Anda di halaman 1dari 48

MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

PP1UAV for Mappi

UAV For Mapping|Technogis Indonesia i


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

DAFTAR ISI

BAB I PENGENALAN UAV ............................................................................................. 1

BAB II PERATURAN PENERBANGAN........................................................................... 4

BAB III KOMPONEN PENTING DALAM UAV ................................................................. 6

BAB IV KOMPONEN PENTING DALAM PEMETAAN DENGAN UAV ......................... 13

BAB V PENGENALAN JALUR TERBANG.................................................................. 177

BAB VI PEMBUATAN ORTHOMOZAIK DENGAN AGISOFT………………………..…. 17

BAB VII GEOREFERENCING DENGAN ARCGIS………………………………………...32


BAB VIII LAYOUTING SEDERHANA ............................................................................ 38

UAV For Mapping|Technogis Indonesia ii


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

BAB I
PENGENALAN UAV

UAV atau Pesawat tanpa awak adalah pesawat yang diterbangkan tanpa memerlukan
pengemudi di dalam pesawat tersebut. UAV terdiri dari berbagai ukuran dari yang
besarnya seperti pesawat pada umumnya sampai yang berukuran sangat kecil sebesar
lebah. Pada bidang pemetaan UAV yang digunakan pada umumnya berukuran kecil
dengan diameter 0,5 -2 meter.

Jenis-jenis UAV

1. Multi-Rotor

Cocok untuk digunakan untuk membuat videografi dan pemetaan area sempit
karenakan Lebih stabil dan daya angkut/kekuatan untuk mengangkat beban
(kemera) bisa yang lebih berat. Semakin banyak baling baling, semakin stabil
dan aman. Baling baling juga menentukan nama dari UAV multicopter seperti 3
baling baling (3Copter), 4 baling baling (Quadcopter), 6 baling baling
(HexaCopter) dan 8 Baling baling (Octacopter). Contoh Multicopter adalah DJI
Phantom dan 3DR.

2. Fixed-Wing

Memiliki bentuk seperti pesawat komersial dan digunakan untuk proses yang
cepat, daya jangkau lebih cepat serta lebih luas, biasanya untuk pemetaan
(mapping) area luas dengan. UAV jenis Fixed wing memiliki keunggulan dari
pada Multi-Rotor yaitu lebih hemat baterai karena umumnya hanya memiliki satu
baling baling.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 1


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

APLIKASI UAV

Kemanan

UAV untuk bidang kemanan biasa digunakan pada bidang militer maupun monitoring
lahan. Kemampuan UAV untuk dapat terbang tanpa pilot didalamnya serta dapat
terbang secara otomatis membuat UAV sangat cocok untuk digunakan pada bidang ini.
peran UAV dapat berupa spying/pemantauan daerah terpencil atau bahkan digunakan
untuk membawa senjata pada saat kegiatan perang.

Pemetaan

UAV dewasa ini mulai banyak digunakan untuk pemetaan terutama untuk membuat foto
udara format kecil (small format photography). UAV banyak digunakan untuk wahana
pemetaan karena memiliki banyak kelebihan diantaranya dapat diterbangkan setiap
waktu serata dapat diatur ketinggian dan pengaturan pengambilan foto udara, biaya
lebih murah dari survey terestris, pengukuran lebih cepat dan hasil citra memiliki
resolusi yang relatif lebih tinggi dari citra satellit. Kamampuan lain dari UAV yang
membuat lebih unggul dari citra satellit adalah dapat menghasilkan citra yang bebas
dari tutupan awan.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 2


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

Fotografi dan Hiburan

Kamampuan UAV dalam merekam suatu peristiwa pada sudut pandang yang lebih luas
menyebabkan UAV banyak digunakan dalam dunia hiburan. UAV biasa digunakan
untuk merekam kegiatan fotografi maupun videografi. Kemampuan UAV untuk
mengakses area yang sulit dilalui manusia membuat UAV dapat menghasilkan foto dan
video yang out-of-the-box dan indah. UAV sering juga dalam digunakan pada bidang
videografi terutama pada liputan dokumenter dan berita.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 3


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

BAB II
PERATURAN PENERBANGAN

Point point penting di Peraturan Mentri Perhubungan No 90 Tahun 2015 yaitu :

1. PM No 90 Tahun 2015 mengatur ruang wilayah udara pengoperasian UAV


diantaranya,

a. UAV tidak boleh dioperasikan di kawasan udara terlarang (prohibited


area) yaitu kawasan udara yang dibatasi secara permanen dan
menyeluruh bagi semua pesawat, kawasan udara terbatas (restricted
area) yaitu ruang udara yang dibatasi secara tidak tetap dan hanya
dioperasikan untuk penerbangan negara,Kawasan keselamatan operasi
penerbangan (KKOP) suatu bandar udara (bandara).

2. UAV tidak boleh dioperasikan pada ruang udara yang dilayani yaitu, controlled
airspace dan uncontrolled airspace pada ketinggian lebih dari 500 feet atau 150
meter.

a. Controlled airspace adalah runag udara yang diberikan layanan


pemanduan lalu lintas penerbangan/ Air Traffic Controller (ATC),
pelayanan informasi penerbangan/Flight Information Service dan
pelayanan kesiagaan (alerting service).

b. Uncontrolled Airspace adalah pesawat yang tidak diatur oleh Air Traffic
Controler (ATC) namun tetp diberikan layanan flight information service
dan alerting service.

