Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KERAJAAN SINGASARI

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Marcell Albertino ( ketua kelompok)
2. Michael Zega
3. Sean Lingga
4. Stevany
5. Venny
6. Marisha Sirait
7. Kelvin
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah “Kerajaan Singasari”.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dar bantuan
banyak pihak. Untuk itu sudahsepantasnya kami ucapkan rasa terima
kasih yang sebesar besarnya buat mereka yang telah berjasa membantu
kami, terutama kepada Bapak Yosep R. Tampubolon, S.Pd yang telah
menuntun kami dalam mengerjakan makalah ini.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membutuhkan.
DAFTAR ISI

 KATA PENGANTAR

 DAFTAR ISI
 BAB I PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

 B. Rumusan Masalah

 BAB II PEMBAHASAN
A. SEJARAH KERAJAAN SINGASARI
B. RAJA-RAJA KERAJAAN SINGASARI
C. MASA KEJAYAAN KERAJAAN
SINGASARI
D. KONDISI SOSIAL EKONOMI, BUDAYA
DAN POLITIK KERAJAAN SINGASARI
 BAB III PENUTUP

 A. Kesimpulan

 B. Saran

 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
A. Latar Belakang

Singasari merupakan kerajaan yang memiliki usia paling singkat jika dibandingkan
dengan Kerajaan Hindu-Budha lainnya. Kerjaaan ini berdiri pada tahun 1222 sejak Ken Arok
menyerang Kediri, dan berakhir pada tahun 1292. Ia berhasil mengalahkan Raja Kertajaya
dengan bantuan para brahmana. Para brahmana memberontak terhadap karena Kertajaya tidak
menghormati mereka selaku pendeta yang memiliki kasta tertinggi dalam sistem masyarakat
Hindu kuno.

Kerajaan Singasari diperkirakan sekarang berada di daerah Malang, Jawa Timur


sekarang. Ken Arok pun sebelumnya membunuh majikannya sendiri, yaitu akuwu Tumapel yang
bernama Tunggul Ametung dan merebut istrinya. Pemerintahan Singasari tidak pernah stabil
karena sering terjadi pertumpahan darah antara keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung.

Puncak kejayaan Singasari terjadi pada masa pemerintahan Raja Kertanegara.


Kertanegara dalam kehidupan politiknya berupaya melakukan ekspansi atau perluasan wilayah
ke wilayah kekuasan Sriwijaya mealui Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275. Dalam politik luar
negeri didapati ia tidak mau tunduk kepada pemerintahan Cina di bawah pemerintahan Kubilai
Khan. Ia bahkan pernah mempermalukan utusan Kaisar Cina bernama Mengki yang mendatangi
istananya.

Kesenian khususnya seni patung berkembang maju pada masa Singasari. Banyak arca
atau patung berukuran raksasa. Selain patung drawapala yang berukuran 40 ton, ada juga patung
perwujudan Kertanegara yagn lebih dikenal dengan sebutan Joko Dolok. Singasari tidak banyak
meniggalkan candi. Namun, ada sejumlah candi sebagai pertanda peradaban Singasari, seperti
Candi Kidal, Candi Jago, Candi Jawi, Candi Singosari.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Singasari/Tumapel?


