Anda di halaman 1dari 16

KERAJAAN SINGASARI

Sejarah

Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di wilayah Jawa
Timur. Sejarah Kerajaan Singasari tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kerajaan Majapahit
yang pada akhirnya menjadi kerajaan terbesar di sepanjang sejarah nusantara. Jadi boleh
dibilang Kerajaan Singasari adalah kerajaan awal yang menurunkan banyak raja besar di
bumi nusantara ini.

Latar Belakang
 Keluarga Asal Ken Arok
Awal mula pendirian Kerajaan Singasari dimulai oleh seorang laki-laki titisan Dewa Wisnu
bernama Ken Arok.Laki-laki desa Pangkur ini tidak dilahirkan dari keluarga bangsawan.

Masa kecil Ken Arok dipenuhi oleh cerita tentang kenakalannya. Semuanya bermula dari
lingkungan tempat ia dibesarkan. Ken Arok dibuang oleh Ibunya, Ken Endok di sebuah
pemakaman. Bayi yang dibuang tersebut adalah bayi dari Dewa Brahma. Dewa Brahma
membuat Ken Endok bercerai dengan suaminya, Gajah Para. Lima hari setelah perceraian
tersebut, Gajah Para meninggal di desanya, Campara.

Setelah genap 9 bulan Ken Endok mengandung anak Dewa Brahma, ia melahirkan. Ken
Endok bingung dan memutuskan membuang bayinya di pemakaman. Pada malam hari di
pemakaman tempat Ken Endok membuang bayinya, seorang pejudi bernama  Lembong
penasaran dengan pemakaman yang bersinar. Ternyata sinar tersebut bukan berasal dari
makam, melainkan dari tubuh seorang bayi laki-laki. Ia pun mengangkat bayi tersebut
sebagai anak.

Dibesarkan oleh seorang pejudi membuat Ken Arok sangat gemar berjudi. Ia berjudi hingga
tumbuh remaja. Meskipun ia bekerja sebagai penggembala Kerbau, namun kebiasaan
menjudinya membuat ketagihan. Ken Arok menghabiskan harta orangtua angkatnya,
Lembong sekaligus menjual Kerbau gembalaannya yang sebenarnya menjadi milik kepala
desa.

 Ken Arok Masuk ke Tumapel


Setelah Ken Arok hidup dari satu tempat ke tempat lain untuk berlindung dan menghindari
kejaran dari orang-orang di Kerajaan Daha dan daerah lain yang pernah dirusuhinya, ia
menetap di sebuah gunung Lejar. Di tempat itulah ia mendapatkan wangsit dari para Dewa
bahwa di masa depan ia akan menggenggam kekuasan tanah Jawa.

Di saat bersamaan, Dewa Brahma yang selalu memberi perlindungan pada Ken Arok
menyuruh seorang Brahmana dari tanah India untuk mencari Ken Arok. Brahmana yang
bernama Lohgawe ini menemui Ken Arok setelah melakukan perjalanan spiritual panjang.
Segera ia membawa anak tersebut ke hadapan Akuwu (penguasa) Tumapel.

Akuwu Tumapel pada waktu itu adalah Tunggul Ametung yang beristrikan seorang
perempuan cantik bernama Ken Dedes. Lohgawe mengakui Ken Arok sebagai anak angkat
dan menyuruh Tunggu Ametung mengangkatnya sebagai abdi di tempat tinggalnya. Karena
merupakan perintah dari Brahmana India, Tunggul Ametung mengiyakan perintah tersebut.

Seiring waktu menjadi penghuni rumah Tunggul Ametung, Ken Arok menyukai Ken Dedes
secara tidak sengaja. Semuanya berawal waktu Ken Dedes tidak sengaja menyelingkapkan
roknya hingga terlihat betis dan pahanya yang bersinar. Timbulah pikiran jahat Ken Arok
untuk membalas cara Tunggul Ametung memperistri Ken Dedes yang tidak terpuji.

Perlu diketahui bahwa Ken Dedes adalah anak dari Mpu Purwa yang menjadi pendeta agama
Budha. Tunggul Ametung mengambil paksa Ken Dedes ketika ayahnya masih bertapa. Ia
melakukan tindakan nekat tersebut karena sudah tidak sanggup menahan syahwatnya melihat
kecantikan Ken Dedes. Karenanya tidak salah jika ayah Ken Dedes menyumpahi Tunggul
Ametung mati tertikam keris dan menginginkan kehidupan anaknya tetap bahagia.