3. Kegiatan lain yang diperbolehkan menggunakan UAV untuk ketinggian di atas


150 meter dengan ijin dari institusi yang berwenang adalah pemotretan perfilman
dan pemetaan.

4. Izin khusus pengoperasian UAV harus dilengkapi persyaratan seperti :

a. Spesifikasi teknis airborne system,

b. Spesifikasi teknis ground system,

c. Maksud dan tujuan pengoperasian,

d. Rencana pengoperasian (flight plan),

e. Prosedur gawat darurat/emergency.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 4


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

3. Izin khusus diberikan oleh Ditjen Perhubungan Udara untuk kepentingan


keselamatan penerbangan. Permohonan izin disampaikan paling lambat empat
belas (14) hari kerja sebelum pelaksanaan pengoperasian UAV dilakukan.

4. Perubahan rencana terbang (flight plan) UAV juga harus disampaikan kepada
Kemenhub paling tidak 7 hari kerja sebelum pengoperasian pesawat tanpa awak
tersebut. Pelaporan tersebut juga wajib disampaikan ke Kemenhub apabila
penerbangan UAV dibatalkan.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 5


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

BAB III
KOMPONEN PENTING DALAM UAV

Seperti alat elektronik pada umumnya, UAV juga tersusun dari komponen-komponen
tertentu. Berikut adalah komponen-komponen yang terdapat dalam UAV Drone.
1. Flight Controller Board (FCB)

Flight Controler Board merupakan bagain paling penting dalam UAV dan
berperan sebagai pengatur perintah pada UAV. UAV memiliki peran sebagai
pengatur komponen-komponen yang ada pada drone. Setiap hal yang dijalankan
oleh komponen-komponen dari drone berasal dari perintah FCB. Banyak sekali
jenis FCB dengan pengaturan dan kemampuan yang berbeda-beda seperti
control Gyro, GPS, Accelerometer, Magnetometer dan lain sebagainya. Dalam
UAV untuk pemetaan, FCB yang digunakan biasanya ada 2 jensi yaitu APM
(Ardupilot Mega) dan NAZA. APM biasanya digunakan pada Drone dengan
kemampuan modifikasi yang tinggi sedangkan NAZA lebih bersifat otomatis
namun memiliki tingkat kestabilan yang tinggi. Pada Drone Phantom DJI
menggunakan jenis NAZA dan hingga saat ini versi terbaru dari NAZA seperti N3
sudah beredah di pasaran. Tentunnya versi terbarunya memiliki keunggulan
yang lebih baik. FCB dalam pemetaan setidaknya harus memiliki kemampuan
GPS dan Autopilot untuk pembuatan jalur terbang.

2. Battrey

Battrey berperan untuk mensupply kebutuhan tenaga dari drone. Battrey juga
akan menentukan seberapa lama drone dapat terbang. Battrey drone biasanya
berupa Lithium Polymer (LiPo). Battrey drone memiliki kapasitas dan jumlah cell
yang berbeda-beda. Jumlah cell akan menentukan berapa voltage baterai
tersebut. Satu cell LiPo adalah sebesar 3.7 Volt, sehingga apabila menggunakan
LiPo 3 cell, berari memiliki ukuran 11.1 Volt. Hal lain yang perlu diperhatikan
ketika membeli battrey drone adalah bentuk konektornya yang harus sesuai
dengan drone. Selain itu battrey drone juga harus disesuaikan dengan motor dan
ESC yang digunakan.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 6


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

3. Motor

Motor pada UAV Drone diperlukan untuk menggerakan baling-baling. Motor ini
biasanya tersedia dalam ukuran dimensi motor dan kekuatannya dalam satuan
kv atau rpm/v. Pemilihan motor disesuaikan dengan Propeller dan ESC yang
anda gunakan. Semakin besar satuan kekuatannya maka semakin besar pula
daya yang diperlukan. Hal ini akan mempengaruh waktu terbang dan kapasitas
battrey yang diperlukan.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 7


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

4. Electronic Speed Controller (ESC)

Bagian ini merupakan bagian yang cukup penting mengatur kecepatan dari
setiap motor. ESC ini akan otomatis mengatur kecepatan atau arus ke setiap
motor. Contohnya adalah ketika posisi pesawat sedang miring, maka ESC
otomatis akan mengirimkan atau membuat salah satu atau beberapa motor
berputar lebih cepat demi membuat keseimbangan pesawat. Dalam quadcopter
dibutuhkan 4 ESC sesuai jumlah rotornya.

5. Propeler (Baling-baling)

Propeler atau baling-baling berperan untuk memutar udara sehingga UAV atau
drone dapat terbang dan bergerak sesuai instruksi. Pada copter, propeler
biasanya berjumlah 3 hingga 6 buah sedangkan pada tipe fixwing biasanya
berjumlah 1 sampai 2 buah. Propeler pada drone dapat berbeda ukurnya
tergantung besar frame dan kemampuan motor. Propeler biasnya terbuat dari
nylon, komposite atau carbon fiber.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 8


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

6. Frame

Frame adalah kerangka Drone yang berfungsi menempatkan setiap komponen-


komponen dalam drone. Banyak jenis dan banyak tipe yang beredar, mulai dari
bahan kayu, aluminium dan carbon fiber tersedia. Bentuknyapun macam-macam
seperti tricopter, quadcopter ataupun hexacopter. Yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan frame ini adalah pada jumlah rotor yang dipakai, berat bahan frame
dan bentuk yang presisi. Ukuran frame yang digunakan juga menentukan ukuran
propeler yang dapat dipakai.

