DAFTAR ISI
BAB I
PENGENALAN UAV
UAV atau Pesawat tanpa awak adalah pesawat yang diterbangkan tanpa memerlukan
pengemudi di dalam pesawat tersebut. UAV terdiri dari berbagai ukuran dari yang
besarnya seperti pesawat pada umumnya sampai yang berukuran sangat kecil sebesar
lebah. Pada bidang pemetaan UAV yang digunakan pada umumnya berukuran kecil
dengan diameter 0,5 -2 meter.
Jenis-jenis UAV
1. Multi-Rotor
Cocok untuk digunakan untuk membuat videografi dan pemetaan area sempit
karenakan Lebih stabil dan daya angkut/kekuatan untuk mengangkat beban
(kemera) bisa yang lebih berat. Semakin banyak baling baling, semakin stabil
dan aman. Baling baling juga menentukan nama dari UAV multicopter seperti 3
baling baling (3Copter), 4 baling baling (Quadcopter), 6 baling baling
(HexaCopter) dan 8 Baling baling (Octacopter). Contoh Multicopter adalah DJI
Phantom dan 3DR.
2. Fixed-Wing
Memiliki bentuk seperti pesawat komersial dan digunakan untuk proses yang
cepat, daya jangkau lebih cepat serta lebih luas, biasanya untuk pemetaan
(mapping) area luas dengan. UAV jenis Fixed wing memiliki keunggulan dari
pada Multi-Rotor yaitu lebih hemat baterai karena umumnya hanya memiliki satu
baling baling.
APLIKASI UAV
Kemanan
UAV untuk bidang kemanan biasa digunakan pada bidang militer maupun monitoring
lahan. Kemampuan UAV untuk dapat terbang tanpa pilot didalamnya serta dapat
terbang secara otomatis membuat UAV sangat cocok untuk digunakan pada bidang ini.
peran UAV dapat berupa spying/pemantauan daerah terpencil atau bahkan digunakan
untuk membawa senjata pada saat kegiatan perang.
Pemetaan
UAV dewasa ini mulai banyak digunakan untuk pemetaan terutama untuk membuat foto
udara format kecil (small format photography). UAV banyak digunakan untuk wahana
pemetaan karena memiliki banyak kelebihan diantaranya dapat diterbangkan setiap
waktu serata dapat diatur ketinggian dan pengaturan pengambilan foto udara, biaya
lebih murah dari survey terestris, pengukuran lebih cepat dan hasil citra memiliki
resolusi yang relatif lebih tinggi dari citra satellit. Kamampuan lain dari UAV yang
membuat lebih unggul dari citra satellit adalah dapat menghasilkan citra yang bebas
dari tutupan awan.
Kamampuan UAV dalam merekam suatu peristiwa pada sudut pandang yang lebih luas
menyebabkan UAV banyak digunakan dalam dunia hiburan. UAV biasa digunakan
untuk merekam kegiatan fotografi maupun videografi. Kemampuan UAV untuk
mengakses area yang sulit dilalui manusia membuat UAV dapat menghasilkan foto dan
video yang out-of-the-box dan indah. UAV sering juga dalam digunakan pada bidang
videografi terutama pada liputan dokumenter dan berita.
BAB II
PERATURAN PENERBANGAN
2. UAV tidak boleh dioperasikan pada ruang udara yang dilayani yaitu, controlled
airspace dan uncontrolled airspace pada ketinggian lebih dari 500 feet atau 150
meter.
b. Uncontrolled Airspace adalah pesawat yang tidak diatur oleh Air Traffic
Controler (ATC) namun tetp diberikan layanan flight information service
dan alerting service.
4. Perubahan rencana terbang (flight plan) UAV juga harus disampaikan kepada
Kemenhub paling tidak 7 hari kerja sebelum pengoperasian pesawat tanpa awak
tersebut. Pelaporan tersebut juga wajib disampaikan ke Kemenhub apabila
penerbangan UAV dibatalkan.
BAB III
KOMPONEN PENTING DALAM UAV
Seperti alat elektronik pada umumnya, UAV juga tersusun dari komponen-komponen
tertentu. Berikut adalah komponen-komponen yang terdapat dalam UAV Drone.
