ID Studi Komparatif Identitas Nasional Pada
ID Studi Komparatif Identitas Nasional Pada
Abstract
Involving 155 respondents from private senior high school students, the present research
aimed to compare national identity among adolescences of Z generation through frequency
of using internet. National identity is measured with National Identity Scale developed
by Lili and Diehl (1999), whereas frequency of using internet is measured by Internet
Addiction Scale developed by Young (2000). One-way ANOVA test revealed that there is
significance value of these variables (p < 0.05; F = 181.09) that those who had less time in
using internet tend to have higher national identity. The result have implication in several
aspects including strategy of monitoring internet content to adolescences. We also provide
any suggestions in implementing internet-based education and parenting in stengthening
adolescences national identity.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan identitas nasional
di kalangan remaja Generasi Z ditinjau dari intensitas penggunaan internet. Penelitian ini
melibatkan 155 siswa dari sebuah SMA Swasta di Tulungagung. Alat ukur untuk penelitian
ini menggunakan Skala Identitas Nasional yang dikembangkan oleh Lili dan Diehl (1999)
dan Skala Adiksi Internet yang dikembangkan oleh Young (2009). Hasil uji ANOVA satu
jalur menunjukkan bahwa terdapat nilai yang signifikan pada kedua variabel (P < 0.05; F
= 181.09). Hasil perbandingan rerata antar-kelompok juga menunjukkan bahwa kelompok
yang tidak mengalami adiksi internet cenderung memiliki identitas nasional yang lebih
kuat. Hasil penelitian ini memiliki beberapa implikasi praktis, diantaranya tentang urgensi
memonitor jenis konten yang diakses oleh remaja. Selain itu, peneliti juga memberikan
beberapa rekomendasi untuk menerapkan pola asuh dan strategi pembelajaran yang
terintegrasi dengan internet untuk memperkuat identitas nasional pada remaja.
penilaian orang lain terhadap kelompok Menurut Barret (2000), upaya untuk
sosial tersebut. memaknai identitas nasional melibatkan
Kajian-kajian terkini mengenai dimensi subjektif individu yang melibatkan
identitas sosial menunjukkan bahwa struktur psikologis yang kompleks. Pada
identitas nasional adalah entitas penting level kognitif, individu menunjukkan
karena berkaitan dengan kesejahteraan pengetahuan terhadap berbagai simbol
masyarakat. Semakin seseorang memiliki kebangsaan yang merepresentasikan
internalisasi yang kuat terhadap identitas nilai-nilai kebangsaan. Pada level afektif,
sosialnya, maka semakin tinggi pula peluang pemaknaan terhadap identitas sosial
seseorang untuk memaknai kehidupannya seharusnya melibatkan kesadaran sebagai
sebagai kehidupan yang sehat dan sejahtera bagian dari negara. Individu pada level
(Haslam, et al, 2009). Klaim ini didukung ini akan mengembangkan rasa memiliki
oleh penelitian Houkamau dan Sibley (2011) dan secara simultan menumbuhkan rasa
memperkenalkan mekanisme efikasi kultural tanggung-jawab sebagai bagian dari negara.
(cultural efficacy), yang menggambarkan Kombinasi kognisi dan afeksi yang kuat
kebanggaan dan rasa mampu orang-orang terhadap kenegaraan akan memunculkan
Maori terhadap identitasnya dan secara identitas nasional yang kuat dalam diri
signifikan memprediksi kesejahteraan individu sebagai bagian dari kelompok
hidup. Sebaliknya, Cruwys et al (2014) sosialnya.
menunjukkan bahwa pemaknaan dan rasa Munculnya identitas nasional
bangga yang rendah terhadap identitas pada individu, menurut Barret (2000),
nasional dapat membuat individu, kelompok, mulai terbentuk sejak usia 5 tahun.
