Anda di halaman 1dari 24

MATERI AJAR KELAS XI SEMUA PROGRAM

KERAJAAN SINGOSARI DAN MAJAPAHIT


Disusun oleh : Octavianus Dwianto Wisnu Aji

Singasari adalah nama dari sebuah daerah yang terletak di sebelah timur
Gunung Kawi di hulu sungai Brantas. Saat ini daerah tersebut termasuk
ke dalam wilayah Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur Indonesia.
Pada abad ke-13, Singasari hanya merupakan sebuah desa kecil yang
tidak berarti. Keadaan ini lambat laun berubah bertepatan dengan
munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang
berhasil merebut daerah tersebut dari wilayah kekuasaan Kerajaan
Kediri yang saat itu diperintah oleh Raja Kertajaya pada tahun 1222
Masehi. Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan yang berpusat di desa
Kutaraja serta mengambil nama gelar kebangsawanan sebagai Rajasa

1
Sang Amurwabhumi. Baru kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah
tersebut diganti nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang
bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari menjadi kota kerajaan yang
menguasai wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292
Masehi.

Kerajaan Singasari memiliki keterkaitan dengan kerajaan Majapahit


yang didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 Masehi.
Sanggramawijaya atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai
Raden Wijaya adalah cucu dari Narasingamurti dan menantu dari Raja
Kertanegara. Kertanegara adalah raja Singasari terakhir yang meninggal
terbunuh dalam peperangan melawan tentara pemberontak yang
mengatas namakan Kerajaan Kediri di bawah pimpinan Jayakatwang.
Raden Wijaya secara resmi menjadi raja Majapahit setelah berhasil
mengalahkan tentara Jayakatwang yang telah merebut Singasari. Raden
Wijaya melakukannya dengan bantuan tentara Tartar (Dinasti Yuan)
dari Mongolia/China yang awalnya datang ke Jawa untuk tujuan
menaklukkan Singasari yang ternyata sudah terlebih dahulu diruntuhkan
oleh Jayakatwang.

Kisah tentang kerajaan Singasari, pertama kali disiarkan dalam karya


J.L.A. Brandes, Pararaton of het boek der konigen van Tumapel en
van Majapahit uitgegeven en toegelicht, di tahun 1896. Dalam karya
tersebut J.L.A. Brandes membahas tentang kisah pendiri Singasari
sebagaimana tertulis di dalam Serat Pararaton atau yang juga disebut
sebagai Katuturanira Ken Arok. Dimulai dengan cerita tentang Ken
Arok yang kemudian menjadi pendiri kerajaan Tumapel dan mengambil

2
nama Abhiseka Rajasa Sang Amurwabhumi setelah mengalahkan Raja
Kertajaya dari Kediri. Sejak saat itu, cerita Ken Arok mulai dikenal di
lingkungan kesejarahan Indonesia.
Pararaton adalah manuskrip jawa kuno yang ditulis dalam
bentuk dongeng yang berbeda dengan bentuk tulisan sejarah. Oleh
karena itu beberapa ahli sejarah menolak kebenaran naskah tersebut.
Namun, perlu diperhatikan bahwa cerita itu tidak diperuntukkan bagi
para ahli sejarah, melainkan bagi masyarakat Jawa Kuno yang pada saat
itu banyak mendapat pengaruh dari kepercayaan Hindu. Maka dengan
sendirinya, manuskrip tersebut dikisahkan sesuai dengan alam pikiran
masyarakat yang membacanya. Ajaran hinduisme, meliputi diantaranya
dewa-dewa, titisan, karma dan yoga. Ajaran itu mempengaruhi alam
pikiran masyarakat Jawa dan kesusasteraannya. Pararaton adalah hasil
sastra dari zaman itu, maka dengan sendirinya sastra Pararaton juga
bersudut pandang ajaran Hinduisme.
Berikut ini adalah ringkasan cerita tentang Ken Arok sebagaimana
tertulis di dalam naskah Pararaton.

