Anda di halaman 1dari 17

KERAJAAN SINGASARI

SEJARAH INDONESIA

DISUSUN OLEH
1. Arifah Putri Ramdhani (04)
2. Khoirunnisa’(14)
3. Nur Rizkiono (23)
4. Nurul Hidayati (25)
5. Reza Luthfi Akbar (29)
6. Wahyu Puspitasari (35)

SMK NEGERI 2 PURWOREJO


2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas semua limpahan
nikmat dan karunia-Nya. Dan tak lupa pula kami haturkan sholawat dan salam kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang mengenalkan kepada
kami jalan kebenaran yakni Islam.
Akhirnya kami mampu menyelesaikan makalah Sejarah Indonesia yang
membahas tentang “Kerajaan Singasari”. Makalah ini kami buat dalam rangka
memperdalam pengetahuan kami tentang Kerajaan Singasari dan sekaligus memenuhi
tugas Sejarah Indonesia yang diampu oleh Ibu Sri Setiyani S.Pd.
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kami sendiri dan
segenap para pembaca yang budiman. Tentunya dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap ada masukan atau kritikan yang membangun
dari segenap pembaca yang budiman, khususnya kepada Ibu Sri Setiyani S.Pd selaku
pengampu pelajaran Sejarah Indonesia.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………....4
C. Tujuan………………………………………………………………………….......4

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Singasari…………………………………………….5
B. Raja-raja Kerajaan Singasari………………………………………………………6
1. Ken Arok/Angkrok (1222-1227)
2. Anusapati (1227-1248)
3. Apanji Tohjaya (1248)
4. Ranggawuni (1248-1254)
5. Kertanagara (1254-1292)
C. Masa Kejayaan Kerajaan Singasari………………………………………………..10
D. Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Politik Kerajaan Singasari……………...…11
E. Masa Mundurnya dan Keruntuhan Singasari………………………………………12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………………...14
B. Saran……………………………………………………….………………………15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..16

3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken
Arok (Sri Rajasa) pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan di daerah
Singasari, Malang. Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di
Nusantara yang bercorak Hindu-Budha. Awal mulanya Kerajaan Singasari berawal dari
daerah Tumapel yang berada di bawah payung kekuasaan Kerajaan Kadiri. Tumapel
merupakan negara bagian dari Kerajaan Kadiri. Wilayah Tumapel pada saat itu dikuasai
oleh seorang Akuwu (bupati) yang bernama Tunggul Ametung.
Berkat jasa dan bantuan pendeta Lohgawe, Ken Arok menghambakan dirinya kepada
sang Akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Namun, nantinya Ken Arok tertarik dengan
istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Maka dibunuhlah Tunggul Ametung.
Kemudian Ken Dedes dipersunting sebagai istrinya. Pada waktu itu, Ken Dedes sedang
mengandung anak dari Tunggul Ametung yang masih berumur tiga bulan.
Ken Arok merebut Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kadiri yang dipimpin
Tunggul Ametung, pada tahun 1222. Pada saat Ken Dedes dikawini oleh Ken Arok ia
memiliki seorang anak bernama Anusapati yang nantinya membunuh Ken Arok sebagai
bentuk balas dendam atas tindak pembuhunan yang pernah ia lakukan terhadap ayahnya
(Tunggul Ametung). Anusapati nantinya menjadi raja kedua dari Kerajaan Singasari pada
tahun (1227-1248). Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh
Raja Kertanagara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama
Dharmottunggadewa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Singasari/Tumapel?
2. Siapa sajakah raja-raja yang sempat menduduki tahta Kerajaan Singasari?
3. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Singasari?
4. Bagaimana kondisi sosial masyarakat, ekonomi, budaya dan politik Kerajaan Singasari?
5. Bagaimana masa kemunduran Kerajaan Singasari?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Singasari/Tumapel.
2. Untuk mengetahui raja-raja yang sempat menduduki tahta Kerajaan Singsari.
3. Untuk mengetahui masa kejayaan Kerajaan Singasari.
4. Untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik Kerajaan Singasari.
5. Untuk mengetahui masa kemunduran Kerajaan Singasari.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Singasari