7. GPS Module

Sebuah modul GPS mengukur lokasi drone dengan menhitung berapa lama
waktu yang dibutuhkan sinyal untuk perjalanan dari drone ke satelit. Sebuah
modul GPS ini juga mampu memberikan estimasi ketinggian drone. Namun GPS
modul tidak telalu akurat dan hanya akan memberikan posisi dengan tingkat
akurasi 5 m. Namun dengan GPS ini lokasi drone dapat digambarkan dengan
cukup baik. Fitur utama yang digunakan oleh modul GPS adalah dapat dilakukan
metode penerbangan autopilot dengan mengatur tujuan gerak drone dengan titik
yang memiliki informasi ketinggian, GPS juga dapat digunakan untuk
penerbangan full otomatis sehingga drone berpotensi bisa terbang sendiri dari
lepas landas (Take off), terbang hingga landing. Contoh GPS module
diantaranya GPS neo m6n dan GPS neo m8n (Plus GLONASS).

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 9


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

8. Telemetry

Modul telemetry adalah modul yang berperan menerima data dari drone ke
ground station. Seprangkat UAV haru terdiri dari telemtry di dalam drone dan
satu di ground sattion (baik berupa PC atau Smarthphone) . Telemetry sangat
penting untuk memantau kondisi dan lokasi drone ketika mode autopilt dilakukan.
Hal yang paling penting dilakukan saat mode autopilot adalah menjaga
konktivitasi telemetry di drone dengan telemetry di Ground Station. Drone
biasanya terdidr dengan frekuensi tertentu diantaranya 433 MHZ dan 915 Mhz.

9. Remote Control

Remote Controll berperan dalam mengautur terbang drone secara manual. Yang
harus diperhatikan ketika memilih remote quadcopter adalah jumlah Channel
yang mampu di control oleh Radio Transmitter. Pada quadcopter minimal
diperlukan 4 channel yaitu untuk mengendalikan Throttle, Yaw, Pitch dan Roll.
Channel tambahan bisa digunakan untuk keperluan lain misalnya mengganti
flight mode, atau menggerakkan gimbal untuk menggambil foto atau video udara.
Dalam pemetaan remot control harus memiliki kemampuan untuk mengganti
flight mode.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 10


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

Skema Susunan Komponen-komponen Drone QuadCopter

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 11


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

Skema Susunan Drone Fixwing

Skema Susunan Drone Phantom 4

Sumber : https://dev.cdn.wetalkuav.com/wp-content/uploads/2018/04/17054008/final-
12.jpg

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 12


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

BAB IV
KOMPONEN PENTING DALAM PEMETAAN DENGAN UAV

Aplikasi UAV untuk pemetaan memerlukan beberapa komponen yaitu

Secara Sederhana Sistem UAV terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. UAV UAV pada sistem pemetaan UAV


memiliki peran sebagai wahana
penerbangan kamera. Besarnya area
cakupan dan waktu pemetaan sangat
tergantung pada jenis UAV yang
digunakan. UAV yang digunakan dapat
berupa berbagai tipe baik rotary wing
maupun fix wing.

2. Flight Controller/Remote Flight controller atau remote berperan


dalam penerbangan UAV secara manual.
Proses yang membutuhkan remote pada
proses pemetaan dengan UAV adalah
ketika sebelum dan sesudah proses
penerbangan dengan jalur
terang/otomatis. Flight controller
merupakan kendali utama UAV/wahana
sebelum proses penerbangan secara
otomats.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 13


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

3. Laptop dan Telemetry Ground Control Station merupakan


tempat pengaturan terbang UAV. Ground
control station terdiri diri Laptop, software
autonomus, telemetry dan flight
controller/Remote. Laptop berperan
dalam pengaturan jalur terbang.
Telemetry berperan menghubungkan
jalur terbang yang telah dibuat ke dalam
sistem UAV.telemetry juga berperan
dalam memantau posisi UAV ketika
terbang dan ditampilkan pada software
autonomus.

4. Camera. Kamera memiliki peran penting dalam


pemetaan uav. Kamera digunakan untuk
memotret area kajian. Kualitas foto udara
yang dihasilkan sangat tergantung pada
kualitas kamera. Kamera yang digunakan
sebaiknya dapat diatur interval
pemotretan agar dapat digunakan untuk
memotret secara kontinu.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 14


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

5. GPS Geodetik/ GCP GPS geodetic digunakan untuk


memploting titik-titik yang digunakan
sebagai titik kontrol untuk memberikan
informasi posisi/koordinat pada hasil foto
udara. GPS yang digunakan adalah GPS
geodetic agar dapat digunakan untuk
mengakomodasi hasil pemotretan foto
udara yang pada umumnya memiliki
ketelitian dibawah 1 cm. Kemampuan
akurasi gps biasa (handheld) tidak
mencukupi untuk hal ini. Titik yang di plot
dapat berupa objek tertentu yang dapat
terlihat jelas pada foto udara atau dapat
pula membuat tanda sendiri di lapangan
(cross/point).