2. Siapa sajakah raja-raja yang sempat menduduki tahta Kerajaan Singasari?
3. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Singasari?
4. Bagaimana kondisi sosial masyarakat, ekonomi, budaya dan politik Kerajaan Singasari?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH KERAJAAN SINGASARI
Sebelumnya Kerajaan Singasari dikenal dengan Kerajaan Tumapel.
Tumapel bisa dianggap negara bagian/bawahan Kerajaan Kadiri dibawah
pemerintahan Akuwu (Bupati) Tunggul Ametung. Berkat jasa dan bantuan pendeta
Lohgawe, Ken Arok menghambakan dirinya kepada sang Akuwu Tumapel
Tunggul Ametung, Ken Arok pun menjadi pengawal kepercayaannya.  Namun,
Ken Arok pun tertarik kepada Ken Dedes istri Tunggul Ametung, ia pun berniat
menyingkirkan Ametung. Akhirnya, Ken Arok membunuhnya dengan keris yang
dibuat oleh Empu Gandring. Setelah berhasil membunuhnya, ia merebut dan
menikahi Ken Dedes serta mengangkatnya sebagai permaisurinya.
Pada waktu itu Ken Dedes sedang mengandung anak Tunggul Ametung
yang berumur tiga bulan. Selanjutnya Ken Arok ingin membebaskan Tumapel dari
jerat Kerajaan Kadiri yang dipimpin oleh Kertajaya. Pada masa itu Tumapel
merupakan sebuah daerah keakuwuan (kadipaten) yang masuk wilayah kekuasaan
Kerajaan Kadiri. Pada saat itu Kadiri dipimpin oleh Kertajaya atau Dandang
Gendis. Ken Arok (Angrok) menunggu momentum yang tempat untuk
memberontak dan melepaskan diri dari cengkraman Kertajaya. Keinginannya pun
terwujud, ketika kaum Brahmana Kadiri meminta perlindungan kepada Ken Arok
dari tindakan-tindakan Kertajaya yang melanggar adat. Para pendeta tidak mau
tunduk terhadapnya dan hijrah ke Tumapel dengan menghambakan diri kepada
Ken Arok. Momentum ini, ia gunakan untuk menggulingkan Kertajaya dari
tampuk kekuasaan
Dengan restu pendeta, ia melancarkan serangan pada tahun 1222 M/1144
(Tahun Saka) kepada raja Kertajaya. Akhirnya Kertajaya gugur di medan perang
yang terjadi di desa Ganter. Kerajaan Kadiri pun runtuh digantikan oleh Kerajaan
Singasari yang dipelopori oleh Ken Arok. Dan seluruh wilayah bekas kekuasan
Dandang Gendis ia persatukan dalam otoritas kekuasaannya. Kerajaan Singasari
(1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang bercorak Hindu-
Budha. Pada perkembangannya, daerah kekuasaan Singasari nantinnya meliputi
Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Jambi, Pahang, Tumasik, Bangka, Tanjung
Pura, Bantayan dan Seram. Ken Arok sebagai raja yang bergelar Sang
Amurwabuni, Ken Arok memiliki sifat bhairawa anoraga, dalam artian perkasa
secara fisik dan lemah lembut secara spiritual, serta selalu membumi (bhumi
sparsa mudra). Dengan pengertian lain, kepemimpinan Ken Arok tetap
berorientasi pada kerakyatan yang setia pada janji, berwatak tabah, kokoh, toleran
dan senantiasa bersifat sosial.
Salah satu aktualisasi sifat kesetiaan dan balas budi Ken Arok, dinyatakan
pada pengangkatan Dang Hyang Lohgawe sebagai pendeta istana yang telah
berjasa terhadapnya. Serta memberikan hak-hak prerogatif kepada Bango
Samparan, anak-anak pandai besi di Lulumbang dan anak Mpu Gandring. Ken
Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222-1227) dan ia didharmakan di
Kagenengan dalam bangunan suci agama Siwa dan Budha. Berdasarkan dalam
kitab Pararaton, Ken Arok tewas pada hari Kamis Pon, Minggu Landhep, tahun
Saka 1170/1247 (Pararaton) atau 1227 (Negarakretagama) di tangan seorang
berpangkat pengalasan dari Desa Batil suruhan Anusapati (putra Tunggul Ametung
dan Ken Dedes). Sesudah Ken Arok meninggal Anusapati menjadi raja Singasari
bergelar Bhantara Anusapati.
B. RAJA-RAJA KERAJAAN SINGASARI
1. Ken Arok
Ken Arok (Angkrok) ini merupakan pendiri Kerajaan Singasari dan Raja
pertama. Ia telah berhasil menggulingkan Kertajaya raja terakhir dari Kerajaan
Kadiri. Ia mengambil alih kekuasaan dan menyatukan wilayah Kadiri sisa dari
kekuasaan Kertajaya. Asal usul Ken Arok menurut Pararaton menyebutkan ia anak
dewa Brahma yang dilahirkan oleh seorang wanita petani dari desa Pangkur, di
daerah sebelah timur Gunung Kawi. Dalam kitab Nagarakretagama Ken Arok
selaku raja bergelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Sedangkan dalam kitab