Sebelumnya Kerajaan Singasari dikenal dengan Kerajaan Tumapel. Tumapel bisa
dianggap negara bagian/bawahan Kerajaan Kadiri dibawah pemerintahan Akuwu
(Bupati) Tunggul Ametung. Berkat jasa dan bantuan pendeta Lohgawe, Ken Arok
menghambakan dirinya kepada sang Akuwu Tumapel Tunggul Ametung, Ken Arok pun
menjadi pengawal kepercayaannya. Namun, Ken Arok pun tertarik kepada Ken Dedes
istri Tunggul Ametung, ia pun berniat menyingkirkan Ametung. Akhirnya, Ken Arok
membunuhnya dengan keris yang dibuat oleh Empu Gandring. Setelah berhasil
membunuhnya, ia merebut dan menikahi Ken Dedes serta mengangkatnya sebagai
permaisurinya. Pada waktu itu Ken Dedes sedang mengandung anak Tunggul Ametung
yang berumur tiga bulan.
Selanjutnya Ken Arok ingin membebaskan Tumapel dari jerat Kerajaan Kadiri yang
dipimpin oleh Kertajaya. Pada masa itu Tumapel merupakan sebuah daerah keakuwuan
(kadipaten) yang masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Kadiri. Pada saat itu Kadiri
dipimpin oleh Kertajaya atau Dandang Gendis. Ken Arok (Angrok) menunggu
momentum yang tempat untuk memberontak dan melepaskan diri dari cengkraman
Kertajaya. Keinginannya pun terwujud, ketika kaum Brahmana Kadiri meminta
perlindungan kepada Ken Arok dari tindakan-tindakan Kertajaya yang melanggar adat.
Para pendeta tidak mau tunduk terhadapnya dan hijrah ke Tumapel dengan
menghambakan diri kepada Ken Arok. Momentum ini, ia gunakan untuk menggulingkan
Kertajaya dari tampuk kekuasaan Dengan restu pendeta, ia melancarkan serangan pada
tahun 1222 M/1144 (Tahun Saka) kepada raja Kertajaya. Akhirnya Kertajaya gugur di
medan perang yang terjadi di desa Ganter.
Kerajaan Kadiri pun runtuh digantikan oleh Kerajaan Singasari yang dipelopori oleh
Ken Arok. Dan seluruh wilayah bekas kekuasan Dandang Gendis ia persatukan dalam
otoritas kekuasaannya. Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar
di Nusantara yang bercorak Hindu-Budha. Pada perkembangannya, daerah kekuasaan
Singasari nantinnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Jambi, Pahang,
Tumasik, Bangka, Tanjung Pura, Bantayan dan Seram.
Dengan kemenangannya dalam perang atas Kertajaya, ia menyatakan dirinya sebagai
raja Singasari dengan gelar Sri Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni. Ken Arok sebagai
pendiri Singasari ditegaskan dalam Prasasti Mula Malurung yang berangka tahun 1255,
tetapi di dalamnya Ken Arok disebut dengan nama Siwa. Raja Ken Arok memiliki
permaisuri Ken Dedes dan selir Ken Umang. Dalam kitab Nagarakretagama, Ken Arok
bergelarkan Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Sedangkan dalam kitab Pararaton, Ken
Arok menyandang gelar Sri Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.

5
Ken Arok sebagai raja yang bergelar Sang Amurwabuni, Ken Arok memiliki
sifat bhairawa anoraga, dalam artian perkasa secara fisik dan lemah lembut secara
spiritual, serta selalu membumi (bhumi sparsa mudra). Dengan pengertian lain,
kepemimpinan Ken Arok tetap berorientasi pada kerakyatan yang setia pada janji,
berwatak tabah, kokoh, toleran dan senantiasa bersifat sosial. Salah satu aktualisasi sifat
kesetiaan dan balas budi Ken Arok, dinyatakan pada pengangkatan Dang Hyang Lohgawe
sebagai pendeta istana yang telah berjasa terhadapnya. Serta memberikan hak-hak
prerogatif kepada Bango Samparan, anak-anak pandai besi di Lulumbang dan anak Mpu
Gandring.
Berdasarkan dalam kitab Pararaton, Ken Arok tewas pada hari Kamis Pon, Minggu
Landhep, tahun Saka 1170/1247 (Pararaton) atau 1227 (Negarakretagama) di tangan
seorang berpangkat pengalasan dari Desa Batil suruhan Anusapati (putra Tunggul
Ametung dan Ken Dedes). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222-1227)
dan ia didharmakan di Kagenengan dalam bangunan suci agama Siwa dan
Budha. Sesudah Ken Arok meninggal melalui keris buatan Mpu Gandring, Anusapati
menjadi raja Singasari bergelar Bhantara Anusapati.

B. Raja-raja Kerajaan Singasari


Kerajaan Singasari merupakan kerajaan yang bercorak Budha dengan usianya yang
tak lebih dari 1 abad (100 tahun). Kerajaan Singasari hanya melahirkan lima orang raja,
yakni:

1. Ken Arok/Angkrok (1222-1227)


Ken Arok (Angkrok) ini merupakan pendiri Kerajaan Singasari dan Raja pertama. Ia
telah berhasil menggulingkan Kertajaya raja terakhir dari Kerajaan Kadiri. Ia mengambil
alih kekuasaan dan menyatukan wilayah Kadiri sisa dari kekuasaan Kertajaya. Asal usul
Ken Arok menurut Pararaton menyebutkan ia anak dewa Brahma yang dilahirkan oleh
seorang wanita petani dari desa Pangkur, di daerah sebelah timur Gunung Kawi. Akan
tetapi, mengingat fungsi kedudukan raja dalam masyarakat Indonesia kuno dan juga
keadaan serta susunan masyarakat dengan sistem-sistem kepercayaannya, tentulah Ken
Arok anak seorang penguasa atau Sang Amawabhumi walaupun ibunya seorang wanita
desa.
Dalam serat pararaton Ken Arok, sebelum menjadi raja berkedudukan sebagai
seorang akuwu di Tumapel pengganti Tunggul Ametung. Hal itu, berkat bantuan pendeta
Lohgawe agar Tunggul Ametung mengizinkannya sebagai seorang pengabdi
terhadapnya. Namun, pada akhirnya Ken Arok tertarik pada istri Tunggul Ametung yaitu
Ken Dedes, sehingga ia membunuhnya dengan menikamkan keris buatan Mpu Gandring.
Dan ia pulalah pada nantinya yang menggulingkan Dandang Gendis (Kertajaya) raja