 Ken Arok Membunuh Tunggul Ametung


Hasrat Ken Arok memperistri Ken Dedes semakin kuat karena ternyata siapapun laki-laki
yang menjadi suaminya akan mendapatkan berkah dalam hidupnya. Akhirnya Ken Arok
mengonsultasikan maksud tersebut ke ayah angkatnya, Bango Samparan. Pejudi itu merestui
Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan syarat keris yang digunakan harus berasal
dari keris Mpu Gandring.

Mpu Gandring adalah seorang pembuat keris yang menjadi sahabah karib Bango Samparan.
Seharusnya ia menyelesaikan keris sakti untuk membunuh orang dalam sekali tusuk selama
setahun. Namun karena Ken Arok sudah tidak sabar melakukan niatnya, ia kesal dan
membunuh Mpu Gandring pada bulan kelima pembuatan kerisnya.  Mpu tua itu menyumpahi
Ken Arok yang akan mati diakibatkan keris tersebut hingga turunan ketujuhnya.
Di Tumapel, Ken Arok memanfaatkan temannya bernama Kebo Ijo sebagai korban aksi
kriminal bernilai besar ini. Kebo Ijo yang sifatnya memang suka pamer memamerkan keris
baru kepada seluruh orang yang ditemuinya. Padahal pada saat Kebo Ijo tertidur, ia
menggunakan keris yang dipinjamkannya sebagai alat membunuh Tunggul Ametung. Orang-
orang pun tahunya Kebo Ijo yang menjadi pembunuh Akuwu Tumapel tersebut.

 Ken Arok Menjadi Raja


Berkat wibawa yang diberikan oleh para Dewa, Ken Arok naik tahta menjadi Akuwu
Tumapel dan berhasil memperistri Ken Dedes. Wilayah Tumapel saat diperintah Tunggu
Ametung masuk ke dalam wilayah bagian Kerajaan Daha yang saat itu diperintah oleh Raja
Kertajaya. Di tahun yang sama, Raja Kertajaya yang ingin dianggap sebagai Dewa
mengalami penolakan oleh golongan brahmana dan para pendeta Hindu dan Budha.

Keadaan ini dimanfaatkan Ken Arok untuk memperbesar kekuatan. Ia berhasil menarik hati
para brahmana agar bergabung ke dalam pasukannya dan mendapat jaminan perlindungan.
Karena merasa sudah menjadi kerajaan sendiri, Tumapel enggan mengirimkan upeti kepada
Kerajaan Daha. Akibatnya meletuslah pertempuran di Desa Ganter yang meruntuhkan
kekuasaan Daha dan mengawali berdirinya kerajaan Tumapel, pada perkembangannya
kerajaan ini berubah nama menjadi Singasari.

Tahun berdirinya Kerajaan Tumapel atau Singasari itu adalah 1222 Masehi. Ken Arok
memilih Kutaraja sebagai ibukota kerajaannya. Setelahnya, Ken Arok memerintah kerajaan
baru tersebut selama 5 tahun hingga 1227. Akhir kekuasannya berujung di tangan Anusapati,
anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung.

 Kematian Ken Arok


Anusapati yang merasa diperlakukan berbeda oleh Ken Arok yang menjadi Raja Tumapel
bergelar Sri Rajasa Sang Amurwhabumi itu mendesak ibunya untuk menceritakan
penyebabnya. Ken Dedes pun memberitahu peristiwa pembunuhan yang dilakukan Ken Arok
dan menunjukkan rupa keris yang digunakan ayah angkatnya membunuh ayah kandungnya.

Anusapati berhasil menghabisi pembunuh Tunggul Ametung dengan tangan pesuruhnya.


Sumpah Mpu Gandring yang pertama telah menjadi kenyataan dan akan terus memakan
korban. Kemudian Anusapati menjadi raja menggantikan ayah angkat yang telah dibunuhnya.
Peristiwa ini terjadi di tahun 1297 Masehi. Setelah kejadian tersebut keris dari Mpu Gandring
terus membunuh keturunan Ken Arok baik dari Ken Dedes maupun selirnya, Ken Umang.
Semuanya beralaskan dendam dan hak milik kekuasaan.