Pararaton, Ken Arok menyandang gelar Sri Rajasa Bhattara Sang
Amurwabhuni.Ken Arok dapat menjadi raja setelah melakukan beberapa tindakan
tercela,seperti membunuh Mpu Gandring, tunggul Ametung, dan melepaskan diri
dari kejarajaan Kediri. Ken Arok hanya memrintah selama 5 tahun ia mati dibunuh
oleh Anusapati anak dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes.Ken Arok dibunuh
menggunakan keris yang telah digunakannya untuk membunuh tunggul ametung
2. Anusapati
Dari pararaton dapat diketahui bahwa Anusapati bukanlah keturunan dari
Ken Arok dengan Ken Dedes melainkan keturunan dari Tunggul Ametung dengan
Ken Dedes. Pada waktu Ken Dedes diambil oleh Ken arok, Ken Dedes dalam
kondisi hamil, berumur 3 bulan. Selang beberapa bulan, lahirlah bayi tersebut yang
diberi nama Anusapati. Setelah ia dewasa, ia mendengar bahwa ia bukanlah anak
dari Ken Arok dan ia mendengar tentang kematian ayah kandungnya. Dan
akhirnya Anusapati menuntut balas atas kematian ayahnya dengan membunuh Ken
Arok. Setelah Ken Arok berhasil dibunuhnya, Anusapati menggantikannya sebagai
raja dari Kerajaan Singasari.selama Anusapati memerintah hamper tidak ada
perubahan yang ia lakukan. Lambat laun berita pembunuhan Anusapati atas Ken
Arok terdengar oleh Panji Tohjaya keturunan dari Ken Arok dan Ken Umang.
Panji Tohjaya menuntut balas atas kematian ayahnya, oleh sebab itu ia melakukan
balas dendam terhadap Anusapati dengan membunuhnya saat mereka melakukan
sabung ayam. Kemudian, kekuasaan jatuh ke tangan Panji Tohjaya. Anusapati
didharmakan di Kidal, sebuah daerah bertempat di sebelah barat kota Malang.
3. Tohjaya
Dalam kitab Pararaton tertulis bahwa sepeninggal Anusapati, yang
menggantikan menjadi raja Tumapel/Singasari adalah Panji Tohjaya. Setelah
mengalahkan Anusapati, Tohjaya menjadi raja kerajaan Singasari. Namun, raja
ketiga ini hanya memerintah dalam waktu yang singkat, tidak sampai satu
tahun. Tohjaya harus meninggal akibat balas dendam yang dilakukan oleh
Rangga Wuni, putra Anusapati.\
4. Wisnuwardhana
Pararaton menyebutkan bahwa sepeninggal Panji Tohjaya, Ranggawuni
dinobatkan menjadi raja dengan gelar Wirnuwarddhana. Mahisa Campaka menjadi
Ratu Angabhaya dengan gelar Batara Narasinga. Nagarakertagama juga mencatat
tentang naik tahtanya dua pangeran tersebut, gelar mereka adalah Batara
Wisnuwarddhana dan Batara Narasinghamurtti. Pemerintahan dipegang oleh dua
orang laksana Madhawa (Wisnu) dan Indra, atau bagaikan dua ekor ular dalam
satu lubang.Masa pemerintahan Wisnuwarddhana memang menarik perhatian.
Dari zaman Rajasa hingga Tohjaya, Kerajaan Tumapel dipegang oleh satu raja.
Namun, ketika Wisnuwarddhana memerintah, ia memerintah bersama-sama
dengan Narasinghamurtti.di tengah pemerintahannya Wisnuwarfhana mengangkat
putranya Kartanegara sebagai yuvaraja atau raja mudah. Pengangkatan itu
bertujuan untuk menyiapkan kartanegara menjadi raja yang cakap.
Wisnuwardhana adalah satu-satunya raja Raja Singasari yang meninggal secara
wajar(tidak dibunuh)
5. Karta Negara
Kertanagara adalah raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Sepeninggal
Ranggawuni (Wisnuwarddhana), pada tahun 1268 Kertanagara menggantikan
ayahnya dan ia merupakan raja kelima. Sebenarnya, sebelum ayahnya meninggal
ia pernah menjadi yuwaraja yang didampingi oleh ayahnya. Ia bergelar yang
bergelar Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama Dharmottunggadewa. Ibunya
bernama Waning Hyun yang bergelar Jayawardhani. Waning Hyun adalah putri
dari Mahisa Wonga Teleng. Pada masa pemerintahan Kertanagara, Kerajaan
Singasari mengalami masa keemasan. Stabilitas yang dibangun sejak pemerintahan
masa Ranggawuni ayah Kertanagara semakin dimapankannya.Kartanegara dibantu
oleh 3 orang mahamatri, yaitu mahamatri i hino,mahamatri i sirikan, dan
mahamatri i halu.untuk urusan keagamaan ia dibantu oleh seorang pemimpin
agama budha yang dikenal dengan sebutan darmadhyaksaring kasaiwan. Untuk
merealisasikan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti penjabat-penjabat yang
kolot dengan yang baru seperti Patih Raganata diganti oleh Patih Aragani.
Banyak wide dijadikan sebagai Bupati di Sumenep (Madura), dengan gelar Aria
Wiraraja.