maupun masyarakat dapat mengalami Pada usia tersebut, seorang anak mulai
ketidakpuasan hidup, stres, dan bahkan mempertanyakan identitas sosialnya. Secara
depresi. berkala hingga remaja, anak akan semakin
Penelitian-penelitian yang mengkaji mempertegas identitasnya melalui interaksi
tentang identitas pada remaja Generasi sosialnya, baik dari orangtua sebagai
Z telah banyak dilakukan. Basiouni dan penyedia informasi primer melalui pola
Hakley (2014) melihat Generasi Z sebagai asuh, maupun melalui media lainnya tak
generasi yang memiliki daya konsumsi terkecuali internet. Informasi-informasi
yang tinggi. Stevenson dan Muldoon (2010) ini, secara kognitif akan dielaborasi dan
menemukan bahwa identitas nasional memperkuat identitasnya. Hal ini sesuai
di kalangan remaja amat dipengaruhi dengan penelitian Ganeva dan Rasticova
oleh konteks sosio-politik yang terjadi di (2013) yang dengan mengambil sampel
negaranya. Intensnya frekuensi keterpaparan dari Ceko dan Bulgaria, menyatakan
informasi sebagaimana yang terjadi saat ini, bahwa identitas nasional dimoderatori
urgensi untuk memahami identitas nasional oleh latarbelakang sosial individu tersebut.
di kalangan Generasi Z menjadi tinggi. Artinya, profil identitas nasional individu
Namun demikian, belum ada penelitian akan ditentukan oleh frekuensi dan kualitas
yang secara spesifik membahas mengenai informasi yang setiap hari ia konsumsi.
topik identitas nasional yang ditinjau dari Analisis mengenai karakteristik
intensitas dalam menggunakan internet. tumbuhnya identitas nasional tersebut
Penelitian ini menggunakan seting remaja membawa kepada pertanyaan mengenai
Indonesia sebagai subjek penelitian. bagaimana identitas nasional pada remaja
152
sebaliknya: Semakin kuat adiksi yang mengenai anti-Jepang. Hal ini menunjukkan
ditunjukkan oleh responden, maka semakin bagaimana aktivisme politik dapat dibentuk
lemah identitas nasional yang ditunjukkan. melalui propaganda informasi yang
Perbedaan ini diduga terjadi karena disebarkan melalui internet. Hyun dan
keterbatasan kontrol dalam menentukan Kim (2014) juga menemukan bagaimana
efektivitas eksposi terhadap konten-konten penggunaan media juga dapat menggiring
yang dapat meningkatkan nasionalisme di opini masyarakat untuk menjadi status quo
kalangan generasi muda. atau penggalangan dukungan terhadap calon
Peranan kontrol sosial dalam mengatur tertentu. Hal ini menunjukkan bagaimana
hegemoni internet dalam kaitannya dengan internet kini juga menjadi alat untuk
nasionalisme sesuai dengan penelitian mengekspresikan ekspresi politik sebagai
Fung (2015). Tingginya literasi digital representasi dari identitas sosial yang
yang dimiliki oleh Generasi Z pada titik dimiliki.
tertentu membuat negara kesulitan untuk Temuan di atas juga memperluas
mengontrol informasi yang dapat diakses. implikasi temuan Long dan Chen (2007)
Melimpahnya arus informasi memiliki efek yang menyatakan bahwa pembentukan
terhadap kesempatan untuk terpapar dengan identitas pada remaja di era milenial ini
berbagai eksposi terhadap kelebihan- dipengaruhi oleh penggunaan internet.
kelebihan yang dimiliki oleh negara Identitas remaja yang yang dibentuk
lain. Kesadaran tentang Indonesia pada oleh penggunaan internet ini diantaranya
Generasi Z tumbuh bersamaan dengan mencakup pengambilan keputusan,
kesadaran terhadap budaya dan kelebihan- kemampuan refleksi, dan kekuatan ego.
kelebihan yang dimiliki oleh bangsa lainnya. Temuan pada penelitian ini memperluas
Hal ini mempertegas penelitian Palmer implikasi penggunaan internet yang ternyata
(2012) yang mengajukan argumen bahwa tidak hanya mempengaruhi pembentukan
cybernasionalisme dapat dikembangkan identitas personal, tetapi juga identitas sosial.
