Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknologi Penerbangan dunia berkembang pesat sampai pada masa perang
dunia kedua dimana dikembangkan pesawat udara dengan kemampuan
terbang jelajah dengan kecepatan supersonik. Setelah teknologi supersonik
disempurnakan, para ahli mulai mencari teknologi lain karena teknologi
kecepatan terbang pesawat udara sudah tidak efisien lagi untuk dikembangkan
lebih tinggi. Saat ini teknologi penerbangan difokuskan pada pengembangan
pesawat udara tanpa awak atau biasa disebut dengan istilah PUNA (Pesawat
Udara Nir Awak).
PUNA (Pesawat Udara Nir Awak) dibuat untuk tujuan membantu manusia
menjalankan sebuah misi yang mana dinilai sulit dan beresiko tinggi jika
dilakukan oleh manusia secara langsung. Pesawat ini dahulunya dibuat untuk
kepentingan militer dalam melakukan operasi dilapangan, namun dalam
perkembangan hingga saat ini pesawat ini banyak digunakan juga untuk
membantu berbagai macam kepentingan dan kegiatan masyarakat sipil. Pada
saat ini PUNA banyak digunakan oleh pihak militer karena PUNA terbang
tanpa membawa awak di dalam pesawat. Salah satu pemanfaatan PUNA yang
paling banyak adalah untuk misi pemantauan suatu wilayah atau daeah
tertentu.
Pemantauan suatu wilayah dapat dilakukan secara teresterial dan
ekstrateresterial. Teresterial adalah cara pemantauan yang dilakukan dengan
pemantaunya atau bisa juga dibilang alat pemantauannya masih berada di
bumi atau permukaan bumi atau di daratan. Sedangkan cara ektrateresterial
adalah dengan menggunakan bantuan peralatan yang berada di luar permukaan
bumi atau daratan. Pemantauan dengan menggunakan PUNA tergolong
pemantauan secara teresterial. Memanfaatkan PUNA sebagai alat untuk
memantau suatu wilayah atau daerah merupakan cara yang efektif, karena
pemantau dapat melihat wilayah yang dipantau melalui udara tetapi tetap
berada di darat.

1
2

Indonesia merupakan negara yang teridiri dari beribu pulau, sehingga


Indonesia disebut sebagai negara kepualauan. Dari banyaknya pulau di
Indonesia, Indonesia membutuhkan pengawasan terhadap pulau yang menjadi
perbatasan antara Indonesia dengan negara lain. Pengawasan yang dilakukan
adalah dengan cara memanfaatkan kekuatan dari Tentara Negara Indonesia
(TNI), baik itu TNI-AD, TNI-AL, dan TNI-AU. Para TNI ditugaskan untuk
memantau situasi disekitar perbatasan guna menjaga Indonesia dari tindakan
terorisme atau pencurian yang bisa saja dilakukan oleh warga negara asing.
Saat ini terdapat pula kabar bahwa patok yang membatasi wilayah
Indonesia dengan negara asing sering dipindah sehingga perlu dilakukan
pemantauan di setiap perbatasan. Salah satu peralatan yang bisa
dipertimbangkan pada era sekarang ini adalah menggunakan PUNA. Adapun
salah satu jenis PUNA yang dapat digunakan yaitu PUNA AD-01. Oleh karena
itu, perlu dilakukan perancangan sistem propulsi dan konsep perawatan pada
pesawat PUNA AD-01 untuk misi pemantauan perbatasan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan, maka rumusan masalah
yang diangkat dalam skripsi ini adalah:
1. Apa saja komponen-komponen sistem propulsi yang terdapat pada PUNA
AD-01?
2. Bagaimana perancangan dan pemasangan sistem propulsi pada PUNA AD-
01?
3. Bagaimana konsep perawatan komponen sistem propulsi pada PUNA AD-
01?

1.3 Tujuan
Tujuan umum dari analisis PUNA AD-01 ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui komponen-komponen sistem propulsi pada PUNA AD-01.
2. Mengetahui cara perancangan dan pemasangan sistem propulsi pada
PUNA AD-01.
3. Mengetahui perawatan komponen sistem propulsi pada PUNA AD-01.

1.4 Batasan Masalah


3

Pembahasan masalah dalam skripsi yang dibuat ini lebih difokuskan pada
proses perancangan sistem propulsi yang berkaitan dengan penentuan engine
dan propeller yang akan dipasang, penentuan konsep perawatan sistem
propulsi dan hasil thrust yang dihasilkan dari engine dan propeller yang dipilih
pada pesawat PUNA AD-01.