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 15


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

Skema Pekerjaan Pemotretan Foto Udara untuk Pemetaan

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 16


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

BAB V
PENGENALAN JALUR JALUR TERBANG

Proses pemetaan menggunakan wahan udara seperti UAV memerlukan


permbuatan jalur terbang. Jalur terbang adalah jalur-jalur yang dibuat pada proses
penerbangan agar seluruh area yang akan dipotret dapat terpetakan dengan baik.
Prooses pembuatan jalur terbang memerlukan pengetahuan tentang overlap/endlap
dan sidelap dari mozaik foto udara yang dihasilkan.

Overlap/endlap adalah area tumpang susun foto yang berada dalam jalur
terbang yang sama. Area endlap yang ideal untuk pemetaan adalah 60 % dari area per-
frame foto. Sidelap adalah area tumpang susun foto antar jalur terbang satu dengan
jalur terbang yang ada disebelahnya. Area sidelap yang ideal untuk pemetaan adalah
40 %. Area tumpang susun antar foto ini berfungsi untuk menghasilkan efek 3 dimensi,
DEM (Digital Elevation Model), dan pembuatan Orthophoto atau penggabungan antar
foto untuk menjadi sebuah Citra Foto Udara, sehingga area tumpang susun ini harus
sangat diperhatikan. Untuk membuat hasil 3 dimensi dan orthophoto yang lebih baik
area tumpang susun antar foto bisa ditambahkan.

Pembuatan jalur terbang memerlukan pengetahuan tentang beberapa hal yang


mempengaruhi proses pemetaan yang dilakukan dengan metode jalur terbang,
diantaranya luas dan bentuk wilayah, wahana, kamera, ketinggian terbang, dan sidelap-
endlap. Luas wilayah mencakup area yang akan dipetakan, semakin luas wilayah maka
semakin banyak jalur terbang yang harus dibuat. Wahana mempengaruhi jumlah jalur
terbang yang dapat dicakup karena tiap wahana memiliki kecepatan dan waktu terbang
masing-masing. Hal ini akan mempengaruhi jumlah jalur terbang yang mampu dicakup
oleh wahana. Kamera dan tinggi terbang juga akan memengaruhi jalur terbang karena
memiliki panjang fokus yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi skala pada satu
frame foto udara. Sidelap dan endlap juga akan memegaruhi jumlah jalur terbang dan
kerapatan antar jalur terbang semakin besar sidelap dan endlap maka jumlah jalur
terbang semakin panjang atau semakin banyak.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 17


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

Rumus Perhitungan Jalur Terbang Manual

1. Skala foto yang diharapkan.

Skala foto = f(focal length) / tinggi terbang (H)

Focal length atau jarak fokus merupakan jarak dalam satuan milimeter (mm)
antara bagian tengah elemen optik lensa dengan gambar yang terbentuk pada
sensor atau film pada kamera

2. Ground Distance (Cakupan perfoto)

Ground Distance
Ukuran CCD sebenarnya di lapangan.
GD(Lebar) = lebar foto x penyebut skala
GD(Panjang) = panjang foto x penyebut skala

3. Liputan area satu frame


GD2 = (Panjang x lebar film) x skala
= GDL x GDP

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 18


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

4. Basis medan (B)


Merupakan jarak sesuangguhnya (jarak dilapangan) dari titik pusat pada foto
satu dengan foto selanjutnya.
B = GDL x (1 – endlap)

5. Jarak antara jalur terbang dengan jalur terbang berikutnya di lapangan.


a = GDP x (1 – sidelap)

6. Jumlah jalur terbang (Nq)


Jumlah jalur terbang yang dibutuhkan untuk memotret seluruh wilayah
perekaman. Agar lebih aman biasanya jumlah jalur terbang ditambah satu.
Nq = {(Lq – GDP) / a} + 1

7. Jumlah foto per jalur terbang (Np)


Merupakan banyaknya foto pada yang dihasilkan pada satu jalur terbang. Agar
semau area benar-benar tercakup, jumlah foto bisa ditambah 1 (satu) dan
selanjutnya dari jumlah tersebut biasanya ditambahkan 2 (dua) frame lagi pada
posisi sebelum dan sesudah melewati liputan area terhadap jalur terbang.
Np = {(Lp / B)} + 1
Np = Jumlah Foto per jalur terbang
LP = panjang daerah pemotretan
B = Basis medan

8. AIM (apparent image motion).


AIM merupakan angka yang menunjukkan gerakan gambar yang diperbolehkan
agar tidak terjadi blur pada foto. AIM biasanya bernilai 0,005
AIM = (Vg x f x t) / H
Vg = kecepatan wahana
f = focal length
t = adalah shutter speed
H = tinggi terbang

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 19


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

BAB VI
PEMBUATAN ORTHOMOZAIK DENGAN AGISOFT

Dasar Teori

AgiSoft PhotoScan merupakan software 3D modeling yang memiliki kemampuan untuk


membuat konten 3D profesional berkualitas dari gambar atau foto. Format gambar yang
di dukung PhotoScan hampir mencakup semua format gambar populer seperti JPG,
TIF, PNG, BMP, EXR, PPM, MPO, dan lain-lain. Agisoft PhotoScan Profesional dapat
digunakan untuk menyelaraskan foto, mengatur parameter yang terkait dengan
geometri dan tekstur, memperbesar atau memperkecil, memutar gambar ke sudut yang
berbeda, serta menghapus atau memotong area yang dipilih. Agisoft juga memiliki
kemampuan dalam pengolahan hasil foto udara dan memiliki kemampuan untuk
membuat orthomosaik bergeorefrensi. Software ini telah terbukti sebagai salah satu
aplikasi handal yang menyediakan paket alat lengkap yang sangat berguna dalam
pemetaan.