ke area aktivisme politik dan pembentukan Senada dengan temuan tersebut, Ishii (2013)
identitas nasional melalui promosi-promosi menunjukkan bahwa eksposi konten yang
yang dilakukan di berbagai media sosial dialami oleh pengguna internet cenderung
melalui komunitas-komunitas virtual. menurunkan patriotisme terhadap negara,
Hal tersebut menunjukkan bahwa internet tetapi berkorelasi positif terhadap karya-
memberikan peluang kepada para remaja karya dari luar negeri. Hal ini secara tidak
untuk dapat mengembangkan rasa langsung menegaskan bahwa penggunaan
favorabilitas terhadap negara lain dan internet menambah kemungkinan eksposi
menjadi simpatisan melalui komunitas- terhadap karya dari negara lain sehingga
komunitas virtual. berpeluang menurunkan etnosentrisme pada
Konten yang diakses dalam pengguna internet.
menggunakan internet memiliki keterkaitan Temuan penelitian kali ini juga
kuat dalam membentuk sikap terhadap menegaskan penelitian Charlton (2012)
nasionalisme. Hal ini relevan dengan yang menegaskan korelasi negatif antara
penelitian Hyun, Kim, dan Sun (2014) yang penggunaan internet dan relijiusitas. Dengan
menjelaskan bagaimana sikap terhadap anti- mengambil sampel di Malaysia, Charlton
Jepang di kalangan masyarakat Tiongkok (2012) juga menemukan bahwa semakin
dipengaruhi oleh konsumsi media-media tinggi intensitas seorang individu dalam
156
menggunaan internet, maka semakin rendah 9% masyarakat dari total keseluruhan yang
relijiusitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa mampu mendapatkan akses internet. Rainie,
terdapat keterkaitan antara penggunaan Reddy, dan Bell (2004) juga menemukan
internet terhadap pemaknaan individu hal yang sama pada daerah-daerah kecil
terhadap identitas sosialnya. Secara analog, di Amerika. Hal ini patut untuk menjadi
temuan pada penelitian ini memberikan pertimbangan mengingat literasi digital saat
penegasan tentang bagaimana keterpaparan ini menjadi hal yang amat penting (Hicks &
informasi memberikan efek pada komunikasi Turner, 2013). Literasi digital dibutuhkan
dialogis dalam level intrapersonal dalam oleh segenap masyarakat di berbagai negara
individu. Keterpaparan informasi yang (Pietrass, 2007). Ulasan ini memberikan
masif tidak memberikan ruang pada implikasi bahwa rendahnya literasi digital di
individu untuk merefleksikan dirinya untuk daerah non-perkotaan dalam memanfaatkan
mengembangkan imajinasi kebangsaan. internet untuk meningkatkan pemaknaan
Perbedaan rerata kelompok yang terhadap identitas nasional menjadi penting
ditinjau dari frekuensi dalam menggunakan untuk ditindaklanjuti.
internet ini justru merefleksikan prospek J e n s e n ( 2 0 11 ) m e l i h a t t e m a
internet sebagai media untuk membentuk penggunaan internet dan identitas sebagai
p a t r i o t ism e. K ui (2015) m isalnya , hegemoni globalisasi yang tidak dapat
melihat bahwa internet dapat menjadi dihindari oleh remaja. Secara implikatif,
media yang efektif dalam membentuk penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
persepsi dan identitas nasional pada segenap pendidik maupun orangtua untuk
Generasi Z di Tiongkok. Isu konflik mengontrol konten yang dimiliki oleh anak-
antar-negara yang melibatkan memori anak remaja dalam menggunakan internet.