1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari analisis PUNA AD-01 adalah sebagai
berikut:
1. Mendapatkan gambaran umum tentang proses konsep perancangan
pemasangan sistem propulsi pesawat tanpa awak.
2. Mengetahui bahwa teknologi penerbangan juga dapat dimanfaatkan pihak
militer sebagai alat untuk memantauan perbatasan.
3. Menambah wawasan tentang pemasangan dan perawatan sistem propulsi
yang terdapat pada PUNA AD_01.
4. Semoga hasil analisis PUNA AD-01 dapat bermanfaat bagi TNI khususnya
TNI-AD.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka


Dalam proses pembuatan PUNA AD-01, penulis mempelajari beberapa
referensi yang telah tersedia sebelumnya, yakni beberapa skripsi yang pernah
dituliskan sebelumnya sebagai pembanding dalam penulisan skripsi ini, berikut
adalah beberapa referensi skripsi yang berhubungan dengan pembuatan pesawat
tanpa awak, perancangan, dan pemasangan sistem propulsi pesawat tanpa awak:
Dalam skripsi yang berjudul “PEMILIHAN SISTEM PROPULSI
PESAWAT SMALL UNMANNED AIRCRAFT VECHICLE (SMALL UAV)”,
(Bagas Arasyifani 2016). Dimana penulis menjelaskan pemilihan system propulsi
pesawat Small UAV dan nilai thrust yang dihasilkan oleh engine pesawat Small
UAV berdasarkan spesifikasi engine yang telah ditentukan. Dalam penulisan ini,
lebih ditekankan pada pemilihan engine, letak engine, jumlah engine, ukuran
propeller yang akan dipasang, hasil thrust yang dihasilkan dari engine dan
propeller yang dipilih, dan pemilihan pesawat lain sebagai pembanding. Hasil
perancangan system propulsi pesawat Small UAV yaitu jenis engine yang
digunakan adalah electric engine yaitu Engine E-Flite Power 25 Brushless
Outrunner 870 Kv dengan power maksimal 600 watt, letaknya berada di depan
sayap (tractor), dan propeller yang digunakan dengan ukuran 14x7 karena nilai
thrust lebih bersar daripada propeller 11x7.
Dalam skripsi yang berjudul “PROSES PRODUKSI PESAWAT UAV
HUD-HUD”,(Amin Setya Aji 2016). Dalam pembahasannya terdapat proses
produksi pesawat UAV HUD-HUD yang meliputi manufaktur badan, sayap, ekor,
dan system pendarat. Terdapat juga penjelasan mengenai pemasangan system dan
perakitan pesawat serta analisa komponen berdasarkan proses manufaktur. Proses
pembuatan pesawat UAV HUD-HUD dimulai dengan membuat fuselage, wing,
tailboom, horizontal dan vertical stabilizer, dan landing gear. Kemudian
dilanjutkan perakitan dan pemasangan system propulsi dan avionic. Setelah

4
5

dilakukan pengerjaan dan perakitan, dlakukan penimbangan untuk mengetahui


berat total take off pesawat UAV HUD-HUD dan didapatkan hasil 2.51 kg.

2.2 Unmanned Aerial Vehicle


Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat yang didalamnya
tidak mengangkut awak atau pilot, yang dikendalikan dari jarak jauh. Pesawat ini
dapat digunakan untuk berbagai kepentingan militer dan sipil, antara lain untuk
mengintai daerah musuh, survey lahan baik itu pertanian, perkebunan dan
pertambangan serta melakukan misi penyelamatan didaerah bencana. UAV
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pesawat terbang konvensional,
yaitu peningkatan kemampuan manuver, biaya pengoperasian dan perawatan yang
rendah, mengurangi kemungkinan terlacak oleh radar musuh serta mengurangi
resiko kecelakaan terhadap awak pesawat.

