak untuk kita lewat jalur sebelumnya,
“Ada juga di Makassar, seorang mahasiswa yang lugu, dari Konawe
tapi kan gak ada yang setuju” Tambah pak Sudin.
Utara namun banyak dijahili teman-temannya. Suatu ketika dia marah,
dan menganiaya orang lain, tapi gak bisa dikejar polisi. Karena bisa “Ya jelas gak mungkin kita lewat jalan tadi pak. Bisa-bisa ban mobil
menghilang..” Iqbal mulai angkat bicara, itu berarti sopir tidak tidur.. pecah jika 2x lewat situ. Mana banyak jalan setapak? Hutan, gunung
hehee dan jurang. Gak beraspal. Badan juga sakit di guncang mobil.”Iqbal
menerangkan.
Suasana dalam perjalanan terasa biasa saja. Iqbal dengan
bersahajanya menyetir sambil bercakap-cakap dengan kami semua. “Terus berapa lama kira-kira baru kita temui penduduk?” Aku
Rahman masih santai di kursi belakang sopir. Sudin sesekali masih Serius
longokkan kepala ke depan. Aku yang duduk disamping sopir, sibuk
“Kalo Lancar mungkin jam 10-an baru ketemu pemukiman bu..”
mengamati kunang-kunang yang sudah tidak pernah kelihatan sejak
Jawab Pak Sudin. Aku terbelalak tanpa suara. Speechless.
usiaku 10 tahun. Yah...kunang-kunang yang penuh kenangan, namun
punah karena modernitas lingkungan. “Pak Sudin..bapak ini jangan main-main ya. Kalo memang
perjalananya seperti ini, kenapa bapak tidak bilang dari awal. Kita kan
“Banyak kunang-kunang ya Pak Sudin..” Aku mulai percakapan.
bisa agendakan untuk datang besok pagi, biar kita tidak kemalaman
“Iya, Bu. Mungkin karena disini merupakan tempat yang tidak begini.. ini kalo kita ada apa-apa, bapak mau tanggungjawab?” Iqbal
terjamah manusia kalo malam.” Jawabnya. hilang santainya.
“Maksudnya?????” Aku kaget. Iqbal menurunkan kecepatan “Udah...jangan diperpanjang..” Ku bisik Iqbal yang emosi. Gak
kendaraan. Mas rahman memperbaiki duduknya. enak nanti suasananya.
“Ini adalah daerah hutan terlarang. Tidak ada orang yang berani “ Saya inikan cuma Sopir, gak tau medan. Gak bisa memperkirakan.
melewatinya apalagi singgah. Gak ada pemukiman penduduk disini” Bapak yang tahu situasi harusnya memberitahu kami..”. Iqbal masih
Mulai deh..rasa-rasa horor membungkam mulutku. Perutku serasa gak terima.
mual. Kepalaku mulai terasa pening. Tapi demi menjaga suasana, aku
Ku gulung kertas inventarisasiku, ku tepukkan di bahunya. Sebagai
tak menampakkan kegundahan itu.
tanda, aku serius menegurnya untuk tidak memperkeruh suasana.
“ Memang berapa Jauh perjalanan kita ini pak?” tanya mas rahman. (maklum..bukan muhrim. Gak boleh sentuhan hehe..pen)
“Mungkin sekitar 150-200 Kilo meter” Jawab pak Sudin. Iqbal mulai diam. Rahman hanya menyimak percakapan tanpa
Jalanan sepi, sesekali menikung ke kiri, sesekali ke kanan. Sesekali “Pelan-pelan saja Iqbal” Rahman seperrtinya juga gelisah sepertiku.
menanjak, sesekali pula menurun.
Sampai di sebuah jalanan yang rata permukaannya. Masih jalan
Tak terasa, sudah tiga jam kami berkelana di tengah hutan. Semakin tanah perkerasan. Debu masih sangat banyak. Namun Desir angin
sunyi, semakin mencekam. Bunyi burung malam mulai terdengar sudah tidak terdengar kecang. Sorot lampu mobil sudah kembali
bersahutan. Sepertinya memang malam semakin pekat. Burung malam normal. Alhamdulillah. Seperti terbebas dari badai. Jalur lurus. Landai.
semakin terdengar kencang bunyinya. Entah itu suara burung apa. Kecepatan kendaraan sekitar 50 km per jam. Waktu menunjuk pukul
Yang jelas bukan burung hantu. Suara geletak ban mobil tidak menjadi 21.35 WITA di dashboard mobil. Aku mulai bersandar lagi. Lega
suara dominan lagi. Kini berganti dengan suara burung malam yang (dikit).
menakutkan.
Tak berapa lama setelah itu, datang lagi bunyi ribut. Desir angin
Mobil terus melaju. Dalam hati ku tetap berdoa, berdzikir, lagi, tapi sepertinya bunyinya agak beda dengan yang tadi. Iqbal seperti
mengamalkan al Ma’tsurat. Tak berani ku pandangi samping kiri dan sudah siaga berjaga-jaga. Kendaraan mulai diturunkan kecepatannya.
kananku. Tak berani pula balik ke belakang pandang Rahman dan Pak Tiba-tiba ditengah bunyi ‘desir’ yang kencang itu. Mobil kami seperti
Sudin, khawatir mereka mencurigai ketakutanku. Aku harus belajar menabrak kumpulan debu yang tebal sekali. Kumpulan debu itu yang
menjaga suasana. bergerak. Bukan mobil kami. Mobil sengaja dikasih berhenti. Di rem.
Kecepatan nol. Kami positif berhenti, dengan membiarkan debu itu
Tiba-tiba, terdengar bunyi lain. Mendesis...sangat kencang. Aku
‘menghantam’ mobil rental. Tidak ada yang bisa dilihat di luar, kecuali
gak yakin kalo itu bunyi desir angin. Karena yang ku tahu, suara desir
debu yang mulai menempel di dinding kaca. Sesekali Iqbal sapu-sapu
angin hanya ada di drama kolosal atau sinetron. Hanya di TV, begitu
kaca dengan wiper. Entah bagaimana wujud mobil setelah ini.
gumamku. Tapi ternyata ini bener-bener desis angin. Kencang sekali.
Saking kencangnya, sampai bunyinya seperti sebuah deruan. Bener- Setelah beberapa lama, kembali kami melanjutkan perjalanan.
bener angin topan. Hiii... ‘Cuaca’ sudah agak normal. Jalanan sedikit menanjak. Dalam hati,
“kenapa ada jalanan menanjak, padahal kita kan mau turun ke
Angin itu menggulung-gulung debu. Memaksa debu menari
lembah?”. Tak berani mengungkapkan. Hanya dzikir dan dzikir teruss.
ditengah sorotan lampu mobil. Sungguh sebuah pemandangan
menakjubkan yang mengerikan. Debu beterbangan seperti kabut yang Setelah menanjak, kembali kami lalui jalanan yang sedikit menurun.
menggumpal. Pandangan kami kacau. Sinar lampu mobil rental ini tak Penurunannya tidak tajam. Bahkan cenderung landai. Suara burung
mampu menembus jalanan. Akhirnya Iqbal hanya memakai kecepatan malam tidak terdengar lagi. Namun kembali terdengar suara desir
10-20km per jam. Pelaan sekali. Jarak pandang hanya 5 meteran. Debu angin. Kami siap-siap. Mungkin debu halus akan mempermainkan
sangat tebal sekali. Aku istighfar terus, tak ada yang bisa dilakukan kami lagi. Sorot lampu tajam tetap dinyalakan. Sepanjang perjalanan,
kami pakai lampu jauh. Itupun tak mampu membuat kami melihat di Tak ada yang bersuara atas kejadian ini. Kami bungkam seribu bahasa.
kejauhan dikarenakan debu halus yang berterbangan seperti serangga.
“Bismillah..” suara Iqbal membuka tuas rem, pertanda sudah
Suara sedikit gemuruh, kecepatan mobil dikurangi hingga hanya 5km
mau jalankan kendaraan. Mobil bergerak. Tuas wiper dinyalakan,
perjam. Pelaaan sekalli. Dalam suasana itu, mobil ‘ditabrak’ debu.
dikarenakan kaca mobil melengket debu. Tapi sungguh ajaib, wiper
Pekat dan kami tidak dapat melihat jalanan.
tidak mau goyang. Tuas di naik-turunkan tetep saja wiper gak bergerak.
“Hei...ternyata bukan debu” Aku memulai percakapan.
“Kita berhenti dulu. Tidak bisa jalan dengan kaca tertutup debu
“iya. Ini kabut. Nih..meleleh di kaca” kata Iqbal. seperti ini” ku coba membantu kang Iqbal dengan menggerak-gerakkan
tuas wiper ke atas dan ke bawah. Ternyata memang tidak berfungsi.