Bhatara Brahma berjinak-jinak dengan Ken Ndok di lading


Lalateng, kemudian berpesan agar Ken Ndok jangan lagi berkumpul
dengan suaminya. Larangan Dewa Brahma itu mengakibatkan
perceraian dengan suaminya Ken Ndok, Gajah Para. Ken Ndok pulang
ke Desa Pangkur, diseberang utara sungai; Gajah Para kembali ke Desa
Campara, di seberang selatan. Lima hari kemudian, Gajah Para
meninggal, konon karena ia melanggar larangan Dewa Brahma dan
karena anak yang masih di dalam kandungan. Setelah sampai bulannya,
Ken Ndok melahirkan bayi laki-laki, yang segera dibuang di kuburan

3
akibat menanggung malu. Pada malam harinya, seorang pencuri
bernama Lembong tercengang melihat sinar berpancaran di kuburan
tersebut. Saat sinar itu didekatinya nampaklah seorang bayi sedang
menangis. Karena kasihan maka bayi tersebut dibawanya pulang. Segera
tersiar kabar bahwa Lembong mempunyai anak pungut berasal dari
kuburan. Mendengar kabar itu, Ken Ndok dating mengunjungi Lembong
dan mengaku bayi itu anaknya, lahir dari kekuasaan Bhatara Brahma.
Anak itu diberi nama Ken Arok.

Ken Arok tinggal di desa Pangkur sampai dapat menggembalakan


kerbau, namun ia suka berjudi. Harta kekayaan Ayah pungutnya habis
diperjudikan. Ketika ia disuruh menggembalakan kerbau kepala desa
Lebak, kerbau itupun diperjudikannya juga. Akibatnya ayah pungutnya
harus membayar uang ganti rugi. Karena kesal, Ken Arok pun diusir
dari rumah. Ditengah jalan ia bertemu dengan Bango Samparan, penjudi
dari Desa Karuman. Ken Arok dibawa ke tempat perjudian. Pada waktu
itu Bango Samparan menang; menurut anggapannya berkat kehadiran
Ken Arok. Oleh karena itu Ken Arok diajaknya pulang dan dijadikan
anak pungut istri tua Bango Samparan yang kebetulan mandul. Di
Karuman, Ken Arok merasa kesepian, karena ia tidak dapat bergaul
dengan anak-anak Tirtaja, istri muda Bango Samparan. Kemudian ia
pergi dan bertemu dengan Tita, anak Sahaja, kepala desa Siganggeng
dan belajar bersama pada seorang guru bernama Janggan. Di rumah
Janggan, ia menunjukkan kenakalannya. Buah jambu milik Janggan
yang masih mentah diambil dan diruntuhkan. Melihat perbuatan itu,
Janggan marah. Ken Arok tidak berani masuk rumah, lalu tidur di luar
di atas timbunan jerami kering. Ketika Janggan keluar di malam hari, ia

4
terkejut melihat sinar berpancaran dari timbunan jerami. Ketika
didekatinya, ternyata sinar itu berasal dari Ken Arok. Sejak saat itu
Janggan sangat menyayangi Ken Arok.

Ken Arok dan Tita tinggal di sebuah pondok di sebelah timur


Siganggeng untuk menghadang para pedangang yang lewat, namun
kenakalannya tidak sampai disitu saja. Ia berani pula merampok dan
merogol gadis penyadap di Desa Kapundungan. Ken Arok menjadi
perusuh yang mengganggu keamanan wilayah Tumapel dan menjadi
buruan Akuwu (Penguasa daerah). Ken Arok lari dari satu tempat ke
tempat lain. Tiap tempat yang didatanginya menjadi tidak aman, namun
ia selalu dapat lolos dari bahaya berkat perlindungan Bhatara Brahma.

Ketika Ken Arok berguru kepada Mpu Palot di Turnyatapada, ia diutus


untuk mengambil emas pada kepala desa Kabalon. Orang-orang
Kabalon tidak percaya bahwa ia adalah utusan Mpu Palot. Karena
marah, salah seorang diantara mereka ditikamnya, lalu ia lari ke rumah
kepala desa. Segenap penduduk Desa Kabalon mengejarnya, masing-
masing bersenjatakan golok atau palu. Sekonyong-konyong terdengar
suara dari langit yang berkata: “Jangan kau bunuh orang itu. Ia adalah
puteraku. Belum selesai tugasnya di dunia!”. Mendengar suara itu para
pengejarnya berhenti, lalu bubar.

Sementara itu, diketahui oleh orang-orang Daha (Kediri) bahwa Ken


Arok bersembunyi di Turnyatapada. Dalam kejaran orang-orang Daha,
Ken Arok lari ke Desa Tugaran, dari Tugaran ke Gunung Pustaka dan
dari situ mengungsi ke Desa Limbahan; dari Desa Limbahan ke Desa

5
Rabut, akhirnya sampai Panitikan. Atas nasihat seorang nenek ia
bersembunyi di Gunung Lejar. Dalam persembunyiannya di Gunung
Lejar, ia mendengar keputusan para Dewa bahwa ia telah ditakdirkan
menjadi raja yang akan menguasai Pulau Jawa.