6
terakhir dari Kerajaan Kadiri. Kemudian, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari.
Dalam kitab Nagarakretagama Ken Arok selaku raja bergelar Ranggah Rajasa Sang
Girinathaputra. Sedangkan dalam kitab Pararaton, Ken Arok menyandang gelar Sri
Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
Ken Arok memiliki sifat bhairawa anoraga, dalam artian perkasa secara fisik dan
lemah lembut secara spiritual, serta selalu membumi (bhumi sparsa mudra). Dengan
pengertian lain, kepemimpinan Ken Arok tetap berorientasi pada kerakyatan yang setia
pada janji, berwatak tabah, kokoh, toleran dan senantiasa bersifat sosial. Berdasarkan
dalam kitab Pararaton, Ken Arok tewas pada hari Kamis Pon, Minggu Landhep, tahun
Saka 1170/1247 (Pararaton) atau 1227 (Negarakretagama) di tangan seorang berpangkat
pengalasan dari Desa Batil suruhan Anusapati (putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes).
Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222-1227) dan ia didharmakan di
Kagenengan dalam bangunan suci agama Siwa dan Budha. Sesudah Ken Arok meninggal
melalui keris buatan Mpu Gandring, Anusapati menjadi raja Singasari bergelar Bhantara
Anusapati.

2. Anusapati (1227-1248)
Dari pararaton dapat diketahui bahwa Anusapati bukanlah keturunan dari Ken Arok
dengan Ken Dedes melainkan keturunan dari Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Pada
waktu Ken Dedes diambil oleh Ken arok, Ken Dedes dalam kondisi hamil, berumur 3
bulan. Selang beberapa bulan, lahirlah bayi tersebut yang diberi nama Anusapati. Setelah
ia dewasa, ia mendengar bahwa ia bukanlah anak dari Ken Arok dan ia mendengar tentang
kematian ayah kandungnya. Dan akhirnya Anusapati menuntut balas atas kematian
ayahnya dengan membunuh Ken Arok.
Setelah Ken Arok berhasil dibunuhnya, Anusapati menggantikannya sebagai raja
dari Kerajaan Singasari. Lambat laun berita pembunuhan Anusapati atas Ken Arok
terdengar oleh Panji Tohjaya keturunan dari Ken Arok dan Ken Umang. Panji Tohjaya
menuntut balas atas kematian ayahnya, oleh sebab itu ia melakukan balas dendam
terhadap Anusapati dengan membunuhnya saat mereka melakukan sabung ayam.
Kemudian, kekuasaan jatuh ke tangan Panji Tohjaya. Anusapati didharmakan di Kidal,
sebuah daerah bertempat di sebelah barat kota Malang.

3. Apanji Tohjaya (1248)


Dalam kitab Pararaton tertulis bahwa sepeninggal Anusapati, yang menggantikan
menjadi raja Tumapel/Singasari adalah Panji Tohjaya. Panji Tohjaya melakukan balas
dendam terhadap Anusapati sebagai pembunuh ayahnya Ken Arok. Panji Tohjaya
merupakan putra dari perkawinan antara Ken Arok dengan Ken Umang. Berdasarkan
garis keturunan menurut Pararaton seharusnya yang menduduki tahta maha raja di
Singasari/Tumapel adalah Mahisa Wonga Teleng, anak sulung dari Ken Arok dan Ken
Dedes.

7
Dalam kitab Pararaton dan Negarakretagama menjelaskan bahwa pemerintahan Panji
Tohjaya hanya beberapa bulan saja menduduki tahta kekuasaan di Singasari.
keambisiusannya yang keras untuk menghilangkan keponakannya (Mapanji Sminingrat
anak Anusapati dan Mahisa Campaka anak Mahisa Wonga Teleng) membuat Panji
Tohjaya membabi buta. Namun, semua rakyat di sekitarnya tidak se-mufakat dengan
rencana Panji. Pada akhirnya oknum-oknum yang mendukung kedua pangeran tersebut
melakukan suatu siasat untuk menggulingkan Panji. Pada akhirnya, nanti Panji Tohjaya
dapat digulingkan.