“mungkin karena semakin malam, makanya semakin jalanan
berkabut” Lanjut pak Sudin “Padahal tadi bisa ya? “ kata mas Rahman.
“Terus, gimana nih? Apa kita lanjut dengan kondisi tanpa lihat “Iya tadi tidak masalah.” jawab Iqbal
jalanan?” Rahman seperti merasakan hal yang sama denganku. Cemas.
“Coba semprot saja, wiper-nya gak usah dinyalakan” Kataku
“Jangan kita berhenti. Kita harus tetap jalan meski pelan-pelan”.
“Gak bisa juga.” Kata Iqbal
Kataku. Karena gak mungkin kita akan bermalam ditengah hutan
belantara ini. “Ini mobil rental mungkin gak ada perawatannya. Masak sih air saja
kosong, gak diisi.” Iqbal melanjutkan.
Masih dengan menabrak kabut, mobil dijalankan dengan extra
hati-hati. Sekitar 10 menit, kabut sudah mulai berhenti. Alhamdulillah. “Pake air mineral saja. Nih masih ada sebotol.” Rahman
Kabutnya lewat. Menyisakan kaca mobil yang basah seperti habis kena menyodorkan botol minuman.
hujan. Belum bernafas lega, tiba-tiba angin berdesis kencang. Kali “Jadi? Saya harus keluar ya?” pertanyaan Iqbal yang sulit dijawab.
ini lebih kencang dari sebelumnya. Tiba-tiba kami menabrak debu
“Sepertinya..” Jawabku lirih dan tiada yang mendengar. Ditengah
yang sangat banyak. Kaca mobil langsung tertempel debu otomatis,
gelapnya hutan seperti ini, sangat menakutkan keluar mobil. Seperti
dikarenakan kondisi kaca yang basah akibat debu.
diri menjadi bagian dari kegelapan. Aku ngeri..
Kami tidak bisa melihat. Suara semakin kencang. Fix, mobil
Dengan sedikit ragu-ragu, kang iqbal membuka pintu mobil pelan
diberhentikan. Kami hanya mampu memandangi apa yang terjadi. Di
pelan.
tengah kegalauan kami, tiba-tiba mobil bergerak sendiri. Seperti ada
sesuatu yang mendorong ke depan. Bahkan bukan ke depan, tapi “Hati-hati ki pak Iqbal” Kata Rahman menyemangati.
terdorong menyamping. Kami bersama mobil bergerak ke samping, Bener-bener Iqbal keluar mobil. Suasana semakin dingin
sampai-sampai posisi kendaraan agak serong menghadap ke jurang. mencekam. Pingin nangis, tapi malu dilihat orang. Tiba-tiba, dingin
Seperti ada yang komandoi, kami langsung istighfar, berdzikir gak lain menyusup ke dalam mobil. Ku berfikir, angin diluar memang
habis-habis. Menyebut nama Allah dengan sekuat tenaga kami. Mobil dingin sekali, mungkin akibat dari kabut tadi. Sejurus kemudian, rasa
tak berapa lama berhenti dari goncangan yang kami tidak tahu asalnya.
dinginnya mulai aneh. Bulu kuduku merinding. Tengkuk leherku, kondisi kaca mobil. Yang penting tersiram air saja. Lalu ku bergegas
seperti ditiup angin dingin dan menjalar. masuk di mobil” Cerita Iqbal saat kita mencari tempat makan.
Padahal dingin AC itu ada dimukaku. Ku raba tengkuk leherku “Coba nyalakan lagi wipernya” Suaraku meminta kang iqbal untuk
dengan istiqfar berkali-kali. mencoba lagi wiper yang tadi mati.
36. Hati dilokasi tanah jalan rel kereta api dengan cepat. Saat berpikir terlintas
dipikiran saya, ya mungkin akan lebih cepat naik sepeda. Kebetulan di
Yang Cukup sekitar kami berhenti, ada bapak tua yang sedang istirahat, sepertinya
kecapekan setelah mencari rumput untuk makan ternaknya. Akhirnya
oleh: Joko Juwiyanto kami ngobrol dengan bapak tua tersebut. Bapak, bolehkah saya
Kanwil DJKN Aceh
meminjam sepedanya untuk mengecek tanah rel kereta api yang berada
di sebelah jembatan? Bapak tua itu, menjawab, boleh, silakan pakai,
kebetulan saya sedang istirahat. Teman saya kemudian memakirkan
mobilnya diseberang rel agak jauh dari pak tua dan saya pun siap-siap
naik sepeda tua. Demi Negeri tanpa ragu-ragu, saya mulai mengayuh
sepeda dan ternyata ditengah perjalanan baru ketahuan bahwa sepeda
tersebut tidak ada remnya. Hati saya berkata antara melanjutkan
perjalanan atau berhenti dan balik. Kalau saya berhenti makan tujuan
tidak tercapai dan jikalau saya terjatuh di sawah saya yakin para petani
akan menolongku dan saya masih dapat melanjutkan perjalanan
kembali. Akhirnya saya melanjutkan perjalanan meskipun jalannya
T
im penilai melakukan perjalanan menuju lokasi objek sempit dan untuk bersimpangan harus berhenti.
penilaian dengan jarak tempuh kurang lebih 2,5-3 jam. Akhirnya saya sampai di jembatan dan untuk melewati jembatan
Sepanjang perjalanan, kami melewati perkampungan dan saya harus jalan kaki sambil mendorong sepeda saya tidak bisa naik
areal pertanian dengan cuaca yang cerah. Tibalah kami di perlintasan sepeda dan harus turun sambil jalan membawa sepeda tersebut. Setelah
kereta api, disitulah kami berhenti dan mendiskusikan lokasi objek melewai jembatan saya mengayuh kembali sepeda dengan penuh
penilaian. Kami menanyakan kepada pendamping, kebetulan seorang percaya diri dan tiba-tiba terdengar bunyi suara kereta dan saya harus
Ibu. Ibu, dimana lokasi tanahnya? Disepanjang jalan rel kereta tapi berhenti untuk menepi mencari jalan yang agak jauh dari rel kereta.
setelah jembatan, jawabnya. Kami pun berpikir, lokasinya jauh juga,
ya. Kami bertanya lagi, apakah tidak ada jalan lain menunju lokasi Selanjutnya kami
tanah tersebut? Ibu itu menjawab, ada. Kita dapat mengunakan mobil kembali dengan
dengan memutar sangat jauh dan saat tiba dikampung, kita turun mobil naik sepeda dengan
terus jalan kaki melewati tanah pekarangan dan pematang sawah. Satu- perasaan was-was
satunya jalan terdekat lewat sini adalah jalan kaki. Kami pun berpikir karena jika tidak focus
kalau jalan kaki jauh dan panas sekali. Sewa motor tidak ada, apalagi dan hati-hati resikonya
Go jek. jatuh ke sawah.
Sesampainya di tempat Penulis mendorong sepeda melewati jembatan
Kemudian kami berpikir, bagaimana caranya agar cepat sampai
berkumpul, teman saya cerita, pak, yang mempunyai banyak mobil, tanah atau harta, tetapi pegawai kaya
“saat kami mencari tempat parkir, adalah peagawai yang merasa cukup dengan apa yang dimilikinya saat
bapak tua tadi tanya, mas sepedaku ini. Apakah anda sudah merasa cukup dengan apa yang anda miliki saat
mana kok ditinggal pergi”. Saya pun ini? Jika masih kurang, waspada, waspada, dan waspadalah karena hati
tertawa.karena bapak tua tadi berpikir anda tidak akan tenang.
sepedanya dibawa pergi. Padahal
Tanah rel kereta api temen saya tadi hanya memindahkan
mobilnya ke warung sebelah rel. Selanjutnya sepeda kami kembalikan
kepada pak tua dan kami memberikan uang sebagai ucapan terima
kasih, Namun bapak itu, tidak bersedia menerimanya karena sepedanya
sudah kembali dan meminjamkannya memang karena keikhlasannya.
Semoga orang tua yang telah membantu kami senantiasa diberikan
nikmat sehat dan dimudahkan rezekinya.
Dari cerita di atas kami mendapat inspirasi dari bapak tadi. Dia
merasa bahagia karena apa yang dimiliknya ternyata memberikan arti
dan manfaat bagi orang lain. Dia juga bisa menerima kondisi apa adanya,
merasa cukup dengan sepeda tua yang dimilikinya, dia merasa cukup
dengan hanya bekerja mencari rumput, dan merasa cukup dengan hasil
yang diterimanya saat itu.