Perangkat keras dan perangkan lunak yang direkomendasikan untuk pengolahan foto
udara menggunakan perangkat lunak ini adalah :

a. Konfigurasui Minimal

1. Windows XP atau yg terbaru (32 atau 64 bit), Mac OS X Snow Leopard atau
yg terbaru, Debian/Ubuntu (64 bit)

2. Intel Core 2 Duo Processor atau yang setara

3. 2 GB RAM

b. Konfigurasi yang direkomendasikan

1. Windows XP atau yg terbaru (64 bit), Mac OS X Snow Leopard atau yg


terbaru, Debian/Ubuntu (64 bit)

2. Intel Core i7 Processor

3. 12GB RAM

Banyaknya jumlah foto yang dapat diproses dan kualitas produk yang dihasilkan
tergantung pada besarnya RAM yang dimiliki oleh perangkat keras Dengan RAM 2GB
dapat digunakan untuk mengolah 20 s.d. 30 foto sementara dengan RAM 12 GB dapat
digunakan untuk mengolah 200 s.d. 300 foto.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 20


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

Langkah Kerja

Langkah pembuatan Mozaik Foto Udara dengan Agisoft

1. Buka aplikasi Agisoft

2. Masukan data Foto udara yang akan di proses dengan menggunakan langkah
Klik Menu Workflow> add foto. Tambahkan semua foto yang akan dibuat
mozaik.

3. Untuk menggabungkan foto dapat menggunakan menu align photo. Proses ini
digunakan untuk mengkomputasi orientasi kamera dan akan menghasilkan
sparse point cloud. Langkah ini dilakukan dengan klik menu Workflow> Align
Photos. Pilih menu accuracy : low (semakin tinggi level accuracy yg dipilih
maka akan semakin baik orientasi kamera yg didapat sehingga produk yang

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 21


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

dihasilkan juga lebih baik) dan Pair Preselection : Refernce (untuk pemetaan,
karena pada mode ini foto memiliki koordinat).

4. Agisoft menyediakan kemampuan untuk memeberikan kemampuan


georefrencing atau pemberian koordinat saat pembuatan mozaik/ model 3
dimensi dilakukan. Langkah yang harus dilakukan adalah masuk ke View >
Panes > Reference. Masuk kemenu setting kemudian atur referensi
koordinat sesuai dengan lokasi kajian.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 22


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

5. Masukan informasi koordinat pada foto udara dengan klik kanan pada lokasi titik
ground control point dan pilih create marker.

6. Ubah nama dan informasi GCP dengan klik pada marker kemudian isikan sesuai
dengan informasi koordinatnya.

Untuk dapat menerapkan koordinat pada hasil mozaik dapat digunakan menu
optimize pada toolbar Ground Control. Langkah selanjutnya Klik OK.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 23


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

7. Untuk dapat menyusun struktur model ketinggian dapat dilakukan dengan klik
menu workflow> Build Mesh kemudain tentukan surface type (gunakan
arbitrary jika terdapat banyak objek berupa bangunan, patung, dan objek lain
yang memiliki sifat yang detil, dan gunakan height field jika terdapat objek yang
berupa medan atau relief topografi) hal ini tidak mempengaruhi konsumsi dari
RAM. Pada Face Count tentukan kualitas sesuai kebutuhan apabila
menginginkan hasil yang baik maka pilihlah level kualitas yang tinggi. Build Mesh
digunakan untuk membuat kulit dari permukaan sebuah medan yang ada pada
foto udara. Pada pemetaan Build Mesh dilakukan ketika hanya ingin
mendapatkan orthofoto/orthomozaik tanpa memperoleh DEM. Untuk
mendapatkan DEM perlu dilakukan Build Danse Cloud

8. Setelah Kulit dari Build Mesh terbentuk maka selajutnya dilakukan Build Texture
untuk mendapatkan bentuk relief dari topografi permukaan objek. Workflow >
Build Texture. Pilih Mapping Mode dan Blending Mode dengan metode yang
dirasa paling baik.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 24


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

9. Setelah citra lakukan proses pembuatan titik tinggi dengan menu


workflow>dense cloud. Produk dari pembuatan danse cloud ini yang
selanjutnya akan digunakan untuk membuat DEM dan Orthomosaic. Dari DEM
akan diperoleh DTM dan DSM serta Kontur.

Atur kualitas pembuatan Dense Cloud pada menu quality dan metode depth
filtering yang digunakan. Semakin tinggi kualitas Dense cloud yang dipilih akan
membuat proses pengerjaan menjadi semakin lama.
Beberapa opsi untuk Depth Filtering :
 Dissabled adalah mode yang tidak dianjurkan karena pada mode ini
menghasilkan noisy yang sangat ekstrim
 Mild adalah mode yang dapat digunakan untuk objek spatial yang memiliki
ukuran detil
 Aggressive adalah mode yang digunakan untuk objek spasial yang lebih
besar

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 25


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

 Moderate adalah mode yang dapat digunakan untuk objek yang sedang.
Mode ini dapat dipilih dan sesuaikan dengan objek foto.