4. Ranggawuni (1248-1254)
Pararaton menyebutkan bahwa sepeninggal Panji Tohjaya, Ranggawuni dinobatkan
menjadi raja dengan gelar Wirnuwarddhana. Mahisa Campaka menjadi Ratu Angabhaya
dengan gelar Batara Narasinga. Nagarakertagama juga mencatat tentang naik tahtanya
dua pangeran tersebut, gelar mereka adalah Batara Wisnuwarddhana dan Batara
Narasinghamurtti. Pemerintahan dipegang oleh dua orang laksana Madhawa (Wisnu) dan
Indra, atau bagaikan dua ekor ular dalam satu lubang.
Masa pemerintahan Wisnuwarddhana memang menarik perhatian. Dari zaman
Rajasa hingga Tohjaya, Kerajaan Tumapel dipegang oleh satu raja. Namun, ketika
Wisnuwarddhana memerintah, ia memerintah bersama-sama dengan Narasinghamurtti.
Hal ini jelas dipahami apabila mengikuti alur seperti yang telah disebut sebelumnya.
Wisnuwarddhana (Ranggawuni) tidak ingin memisah lagi kekuasaan Kadiri dan Tumapel
seperti yang pernah dilakukan oleh kakeknya, yaitu Sri Rajasa (Ken Arok). Oleh karena
itu anak tertua pamanya (Batara Parameswara), yaitu Nararya Waningyun yang kelak
sebagai putri mahkota Kerajaan Kadiri, ia ambil sebagai istri dan dijadikan permaisuri.
Sementara pewaris tahkta Kerajaan Kadiri kedua, yaitu Mahisa Campaka, adik Nararya
Waningyun ia jadikan Ratu Angbhaya di Tumapel bersama-sama memerintah dengannya.
Dengan demikian bersatu kembalilah Kadiri dan Tumapel.

5. Kertanagara (1254-1292)
Kertanagara adalah raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Sepeninggal Ranggawuni
(Wisnuwarddhana), pada tahun 1268 Kertanagara menggantikan ayahnya dan ia
merupakan raja kelima. Sebenarnya, sebelum ayahnya meninggal ia pernah
menjadi yuwaraja yang didampingi oleh ayahnya. Ia bergelar yang bergelar
Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama Dharmottunggadewa. Ibunya bernama Waning
Hyun yang bergelar Jayawardhani. Waning Hyun adalah putri dari Mahisa Wonga
Teleng.
Pada masa pemerintahan Kertanagara, Kerajaan Singasari mengalami masa
keemasan. Stabilitas yang dibangun sejak pemerintahan masa Ranggawuni ayah
Kertanagara semakin dimapankannya. Dialah yang mempunyai gagasannya untuk
menyatukan semua kerajaan yang ada di wilayah Nusantara.

8
Ia adalah raja Singasari yang sangat terkenal dalam bidang politik dan keagamaan.
Dalam bidang keagamaan ia sangat dikenal sebagai seorang penganut agama Siwa dan
Budha. Agama Budha yang dianutnya adalah agama Budha aliran Tantrayana. Dalam
bidang perpolitikan ia melakukan perluasaan wilayah kekuasaan dan pengaruhnya sampai
ke luar jawa dengan mengadakan relasi persahabatan terhadap negara-negara lain. Untuk
merealisasikan cita-citanya ini, ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar Jawa. Pada
tahun 1284 Kerajaan Singasari menaklukan Bali, rajanya pun ditawan dan dibawa ke
Singasari. Demikian pula, ia mengirimkan ekspedisi ke Melayu pada tahun (1275),
seluruh Bakulapura dan tidak luput pula Sunda dan Madura.
Ekspedisi ke luar Jawa, khususnya ke Melayu dilakukan rangka menghadapi
ekspansi Mongol yang dilancarkan oleh Kubilai Khan ke Asia Tenggara. Kertanagara
mengfokuskan perhatiannya terhadap Ekspansi Mongol ke Asia Tenggara semakin masif.
Namun, apa yang dikhawatirkan oleh Kertanagara ternyata datang dari arah lain. Ia terlalu
mengkonsentrasikan perhatiannya pada serangan Mongol saja. Ia selalu melakukan
upacara Tantra guna mengimbangi kekuatan Mongol. Dalam kondisi seperti ini
Jayakatwang menusuk dari belakang.
Paparan di atas menegaskan bahwa sosok Kertanagara merupakan sosok yang
ekspansionis sekaligus raja yang nasionalis. Ia tidak mau berada di bawah kekuasaan
Mongol. Untuk merealisasikan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti penjabat-
penjabat yang kolot dengan yang baru seperti Patih Raganata diganti oleh Patih Aragani.
Banyak wide dijadikan sebagai Bupati di Sumenep (Madura), dengan gelar Aria
Wiraraja.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Kertanagara dalam mewujudkan gagasan
penyatuan nusantara adalah sebagai mana berikut:
1. Melaksanakan ekspedisi ke Malayu (1275-1286) untuk menguasai Kerajaan Melayu serta
melemahkan posisi Sriwijaya di Selat Malaka.
2. Politik perkawinan dan persahabatan. Dalam politik perkawinannya, Kertanagara
mengawinkan putrinya sendiri, Dewi Tapasi, dengan Raja Campa. Sebab, raja Campa
merupakan benteng pertama untuk membendung pengaruh Khubilai Khan. Sedangkan,
usaha politik persahabatan diawali dengan pengiriman sebuah Arca Amoghaapaca oleh
raja Kertanagara ke Raja Melayu untuk memperkokoh persahabatan dalam menghadapi
kemungkinan serangan tentara Khubilai Khan.
3. Menguasai Bali pada tahun 1284 M.
4. Menguasai Jawa Barat tahun 1289 M.
5. Menguasai daerah Pahang (Malaya) dan Tanjung Pura (Kalimantan). Tujuan mengusai
daerah tesebut adalah:
a. Menguasai lalu lintas perdagangan dan pelayaran di Laut Cina Selatan.
b. Sebagai daerah pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan Cina-Mongol, serta
c. Mengepung wilayah kekuasaan Sriwijaya.
Menurut kitab Pararaton dan Nagarakretagama menyatakan bahwa Jayakatwang
melakukan serangan pada tahun 1292 menyerang Singasari dari dua arah, yaitu dari arah
utara dan selatan. Setibanya pasukan Jayakatwang di istana Singasari, mereka mendapati

9
raja Kertanagara dengan patihnya sedang pesta mabuk-mabukkan. Pada saat itulah,
pasukan Jayakatwang dengan mudah membunuh raja Kertanagara.