Lalu, bagaimana dengan anda saat ini? Mari kita renungkan sejenak,
apakah anda sudah merasa cukup dengan penghasilan atau harta saat
ini, atau mungkin anda masih merasa kurang? Jika anda masih merasa
kurang, berapapun penghasilan anda, berapapun harta anda, maka akan
selalu kurang. meskipun penghasilan anda tahun depan naik 100%,
anda pun tetap merasa kurang. Begitu pula jika anda sudah memiliki
satu mobil, ingin beli mobil kedua, ketiga dan seterusnya. Perasaan
kurang yang terus-menerus dalam diri anda, dapat menimbulkan
keinginan untuk menguasai sesuatu sehingga akan membentuk sifat
serakah yang akhirnya dapat merugikan diri anda sendiri. Sebaliknya
bila anda merasa cukup dengan penghasilan atau harta saat ini, anda
sebenarnya telah menjadi orang kaya. Pegawai kaya bukan pegawai
K
alau saja ada istilah yang pantas disematkan pada insan lima jam. Kala itu, tim harus berjuang ugal-ugalan menerjang banjir
DJKN saat ini, “Pahlawan BMN” bisa jadi susunan frasa yang melanda sebagian Jalur Lintas Sumatera. Alhasil, waktu tempuh
yang dapat mewakili. Getolnya penyelesaian proyek akbar molor hingga lebih dari lima jam. Perjalanan ini tak hanya dilakukan
Revaluasi BMN jilid dua menjadi hal yang paling paripurna untuk barang satu atau dua kali, melainkan selama kurun waktu satu bulan
dijadikan alasan. Berkubang lumpur jalanan hingga melintasi lautan, lamanya.
sudah menjadi ‘makanan’ rutin para Pahlawan BMN. Perjuangan pun
Tim juga pernah merasakan pengalaman lain yang luar biasa ketika
masih berlanjut manakala harus berkawan dengan lembur. Berjibaku
meninjau lokasi di Kabupaten Mesuji. Kondisi jalanan yang kurang
dengan waktu. Memburu tenggat penyelesaian BAR IP lengkap dengan
mumpuni membuat mereka harus menggunakan kendaraan jenis
seabrek Laporan Penilaian.
ranger untuk menuju lokasi. Usai melakukan tugas, Kendaraan ranger
Segenap perjuangan ini tak pelak turut mengiringi perjalanan ini tak kuat berkubang di jalanan lumpur. Alhasil, Tim sempat terjebak
panjang Tim Revaluasi KPKNL Metro. Demi menuntaskan penilaian di dalam kendaraan selama beberapa waktu. Dan ketika Tim harus
terhadap 1884 NUP, para pahlawan BMN dari melakukan penilaian di Daerah Labuhan Maringgai, sampan menjadi
Sai Bumi Wawai (sebutan untuk Kota Metro) tak ragu untuk satu-satunya pilihan kendaraan yang dapat dimanfaatkan untuk menuju
menimba keringat dan memeras pikiran. Bermodalkan 12 pegawai lokasi obyek.
yang membuat khalayak mereka memilih untuk bertahan di bawah terik matahari. Memastikan
berdecak kagum. tidak ada digit angka yang terlewat dari nilai setiap aset.
Bagaimana tidak,
Bagi KPKNL Metro, sinergi dan kolaborasi menjadi kunci utama
setiap elemen dan
kesuksesan proyek Revaluasi BMN 2018. Tanpa dukungan segenap
komposisi bangunannya
pihak pun mustahil rasanya untuk menuntaskan seluruh target. Pada
menyimpan makna yang
akhirnya, ketercapaian target Revaluasi BMN jilid dua bukanlah
begitu mendalam. Masjid
Danau Ranau perjuangan pamungkas bagi para pahlawan BMN. Penilaian ke antero
Baitus Shobur dibangun
negeri selayaknya dibarengi dengan pengawasan dan pengendalian
dengan kubah persegi lima sebagai perlambang 5 waktu salat bagi umat
terhadap setiap aset yang ada. Semua dilakukan untuk mewujudkan
islam. Kekuatan masjid ini ditopang oleh 114 pilar tiang, sama dengan
pengelolaan BMN yang mumpuni. Mewujudkan BMN yang tertib fisik,
jumlah surat dalam kitab suci Al-Quran. Atap masjid pun dihiasi
administrasi dan hukum. Selaras dengan semboyan Ditjen Kekayaan
dengan 99 lubang yang dapat ditembus cahaya matahari layaknya 99
Negara, Nagara Bandha Rakca, yang punya filosofi sebagai ‘penjaga aset
Asmaul Husna (nama-nama Allah).
negara’.
Sedangkan Sesat Agung terdiri dari gabungan 4 rumah besar
sebagai perlambang 4 marga Tubaba. Empat rumah tersebut menaungi
lima rumah transmigran Lampung yang berasal dari 5 pulau besar
di Indonesia. Sekilas, Sesat Agung menjadi symbol kerukunan dan
persatuan di antara masing-masing suku yang ada di Lampung.
Seakan belum cukup, cerita menarik datang dari tim lain manakala
meninjau aset yang terletak di Kabupaten Kotabumi. Lokasi tempuh
yang terbilang jauh, membuat tim baru dapat menyelesaikan tugas
pada tengah malam. Pernah pada suatu malam, mereka harus
menembus barikadWe pengamanan polisi dengan suasana yang cukup
mencekam akibat maraknya kasus pembegalan. Penat sedikit terurai
manakala tim dianugerahi kesempatan menyaksikan keindahan Danau
Ranau. Melintasi danau yang berlokasi di antara Provinsi Lampung
dan Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan pun menjadi bonus
pengalaman bagi setiap anggota tim kala itu.
38. Yang Unik Karena setiap pelosok memiliki sisi yang berbeda, cerita kami pun
berbeda-beda.
Yang Terkenang Tujuh bulan yang lalu, kami melaksanakan Revaluasi BMN
pada satuan kerja Polisi Resor Barito Selatan, Kalimantan Tengah.
oleh: Sayyidah Ustadza Perjalanan yang tidak mudah harus kami tempuh untuk menuju tujuan.
KPKNL Palangka Raya Beruntungnya, kami diantar oleh perwakilan pegawai Polres Barito
Selatan selaku operator SIMAK BMN menggunakan truk kecil polisi.
J
alan kehidupan setiap manusia memiliki arah yang berbeda- Polres yang ada segera mengamankan para warga dan melakukan
beda. Melihat kisah para saudara kami yang akan kembali negoisasi. Awalnya, mereka bersikukuh tidak mau mengalah.
mengabdi menuju kota perantauan mereka membuat hati Perwakilan Polres mengancam para warga apabila tidak ada perdamaian
ini berdesir. Betapa tidak, kepergian mereka untuk kembali mengabdi antara kedua belah pihak, perwakilan Polres akan mengangkut semua
untuk negeri harus terhenti oleh takdir. Kami merasa kecil tetapi pihak yang terlibat ke dalam truk polisi untuk dibawa ke kantor polisi.
kami juga bangga kepada mereka yang telah memberi contoh nyata, Syukurlah tidak lama kemudian, pertikaian dapat diredam. Para warga
pengabdian tanpa batas untuk negeri sampai akhir hidup. Adalah segera melakukan perdamaian dan rombongan kami dapat melanjutkan
sebuah lecutan untuk kami yang masih diberi kesempatan hidup untuk perjalanan.
lebih bersyukur dan tidak mengeluh dalam menjalankan tugas. Pada 21 Maret 2018, tim penilaian masih dalam penugasan
Kilas balik Revaluasi Barang Milik Negara (BMN) pada awal tahun di Kabupaten Barito Selatan. Perjalanan menuju objek revaluasi
2018, membuat hati ini ingin mengulang masa-masa itu. Setiap sisi berikutnya mengharuskan kami menyeberang menggunakan kelotok,
Negeri ini harus kami jajaki untuk melaksanakan program Revaluasi yaitu sejenis perahu sungai. Masih bersama dengan operator SIMAK
BMN 2017 s.d. 2018. Hakikatnya, yang terpatri dalam ingatan kami Polres Barito Selatan, kami berangkat menuju Sungai Barito. Menjadi
adalah proses, bukan hasil. Proses pelaksanaan Revaluasi BMN masih hal yang cukup mengasyikan bagi kami waktu itu bisa menikmati secuil
terngiang mengingat perjuangan kami menjelajahi pelosok negeri. alam Kalimantan.
