• REGULASI PENGOPERASIAN
• PANDUAN PENGOPERASIAN (SOP)
• STANDAR KOMPETENSI PILOT
• PERENCANAAN PENERBANGAN
• KESELAMATAN DAN PENILAIAN RESIKO
KATA PENGANTAR
LATAR BELAKANG
1. REGULASI DI INDONESIA
1.1. PERIJINAN OPERASI PENERBANGAN
TABEL REGULASI PENGOPERASIAN PUTA
1.2. DOKUMENT PERIJINAN OPERASI PENERBANGAN
1.3. INSTANSI PEMBERI PERSETUJUAN
2. PANDUAN PENGOPERASIAN
2.1. DASAR PENGOPERASIAN DRONE
2.2. PETUNJUK PELAKSANAAN
2.2.1. PETUNJUK UMUM
2.2.2. TANGGUNG JAWAB PILOT JARAK JAUH:
2.2.3. TANGGUNG JAWAB KEPALA / PENANGGUNG JAWAB OPERASI:
2.2.4. PROSEDUR PRA-LAPANGAN
2.2.5. PROSEDUR PEMELIHARAAN DAN PENYIMPANAN
2.2.6. CHECKLIST PRA-MOBILISASI
PRE-MOBILISATION CHECKLIST
2.2.7. PROSEDUR DI LAPANGAN
SITE ORIENTATION CHECKLIST
2.2.8. CHECKLIST PRA-PENERBANGAN
PRE-MISSION GENERAL CHECKLIST
PRE-FLIGHT BRIEFING
PRE-FLIGHT CHECKLIST
2.2.9. PETUNJUK TAKE-OFF
2.2.10. PETUNJUK LANDING
2.2.11. CHECKLIST PASCA PENERBANGAN
3. STANDAR KOMPETENSI PILOT
3.1. KEMAMPUAN DASAR (BASIC/PEMULA)
3.2. KEMAMPUAN LANJUT (ADVANCE)
4. PERENCANAAN PENERBANGAN
4.1. PERENCANAAN UMUM
4.2. METODA PENERBANGAN
4.3. OBSERVASI DAN TES PERFORMA
4.4. MENENTUKAN BASE-LINE DAN ALTERNATIF
4.5. MENENTUKAN PROTOCOL KOMUNIKASI DAN KOORDINASI
5. KESELAMATAN DAN PENILAIAN RESIKO
5.1. KESELAMATAN OPERASI
5.2. SISTEM PESAWAT UDARA TANPA AWAK (RPAS)
5.3. PERSIAPAN PILOT (PRE-FLIGHT)
5.4. PERIODE PRE-TAKE OFF
5.5. PERIODE SESAAT SETELAH TAKE-OFF
5.6. PERIODE SAAT MISI BERLANGSUNG
6. PENILAIAN RESIKO
MATRIX PENILAIAN RESIKO
LEMBAR KERJA CONTOH PENILAIAN RISIKO
LEMBAR KERJA CONTOH KALKULASI RESIKO
Materi regulasi, petunjuk pelaksanaan dan perijinan dalam buku ini adalah
bersumber dari Peraturan Menteri, prosedur operasi dan pengajuan persetujuan
yang sudah berjalan hingga saat ini dan pembaharuan materi-materi tersebut akan
berjalan sejalan dengan dinamisnya perubahan regulasi, perkembangan teknologi
dan informasi-informasi baru berhubungan dengan perkembangan PUTA dan
perkembangannya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi sehingga
terwujudnya penyusunan buku Panduan Operasi Pesawat Tanpa Awak (Versi 3 atau
Edisi 3.0) ini, diharapkan dapat membantu para operator drone, mahasiswa
perguruan tinggi, praktisi industri ataupun pihak-pihak yang terkait dengan
penerbangan drone, sehingga dapat melaksakanan kegiatan menggunakan drone
dengan aman, bertanggung jawab, bermartabat dan serta dapat memenuhi standar
kompetensi menjadi pilot komersial/profesional.