1. Flight Controller Board (FCB)
Flight Controler Board merupakan bagain paling penting dalam UAV dan
berperan sebagai pengatur perintah pada UAV. UAV memiliki peran sebagai
pengatur komponen-komponen yang ada pada drone. Setiap hal yang dijalankan
oleh komponen-komponen dari drone berasal dari perintah FCB. Banyak sekali
jenis FCB dengan pengaturan dan kemampuan yang berbeda-beda seperti
control Gyro, GPS, Accelerometer, Magnetometer dan lain sebagainya. Dalam
UAV untuk pemetaan, FCB yang digunakan biasanya ada 2 jensi yaitu APM
(Ardupilot Mega) dan NAZA. APM biasanya digunakan pada Drone dengan
kemampuan modifikasi yang tinggi sedangkan NAZA lebih bersifat otomatis
namun memiliki tingkat kestabilan yang tinggi. Pada Drone Phantom DJI
menggunakan jenis NAZA dan hingga saat ini versi terbaru dari NAZA seperti N3
sudah beredah di pasaran. Tentunnya versi terbarunya memiliki keunggulan
yang lebih baik. FCB dalam pemetaan setidaknya harus memiliki kemampuan
GPS dan Autopilot untuk pembuatan jalur terbang.
2. Battrey
Battrey berperan untuk mensupply kebutuhan tenaga dari drone. Battrey juga
akan menentukan seberapa lama drone dapat terbang. Battrey drone biasanya
berupa Lithium Polymer (LiPo). Battrey drone memiliki kapasitas dan jumlah cell
yang berbeda-beda. Jumlah cell akan menentukan berapa voltage baterai
tersebut. Satu cell LiPo adalah sebesar 3.7 Volt, sehingga apabila menggunakan
LiPo 3 cell, berari memiliki ukuran 11.1 Volt. Hal lain yang perlu diperhatikan
ketika membeli battrey drone adalah bentuk konektornya yang harus sesuai
dengan drone. Selain itu battrey drone juga harus disesuaikan dengan motor dan
ESC yang digunakan.
3. Motor
Motor pada UAV Drone diperlukan untuk menggerakan baling-baling. Motor ini
biasanya tersedia dalam ukuran dimensi motor dan kekuatannya dalam satuan
kv atau rpm/v. Pemilihan motor disesuaikan dengan Propeller dan ESC yang
anda gunakan. Semakin besar satuan kekuatannya maka semakin besar pula
daya yang diperlukan. Hal ini akan mempengaruh waktu terbang dan kapasitas
battrey yang diperlukan.
Bagian ini merupakan bagian yang cukup penting mengatur kecepatan dari
setiap motor. ESC ini akan otomatis mengatur kecepatan atau arus ke setiap
motor. Contohnya adalah ketika posisi pesawat sedang miring, maka ESC
otomatis akan mengirimkan atau membuat salah satu atau beberapa motor
berputar lebih cepat demi membuat keseimbangan pesawat. Dalam quadcopter
dibutuhkan 4 ESC sesuai jumlah rotornya.
5. Propeler (Baling-baling)
Propeler atau baling-baling berperan untuk memutar udara sehingga UAV atau
drone dapat terbang dan bergerak sesuai instruksi. Pada copter, propeler
biasanya berjumlah 3 hingga 6 buah sedangkan pada tipe fixwing biasanya
berjumlah 1 sampai 2 buah. Propeler pada drone dapat berbeda ukurnya
tergantung besar frame dan kemampuan motor. Propeler biasnya terbuat dari
nylon, komposite atau carbon fiber.
6. Frame
7. GPS Module
Sebuah modul GPS mengukur lokasi drone dengan menhitung berapa lama
waktu yang dibutuhkan sinyal untuk perjalanan dari drone ke satelit. Sebuah
modul GPS ini juga mampu memberikan estimasi ketinggian drone. Namun GPS
modul tidak telalu akurat dan hanya akan memberikan posisi dengan tingkat
akurasi 5 m. Namun dengan GPS ini lokasi drone dapat digambarkan dengan
cukup baik. Fitur utama yang digunakan oleh modul GPS adalah dapat dilakukan
metode penerbangan autopilot dengan mengatur tujuan gerak drone dengan titik
yang memiliki informasi ketinggian, GPS juga dapat digunakan untuk
penerbangan full otomatis sehingga drone berpotensi bisa terbang sendiri dari
lepas landas (Take off), terbang hingga landing. Contoh GPS module
diantaranya GPS neo m6n dan GPS neo m8n (Plus GLONASS).