Ada perbedaan pendapat yang diberikan oleh kitab Pararaton dan Negarakertagama. Di dalam
Negarakertagama, kekuasan setelah Anusapati jatuh ke tangan Tohjaya di tahun 1249 sampai
1250 Masehi baru kemudian lanjut ke Wisnuwardhana.

Di dalam kitab Negarakertagama, kekuasaan Tohjaya tidak disebutkan. Namun hal bisa
dimengerti karena kitab tersebut menganggap nenek moyang Hayam Wuruk tidak boleh
disebarkan aibnya. Karena sepeninggal Ken Arok banyak terjadi huru hara di Tumapel.
Prasasti Mula Malurung justru menyebutkan Tohjaya sebagai raja di Kerajaan Kadiri.
Raja-raja yang Memerintah Kerajaan Singasari

1. Ken Arok (1222–1227 M)

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari

yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok

sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti

Rajasa(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama

lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibu.nuh oleh seorang suruhan

Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan

Siwa–Buddha.

2.Anusapati (1227–1248 M)

Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati.

Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan

pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa

kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok

dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam

sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk

mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya,

secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan

langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan

di Candi Kidal.

3.Tohjoyo (1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo.

Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang

bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa

Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian

menduduki singgasana.

4.Ranggawuni (1248–1268 M)

Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya

Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi

kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan

Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M

Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja

muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada

tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago

sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.

5.Kertanegara (1268-1292 M)

Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk

menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri

Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang

mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk

dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot

dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide

dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat

diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan


ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai

Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya

atas perintah Raja Kertanegara.

Masa Kejayaan Kerajaan Singasari

Raja Kartanegara kemudian mengutus tiga maha menteri yakni, Maka Menteri I Hino, Maha
Menteri I Halu serta Maka Menteri I Sirikan. Setelah memilih maha menteri tersebut,
kemudian Raja Kartanegara menempatkannya dalam beberapa bidang sesuai dengan keahlian
yang dimiliki.

Raja Kartanegara dalam memerintah Kerajaan Singasari bisa dibilang sangatlah tegas. Raja
tidak segan mengganti pejabat yang tidak memiliki kualitas baik saat menjalankan tugasnya.
Bahkan, untuk mengembangkan Singasari ini sendiri, Raka Kartanegara melakukan
hubungan persahabatan dengan beberapa kerajaan besar lainnya.

Berkat pemerintahan dari Raja Kartanegara inilah, Kerajaan Singasari menjadi kerajaan
terkuat dalam bidang perdagangan dan militer. Tak heran, jika banyak daerah yang dikuasai
oleh kerajaan tersebut. Kejayaan yang dimiliki oleh kerajaan tersebut berkat kerja keras dari
Raja Kartanegara.

Berdirinya kerajaan yang satu ini juga tidak terlepas dari peran Ken Arok dan Wangsa Rajasa
selalu pendirinya. Namun, ternyata sejarah berdirinya kedua kerajaan tersebut cukup berbeda
dalam dua kitab yang menjelaskan berdirinya Kerajaan Singasari.

Dalam Kitab Pararaton kesuksesan dan kekuasaan yang dimiliki oleh para Raja Singasari
diperoleh dengan pertumpahan darah dan aksi balas dendam. Namun, hal tersebut sedikit
berbeda dengan Kitab Negarakertagama dimana menjelaskan bahwa tidak ada pertumpahan
darah diantara raja pengganti dan raja sebelumnya dari Kerajaan Singasari.
Ini dikarenakan Kitab Negarakertagama merupakan sebuah kitab pujian untuk Hayam Wuruk
sehingga dimaksudkan untuk menutupi aib para leluhurnya. Di bawah ini ada silsilah dari
Kerajaan Singasari beserta generasi-generasinya.

 Generasi Pertama
Di generasi pertama ini, terjadi sebuah pembunuhan yang dilakukan oleh Ken Arok terhadap
Tunggul Ametung untuk bisa mendapatkan kekuasaan. Kemudian Ken Arok memperistri
Ken Dedes yang merupakan istri dari Tunggu Ametung. Pernikahan antara Ken Arok dan
Ken Dedes kemudian memiliki 4 anak yang bernama Mahisa Wongga Teleng, Panji Saprang,
Agnibaya serta Dewi Rimba.