kolektif pada generasi sebelumnya berhasil Harapannya, internet tidak hanya berfungsi
ditanamkan kepada Generasi-generasi Z untuk memenuhi kebutuhan anak dalam hal
melalui internet, yang kemudian dikenal informasi, tetapi juga membentuk sikap
sebagai “cybernationalism”. Dalam terhadap identitas nasional. Secara praktis,
konteks keolahragaan, penelitian Du pendampingan dan keterlibatan orangtua
(2014) menunjukkan bagaimana internet dalam kegiatan-kegiatan virtual anak
dapat digunakan sebagai media untuk dapat menjadi solusi dalam menghadapi
membangkitkan nasionalisme Generasi Z budaya online yang terjadi di kalangan
melalui momentum pelaksanaan Olimpiade remaja Generasi Z. Sekolah juga dapat
2012 di London. Hal ini menunjukkan bahwa memberikan berbagai monitoring dan
internet dan nasionalisme hendaknya tidak pendampingan untuk para anak didik,
semata-mata dipandang sebagai dua hal khususnya memberikan workshop mengenai
yang berlawanan sebagaimana terkonfirmasi peningkatan literasi digital yang tidak
dalam temuan pada penelitian ini. hanya bermanfaat untuk meningkatkan
Penelitian ini juga menunjukkan kapasitas anak, tetapi membentuk sikap
bahwa penggunaan dan pemanfaatan internet dan pemaknaan yang kuat dalam konteks
dalam kota-kota kecil belum menunjukkan identitas nasionalnya.
kualitas yang sama dengan penggunaan di Keterbatasan dari penelitian ini
kota-kota besar. Arora (2016) melihat tren adalah tidak adanya kontrol dari peneliti
yang sama pada pengguna internet di sebuah terhadap konten yang diakses oleh pengguna
kota kecil di India yang menunjukkan hanya internet. Eksposi informasi yang dikonsumsi
Studi Komparatif Identitas Nasional pada Remaja Generasi Z Ditinjau dari Intensitas Penggunaan 157
Internet
oleh pengguna tidak secara detail diukur Arora, K. (2016). Only 9% of rural India
sehingga belum tersedia analisis yang has access to mobile internet: Report.
mencakup jenis konten yang diakses selama Diunduh dari http://www.gadgetsnow.
menggunakan internet. Hal ini dapat menjadi com/tech-news/Only-9-of-rural-
sugesti untuk penelitian selanjutnya dalam India-has-access-to-mobile-internet-
menindaklanjuti temuan ini. Hal lain yang Report/articleshow/50840296.cms
menjadi keterbatasan dalam penelitian ini pada 16 Oktober 2016.
adalah kesetaraan jumlah tiap-tiap identitas
Balsam, J. (2016). Millenials are less
sosial responden. Penelitian ini didominasi
patriotic than their parents. Diunduh
oleh suku Jawa yang beragama Islam.
dari http://www.askmen.com/news/
Penelitian selanjutnya dapat mengontrol
power_money/millennials-are-less-
keseimbangan jumlah responden di tiap-tiap
patriotic-than-their-parents.html pada
suku dan agama, sehingga dapat diperoleh
16 Oktober 2016.
analisis tambahan mengenai peranan data
demografis sebagai kovariat dalam melihat Barret, M. (2000). The development of
perbedaan kedua variabel utama. national identity in chilhood and
adolescences. Inaugural Lecture at
University of Surrey. Diunduh dari
Simpulan
http://epubs.surrey.ac.uk/1642/ pada
Berdasarkan hasil dan diskusi di atas, 14 Oktober 2016.
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
Bassiouni, D., & Hackley, C. (2014)
identitas sosial pada remaja Generasi
Generation Z children’s adaptation
Z ditinjau dari intensitas penggunaan
to digital consumer culture: A critical
internet. Remaja Generasi Z yang tidak
literature review. Journal of Customer
memiliki adiksi internet ditemukan memiliki
Behaviour, 13(2), 113-133.
identitas nasional yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan antara lain pengaruh konten Charlton, J.P., Soh, P.C., Ang, P.H., & Chew,
yang terpapar terhadap pembentukan sikap P. (2012). Religiosity, adolescent
Generasi Z terhadap identitas nasionalnya. internet usage motives and addiction:
Pihak orangtua maupun guru sebagai An Exploration. Information,
pendidik dapat mengambil tanggungjawab Communication, & Society, 16 (10),
untuk membuat monitoring dan program 67-89.
pendampingan kontrol sehingga media
Combi, C. (2015). Generation Z: Their
pengasuhan dan pembelajaran dapat
voices, their lives. NY: Cornerstone.
digunakan sebagai bagian dari penguatan
identitas sosial pada remaja. Cruwys, T., Haslam, S.A., Dingle, G.A.,
Haslam, C., & Jetten, J. (2014).