8. Telemetry
Modul telemetry adalah modul yang berperan menerima data dari drone ke
ground station. Seprangkat UAV haru terdiri dari telemtry di dalam drone dan
satu di ground sattion (baik berupa PC atau Smarthphone) . Telemetry sangat
penting untuk memantau kondisi dan lokasi drone ketika mode autopilt dilakukan.
Hal yang paling penting dilakukan saat mode autopilot adalah menjaga
konktivitasi telemetry di drone dengan telemetry di Ground Station. Drone
biasanya terdidr dengan frekuensi tertentu diantaranya 433 MHZ dan 915 Mhz.
9. Remote Control
Remote Controll berperan dalam mengautur terbang drone secara manual. Yang
harus diperhatikan ketika memilih remote quadcopter adalah jumlah Channel
yang mampu di control oleh Radio Transmitter. Pada quadcopter minimal
diperlukan 4 channel yaitu untuk mengendalikan Throttle, Yaw, Pitch dan Roll.
Channel tambahan bisa digunakan untuk keperluan lain misalnya mengganti
flight mode, atau menggerakkan gimbal untuk menggambil foto atau video udara.
Dalam pemetaan remot control harus memiliki kemampuan untuk mengganti
flight mode.
Sumber : https://dev.cdn.wetalkuav.com/wp-content/uploads/2018/04/17054008/final-
12.jpg
BAB IV
KOMPONEN PENTING DALAM PEMETAAN DENGAN UAV
BAB V
PENGENALAN JALUR JALUR TERBANG
Overlap/endlap adalah area tumpang susun foto yang berada dalam jalur
terbang yang sama. Area endlap yang ideal untuk pemetaan adalah 60 % dari area per-
frame foto. Sidelap adalah area tumpang susun foto antar jalur terbang satu dengan
jalur terbang yang ada disebelahnya. Area sidelap yang ideal untuk pemetaan adalah
40 %. Area tumpang susun antar foto ini berfungsi untuk menghasilkan efek 3 dimensi,
DEM (Digital Elevation Model), dan pembuatan Orthophoto atau penggabungan antar
foto untuk menjadi sebuah Citra Foto Udara, sehingga area tumpang susun ini harus
sangat diperhatikan. Untuk membuat hasil 3 dimensi dan orthophoto yang lebih baik
area tumpang susun antar foto bisa ditambahkan.
Focal length atau jarak fokus merupakan jarak dalam satuan milimeter (mm)
antara bagian tengah elemen optik lensa dengan gambar yang terbentuk pada
sensor atau film pada kamera
Ground Distance
Ukuran CCD sebenarnya di lapangan.
GD(Lebar) = lebar foto x penyebut skala
GD(Panjang) = panjang foto x penyebut skala
BAB VI
PEMBUATAN ORTHOMOZAIK DENGAN AGISOFT
Dasar Teori
Perangkat keras dan perangkan lunak yang direkomendasikan untuk pengolahan foto
udara menggunakan perangkat lunak ini adalah :
a. Konfigurasui Minimal
1. Windows XP atau yg terbaru (32 atau 64 bit), Mac OS X Snow Leopard atau
yg terbaru, Debian/Ubuntu (64 bit)
3. 2 GB RAM
3. 12GB RAM
Banyaknya jumlah foto yang dapat diproses dan kualitas produk yang dihasilkan
tergantung pada besarnya RAM yang dimiliki oleh perangkat keras Dengan RAM 2GB
dapat digunakan untuk mengolah 20 s.d. 30 foto sementara dengan RAM 12 GB dapat
digunakan untuk mengolah 200 s.d. 300 foto.
Langkah Kerja
2. Masukan data Foto udara yang akan di proses dengan menggunakan langkah
Klik Menu Workflow> add foto. Tambahkan semua foto yang akan dibuat
mozaik.
3. Untuk menggabungkan foto dapat menggunakan menu align photo. Proses ini
digunakan untuk mengkomputasi orientasi kamera dan akan menghasilkan
sparse point cloud. Langkah ini dilakukan dengan klik menu Workflow> Align
Photos. Pilih menu accuracy : low (semakin tinggi level accuracy yg dipilih
maka akan semakin baik orientasi kamera yg didapat sehingga produk yang
dihasilkan juga lebih baik) dan Pair Preselection : Refernce (untuk pemetaan,
karena pada mode ini foto memiliki koordinat).