Sistem kendali otomatis banyak dipakai pada sistem kendali pesawat


UAV, sebab pesawat UAV tidak dikendalikan langsung oleh manusia dari dalam
pesawat sehingga resiko kecelakaan terhadap pesawat menjadi lebih besar. Untuk
membuat sistem kendali otomatis pesawat UAV dibutuhkan beberapa persyaratan,
yaitu sebuah platform yang merupakan kombinasi hardware dan software, dan
metode control. Platform harus memenuhi parameter-parameter, antara lain
pengukuran orientasi pesawat dan penentuan koordinat pesawat. Kemudian
metode control harus memiliki respon yang baik terhadap input yang dimasukkan.
Salah satu sistem kendali yang sering dipakai pada peluru kendali adalah tracking
system, sistem ini dipakai untuk mengejar posisi target, selain itu juga
diaplikasikan pada automatic landing system, automatic take-off system.

2.3 Komponen Utama Pesawat UAV Sayap Tetap (Fixed Wing)


Pada dasarnya struktur utama yang ada pada pesawat UAV fixed wing
tidak jauh berbeda dengan pesawat sebenarnya. Struktur utama pesawat UAV
terdiri dari fuselage, (badan pesawat), wing (sayap pesawat), empenage (bagian
belakang pesawat) sistem pendaratan / roda, dan mesin pesawat.
6

Gambar 2.1 Komponen Utama Pesawat Fixed Wing


Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18 September 2008

1. Badan Pesawat (Fuselag)


Badan pesawat atau fuselage merupakan bagian utama yang penting pada
semua jenis pesawat. Hampir semua bagian dari sistem pesawat terpasang pada
fuselage atau sering juga disebut sebagai main structural unit karena menjadi
titik penghubung komponen utama lainnya. Jika pada pesawat berpenumpang
yang sebenarnya fuselage berfungsi sebagai cargotempat memuat barang) dan
penumpang (passenger), berbeda pada pesawat UAV karena fuselage memiliki
fungsi sebagai tempat rangkaian sistem elektronik, mesin penggerak utama,
sistem pendaratan, dan tangki bahan bakar jika menggunakan sistem penggerak
motor bakar.
2. Sayap Pesawat (wing)
Sayap pesawat atau wing merupakan bagian terpenting dalam merancang
struktur pesawat. Sayap adalah airfoil yang disambungkan di masing – masing
sisi fuselage dan merupakan permukaan yang mengangkat pesawat di
udara.terdapat berbagai macam rancangan sayap disesuaikan dengan kebutuhan
kinerja yang diharapkan untuk rancangan pesawat tertent.
Sayap dapat dipasang pada posisi atas, tengah atau bawah fuselage.
Rancangan ini disebut high-wing, mid-wing dan low-wing. Jumlah sayap juga
berbeda – beda, pesawat terbang dengan satu set sayap disebut monoplane,
sedangkan pesawat terbang dengan dua set sayap disebut biplane.
3. Bagian Belakang Pesawat (empennage)
7

Empeenage adalah bagian keseluruhan ekor pesawat, termasuk


permukaan yang tetap / diam seperti vertical stabilizer dan horizontal stabilizer.
Sedangkan permukaan yang bergerak termasuk rudder, elevator, dan satu atau
lebih trim tab. Ada juga rancangan empennage yang tidak membutuhkan
elevator tapi merupakan satu kesatuan dari horizontal stabilizer yang dapat
berputar dipusat engselnya. Tipe ini terfokus pada pergerakan stabilator dengan
menggunakan batang kemudi, seperti halnya jika kita menggerakan elevator.
Sebagai contoh, jika kita menarik batang kemudi, maka stabilator akan berputar
sehingga bagian belakang (trailing edge) akan terangkat.
4. Roda Pesawat (Landing Gear)
Landing Gear atau roda pesawat adalah penompang utama pesawat pada
waktu parkir, taxi (bergerak didarat ), lepas landas atau pada waktu mendarat.
Landing gear terdiri dari 3 roda utama dan roda ketiga yang bisa berada didepan
atau dibelakang pesawat. Landing gear yang memakai roda dibelakang disebut
contenvional wheel. Jika roda ketiga bertempat dihidung pesawat, ini disebut
nose wheel atau tail wheel yang dapat dikemudikan membuat pesawat dapat
dikendalikan pada waktu beroprasi di darat.
5. Tenaga Penggerak (Powerplant)
Powerplant atau sering juga disebut mesin penggerak merupakan
penggerak utama pada pesawat. Tenaga penggerak yang sering digunakan pada
pesawat UAV adalah electric powerplant dan engine powerplant yang umumnya
menggunakan propeller untuk menghasilkan thrust.