M
Pengemudi ambulans segera menghentikan kami untuk memastikan enyaksikan hiruk-pikuk Revaluasi BMN yang dilakukan
bahwa kami telah membawa jasad di pinggir sungai tadi. Kami segera teman-teman, tidak hanya di kawasan Prapatan tapi
menjelaskan bahwa kami belum mengangkut jasad tersebut. Akhirnya, juga se-Indonesia Raya, membuat saya merasa rindu.
kami dapat melanjutkan perjalanan kami. Bau matahari di kepala, tiupan angin yang mengeringkan keringat, kaki
Mungkin, ini adalah secuil pengalaman Revaluasi BMN kami. yang kelelahan setelah jauh berjalan, lahapnya makan setelah bertemu
Seunik apapun cerita kami, kami bersyukur dapat mendapatkan kembali dengan peradaban, kulit eksotis setiap selesai survei lapangan,
pengalaman berharga. malam-malam yang panjang karena dikejar target laporan, sulitnya
mendapatkan data dan keterangan, betapa saya merindukan itu semua.
sampai tanah bandara perintis nun di Bolaang Mongondow dan Papua sebanding dengan 105 bulan, atau sama dengan 8,7 tahun. Katakanlah
sana. Belakangan, tidak hanya jalan rel di Solo, saya juga bisa sedikit verifikasi itu dilakukan oleh 4 orang pegawai, tetap saja membutuhkan
mengintip tentang Tokyo. Bahkan andai kata LPK bisa bercerita lebih 2 tahun! Itu pun dengan catatan pegawai tersebut tidak melakukan apa-
banyak tentang tempat-tempat yang namanya susah untuk diucapkan apa selain verifikasi. Sangat banyak tugas lain yang harus dikerjakan
seperti Waalsdorperweg, Ruychrocklaan, Xaysettha, Chatenay Malabry, seperti monitoring dan evaluasi pelaksanaan Revaluasi BMN, rapat
tentu saya dapat memperoleh lebih banyak gambaran tentang lokasi, koordinasi dan sosialisasi ke Kementerian/Lembaga/Satker, penilaian
aksesibilitas, benchmark, dan topografi daerah tersebut. Dan semua rutin dalam rangka pemanfaatan dan pemindahtanganan, peer review,
itu bisa saya lakukan sambil menghirup teh panas dari dalam ruangan kaji ulang, pemeriksaan rutin dari auditor, penyiapan data untuk video
ber-AC, tanpa mengkhawatirkan krim perawatan wajah apa yang harus conference, analisis data penilaian, penyusunan dan sikronisasi DKPB,
saya beli untuk menghilangkan belang bekas terpaan matahari. sambil harus terus menjaga capaian kinerja.
Sengaja saya menyampaikan sukanya terlebih dahulu. Apakah ada Lalu, bagaimana dapat menyelesaikan seluruh target dalam jangka
dukanya? Banyak. waktu 13 bulan? Solusinya, harus ada pembagian tugas yang jelas
dengan target harian, lembur tentu saja, dan harus fokus dengan level
Lawan terberat yang harus dikalahkan verifikator adalah rasa bosan.
konsentrasi tingkat tinggi. Tolong jangan heran bila pada SIPREVAL
Verifikator harus mampu mengendalikan rasa bosan, konsisten duduk
tercatat waktu pelaksanaan verifikasi pada jam-jam yang aneh, lewat
berlama-lama mengecek kelengkapan setiap halaman mulai dari narasi
tengah malam misalnya, karena semua harus dilakukan untuk mengejar
sampai lampiran. Verifikator mencocokkan setiap keterangan mulai
target harian. Mungkin itu juga sebabnya kenapa saya bisa tiba-tiba suka
dari kode satker, NUP, keluasan, kondisi objek penilaian, tahun
dan mengulang-ulang lagu Via Vallen, khususnya di bagian lirik “harus
perolehan, foto, nilai wajar, mulai dari halaman depan sampai halaman
fokus, tetap fokus”. Dalam versi dangdut tentunya.
belakang laporan. Semua itu harus dilakukan dalam waktu yang cukup
panjang karena banyaknya jumlah laporan yang harus diverifikasi. Bila Saat titik jenuh dan lelah yang sangat mendera hingga semua
untuk satu LPK, proses verifikasi mulai dari mengunduh, pengecekan tulisan menjadi buram untuk saya yang miopi, astigmatisma, bahkan
kelengkapan dan isi, sampai ke penyimpanan hasil verifikasi diperlukan sekarang hiperopia, saya mencoba membayangkan bahwa saya tidak
waktu kurang lebih 5 menit, maka dalam waktu 1 jam seorang sendiri. Dari SIPREVAL saya mengetahui, ada sekitar 150 verifikator
verifikator hanya dapat memverifikasi paling banyak 12 LPK. Itu pun lain di Indonesia yang juga merasakan lelah yang sama, ada ratusan
untuk hitungan normal di dalam 1 LPK hanya memuat 1 NUP BMN. penilai yang tengah berjuang di luar sana, ada ratusan keluarga yang
Padahal sering terjadi di dalam 1 LPK terdapat banyak NUP, bahkan dinomorduakan untuk sementara. Dan saya yakin para pemimpin
saya pernah menemukan LPK yang berisi 130 NUP. kami pasti merasakan kepenatan yang sama, bahkan mungkin lebih.
Saya tidak sendiri. Saya bukannya sok nasionalis, tapi sungguh, saya
Bila dalam Menu Monitoring Verifikasi Laporan Penilaian Tahun
dan juga teman-teman DJKN melakukan ini demi Indonesia, demi tiga
2017 dan 2018 untuk Kantor Wilayah DJKN DKI Jakarta tersaji 16.812
kata, Revaluasi BMN Tuntas!
LPK, dengan asumsi dalam 1 hari ada 8 jam kerja, maka diperlukan
waktu 2.101,5 hari kerja, atau setara dengan 420,3 minggu, atau Itu saja dukanya? Masih ada yang lain. Ada sensasi tersendiri
bagi verifikator bila berhasil membirukan angka pada kolom “Belum verifikasi kemudian menyimpannya kembali dalam SIPREVAL tanpa
Diverifikasi” pada menu Monitoring Verifikasi SIPREVAL karena itu melakukan perubahan apa-apa sehingga membingungkan verifikator.
berarti seluruh LPK telah selesai diperiksa kelengkapannya. Hal ini Ada verifikator yang menganggap LPK belum lengkap karena penilai
pernah saya alami selama 2 hari. Menjadi ambivalen, di satu sisi saya belum menyertakan KIB sedangkan penilai beranggapan bahwa BMN
berharap angka yang tertera di kolom itu tetap lah berwarna biru karena yang dinilai tersebut merupakan barang berlebih, kemudian verifikator
berarti saya bisa beristirahat sejenak, tapi di sisi lain hal itu juga berarti mendebat penilai belum memberi contrengan pada keterangan barang
teman-teman Penilai belum sempat menindaklanjuti hasil verifikasi berlebih di dalam Formulir Pendataan Objek Penilaian, dan dibalas
bahkan kemungkinan mereka belum membaca catatan yang tersaji di penilai dengan penjelasan lainnya. Masalah ini kuncinya cuma satu,
kolom keterangan tentang hal-hal yang harus dilengkapi, dikoreksi dan komunikasi. Komunikasi untuk memperoleh informasi yang kadang
direvisi karena masih terikat kesibukan survei lapangan dan penyelesaian tidak tertulis atau lupa tertulis oleh penilai di dalam LPK dan tidak
laporan. Biarlah verifikator yang mengalah dan membiarkan angka itu terbaca oleh verifikator.
menjadi merah, walaupun itu berarti tugas tambahan bagi kami untuk
Saat ini, semua hingar bingar Revaluasi BMN telah memasuki
melakukan pengecekan kembali dan membuat angka tersebut menjadi
episode baru, kita harus mempertanggungjawabkan seluruh pekerjaan
biru.
kita di hadapan para auditor. Akan ada pekerjaan besar lagi dalam
Verifikasi LPK senyatanya bukanlah aktivitas meng-click button episode ini. Semoga semua yang telah dilakukan verifikator di
ada-lengkap, ada-tidak lengkap, tidak ada, simpan dan tutup, tapi Direktorat Penilaian DJKN dan seluruh Kantor Wilayah DJKN dapat
jauh lebih besar dari itu. Verifikasi berbicara tentang quality control, membantu menjaga kualitas hasil Revaluasi BMN.
tentang akuntabilitas. Verifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa
Karena semua ada waktunya, karena semua ada perannya. Entah
setiap tahapan mulai dari input (Formulir Pendataan, KIB, surat
pemeran utama ataupun figuran biasa, sinergi lah yang bisa membuat
keterangan Satker, dokumen legalitas), tahapan proses (kegiatan
Revaluasi BMN ini selesai pada waktunya. (AFM)
penilaian yang dituangkan dalam bentuk Berita Acara Survei Lapangan
dan Kertas Kerja Penilaian), dan output (LPK lengkap dengan seluruh
lampirannya), hingga ke outcomes tersajinya nilai wajar BMN dalam
LKPP telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Seandainya terjadi
penyimpangan, penyimpangan tersebut dapat segera diperbaiki.