Brahmana Lohgawe datang dari India ke Pulau Jawa menumpang di atas


tiga helai daun kakatang, diutus oleh Bhatara Brahma untuk mencari
orang yang bernama Ken Arok. Ciri-cirinya: tanganya panjang melebihi
lutut; rajah telapak tangan kanannya ialah cakra, rajah telapak tangan
kirinya bertanda cangkang kerang. Kata Bhatara Brahma, ia adalah
titisan Dewa Wisnu di suatu candi. Dengan jelas diberitahukan
kepadanya, Dewa Wisnu tidak ada lagi di candi pemujaan, karena telah
menitis pada orang yang bernama Ken Arok di Pulau Jawa. Ia
diperintahkan mencarinya di perjudian. Oleh karena itu, sesampainya
Brahmana Lohgawe di Pulau Jawa, ia segera menuju Desa Taloka
bertemu dengan Ken Arok.
Ken Arok dibawanya menghadap Akuwu Tumapel bernama
Tunggul Ametung. Setelah mendengar uraian pendeta Lohgawe bahwa
ia baru saja dating dari Jambudwipa dan maksud kedatangannya ialah
untuk menitipkan anak angkatnya, Ken Arok diterima oleh Tunggul
Ametung sebagai pembantu.

Istri Tunggul Ametung sangat cantik bernama Ken Dedes, anak tunggal
seorang pendeta Budha di Panawijen bernama Mpu Purwa. Konon
ketika Tunggul Ametung datang di Panawijen untuk meminang Ken
Dedes, kebetulan Mpu Purwa sedang bertapa di tegal. Karena tidak
dapat menahan nafsunya, Ken Dedes dilarikan ke Tumapel dan

6
dikawininya. Ketika Mpu Purwa pulang dari pertapaan, mendapatkan
rumahnya kosong, lalu menjatuhkan kutuk: “Semoga yang melarikan
anak saya tidak akan selamat hidupnya; semoga ia mati kena tikaman
keris. Semoga sumur dan sumber air di Panawijen semuanya kering
sebagai hukuman kepada para penduduknya, karena mereka itu segan
memberitahukan penculikan anak saya. Semoga anak saya yang sudah
mendapat wejangan karma amamadangi tetap selamat dan mendapat
bahagia!”.

Ketika Ken Arok datang di Tumapel, Ken Dedes telah hamil. Bersama
suaminya, ia naik kereta berpesiar ke taman Baboji. Pada waktu Ken
Dedes turun dari kereta, tersingkap kain dari betis sampai pahanya. Ken
Arok terpesona melihatnya karena rahasia Ken Dedes berpancaran sinar.
Sepulangnya dari taman, peristiwa itu diceritakan oleh Ken Arok kepada
pendeta Lohgawe. Jawab Lohgawe: “Wanita yang rahasianya menyala,
adalah wanita nareswari. Betapapun nestapanya lelaki yang
menikahinya, ia akan menjadi raja besar.” Mendengar ujaran itu, Ken
Arok terdiam. Timbul niatnya untuk membunuh Tunggul Ametung,
namun Lohgawe tidak setuju.

Ken Arok meminta izin untuk mengunjungi ayah angkatnya Bango


Samparan di Desa Karuman. Sesampainya disana, ia menceritakan
pengalamannya di taman Baboji kepada Bango Samparan dan
menegaskan niatnya untuk membunuh Tunggul Ametung serta
kemudian mengawini Ken Dedes. Bango Samparan member nasihat
agar Ken Arok sebelum melaksanakan niatnya supaya pergi dulu ke
Lulumbang menemui pandai keris bernama Mpu Gandring, ia adalah