2.4 Konfigurasi Struktur Pesawat UAV


Untuk proses manufaktur atau pembuatan suatu pesawat UAV tentunya
harus menentukan bentuk desainnya terlebih dahulu, dan memahami susunan
struktur pada bentuk desain tersebut. Beberapa bentuk desain dan struktur bagian
pesawat bisa dilihat mulai dari bagian badan, sayap, ekor, roda hingga mesin
pesawat seperti berikut ini.

1. Badan Pesawat ( Fuselage)


8

Terdapat dua tipe desain konstruksi badan pesawat yang umumnya


dipakai, yaitu warren thrust type dan monocoque type. Pada awalnya konstruksi
struktur badan pesawat udara menggunakan konstruksi truss, yaitu konstruksi
badan pesawat yang memfokuskan kekuatan strukturnya pada rangkaian batang –
batang longerons dengan kombinasi batang vertikal dan diagonal untuk menahan
beban tanpa ada skin seperti pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Konstruksi Warren Truss


Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18 September 2008
Tipe konstruksi yang selanjutnya adalah monocoque type. Konstruksi ini
menggunakan skin atau kulit mengikuti bentuk fuselage dengan melapisi batang –
batang truss untuk membuat pesawat lebih streamline. Tipe ini juga memiliki dua
jenis yaitu monocoque dan semi-monocoque. Konstruksi monocoque terdiri dari
skin (kulit), former (pembentuk), dan bulkhead (penahan). Konstruksi ini
mengutamakan kekuatan skin yang diketatkan untuk meredam beban pada
fuselage.

Gambar 2.3 Konstruksi Monocoque


Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18 September 2008
9

Dengan tujuan mendapatkan konstruksi yang lebih ringan, maka


monocoque dikembangkan lagi menjadi semi-monocoque. Pada konstruksi ini
terdapat penambahan stringers yang menjadi sub-struktur dimana skin
ditempelkan. Sehingga beban pada fuselage direduksi oleh struktur pembentuk
skin itu sendiri.

Gambar 2.4 Konstruksi Semi-Monocoque


Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18 September 2008

1. Sayap Pesawat (Wing)


10

Konfigurasi sayap pesawat memiliki banyak bentuk rancangan dan ukuran


yang disesuaikan dengan tujuan pesawat dirancang. Dilihat dari pemasangan pada
fuselage, sayap dapat dipasang pada posisi atas, tengah, dan bagian bawah
fuselage. Rancangan ini disebut high-wing, mid-wing, dan low-wing. Rancangan
tersebut juga ada yang divariasikan dengan sudut seperti yang terlihat pada
gambar 2.5.

Gambar 2.5 Bentuk Pemasangan Sayap pada Fuselage


Sumber: Susanto Arip. ”Bentuk-Bentuk Sayap Pesawat”. 12 Maret 2015

Dilihat dari bentuk (shape) potongan (taper), sayap juga memiliki banyak
variasi yang sangat berpengaruh terhadap lift, kecepatan pesawat, keseimbangan
dan kestabilan terbang pesawat.

Gambar 2.6 Bentuk Shape dan Taper pada Sayap Pesawat


Sumber: http://www.aircav.com/recog/chp03/ch03-p04.html

Sayap pesawat dirancang untuk mengangkat beban pesawat secara


keseluruhan di udara. Pada beberapa pesawat, roda pendaratan juga ditempatkan
pada konstruksi sayap, dan ada juga yang dijadikan sebagai tempat bahan bakar.
11

Sehingga perancangan struktur penyusun pada sayap harus disesuaikan dengan


kebutuhan pesawat itu sendiri. Rancangan struktur pada sayap pesawat sangat
banyak dan variatif. Namun secara umum komponen strukturnya terdiri dari spar,

rib, dan skin.

Gambar 2.7 Konstruksi Struktur Wing


Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18 September 2008

3. Ekor Pesawat (Empennage)

Empennage juga sering disebut sebagai tail section. Dilihat dari fungsinya
pada pesawat sebagai stabilator saat terbang, maka tail section juga dilengkapi
dengan bidang kendali seperti rudder pada bidang vertical stabilizer, dan elevator
pada bidang horizontal stabilizer. Ada juga yang dilengkapi dengan trim tab yang
berfungsi mempertahankan pesawat pada posisi lurus dan mendatar (straight and
level).
12

Gambar 2.8 Tail Section


Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18 September 2008

Secara konstruksi struktur, bidang stabilizer tidak berbeda dengan


konstruksi sayap, yaitu terdapat spar, rib, skin, dan ada juga yang dirancang
dengan stringer seperti pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Konstruksi Struktur pada Vertical Stabilizer