5. Masukan informasi koordinat pada foto udara dengan klik kanan pada lokasi titik
ground control point dan pilih create marker.
6. Ubah nama dan informasi GCP dengan klik pada marker kemudian isikan sesuai
dengan informasi koordinatnya.
Untuk dapat menerapkan koordinat pada hasil mozaik dapat digunakan menu
optimize pada toolbar Ground Control. Langkah selanjutnya Klik OK.
7. Untuk dapat menyusun struktur model ketinggian dapat dilakukan dengan klik
menu workflow> Build Mesh kemudain tentukan surface type (gunakan
arbitrary jika terdapat banyak objek berupa bangunan, patung, dan objek lain
yang memiliki sifat yang detil, dan gunakan height field jika terdapat objek yang
berupa medan atau relief topografi) hal ini tidak mempengaruhi konsumsi dari
RAM. Pada Face Count tentukan kualitas sesuai kebutuhan apabila
menginginkan hasil yang baik maka pilihlah level kualitas yang tinggi. Build Mesh
digunakan untuk membuat kulit dari permukaan sebuah medan yang ada pada
foto udara. Pada pemetaan Build Mesh dilakukan ketika hanya ingin
mendapatkan orthofoto/orthomozaik tanpa memperoleh DEM. Untuk
mendapatkan DEM perlu dilakukan Build Danse Cloud
8. Setelah Kulit dari Build Mesh terbentuk maka selajutnya dilakukan Build Texture
untuk mendapatkan bentuk relief dari topografi permukaan objek. Workflow >
Build Texture. Pilih Mapping Mode dan Blending Mode dengan metode yang
dirasa paling baik.
Atur kualitas pembuatan Dense Cloud pada menu quality dan metode depth
filtering yang digunakan. Semakin tinggi kualitas Dense cloud yang dipilih akan
membuat proses pengerjaan menjadi semakin lama.
Beberapa opsi untuk Depth Filtering :
Dissabled adalah mode yang tidak dianjurkan karena pada mode ini
menghasilkan noisy yang sangat ekstrim
Mild adalah mode yang dapat digunakan untuk objek spatial yang memiliki
ukuran detil
Aggressive adalah mode yang digunakan untuk objek spasial yang lebih
besar
Moderate adalah mode yang dapat digunakan untuk objek yang sedang.
Mode ini dapat dipilih dan sesuaikan dengan objek foto.
10. Setelah mendapatkan hasil dari proses danse cloud yang sesuai selanjutnya
membuat DEM dengan klasifikasi apakah itu DTM (Digital Terrain Model) dan
DSM (Digital Surface Model). Untuk membuatnya masuk ke Tools > Dense
Cloud > Classify Ground Points > Ok
Pilih From dengan created class gunakan angka pada parameters dengan
angka yang direkomendasikan.
Parameter :
Max angle (deg) digunakan untuk menentukan ground, untuk medan yang
mendekati datar sebaiknya menggunakan 15 derajat dan apabila medan
berupa lereng yang terjal sebaiknya menggunakan angka yang lebih
tinggi.
Max distance (m) digunakan untuk menentukan ground, parameter ini
digunakan untuk menentukan variasi elevasi maximum yang akan
dijadikan ground.
Cell size (m) digunakan untuk membagi point cloud yang selanjutnya
digunakan klasifikasi ground. Angka ini harus diindikasikan dengan area
yang berupa ground tanpa adanya tutupan lahan seperti hutan atau
bangunan.
Langkah ini harus diulang sampai menemukan hasil yang dirasa baik.
11. Untuk membuat DEM yang berupa data terrain atau ground maka dilakakukan
proses Build DEM dengan cara Workflow > Build DEM
Kemudian tentukan koordinat yang akan digunakan dan atur sesuai gambar
diatas. Untuk membuat data DTM maka selanjutnya klik > select > pada
jendela Select Point Classes, check list ground saja > ok > dan ok lagi
Sementara untuk membuat DSM langkahnya masih sama dengan pembuatan
DTM hanya saja saat langkah Select Point Classes check list semua kelas.
Apabila project belum di simpan silahkan simpan dahulu dengan cara klik file >
save as dengan ekstensi .psx
12. Selanjutnya membuat Kontur dengan cara Klik Tools > Generate Contours
Kemudian atur interval dan biarkan min dan max altitude, checklist Simplify
Contours kemudian ok . Data kontur ini tergantung pada data DEM yang tadi
digunakan, apabila DEM yang diproses adalah data DTM maka kontur yang
dihasilkan adalah elevasi dari ground.
