Singasari adalah nama dari sebuah daerah yang terletak di sebelah timur
Gunung Kawi di hulu sungai Brantas. Saat ini daerah tersebut termasuk
ke dalam wilayah Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur Indonesia.
Pada abad ke-13, Singasari hanya merupakan sebuah desa kecil yang
tidak berarti. Keadaan ini lambat laun berubah bertepatan dengan
munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang
berhasil merebut daerah tersebut dari wilayah kekuasaan Kerajaan
Kediri yang saat itu diperintah oleh Raja Kertajaya pada tahun 1222
Masehi. Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan yang berpusat di desa
Kutaraja serta mengambil nama gelar kebangsawanan sebagai Rajasa
1
Sang Amurwabhumi. Baru kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah
tersebut diganti nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang
bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari menjadi kota kerajaan yang
menguasai wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292
Masehi.
2
nama Abhiseka Rajasa Sang Amurwabhumi setelah mengalahkan Raja
Kertajaya dari Kediri. Sejak saat itu, cerita Ken Arok mulai dikenal di
lingkungan kesejarahan Indonesia.
Pararaton adalah manuskrip jawa kuno yang ditulis dalam
bentuk dongeng yang berbeda dengan bentuk tulisan sejarah. Oleh
karena itu beberapa ahli sejarah menolak kebenaran naskah tersebut.
Namun, perlu diperhatikan bahwa cerita itu tidak diperuntukkan bagi
para ahli sejarah, melainkan bagi masyarakat Jawa Kuno yang pada saat
itu banyak mendapat pengaruh dari kepercayaan Hindu. Maka dengan
sendirinya, manuskrip tersebut dikisahkan sesuai dengan alam pikiran
masyarakat yang membacanya. Ajaran hinduisme, meliputi diantaranya
dewa-dewa, titisan, karma dan yoga. Ajaran itu mempengaruhi alam
pikiran masyarakat Jawa dan kesusasteraannya. Pararaton adalah hasil
sastra dari zaman itu, maka dengan sendirinya sastra Pararaton juga
bersudut pandang ajaran Hinduisme.
Berikut ini adalah ringkasan cerita tentang Ken Arok sebagaimana
tertulis di dalam naskah Pararaton.
3
akibat menanggung malu. Pada malam harinya, seorang pencuri
bernama Lembong tercengang melihat sinar berpancaran di kuburan
tersebut. Saat sinar itu didekatinya nampaklah seorang bayi sedang
menangis. Karena kasihan maka bayi tersebut dibawanya pulang. Segera
tersiar kabar bahwa Lembong mempunyai anak pungut berasal dari
kuburan. Mendengar kabar itu, Ken Ndok dating mengunjungi Lembong
dan mengaku bayi itu anaknya, lahir dari kekuasaan Bhatara Brahma.
Anak itu diberi nama Ken Arok.
4
terkejut melihat sinar berpancaran dari timbunan jerami. Ketika
didekatinya, ternyata sinar itu berasal dari Ken Arok. Sejak saat itu
Janggan sangat menyayangi Ken Arok.
5
Rabut, akhirnya sampai Panitikan. Atas nasihat seorang nenek ia
bersembunyi di Gunung Lejar. Dalam persembunyiannya di Gunung
Lejar, ia mendengar keputusan para Dewa bahwa ia telah ditakdirkan
menjadi raja yang akan menguasai Pulau Jawa.
Istri Tunggul Ametung sangat cantik bernama Ken Dedes, anak tunggal
seorang pendeta Budha di Panawijen bernama Mpu Purwa. Konon
ketika Tunggul Ametung datang di Panawijen untuk meminang Ken
Dedes, kebetulan Mpu Purwa sedang bertapa di tegal. Karena tidak
dapat menahan nafsunya, Ken Dedes dilarikan ke Tumapel dan
6
dikawininya. Ketika Mpu Purwa pulang dari pertapaan, mendapatkan
rumahnya kosong, lalu menjatuhkan kutuk: “Semoga yang melarikan
anak saya tidak akan selamat hidupnya; semoga ia mati kena tikaman
keris. Semoga sumur dan sumber air di Panawijen semuanya kering
sebagai hukuman kepada para penduduknya, karena mereka itu segan
memberitahukan penculikan anak saya. Semoga anak saya yang sudah
mendapat wejangan karma amamadangi tetap selamat dan mendapat
bahagia!”.