C. MASA KEJAYAAN KERAJAAN SINGASARI


 Raja Kertanagara raja terakhir dari kerajaan ini yang memiliki kontribusi
yang besar dalam bidang politik. Ia adalah raja Singasari yang sangat terkenal
dalam bidang politik dan keagamaan. Dalam bidang keagamaan ia sangat dikenal
sebagai seorang penganut agama Siwa dan Budha. Agama Budha yang dianutnya
adalah agama Budha aliran Tantrayana.
Dalam bidang politik ia melakukan perluasaan wilayah kekuasaan dan
pengaruhnya sampai ke luar Jawa dengan mengadakan hubungan persahabatan
terhadap negara-negara lain. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, ia melancarkan
ekspedisi-ekspedisinya ke luar Jawa. Pada tahun 1284 Kerajaan Singasari
menaklukan Bali, rajanya pun ditawan dan dibawa ke Singasari. Demikian pula, ia
mengirimkan ekspedisi ke Melayu pada tahun (1275), seluruh Bakulapura dan
tidak luput pula Sunda dan Madura. Berikut kebijakan politik Kertanagara dalam
memperluas dan mengokohkan kekuasaanya baik dalam maupun luar wilayah
kerajaan (negeri). a.         Kebijakan dalam negri:
1)      Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang
kompak. Ia mengganti para pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih
Raganata diganti oleh Pati Aragani.
2)      Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya untuk
menciptakan kerukunan dan politik yang stabil. Dalam politik perkawinan
Kertanegara mengawinkan putrinya sendiri, Dewi Tapasi, dengan Raja Campa.
b.        Kebijakan luar negeri
1)        Yang luar negeri menggalang persatuan nusantara dengan mengutus
ekspedisi tentara Pamalayu ke kerajaan Malayu Jambi. Dan mengutus pasukan ke
Sunda, Bali, Pahang
2)      Menggalang kerja sama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin
persekutuan dengan kerajaan Campa.

D. KONDISI SOSIAL EKONOMI, BUDAYA DAN POLITIK


KERAJAAN SINGASARI
Dalam kitab Pararaton dan Negarakretagama bahwa kehidupan sosial masyarakat
Singasari cukup baik dikarenakan rakyat terbiasa hidup aman dan tentram sejak awal
pemerintahan Kerajaan Singasari. Namun, kemungkinan perekonomian masyarakat Singasari
ditekankan pada pertanian dan perdagangan karena Singasari merupakan daerah yang subur dan
dilintasi dua sungai yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas
perdagangan. Dalam bidang kebudayaan masyarakat Singasari meninggalkan candi-candi dan
patung-patung yang telah dibangunnya, yakni Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari, Patung
Ken Dedes melambangkan kesempurnaan ilmu dan Patung Kertanagara dalam wujud patung
Joko Dolog.
Dalam bidang perpolitikan, semasa pemerintahan Ranggawuni, ia menyatukan wilayah
Singasari dan Kadiri. Dan Ranggawuni melaksanakan tiga kerja besar guna membangun
kemakmuran dan perdamaian di wilayah kekuasaannya. Ketiga kerja besar tersebut, yakni:
pertama, meresmikan pelabuhan Changgu (Majakerta). Kedua, memindahkan ibu kota kerajaan
dari Kotaraja ke Singasari. Ketiga, menumpas pemberontakan Linggapati di MahibitTidak hanya
Ranggawuni, Kertanagara pun memiliki kontribusi yang besar dalam perpolitikan Kerajaan
Singasari. Dalam bidang politik ia melakukan perluasaan wilayah kekuasaan dan pengaruhnya
sampai ke luar Jawa dengan mengadakan hubungan persahabatan terhadap negara-negara
(kerajaan) lain. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke
luar Jawa. Berikut kebijakan politik Kertanagara:
1. Kebijakan dalam negeri:
1)             Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak.
2)             Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya untuk
menciptakan kerukunan dan politik yang stabil.
2. .        Kebijakan luar negeri:
1)        Yang luar negeri menggalang persatuan Nusantara dengan mengutus ekspedisi
tentara Pamalayu ke kerajaan Malayu Jambi. Dan mengutus pasukan ke Sunda, Bali,
Pahang. 2)        Menggalang kerja sama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin
persekutuan dengan kerajaan Campa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sebelum berdirinya Majapahit, Singasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini
menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang
bernama Meng Chi ke Singasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singasari
yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan
merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan
ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan
dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut
Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya,
Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

B. Saran

Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan berusaha menjaga dan
melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singasari

Komandoko, Gamal. (2009). Gajah Mada: Menangkis Ancaman Pemberontakan Ra Kuti: Kisah

Ketangguhan Seorang Patih Majapahit Dalam Menjaga Keutuhan Takhta Sang Raja. Jakarta:
Narasi.

Anda mungkin juga menyukai