Verifikasi seperti sebuah siklus yang baru dapat terhenti saat LPK
dinyatakan lengkap, tak jarang proses ini bisa terjadi sampai beberapa
kali, sampai semua ketentuan terpenuhi. Seringkali proses “ping pong”
ini membuat baper verifikator dan penilai. Ada verifikator yang tidak
tepat dalam memberikan pendapatnya tentang kelengkapan LPK
sehingga dipertanyakan penilai. Ada penilai yang hanya membuka hasil
Pemenang
Cerita
Revaluasi
BMN
Ketika Nyawa semua terdiam sambil meneguk air mineral di tengah teriknya sisi timur
Pelabuhan Kalabahi, tiba-tiba Pasilog Kodim Alor, Kapten I Made
Wiranata membawa kabar gembira. Ia mengabari telah menemukan
Bertarung Dengan Laut Banda
III oleh:Yuantha Andriana
Kanwil DJKN Bali dan Nusa Tenggara
kapal yang bisa disewa untuk mengantarkan kami ke Pulau Pantar esok
hari.
“
perahu kecil bermesin satu tanpa sayap disisi kanan kirinya sebagai
Tepat di daerah mercusuar ombak dan angin terasa lebih
penopang keseimbangan. Namun apa hendak dikata, hanya itulah
kencang. Perahu berulang-ulang oleng hingga 45 derajat. “Pak
kendaraan yang dapat kami sewa. Saya yang tidak bisa berenang dan
Weta!!..pegangan yang erat Pak,” teriak Bang Rene kepada
seumur hidup tidak pernah naik perahu harus pasrah dan merasakan
Pak Weta yang sedari awal duduk di barisan depan kapal.”
ketakutan yang luar biasa.
Itulah sedikit kisah mencekam dari perjalanan laut menuju Pulau
Karena perahu tidak bisa merapat ke bibir pantai, kelucuan terjadi
Pantar, Kabupaten Alor, NTT. Perjalanan yang mewajibkan saya dan
ketika satu persatu dari kami menaikinya dengan cara digendong oleh
Tim Revaluasi Kanwil DJKN Balinusra harus menyusuri ganasnya
Agus sang Nahkoda. Tiba-tiba “Byurrr….” bunyi suara air terdengar
ombak Laut Banda menggunakan perahu seadanya.
ketika salah satu dari kami terlepas dari gendongan Agus. Kami pun
Tujuh hari sudah saya bersama Tim melakukan penilaian puluhan tertawa terbahak-bahak melihatnya. Agus mengajak rekannya Iman
bidang tanah milik Kodam IX Udayana yang berlokasi di seluruh untuk ikut dalam
daratan Pulau Alor. Selama di sana kami bertugas bersama-sama dengan perjalanan kali itu.
Kodim Alor sebagai pengguna barang milik Kodam IX Udayana. Hari
Setelah berdoa
ke-8 kami mulai mencari-cari informasi tempat penyewaan kapal untuk
perahu mulai berjalan
mengantar kami ke Pulau Pantar keesokan harinya. Dua objek tanah
menyusuri teluk Alor.
harus kami kunjungi di dua tempat yang berbeda yaitu Kabir dan
Belum lima menit
Baranusa.
kami berjalan, tiba-tiba
Sulitnya menyewa kapal awalnya membuat kami putus asa. Ketika Anggota tim digendong menuju kapal
terdengar teriakan Pak
Made yang memang duduk di ketakutan semakin menjadi. Ombak mulai terlihat bergumul, menyapu
bagian depan perahu. “Awas apa saja yang ada dihadapannya, termasuk perahu yang kami tumpangi.
sampah.” Belum sempat Perahu kami pun terasa seakan tidak memiliki mesin karena terseret-
menghindar mesin perahu seret ombak yang sangat besar. Terkadang posisi kami berada diatas air
langsung menghantam sampah sekitar 3 meter dari permukaan, lalu tiba-tiba terhempas ke permukaan,
yang disebut Pak Made. Mesin dan terjadi berulang-ulang. Deburan ombak sesekali membasahi sekujur
pun mati. Iman dan Agus tubuh. Degup jantung terasa begitu kencang, pikiran negatiflah yang
Tim menaiki perahu menuju objek reval terpaksa harus nyebur untuk selalu muncul di otak saya kala itu. Mungkin inilah akhir perjalanan
melihat apa yang membuat mesin perahu mati. Rupanya sebuah hidup saya. Hanya Istighfar yang bisa saya lakukan seraya memikirkan
karung melilit baling-baling perahu. Setelah dibersihkan perjalanan hal yang buruk terjadi.
kami lanjutkan.
Dalam kepanikan tiba-tiba terbesit untuk mengabari rekan di
Dua jam berlalu, ketakutan saya tidak terjadi karena air laut yang kantor. Jaringan internet hilang saat itu, saya kirimkan SMS ke Pak
tenang dengan pemandangan yang indah di kanan kiri Teluk Alor Petrus, Kepala Seksi Penilaian di kantor kami. “Pak, kami sedang
serta beningnya air yang menembus terumbu karang bawah laut terombang-ambing oleh ombak, mohon doanya ya agar kami selamat,”
menghipnotis saya melupakan semua rasa takut. “Subhanalloh” rasa kalimat SMS yang saya kirim ke beliau. Tidak peduli SMS itu dibacanya
takjub kepada Sang Pencipta alam raya ini, puji saya selama perjalanan. atau tidak, dibalas atau tidak, saya sudah tidak bisa lagi memperhatikan
Foto-foto termasuk selfie pun saya lakukan untuk mendokumentasikan handphone. Ombak terus menghantam perahu yang kami naiki.
keindahan perjalanan saat itu.
Lima jam sudah kami berlayar. Akhirnya tiba juga di lokasi pertama
Tiba diujung teluk Alor, tepatnya di sekitar Alor Kecil, saya mulai yaitu Kabir. Saat membuka HP rupanya Pak Petrus menjawab SMS
panik ketika melihat putaran arus air yang sangat kencang. Belum saya. “Iya kang semoga lancar dan selamat,” tulisnya. Saat yang
sempat saya bertanya, tiba-tiba Pak Made menepuk pundak saya sambil sama notifikasi WhatsApp grup pun terlihat. Sepertinya Pak Petrus
berkata “Itu pertemuan arus dari Laut Banda dan Laut Sawu, tenang meneruskan pesan saya ke Grup WA untuk mendoakan kami
saja kang,” ujar tentara yang asli Bali ini, seakan tahu kepanikan yang agar selamat. Ini yang membuat saya terharu. Rupanya doa teman-
saya rasakan. Perahu terasa mulai melambat. Hal ini disebabkan arus air teman terkabulkan dan mengharuskan Tuhan menyelamatkan kami
yang berputar dan mesin diperjalanan tadi.
kapal yang kecil yang
Setelah bersandar, kami berjalan kaki sejauh dua kilometer menuju
membuat perjalanan
objek penilaian berupa tanah yang dijadikan sebagai Kantor Koramil
terasa lama untuk tiba di
Kabir. Disambut staf Koramil, survei pun langsung kami lakukan.
tujuan.
Sambil melepas lelah dan menikmati kelapa muda yang baru saja
Memasuki bagian dipetik, kami mulai bercerita pengalaman perjalanan tadi. Betapa
Utara Pulau Pantar terkejutnya staf Koramil ketika mendengar perahu yang kami naiki
Suasana di Laut Alor
hanyalah perahu kecil. “Wahhh beruntung bisa selamat pak,” kata menuju Kabir. Sampai di perahu, butiran hujan mulai turun dan daerah
seorang staf sambil menggelengkan kepala. Konon katanya ada satu yang akan dilalui terlihat gelap. Hanya doa yang bisa saya panjatkan saat
daerah sekitar mercusuar yang ombaknya sangat besar dan jarang sekali itu agar kami selamat menuju Kabir.
perahu kecil bisa selamat di daerah tersebut, ia menambahkan. Cerita
Hari mulai gelap seiring dengan terbenamnya sang surya di ufuk
staf tersebut semakin membuat takut saja. Karena memang ketika kami
Barat yang seolah sudah lelah untuk menemani perjalanan kami.
melewati mercusuar itu ombak dirasakan sangat besar.