7
kawan karib Bango Samparan. Konon barang siapa kena tikam keris
buatannya pasti mati. Nasihatnya, supaya Ken Arok memesan keris
kepadanya. Hanya setelah keris pesanan itu selesai ia baru boleh
melaksanakan niatnya. Ken Arok berangkat ke Lulumbang dan
memesan keris kepada Mpu Gandring. Dalam waktu lima bulan, keris
itu supaya sudah selesai. Namun jawab Mpu Gandring, supaya ia diberi
waktu setahun agar matang pembuatannya. Ken Arok tetap pada
permintaannya, lalu ia pergi. Lima bulan kemudian, Ken Arok kembali
ke Lulumbang untuk mengambil keris pesanannya, namun keris itu
sedang digerinda. Karena marahnya, keris itu direbut dan ditikamkan
pada Mpu Gandring, kemudian dilemparkan ke lumpang pembebekan
gerinda. Lumpang pun pecah terbelah. Dilemparkan lagi ke landasan,
namun landasan pun pecah berantakan. Ken Arok yakin bahwa keris itu
benar-benar ampuh. Sementara itu, Mpu Gandring yang sedang
berlelaku, mengumpat: “Hei Arok! Kamu dan anak cucumu sampai
tujuh keturunan akan mati karena keris itu juga!” setelah menjatuhkan
umpat itu, ia pun mati. Pikir Ken Arok: “Kalau kelak saya benar jadi
orang besar, anak cucu Gandring akan mendapat balas jasa,” lalu, Ken
Arok pun pulang tergesa-gesa ke Tumapel.

Di Tumapel, Ken Arok memiliki seorang sahabat karib bernama Kebo


Hijo. Kebo Hijo sangat dipercaya oleh Tunggul Ametung, tetapi
wataknya suka pamer. Ketika ia melihat keris Ken Arok yang berukiran
kayu cangkring, ia meminta Ken Arok untuk meminjamkan kepadanya.
Memang itulah maksud Ken Arok, keris kemudian dipinjamkan lalu
dipamer-pamerkan Kebo Hijo kepada orang banyak, sehingga segenap
orang Tumapel tahu bahwa Kebo Hijo mempunyai keris baru. Ken Arok

8
menduga bahwa saat yang dinanti-nantikannya telah tiba. Keris diambil
oleh Ken Arok tanpa sepengetahuan Kebo Hijo. Pada malam hari waktu
telah sepi, Ken Arok masuk ke rumah Tunggul Ametung, ia langsung
menuju tempat tidur Tunggu Ametung yang sedang tidur nyenyak,
segera ditikamnya dengan keris Gandring. Baru keesokan harinya
diketahui bahwa Tunggul Ametung telah mati ditusuk dengan keris
milik Kebo Hijo yang masih tertancap di dadanya. Dengan serta merta,
Kebo Hijo disergap oleh sanak saudara Tunggul Ametung, dikeroyok
dan ditusuki dengan keris Gandring. Anaknya Kebo Randi menangisi
kematian ayahnya. Melihat peristiwa itu, iba hati Ken Arok dan berjanji
akan mengambilnya sebagai pekatik (abdi).

Sepeninggal Tunggul Ametung, Ken Arok menjadi akuwu di Tumapel


dan mengawini Ken Dedes. Di antara warga Tumapel, tidak ada
seorangpun yang berani menentang. Pada waktu itu Tumapel adalah
daerah bawahan Daha (Kediri), yang diperintah oleh Raja Kertajaya.
Konon Raja Kertajaya juga disebut sebagai Dandang Gendis. Ia sedang
berselisih dengan para pendeta Siwa-Budha, karena keinginannya untuk
disembah sebagai Dewa. Keinginan itu ditolak, karena belum pernah
terjadi pendeta menyembah raja. Untuk memperlihatkan
kemampuannya, Kertajaya menancapkan tombaknya di tanah dan duduk
diatas ujungnya. Namun, para pendeta tetap pada pendiriannya.
Beberapa pendeta meninggalkan Daha dan pergi mencari perlindungan
di Tumapel. Hal ini menambah jumlah pengikut Ken Arok yang sudah
agak besar. Keturunan dan kerabat yang pernah berbuat baik kepada
Ken Arok dipanggil ke Tumapel untuk menerima balas jasa dan diminta
untuk menetap disana. Oleh para pengikutnya, Ken Arok diangkat