Daftar Pustaka Depression and social identity: An
integrative review. Personality and
Abrams, S.S. (2015). Zombies, boys, Social Psychology Review, 18 (3),
and videogames: Problems and 215-238.
possibilities in an asessing culture.
Victoria Carrington dkk. Generation Du, S. (2014). Social media and the
Z. NY: Springer. transformation of “Chinese
158
Nationalism”: ‘Igniting positive Hyun, K.D., Kim, J., & Sun S. (2014).
energy’ in China since the 2012 New use, nationalism, and internet
London Olympics. At Anthropology use motivations as predictors of anti-
Today, 30 (1), 5-8. Japanese political actions in China.
Asian Journal of Communication, 24
Eriksen, T.H. (2007). Nationalism and the
(6), 22-45.
internet. Nations and Nationalism, 13
(1), 1-17. Hyun, K.D., Kim, J. (2014). The role of
new media in sustaining the status
Etikan, I., Musa, S.A., & Alkasim, R.S.
quo: Online political expression,
(2016). Comparison of convenience
nationalism, and system support in
sampling and purposive samplng.
China. Information, Communication,
American Journal of Theoretical and
& Society, 18 (7), 45-65.
Applied Statistics, 5 (1), 1-4.
Ishii, K. (2013). Nationalism and preferences
Fung, A.Y.H. (2015). Online games and
for domestic and foreign animation
Chinese national identity. Hye-Kyung
programmes in China. International
Lee dan Lorraine Lim (Ed). Cultural
Communication Gazette, 75 (2), 225-
Policies in East Asia, 53-68.
245.
Ganeva, Z., & Rasticova, M. (2013). National
Jensen, L.A. (2011). Navigating local and
identity of young adolescences of
global worlds: Opportunities and
Czech and Bulgarian origin. Bulgarian
risks for adolescent cultural identity
Journal of Science and Education
development. Psychological Studies,
Policy, 7 (2), 1-20.
56 (1), 62-70.
Geschiere, P., & Meyer, B. (1998).
Timberg, S. (2015). Patriotism is for
Globalization and identity: Dialectics
winners: Why millenials and Gen X
of flow and closure. Development and
are rejecting the national pride of their
Change, 29 (4), 601-615.
parents. Diunduh dari http://www.
Haslam, S.A., Jetten, J., Postmes, T., & salon.com/2015/07/06/patriotism_is_
Haslam, C. (2009). Social identity, for_winners_why_millennials_and_
health, and well-being: An emerging gen_x_are_rejecting_the_national_
agenda for applied psychology. pride_of_their_parents/ pada 16
Applied psycology: An international Oktober 2016.
review, 58 (1), 1-23.
Kui, Z. (2015). The misplaced “apology”:
Hicks, T., & Turner, K.H. (2013). No longer Rethinking Chinese’s internet
a luxury: Digital literacy can’t wait. patriotism. Positions Asia Critique,
English Journal, 102 (6), 58-65. 23 (1), 49-58.
Houkamau, C.A., & Sibley, C.G. (2011). Lili, W., & Diehl, M. (1999). Measuring
Maori cultural efficacy and subjective national identity. Mannheimer Zentrum
well-being: A psychological model fur Europaische Sozialforschung:
and research agenda. Social Indicators Albeitspapiere, 10, 1-16.
Research, 103 (3), 379-398.
Long, J., & Chen, G. M. (2007). The impact
Studi Komparatif Identitas Nasional pada Remaja Generasi Z Ditinjau dari Intensitas Penggunaan 159
Internet