Rasa kesal muncul ketika perahu yang kami tumpangi rupanya tidak
Perjalanan kami lanjutkan menuju Baranusa. Rasa waswas masih memiliki penerangan satu pun. Agus bertahan membawa perahu hanya
saya rasakan karena jalur yang kami lalui masih berada di laut lepas berdasarkan naluri dan pengalaman semata. Hujan semakin deras
perairan laut Banda. Kembali ombak saya rasakan menampar-nampar dan perahu masih berjalan pelan karena angin dan ombak yang terus
perahu yang kami tumpangi. Satu jam berlalu akhirnya kapal pun menerjang perahu.
berlabuh. Disambut keramahan penduduk yang sebelumnya sudah
Hampir tiba di Kabir, mendadak jalur berbelok. Rupanya Agus
dikabari terlebih dahulu oleh Pak Made membuat saya bahagia.
mendapat instruksi dari Pak Made untuk langsung kembali ke Alor.
Mereka mempersilahkan kami untuk istirahat sejenak di rumahnya.
Bang Rene, yang tidak mengetahui instruksi Pak Made terlihat panik
Suguhan kopi hangat sedikitnya membuat kami sedikit lepas dari
sambil berteriak “Gus belok…..cepat belok Gus...Itu kan Kabir,”
ketegangan. Tidak lama kemudian suara gerungan motor terdengar.
teriaknya sambil menunjuk Pelabuhan Kabir. Agus terlihat bingung.
Rupanya untuk menuju lokasi penilaian masih harus menggunakan
Disaat kebingungan untuk mematuhi instruksi Pak Made dan teriakan
kendaraan bermotor roda dua. Tiga buah sepeda motor telah disiapkan
Bang Rene yang berulang-ulang, tiba-tiba perahu menyentuh sesuatu
oleh penduduk untuk mengantar kami ke lokasi objek penilaian yang
benda keras ”brakk.” Rene kembali berteriak “Woyyyy...perahunya
berjarak sekitar lima kilometer. Sungguh mulia sambutan mereka.
nyangkut dikarang...cepat matikan mesinnya.” Rupanya perahu memang
Jepret-jepret, tagging lokasi dan pencarian data pembanding selesai,
tersangkut di batu karang. Agus dan Iman yang hanya bermodalkan
kami kembali ke rumah penduduk. Sambil menyantap makanan yang
lampu senter kecil memastikannya. Tidak lama kemudian keduanya
kami bawa, beberapa penduduk menawarkan untuk menginap saja di
menyebur dan mendorong-dorong perahu hingga terlepas dari karang.
rumah mereka, sebab pikir mereka jika kami melanjutkan perjalanan
Pak Made menjelaskan bahwa sebetulnya ia menginginkan meneruskan
pulang sore itu akan beresiko besar. Diskusi pun kami lakukan. Pak
perjalanan ke Alor, mengingat ada pekerjaan lain yang harus segera ia
Ombak Laut Alor Made menyarankan untuk
selesaikan di kantornya. Dengan perasaan yang masih kesal akhirnya
menginap di Kantor Koramil
Bang Rene mengikuti apa yang diinginkan Pak Made.
Kabir, mengingat tidak adanya
penginapan di dua kecamatan “Benar-benar perjalanan gila,” gumam saya dalam hati. Hujan
tersebut. memang reda malam itu, tetapi angin dan ombak masih terus menyergap
perahu kami. Lebih mencekamnya lagi, lautan terasa sangat gelap. Agar
Setelah berpamitan,
tidak menabrak pulau kecil, penerangan hanya diperoleh dari kilatan
kami melanjutkan perjalanan
petir di ujung lain yang saya sendiri tidak tahu berada dimana.
Dalam kekesalan dan kebingungan, tanpa sadar air mata mulai Pemenang
menetes. Sedih dan takut rasanya ketika nyawa seakan harus berakhir Sepenggal Kisah Dari Cerita
Revaluasi
Belitang Timur
saat itu. Yang terpikirkan bagaimana caranya agar saya bisa sampai ke BMN
sisi pantai untuk menyelamatkan diri sekalipun tidak bisa berenang,
karena tidak satu pun pelampung yang ada di perahu itu yang bisa oleh: Gunawan Hartanto
Kanwil DJKN Kalimantan Barat
II
dijadikan alat bantu. Lalu saya mengambil plastik bekas gorengan tadi
pagi untuk membungkus dompet. Dengan harapan jika nyawa saya
harus berakhir, dompet tetap selamat maka identitas di dompetlah yang
akan menjadi pertanda bahwa kami memang tidak selamat.
Betul saja, tepat di daerah mercusuar ombak dan angin terasa lebih
kencang. Perahu berulang-ulang oleng hingga 45 derajat. “Pak Weta..
pegangan yang erat,” teriak Bang Rene kepada Pak Weta yang sedari Sayang
awal duduk di barisan depan kapal. “Allohu Akbar… Allohu Akbar,” Opo kowe krungu?
teriak saya seakan-akan perahu akan terhempas dan membalikan Jerite atiku
Berharap engkau kembali.
seluruh penumpang. Terbayang wajah istri dan dua anak perempuan
Sayang
saya di Bandung yang harus saya tinggalkan apabila saya meninggal saat Sampai memutih rambutku
itu. Tanpa sadar air mata terasa deras mengalir. Beruntungnya karena Ra bakal luntur tresnaku
suasana gelap, tak satupun orang lain melihatnya. .....
L
Ternyata, kebesaran Tuhan memang menaungi kami saat itu. Satu agu dari seorang penyanyi yang saat itu sedang hits mengalir
jam berlalu dari daerah bahaya, kami selamat. Perahu berlalu menuju lembut, mengiringi kendaraan rental kami, sebuah mobil
teluk Alor yang memang arusnya tenang. Tetap bermodalkan kilatan Sport, untuk kesekian kalinya menembus lebatnya
petir, Agus mengantarkan kami sampai Alor tepat pukul 12 malam. belantara sawit di kota Sanggau dan Sekadau.
Tim kami mendapatkan tugas pendataan dan penilaian kembali komandan meminta beberapa pelajar yang rumahnya jauh di dusun-
aset di seputar kecamatan Belitang Hilir, Belitang, dan Belitang Hulu. dusun sekitar untuk tinggal menemani beliau di kompleks koramil ini.
Perjalanan harus menyeberangi anak sungai Kapuas, sehingga mobil Sebuah langkah yang sifatnya win win solution. Para pelajar itu terbantu
kami harus naik perahu tongkang hingga ke seberang. dari segi jarak tempuh, dan para personil Koramil mendapat bantuan
tenaga tambahan untuk membendung okupasi dari dunia lain.
Hari pertama kami lalui dengan didampingi personil dari Koramil
Belitang Hilir. Kemudian acara dilanjutkan dengan jamuan malam di tempat
terbuka. Sebuah meja panjang di tengah kampung, di bawah terangnya
Peta digelar, kompas dibentang, dan kami pun mulai melacak
bintang, pokoknya mirip suasana yang digambarkan di komik anak-
keberadaan aset-aset TNI yang dokumennya pun sudah mulai
anak dari Perancis itu. Menu kami malam itu mie rebus lengkap dengan
menguning dimakan usia. Setelah berdebat panjang lebar mengenai
telur. Hari pertama pun kami lalui dengan lancar, meskipun seorang
kebenaran fungsi dari kompas pramuka kami, maka dapat disimpulkan
anggota tim kami urung mandi setelah melihat air bak yang warnanya
bahwa dokumen telah benar, kompas berfungsi baik, hanya lokasinya
sedikit merah cenderung hitam.
yang keliru (hahaha...). Tidaklah heran karena kami hanya berbekal
denah yang mirip peta harta karun kapten bajak laut itu. Hari kedua, kami awali lagi dengan secangkir kopi dan sepiring
gorengan. Lokasi yang kami tuju kali ini, hanya bisa dilalui dengan
Tak terasa senja telah tiba, kami meneruskan perjalanan menuju
menggunakan motor. Diputuskan saya lah yang pergi mengunjungi
Koramil Belitang yang membawahi dua kecamatan, Belitang dan
lokasi mengingat jumlah motor yang terbatas. Setelah mengisi bahan
Belitang Hulu. Kami disambut oleh Komandan Koramil, Bapak Jamal,
bakar kami pun melaju, mirip-mirip konvoinya Presiden Jokowi
yang namanya mirip-mirip seorang pemain basket atau paling tidak
sewaktu di Papua dulu. Setelah menempuh sekitar tiga jam perjalanan
seorang rapper itu. Secangkir kopi dan sepiring kacang, menemani
kami pun sampai pada lokasi pertama yang tak jauh dari kantor desa.