Pada jendela Build Orthomosaic pilih Geographic jika surface yang digunakan
adalah DEM maka projection yang telah diatur diawal akan menjadi projection
pada orthomosaic. Checklist pada bagian Enable Color Correction kemudian ok.
14. Langkah terakhir adalah mengeksport hasil pembuatan Mozaik dengan Menu
File>Export Orthomosaic>Eksport JPEG/TIFF/PNG.
Untuk mengekspor data kontur klik kana pada data Contours > export
contours
BAB VII
GEOREFERENCING DENGAN ARCGIS
Dasar Teori
Sumber data merupakan data spasial seperti foto udara, citra satelit yang perlu
dilakukan georeferencing. Georeferencing merupakan proses pemberian refernce
gograri dari objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem
koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tetentu. Georeferencing juga bisa
diartikan sebagai proses penempatan objek berupa raster atau image yang belum
mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu.
Proses ini diperlukan ketika akan melakukan input data berupa data raster (hasil scan)
ke dalam SIG. Pada GIS ada dua sistem koordinat yaitu geographic coordinate system
dan projected coordintae system. Untuk memeudahkan dalam menentukan sistem
koordinat yang akan digunakan bisa ditandai dengan penggunaan degree pada sistem
koordinat geografi dan meter pada sistem koordinat proyeksi. Ada beberapa kelebihan
dan kekurangan pada kedua system koordinat tersebut. Kelebihan dari sistem koordinat
geografi adalah dapat menganalisis secara mudah, sedangkan kelebihan dari sistem
koordinat proyeksi adalah lebih detail karena satuannya meter sehingga luasannya bisa
dihitung dengan mudah. Kekurangan dari sistem koordinat geografi adalah tidak dapat
menghitung luasan/panjang pada sistem GIS dan jika perhitungan tersebut dilakukan,
tingkat error yang dihasilkan pun tinggi, sedangkan kekurangan dari sistem proyeksi
adalah karena satuan yang digunakan adalah meter sehingga hanya bisa menganalisis
satu kawasan saja.
Langkah kerja
1. Jalankan program Arcmap dari start Menu > All Programs > ArcGIS > ArcMap
2. Menampilkan data foto udara yang telah dimozaik dan telah ada titik contolnya
dengan cara Add Data dan cari foto yang telah dimozaik
3. Mengatur sistem koordinat halaman foto udara dengan memilih View > Data
Frame Properties.
5. Jika sudah memasukkan sistem koordinat maka akan tampil sistem koordinat ap
yang akan digunakan. Lanjutkan dengan klik OK.
6. Menampilkan toolbar (untuk editing data) dengan memilih Customize > Toolbar >
Georeferencing.
7. Untuk menentukan titik kontrol klik Add Control Point atau icon . Dalam
latihan ini menggunakan 2 titikkontrol.
8. Setelah titik kontrol diperoleh , dapat dilakukan cek rms error dengan klik View
Link Table.
9. Jika kita akan melakukan georeferencing pada citra yang sama (identik) kita
dapat juga menyimpan koordinat georeferencing yang sudah kita lakukan
caranya klik View Link Table. Pada window link tersebut klik icon save.
10. Setelah dirasa RMS error memenuhi standart yang diinginkan, maka langkah
selanjutnya ialah klik Georeferencing > Update Georeferencing. Dengan
demikian foto udara siap didigitasi. Atau dapat juga klik rectify untuk menyimpan
menjadi data baru yang sudah ter georeferencing.
11. Arahkan kursor pada foto udara dan lihat pada pojok kanan bawah akan muncul
koordinat sesui foto udara.
10.1. Tujuan
1. Membuat layout peta yang informatif dan sederhana
Pada peta-peta resmi seperti peta Rupabumi Indonesia, Peta Topografi, Peta
Geologi, dan Peta Tanah, layout yang digunakan merupakan layout baku yang merujuk pada
Standar Nasional Indonesia. Garis tepi pada peta (Gambar 10.1) tidak diperlukan. Namun
untuk peta tematik, pembuatan layout dapat dibuat berbeda selama masih
mempertimbangkan keseimbangan komposisinya. Informasi yang standar ada pada peta
yaitu judul, orientasi, skala (bisa memilih satu jenis saja), legenda, sumber peta, keterangan
pembuat peta, tahun pencetakan/pembuatan, grid/gratikul, inset peta, dan diagram lokasi.