9
sebagai raja dan mengambil nama abhiseka sebagai Rajasa Sang
Amurwabhumi. Sejak saat itu, Ken Arok tidak lagi menghadap Raja
Kertajaya di Daha. Hal itu menimbulkan rasa curiga pada Kertajaya.
Ken Arok diduga akan memberontak. Kertajaya bersumbar bahwa Daha
tidak akan dapat ditundukkan oleh siapa pun, kecuali oleh Bhatara Guru
(Dewa Siwa). Mendengar sesumbar itu, Ken Arok memanggil para
pendeta dan rakyatnya untuk menyaksikan bahwa ia mengambil nama
sebagai Bhatara Guru dan memerintahkan tentara Tumapel untuk
bergerak menyerbu Daha. Pertempuran sengit antara tentara Tumapel
dan Daha berkobar di sebelah utara Desa Ganter. Dalam pertempuran
itu, Mahisa Walungan dan Gubar Baleman, hulubalang Daha, tewas.
Sehingga bala tentara Daha terpukul mundur dan lari mencari
perlindungan. Raja Kertajaya pun melarikan diri mencari perlindungan
di dalam candi. Daha pun jauh dalam kekuasaan Tumapel pada tahun
1222 Masehi.

Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok memperoleh tiga


orang putera dan seorang puteri, yaitu Mahisa Wunga Teleng, Panji
Saprang, Agnibaya dan Dewi Rimbu. Dan perkawinan keduanya dengan
Ken Umang, Ken Arok juga mempunyai tiga putera dan seorang puteri
yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola dan Dewi Rambi.
Putera sulung Ken Dedes keturunan Tunggul Ametung bernama
Anusapati.

Bertahun-tahun lamanya kisah pembunuhan Tunggul Ametung


dirahasiakan oleh Ken Dedes terhadap Anusapati. Namun, ketika
Anusapati telah remaja dan ia merasa diperlakukan lain daripada

10
saudara-saudaranya oleh Sang Amurwabhumi, muncullah rasa curiga di
dalam hati Anusapati. Atas desakan pengasuhnya, Anusapati bertanya
kepada Ken Dedes, mengapa Sang Amurwabhumi bersikap demikian.
Jawab Ken Dedes, “Jika engkau ingin tahu, ayahmu yang sebenarnya
ialah mendiang Tunggul Ametung. Ayahmu telah mati, ketika engkau
masih di dalam kandungan. Pada waktu itu aku dikawini oleh Sang
Amurwabhumi.” Anusapati bertanya lagi, “Apa sebabnya ayah
meninggal?” Jawab Ken Dedes, “Dibunuh oleh Sang Amurwabhumi”.
Pada saat itu Ken Dedes terdiam, merasa telah membocorkan rahasia.
Anusapati bertanya lagi:”Ibunda, bolehkan saya melihat keris Gandring
pusaka Sang Amurwabhumi?” Keris pun diperlihatkan Ken Dedes
kepada Anusapati.

Anusapati mempunyai seorang pengalasan berasal dari Desa Batil.


Pengalasan itu segera dipanggil dan diberi perintah untuk membunuh
Sang Amurwabhumi dengan keris Gandring. Tanpa membantah,
pengalasan itu pun pergi untuk membunuh Ken Arok. Dengan serta
merta, Sang Amurwabhumi yang sedang bersantap ditikam dari
belakang, mati seketika itu juga. Ketika itu hari Kamis Pon, wuku
Landep, waktu senja matahari baru saja tenggelam, tahun Saka 1169
(1297 Masehi). Setelah menikam, pengalasan itu pun lari untuk member
laporan kepada Anusapati. Anusapati kemudian memberinya hadiah
imbalan. Katanya:”Telah mati terbunuh, oleh hamba, ayah paduka!”
Dengan serta merta pula, pengalasan itu dihabisi hidupnya oleh
Anusapati. Karenanya tersiar kabar: “Sang Prabu mati kena amuk orang
dari Desa Batil. Anusapati telah membalaskan dendam dengan
membunuh pengalasan itu:. Rajasa Sang Amurwabhumi pun dicandikan

11
di Kagenengan.

Anusapati mempunyai seorang pengalasan berasal dari Desa Batil.


Pengalasan itu segera dipanggil dan diberi perintah untuk membunuh
Sang Amurwabhumi dengan keris Gandring. Tanpa membantah,
pengalasan itu pun pergi untuk membunuh Ken Arok. Dengan serta
merta, Sang Amurwabhumi yang sedang bersantap ditikam dari
belakang, mati seketika itu juga. Ketika itu hari Kamis Pon, wuku
Landep, waktu senja matahari baru saja tenggelam, tahun Saka 1169
(1297 Masehi). Setelah menikam, pengalasan itu pun lari untuk member
laporan kepada Anusapati. Anusapati kemudian memberinya hadiah
imbalan. Katanya:”Telah mati terbunuh, oleh hamba, ayah paduka!”
Dengan serta merta pula, pengalasan itu dihabisi hidupnya oleh
Anusapati. Karenanya tersiar kabar: “Sang Prabu mati kena amuk orang
dari Desa Batil. Anusapati telah membalaskan dendam dengan
membunuh pengalasan itu:. Rajasa Sang Amurwabhumi pun dicandikan
di Kagenengan.

SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN SINGASARI


Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel
ini. Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari
Prasasti Kudadu. Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan
Singasari yang digantikan oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati
diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni
alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang
memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi
Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa

12
Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang
dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara
(1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.

1. Ken Arok (1222–1227 M)


Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi
Raja Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari
menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya
memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken
Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken
Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.

2. Anusapati (1227–1248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke
tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama,
Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut
dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok
akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan
Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung
ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat
kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat
Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo
menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung

13
menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang
didharmakan di Candi Kidal.

Gambar: Candi Kidal


3. Tohjoyo (1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang
oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama
sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas
kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para
pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian
menduduki singgasana.

4. Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan
gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa
Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar
Narasinghamurti. Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan
kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana
mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja

14
muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan
Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan
didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di
Candi Waleri sebagai Siwa.

Gambar: Candi Jago

5. Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai
cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun
1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam
pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri
i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat
mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat
yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih
Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar
Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian

15
ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang
dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai
Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa
ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.

Gambar: Arca Amoghapasa

Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali,


Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga
menjalin hubungan persahabatan dengan raja Champa,dengan tujuan untuk
menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai
Khan menuntut raja-raja di daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya
sebagai yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan melukai muka
utusannya yang bernama Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat
Kubilai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya dengan
mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan
Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang

16
(Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan
dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan
pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.

Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan
berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan
para pembesar istana. Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas
dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya
(Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan
menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada
Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat
pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi
sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk
ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai
oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari.
Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan
sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya
dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang berada di Taman Simpang,
Surabaya.

Gambar: Candi Singasari

17
B. KEHIDUPAN DI KERAJAAN SINGASARI
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik
turun. Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha
meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang
bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan Anusapati,
kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut
dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana
kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa
Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang
ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam
negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri:
1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih
Raganata digantikan oleh Aragani, dll.
2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat
putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi
menantunya.
3. Memperkuat angkatan perang.
Politik Luar Negeri:
1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk bekerjadama dengan
Kerajaan melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di
Selat Malaka., serta menahan serangan (expansi) bangsa
Mongol/dinasti Yuan di Tiongkok.
2. Menguasai Bali.
3. Menguasai Jawa Barat.
4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.
Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung

18
diantaranya candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan
patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa
Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam
wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan
perwujudan Kertanegara (kedua patung kertanegara baik patung Joko
Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut
agama Buddha beraliran Tantrayana).

C. RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI


Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan
berlangsung singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi
dilingkup istana kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan
kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan
angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi
pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan
sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam
serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari,
Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri.
Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.

D. HUBUNGAN KERAJAAN SINGASARI DENGAN


MAJAPAHIT
Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden
Wijaya, cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanegara lolos
dari maut. Berkat bantuan Aria Wiararaja (penentang politik

19
Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak
mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol
yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka
dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri.
Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti
mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya
kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singasari,
dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti
yang didirikan oleh Ken Arok.

Asal Mula Berdirinya Majapahit

Asal mula Kerajaan Majapahit diceritakan bahwa sesudah


Singasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun
1290, Singasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini
menjadi perhatian Kubilai Khan, seorang penguasa Dinasti Yuan di
Tiongkok. Ia mengirim utusan bernama Meng Chi ke Singasari yang
menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singasari yang terakhir,
menolak untuk membayar upeti dan merusak wajah utusan tersebut serta
memotong telinganya. Kublai Khan pun marah lalu memberangkatkan
ekspedisi besar ke Jawa pada tahun 1293 M. Ketika itu, Jayakatwang,
Adipati Kediri, membunuh Kertanagara. Atas saran dan Aria
Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepadaRaden
Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden
Wijaya kemudian diberi Hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan
membangun desa baru yang diberi nama Majapahit.Nama itu diambil
dan “buah maja” dan “rasa pahit” dan buah tersebut. Ketika pasukan
Mongolia tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongolia untuk

20
bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang
sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka untuk menanik pulang
pasukannya karena mereka berada di wilayah asing. Tanggal kelahiran
kerajaan Majapahit pada tanggal 10 November 1293 adalah hari penobatan
Raden Wijaya sebagai raja. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana.