Penyusun,
APDI, Oktober 2020
Masa depan teknologi ini tampaknya akan sangat cerah walaupun saat ini masih
diminati oleh kalangan tertentu saja. Potensi penerapanya dimasa yang akan
datang juga tampaknya akan sangat baik mengingat Pesawat terbang tanpa awak
ini semakin canggih dan memiliki kekuatan yang cukup besar sehingga sangat
mungkin apabila setiap orang akan memiliki drone yang fungsinya kurang lebih
seperti pembantu dan sangat membantu manusia melakukan banyak hal.
Passenger
Drone Passenger adalah jenis drone atau kendaraan udara tak
berawak yang membawa penumpang. Drone Passenger Frogs
Indonesia sendiri telah siap baik secara material maupun fisik.
Hadirnya drone untuk penumpang ini merupakan sebuah
upaya untuk menghadirkan sebuah pesawat penumpang yang
dapat mencakup lebih banyak tempat yang bisa digerakkan
dengan tenaga listrik tanpa fuel atau bahan bakar dengan biaya
lebih murah. Dengan kelebihannya, Vertical Take Off, maka
tidak diperlukan pula landasan yang terlalu luas dan cukup pada
area seluas mobil.
Perubahan peraturan tersebut memberi hak kepada Kemenhub atau TNI untuk
menembak langsung / penyitaan9 drone yang dinilai membahayakan saat
diterbangkan. Salah satu alatnya adalah menggunakan "drone-jamming".
Adapun sumber informasi yang bisa di akses untuk pengetahuan pilot, mengenai
regulasi, koordinasi dan peta KKOP sbb:
- Peraturan Menteri: http://jdih.dephub.go.id/produk_hukum/view/
- Aeronautical Information Publication (AIP)
- https://aimindonesia.dephub.go.id/signin.php
- Dan lampiran peraturan juga terdapat dalam handbook pilot APDI.
Dalam prinsip operasi hal ini APDI sebagai organisasi mempunyai visi dan misi
yang menjadikan Safety Culture untuk penerbangan yang mengedepankan
Aspek Keselamatan dan keamanan, kegiatan yang beranggung-jawab dan
bermartabat.
Berikut ini pokok-pokok materi yang perlu diperhatikan sebagai acuan dasar
pengoperasian pesawat terbang tanpa awak, yaitu komponen hardware
(perangkat keras) dan software (perangkat lunak), environment (lingkungan
sekitar), Live-ware (meliputi operator dan perangkat lain serta serta kondisi
abstrak yang menyertai).
Teknologi (Instrumentation/Software/Hardware)22
Kemutakhiran sistim pesawat dan fitur keselamatan, fitur telemetri, fitur
failsafe, sensor dan deteksi menghidar (DAA), geofencing, auto-pilot, proximity
warning dan juga prosesor flight control harus dipahami untuk penggunaan dan
di-setting sebelum terbang menjadi jaminan pengendalian dan resiko di udara.
Penggunaan software atau interface program selalu ter-update dalam versi
terbaru khususnya mengenai firmware dan penggunaan aplikasi resmi (bukan
bajakan / hasil crack software) merupakan tanggung jawab yang harus diikuti.
Fixed-wing.
• Saat pendaratan dimulai (baik secara manual atau otomatis setelah 2 menit
berputar-putar di sekitar waypoint awal), motor pesawat akan mati dan
meluncur turun ke tanah dengan mengitari waypoint awal. Setelah touch-
down, pesawat akan secara otomatis kembali pada mode idle setelah mati
beberapa detik kemudian.
Saat hovering test Kondisi normal dan fungsi Memeriksa semua kondisi telemetri
controller normal
Menyadari Perubahan Tidak ada notifikasi motor Mencatat posisi notifikasi motor overload jika
kecepatan/arah angin overload saat cruising terjadinya dalam hitungan dibawah 10 detik;
coarse upwind atau
Membatalkan misi jika notifikasi motor overload
crosswind.
tidak berhenti (menerus).