Namun tidak semua peta menampilkan keseluruhan informasi tepi tersebut. Pada kasus peta
tematik yang memiliki informasi peta rumit sehingga membutuhkan area legenda lebih
banyak dan terbatas akan ukuran, maka informasi diagram lokasi mungkin dapat dijelaskan
dengan cara memperjelas batas administrasi dan pemberian label pada muka peta, baik
wilayah kajian maupun wilayah bukan kajian yang berbatasan dan masih muncul sebagian
pada muka peta. Hal tersebut membantu memberikan informasi lokasi yang dipetakan.
Modul_GIS Basic 87
TechnoGIS Indonesia
ArcMap 10.1 merupakan perangkat pemetaan yang cukup
mudah digunakan. Banyak tools yang disediakan untuk memudahkan
dalam melakukan desain peta. Padamenu toolbar terdapat menu
insert, dimana di dalam nya terdapat beberapa tool yang siap
digunakan dalam layout. Tools tersebut antara lain data frame untuk
membuat frame baru pada peta yang sama, title untuk membuat Judul,
netline untuk membuat garis tepi, legend untuk membuat legenda,
north arrow untuk membuat orientasi arah mata angin, scale bar untuk
membuat skala grafis, scale text untuk membuat skala numerik, picture untuk mengimport
gambar pada window layout, dan object untuk mengimort objek.
Modul_GIS Basic 88
TechnoGIS Indonesia
10.4.3. Memulai Layouting
1. Munculkan toolbar layout dengan cara klik kanan pada toolbar layout. Lakukan
hal serupa untuk memunculkan tools “Draw”.
2. Buka window layout, lalu ubah frame peta menyesuaikan dengan ukuran kertas
yang digunakan. Muka peta idealnya sebesar 2/3 dari keseluruhan peta, 1/3 nya
digunakan sebagai informasi tepi.
Modul_GIS Basic 89
TechnoGIS Indonesia
5. Membuat judul peta. Klik Insert Title Tulis judul peta yang akkan ditampilkan
OK. Posisikan Judul pada tempatnya dengan drag and drop, kemudian lakukan
klik dua kali pada tulisan judul Change Symbol ubah style sesuai dengan
keinginan Apply Ketika sudah sesuai lanjutkan pada tombol OK.
Modul_GIS Basic 90
TechnoGIS Indonesia
2. Lalu munculkan skala numerik. Insert Scale Text pilih tipe skala yang
digunakan OK.
3. Lalu membuat skala grafis. Insert Scale Bar pilih tipe yang akan digunakan
Properties Setting satuan Setting label yang akan dimunculkan OK OK.
Kemudian atur posisi pada lembar peta.
Modul_GIS Basic 91
TechnoGIS Indonesia
2. Apabila masih ada yang perlu diperbaiki dari tipe format yang ditampilkan, maka klik
dua kali pada legenda Properties Item Style Pilih Style yang diinginkan
Sesuaikan jumlah kolom yang diinginkan OK OK.
Modul_GIS Basic 92
TechnoGIS Indonesia
10.4.7. Menambahkan Background
1. Agar peta tidak tampak melayang, apabila terdapat layer lain yang lebih besar
cakupan arenya, dapat digunakan sebagai backgroud (misal: wilayah administrasi
yang berbatasan). Namun apabila tidak ada, dapat dimanipulasi dengan cara sebagai
berikut. Zoom in pada muka peta yang akan ditampalkan Klik Draw dengan tipe
“Polygon” Digit sesuai batas tepi muka peta (gambar) Atur warna yang soft
tapi bukan putih dan outline “No Color” Klik kanan Send to Back.
Modul_GIS Basic 93
TechnoGIS Indonesia
3. Beri keterangan sumber dan pembuat dengan menggunanakn “Text” dan
menggunakan “Draw” untuk membuat garis tepi.
Modul_GIS Basic 94
TechnoGIS Indonesia
2. Lalu tambahkan logo instansi bila perlu dalam pembuatan layout peta. Insert
Picture directory penyimpanan file logo tersimpan pilih logo Open.
Modul_GIS Basic 95
TechnoGIS Indonesia