Sumber: dwiputra ramadan.”aircraft stabilizer”. 29 November 2014

Dilihat dari bentuk, tail section juga bermacam-macam diantaranya bentuk


konvensional yang digunakan pada pesawat komersil. Lalu ada bentuk dari ekor
pesawatnya dengan konfigurasi T-tail, V-tail, H-tail dan lainnya. Setiap bentuk
dari ekor pesawatnya memiliki kelebihannya masing-masing. Misalnya ekor
pesawat yang konvensional memiliki kelebihan bidang kendali yang responsive,
lalu untuk konfigurasi T-tail memiliki kelebihan yaitu mendapat aliran udara yang
tidak terganggu dari bentuk badan pesawat itu sendiri. Beberapa dari bentuk
konfigurasi ekor pesawat tersebut ditunjukan oleh gambar 2.10 berikut ini.
13

Gambar 2.10 Bentuk Konfigurasi Tail Section


Sumber: http://www.pawsplay.talktalk.net/uniweb/images/empen4.jpg

1. Roda Pesawat (Landing Gear)

Rancangan landing gear pada pesawat juga bermacam-macam yang


disesuaikan dengan kebutuhan pesawat yang dirancang. Untuk pesawat UAV,
rancangan landing gear harus efektif, ringan, dan tidak rumit. Secara umum tipe
landing gear yang banyak digunakan adalah conventional, tricycle, dan tandem
landing gear. Bentuk-bentuk tersebut dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Konfigurasi Landing Gear


Sumber: https://steemit-production-imageproxy.com

5. Tenaga Penggerak (Powerplant)

Konfigurasi powerplant atau tenaga penggerak pada pesawat disesuaikan


dengan bentuk dan berat pesawat, begitu juga dengan jumlah mesin yang
14

digunakan dan letak pemasangan pada pesawat. Ada pesawat yang mesinnya di
bagian ekor atau tail section pesawat dan ada yang dipasasngkan di bagian depan
atau nose section pesawat. Ada juga yang menggunakan lebih dari satu mesin dan
dipasang di bagian sayap pesawat. Variasi pemasangan dan jumlah mesin
bertujuan untuk mendapatkan thrust yang lebih efektif dan efisien terhadap
operasional pesawat.

Untuk pesawat skala kecil seperti UAV ukuran kecil dengan berat
maksimal kurang lebih 3 kg, penempatan mesing sangatlah penting karena
merupakan bagian yang paling berpengaruh terhadap titik berat pesawat. Tipe
konfigurasi yang umumnya dipakai adalah tractor type yang dipasang di bagian
depan pesawat dan pusher type yang dipasang di bagian belakang atau pada tail
section. Dengan tujuan mendapatkan pesawat UAV yang lebih ringan, maka posisi
mesin atau powerplant sebisa mungkin dipasang dekat dengan CG (center of
gravity) atau titik berat pesawat.

Untuk menarik atau mendorong pesawat, maka engine atau motor listrik
pada pesawat dilengkapi dengan baling-baling (propeller). Propeller berputar
mentransmisikan daya dari motor sebagai penggerak mula ke udara. Transmisi
daya yang terjadi digunakan untuk melawan gaya hambat atau drag yang bersifat
menghambat pesawat untuk terbang melaju. Blade atau baling-baling propeller
berputar sebagai sayap-sayap kecil yang bekerja seperti airfoil. Propeller yang
umumnya digunakan pada pesawat UAV adalah tipe fixed pitch, yaitu propeller
hanya dengan satu pengaturan pitch. Pitch adalah jarak tempuh atau yang dicapai
untuk satu kali putaran propeller. Tipe propeller ini biasanya hanya terdiri dari
dua daun blade, seperti tampak pada gambar 2.12 dibawah ini.