percakapan kami malam itu. Markas Koramil yang kami datangi ini
Setelah mengambil data yang dibutuhkan, kami meneruskan ke lokasi
adalah bangunan baru, hibah dari pemerintah desa. Berdekatan
berikutnya. Lokasi kedua ini lebih sulit untuk di identifikasi karena
dengan markas baru ini, adalah kompleks pekuburan, itulah sebabnya
kepala dusun pun tak tahu dimana tepatnya lokasi yang dimaksud
mengapa suasana terasa sedikit wingit. Sang komandan pun terus terang
dalam dokumen hibah. Kebetulan lampiran denahnya sudah raib
menceritakan bahwa
entah kemana. Kami pun mulai menelusuri jejak aset dari para pelakon
segala dedemit ada di sini,
yang namanya tercantum dalam akta tersebut. Kami sedikit beruntung,
mulai dari genderuwo,
Camat yang waktu itu baru berusia 24 tahun saat kejadian masih hidup
kuntilanak, sampai tuyul
saat ini. Kami pun berhasil menemui satu-satunya pelaku sejarah yang
yang berlarian ke sana
masih tersisa dari proses beralihnya aset itu. Beliau pun sudah lupa
kemari membawa alamat
dengan kejadian 32 tahun yang lalu, namun wajahnya masih senyum-
jeng jeng... (ini mah Ayu
senyum melihat tanda tangannya waktu muda, mungkin beliau sedang
Ting Ting). Nah, supaya
bernostalgia, mungkin, tak ada yang tahu apa yang ada dalam benaknya
Pos Koramil Belitang tempat itu agak ramai, pak
saat itu.
bersedia untuk mengangkut motor-motor kami. Ya, dengan terpaksa diabadikan dengan kamera ponselnya, blits berkilatan, suasana jadi
mungkin nantinya motor kami tinggal di tepi jalan untuk diambil lagi mirip jumpa artis (hahaha...)
keesokan harinya, dengan resiko motor-motor itu bisa saja raib dibawa
Pemilik penginapan pun ikut menunggu di depan.
orang.
“Bersihkan badan dulu, Mas. Ada air di tong itu.”
Sambil menunggu mobil jemputan, kami terus bergerak perlahan.
Dan... kami menemukan sebuah warung. Aku melihat sekujur tubuhku, sudah mirip monster rawa Swamp
Thing, penuh lumpur. Untungnya aku mengenakan jas hujan, jadi
Saya segera berkoordinasi dengan pemimpin rombongan dan
meskipun tetap basah kuyup, hanya jas hujan itulah yang penuh lumpur
mengusulkan agar motor-motor kami dititipkan saja di warung itu.
dan tentu saja kakiku yang nyeker.
Semuanya setuju, dan ternyata pemilik warung tersebut telah dikenal
oleh personil Koramil. Kami langsung merebahkan diri di lantai warung
bergaya lesehan tersebut dan memesan semangkok mie rebus versi Kemudian aku duduk di tangga penginapan, menyandarkan
jumbo. Kelaparan dan kedinginan, dalam waktu singkat mie telur tadi punggung sejenak pada tembok, sambil menikmati segelas teh manis
sudah licin tandas. Mobil jemputan pun tiba, semua personil segera panas...
naik di bak belakang mobil dobel gardan itu. Mobil baru, pantas saja
dia keberatan untuk mengangkut motor kami. Sayang
Sampai memutih rambutku
Kami lega karena sebentar lagi akan sampai ke penginapan dan bisa
Ra bakal luntur tresnaku
segera beristirahat, kasur empuk sudah terbayang di depan mata.
Pemenang
Cerita
Revaluasi Our Reval penilaian Tanah dan Bangunan. Saat itu Reval sedang panas-panasnya,
semua pegawai dikerahkan untuk menyelesaiakan target Reval yang
Our Adventure
BMN tak ada habisnya. Disaat itulah, kurang lebih dua minggu setelah kami
Dengan bekal rasa cinta dan bakti kami untuk Negara, kami pun
menerima tugas tersebut. Dan di sinilah cerita kami dimulai, cerita
tentang bagaimana menyelaraskan antara kegiatan pribadi dengan tugas
negara yang diamanahkan kepada kami, dan juga cerita bagaimana
mengubah suatu pekerjaan yang sebenernya berat menjadi suatu
kegiatan yang menyenangkan.
P
erkenalkan, nama saya Rendhy Widianto Pratama, Lulusan
Our Reval, Our Adventure.
D3 PPLN STAN Tahun 2013 dan mulai bekerja pada
Kanwil DJKN Bali dan Nusa Tenggara sejak Tahun 2015. .....
Begitupun istri saya, Dyah Uswatun Chasanah yang juga sama-sama Kalimat pertama yang ada dibenak saya waktu adalah, “jangan
lulusan D3 PPLN STAN (sekarang : Manajemen Aset). anggap beban, anggap saja ini honeymoon, jalan-jalan mengenal wilayah
Kami mulai saling kenal sejak Desember 2017. Dengan perkenalan Indonesia Timur.”
yang relatif singkat, padat dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, Sebagai tim yang juga suami istri, kami langsung membagi tugas.
saya pun memproklamasikan kemerdekaan saya dari status jomblo Saya mempersiapkan dokumen-dokumen serta ATK untuk keperluan
menjadi seorang suami dengan meminang dia pada 19 Juli 2018 lalu. selama melaksanakan tugas di sana. Istri saya langsung memesan tiket
SAH! pesawat maupun tiket hotel untuk menginap di Flores Timur. Saya
Masuk ke topik utama yaitu tentang Pelaksanaan Revaluasi BMN langsung memetakan lokasi target reval nanti, saat itu kami mendapat
2018. Untuk yang belum tau, Revaluasi BMN adalah Proses Penilaian satker dari Kanwil Kumham NTT yang berada di Larantuka, Flores
Kembali aset milik Kementerian/Lembaga yang dipusatkan pada Timur. Dan ternyata walau hanya ada tiga target lokasi yang harus
Kabupaten Lembata, Pulau dikarenakan kondisi waktu yang mepet saya menyarankan agar pagi
Lembata yang letaknya lebih itu juga kami sudah bisa langsung menuju lokasi target. Saya memilih
jauh lagi. Dengan waktu yang yang lokasinya jauh terlebih dahulu, yaitu ke Pulau Adonara dan Pulau
Restoran Subasuka, Kupang hanya empat hari, kami harus Lembata. Alhamdulillah Pak Anton mengatakan bahwa beliau siap
benar-benar mengatur jadwal survei sehingga tidak ada lokasi yang untul berangkat pagi itu.
tertinggal. Dengan saran dan pertimbangan rekan kantor yang pernah
Selesai mempersiapkan perlengkapan untuki survei lapangan, kami
ke Larantuka, kami pun membeli tiket ke Kupang pada Minggu, 26
menuju Lapas Larantuka untuk menemui Kepala Lapas, Bapak Andi.
Agustus dan penerbangan ke Larantuka pada esok pagi nya tanggal 27
Saya pun menyampaikan maksud kedatangan kami dan Bapak Andi
Agustus 2018. Di Kupang kami menginap semalam. Daripada hanya
menyambut dengan baik serta kooperatif. Beliau menyarankan untuk
di hotel saya berinisiatif untuk mengajak istri saya menikmati hidangan
berangkat sepagi mungkin karena perjalanan ke Pulau Adonara bisa
kuliner khas Kupang di salah satu tempat makan yang letaknya di
sampai tiga jam dan ke Pulau Lembata bahkan sampai delapan jam!!.
pinggir pantai, dengan cahaya lilin di meja menjadi semacam candle
Saya kaget, istri saya kaget, kalian pun mungkin kaget.
light dinner bersubsidi. Selesai makan kami kembali ke hotel, sampai
disini kita skip saja ceritanya, kami istirahat mempersiapkan diri untuk “Apakah harus menginap Pak?” saya bertanya dengan cemas
tugas hari pertama esok hari. “Kalo berangkat sekarang harusnya sore masih sempat ada kapal
Pagi pukul 05.30 WITA kami sudah siap di lobby untuk diantar yang kembali ke sini, kalo telat ya harus menginap disana satu malam.”
ke bandara oleh transportasi hotel. Penerbangan Kupang–Larantuka jawab Pak Andi.
menggunakan pesawat kecil, pada saat itu kami menaiki salah satu Kepala saya langsung pusing memikirkan jika harus menginap,
maskapai domestik. Pukul 07.00 WITA kami tiba di Bandara lebih pusing dari nyiapin dokumen-dokumen syarat pra-nikah.
Gewayantana, Larantuka. Saya membayangkan bahwa pasti di pulau kecil akan susah untuk
Bandaranya terbilang kecil, seperti sebuah rumah, tidak ada mendapatkan internet yang bagus, sedangkan saya harus langsung
ruangan khusus untuk menunggu bagasi seperti bandara pada mengerjakan aplikasi SIMAN untuk proses persiapan maupun
umumnya. Koper dibagikan secara langsung di ruangan yang langsung pelaksanaan reval, dan proses tersebut membutuhkan koneksi internet
yang stabil.