Masa Awal Kerajaan Majapahit

Kerajaan ini menghadapi banyak masalah. Beberapa orang terpercaya


Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak
melawannya, meski pemberontakan tersebut tidak berhasil. Namun
ternyata Mahapatih Halayudha-lah yang melakukan konspirasi
(persekongkolan) untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja. Hal itu
ia lakukan agar dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemenintahan.
Namun, setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha
dltangkap dan dipenjara, lalu dihukum mati. Raden Wijaya meninggal pada
tahun 1309 M. Anak dan penerus Raden Wijaya, Jayanegara adalah
penguasa yang jahat dan tidak bermoral. Ia memiliki nama kecil Kala
Gemet, yang berarti “penjahat lemah”, Tahun 1328 M. Jayanegara dibunuh
oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya
menggantikannya, tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dan istana
dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Bhre
Kahuripan / Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi Ratu
Majapahit. Selama kekuasaan Tnibhuwana, Kerajaan Majapahit
berkembang menjadi Iebih besar dan terkenal. Tribhuwana menguasai
Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350 M. Kepemimpinannya
pun dilanjutkan oleh putranya, Hayam Wuruk.

21
Masa Keemasan Kerajaan Majapahit

Hayam Wuruk, juga disebut sebagai Rajasanagara. Ia memerintah


Majapahit dan tahun 1350-1389 M. Majapahit mencapal puncak
kejayaannya dengan bantuan Mahapatihnya, Gadjah Mada. Di bawah
perintah Gadjah Mada (1313-1364 M), Majapahit menguasai Iebih banyak
wilayah. Pada tahun 1377 M, beberapa tahun setelah kematian Gadjah
Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang, menyebabkan
runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Selain Gadjah Mada, Majapahit juga
memiliki jendral yang juga terkenal bernama Adityawarman. Ia terkenal
karena penaklukkannya di Minangkabau. Menurut Kakawin
Nagarakertagama Pupuh Xlll-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi
Sumatera, Semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, Kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian Kepulauan Filipina. Namun,
batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan
tersebut tidak berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi
terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang berupa monopoli oleh
raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam,
Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke
Tiongkok.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah ketika terjadi perang


saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406 M,
antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Terjadi pula pergantian
raja yang diperdebatkan pada tahun 1450-an dan pemberontakan besar oleh
seorang bangsawan pada 1468 M. Kerajaan Majapahit berakhir pada tahun
1400 Saka atau 1478 M. Hal ini tampak pada candrasengkala (penanda

22
tahun) yang berbunyi “sirna ilang kertaning bumi” yang berarti “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Pada tahun tersebut digambarkan gugurnya
Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit,
oleh Girindrawardhana. Kemunduran Kerajaan Majapahit terjadi pada
akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15. Pengaruh Majapahit di seluruh
Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan
Islam berdiri yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul dibagian barat
Nusantara. Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis, dan Italia menjelaskan
bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa
Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dan Kesultanan Demak, antara
tahun 1518 dan 1521 M.

EVALUASI :

1. Jelaskan tentang Ken Arok dan mengapa ia bisa menjadi Raja di


Singosari ?
2. Mengapa Sejarah Singosari diwarnai peristiwa berdarah, bagaimana
kronologis kejadiannya ?
3. Mengapa Jayakarwang memberontak terhadap Kertanegara (Singosari)
4. Mengapa Kertanegara mengadakan Ekspedisi Pamalayu ?
5. Bagaimana proses berdirinya kerajaan Majapahit ?
6. Jelakan tentang parang Paregreg !
7. Jelaskan tentang Perang Bubat !

23
bahan renungan : Indonesia adalah bangsa yang besar, yang kaya akan
sejarah adiluhung, terlepas dari sejarah di kitab pararaton itu fakta maupun
fiktif ,tetapi bagiku tidak akan mengurangi rasa sebagai generasi penerus
bangsa untuk berkarya agar dapat berguna bagi keluarga agama bangsa dan
negara INDONESIA tercinta ini

sumber (bahan acuan) :

http://id.wikipedia.org/wiki/Pararaton

Hendarsah, Amir. 2010. Cerita Kerajaan Nusantara Populer. Yogyakarta:


Jogja Great Publisher

24

Anda mungkin juga menyukai