Gambar 2.12 Propeller tipe fixed pitch


Sumber: http://www.angelesflying.com/training/lesson2.html
15

2.5 Gaya Yang Bekerja Pada Pesawat Model

Gaya yang bekerja pada pesawat model sama halnya dengan gaya yang
bekerja pada pesawat terbang sebenarnya yaitu ada empat gaya yang berpasangan
dan bekerja secara berlawanan arah, yang di gambarkan pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Gaya yang bekerja pada pesawat model


Sumber: Anderson Jr., John. D., Fundamentals of Aerodynamics

Thrust merupakan gaya dorong yang berfungsi untuk menghasilkan gerak


maju pesawat. Drag adalah gaya hambat pada pesawat yang dihasilkan dari
bentuk pesawatnya, arah drag berlawanan dengan thrust sehingga agar
menghasilkan gerak maju pada pesawat maka thrust harus lebih besar daripada
drag. Setelah thrust lebih besar daripada drag maka akan timbul lift yang
dihasilkan oleh aliran udara yang bekerja pada wing akibat dari permukaan atas
pada wing lebih panjang atau berbentuk airfoil, permukaan yang lebih panjang
menyebabkan kecepatan udara yang mengalir lebih cepat.
16

Dengan mengacu pada hukum Bernoulli yang menyatakan bahwa suatu


fluida dengan kecepatan tinggi maka memiliki tekanan yang rendah begitu juga
sebaliknya, pada aliran udara sehingga gaya angkat akan timbul dari fenomena
tersebut. Arah lift berlawanan dengan arah weight. Weight merupakan berat
pesawat yang berasal dari pesawatnya itu sendiri. Jika lift lebih besar dari weight
maka pesawat akan terangkat naik.

2.6 Bidang Kendali

Seperti yang telah kita ketahui bahwa seorang penerbang akan


menggerakkan bidang kendali untuk menghasilkan gerakan pesawat yang sesuai
dengan kehendak. Pada pesawat terbang ada beberapa gerakan yang bisa
dihasilkan oleh bidang kendali ini yaitu rudder untuk gerakan yawing, elevator
untuk gerakan pitching dan aileron untuk gerakan rolling. Berikut ini merupakan
gambar dari sebuah kendali beserta gerakan akibat defleksi dari control surface.

Gambar 2.14 Defleksi Control Surface pada Pesawat


Sumber: Aero Engineering. “Control Surface pada Pesawat”. 16 januari 2016

2.7 Komponen Utama Pesawat UAV


Pesawat UAV yang dikendalikan dengan sistem radio control memiliki komponen
utama seperti berikut:
17

1. Transmitter
Transmitter atau yang lebih dikenal dengan radio control sebagai remote
sensing yang digunakan mengendalikan gerakan pesawat dari jarak jauh.

Gambar 2.16 Transmitter 8 Channel

2. Receiver
Receiver adalah penerima frekuensi dari transmitter yang terpasang pada

pesawat.
Gambar 2.17 Receiver
3. Motor Servo
Motor Servo merupakan motor penggerak dari sistem kendali yang ada
pada pesawat model.
18

Gambar 2.18 Motor Servo

4. Electronic Speed Control (ESC)


ESC berfungsi untuk mengatur arus listrik dari battery ke receiver dan
motor servo.

Gambar 2.19 Electronic Speed Control (ESC)


5. Battery
19

Battery merupakan sumber utama arus listrik untuk semua sistem yang
terpasang pada pesawat model.

Gambar 2.20 Battery

6. Brushless Motor
Brushless Motor merupakan penggerak utama pada pesawat untuk
menghasilkan thrust dengan memutar propeller.

Gambar 2.21 Brushless Motor

2.8 Pesawat Udara Nir Awak (PUNA)


20

PUNA merupakan pesawat yang terbang tanpa membawa awak, PUNA


dapat dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remot maupun terbang otonom
tergantung dari spesifikasi pesawatnya. PUNA sudah banyak beredar dipasaran
dan sudah banyak dipakai untuk misi pengintaian, sebagai target saat latihan
menembak rudal, dan juga untuk fotografi atau mengambil video dari ketinggian.
Beberapa pengaplikasian PUNA adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan udara
2. Pembuatan film untuk pengambilan video dari ketinggian
3. Monitoring lalu lintas kendaraan
4. Media pembelajaran
5. Pemetaan, dsb.
Bahkan pada saat ini mungkin tiap-tiap negara memanfaatkan PUNA
sebagai senjata yang mampu menjaga pertahanan dan keamanan negara. Sama
seperti pesawat terbang pada umumnya, PUNA memiliki bagian-bagian utama
antara lain sebagai berikut:
1. Fuselage
Fuselage adalah badan pesawat sebagai bagian yang menopang wing,
landing gear, empennage, powerplant, dsb. Fuselage dibuat sesuai
keinginan dengan mempertimbangkan jenis payload yang akan dibawa.
2. Wing
Wing adalah bagian pesawat yang biasa dikenal dengan sebutan sayap
pesawat. Wing pada pesawat berfungsi sebagai komponen utama yang
menghasilkan gaya angkat, sehingga pesawat bisa terbang. Wing juga
berfungsi sebagai komponen penghasil gaya hambat, sehingga pesawat
dapat mengurangi kecepatan.
3. Empennage
Empennage adalah bagian paling belakang atau ekor pada pesawat yang
terdiri dari vertical stabilizer, horizontal stabilizer, juga bidang kemudi
seperti rudder dan elevator.