Menyadari Perubahan VLOS selalu terjaga atau Sebelum terbang dilakukan observasi lokasi
gangguan awan/kabut indikasi telemetri aktif awan dan pergerakannya.
Melihat benda terbang Tidak muncul benda Antisipasi untuk batalkan misi atau menekan
lain terbang/burung, dll. fitur “pause”.
Menyadari perubahan Slider indicator battery Kalkulasi berkala dalam penghitungan sisa
battery sesuai dengan battery sebelum selesai atau penggantian
penghitungan count down. battery.
Fungsi Controller Tidak ada indikasi Meyakinkan sebelum terbang, saat take off,
gangguan, bunyi alarm, cruising dan approach landing berfungsi baik.
notifikasi warna kuning /
merah,
Pilot / Observer Bekerja tidak lebih selama Melakukan istirahan selama 60 menit
200 menit secara terus
menerus
• Membuat prosedur situasi ab-normal
o Menentukan batasan antara kondisi normal dan situasi perubahan menjadi ab-
normal, sehingga bisa dijadikan panduan dimana tindakan sudah terencana
dan sesuai dengan kapabilitas sistim pesawat.
o Setelah kondisi anomaly ditentukan buat tindakan yang diperlukan, sesuai
contoh berikut:
Anomali pada Batasan Abnormal Tindakan / antisipasi
Saat hovering test Kondisi tidak normal dan Melakukan langkah yang diminta system
ada gangguan fungsi controller dan mencari penyebab hingga
controller. teratasi.
Mengetahui Kecepatan Diatas 6 m/s Membatalkan misi, dan mencatat dalam laporan
angin
Menyadari Perubahan Adanya notifikasi “motor Mencatat posisi dan time stamp
kecepatan/arah angin overload” atau alarm
Segera membatalkan misi
Melihat benda terbang Muncul benda terbang/ Segera membatalkan misi dan dimulai jika
lain burung, dll. Dengan kondisi kondisi normal (tidak ada gangguan)
memungkinkan terjadi
collission
Menyadari perubahan Slider indicator turun Segera membatalkan misi untuk menggantu unit
battery secara drastic dan kondisi battery dan mencatat nomor battery.
salah satu sel battery
dibawah 3,4volt
Fungsi Controller Adanya perubahan indikasi Segera membatalkan misi (landing) mencari
gangguan, bunyi alarm, penyebab hingga mengetahui sumber masalah.
notifikasi warna kuning /
merah,
• Membuat prosedur darurat
o Merupakan kewajiban setiap penerbangan berijin menentukan prosedur
darurat yang ditentukan dari kedaruratan penerbangan yang direncanakan dan
kedaruratan yang disebabkan oleh pihak lain, sesuai contoh berikut;
Kegagalan Kondisi Darurat Tindakan / antisipasi
Battery drop Tegangan battery dan Mengarahkan secara manual kearah landing pad
indikasi daya tidak normal atau laternatif landing yang lebih dekat.
untuk melanjutkan misi
Mencatat dan lakukan pelaporan
Gangguan benda lain Tidak dapat dicegah Mengarahkan secara manual kearah landing pad
atau laternatif landing yang lebih dekat.
Karena pihak lain Kondisi darurat Kawasan Mengarahkan secara manual kearah landing pad
kerja, diperintahkan untuk atau laternatif landing yang lebih dekat.
hentikan semua aktifitas
Mencatat dan lakukan pelaporan
Salah satu Pilot / Salah satu dari Pilot / Pilot / Observer secara manual kearah landing
Observer Observer dalam bahaya / pad atau laternatif landing yang lebih dekat.
sakit
Meyakinkan Pilot/Observer dalam kondisi fit
sebelum mulai misi.
Terjadi Crash Pelaporan posisi terakhir Jika terjadi crash pelaporan dilakukan secara
dan melakukan koordinasi langsung kepada pihak ATS dan pihak
kepada pihak terkait penanggung pekerjaan; dan dilakukan pencarian
dengan penuh rasa bersama tim keamanan dan pihak yang
tanggung jawab berwewenang atas dampak yang timbul.