10. Setelah mendapatkan hasil dari proses danse cloud yang sesuai selanjutnya
membuat DEM dengan klasifikasi apakah itu DTM (Digital Terrain Model) dan
DSM (Digital Surface Model). Untuk membuatnya masuk ke Tools > Dense
Cloud > Classify Ground Points > Ok

Pilih From dengan created class gunakan angka pada parameters dengan
angka yang direkomendasikan.
Parameter :
 Max angle (deg) digunakan untuk menentukan ground, untuk medan yang
mendekati datar sebaiknya menggunakan 15 derajat dan apabila medan
berupa lereng yang terjal sebaiknya menggunakan angka yang lebih
tinggi.
 Max distance (m) digunakan untuk menentukan ground, parameter ini
digunakan untuk menentukan variasi elevasi maximum yang akan
dijadikan ground.
 Cell size (m) digunakan untuk membagi point cloud yang selanjutnya
digunakan klasifikasi ground. Angka ini harus diindikasikan dengan area
yang berupa ground tanpa adanya tutupan lahan seperti hutan atau
bangunan.
Langkah ini harus diulang sampai menemukan hasil yang dirasa baik.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 26


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

11. Untuk membuat DEM yang berupa data terrain atau ground maka dilakakukan
proses Build DEM dengan cara Workflow > Build DEM

Kemudian tentukan koordinat yang akan digunakan dan atur sesuai gambar
diatas. Untuk membuat data DTM maka selanjutnya klik > select > pada
jendela Select Point Classes, check list ground saja > ok > dan ok lagi
Sementara untuk membuat DSM langkahnya masih sama dengan pembuatan
DTM hanya saja saat langkah Select Point Classes check list semua kelas.

Apabila project belum di simpan silahkan simpan dahulu dengan cara klik file >
save as dengan ekstensi .psx

12. Selanjutnya membuat Kontur dengan cara Klik Tools > Generate Contours

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 27


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

Kemudian atur interval dan biarkan min dan max altitude, checklist Simplify
Contours kemudian ok . Data kontur ini tergantung pada data DEM yang tadi
digunakan, apabila DEM yang diproses adalah data DTM maka kontur yang
dihasilkan adalah elevasi dari ground.

13. Selanjutnya membuat orthomosaik. Orthomosaic dimulai dengan pilih workflow


> Build Orthomosaic

Pada jendela Build Orthomosaic pilih Geographic jika surface yang digunakan
adalah DEM maka projection yang telah diatur diawal akan menjadi projection
pada orthomosaic. Checklist pada bagian Enable Color Correction kemudian ok.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 28


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

14. Langkah terakhir adalah mengeksport hasil pembuatan Mozaik dengan Menu
File>Export Orthomosaic>Eksport JPEG/TIFF/PNG.

Atur Koordinat sesuai dengan lokasinya seperti gambar dibawah ini.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 29


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

Sedangkan untuk mengeksport DEM dapat dilakukan dengan Menu File>


Eksport DEM.

Untuk mengekspor data kontur klik kana pada data Contours > export
contours

> simpan dan beri nama > save

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 30


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

Pilih polylines > ok

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 31


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

BAB VII
GEOREFERENCING DENGAN ARCGIS
Dasar Teori

Sumber data merupakan data spasial seperti foto udara, citra satelit yang perlu
dilakukan georeferencing. Georeferencing merupakan proses pemberian refernce
gograri dari objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem
koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tetentu. Georeferencing juga bisa
diartikan sebagai proses penempatan objek berupa raster atau image yang belum
mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu.

Proses ini diperlukan ketika akan melakukan input data berupa data raster (hasil scan)
ke dalam SIG. Pada GIS ada dua sistem koordinat yaitu geographic coordinate system
dan projected coordintae system. Untuk memeudahkan dalam menentukan sistem
koordinat yang akan digunakan bisa ditandai dengan penggunaan degree pada sistem
koordinat geografi dan meter pada sistem koordinat proyeksi. Ada beberapa kelebihan
dan kekurangan pada kedua system koordinat tersebut. Kelebihan dari sistem koordinat
geografi adalah dapat menganalisis secara mudah, sedangkan kelebihan dari sistem
koordinat proyeksi adalah lebih detail karena satuannya meter sehingga luasannya bisa
dihitung dengan mudah. Kekurangan dari sistem koordinat geografi adalah tidak dapat
menghitung luasan/panjang pada sistem GIS dan jika perhitungan tersebut dilakukan,
tingkat error yang dihasilkan pun tinggi, sedangkan kekurangan dari sistem proyeksi
adalah karena satuan yang digunakan adalah meter sehingga hanya bisa menganalisis
satu kawasan saja.

Langkah kerja

1. Jalankan program Arcmap dari start Menu > All Programs > ArcGIS > ArcMap
2. Menampilkan data foto udara yang telah dimozaik dan telah ada titik contolnya
dengan cara Add Data dan cari foto yang telah dimozaik
3. Mengatur sistem koordinat halaman foto udara dengan memilih View > Data
Frame Properties.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 32


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

4. Masukkan kedalam tab Coordinate system dan jika menggunakan sistem


koordinat UTM klik Projected Coordniate System > UTM > WGS 1984 >
Southern Hemisphere > WGS 1984 UTM Zone_49S. Lalu klik OK.

Jika menggunakan sistem koordinate geografis maka pilih Geographic


Coordinate System > World > WGS 1984.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 33


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

5. Jika sudah memasukkan sistem koordinat maka akan tampil sistem koordinat ap
yang akan digunakan. Lanjutkan dengan klik OK.