Selain itu, Ken Arok juga memiliki anak tiri dari pernikahan Tunggu Ametung dan Ken
Dedes yakni Anusapati. Ken Arok kemudian menikah lagi dengan Ken Umang dan memiliki
4 orang anak yakni Panji Tohjaya, Sudhatu, Wregda, serta Rambi.

 Generasi Kedua
Pada generasi ini, Singasari dipimpin oleh anak tiri Ken Arok yakni Anusapati dan anak
kandung Ken Arok bersama Ken Dedes yakni Mahingga Wongga Teleng. Lalu, Anusapati
memiliki anak yang dinamakan Tohjaya yang kemudian akan menjadi raja keempat Kerajaan
Singasari.

Sementara itu, Mahisa Wongga Teleng memiliki dua orang anak yang bernama Mahisa
Cempaka dan Waning Hyung yang nantinya akan menjadi permaisuri keempat kerajaan
tersebut.

 Generasi Ketiga
Nah, pada generasi yang satu inilah terjadi persatuan darah antara keturunan dari Ken Arok
dan keturunan Tunggu Ametung yakni Kartanegara. Kartanegara sendiri merupakan anak
pertama dari Ranggawuni dan Waning Hyung. Dari generasi inilah yang kemudian akan
muncul cikal bakal Raja Majapahit.

Mahisa Cempaka memiliki keturunan yang dinamakan Dyah Lembu Tal yang mana juga
bekerjasama dengan Kartanegara untuk membangun Kerajaan Singasari.

 Generasi Keempat
Pada generasi keempat, Dyah Lembu Tal menikah dengan seorang putra mahkota dari
Kerajaan Padjajaran yang bernama Rakeyan Jayadarma. Pada pernikahan inilah akan lahir
raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit yang bernama Sangrama Wijaya.

Ternyata, ada dua faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Singasari itu sendiri, yakni
pemberontakan yang terjadi dari dalam negeri dan tekanan dari luar. Tekanan dari luar sendiri
datang dari Dinasti Yuan yang berada di China serta dari Khubilai Khan. Dimana Khubilai
Khan menghendaki Kerajaan Singasari untuk berada di bawah kekuasaan China.

Akan tetapi, Kartanegara menolaknya. Kemudian Kartanegara lebih fokus dengan pertahanan
laut dan mengabaikan pertahanan yang ada di dalam kerajaan. Hal inilah yang dimanfaatkan
oleh Jayakatwang, penguasa Kediri pada tahun 1292. Jayakatwang menyerang Singasari dan
membunuh Raja Kartanegara.

Karena pembunuhan itulah yang menjadi penyebab runtuhnya kerajaan besar Singasari. Sejak
saat itu, kekuasaan dari kerajaan tersebut pun mulai pudar. Bahkan, beberapa wilayah
kekuasannya pun mulai lepas satu persatu dan dikuasai oleh kerajaan lain.

Kerajaan Singasari menjadi salah satu kerajaan besar Nusantara. Kekuasaan dan kecerdikan
Kartanegara dalam memerintah Singasari ternyata dapat menyatukan Nusantara. Namun
sayang, kerajaan yang satu ini pun harus runtuh karena mendapat tekanan dari luar sekaligus
serangan dari dalam.

Keruntuhan
 Penyebab Keruntuhan
Kerajaan besar ini runtuh karena lemahnya sistem pertahanan di dalam kerajaan. Raja
Kertanegara terlalu fokus pada pertahanan di luar kerajaan yang mengirimkan pasukan dalam
jumlah besar untuk terlibat dalam ekspedisi pamalayu. Kondisi lemah ini dimanfaatkan oleh
pemberontak untuk mengakhiri kekuasaan Kertanegara di Kerajaan Singasari.

Jayakatwang merupakan pemberontak yang berhasil membunuh Raja Kertanegara dan


memaksa tahta Singasari jatuh ke tangannya. Kertanegara kemudian dicandikan di Candi
Jawi dan Candi Singasari. Selanjutnya, seorang menantu dari Kertanegara bernama Raden
Wijaya berhasil menyelamatkan diri ke Madura saat kerusuhan masih meliputi wilayah
Singasari.