“Yakin?”
“Seratus persen”
Dan jadilah kita berdua di atas kapal menikmati angin semilir dan
pemandangan pulau-pulau kecil. Indonesia indah, Indonesia kaya.
Pelabuhan Larantuka
Maaf ya Bapak Anthon, saat ini dunia hanya milik kami berdua, yang
Tidak mau membuang waktu lagi, kami pun berpamitan dengan lain cuma ngontrak, hehe.... Selang beberapa menit, dari kejauhan
Bapak Andi dan langsung menuju pelabuhan Larantuka untuk menuju pulau yang cukup besar mulai terlihat. Kami telah tiba di Pulau
Pulau Adonara. Di pelabuhan kami disambut dengan pemandangan Adonara, destinasi pertama kami di hari itu.
yang luar biasa. Laut yang biru nan jernih disertai dengan deretan
Kapal mendarat. Orang-orang turun satu persatu dari kapal
pulau-pulau kecil di kejauhan. Sungguh pemandangan khas NTT yang
begitu pun motor yang ikut bersama kami diturunkan perlahan,
juga sudah pernah saya lihat di Labuan Bajo ataupun Sumba Barat.
termasuk motor yang sudah kami sewa. Seperti perjanjian semula, saya
Kalo tidak lagi bertugas rasanya mau langsung nyebur saja melihat laut
membonceng istri saya dan Pak Anthon dibonceng oleh driver lokal.
yang begitu jernih.
Istri saya naik motor, begitu juga Bapak Anthon. Istri saya memegang
Urusan pemesanan Kapal di lakukan oleh Bapak Anton pinggang saya, Bapak Anthon pun memilih untuk memegang besi motor
sebagai akamsi, istilah untuk anak kampung sini, hehe. Biaya untuk belakang, biar ga dikira kaum menyimpang. Perjalanan dimulai dengan
penyebrangan Kapal ke Pulau Adonara terpaut cukup murah hanya jalan aspal yang lebar dan mulus, sangat memanjakan perjalanan kami
Rp30.000/Orang, yang mahal adalah untuk sewa motor selama mengitari bukit dan lembah. Namun kebahagiaan kami hanya sesaat,
perjalanan darat nanti di pulau sampai di lokasi asetnya. Biaya untuk bak ditinggal kekasih pas lagi sayang-sayangnya, jalan mulus tadi hilang
sewa motor Rp200.000/motor. Kami ditawari tiga motor sekalian sekejap, digantikan oleh jalan berbatu terjal dan berdebu. Mirip dengan
dengan driver-nya, namun saya tolak. Dalam hati saya berkata, “enak lokasi syuting Armageddon. Jangankan untuk ngebut, jalan pelan saja
aja bini ane dibonceng situ, masih anget-angetnya nih”. benar-benar sulit karena jalan tanah berbatu membuat keseimbangan
Akhirnya saya jawab saja: “dua motor saja Pak, biar saya sama istri motor jadi tidak stabil. Istri saya memegang pinggang saya semakin
saya satu motor, satu lagi untuk Bapak Anton”. erat. Melihat hal itu, Pak Anthon hampir memutuskan untuk memeluk
pingggang driver-nya, tapi untung ga jadi.
Negoisiasi pun berjalan dengan lancar.
Walaupun medannya sangat berat, namun saya tetap mencoba
Perjalanan menuju Pulau Adonaran ditempuh selama 30 menit
menikmati sambil melihat sekeliling keadaan di Pulau Adonara ini.
melalui laut dan tiga jam perjalanan darat dari Pelabuhan Adonara ke
Apalagi bonceng istri sendiri, lupa kalo lagi tugas, berasa lagi jalan-jalan
lokasi tanahnya. Kapal boat menuju lokasi tersedia cukup tempat duduk,
di Kuta. Setelah kurang lebih tiga jam perjalanan, penderitaan kami
namun saya memilih untuk duduk di atas kapal, pemandangannya lebih
berakhir. Kami tiba di Desa Lewoleba, lokasi aset pertama berada.
terlihat. Saat itu Dyah sempat enggan untuk ikut ke atas karena takut.
Lokasinya dekat dengan atau apapun yang berisikan tulisan “TANAH DI JUAL, HUBUNGI
Pasar Desa. XXXXXXX”. Percayalah, kalimat tersebut adalah kalimat terindah
yang kami dapatkan selama mencari data pembanding, apalagi di lokasi
Sesampainya
yang jarang ada proses jual beli tanah.
di sana ternyata
gedungnya sudah Sekilas kegiatan survei tanah memang terlihat cukup mudah. Yang
tidak lagi digunakan. membuatnya menjadi seolah sulit adalah karena kebanyakan perjalanan
Kondisi nya sudah menuju lokasi tersebut sangat sulit dan membutuhkan perjuangan untuk
rusak berat. Kami sampai, baik dari jalur darat, laut atau pun udara. Namun proses jatuh
langsung membagi bangun perjalanan menuju lokasi tanah tersebut lah yang membuat
Salah satu aset Kemenkumham NTT di Flores
tugas. Saya mengisi Berita kegiatan Revaluasi ini menjadi akan selalu terkenang dan penuh dengan
Acara Survei Lapangan (BASL) yang merupakan komponen wajib pengalaman baru yang mungkin tidak akan kita rasakan tanpa adanya
saat kita melakukan survei tanah. Pada lembar tersebut harus memuat kegiatan Revaluasi ini.
sekurang-kurangnya tanggal survei, nama satker, luas tanah, lebar tanah
Belum hilang lelah karena perjalanan darat tadi, kami sudah harus
yang berbatasan dengan jalan, lebar jalan di depan lokasi tanah, dan
melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, Pulau Lembata
juga mengecek apakah batas-batas tanah tersebut sudah sesuai dengan
yang merupakan Kabupaten sendiri diluar Kabupaten Flores Timur.
sertifikat atau belum (jika sertifikat tersedia). Informasi lain yang juga
Untungnya, bapak anthon memberi kabar bahwa ada fastboat atau
harus kita dapatkan saat survei tanah yaitu keadaan tanah nya apakah
kapal cepat untuk ke Pulau Lembata. Saat mendengar hal itu rasanya
baik atau tidak, berapa elevasi atau ketinggiannya dari permukaan laut,
seperti menikmati mie rebus di tengah hujan badai, nikmat banget.
dan yang paling penting adalah menentukan koordinat atau titik lokasi.
Rezeki anak sholeh, kami pun bisa memotong beberapa jam perjalanan
Dyah dalam hal ini yang memiliki tugas untuk mencari titik koordinat
untuk tiba disana dan tidak perlu menginap. Proses penilaian disana
serta elevasi untuk saya catat dalam BASL tersebut. Selain itu dia juga
tidak beda jauh dengan di adonara, tidak ada hal spesial, kecuali di
mengambil foto tanah dan bangunan untuk nantinya digunakan sebagai
perjalanan Dyah sempat tertidur bersandar di pundak saya. Bapak
bagian dari Laporan Penilaian. Setelah BASL selesai di isi, lalu lembar
Anthon pun juga tidur, bersandar di jendela kapal.
tersebut wajib di tandatangan oleh kami sebagai tim penilai dan juga
oleh Bapak Anthon sebagai pendamping dari satker. Setelah itu, hal Sekitar jam 16.00 WITA, kami sudah tiba kembali di pelabuhan
yang tidak kalah pentingnya adalah mencari data pembanding. Kegiatan Larantuka, rasa syukur kami ucapkan karena survei yang paling berat
revaluasi ini menilai tanah dengan menggunakan metode data pasar. dari reval kali ini sudah dapat kami lalui dengan selamat. Alhamdulillah.
Sehingga kita harus mencari harga pasar tanah disekitaran sana berada Esok hari tinggal survei satu lokasi lagi. Lokasinya cukup ditempuh
di harga berapa. Saat itu, indera pengelihatan kami akan otomatis dengan perjalanan darat selama kurang lebih tiga jam menuju ke arah
meningkat 200% dari biasanya. Sebelum pulang kami biasanya mencari Maumere.
informasi dari warga sekitar apakah ada tanah yang akan dijual atau Kami pun di antar kembali ke hotel dan Bapak Anthon pamit untuk
sudah terjual. Jika tidak ada, kita akan keliling untuk menemukan papan kembali ke Lapas karena harus memberikan laporan ke atasan. Setelah
Sesampai di Denpasar,
di minggu pertama bulan
September, kebahagiaan
kami bertambah dengan
adanya hasil pemeriksaan
dokter melalui USG
bahwa istri saya tengah
mengandung tiga minggu.
Alhamdulillah. Tapi Pesawat Trans Nusa menuju Denpasar