Ketika Ken Arok datang di Tumapel, Ken Dedes telah hamil. Bersama
suaminya, ia naik kereta berpesiar ke taman Baboji. Pada waktu Ken
Dedes turun dari kereta, tersingkap kain dari betis sampai pahanya. Ken
Arok terpesona melihatnya karena rahasia Ken Dedes berpancaran sinar.
Sepulangnya dari taman, peristiwa itu diceritakan oleh Ken Arok kepada
pendeta Lohgawe. Jawab Lohgawe: “Wanita yang rahasianya menyala,
adalah wanita nareswari. Betapapun nestapanya lelaki yang
menikahinya, ia akan menjadi raja besar.” Mendengar ujaran itu, Ken
Arok terdiam. Timbul niatnya untuk membunuh Tunggul Ametung,
namun Lohgawe tidak setuju.
7
kawan karib Bango Samparan. Konon barang siapa kena tikam keris
buatannya pasti mati. Nasihatnya, supaya Ken Arok memesan keris
kepadanya. Hanya setelah keris pesanan itu selesai ia baru boleh
melaksanakan niatnya. Ken Arok berangkat ke Lulumbang dan
memesan keris kepada Mpu Gandring. Dalam waktu lima bulan, keris
itu supaya sudah selesai. Namun jawab Mpu Gandring, supaya ia diberi
waktu setahun agar matang pembuatannya. Ken Arok tetap pada
permintaannya, lalu ia pergi. Lima bulan kemudian, Ken Arok kembali
ke Lulumbang untuk mengambil keris pesanannya, namun keris itu
sedang digerinda. Karena marahnya, keris itu direbut dan ditikamkan
pada Mpu Gandring, kemudian dilemparkan ke lumpang pembebekan
gerinda. Lumpang pun pecah terbelah. Dilemparkan lagi ke landasan,
namun landasan pun pecah berantakan. Ken Arok yakin bahwa keris itu
benar-benar ampuh. Sementara itu, Mpu Gandring yang sedang
berlelaku, mengumpat: “Hei Arok! Kamu dan anak cucumu sampai
tujuh keturunan akan mati karena keris itu juga!” setelah menjatuhkan
umpat itu, ia pun mati. Pikir Ken Arok: “Kalau kelak saya benar jadi
orang besar, anak cucu Gandring akan mendapat balas jasa,” lalu, Ken
Arok pun pulang tergesa-gesa ke Tumapel.
8
menduga bahwa saat yang dinanti-nantikannya telah tiba. Keris diambil
oleh Ken Arok tanpa sepengetahuan Kebo Hijo. Pada malam hari waktu
telah sepi, Ken Arok masuk ke rumah Tunggul Ametung, ia langsung
menuju tempat tidur Tunggu Ametung yang sedang tidur nyenyak,
segera ditikamnya dengan keris Gandring. Baru keesokan harinya
diketahui bahwa Tunggul Ametung telah mati ditusuk dengan keris
milik Kebo Hijo yang masih tertancap di dadanya. Dengan serta merta,
Kebo Hijo disergap oleh sanak saudara Tunggul Ametung, dikeroyok
dan ditusuki dengan keris Gandring. Anaknya Kebo Randi menangisi
kematian ayahnya. Melihat peristiwa itu, iba hati Ken Arok dan berjanji
akan mengambilnya sebagai pekatik (abdi).
9
sebagai raja dan mengambil nama abhiseka sebagai Rajasa Sang
Amurwabhumi. Sejak saat itu, Ken Arok tidak lagi menghadap Raja
Kertajaya di Daha. Hal itu menimbulkan rasa curiga pada Kertajaya.
Ken Arok diduga akan memberontak. Kertajaya bersumbar bahwa Daha
tidak akan dapat ditundukkan oleh siapa pun, kecuali oleh Bhatara Guru
(Dewa Siwa). Mendengar sesumbar itu, Ken Arok memanggil para
pendeta dan rakyatnya untuk menyaksikan bahwa ia mengambil nama
sebagai Bhatara Guru dan memerintahkan tentara Tumapel untuk
bergerak menyerbu Daha. Pertempuran sengit antara tentara Tumapel
dan Daha berkobar di sebelah utara Desa Ganter. Dalam pertempuran
itu, Mahisa Walungan dan Gubar Baleman, hulubalang Daha, tewas.