- Pilot disarankan untuk membuka manual book dari Pesawat dan melihat
indicator apa yang ditunjukan oleh kombinasi lampu LED yang ada di tubuh
Pesawat.
- Dengan demikian, Pilot memiliki status pembanding dengan apa yang dilihat di
layar. Selalu ada kemungkinan status Pesawat tidak dikirimkan secara akurat ke
layar smartphone.
Menentukan Risiko
Diagram terperinci pada situs (Google maps juga dapat digunakan) dan Lembar
Kerja Alat Penilaian Risiko digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan risiko.
Risiko ini dicatat dalam Lembar Kalkulasi Risiko.
Kemudian, skor untuk kemungkinan dan konsekuensi ditentukan degan
menggunakan Tabel Skor Risiko di bawah ini dan skor dimasukkan ke dalam
Lembar Kalkulasi Risiko. Faktor Risiko kemudian dihitung dengan menambahkan
dua skor tersebut.
Catatan - elemen lain seperti Undang-Undang setempat dll. yang mungkin dapat
mencegah penerbangan juga harus dipertimbangkan.
Manajemen Risiko
Fakor Risiko yang telah dihitung untuk masing-masing risiko teridentifikasi
kemudian ditinjau
Dimana faktor risiko sangat tinggi, faktor mitigasi atau tindakan pengendalian
diperlukan untuk mengurangi kemungkinan atau konsekuensi untuk mengelola
risiko menjadi level/faktor yang dapat diterima. Tindakan pengendalian berganda
mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko menjadi level yang dapat diterima.
Bahkan jika risiko dapat diterima, Anda harus mempertimbangkan adanya faktor
yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko lebih jauh.
Tindakan Pengendalian dicatat dalam Lembar Kalkulasi Risiko dan Faktor Risiko
baru yang dikalkulasi.
Catatan - Penilaian risiko seharusnya juga termasuk risiko pada Kontroler,
Pengamat dan siapa pun yang terlibat dalam operasi PESAWAT. Saat risiko residual
tidak dapat diterima, penerbangan tidak boleh dilakukan.
Karena merupakan proses Penilaian Risiko umum, hal ini tidak dapat
mempertimbangkan semua area kemungkinan risiko di setiap situasi. Mungkin ada
area lain yang memerlukan pertimbangan selain petunjuk Lembar Penilaian Risiko.
Oleh karena itu, proses penilaian risiko ini harus dianggap sebagai panduan atas
area minimal inklusi dalam Penilaian Risiko Anda.
Matrix Penilaian Resiko
Fasilitas
Tidak berfungsinya alat komunikasi 2 E
Komunikasi
• kacamata, tabir surya, topi pelindung matahari, mengenakan pakaian dan sepatu yang sesuai
untuk kerja lapangan, menggunakan sepatu yang sesuai
• Tidak beroperasi saat kecepatan angin melebihi 7m/detik.
• Tetap waspada terhadap pesawat lain yang masuk ke area penerbangan dan orang-
orang yang pindah ke area pendaratan selama penerbangan. Berhati-hati memilih area
lepas landas dan pendaratan yang sesuai. Menjaga jarak sejauh 30m dari selain anggota
awak atau pengamat. Senantiasa menjaga garis pandangan.
• Periksa kelaikan terbang PUTA dan level baterai.
• Tentukan tempat untuk mengalihkan PUTA saat darurat
• Berkoordinasi dengan pihak yang berhubungan dengan aktifitas sekitar (lalulintas, jalur
pejalan kaki dan pihak lain yang terdmpak)
• Penyediaan back-up (alternative) radio komunikasi point to point
• Penyediaan alat P3K, koordinasi dengan klinik terdekat dan alat penanggulangan tumpahan
bahan bakar yang memadai
Dengan tindakan pengendalian yang tertera di atas, faktor risiko dikurangi dari A3 ke A1