 Menjadi Cikal Bakal Majapahit


Raden Wijaya diberi perlindungan oleh seorang bupati dari Madura bernama Arya Wiraraja.
Dendam yang dimiliki Raden Wijaya akhirnya membawa dia bergabung dengan pasukan
Mongol yang disuruh Kubilai Khan menyerah Singasari. Ternyata Kubilai Khan merasa
dihina oleh mertuanya. Namun Raden Wijaya merahasiakan kondisi mertuanya yang telah
tewas akibat pemberontakan Jayakatwang.

Selanjutnya, Raden Wijaya menyerang Singasari dan Jayakatwang bersama pasukan milik
Kubilai Khan. Jayakatwang tewas dalam peperangan gabungan ini dan semenjak itulah tidak
ada lagi Kerajaan Singasari. Pemerintahan disana sudah berakhir dan digantikan oleh Raden
Wijaya dengan cara mendirikan kekuasan baru di daerah baru dan dengan nama yang baru.

Kemenangan Pasukan Kubilai Khan membuat mereka terlalu senang hingga lupa siapa
sebenarnya Raden Wijaya yang bergabung dengan pasukannya. Raden Wijaya kemudian
balik menyerang pasukan Mongol dan membuat mereka kembali ke wilayah asalnya.
Sementara itu, di Jawa Raden Wijaya menuliskan sejarah baru dengan memulai
pendirian sejarah kerajaan majapahit yang legendaris.
Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Singasari
Terdapat beberapa peninggalan kerajaan Singasari yang tersebar di berbagai daerah di Jawa
Timur. Peninggalan-peninggalan tersebut berupa candi dan prasasti yang terdiri dari sebagai
berikut ini.

Candi Singasari

Candi ini terletak di pusat dari kerajaan Singasari yaitu diantara pegunungan Tengger dan
Gunung Arjuna. Dijelaskan dalam kitab Negarakertagama bahwa candi ini merupakan
kediaman terakhir dari Raja Kertanegara yang juga merupakan raja terakhir. Penjelasan
tersebut juga terdapat dalam prasasti Gajah Mada pada tahun 1351 Masehi.

Dalam penjelasan tersebut juga disebutkan tahun wafatnya Raja Kertanegara yaitu pada tahun
1292 dikarenakan serangan dari tentara Gelang-Gelang. Tentara tersebut dipimpin oleh
seseorang bernama Jayakatwang. Beberapa sumber mengatakan bahwa pembangunan dari
candi Singasari ini dianggap tidak pernah selesai.
Arca Dwarapala

Patung Arca Dwarapala peninggalan dari kerajaan Singasari ini memiliki perawakan yang
menyeramkan. Adapun maksud dari keberadaan Arca Dwarapala ini menunjukkan pintu
gerbang dari kerajaan Singasari.

Berdasarkan hal tersebut, Arca Dwarapala merupakan simbol dari penjaga pintu kerajaan
Singasari. Dengan demikian jika menjumpai Arca ini maka hal tersebut menunjukkan tanda
bahwa seseorang tersebut masuk ke dalam wilayah Kotaraja. Arca Dwarapala yang tingginya
3,7 m terbuat dari batu monolitik.

Candi Sumberawan

Merupakan satu-satunya peninggalan kerajaan Singasari yang berupa stupa yang terletak
sekitar 6 km dari candi Singasari. Candi ini juga menjadi tempat yang digunakan oleh umat
Buddha pada masa lampau.

Candi ini memiliki pemandangan yang sangat indah karena letaknya yang berada di dekat
telaga. Terlebih air yang terdapat pada telaga tersebut juga sangat bening. Oleh karena itu,
candi ini dikenal dengan nama Candi Sumberawan.
Candi Jago

Candi Jago memiliki arsitektur berupa susunan seperti teras punden berundak. Berdasarkan
arsitektur tersebut, bagian atas dari candi hanya menyisakan setengah bagian saja. Hal
tersebut dikarenakan menurut sejarah candi ini pernah disambar oleh petir.

Bagian lain dari candi ini juga disertai dengan adanya relief Kunjarakarna dan relief
Pancatantra. Adapun jenis batu yang digunakan untuk membangun seluruh bangunan dari
candi ini adalah batu andesit. Menurut cerita, candi ini merupakan tempat yang digunakan
untuk beribadah oleh Raja Kertanegara.