C. Masa Kejayaan Kerajaan Singasari


Sudah disindir di atas bahwa Ken Arok memiliki dua istri, yaitu: Ken Dedes dan Ken
Umang. Dari istri yang lain yaitu Ken Umang, ia dianugerahi empat orang anak, masing-
masing bernama: Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola dan Dewi Rambi. Namun
Ken Arok berhasil dibunuh oleh suruhan Anusapati. Anusapati memerintah Kerajaan
Singasari selama kurang lebih dua puluh tahun (1227-1248).
Lambat laun pembunuh Ken Arok diketahui oleh Panji Tohjaya, yaitu Anusapati. Ia
pun akhirnya membalas perbuatan Anusapati sebagai pembunuh ayahnya. Pada tahun
1248, Anusapati dibunuh olehnya saat keduanya melakukan sabung ayam. Anusapati pun
di dharmakan di Kidal.
Belum genap satu tahun memerintah di Singasari, kekuasaan Apanji Tohjaya
dikudeta oleh Ranggawuni (putra Anusapati) dan Mahisa Campaka (putra Mahisa Wong
Ateleng). Akibat kudeta itu, Apanji Tohjaya yang terkena tombak melarikan diri sampai
ke desa Lulumbang dan meninggal di sana pada tahun 1250.
Terusirnya Apanji Tohjaya, maka Ranggawuni naik takhta sebagai raja Singasari
yang bergelar Sri Jayawisnuwarddhana Sang Mapanji Seminingrat Sri Sakala Kalana
Kulama Dhurmadana Kamaleksana. Sementara Mahisa Campaka yang turut berjuang
bersama Ranggawuni menjadi Ratu Angabhaya bergelar Narasinghamurtti.
Semasa pemerintahan Ranggawuni, Singasari mulai menunjukkan masa kejayaan.
Selain menyatukan wilayah Singasari dan Kadiri, Ranggawuni melaksanakan tiga kerja
besar guna membangun kemakmuran dan perdamaian di wilayah kekuasaannya. Ketiga
kerja besar tersebut, yakni: pertama, meresmikan pelabuhan Changgu (majakerta).
Kedua, memindahkan ibu kota kerajaan dari kotaraja ke Singasari. Ketiga, menumpas
pemberontakan Linggapati di Mahibit.
Selain raja Ranggawuni, Raja Kertanagara raja terakhir dari kerajaan ini yang
memiliki kontribusi yang besar dalam bidang politik. Ia adalah raja Singasari yang sangat
terkenal dalam bidang politik dan keagamaan. Dalam bidang keagamaan ia sangat dikenal
sebagai seorang penganut agama Siwa dan Budha. Agama Budha yang dianutnya adalah
agama Budha aliran Tantrayana.
Dalam bidang politik ia melakukan perluasaan wilayah kekuasaan dan pengaruhnya
sampai ke luar Jawa dengan mengadakan hubungan persahabatan terhadap negara-negara
lain. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar
Jawa. Pada tahun 1284 Kerajaan Singasari menaklukan Bali, rajanya pun ditawan dan

10
dibawa ke Singasari. Demikian pula, ia mengirimkan ekspedisi ke Melayu pada tahun
(1275), seluruh Bakulapura dan tidak luput pula Sunda dan Madura. Berikut kebijakan
politik Kertanagara dalam memperluas dan mengokohkan kekuasaanya baik dalam
maupun luar wilayah kerajaan (negeri).
a. Kebijakan dalam negeri:
1) Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak. Ia
mengganti para pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata diganti oleh
Pati Aragani.
2) Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya untuk
menciptakan kerukunan dan politik yang stabil. Dalam politik perkawinan Kertanegara
mengawinkan putrinya sendiri, Dewi Tapasi, dengan Raja Campa.
b. Kebijakan luar negeri:
1) Yang luar negeri menggalang persatuan nusantara dengan mengutus ekspedisi tentara
Pamalayu ke kerajaan Malayu Jambi. Dan mengutus pasukan ke Sunda, Bali, Pahang.
2) Menggalang kerja sama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan
kerajaan Campa.
Ekspedisi ke luar Jawa, khususnya ke Melayu dilakukan rangka menghadapi
ekspansi Mongol yang dilancarkan oleh Kubhilai Khan ke Asia Tenggara. Sebagaimana
maklumnya kerajaan Melayu menguasai jalannya perdagangan di selat Malaka dan
Melayu saat itu telah dipengaruhi Mongol.
Ekspansi Mongol ke Asia Tenggara semakin masif. Pada tahun 1280, 1281, 1286 dan
yang terakhir 1289 Kubhilai Khan mengutus utusannya ke Singasari agar Kertanagara
tunduk terhadapnya. Namun, Kertanagara melukai utusan dari Kubhilai Khan dan
menyuruhnya kembali ke negerinya. Utusan terakhir yang dipimpin oleh Meng Ch’i
ditolak oleh Kertanagara sehingga Kubhilai Khan sangat marah. Dan mengutus armada
Mongol untuk menghukum Raja Singasari Kertanagara. Armada tersebut sampai di Jawa
1923, tetapi Kertanagara sudah wafat pada tahun1292 dibunuh oleh Jayakatwang. Sejak
saat itu, Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan.

D. Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Politik Kerajaan


Singasari
Dalam kitab Pararaton dan Negarakretagama bahwa kehidupan sosial masyarakat
Singasari cukup baik dikarenakan rakyat terbiasa hidup aman dan tentram sejak awal
pemerintahan Kerajaan Singasari. Bahkan dari raja sampai rakyatnya terbiasa dengan
kehidupan religius. Telah terbukti dengan berkembangnya ajaran baru yaitu Tantrayana
(Syiwa Budha) dengan kitabnya yang bernama Tantra.
Dalam bidang ekonomi tidak ditemukan sumber secara jelas. Namun, kemungkinan
perekonomian masyarakat Singasari ditekankan pada pertanian dan perdagangan karena
Singasari merupakan daerah yang subur dan dilintasi dua sungai yaitu Sungai Brantas dan
Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas perdagangan.

11
Dalam bidang kebudayaan masyarakat Singasari meninggalkan candi-candi dan
patung-patung yang telah dibangunnya, yakni Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari,
Patung Ken Dedes melambangkan kesempurnaan ilmu dan Patung Kertanagara dalam
wujud patung Joko Dolog.
Dalam bidang perpolitikan, semasa pemerintahan Ranggawuni, ia menyatukan
wilayah Singasari dan Kadiri. Dan Ranggawuni melaksanakan tiga kerja besar guna
membangun kemakmuran dan perdamaian di wilayah kekuasaannya. Ketiga kerja besar
tersebut, yakni: pertama, meresmikan pelabuhan Changgu (Majakerta). Kedua,
memindahkan ibu kota kerajaan dari Kotaraja ke Singasari. Ketiga, menumpas
pemberontakan Linggapati di Mahibit.
Tidak hanya Ranggawuni, Kertanagara pun memiliki kontribusi yang besar dalam
perpolitikan Kerajaan Singasari. Dalam bidang politik ia melakukan perluasaan wilayah
kekuasaan dan pengaruhnya sampai ke luar Jawa dengan mengadakan hubungan
persahabatan terhadap negara-negara (kerajaan) lain. Untuk merealisasikan cita-citanya
ini, ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar Jawa. Berikut kebijakan politik
Kertanagara:
a. Kebijakan dalam negeri:
1) Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak.
2) Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya untuk
menciptakan kerukunan dan politik yang stabil.
b. Kebijakan luar negeri:
1) Yang luar negeri menggalang persatuan Nusantara dengan mengutus ekspedisi tentara
Pamalayu ke kerajaan Malayu Jambi. Dan mengutus pasukan ke Sunda, Bali, Pahang.
2) Menggalang kerja sama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan
kerajaan Campa.

E. Masa Mundurnya dan Keruntuhan Singasari


Kertanagara dan kerajaan Melayu menjalin hubungan yang sangat dekat. Sebenarnya
ekspedisi ke luar Jawa khususnya ke Melayu adalah bagian dari politik raja Kertanagara
untuk menghadapi ekspansi Mongol yang sedang dilancarkan oleh Kubhilai Khan ke Asia
Tenggara. Seperti yang kita ketahui kerajaan Melayu pada masa itu telah menguasai jalan
perdagangan di selat Malaka. Namun, pada waktu itu juga kerajaan Melayu telah
dipengaruhi oleh kerajaan Mongol. Oleh karena itu, ekspedisi Singasari ke Melayu
merupakan perjanjian persahabatan guna membentuk benteng pertahanan dalam
menghadapi ekspansi Mongol.
Pengaruh Mongol tidak bisa dibendung lagi ke wilayah Asia Tenggara. Oleh karena
itu, pada tahun 1281 menyerbu Campa, dan pada tahun 1287 Pagan jatuh ke tangan
Mongol. Bahkan Kubhilai Khan mengutus perutusannya ke Singasari 1280, 1281, dan
1289 untuk meminta pengakuan tunduk dari raja Kertanagara. Namun, Kertanagara
menolak utusan Kubhilai Khan yang dipimpin oleh Meng Ch’i dengan melukainya.