4. Landing gear
21

Landing gear adalah roda pendaratan yang berfungsi saat didarat.


Landing gear membantu menopang pesawat saat parking, take-off, dan
landing.
5. Sistem Propulsi
Sistem Propulsi merupakan mekanisme penggerak pada pesawat. Salah
satu system propulsi yaitu powerplant. Powerplant merupakan sumber
tenaga yang dapat menghasilkan gaya dorong (thrust) pada pesawat
6. Avionic merupakan komponen-komponen elektronika berfungsi untuk
kepentingan penerbangan

2.9 Sistem Propulsi PUNA AD-01


Sistem propulsi merupakan komponen-komponen yang saling berkaitan
untuk menghasilkan thrust (gaya dorong) pada pesawat. Berikut adalah
komponen-komponen pada sistem propulsi pesawat PUNA AD-01 :
1. Motor /Engine
Motor merupakan komponen utama penghasil gaya dorong.
2. Servomotor
Servomotor berfungsi sebagai komponen penggerak sistem kendali.
3. Propeller
Propeller merupakan komponen untuk menghasilkan gaya dorong.
4. Electric Speed Control (ESC)
Electric Speed Control berfungsi untuk mengatur kecepatan control dan
tegangan ke sistem kendali.
5. Battery
Battery berfungsi sebagai sumber tegangan.
6. Remote Control
Remote Control berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan pesawat.
Pada remote control terdapat receiver dan transmitter. Receiver berfungsi
untuk menerima sinyal dan transmitter untuk memancarkan sinyal.

2.10 Perancangan dan Penentuan Sistem Propulsi


22

1. Engine
Engine yang berguna sebagai penghasil gaya dorong (thrust) harus
diperhatikan baik dari segi jumlah yang akan digunakan dan pemilihan posisi
yang tepat. PUNA AD-01 akan menggunakan satu engine yakni motor elektrik.
Single engine dipilih karena misi dari pesawat berupa pemantauan tidak
membutuhkan thrust yang besar, decreas cost, dan mengurangi berat. PUNA AD-
01 juga akan menggunakan posisi letak engine dibelakang (pusher engine), pusher
engine dipilih karena PUNA AD01 akan menggunakan tail boom yang
menyebabkan CG cenderung berada di depan sehingga pusher engine diharapkan
dapat mengimbanginya. Dengan memilih pusher engine juga dapat
menghindarkan propeller dari bahaya kerusakan.
Ada berbagai jenis motor elektrik yang tersedia dipasaran, salah satu cara
untuk menentukan motor elektrik yang akan dipakai adalah menggunakan static
thrust kalkulator.

Gambar 2.22 Static Thrust Calculator


2. Propeller
Adapun jenis propeller yang akan ditentukan yaitu berdasarkan perhitungan
dengan static thrust calculator dan juga berdasarkan spesifikasi dari motorlistrik.
23

Gambar 2.23 Carbon Fiber Propellers

2.11 Perhitungan dan Rumus dalam Penentuan Sistem Propulsi


1. Menentukan RPM Motor
rpmmot = KV.Vmot
dimana
rpmmot = rpm motor
KV = tegangan konstan
Vmot = tegangan yang melewati motor

2. Menentukan RPM Propeller


V
rpmprop = 60
J xD
dimana
rpmprop = rpm propeller
V = flight velocity
J = advance ratio
D = diameter propeller
Jika diketahui flight velocity ( V ), dan salah satu nilai thrust atau power
diketahui, maka parameter lainnya dapat dicari dengan rumus:
24

Dimana
Pabs,prop = Power absorbed propeller
Tprop = Thrust Propeller
V = flight velocity