Sehingga bala tentara Daha terpukul mundur dan lari mencari
perlindungan. Raja Kertajaya pun melarikan diri mencari perlindungan
di dalam candi. Daha pun jauh dalam kekuasaan Tumapel pada tahun
1222 Masehi.
10
saudara-saudaranya oleh Sang Amurwabhumi, muncullah rasa curiga di
dalam hati Anusapati. Atas desakan pengasuhnya, Anusapati bertanya
kepada Ken Dedes, mengapa Sang Amurwabhumi bersikap demikian.
Jawab Ken Dedes, “Jika engkau ingin tahu, ayahmu yang sebenarnya
ialah mendiang Tunggul Ametung. Ayahmu telah mati, ketika engkau
masih di dalam kandungan. Pada waktu itu aku dikawini oleh Sang
Amurwabhumi.” Anusapati bertanya lagi, “Apa sebabnya ayah
meninggal?” Jawab Ken Dedes, “Dibunuh oleh Sang Amurwabhumi”.
Pada saat itu Ken Dedes terdiam, merasa telah membocorkan rahasia.
Anusapati bertanya lagi:”Ibunda, bolehkan saya melihat keris Gandring
pusaka Sang Amurwabhumi?” Keris pun diperlihatkan Ken Dedes
kepada Anusapati.
11
di Kagenengan.
12
Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang
dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara
(1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.
2. Anusapati (1227–1248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke
tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama,
Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut
dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok
akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan
Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung
ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat
kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat
Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo
menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung
13
menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang
didharmakan di Candi Kidal.
4. Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan
gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa
Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar
Narasinghamurti. Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan
kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana
mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja
14
muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan
Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan
didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di
Candi Waleri sebagai Siwa.
5. Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai
cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun
1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam
pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri
i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat
mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat
yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih
Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar
Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian
15
ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang
dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai
Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa
ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.
16
(Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan
dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan
pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.
Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan
berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan
para pembesar istana. Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas
dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya
(Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan
menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada
Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat
pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi
sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk
ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai
oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari.
Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan
sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya
dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang berada di Taman Simpang,
Surabaya.
17
B. KEHIDUPAN DI KERAJAAN SINGASARI
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik
turun. Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha
meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang
bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan Anusapati,
kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut
dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana
kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa
Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang
ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam
negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri:
1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih
Raganata digantikan oleh Aragani, dll.
2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat
putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi
menantunya.
3. Memperkuat angkatan perang.
Politik Luar Negeri:
1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk bekerjadama dengan
Kerajaan melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di
Selat Malaka., serta menahan serangan (expansi) bangsa
Mongol/dinasti Yuan di Tiongkok.
2. Menguasai Bali.
3. Menguasai Jawa Barat.
4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.
Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung
18
diantaranya candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan
patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa
Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam
wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan
perwujudan Kertanegara (kedua patung kertanegara baik patung Joko
Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut
agama Buddha beraliran Tantrayana).
19
Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak
mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol
yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka
dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri.
Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti
mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya
kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singasari,
dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti
yang didirikan oleh Ken Arok.
20
bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang
sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka untuk menanik pulang
pasukannya karena mereka berada di wilayah asing. Tanggal kelahiran
kerajaan Majapahit pada tanggal 10 November 1293 adalah hari penobatan
Raden Wijaya sebagai raja. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana.
21
Masa Keemasan Kerajaan Majapahit
22
tahun) yang berbunyi “sirna ilang kertaning bumi” yang berarti “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Pada tahun tersebut digambarkan gugurnya
Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit,
oleh Girindrawardhana. Kemunduran Kerajaan Majapahit terjadi pada
akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15. Pengaruh Majapahit di seluruh
Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan
Islam berdiri yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul dibagian barat
Nusantara. Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis, dan Italia menjelaskan
bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa
Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dan Kesultanan Demak, antara
tahun 1518 dan 1521 M.
EVALUASI :
23
bahan renungan : Indonesia adalah bangsa yang besar, yang kaya akan
sejarah adiluhung, terlepas dari sejarah di kitab pararaton itu fakta maupun
fiktif ,tetapi bagiku tidak akan mengurangi rasa sebagai generasi penerus
bangsa untuk berkarya agar dapat berguna bagi keluarga agama bangsa dan
negara INDONESIA tercinta ini
http://id.wikipedia.org/wiki/Pararaton
24