12
Setelah mengetahui apa yang diperbuat Kertanagara terhadap utusannya, Kubhilai Khan
sangat marah terhadap Kertanagara, sehingga ia mengutus pasukan Mongol pada 1293
guna menghukum Kertanagara. Namun, setibanya di Jawa Raja Kertanagara telah mati
pada tahun 1292 di tangan Jayakatwang.
Pada tahun 1292 dalam Kerajaan Singasari terjadi perubahan politik. Raja
jayakatwang melakukan pemberontakan terhadap Kertanagara. Ia adala raja Kadiri yang
merupakan wilayah bagian dari Kerajaan Singasari. Ditegaskan dalam kidung Harsa-
Wijaya disebutkan bahwa raja Jayakatwang sebagai abdi yang taat kepada atasannya
(Kertanagara). Akan tetapi ia dihasut oleh patihnya. Patihnya mengatakan bahwa dahulu
buyutnya Kertajaya dibunuh oleh buyut raja Kertanagara (Ken Arok). Oleh sang patih
ditunjukkan dharma seorang kesatria yang harus menghapuskan aib yang diderita oleh
moyangnya. Itulah yang membuat Jayakatwang memberontak terhadap Kertanagara.
Dalam makalah sejarah Sumenep, dijelaskan bahwa Jayakatwang membunuh
Kertanagara dikarenakan Aria Wiraraja menghasut dan mempengaruhi Jayakatwang agar
membuat perhitungan terhadap Kertanagara. Aria Wiraraja melakukan hal tersebut
dikarenakan ia tidak puas dengan kebijakan Kertanagara yang memindahkan Wiraraja ke
Sumenep sebagai adipadi. Dan Aria Wiraraja pernah mempunyai pendapat yang berbeda
dengan Kertanagara sehingga menyebabkan dirinya tidak disukai olehnya.
Aria Wiraraja mengetahui bahwa Jayakatwang menaruh dendam kepada
Kertanagara, sebab Kertajaya (Dandang Gendis) nenek moyangnya dikalahkan oleh Ken
Arok yang notabenenya nenek moyang Kertanagara. Hal ini merupakan momentum tepat
bagi Aria Wiraraja mempengaruhinya, ia pun mengirimkan surat provokasi lewat
perantara anaknya Wiranjaya kepada Jayakatwang. Dengan surat itu, Jayakatwang
menghimpun kekuatan untuk menyerang Kertanagara (Singasari). Jayakatwang
mengirimkan bala tentaranya ke Singasari saat pasukan Kertanagara melakukan ekspansi
ke luar Jawa. Akhirnya Kertanagara dan Kerajaan Singasari dapat dikalahkan olehnya.
Seperti yang disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakretagama bahwa
Jayakatwang melakukan serangan pada tahun 1292 menyerang Singasari dari dua arah,
yaitu dari arah utara dan selatan. Setibanya pasukan Jayakatwang di Istana Singasari,
mereka mendapati raja Kertanagara dengan patihnya sedang pesta mabuk-mabukkan.
Pada saat itulah, pasukan Jayakatwang dengan mudah membunuh raja Kertanagara. Sejak
saat itulah kekuasaan Kertanagara jatuh ke tangan Jayakatwang, dan menjadi tanda
berakhirnya Kerajaan Singasari.

13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kerajaan Singasari disebut pula dengan Kerajaan Tumapel yang merupakan
negara bagian/bawahan Kerajaan Kadiri Tunggul Ametung. Tunggul Ametung memiliki
pengawal kepercayaan bernama Ken Arok. Ken Arok pun tertarik kepada Ken Dedes istri
Tunggul Ametung, ia membunuhnya dengan keris yang dibuat Mpu Gandring. Ia merebut
dan menikahi Ken Dedes. Ken Arok melakukan pemberontakan pada Kerajaan Kadiri
yang dipimpin oleh Kertajaya (Dangdang Gendis). Ia melancarkan serangan pada tahun
1222 M/1144 (Tahun Saka) kepada raja Kertajaya. Akhirnya Kertajaya gugur di medan
perang yang terjadi di desa Ganter. Kerajaan Kadiri pun runtuh digantikan oleh Kerajaan
Singasari yang didirikan oleh Ken Arok. Ia menyatakan dirinya sebagai raja Singasari
dengan gelar Sri Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
2. Raja-raja Kerajaan Singasari ada lima orang raja, yakni:
a. Ken Arok/Angkrok (1222-1227)
b. Anusapati (1227-1248)
c. Apanji Tohjaya (1248)
d. Ranggawuni (1248-1254)
e. Kertanagara (1254-1292)
3. Masa kejayaan kerajaan Singsari pada masa raja:
a. Raja Ranggawuni, melaksanakan tiga kerja besar.
1) Pertama, meresmikan pelabuhan Changgu (majakerta).
2) Kedua, memindahkan ibu kota kerajaan dari kotaraja ke Singasari.
3) Ketiga, menumpas pemberontakan Linggapati di Mahibit.
b. Raja Kertanagara memiliki kontribusi yang besar dalam bidang politik. Ia melakukan
perluasaan wilayah kekuasaan sampai ke luar Jawa dengan mengadakan hubungan
persahabatan terhadap negara-negara lain. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, ia
melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar Jawa. Kebijakan dalam negeri: Pergantian
pejabat kerajaan dan memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan.
Kebijakan luar negeri: menggalang persatuan nusantara dengan mengutus ekspedisi
tentara Pamalayu ke kerajaan Malayu Jambi dan Menggalang kerja sama dengan kerajaan
lain.

4. Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya dan Politik Kerajaan Singasari


• Kondisi sosial masyarakat Singasari cukup baik dikarenakan rakyat terbiasa hidup
aman dan tentraman sejak awal pemerintahan Kerajaan Singasari. Bahkan dari raja
sampai rakyatnya terbiasa dengan kehidupan religius.
• Dalam bidang ekonomi masyarakat Singasari ditekankan pada pertanian dan
perdagangan karena Singasari merupakan daerah yang subur dan dilintasi dua sungai
yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas perdagangan.

14
• Dalam bidang kebudayaan masyarakat Singasari meninggalkan candi-candi dan patung-
patung yang telah dibangunnya, yakni Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari, Patung
Ken Dedes dan Patung Kertanagara.
• Raja Kertanagara memiliki kontribusi yang besar dalam bidang politik. Ia melakukan
perluasaan wilayah kekuasaan sampai ke luar jawa dengan mengadakan hubungan
persahabatan terhadap negara-negara lain.
5. Pada tahun 1294 dalam Kerajaan Singasari terjadi perubahan politik. Raja Jayakatwang
melakukan pemberontakan terhadap Kertanagara. Ia dihasut oleh patihnya untuk
memberontakan terhadap Kertanagara. Jayakatwang melakukan serangan pada tahun
1292 menyerang Singasari dari dua arah, yaitu dari arah utara dan selatan. Setibanya
pasukan Jayakatwang di istana Singasari, mereka mendapati raja Kertanagara dengan
patihnya sedang pesta mabuk-mabukkan. Pada saat itulah, pasukan Jayakatwang dengan
mudah membunuh raja Kertanagara. Sejak saat itulah kekuasaan Kertanagara jatuh ke
tangan Jayakatwang, dan menjadi tanda berakhirnya Kerajaan Singasari.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini kami pemakalah berharap semoga pembaca dapat
berpikir tepat dan benar sehingga terhindar dari kesimpulan yang salah dan kabur. Tentu
saja dalam makalah ini ada banyak kekurangan bahkan kekeliruan. Maka dari itu, kami
selaku pembuat makalah sangat berharap adanya masukan dan kritik dari pembaca
sebagai acuan memperbaiki makalah baik untuk saat ini maupun kelak di masa
mendatang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kartodirdjo, Sartono, Djoened Poesponogoro, Marwasti, dan Notosusanto,


Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia II, Balai Pustaka: Jakarta, 1977.
Achmad, Sri Wintala, Sejarah Kerajaan-kerajaan Besar di Nusantara, Araska Publisher:
Yogyakarta, 2016.
Suwardono, Sejarah Indonesia Masa Hindu-Budha, Ombak: Yogyakarta, 2013.
Cholik, Abdul, Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, Artha Rivera: Jakarta, 2011.
Abimayu, Soedjipto, Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-raja Nusantara, Laksana:
Yogyakarta, 2014.
[PDF] Modul Kerajaan Singasari.
Makalah Sejarah Sumenep, disusun oleh Tim Penyusun Sejarah Sumenep, 2003.
Soedjipto Abimayu, Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-raja Nusantara, (Laksana:
Yogyakarta, 2014), hlm: 362.
Sartono Kartodirdjo, Marwasti Djoened Poesponogoro, dan Nugroho
Notosusanto, Sejarah Naisonal Indonesia II, (Balai Pustaka: Jakarta, 1977), hlm: 250-
251.
Abdul Cholik, Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, (Artha Rivera: Jakarta, 2011), hlm:
15.
Sri Wintala Achmad, Sejarah Kerajaan-kerajaan Besar di Nusantara, (Araska
Publisher: Yogyakarta, 2016), hlm: 198.
Ibid.
Sartono Kartodirdjo,......., Sejarah Naisonal...., hlm: 251.
Ibid., hlm: 250.
Suwardono, Sejarah Indonesia Masa Hindu-Budha, (Ombak: Yogyakarta, 2013), hlm:
163.
Ibid., hlm: 164.
Soedjipto Abimayu, Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-raja Nusantara, (Laksana:
Yogyakarta, 2014), hlm: 363.
Suwardono, Sejarah Indonesia....,hlm: 173.
Soedjipto Abimayu, Kitab Sejarah,...,.hlm: 364.
Ibid., hlm: 365-366.
Ibid., hlm: 176.
Sartono Kartodirdjo,......., Sejarah Naisonal....,hlm: 251.
Sri Wintala Achmad, Sejarah Kerajaan, hlm: 199.
Suwardono, Sejarah Indonesia..., hlm: 173.
[PDF] Modul Kerajaan Singasari, hlm: 3.
Soedjipto Abimayu, Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-raja Nusantara, (Laksana:
Yogyakarta, 2014), hlm: 365.
Sartono Kartodirdjo,......., Sejarah Nasional...., hlm: 254.
Sri Wintala Achmad, Sejarah Kerajaan, hlm: 199.

16
Sartono Kartodirdjo,......., Sejarah Naisonal...., hlm: 254.
Makalah Sejarah Sumenep, disusun oleh Tim Penyusun Sejarah Sumenep, 2003, hlm: 9.

17

Anda mungkin juga menyukai