3. menentukan advance ratio

4. menentukan Thrust yang dihasilkan

5. menentukan daya yang dibutuhkan

6. menentukan efisiensi propeller

Dimana

2.11 Pengujian Thrust


Melakukan uji thrust pada sistem propulsi yang akan digunakan.
25

Gambar 2.24 Proses Thrust test


Berdasarkan thrust test tersebut maka akan didapatkan kecepatan (velocity),
tegangan, dan thrust.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian yang menjadi fokus dalam penulisan tugas akhir ini
adalah sebuah pesawat tanpa awak yang diberi nama AD-01. Penelitian ini
nantinya akan menghasilkan proses pemasangan sistem propulsi pesawat UAV
AD-01, dan perawatan dari sistem propulsi pesawat tersebut.
Pesawat UAV AD-01 merupakan pesawat tanpa awak elektrik yang
digerakkan dengan tenaga battery. Battery mensuplai energy listrik untuk
menyalakn engine dan sistem avionic pada pesawat. UAV AD-01 menggunakan
konfigurasi wing dengan tipe high wing, single engine, tail boom, dan
konvensional stabilizer. Berikut tabel spesifikasi dan karateristik aerodinamika
pesawat UAV AD-01 :

Karakteristik Aerodinamika Nilai

Berat total 4 kilogram /39 N

Kategori pesawat Fixed wing VTOL

Kecepatan cruise 19 m/s

Kecepatan stall 8 m/s

Range 10 kilometer

Endurance 60 menit

Power Baterai dan motor listrik

Ketinggian jelajah 200 Mdpl

Berikut merupakan model pesawat UAV AD-01 :

26
27

Gambar 3.1 Tampak Atas

Gambar 3.2 Tampak Samping


28

Gambar 3.3 Tampak Depan

3.2 Metode Pengumpulan Data


Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data maupun cara untuk melakukan analisis dengan sumber-sumber teori
yang valid.
2. Wawancara (Interview)
Metode ini merupakan metode yang dilakukan dengan cara bertanya
langsung kepada narasumber baik dosen pembimbing, seorang ahli, dan
narasumber lainnya yang dapat membantu kelancaran dalam melakukan
proses pemasangan dan perawatan sistem propulsi.
3. Observasi
Dengan cara ini penulis mencari data dengan melihat langsung ke
lapangan sehingga data yang dibutuhkan didapatkan langsung dari
peralatan yang ada melalui bimbingan mentor.
4. Browsing Internet
Penulis mengumpulkan data melalui situs-situs yang menyediakan
bahan-bahan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas
dalam skripsi.
3.3 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan melalui susunan
diagram alur penelitian berikut:
29

MULAI

Spesifikasi Pesawat, Geometri


dan Model Pesawat

Proses Pemilihan Sistem Propulsi

Proses Pemasangan Sistem Propulsi

Pengujian Thrust dan Pengecekan Sistem

Penentuan Perawatan Sistem Propulsi

Sesuai dengan
keinginan

Kesimpulan

SELESAI

Gambar 3.4 Diagram alur penelitian


3.5 Jadwal dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan secara mandiri di dalam dan di luar kampus STTA.
Untuk lebih rinci akan dijelaskan di bawah ini, yakni:
30

Jadwal : November 2018 – Desember 2018


Tempat : Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Jalan Janti
Blok R, Lanud Adisutjipto, Banguntapan, Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55198, Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Bagas Arasyifani,[2016] “Pemilihan Sistem Propulsi Pesawat Small Unmanned


Aircraft Vehicle (SMALL UAV)” skripsi Sekolah Tinggi Teknologi
Adisutjipto 2016

Bentuk Shape dan Taper pada Sayap Pesawat Sumber:


http://www.aircav.com/recog/chp03/ch03-p04.html

Amin Setya Aji, 2016. Proses Produksi Pesawat UAV HUD-HUD, Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto

Herlangga, ramdlan defirman,[2017] “desain dan analisis aerodinamika wahana


tanpa awak (small uav)” skripsi Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto

Komponen Utama Pesawat Fixed Wing Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur


Pesawat Udara”. 18 September 2008

Konstruksi Warren Truss Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18


September 2008

Konstruksi Monocoque Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18


September 2008

Kontruksi Struktur Wing


Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18 September 2008

Tail Section

Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”. 18 September 2008

31
32

Konstruksi Semi-Monocoque Sumber: Nugroho Fajar. ”Struktur Pesawat Udara”.


18 September 2008

Konstruksi Struktur pada Vertical Stabilizer


Sumber: dwiputra ramadan.”aircraft stabilizer”. 29 November 2014

Anda mungkin juga menyukai