6. Menampilkan toolbar (untuk editing data) dengan memilih Customize > Toolbar >
Georeferencing.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 34


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

7. Untuk menentukan titik kontrol klik Add Control Point atau icon . Dalam
latihan ini menggunakan 2 titikkontrol.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 35


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

8. Setelah titik kontrol diperoleh , dapat dilakukan cek rms error dengan klik View
Link Table.

9. Jika kita akan melakukan georeferencing pada citra yang sama (identik) kita
dapat juga menyimpan koordinat georeferencing yang sudah kita lakukan
caranya klik View Link Table. Pada window link tersebut klik icon save.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 36


MODUL PELATIHAN

UAV FOR MAPPING

10. Setelah dirasa RMS error memenuhi standart yang diinginkan, maka langkah
selanjutnya ialah klik Georeferencing > Update Georeferencing. Dengan
demikian foto udara siap didigitasi. Atau dapat juga klik rectify untuk menyimpan
menjadi data baru yang sudah ter georeferencing.

11. Arahkan kursor pada foto udara dan lihat pada pojok kanan bawah akan muncul
koordinat sesui foto udara.

UAV For Mapping|Technogis Indonesia 37


MODUL X
LAYOUTING SEDERHANA

10.1. Tujuan
1. Membuat layout peta yang informatif dan sederhana

10.2. Dasar Teori


Layout peta adalah tahap terakhir dalam proses pembuatan peta. Layout merupakan
proses desain dimana terdapat penempatan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk
membantu pembacaan peta. Informasi tepi yang pada umumnya dicantumkan di dalam peta
antara lain:
a. Judul peta
b. Skala peta
c. Legenda
d. Gratikul/Grid
e. Diagram lokasi peta indeks
f. Sumber data
g. Informasi lain yang penting
Keterangan :
1. Judul peta
2. Skala angka
3. NLP
4. Daerah cakupan
5. Edisi (tahun)
6. Keterangan Proyeksi
Peta
7. Pengarang/Penerbit
8. Orientasi
9. Pembagian daerah
administrasi
10. Pembacaan
Koordinat

Gambar 10.1. Contoh desain (layout) Peta Topografi Indonesia

Pada peta-peta resmi seperti peta Rupabumi Indonesia, Peta Topografi, Peta
Geologi, dan Peta Tanah, layout yang digunakan merupakan layout baku yang merujuk pada
Standar Nasional Indonesia. Garis tepi pada peta (Gambar 10.1) tidak diperlukan. Namun
untuk peta tematik, pembuatan layout dapat dibuat berbeda selama masih
mempertimbangkan keseimbangan komposisinya. Informasi yang standar ada pada peta
yaitu judul, orientasi, skala (bisa memilih satu jenis saja), legenda, sumber peta, keterangan
pembuat peta, tahun pencetakan/pembuatan, grid/gratikul, inset peta, dan diagram lokasi.
Namun tidak semua peta menampilkan keseluruhan informasi tepi tersebut. Pada kasus peta
tematik yang memiliki informasi peta rumit sehingga membutuhkan area legenda lebih
banyak dan terbatas akan ukuran, maka informasi diagram lokasi mungkin dapat dijelaskan
dengan cara memperjelas batas administrasi dan pemberian label pada muka peta, baik
wilayah kajian maupun wilayah bukan kajian yang berbatasan dan masih muncul sebagian
pada muka peta. Hal tersebut membantu memberikan informasi lokasi yang dipetakan.

Modul_GIS Basic 87
TechnoGIS Indonesia
ArcMap 10.1 merupakan perangkat pemetaan yang cukup
mudah digunakan. Banyak tools yang disediakan untuk memudahkan
dalam melakukan desain peta. Padamenu toolbar terdapat menu
insert, dimana di dalam nya terdapat beberapa tool yang siap
digunakan dalam layout. Tools tersebut antara lain data frame untuk
membuat frame baru pada peta yang sama, title untuk membuat Judul,
netline untuk membuat garis tepi, legend untuk membuat legenda,
north arrow untuk membuat orientasi arah mata angin, scale bar untuk
membuat skala grafis, scale text untuk membuat skala numerik, picture untuk mengimport
gambar pada window layout, dan object untuk mengimort objek.

10.3. Alat dan Bahan


a. Layer yang akan di layout.
b. ArcMap 10.1

10.4. Langkah Kerja


10.4.1. Mengatur Skala
1. Buka ArcMap, lalu siapkan layer yang akan di layout.
2. Atur skala peta yang akan dibuat. View  Data Frame Properties  Data Frame 
Extent “Fixed Scale”  atur skala peta yang akan dibuat  OK.

10.4.2. Mengatur Ukuran Kertas


1. Pilih menu toolbar File  Page Setup  Ubah ukuran kertas menjadi A3, dan pilih
posisi kertas “landscape”  “uncheck” Map Page Size  Setting ukuran peta A3
 pilih posisi peta “landscape”  OK.

Modul_GIS Basic 88
TechnoGIS Indonesia
10.4.3. Memulai Layouting
1. Munculkan toolbar layout dengan cara klik kanan pada toolbar  layout. Lakukan
hal serupa untuk memunculkan tools “Draw”.

2. Buka window layout, lalu ubah frame peta menyesuaikan dengan ukuran kertas
yang digunakan. Muka peta idealnya sebesar 2/3 dari keseluruhan peta, 1/3 nya
digunakan sebagai informasi tepi.