Selain itu, tujuan dibangunnya candi ini juga dibangun atas perintah dari Raja Kertanegara
sebagai bentuk penghormatan untuk wafatnya ayahanda, Raja Wisnueardhana.

Candi Jawi

Candi yang dibangun sekitar abad ke-13 ini memiliki nama asli Jajawa. Candi ini terletak
cukup jauh dari pusat kerajaan Singasari yaitu pertengahan jalan raya Pandaan-Prigen dan
Pringebukan, tepatnya di Desa Candi Wates. Banyak yang mengira candi ini sebagai tempat
ibadah umat Buddha.

Namun sesungguhnya candi Jawi merupakan tempat penyimpanan dari abu Raja Kertanegara
atau disebut juga dengan pedharmaan. Akan tetapi, sebagian lain dari abu tersebut juga
disimpan di candi Singasari sehingga Candi Jago, Candi Jawi, dan juga Candi Singasari dapat
dikatakan memiliki hubungan yang sangat erat.
Candi Kidal

Candi terakhir yang merupakan peninggalan kerajaan Singasari adalah candi Kidal yang
merupakan bentuk penghormatan dari Anusapati sebagai raja kedua. Raja Anusapati sendiri
telah berkuasa sekitar 20 tahun yaitu mulai dari tahun 1227 hingga tahun 1248.

Jatuhnya kekuasaan Raja Anusapati disebabkan oleh kematiannya yang terbunuh oleh Panji
Tohjaya. Kejadian tersebut juga diyakini sebagai kutukan dari Mpu Gandring dan juga
merupakan suatu bentuk dari perebutan kekuasaan.

Prasasti Singasari

Letak ditemukannya prasasti ini adalah di kabupaten Malang yaitu daerah Singasari. Tulisan
dalam prasasti ini menggunakan aksara jawa dan ditulis pada tahun 1351 Masehi. Isi tulisan
dari prasasti Singasari adalah mengenai penghormatan dari pembangunan candi pemakaman
oleh Mahapatih Gajah Mada.

Pada tulisan tersebut, bagian pertama berisi tanggal yang ditulis secara detail serta
penggambaran letak benda-benda angkasa. Kemudian tulisan dilanjutkan dengan tujuan
penulisan prasasti tersebut yaitu untuk mengabarkan tentang pembangun candi pemakaman.
Prasasti Manjusri

Prasasti ini ditulis pada bagian belakang Arca Manjusri sebagai bentuk dari sebuah
manuskrip. Tahun yang tertulis pada prasasti ini adalah tahun 1343. Prasasti Manjusri yang
saat ini berada di Museum Nasional Jakarta dulunya diletakkan di Candi Jago. Hal tersebut
dikarenakan tempat asal dari prasasti Manjusri ini memang berada di Candi Jago.

Prasasti Wurare

Prasasti Wurare merupakan peninggalan sejarah kerajaan Singasari yang berisi tulisan
tentang sebuah peringatan. Peringatan tersebut berupa penobatan Arca Mahaksobhya yang
berada di suatu tempat bernama Wurare.

Bahasa yang digunakan dalam prasasti ini adalah bahasa sansekerta dengan keterangan waktu
yaitu pada tanggal 21 November 1289 Masehi. Tujuan dibuatnya prasasti ini adalah sebagai
bentuk penghormatan dari Raja Kertanegara yang telah mencapai derajat Jina.
Prasasti Mula Malurang

Merupakan prasasti yang berupa piagam penganugerahan dan juga sebagai pengesahan dari
desa Mula serta desa Malurung. Anugerah tersebut diberikan kepada seseorang bernama
Pranaraja. Prasasti Mula Malurang ini memiliki bentuk seperti lempengan-lempengan
tembaga.

Penerbitan dari prasasti ini diperintahkan kepada Raja Kertanegara oleh ayah handanya pada
tahun 1255. Adapun ditemukannya lempengan prasasti ini adalah pada waktu yang berbeda
antara keduanya. Satu lempengannya ditemukan di sekitar kota Kediri pada tahun 1975.
KERAJAAN SINGA
SARI
KELOMPOK 5
DISUSUN OLEH:

1.AMANDA AULIA P

2.ANISA RAHMADANI

3.FEBY INDRANU M

4.YESHIFA SUGESTI

5.NOVA REZA AKBAR

Anda mungkin juga menyukai