3. Gunakan beberapa tools untuk membantu memposisikan layer pada tampilan


muka peta.
Pan digunakan untuk drag and drop layer, sehingga layout peta tidak ikut
begeser
Pan Map Page digunakan untuk menggeser objek pada halaman layout
Select elements, digunakan untuk memilih objek. Objek terpilih akan
aktif dan dapat diubah posisinya
4. Buat garis tepi peta, garis tepi informasi tepi, dan garis tepi judul (jika dibutuhkan)
Drawing  Rectangle  Membuat kotak persegi  Klik kanan, properties  Fill
“No Color”  Outline “hitam”  OK.

Modul_GIS Basic 89
TechnoGIS Indonesia
5. Membuat judul peta. Klik Insert  Title  Tulis judul peta yang akkan ditampilkan
 OK. Posisikan Judul pada tempatnya dengan drag and drop, kemudian lakukan
klik dua kali pada tulisan judul  Change Symbol  ubah style sesuai dengan
keinginan  Apply  Ketika sudah sesuai lanjutkan pada tombol OK.

10.4.4. Menambahkan Penunjuk Arah dan Skala


1. Munculkan orientasi penunjuk arah mata angin. Insert  North Arrow  Pilih tipe
yang akan digunakan  OK.

Catatan : settingan ArcMap memiliki settingan internasional sehingga yang


digunakan adalah tanda N bukan U. Oleh karenanya, pada peta berbahasa Indonesia
dianjurkan menggunakan simbol tanpa lettering. Apabila menggunakan simbol
polos, maka pembuatan huruf mata angin dibuat secara manual Klik Insert  Text
 “U”  klik dua kali pada huruf “U”  sesuaikan dengan ukuran simbol orientasi
 Bold  OK  posisikan berada di atas (jika atas merupakan utara) simbol
orientasi  Shift + Klik simbol orientasi + Klik simbol “U”  Klik kanan  Group.

Modul_GIS Basic 90
TechnoGIS Indonesia
2. Lalu munculkan skala numerik. Insert  Scale Text  pilih tipe skala yang
digunakan  OK.

3. Lalu membuat skala grafis. Insert  Scale Bar  pilih tipe yang akan digunakan 
Properties  Setting satuan Setting label yang akan dimunculkan  OK  OK.
Kemudian atur posisi pada lembar peta.

10.4.5. Menambahkan Legenda


1. Kemudian membuat legenda peta. Insert  Legend Pilih layer yang akan
dimunculkan legendanya, Next  Beri judul legenda “Legenda”, Next  Atur
border frame jika diperlukan, Next  Ukur ukuran simbol, Next  Ukur gap antar
simbol, Finish. Atur posisi pada lembar peta.

Modul_GIS Basic 91
TechnoGIS Indonesia
2. Apabila masih ada yang perlu diperbaiki dari tipe format yang ditampilkan, maka klik
dua kali pada legenda  Properties  Item  Style  Pilih Style yang diinginkan
 Sesuaikan jumlah kolom yang diinginkan  OK  OK.

10.4.6. Menambahkan Koordinat


1. Membuat grid atau graticule. Klik View  Data Frame Properties  Grid  New
Grid  Pilih jenis yang digunakan. Graticule digunakan untuk koordinat geografis;
Measure Grid digunakan untuk sistem koordinat UTM, Atur Rentang Koordinat
Next  Pilih simbol yang digunakan, apakah hanya label, garis atau titik, Next Pilih
garis yang ditampilkan (major atau minor)  Finish.

Modul_GIS Basic 92
TechnoGIS Indonesia
10.4.7. Menambahkan Background
1. Agar peta tidak tampak melayang, apabila terdapat layer lain yang lebih besar
cakupan arenya, dapat digunakan sebagai backgroud (misal: wilayah administrasi
yang berbatasan). Namun apabila tidak ada, dapat dimanipulasi dengan cara sebagai
berikut. Zoom in pada muka peta yang akan ditampalkan  Klik Draw dengan tipe
“Polygon”  Digit sesuai batas tepi muka peta (gambar)  Atur warna yang soft
tapi bukan putih dan outline “No Color”  Klik kanan  Send to Back.

2. Lakukan hal yang sama untuk membuat laut.

Modul_GIS Basic 93
TechnoGIS Indonesia
3. Beri keterangan sumber dan pembuat dengan menggunanakn “Text” dan
menggunakan “Draw” untuk membuat garis tepi.

10.4.8. Menambahkan Label


1. Memunculkan label pada peta. Klik kanan pada layer yang akan dimunculkan
labelnya  Label  pilih field yang digunakan sebagai label  Atur placement
(posisi)  atur ukuran dan tipe font yang digunakan  OK. Kemudian klik kanan
pada layer tersebut  check “Label Feature”.

Modul_GIS Basic 94
TechnoGIS Indonesia
2. Lalu tambahkan logo instansi bila perlu dalam pembuatan layout peta. Insert 
Picture  directory penyimpanan file logo tersimpan  pilih logo  Open.

10.4.9. Eksport Peta


Mengeksport Peta dilakukan untuk mendapatkan peta dalam versi cetak dan
format data (JPEG, PDF, dan lainnya) diatur sesuai keinginan.
1. Mengeksport peta dalam format terkompresi. File  Export Map atur directory
penyimpanan  atur format penyimpanan dan ukuran  atur nama file  OK.

2. Apabila perangkat komputer terhubung pada printer, dapat dilakukan pencetakan


secara langsung menggunakan tools File  Print  Masuk kedalam settingan
printer  OK.

Modul_GIS Basic 95
TechnoGIS Indonesia

Anda mungkin juga menyukai